BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Konsep Produktivitas Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri atas manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan, serta waktu, sedangkan output meliputi produksi, produk penjualan, serta pendapatan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:102). Produktivitas merupakan salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian. Produktivitas adalah suatu konsep yang mengukur rasio dari total output terhadap rata-rata terimbang dari input. Dua varian yang penting adalah produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output per unit tenaga kerja, dan produktivitas faktor total, yang mengukur output per unit dari total input (biasanya modal dan tenaga kerja). Selain itu, menurut Ravianto (1985) menyatakan bahwa, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga persatuan waktu. Pengertian ini menunjukkan bahwa ada kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Selanjutnya menurut (Simanjuntak, 1985:30) produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat tergantung 15

2 pada satuan masukan (input) yang diberikan oleh tenaga kerja dan satuan keluaran (output) yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Masalah produktivitas kerja tidak terlepas dari hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh kesempatan kerja demi kehidupan yang layak. Produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tenaga kerja yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja serta mengeluarkan kemampuannya secara optimal. Produktivitas mempunyai dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Pada hakekatnya, produktivitas tumbuh karena skala ekonomi dan karena perubahan teknologi. Skala ekonomi dan produksi misalnya telah menjadi unsur yang penting dari pertumbuhan produktivitas sepanjang abad yang lalu. Pengaruh kenaikan secara umum dalam skala aktivitas ekonomi adalah jika hasil yang meningkat maka yang berlaku yaitu semakin besar skala input dan produksi akan mengarah pada produktivitas yang lebih besar. Menurut Suprihanto dalam Sri Haryani (2002:97) produktivitas merupakan kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sumber-sumber ekonomi atau sering disebut faktor-faktor produksi mencakup tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan bahan baku. Dalam suatu proses produksi, sumber-sumber ekonomi ini diolah untuk menghasilkan barang atu jasa. 16

3 Produktivitas Dari pengertian di atas, produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut : O I Keterangan :... (1) O : output yang dihasilkan I : input yang digunakan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1) Pendidikan Umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. Pendidikan dalam hal ini artinya pendidikan formal maupun non formal. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas dapat mendorong para pekerja yang bersangkutan melakukan tindakan produktif. 2) Keterampilan Karyawan yang terampil lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pekerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup. 3) Tingkat penghasilan Penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 17

4 4) Lingkungan dan Iklim Usaha Lingkungan dan iklim kerja yang baik mendorong karyawan senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas. 5) Sarana Produksi Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. 6) Teknologi Teknologi yang dipakai dengan tepat dan lebih maju tingkatannya akan memungkinkan tiga hal yaitu : 1) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi 2) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu 3) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisi Jenis, Analisis, dan Pengukuran Produktivitas Jenis Produktivitas Menurut Sri Haryani (2002:97) jenis produktivitas dapat dikelompokkan menjadi dua, antara lain yaitu : 1) Produktivitas Total Produktivitas dapat diukur dari berbagai faktor penyusunnya seperti tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan bahan baku, yang disebut dengan produktivitas dari berbagai faktor (multifactor productivity). Produktivitas ini sering disebut dengan produktivitas total (Sri Haryani, 2002:97). Rumus multifactor productivity dapat dituliskan sebagai berikut: Total output Produktivitas Total...(2) Total input 18

5 2) Produktivitas Satu Faktor Selain menghitung produktivitas dari berbagai faktor, produktivitas juga dapat diukur untuk masing-masing faktor, yang disebut produktivitas dari satu faktor (single factor productivity). Dari berbagai faktor produktivitas, yang sering dihitung dengan (single factor productivity) adalah produktivitas tenaga kerja. Produktivitas juga sering dikenal sebagai kinerja, karena produktif tidaknya seorang tenaga kerja atau sekelompok pekerja dinilai dari kinerjanya (Sri Haryani, 2002:98) Analisis Produktivitas Menurut Sri Haryani (2002:101) analisis produktivitas dibedakan menjadi dua, antara lain yaitu : 1) Analisis Mikro Analisis produktivitas secara mikro menganalisis produktivitas pada suatu perusahaan tertentu. Pada umumnya analisis dilakukan baik untuk single factor productivity maupun multifactor productivity. Hasil perhitungan ini oleh perusahaan akan di perbandingkan dengan produktivitas dari perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Perusahaan selalu mengupayakan agar produktivitas dari tahun ke tahun selalu meningkat, atau paling tidak relatif tetap. Dalam hal ini perusahaan akan mencatat faktor-faktor yang mendukung produktivitas tersebut. Untuk selanjutnya dijadikan pegangan dalam meningkatkan produktivitas di tahun-tahun mendatang. Sedangkan produktivitas yang menurun akan dianalisis faktor-faktor yang 19

6 menyebabkan penurunan produktivitas, untuk selanjutnya dicarikan solusi penyelesaiannya. 2) Analisis Makro Analisis produktivitas makro dapat dilakukan dalam tingkat industri maupun nasional. Dalam tingkat industri akan di perbandingkan tingkat produktivitas perusahaan dengan tingkat produktivitas rata-rata industri. Dalam hubungan industrial analisis produktivitas yang lebih tepat adalah analisis mikro, yakni analisis produktivitas tingkat perusahaan, sedangkan analisis makro yang tepat adalah analisis tingkat industri. Analisis produktivitas tingkat mikro dapat dianalisis dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen maupun pekerja dalam meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas tersebut akan mengarah kepada peningkatan kemakmuran dari pihak manajemen dan pekerja. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka diharapkan laba atau keuntungan perusahaan akan meningkat. Dalam analisis produktivitas tingkat industri, apabila karyawan mempunyai produktivitas tinggi, maka disebut single factor productivity, khususnya produktivitas tenaga kerja tinggi. Pada dasarnya produktivitas karyawan di suatu perusahaan lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas karyawan di industri Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per jam kerja seseorang memang sudah dapat diterima secara luas, Namun, dari sudut pengawasan harian, umumnya pengukuran- pengukuran 20

7 tersebut belum memuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan metode pengukuran waktu tenaga kerja baik dalam satuan jam, harian, bulanan, maupun tahunan. Produktivitas tenaga kerja sendiri dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana. Dalam mengukur suatu produktivitas perusahaan, dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja seseorang, yaitu jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi seluruh jam-jam kerja yang harus dibayar ditambah dengan jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun tetap harus dibayar, seperti liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan lain-lainnya. Jadi, untuk pengukuran produktivitas tenaga kerja, diperlukan unit-unit sebagai berikut, yaitu kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003). Pengukuran produktivitas menurut (Sinungan, 2003:23), dalam arti perbandingan dapat dibedakan menjadi tiga jenis antara lain : 1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan, apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya. 2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian relatif. 3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan ini merupakan hal yang terbaik sebagai pemusatan sasaran dan tujuan. 21

8 Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yang dapat digolongkan menjadi empat golongan antara lain : 1) Kualitas dan kemampuan fisik karyawan 2) Sarana pendukung 3) Supra sarana 4) Manfaat produktivitas Konsep Tenaga Kerja Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi yaitu penduduk usia kerja dan bukan angkatan kerja. perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja disebut partisipasi angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen (Sukirno, 2001). Menurut Mulyadi (2003:59), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja berusia tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan angkatan kerja (labour force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa. Menurut Tan Goan Tiang dalam Mantra (2003:224) istilah tenaga kerja tidaklah identik dengan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang diikusertakan dalam proses ekonomi. Termasuk juga tenaga kerja perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Keikutsertaan perempuan dalam 22

9 kegiatan ekonomi sangat besar peranannya dalam peningkatan pendapatan. Hal ini akan berpengaruh pada kesejahteran masyarakat secara keseluruhan. Seperti halnya di Desa Pejaten, keikutsertaan perempuan dalam kegiatan ekonomi tidak dapat dipungkiri. Para pekerja perempuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam industri kerajnan genteng di Desa Pejaten. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang bekerja, yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 2001:3). Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan-golongan lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini juga disebut sebagai potential labor force (Simanjuntak, 2001:3). 1) Angkatan Kerja Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk produksi. Di antara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya dalam menghasilkan barang atau jasa. Mereka disebut sebagai golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka disebut sebagai pencari kerja atau penganggur. 23

10 Jumlah yang bekerja dan pencari kerja disebut sebagai angkatan kerja atau labor force (Simanjuntak, 2001:3). 2) Bukan Angkatan Kerja Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, antara lain : - Golongan yang masih bersekolah. - Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah. - Golongan lain-lain, yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam, yaitu penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa milik, serta mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis (Simanjuntak, 2001:6). Bekerja merupakan kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Mantra dalam (Widyastuti, 2009), mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena bersekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Menurut 24

11 Silaban (2003), masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini antara lain ada empat permasalahan, yaitu : 1) Tingginya jumlah pengangguran massal. 2) Rendahnya tingkat pendidikan buruh. 3) Minimnya perlindungan hukum 4) Upah kurang layak. Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada survey yang dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh. Pada dasarnya pasar tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu pasar tenaga kerja terdidik dan pasar tenaga kerja tidak terididik. Menurut Simanjuntak (dalam Siregar dan Sukwika), kedua bentuk pasar tenaga kerja tersebut memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Pertama yaitu bahwa tenaga kerja terdidik pda umumnya memilki tingkat produktivitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak terdidik. Produktivitas kerja dapat 25

12 tercermin dari tingkat upah dan penghasilan pekerja yang diperoleh, yaitu berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat upah dan penghasilan yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Kedua, dari segi waktu, supply tenaga kerja terdidik haruslah melalui proses pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu elastisitas penawaran tenaga kerja terdidik biasanya lebih kecil daripada elastisitas penawaran tenaga kerja tidak terdidik. Ketiga, dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu untuk menyeleksi tenaga kerja terdidik dari pada tenaga kerja tidak terdidik. Penawaran tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. seperti halnya penawaran, permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan seseorang adalah untuk membantu memproduksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguaran, serta pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang diarahkan pada pembentukan tenaga professional yang mandiri dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha. 26

13 2.1.5 Konsep Industri Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekayaan industri. Dari pengertian tersebut, maka industri mencakup segala kegiatan produksi yang memproses bahan-bahan mentah menjadi setengah jadi maupun barang jadi atau kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari suatu tingkat tertentu ke tingkat yang lain, ke arah peningkatan nilai atau daya guna yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Subekti, 2007). Berdasarkan ukurannya, industri dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain : 1) Industri besar adalah industri yang menggunakan mesin tenaga dengan buruh 50 orang ke atas, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 100 orang ke atas. 2) Industri sedang adalah industri yang menggunakan mesin tenaga buruh 5 sampai 49 orang, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 10 sampai 99 orang. 3) Industri kecil adalah industri yang menggunakan mesin tenaga dengan buruh 1 sampai 4 orang, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 1 sampai 9 orang. 27

14 4) Kerajinan rumah tangga adalah suatu usaha pengubahan/ pembentukan suatu barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak mempergunakan buruh yang dibayar Industri Kecil dan Kerajinan Menurut Badan Pusat Statistik (dalam Subekti, 2007) menyatakan bahwa industri kecil merupakan kesatuan produksi yang terkecil di suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang secara mekanis atau kimia sehingga menjadi barang atau produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen. Selain itu, menurut (Tambunan, 2008), industri kecil merupakan kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk, yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri serta tidak terikat jam kerja dan tempat. Sedangkan menurut A.R. Soehoed, usaha industri adalah suatu badan usaha dimana investasi peralatan dan mesin-mesin, tidak termasuk gedung dan tanah, paling besar adalah sejumlah Rp ,- yang mana setiap investasi Rp ,- dapat menyerap satu orang tenaga kerja. Selanjutnya menurut Badan Pusat Statistik, perusahaan atau industri pengolahan di Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori yang berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam atau kekuatan mesin yang digunakan, antara lain : 1) Industri kerajinan rumah tangga yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1 sampai 4 orang. 28

15 2) Industri kerajinan kecil yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5 sampai 19 orang. 3) Industri kerajinan sedang yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20 sampai 99 orang. 4) Industri kerajinan besar yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang lebih. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 tentang perindustrian, ada beberapa kriteria fisik industri kecil antara lain : 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- 3) Dimiliki oleh warga Negara Indonesia (WNI). 4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. 5) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi. Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (dalam Subekti, 2007) antara lain : 1) Proses produksi lebih mekanis (mechanized), dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus (pabrik) yang biasanya berlokasi di samping rumah si pengusaha atau pemilik usaha. 29

16 2) Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labour). 3) Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup menarik untuk dijual. Klasifikasi industri kecil menurut Departemen Perindustrian (Subekti 2007), antara lain : 1) Industri Kecil Modern Berdasarkan definisi Departemen Perindustrian, industri kecil modern meliputi industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya, mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan Litbang dan usaha- usaha kerekayasaan (industri besar), dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor, serta menggunakan mesin khusus dan alat modal lainnya. 2) Industri Kecil Tradisional Ciri-ciri industri kecil tradisional yaitu : a) Teknologi proses digunakan secara sederhana. b) Teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang disedikan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari program bantuan teknisnya kepada industri kecil. c) Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif sederhana. d) Lokasinya di daerah pedesaan. 30

17 e) Akses untuk menjangkau pasar yang di luar lingkungan yang berdekatan terbatas. 3) Industri Kerajinan Kecil Industri kerajinan kecil meliput industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana, sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya, atau bahkan menggunakan teknologi proses maju. Menurut Darwan Rahardjo (1984:180), berdasarkan sifat dan orientasinya, industri kecil dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu : a) Industri yang memanfaatkan potensi dan sumber daya alam, ini umumnya berorientasi pada pemrosesan bahan mentah menjadi bahan baku. b) Industri yang memanfaatkan keterampilan dan bakat yang banyak dijumpai pada sentra-sentra produksi. c) Industri penghasil benda-benda seni yang memiliki mutu dan pemasaran khusus. d) Industri yang terdapat di pedesaan, yaitu yang berkaitan dan merupakan bagian kehidupan dan ekonomi daerah pedesaan. 31

18 2.1.7 Konsep Upah Upah memegang peranan penting dalam kelancaran perusahaan karena sistem pengupahan yang baik merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas menjadi optimal. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk pekerjaan/jasa yang telah dilakukan yang dinyatakan/dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan/pekerja itu sendiri. (Sukirno, 2005:350) Upah diartikan pula sebagai pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Adapun upah dbedakan menjadi dua golongan yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang merupakan jumlah uang yang diterima oleh para pekerja dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental/fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut dalam membeli barangbarang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005:351). Dalam jangka panjang kecendrungaan yang berlaku adalah suatu keadaan yang menunjukkan harga-harga barang maupun upah terus mengalami kenaikan, tetapi kenaikan tersebut tidaklah serempak dan begitu pula besarnya. Perubahan yang berbeda ini akan menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sejauh mana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati para pekerja. Upah tenaga kerja bergantung pada beberapa hal, yaitu : 32

19 1) Biaya keperluan hidup minimal pekerja dan keluarganya. 2) Peraturan UU yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR) 3) Produktivitas marginal pekerja. 4) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha. 5) Perbedaan jenis pekerjaan Konsep dan Tujuan Pendidikan Konsep Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan sangat menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu modal utama dalam memajukan pembangunan selain sumber daya alam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah bersama swasta dan masyarakat berkewajiban menyelenggarakan program pendidikan nasional yang berkualitas yang meliputi seluruh lapisan masyarakat. Upaya serius di bidang pendidikan telah dilakukan pemerintah sejak tujuh puluhan antara lain melalui program penambahan sarana pendidikan dan Program Wajib Belajar 9 Tahun, dengan maksud agar semua penduduk usia sekolah baik laki-laki maupun perempuan dapat mengikuti pendidikan minimal pada jenjang pendidikan dasar. Secara normatif nampak bahwa kebijakan dan program pemerintah di bidang pendidikan baik pada pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi tidak menunjukkan adanya diskriminasi gender. Namun dalam realitas 33

20 outputnya, kesenjangan gender cukup signifikan, terutama pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Kesenjangan gender di bidang pendidikan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat kemajuan tingkat pendidikan suatu masyarakat. Maksudnya adalah kemampuan membaca dan menulis. Semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf dalam suatu masyarakat, menandakan tingkat kualitas sumber dayanya semakin rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh seseorang atau pekerja perempuan akan berkorelasi atau berhubungan dengan semakin baiknya kualitas sumber dayanya, sehingga mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih menguntungkan (Thamrin, 2007). Beliau mengemukakan bahwa dengan pendidikan yang cukup dan didukung dengan kesehatan yang baik maka kesiapan untuk menjadi manusia yang tangguh dan mandiri serta kreatif akan dapat tercapai guna menyongsong masa depan yang lebih baik dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Upaya untuk menyelenggarakan kesempatan pendidikan dasar, niscaya merupakan usaha penting yang dilakukan oleh negara sedang berkembang (Todaro, 1948:152). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula waktu yang disediakan untuk bekerja. Khususnya bagi para wanita, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, maka kecendrungan untuk bekerja juga akan semakin besar (Simanjuntak, 2001:46). Menurut Tirtarahardja dalam (Hartati & Gunarsih, 2008), batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli sangat beraneka ragam, dan kandungan yang ada di dalamnya pun berbeda satu sama 34

21 lain. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Berikut terdapat fungsi-fungsi dari pendidikan yaitu : 1) Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagi kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain. 2) Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik mengarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. 3) Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. 4) Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. 35

22 Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. 5) Pendidikan sebagai Faktor Sosial Pendidikan pada dasarnya adalah usaha secara sadar untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kepribadian baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup (long life education). Penerapan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat dipengaruhi oleh pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan formal ini berlangsung dari pendidikan dasar, lanjutan, sampai ke perguruan tinggi. Menurut (Mosher, 1978) pendidikan dasar adalah bertujuan mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan, hidup berfikir secara ilmiah mengenai segala sesuatu yang mereka lakukan, menambah pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan baru dan memecahkan masalah baru. Dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi, maka akan memudahkan bagi penduduk untuk bekerja dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, tujuan pendidikan formal diarahkan pada kegiatan yang akan menghasilkan tenaga-tenaga kerja terdidik yang merupakan investasi keahlian dan keterampilan di dalam pembangunan. Sedangkan dalam jangka pendek, tujuan diarahkan pada kegiatan yang akan menghasilkan lulusan dengan tingkat, jumlah, dan mutu yang dibutuhkan dalam pembangunan. 36

23 Menurut (Singarimbun, 1988) ada empat cara yang dapat digunakan dalam mengukur jenjang pendidikan, yaitu : 1) Kemampuan baca tulis 2) Lamanya tahun ajaran yang diselesaikan 3) Jenjang pendidikan tinggi yang dicapai 4) Kualifikasi atau gelar yang dicapai Tujuan dari Proses Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, dan mikro. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal (Tirtarahardja dalam Hartati & Gunarsih, 2008). Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan menunjukkan tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas untuk seseorang menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahanya (Hasyim, 2006). Semakin tingginya pendidikan seseorang, maka nilai waktunya akan menjadi tambah mahal. Orang yang waktunya relatif mahal cenderung untuk menggantikan waktu senggangnya 37

24 untuk bekerja (substitution effect). Pengaruh ini terutama lebih nyata di kalangan wanita. Wanita berpendidikan tinggi umumnya tidak tinggal di rumah mengurus rumah tangga, akan tetapi masuk pasar kerja (Simanjuntak, 2001:53) Konsep Teknologi Menurut (Yusuf Rohmadi, 2003:111), secara terminologis kata teknologi memilki banyak pengertian. Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan yang dipilahnya menjadi empat cabang, antara lain : 1) Teknologi fisik, seperti teknik mesin dan teknik sipil. 2) Teknologi biologis, seperti farrmakologi. 3) Teknik sosial, seperti riset operasi. 4) Teknologi pikir, seperti ilmu komputer. Sedangkan The Liang Gie dalam (Yusuf Rohmadi, 2003:110) mengartikan teknologi adalah pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebagai ilmu industrial. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah techne yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu obyek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip- prinsip atau metode dan seni. Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan. Menurut Prayitno dalam (Ilyas, 2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda yang digunakan dalam waktu dan tempat tertenu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau 38

25 diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima, dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat antara lain segi teknis mudah digunakan, segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berlaku. Dalam tahapan inilah, teknologi tepat guna selanjutnya disadari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, manusia, dan dunia. Teknologi tepat guna mewajibkan manusia merenungi dulu nilai dan tujuan sebelum melibatkan diri pada perkembangan teknologi atau penerusan teknologi tertentu. Dalam teknologi tepat guna, pertimbangan utamanya adalah kesesuaian antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural. Dalam filsafat tekonologi tepat guna, teknologi dirancang dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1) Harus mempertahankan keanekaragaman 2) Harus mendorong interaksi yang aman antara manusia, mesin- mesin, dan lingkungan hidup. 3) Dalam pembuatan dan pemakaian energi harus sehat menurut standar termodinamika. 39

26 4) Biaya-biaya harus impas. 5) Pemakaiannya harus meningkatkan pengembangan manusia (Soerjantopoespowardojo, 2003:112) Upah dan Produktivitas (Sumarlin, 2007:50) Di dalam dunia usaha, pengupahan merupakan hal yang sewajarnya sebagai bentuk kompensasi atas kontribusi yang diberikan pekerja atau buruh kepada perusahaan. Jadi ketika perusahaan merekrut pekerja atau buruh yang diharapkan adalah pekerja/buruh dapat menjalankan serangkaian pekerjaannya untuk menghasilkan barang atau jasa yang mendukung kegiatan usaha sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh tersebut salah satunya digunakan perusahaan untuk memberikan kompensasi berupa upah kepada pekerja/buruh. Jadi keberadaan pekerja/buruh dalam suatu perusahaan adalah dalam kerangka bisnis kemitraan bukan kerangka kegiatan sosial. Hal tersebut seiring dengan definisi upah menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 pada pasal 1 ayat 30 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Kontribusi pekerja kepada perusahaan dengan menjalankan pekerjaannya kemudian dapat disebut sebagai kinerja atau juga dapat disebut produktivitas. 40

27 Semakin baik kinerja dan produktivitasnya maka sudah selayaknya pekerja/buruh mendapat upah yang lebih baik dibanding pekerja/buruh yang rendah kinerja dan produktivitasnya. Upah adalah imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang diberikannya dalam proses memproduksikan barang atau jasa di perusahaan. Dengan demikian pekerja dan pengusaha mempunyai kepentingan langsung mengenai sistem dan kondisi pengupahan di setiap perusahaan. Pekerja dan keluarganya sangat tergantung pada upah yang mereka terima untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan kebutuhan lain. Sebab itu para pekerja dan Serikat pekerja selalu mengharapkan upah yang lebih besar unruk meningkatkan taraf hidupnya. Di lain pihak, para pengusaha sering melihat upah sebagai bagian dari biaya saja, sehingga pengusaha biasanya sanga hati-hati untuk meningkatkan upah. Pemerintah berkepentingan juga untuk menetapkan kebijakan pengupahan, di satu pihak untuk tetap dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Di lain pihak, kebijakan pengupahan harus dapat menstimulasi investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja serta mampu menahan inflasi. Pekerja berpenghasilan sangat rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatannya dengan memadai. Oleh sebab itu, pekerja memerlukan upah yang cukup layak dan terus meningkat agar dapat meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya. Peningkatan upah dan penghasilan pekerja akan meningkatkan daya beli masyarakat pada umumnya, 41

28 yang kemudian akan menggairahkan dunia usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan upah yang tidak diikuti oleh kenaikan produktivitas para pekerja akan menimbulkan kesulitan bagi pengusaha. Peningkatan produktivitas bukan saja harus cukup mengimbangi kenaikan upah akan tetapi harus juga mampu membuka peluang yang lebih besar bagi perusahaan untuk terus tumbuh dan bekembang. Dengan demikian sistem pengupahan di satu pihak harus mencerminkan keadilan dengan memberikan imbalan yang sesuai dengan kontribusi jasa kerja dan mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Pengertian upah menurut Thomas H. Stone dalam Moekijat (1992), upah menunjukkan kompensasi langsung yang diterima secara langsung oleh seseorang pegawai yang dibayar menurut tarif jam-jaman, dan dilanjutkan oleh Beach (1992) yang mempunyai dua pendapat mengenai upah. Pertama, menyatakan bahwa upah biasanya digunakan untuk pegawai yang pembayarannya dihitung menurut lamanya jam kerja, dan yang kedua menyatakan bahwa padsa umumnya upah adalah sesuatu yang diberikan sebagai imbalan jasa atau balas jasa, akan tetapi lebih khusus upah adalah uang yang dibayarkan untuk penggunaan sesuatu. Sedangkan teori upah efisiensi merupakan salah satu landasan mikro ekonomi Post Keynesian yang dikemukakan oleh Cafferty (1990) teori ini memberikan landasan bahwa selalu aka nada pengangguran terpaksa dan adanya industry yang tetap di dalam mempertahankan upah, karena baik industri yang berupah tinggi maupun yang berupah rendah ternyata tidak melakukan penyesuaian, tetapi 42

29 cenderung mempertahankannya. Pengusaha memberikan upah yang tinggi kepada tenaga kerja dengan harapan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitasnya. Menurut (Sumarlin, 2007:57) produktivitas dan upah memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika pekerja bekerja secara produktif sehingga memberikan kontribusi besar pada perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang besar maka sudah selayaknya perusahaan memberikan penghargaan namun akan berlaku sebaliknya, jika pekerja tidak bekerja secara produktif sehingga kontribusinya rendah terhadap perusahaan, maka sudah selayaknya pula kalau penghargaan yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja juga rendah. Sistem pengupahan berdasarkan produktivitas tenaga kerja adalah memberikan upah berdasarkan produktivitas tenaga kerja masing-masing dan akan selalu disesuaikan dengan kondisi kemampuan perusahaan. Apabila upah mengalami kenaikan maka produktivitaas tenaga kerja juga akan naik, tetapi apabila upah mengalami penurunan maka produktivitas tenaga kerja juga akan menjadi turun. Sedangkan yang menjadi tujuan dalam penetapan upah berdasarkan produktivitas yaitu mempertahankan pekerja dari PHK, menjamin daya saing perusahaan, menjamin keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, dan meningkatkan motivasi kerja. Prinsip dalam sistem penetapan upah berdasarkan produktivitas adalah mencerminkan nilai pekerja dankenaikan upah mendahului pertambahan produktivitas. Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah. Dalam hal ini upah berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Peningkatan upah akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja 43

30 walaupun masih banyak faktor lain yang berpengaruh diantaranya yaitu sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar atau mutu yang lebih baik dan sumber daya modal fisik yang tersedia dalam jumlah yang lebih banyak atau mutu yang lebih baik Tingkat Pendidikan dan Produktivitas Kerja Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih menguntungkan (Thamrin, 2007). Pada dasarnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula waktu yang disediakan untuk bekerja. Khususnya bagi para wanita, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, maka kecendrungan untuk bekerja juga akan semakin besar. (Simanjuntak, 2001:46). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting pengaruhnya terhadap diri seseorang. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja, tentu memiliki kaitan yang sangat penting. Peningkatan dalam pendidikan akan sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja memiliki hubungan yang positif, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas yang dimilikinya, termasuk juga dalam kaitannya terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kaum perempuan untuk dapat menempuh tingkat pendidikan yang memadai. 44

31 Teknologi dan Produktivitas Kerja Secara umum, menurut (Mardikanto, 1993) teknologi merupakan hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima, dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Teknologi juga merupakan alat/metode yang dapat membantu manusia dalam mnyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik, lebih cepat, atau lebih banyak (Sri Haryani, 2002:108). Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat antara lain segi teknis mudah digunakan, segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berlaku. Dalam kaitannya dengan produktivitas kerja, teknologi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan produktivitas kerja tersebut. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja, maka diperlukan teknologi yang tepat guna yang disadari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, manusia, dan dunia. Teknologi tepat guna harus mampu memperhatikan kesesuaian antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural, agar tidak menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan teknologi tersebut. Oleh karena itu, penggunaan teknologi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat mencapai peningkatan produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa antara teknologi dengan produktivitas kerja memiliki hubungan yang positif yang berarti bahwa semakin tepat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula peluang dalam peningkatan produktivitas kerjanya. 45

32 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kartika Dewi dengan judul penelitian Analisis Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Produktivitas Penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Dari hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh simpulan bahwa secara serempak variabel keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi berepengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi Fhitung pada tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05. Dari pengujian secara parsial variabel keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Dari hasil regresi linear berganda diperoleh simpulan bahwa variabel kompensasi adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap peoduktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Hal ini ditunjukkan dari nilai Standardized Coefficients Beta yang paling besar. Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan produktivitas sebagai variabel terikatnya, dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel bebas meliputi upah, tingkat pendidikan, dan teknologi, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas meliputi keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi. Selain itu, obyek penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu pada penelitan ini menggunakan 46

33 tenaga kerja perempuan sebagai obyek penelitiannya, dan pada penelitian sebelumnya menggunakan tenaga kerja penjahit sebagai obyek penelitiannya. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Luh Diah Ayu Citraesmi (2010) dengan judul Pengaruh Modal, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Kreatif di Kota Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal (X1), tingkat upah (X2), nilai produksi (X3), dan teknologi (D) terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil kreatif di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan 80 sampel yang tersebar di Kota Denpasar. Hasil dari penelitian ini adalah : Y = 188, ,001X1 + 0,101X2 + 0,000X3 86,619D Nilai 1 = 0,001 mempunyai arti bahwa setiap penambahan modal sebesar Rp.1000 maka jam kerja pekerja industri kecil kreatif akan meningkat sebesar 1 jam. Nilai 2 = 0,101 mempunyai arti bahwa tingkat produksi sebesar 0,101 tidak berpengaruh signifikan terhadap jam kerja pada industri kecil kreatif. Nilai 3 = 0,000 mempunyai arti bahwa setiap penambahan nilai produksi sebesar Rp. 1,00 maka jam kerja industri kecil kreatif adalah tidak berubah. Nilai 4 = -86,619 mempunyai arti bahwa ada perbedaan rata-rata jam kerja total antara industri kecil kreatif yang menggunakan teknologi modern dengan yang menggunakan teknologi sederhana. Rata-rata jam kerja total pada industri kecil kreatif dengan teknologi maju 84,619 jam lebih rendah dibandingkan pada industri kecil kreatif dengan teknologi sederhana. 47

34 Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan teknologi sebagai variabel bebasnya, dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Perbedannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel dependen meliputi produktivitas tenaga kerja pada industri kerjinan genteng, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat meliputi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil kreatif. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda yaitu pada penelitian ini menggunakan lokasi di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sedangkan pnelitian sebelumnya menggunakan lokasi di Kota Denpasar. Pnelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ni Made Manik Eriyati dengan judul penelitian Pengaruh Status Perkawinan, Tingkat Pendidikan, Umur, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Studi Kasus Penjahit Wanita di Desa Renon Kecamatan Denpasar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data linear berganda dengan menggunakan uji F dan uji t. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak dan parsial variabel status perkawinan, tingkat pendidikan, umur dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja wanita. Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan tingkat pendidikan sebagai variabel bebasnya, penggunaan produktivitas tenaga kerja perempuan sebagai variabel terikatnya dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel bebas meliputi upah, dan teknologi, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas meliputi status perkawinan, 48

35 umur, jumlah tanggungan keluarga. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda yaitu penelitian ini dilakukan di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Desa Renon Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh A.A Gede Agung Parameswara (2011) dengan judul Pengaruh Tingkat Upah, Kualitas SDM, dan Teknologi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Yang Kreatif Berbasis Kearifan Lokal di Kota Denpasar. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu tingkat upah, kualitas SDM, dan teknologi, sedangkan variabel terikatnya (dependent variable) yaitu produktivitas tenaga kerja pada industri kecil yang kreatif berbasis kearifan lokal di kota Denpasar. Dalam penelitian ini hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat upah, kualitas SDM, dan teknologi berpengaruh signifikan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kreatif yang berbasis kearifan lokal di Kota Denpasar. Adapun persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan upah dan teknologi sebagai variabel bebasnya dan penggunaan teknik analisis data yang memiliki persamaan yaitu sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda, uji asumsi klasik, uji simultan, dan uji parsial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada obyek penelitiannya yaitu pada penelitian ini menggunakan tenaga kerja perempuan pada industri kerajinan genteng, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan tenaga kerja pada industri kecil yang kreatif berbasis kearifan lokal. Selain itu lokasi 49

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pengalaman Kerja Fagbenle (2012) menguraikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah berasal dari diri karyawannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Industri Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua kegiatan produksi yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA & RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas menurut Suprihanto dalam Haryani (2002:97), merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA & RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas menurut Suprihanto dalam Haryani (2002:97), merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA & RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produktivitas Produktivitas menurut Suprihanto dalam Haryani (2002:97), merupakan kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi A. Pendahuluan Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun tinggi. Produktivitas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas secara umum merupakan suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dan masukan (input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan terus mengedepankan pembangunan guna meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara

Lebih terperinci

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan Judul Nama : Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Serta Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar : Ni Made Marsy Dwitasari NIM : 1306105119 Abstrak Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Sektor Informal Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di kota Accra dan Nima, Ghana, ia mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah Untuk mengatur agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia agar memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha dan untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran

Lebih terperinci

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2 Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2004 2005 Oleh : Rifki NIM K7499092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas

I. PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian UKM Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Konsep Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan penting pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja. Bagi negara berkembang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang seperti dalam bidang ekonomi yang menjadi pusat perhatian utama dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di Indonesia khususnya untuk daerah-daerah industri mengalami ketegangan sosial yang akan terus meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk menciptakan keseimbangan pembangunan diberbagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan mengarahkan pendapatan secara

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang paling baik saat tidak ada inflasi adalah sama dengan nol. Tetapi kondisi tersebut tidak mungkin terjadi selama perekonomian dunia dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun atau lebih yang melakukan kegiatan ekonomi dengan bekerja untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN Disusun Oleh : Anggota Kelompok 1 Kelas XI IPS 1 :Agit Olivia Ariswan Ahmad Fajar Ilma Destina Silvi Toni iskandar Yuniasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Danbi International adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi bulu mata palsu. PT. Danbi International didirikan di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan sebuah harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketenagakerjaan Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini adalah masalah ketenagakerjaan. Persoalan pokok dari ketenagakerjaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar pembangunan yang harus didayagunakan semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. dasar pembangunan yang harus didayagunakan semaksimal mungkin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha turut menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi, pada umumnya adalah pemanfaatan sumber daya manusia merupakan satu modal dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Masa Kerja a. Pengertian Masa Kerja Menurut Siagian (2001) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PDRB, TINGKAT UPAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI BALI TAHUN

PENGARUH NILAI PDRB, TINGKAT UPAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI BALI TAHUN PENGARUH NILAI PDRB, TINGKAT UPAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI BALI TAHUN 2003-2012 Ni Kadek Murniasih1, Ketut Dunia1, Made Ary Meitriana2 Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tercapainya produktivitas tenaga kerja yang baik. operasional perusahaan, bukan hanya perusahaan besar saja tetapi bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah tercapainya produktivitas tenaga kerja yang baik. operasional perusahaan, bukan hanya perusahaan besar saja tetapi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas di mana persaingan dalam kegiatan bisnis sangat ketat, sehingga untuk mencapai keberhasilan atau tercapainya tujuan perusahaan, maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap para pekerja dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap para pekerja dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, juga merupakan BAB II A. Tinjauan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Upah Dan Insentif a. Pengertian Upah Membicarakan upah atau tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka masalah upah adalah hal yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci