BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. Kemiskinan memiliki pengertian yang sangat beragam, karena masalah kemiskinan telah merambat hingga level multidimensional, artinya kemiskinan berkaitan satu sama lain dengan bermacam-macam dimensi kebutuhan manusia (Astuti, 2015). Menurut Todaro (2006:264) kemiskinan merupakan ketidakmampuan dalam memenuhi standar hidup minimum yang sesuai dengan tingkat kelayakan hidup. Kemiskinan sering kali dipahami sebagai kekurangan, baik yang mencakup kebutuhan makanan sehari-hari, pakaian, tempat tinggal, dan pelayanan pendidikan serta kesehatan. Kemiskinan juga berarti kekurangan dalam kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat yang layak. Suparlan (1984:12) mendefinisikan kemiskinan sebagai rendahnya standar hidup karena adanya tingkat kekurangan akan materi dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang biasanya berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar hidup rendah ini biasanya akan langsung terlihat pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral serta rasa harga diri yang tergolong sebagai orang miskin. 16

2 Menurut Hadiyanti (2006), kemiskinan merupakan dampak karena adanya ketidakmerataan pendistribusian hasil-hasil pembangunan juga oleh sikap mental penduduk yang mengalami kemiskinan secara kultural dan alamiah, biasanya terlihat dari situasi lingkaran ketidakberdayaan mereka yang bersumber dari rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan dan gizi, produktivitas, penguasaan modal, keterampilan dan teknologi serta hambatan dari infrastruktur maupun etnis sosial lainnya. Menurut Sen (dalam Todaro, 2006:23), masalah kemiskinan tidak hanya dikarenakan rendahnya pendapatan, tetapi berkaitan dengan kapabilitaskapabilitas yang harus dimiliki oleh seseorang, salah satunya yang menyangkut masalah akses-akses, baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja. Dengan demikian pengurangan tingkat kemiskinan akan lebih baik. Salah satu anggapan paling sederhana yang terbilang paling absah (akurat) mengenai penduduk miskin adalah pada umumnya penduduk miskin bertempat tinggal di daerah-daerah perdesaan, dengan bidang pertanian sebagai mata pencaharian pokoknya dan kegiatan-kegiatan lain yang sangat erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. Para ahli ekonomi pembangunan mulai melalukan pengukuran terhadap luasnya atau kadar parahnya suatu tingkat kemiskinan di dalam suatu negara dan kemiskinan relatif antarnegara dengan cara menentukan atau menciptakan batasan lazim yang disebut sebagai garis kemiskinan. Keterbelakangan sumber daya alam merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Berkembangnya sumber daya alam di suatu daerah ditentukan dari kemampuan produkif manusianya. Apabila 17

3 penduduknya terbelakang dan tidak memiliki keterampilan, maka kemampuan teknik, pengetahuan, dan efektivitas kewirausahaan rendah, sehingga sumbersumber daya alam akan terbuang sia-sia dan bahkan disalahgunakan. Di lain pihak, keterbelakangan sumber daya alam ini menyebabkan timbulnya keterbelakangan manusia. Karena itu merupakan sebab dan sekaligus akibat keterbelakangan manusia Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Hadiwigeno dan Agus (1993), penyebab kemiskinan bersumber dari berbagai aspek, antara ain: 1. Sumber daya alam yang meliputi kurangnya lahan yang subur, kurangnya pendayagunaan lahan, dan adanya degradasi lahan. 2. Teknologi dan unsur pendukungnya yang meliputi rendahnya aplikasi teknologi, sarana produksi yang tersedia masih terbatas, dan hama penyakit. 3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya produktivitas tenaga kerja, adat dan budaya yang menghambat, dan terbatasnya lapangan pekerjaan. 4. Sarana, prasarana, dan kelembagaan yang meliputi terisolirnya daerah, terbatasnya modal, kurangnya kelembagaan sarana pembangunan pertanian, terbatasnya irigasi, pemilikan lahan sempit, tak adilnya dalam bagi hasil, dan rendahnya tingkat upah. Dewasa ini pembahasan masalah kemiskinan semakin ramai. Oleh sebab itu, selain penyebab kemiskinan bersumber dari berbagai aspek, Zadjuli (1995:23) 18

4 memberikan berbagai analisis tentang jenis dan faktor penyebab kemiskinan di dunia termasuk Indonesia yaitu, 1) kemiskinan karena kolonialisme, 2) kemiskinan karena tradisi sosial kultural, 3) kemiskinan karena isolasi, dan 4) kemiskinan struktural Ukuran Kemiskinan Menurut BPS kemiskinan dapat diukur dengan melalukan penetapan nilai standar kebutuhan minimum baik untuk makanan ataupun non-makanan, yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat hidup layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas pemisah antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis kemiskinan tersebut sesungguhnya merupakan banyaknya rupiah yang diperlukan oleh setiap individu agar dapat membayar kebutuhan makan setara 2,100 kilokalori perkapita perhari dan kebutuhan nonmakanan yang terdiri dari perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, transportasi, dan berbagai jenis barang serta jasa lainnya. Untuk menentukan seseorang dapat dikatakan miskin atau tidak maka tolak ukur yang jelas tentu sangat diperlukan. Berbagai pendekatan dan konsep digunakan untuk menjadi bahan perhitungan dan penentuan batas-batas kemiskinan. Adapun ukuran kemiskinan yang digunakan terdiri dari: 1. Kemiskinan absolut Kemiskinan absolut biasanya lebih terfokus kepada pemenuhan terhadap kebutuhan fisik manusia seperti makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Konsep kemiskinan absolut adalah jika tingkat pendapatan individu di bawah garis kemiskinan atau jumlah pendapatannya 19

5 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Menurut BPS Provinsi Bali garis kemiskinan perkapita perbulan di Provinsi Bali tahun 2013 adalah sebesar Rp Garis kemiskinan merupakan mampunya seseorang atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup standar pada waktu dan lokasi tertentu dalam melangsungkan hidupnya. Definisi standar hidup minimum merupakan pembentuk garis kemiskinan. Sehingga dengan melihat seberapa jauh perbedaan antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, kemiskinan absolut dapat diartikan. 2. Kemiskinan relatif Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang berkaitan dengan kebutuhan seseorang dalam sekelompok penduduk. Adapun tolak ukur dari kemiskinan relatif adalah tingkat pendapatan keluarga per tahun atau per bulan. Seseorang yang tergolong miskin dilihat dari kedudukan relatifnya dalam sekelompok penduduk apabila menggunakan tolak ukur ini. Menurut Kincaid (Arsyad, 2001:240) apabila ketimpangan antara penghidupan golongan atas dan golongan bawah semakin besar maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin. Pada kondisi lain, apabila tingkat pendapatan sudah mencapai pada tingkat pemenuhan kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain masih berada pada keadaan miskin apabila dibandingkan dengan keadaan sekelompok 20

6 penduduk disekitarnya maka konsep ini juga disebut dengan kemiskinan relatif. 3. Kemiskinan sosial Selain kemiskinan berdasarkan pada ukuran pendapatan, kemiskinan juga dapat dilihat dari kemampuan sekelompok penduduk untuk memperoleh akses pelayanan yang terdiri dari: a. Kualitas pendidikan yang masih tergolong rendah karena kurangnya tenaga pendidik dan sarana pendidikan di daerah miskin atau terpencil. b. Akses pelayanan kesehatan yang masih tergolong rendah termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. c. Akses penduduk miskin yang masih rendah terhadap layanan air minum. d. Akses sumber-sumber pendanaan yang masih terbatas dan masih rendahnya kapasitas serta produktivitas usaha Indikator Kemiskinan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa indikator kemiskinan terlihat dari pengaruh sosial demografi dan dapat dikatakan bahwa rumah tangga tersebut dalam keadaan prasejahtera yang merupakan tingkatan terendah dalam tahapan keluarga sejahtera yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan selama 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian. 21

7 Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas (2006), indikator utama kemiskinan terdiri dari: 1. Kecukupan mutu pangan sangat terbatas. 2. Akses dan mutu layanan kesehatan sangat terbatas dan rendah. 3. Akses dan mutu layanan pendidikan sangat terbatas dan rendah. 4. Akses layanan perumahan dan sanitasi sangat terbatas. 5. Akses air bersih sangat terbatas. 6. Kesempatan kerja dan berusaha sangat terbatas. 7. Perlindungan terhadap aset usaha dan perbedaan upah sangat lemah. 8. Kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah sangat lemah. 9. Kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam sangat buruk dan akses penduduk terhadap sumber daya alam sangat terbatas. 10. Jaminan rasa aman sangat lemah. 11. Partisipasi sangat lemah. 12. Beban kependudukan karena besarnya tanggungan keluarga sangat besar. 13. Tata kelola pemerintahan sangat buruk sehingga menyebabkan tidak tepat guna dan tidak berhasil dalam pelayanan publik, korupsi meluas, dan jaminan sosial terhadap sekelompok penduduk sangat rendah Peran Sektor Non-Pertanian Perubahan struktur ekonomi dapat terlihat dari peranan sektor-sektor dalam pembentukan produksi nasional ataupun tingginya angka persentase tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi tersebut. Dewasa ini, peranan atau kontribusi sektor non-pertanian dalam pembentukan PDRB akan semakin 22

8 meningkat, sedangkan sektor pertanian akan semakin menurun, dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu negara. Selain itu, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, akan semakin besar peranan atau kontribusi sektor non-pertanian dalam menyiptakan, menyediakan, dan menyerap kesempatan kerja, sebaliknya sektor pertanian akan semakin tidak mampu dalam menampung tenaga kerja. Menurut Clark (Sukirno, 2010) data statistik tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan sektor non-pertanian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu Negara maka semakin rendah peranan sektor pertanian namun peranan sektor non-pertanian semakin tinggi. Umumnya suatu Negara akan mengalami perubahan ekonomi menuju industrialisasi, yang ditandai dengan semakin meningkatnya sektor non-pertanian dan menurunnya peran sektor pertanian Kualitas Sumber Daya Manusia Kualitas Pendidikan Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan amanat Pancasila yang dituangkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar Hal ini memberikan landasan yang kuat terhadap pemerintah untuk mengumumkan program wajib belajar. Program wajib belajar ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara agar dapat memperoleh pendidikan. Namun, program pendidikan tidak hanya terselenggara 23

9 di lingkungan sekolah tetapi juga pendidikan berkelanjutan seperti kursus, pelatihan kerja, pendidikan dalam jabatan yang sejenisnya (BPS, 2009). Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, yaitu: 1) pendidikan formal, 2) pendidikan non-formal, 3) pendidikan informal. Penjelasan mengenai masing-masing jenis pendidikan tersebut antara lain: 1. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolahsekolah formal. Biasanya penduduk usia muda yang masih belum bekerja atau yang ingin meningkatkan pengetahuan dan keahliannya terlibat didalamnya. Pendidikan formal biasanya dapat dikembangkan secara berkelanjutan, baik di dalam maupun di luar sekolah. 2. Pendidikan non-formal dapat dipandang sebagai program pendidikan yang terorganisasi dan dilangsungkan di luar sekolah. Biasanya peserta dalam pendidikan non-formal adalah orang-orang dewasa. Waktu untuk menempuh pendidikan non-formal lebih pendek, hanya terfokus pada bagian pendidikan yang sempit, dan lebih terkait terhadap pengetahuan aplikasi dibandingkan dengan program pendidikan formal. 3. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar kerangka lembaga pendidikan formal maupun program pendidikan yang terorganisasi. Pada hubungan ini orang-orang mempelajari berbagai hal yang penting di rumah, tempat kerja, dan lingkungan sekelompok penduduk. Pendidikan informal juga sering kali dikatakan sebagai pendidikan seumur hidup. 24

10 Kualitas Kesehatan Kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama seluruh penduduk, oleh sebab itu kesehatan adalah hak bagi setiap penduduk yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar. Menurut Juanita (2002) kesehatan adalah salah satu modal utama dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi dimana kondisi kesehatan sekelompok penduduk tersebut harus baik. Dalam pembangunan ekonomi, pembangunan kesehatan juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk Indonesia maka keduanya harus berjalan seimbang. Pembangunan kesehatan merupakan sebuah proses perubahan terhadap tingkat kesehatan sekelompok penduduk dari tingkat yang kurang baik menjadi tingkat yang lebih baik sesuai dengan standar kesehatan. Oleh sebab itu, pembangunan kesehatan merupakan pembangunan yang dilakukan sebagai investasi untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan telah dibangun 25,223 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Bagi daerah terpencil atau daerah yang sulit dijangkau maka Puskesmas pembantu dan pengadaan dibangun lebih dari 5,000 buah Puskesmas. Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan untuk ibu dan anak, maka telah dibangun lebih dari 241,000 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang memadukan pelayanan kesehatan dengan Keluarga Berencana (KB). Sekitar 19,400 bidan juga ditempatkan di daerah-daerah perdesaan, maka pelayanan kesehatan semakin menjangkau segenap lapisan masyarakat, termasuk 25

11 penduduk miskin dan terpencil sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan penduduk miskin. Dengan meningkatnya mutu kesehatan, penduduk menjadi lebih mampu berperan serta aktif dalam pembangunan sehingga pendapatannya juga meningkat. Peningkatan pendapatan ini juga akan berdampak pada tingkat kemiskinan yang pada akhirnya akan menurun Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan dimana semua pekerja ingin bekerja dengan standar upah tertentu dan mendapat pekerjaan dengan sangat mudah (Sukirno, 2000). Kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai jumlah angkatan kerja yang melakukan pekerjaan kurang dari 1 jam dan dilakukan secara terus-menerus. Menurut Simanjuntak (1998) kesempatan kerja adalah sekumpulan orang yang sedang memiliki kegiatan bekerja. Artinya, bahwa seluruh penduduk diatas 15 tahun keatas yang terserap dalam seluruh lapangan usaha. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah besaran atau jumlah penduduk yang sedang bekerja. Hal terpenting dalam proses pembangunan yaitu semakin meluasnya kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi seharusnya membawa partisipasi aktif dalam kegiatan yang bersifat produktif oleh semua anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam proses ekonomi, partisipasi aktif ini dapat terlihat dari pendapatan perkapita yang yang terdapat dalam suatu daerah. Apabila pendapatan perkapita menunjukkan angka yang tinggi, maka tingkat kesejahteraan 26

12 juga tinggi dan apabila pendapatan perkapita menunjukkan angka yang rendah, maka tingkat kesejahteraan juga rendah Hubungan Pengaruh Peran Sektor Non-Pertanian terhadap Kesempatan Kerja Sektor non-pertanian merupakan sektor yang sedang tumbuh dan berkembang. Perkembangan sektor non-pertanian akan menimbulkan banyak segi positif khususnya dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga akan membawa kemakmuran bagi penduduk dan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Peningkatan kesempatan kerja dalam sektor non-pertanian dapat dilakukan karena sektor non-pertanian merupakan sektor utama yang banyak menyerap tenaga kerja. Hasil penelitian Ratnaningsih (2013) menunjukan bahwa pertumbuhan sektor industri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal serupa juga dikemukakan oleh Mbaiwa (2005), hotel, restoran, dan jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Ghofur (2014) juga mengemukakan bahwa pertumbuhan fasilitas hotel berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja Hubungan Pengaruh Kualitas Pendidikan terhadap Kesempatan Kerja Salah satu faktor terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan sangat penting untuk menjadikan masa depan yang lebih baik. Pendidikan juga memberikan keahlian dan kemampuan untuk berkembang lewat ilmu pengetahuan dan keterampilan. Saat ini kualitas 27

13 pendidikan sedang mengalami peningkatan. Seiring dengan kualitas pendidikan yang meningkat, maka kesempatan kerja juga akan meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sasongko (2013) kualitas pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil yang sama juga dinyatakan Kadafi (2013) bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja Hubungan Pengaruh Kualitas Kesehatan terhadap Kesempatan Kerja Kesehatan merupakan salah satu modal utama dalam mendapatkan pekerjaan yang baik. Kesehatan yang buruk tidak akan menghasilkan pekerjaan yang efektif. Dengan tingkat kesehatan yang tinggi maka sumber daya manusia yang berkualitas akan tercipta sehingga kemampuan dalam mengakses lapangan kerja dan peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja akan terbuka lebar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2013) kualitas kesehatan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Barat. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ameliyah (2013) bahwa kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Tangerang Hubungan Pengaruh Peran Sektor Non-Pertanian terhadap Tingkat Kemiskinan Negara berkembang beranggapan bahwa sektor industri sebagai sektor yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. Anggapan ini berlandaskan pada penelitian-penelitian empiris bahwa di negara maju dan kaya ternyata peran atau 28

14 kontribusi sektor industri lebih banyak (Suryana, 2000). Sebagaimana di banyak negara berkembang lainnya, khususnya Indonesia, sektor industri disiapkan untuk menjadi motor penggerak kemajuan sektor-sektor ekonomi lainnya. Oleh sebab itu, industrialisasi selalu mengiringi pembangunan ekonomi di Indonesia (Dumairy, 1996) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyawan, dkk (2013) pangsa sektor industri pengolahan pada PDRB mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sektor industri pengolahan pada PDRB memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan Hubungan Pengaruh Kualitas Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan Pendidikan dapat berperan penting dalam menurunkan tingkat kemiskinan, baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas yang akan meningkatkan pendapatan dan menurunkan tingkat kemiskinan (Kumalasari, 2011). Ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan, investasi dalam pendidikan, kualitas pendidikan, dan akses yang sama terhadap pendidikan mendapat peran penting dalam penanggulangan kemiskinan (Afzal, 2012). Melalui pendidikan yang memadai, penduduk miskin akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk keluar dari status miskin di masa depan (Anderson, 2013). 29

15 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012) kualitas pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat. Hasil yang sama juga dinyatakan Putri dan Yuliarni (2013) bahwa pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan Hubungan Pengaruh Kualitas Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan Kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah akan menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa (Kartasasmita, 1996:234). Kesehatan merupakan syarat dasar untuk meningkatkan produktivitas. Apabila orang yang memiliki kondisi kesehatan buruk maka pekerjaan yang dilakukan tidak akan efektif. Seseorang yang tidak efektif dalam melakukan pekerjaan maka produktivitasnya akan rendah dan apabila produktivitasnya rendah berarti penghasilan yang dihasilkan juga akan rendah. Penghasilan rendah ini akan berdampak pada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga akan terjebak dalam kemiskinan. Hasil penelitian Fitri (2012) menunjukkan bahwa kualitas kesehatan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat. Senada dengan Faturrohmin (2011) menyatakan bahwa harapan hidup sangat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 30

16 Hubungan Pengaruh Kesempatan Kerja terhadap Tingkat Kemiskinan Kesempatan kerja akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia jika lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau setara dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia (Tambunan, 2001). Salah satu mekanisme pokok pada negara berkembang untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah dengan memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok penduduk miskin (Arsyad, 1997). Negara berkembang tidak hanya menghadapi masalah kemerosotan dalam ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran. Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum yang sudah ditetapkan. Penduduk miskin biasanya menghadapai masalah utama tentang terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengambangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan wanita, serta adanya perbedaan upah. Dalam penelitian Widyasworo (2014) menyatakan bahwa partisipasi angkatan kerja wanita yang dilihat dari banyaknya jumlah angkatan kerja wanita yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), secara parsial selama tahun memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemiskian di Kabupaten Gresik. 31

17 2.2. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian untuk menjawab masalah penelitian, jawaban yang diberikan hanya berdasarkan atas hubungan antara variabel-variabel yang relevan belum berdasarkan pada fakta-fakta secara empiris yang diperoleh dalam pengumpulan data (Sugiyono, 2013:93). Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Peran sektor non-pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali tahun Peran sektor non-pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun Kualitas sumber daya manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun Kesempatan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan 2.1.1 Defenisi Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu cita-cita dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB V VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sesuai dengan amanat UUD 1945, maka pemerintahan daerah diharapkan dapat mengatur dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara berkembang, terutama di daerah pedesaan (masyarakat petani). Pernyataan tersebut didukung oleh Jhingan (2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut. BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN Fakta bahwa Indonesia tidak meratifikasi konvensi ILO No.131 dan No. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Sumber : www.kompas.com. Selasa, 30 November 2010 Masalah ekonomi adalah masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan terus menjadi masalah utama di berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang. Kemiskinan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan ekononomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Pustaka Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah kopi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembahasan mengenai kesejahteraan merupakan suatu pembahasan yang mempunyai cakupan atau ruang lingkup yang luas. Pembahasan mengenai kesejahteraan berkaitan erat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori Pertumbuhan Ekonomi ROSTOW NSB menjadikan teori ini sebagai pedoman dalam menilai keberhasilan suatu pembangunan di negaranya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia tahun

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 18 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Kemiskinan Kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor. VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Raskin merupakan penyempurnaan dari Instrumen Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus (OPK) karena penurunan daya beli sejak krisis ekonomi tahun 1997.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci