BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Ancaman kekerasan dan peperangan selalu muncul dalam politik global. Keamanan nasional maupun internasional menjadi terancam seiring dengan meningkatnya jumlah konflik dan korban yang diakibatkannya, terutama pada abad ke-dua puluh satu ini. Konflik yang sering muncul dan menimbulkan kerugian dalam jumlah besar adalah perang sipil dan serangan terorisme. Konflik mendapatkan perhatian khusus dalam politik global karena membahayakan keamanan kemanusiaan dalam hakikatnya untuk mendapatkan kedamaian. Konflik selalu terjadi dalam hubungan internasional karena adanya interaksi dari aktor-aktor yang memiliki perselisihan kepentingan. Pada dasarnya, konflik normal terjadi dan pihak yang berkonflik cenderung berusaha mencari penyelesaian untuk perbedaan yang ada, seperti agama, ideologi, etnis, politik, dan ekonomi. Meski begitu, dampak dari konflik cenderung destruktif. Hal tersebut dapat dilihat dari penyelesaian konflik dengan senjata sehingga mengubah konflik menjadi peperangan. Dalam studi hubungan internasional, pembahasan konflik yang sering dikaji lebih lanjut adalah transformasi konflik ke dalam bentuk lain, terutama ke dalam bentuk konflik bersenjata. 1 Transformasi konflik menjadi konflik bersenjata adalah fenomena yang paling sering terjadi, terutama di kawasan selatan. Kawasan selatan memiliki jumlah negara yang banyak dengan jumlah populasi yang besar dengan rasio perbedaan ras, agama, dan ideologi yang besar pula. Selain faktor tersebut, sebagain besar negara-negara di kawasan selatan memiliki pemerintahan yang belum stabil dan kuat. Banyaknya isu kritis ditambah kemampuan pemerintah yang rendah 1 C. W. Kegley, World Politics: Trend and Transformation, 11 th edn, Thompson Wadsworth, Boston,

2 dalam mengelola konflik menyebabkan kawasan selatan menjadi kawasan studi konflik bersenjata yang menarik. Salah satu kawasan di selatan yang menarik untuk dikaji adalah kawasan Amerika Latin. Kawasan Amerika Latin merupakan kawasan yang memiliki budaya kekerasan yang sangat tinggi, ditunjukkan dengan banyaknya konflik terbuka di banyak negara. Ribuan warga menjadi korban akibat konflik setiap tahunnya. Konflik di Amerika Latin terjadi disebabkan adanya hukum dan aparat yang kurang tegas, kesenjangan ekonomi sosial, perbedaan ideologi, dan perang pemberantasan narkotika. 2 Salah satu negara di kawasan ini yang paling berkonflik dan telah menimbulkan banyak kerugian, baik material maupun moral adalah Kolombia. Kolombia mengalami konflik bersenjata selama hampir setengah abad dan mengalami peningkatan kekerasan HAM secara tajam pada dua puluh tahun terakhir. Konflik bersenjata di Kolombia terjadi karena adanya organisasi-organisasi gerilya yang melakukan penculikan, pembunuhan, penjarahan, dan penjualan narkotika secara ilegal. Organisasi gerilya terbesar di Kolombia adalah Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia atau FARC) yang berdiri pada tahun Tujuan awal dari FARC adalah menggulingkan pemerintah dan mengganti sistem ekonomi politik menjadi beraliran sosialis, tapi sejak tahun 90-an orientasi organisasi ini telah berganti pada bisnis narkotika. Beberapa pemerintahan sebelumnya telah melakukan beberapa cara untuk mengatasi konflik dengan FARC. Namun, masing-masing jalan yang telah ditempuh belum menunjukkan hasil yang signifikan, terutama pada tahun 1990-an saat FARC 2 G. Lopez, The Colombian Civil War: Potential for Justice in a Culture of Violence, Policy Briefing, vol. 2 no. 1, 2011, hlm M. Peceny dan M. Duman, The FARC s Best Friend: U.S. Antidrug Policies and the Deepening of Columbia s Civil War in the 1990s, Latin American Politics & Society, vol. 48 no. 2, 2006, hlm

3 menempati puncak kejayaan. 4 Terdapat pendekatan baru dalam mengatasi konflik di Kolombia sejak pertengahan tahun 2000, yakni dengan memenuhi hak korban dan menegakkan keadilan selama konflik terjadi. Pendekatan baru tersebut terbentuk dalam Transitional Justice (TJ). TJ mulai dilakukan di Kolombia pada pemerintahan Presiden Alvaro Uribe pada tahun 2005 dengan dibentuknya undang-undang yang mengatur hak korban dan pemenuhannya. TJ dijalankan lagi oleh pemerintahan Presiden Santos sejak tahun TJ dipercaya dapat membentuk perdamaian dengan mengutamakan pemenuhan hak korban. Seiring dengan pelaksanaan TJ di Kolombia, Presiden Santos memutuskan untuk melakukan negosiasi dengan FARC. Negosiasi pemerintah dengan FARC yang terakhir, berakhir pada tahun 2002 dengan membawa kerugian pada pemerintah berupa daerah kekuasaan FARC yang lebih luas. Negosiasi kali ini pemerintah berjanji akan belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak akan mengulanginya. Pemerintah juga lebih percaya diri pada negosiasi kali ini karena adanya dukungan program-program TJ. Beberapa hal tersebut menjadi alasan penulis memilih judul skripsi Pengaruh Transitional Justice pada Keputusan Bernegosiasi Pemerintah Kolombia dengan Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) Latar Belakang Masalah Organisasi gerilya dan organisasi sipil yang bersifat militer adalah pemicu utama konflik bersenjata di Kolombia. Baik sayap kiri, maupun sayap kanan, organisasi tersebut cenderung melakukan tindakan kriminal kepada masyarakat sipil dan elite politik. Organisasi gerilya terbesar di Kolombia adalah FARC yang berdiri pada tahun Program pemberantasan kartel-kartel narkotika membuat FARC 4 M. Peceny dan M. Duman, hlm

4 menguat karena hilangnya lawan bersaing dan bertambahnya pemasukan dari bisnis narkotika yang semakin meluas. 5 Sejak tahun 1978, pemerintah berusaha menangani konflik baik dengan jalan represif maupun cara diplomasi dengan mengajak FARC untuk berunding. 6 Inisiasi negosiasi dari pemerintah yang terakhir adalah tahun Dalam usaha negosiasi tersebut, pemerintah tidak berhasil mencapai kesepakatan perdamaian dengan FARC. Presiden terpilih , Alvaro Uribe lebih fokus pada menangani organisasi sipil bersifat militer daripada organisasi gerilya. TJ pada masa Uribe hanya mengatur negosiasi dan penyelesaian konflik dengan organisasi sipl bersifat militer. Sedangkan untuk menangani FARC, mantan presiden Uribe menolak cara negosiasi dan memilih menggunakan cara represif meskipun menuai banyak kecaman dari lembaga kemanusiaan. Jalan ini telah berhasil membuat FARC melemah, dari pasukan pada tahun 2002, pada tahun 2010 hanya tersisa separuhnya saja. 7 Presiden terpilih tahun 2010, Juan Manuel Santos, memiliki strategi yang berbeda dibanding pendahulunya. Presiden Santos masih menggunakan cara represif dengan mengerahkan angkatan bersenjata untuk menyerang FARC. Namun, tidak hanya fokus pada penyelesaian konflik dengan organisasi gerilya, Presiden Santos berusaha menciptakan perdamaian dan mempertahankannya dengan memperhatikan hak asasi manusia dari korban-korban konflik. Untuk melindungi hak-hak korban, pemerintah di bawah Presiden Santos mengubah haluan TJ. 8 Tujuan utama dari program ini adalah melindungi hak-hak korban dan masyarakat sipil umumnya selama konflik terjadi. Demi mendukung program tersebut, Presiden Santos 5 M. Peceny dan M. Duman, hlm J. G. Tokatlian, The Search for a Peace Diplomacy, International Journal of Politics, Culture, and Society, vol. 14 no. 2, 2000, hlm Profiles: Colombia's armed groups, BBC (online), 8 Februari 2013 < diakses 21 Februari F. G. Isa, Justice, Truth, and Reparation in the Colombian Peace Process, Norwegian Peacebuilding Resource Centre Report, April

5 melakukan beberapa reformasi undang-undang, yakni Victim s Law, Legal Framework for Peace, dan perluasan peradilan bagi pelaku tindak kriminal dari kalangan militer. Setelah melakukan reformasi undang-undang, tahun 2010 Presiden Santos mengumumkan akan melakukan negosiasi dengan FARC dan memasukkannya dalam bingkai TJ. Keputusan Presiden Santos untuk melakukan negosiasi kembali mendapatkan dukungan dan kritik. Pihak oposisi menilai negosiasi tidak akan berhasil menghentikan konflik dan akan berakhir seperti negosiasi tahun 2002 karena ada kemungkinan FARC memanfaatkan negosiasi ini untuk mengelabui pemerintah kembali. TJ memang membawa pengaruh yang baik pada peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, tapi muncul keraguan bahwa negosiasi untuk kesesuaian program tersebut akan berhasil, mengingat pengalaman pemerintah yang selalu gagal dalam bernegosiasi dengan FARC. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan menganalisis variabelvariabel yang berkaitan dengan TJ dan negosiasi Pemerintah Kolombia dengan FARC sebagai salah satu kasus kontemporer dalam isu negosiasi dan konflik dalam studi ilmu hubungan internasional yang diangkat dalam skripsi ini Rumusan Masalah Pemerintah Kolombia telah memiliki sejarah yang buruk tentang negosiasi untuk mengatasi konflik dengan FARC. Namun, menurut Presiden Santos negosiasi perlu dilakukan kembali dalam bingkai TJ. Untuk itu, rumusan masalah yang penulis ajukan adalah Bagaimana Transitional Justice Memengaruhi Pemerintah Kolombia untuk Bernegosiasi dengan FARC? 5

6 1.4. Landasan Konseptual Transitional Justice dan Negosiasi Konsep TJ awalnya dimaksudkan untuk proses peradilan bagi pelaku kekerasan pada kemanusiaan yang dilakukan oleh rezim yang diktator dalam upaya transisi ke rezim yang lebih demokratis. Konsep TJ kini dimaksudkan proses peradilan untuk pelaku kejahatan perang dan kemanusiaan dalam konflik bersenjata. Konsep TJ menjadi pembahasan penting bagi praktisi peacebuilding untuk konflik bersenjata di Kolombia yang terjadi dalam 20 tahun terakhir. TJ lebih sering dikaitkan dengan proses rekonsiliasi konflik daripada proses negosiasi. Meskipun begitu, menurut M. P. Saffon dan R. Uprimny, TJ memiliki kaitan dengan proses negosiasi. 9 Saffon dan Uprimny menjelaskan bahwa terdapat dua hal yang membuat TJ memengaruhi proses negosiasi. Hal yang pertama, TJ sebagai wacana bergantung pada kepentingan pemimpin dalam memanfaatkan mekanismenya. TJ hanya berisi konsep umum mengenai peradilan bagi kriminal dan keadilan bagi korban konflik. Dalam prakteknya, pelaksanaan TJ fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan kepentingan dan prioritas pemimpin. Kepentingan dan prioritas pemimpin yang disesuaikan dalam TJ terlindungi hukum dan menjadi lebih mudah dalam pelaksanaannya. Dengan kata lain, TJ memudahkan pemimpin membuat dan menerapkan suatu program yang sejalan dengan tujuan sehingga memicu pemerintah untuk menjalankan program yang sebelumnya sulit untuk dilakukan. Hal yang kedua, produk yang dihasilkan dari TJ adalah hukum. Hukum memengaruhi dinamika politik dengan nilai normatif yang diterapkan. Sesuai dengan fungsinya, hukum menjadi perlindungan legal yang menegaskan otoritas pemerintah. Proses pembuatan hukum dalam TJ menunjukkan kondisi pemerintah yang stabil, 9 M. P. Saffon dan R. Uprimny, Uses and Abuses of Transitional Justice in Colombia, dalam Human Rights Yearbook, Chile University, 2008, hlm

7 terbukti dapat menjalankan salah satu tugasnya dengan baik. Untuk memulai proses negosiasi, diperlukan kondisi politik yang stabil dengan dukungan hukum yang jelas agar negosiasi tidak berakhir tanpa hasil. Kekuatan pemerintah dalam bentuk hukum membantu pemerintah dalam melakukan negosiasi sehingga meyakinkan pemerintah untuk melakukannya. 10 Teori Saffon dan Uprimny sangat sesuai untuk menganalisis fenomena TJ dan pengaruhnya pada keputusan pemerintah Kolombia untuk bernegosiasi dengan FARC. Dalam konteks Kolombia, penulis percaya bahwa TJ juga memiliki pengaruh pada negosiasi yang dilakukan pemerintah Kolombia dengan FARC setelah satu decade terhenti. Kedua pengaruh TJ pada negosiasi menurut Saffon dan Uprimny dapat digunakan untuk melihat alasan pemerintah Kolombia dalam melakukan negosiasi lagi dengan FARC. Resolusi Konflik untuk Perang Saudara Peter Wallensteen (2008) menjelaskan tujuh mekanisme resolusi konflik dalam bukunya Understanding Conflict Resolution. Mekanisme ini ditujukan untuk negara yang demokratis. 11 Ketujuh mekanisme resolusi konflik tersebut adalah: 1. changes of priorities, perubahan pemimpin dapat membawa perubahan pada tujuan dan tuntutan dalam konflik sehingga pilihan dalam mengatasi konflik lebih beragam, 2. dividing the values in conflict, memecah permasalahan yang menyebabkan konflik, 3. horse-trading, menyelesaikan penyebab konflik satu per satu, 4. ruling together, koalisi dalam pemerintahan antara dua pihak berkonflik, 5. leaving control to a minority or third force, menggunakan kalangan minoritas dalam kalangan pemerintahan untuk menggerakkan mayoritas, 10 M. P. Saffon dan R. Uprimny, hlm P. Wallensteen, Understanding Conflict Resolution, 2 nd edn, Sage Publication, London,

8 6. bringing issues to a conflict resolution mechanism, menyelesaikan konflik dalam berbagai bentuk resolusi konflik, baik dengan cara tercepat dan mudah, maupun dengan cara yang lama dan rumit, 7. postponing issues, mengajukan konflik pada pihak yang lebih tinggi untuk diselesaikan. Terdapat mekanisme resolusi konflik di atas yang diterapkan dalam konflik bersenjata di Kolombia. Mekanisme yang diterapkan adalah changes of priorities. Changes of priorities terjadi di Kolombia karena terjadi pergantian pemimpin pada tahun Pergantian pemimpin ini membawa perubahan kepentingan dan prioritas dari pemimpin pengganti. Opsi dalam mengatasi konflik juga menjadi lebih beragam dari sebelumnya. Mekanisme tersebut dapat dijalankan seiring dan sejalan dengan pelaksanaan TJ. Sesuai dengan teori Saffon dan Uprimny, muatan isi TJ fleksibel dan dapat dapat disesuaikan dengan kepentingan dan prioritas pemimpin. Dengan kemudahan ini, Presiden Kolombia dapat memasukkan mekanisme resolusi konflik yang sebelumnya sulit untuk dilakukan karena tidak didukung standar hukum, ke dalam rangkaian program TJ. Getting to the Table Fenomena penggunaan kembali negosiasi oleh pemerintah Kolombia dengan FARC secara lebih khusus dapat dijelaskan dengan menggunakan teori dari Janice G. Stein (1989) dalam jurnal hasil penelitiannya Getting to the table: The Triggers, Stages, Functions, and Consequences of Prenegotiation: The beginning of a process of prenegotiation is generally marked by turning point in the relationship between parties, an event or change in conditions that triggers a 8

9 reassessment of alternatives and adds negotiation to the strategies of conflict management that is seriously considered. 12 Pemicu utama pihak berkonflik mempertimbangkan penggunaan negosiasi adalah adanya titik balik dalam hubungan mereka. Kondisi titik balik adalah kondisi membaik atau memburuknya suatu pihak yang disertai persepsi adanya peluang ataupun ancaman yang akan muncul akibat konflik yang sedang dihadapi. Kondisi titik balik pihak berkonflik memiliki peranan penting dalam keputusan untuk melakukan negosiasi karena hal ini akan menentukan titik terendah dalam bernegosiasi dan jangkauan penawaran kepada lawan. Terjadi titik balik dalam hubungan Pemerintah Kolombia dan FARC setelah pemerintah menerapkan program-program TJ. Kondisi pemerintah membaik dengan adanya hukum yang lebih tegas sehingga muncul persepsi adanya peluang mengakhiri konflik jika negosiasi dilakukan. Dalam negosiasi sebelum-sebelumnya, FARC masih memiliki anggota yang banyak dan pendapatan yang tinggi sedangkan pemerintah lemah baik dari sisi militer maupun hukum. Dalam kondisi seperti itu, reservation point pemerintah rendah karena tidak memiliki ancaman untuk FARC. Kini setelah pemerintah didukung militer dan hukum yang kuat, reservation point pemerintah meningkat dalam melakukan negosiasi. Sebaliknya, FARC kini tidak sekuat pada tahun 1990-an sehingga menurunkan reservation point-nya. Perubahan reservation point kedua pihak menyebabkan perubahan bargaining range yang cenderung menyebabkan pemerintah merasa negosiasi kali ini memiliki peluang mencapai kesepakatan. Keputusan untuk melakukan negosiasi juga disertai oleh beberapa kebutuhan yang mendorong dilakukannya negosiasi. Menurut Stein: 12 J.G. Stein, Getting to the Table: The Triggers, Stages, Functions, and Consequences of Prenegotiation, International Journal, vol. 44, no. 2, 1989, hlm

10 ..leaders have decided to consider negotiation when they see the need for a strategy of crisis avoidance or post-crisis management or when they see a conjunction of threat and opportunity, when prenegotiation promises to reduce some of the risks associated with negotiation, and when they are anticipate benefits from the process which are largely independent of whether or not it culminates in agreement. 13 Terdapat beberapa penyebab yang mendorong pemimpin memilih untuk melakukan negosiasi. Penyebab-penyebab tersebut adalah untuk menghindari terjadinya krisis, mengelola kondisi pasca terjadinya krisis, dan munculnya ancaman atau peluang; mengurangi resiko dari konflik sehingga diharapkan kedua pihak dapat memperoleh keuntungan yang lebih dengan melakukan negosiasi; dan mengharapkan adanya keuntungan dalam proses negosiasi, baik negosiasi berakhir pada kesepakatan maupun sebaliknya Argumentasi Utama TJ memiliki pengaruh pada keputusan pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan FARC. Proses pengaruhnya terjadi saat TJ dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk kepentingan tertentu dan TJ membawa titik balik dalam hubungan pemerintah dengan FARC. TJ dapat dimanfaatkan dengan dua cara, yakni cara manipulatif dan cara demokratis. Cara manipulatif, pemerintah memanfaatkan TJ untuk melakukan amnesti guna menarik FARC dalam negosiasi agar lebih kooperatif. Cara demokratis, pemerintah Kolombia menerapkan mekanisme resolusi konflik untuk konflik di negara demokratis. Keputusan pemerintah Kolombia juga dipengaruhi oleh adanya titik balik dalam hubungan pemerintah dengan FARC. Titik balik hubungan pemerintah-farc dipengaruhi TJ karena TJ membuat pemerintah membuat undang-undang yang melindungi korban konflik, menghukum kriminal dan untuk mengakomodasi rencana negosiasi, TJ juga menghasilkan hukum yang mengatur jalannya negosiasi dengan kelompok gerilya. Adanya hukum yang mengatur dengan jelas meningkatkan kekuatan pemerintah. Meningkatnya kekuatan 13 J.G. Stein, hlm

11 pemerintah membuat pemerintah lebih percaya diri untuk melakukan negosiasi dengan FARC karena meningkatnya titik terendah dalam bernegosiasi dan jangkauan penawaran dalam negosiasi kali ini Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian mengenai TJ dan kaitannya dengan negosiasi kembali pemerintah Kolombia-FARC, peneliti akan menggunakan metode kualitatif berupa studi literatur. Dalam studi literature ini, peneliti akan melakukan penelitian dalam tiga tahapan utama, yaitu: (1) Pengumpulan Data; (2) Pengolahan Data; dan (3) Laporan Penulisan. Yang dilakukan pada tahap pengumpulan data adalah menetapkan batasan parameter data yang akan dikumpulkan dengan menyeleksi informasi yang diperoleh dari data sekunder. Pengumpulan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini akan menggunakan sumber-sumber referensi tertulis dalam bentuk cetak seperti buku, jurnal, surat kabar, majalah, dan diktat kuliah. Selain itu, juga dilengkapi dengan data tertulis dalam bentuk elektronik seperti e-book dan website tentang konflik dan dampaknya di Kolombia, peran FARC dalam konflik di Kolombia, TJ dan pelaksanaannya, penanganan konflik secara umum dan khusus (FARC), dan konsepkonsep yang terkait dengan fenomena konflik di Kolombia. Selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Pada tahap ini, informasi dikelompokkan dalam kategori dan dibuat menjadi sebuah deskripsi. Setelah itu, dijabarkan ke dalam bentuk tulisan ilmiah atau laporan penulisan. Tahap terakhir adalah dengan membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisis yang kemudian ditambahkan dalam laporan penulisan Sistematika Penulisan Penulis mengambil rentang waktu 2010 hingga sekarang karena kurun waktu tersebut adalah masa pemerintahan Juan Manuel Santos. TJ terlaksana dengan baik pada masa Juan Manuel Santos. Selain itu, pemerintah di bawah Juan Manuel Santos 11

12 memulai negosiasi kembali dengan FARC. Skripsi ini terbagi ke dalam empat bab, berikut adalah isi dari keempat bab tersebut. Bab I: Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan tentang Alasan Pemilihan Judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kerangka Teori, Argumentasi Utama, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Kronologi dan Dampak Konflik dengan FARC Pada bab ini akan dijelaskan uraian mengenai kronologi terjadinya konflik antara pemerintah Kolombia dengan FARC dan dampak dari konflik tersebut. Bab III: TJ dan Pengaruhnya pada Keputusan Pemerintah untuk Bernegosiasi dengan FARC Pada bab ini, akan dijelaskan bagaimana TJ dibentuk dan dijalankan sebagai reaksi atas dampak konflik. Setelah itu, akan dijabarkan dampak TJ pada keputusan pemerintah dalam menangani konflik dengan FARC. Pada bab ini akan dianalisis bagaimana TJ dapat memberi dampak pada keputusan pemerintah Kolombia untuk melakukan negosiasi. Bab IV: Penutup Bab ini berisi kesimpulan, yakni jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. Selain kesimpulan, akan ditambahkan pelajaran yang dapat dipetik dari studi kasus ini. 12

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: SETHARI RUMATIKA

SKRIPSI. Disusun Oleh: SETHARI RUMATIKA SKRIPSI LATAR BELAKANG TERJADINYA PERUNDINGAN DAMAI ANTARA PEMERINTAH KOLUMBIA DENGAN KELOMPOK GERILYA FARC (REVOLUTIONARY ARMED FORCES OF COLOMBIA) PADA TAHUN 2012-2014 Background of Peace Talks Occurrence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.

Lebih terperinci

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War Artanti Wardhani Definisi PERANG vs.konflik adanya pengerahan kekuatan dari militer (1000 personel) dan memakai kekuatan bersenjata contention / disputation antara

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian

Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian a. Profil Lulusan 1. Perumus dan pelaksana hubungan untuk pemerintah (diplomat, staf kementerian luar negeri, staf pemerintah daerah, staf lembaga pemerintah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

KONFLIK DAN NEGOSIASI

KONFLIK DAN NEGOSIASI BAB XI KONFLIK DAN NEGOSIASI Konflik Definisi Konflik Proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada permintaan tebusan dalam pembebasan sandera. Namun hal tersebut ditolak

BAB I PENDAHULUAN. pada permintaan tebusan dalam pembebasan sandera. Namun hal tersebut ditolak BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Abu Sayyaf merupakan kelompok bersenjata yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina. Kelompok tersebut menyandera 10 warga negara Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang permasalahan Kolombia merupakan negara dengan populasi ketiga terbesar di bagian selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih dari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010.

BAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010. BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mengalami beberapa konflik internal, beberapa konflik horisontal dan ada juga konflik vertikal salah satu konflik yang terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI TRAINING PENGARUSUTAMAAN PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BAGI HAKIM SELURUH INDONESIA Santika Premiere Jogja, 18 21 November 2013 MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya terdapat berbagai kontradiksi dalam kepentingan dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya terdapat berbagai kontradiksi dalam kepentingan dan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik akan selalu terjadi dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, karena survival ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola konflik yang mana di dalamnya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992.

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan negara yang memiliki beragam etnis dan agama. Sejak berakhirnya kolonialisme Inggris pada tahun 1948, muncul ketegangan diantara kelompok minoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu hak warga negara adalah hak untuk mempergunakan suaranya sebagai Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni BAB V KESIMPULAN Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni Eropa bisa dikatakan sangat dekat. Turki berusaha mendekat menjadi lebih demokratis. Turki menjadi angota NATO sejak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peristiwa Perang Sipil Spanyol (Spanish Civil War) yang terjadi pada tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi sesaat sebelum

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci