FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TUMBUHAN OBAT DARI HUTAN KONSERVASI DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI TUMBUHAN OBAT DARI HUTAN KONSERVASI DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA Oleh: Alfonsus H. Harianja Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat Km Sibaganding-Aek Nauli, Parapat-Sumatera Utara the medicine you take may have come from nature s warehouse of services The Jakarta Post, November 30, 2009 Dari Tulisan : A Case for Maintaining Biological Diversity oleh Muhammad Hatta (Menneg LH RI) dan Ahmed Djoghlaf (Asisten Sekjen PBB) PENDAHULUAN Budaya pengobatan tradisional di era modern masih melekat pada berbagai suku masyarakat, seperti pada Masyarakat Karo Ramuan Karo Pengambilan sebagian besar masih dari sekitar hutan, termasuk kawasan konservasi Penelitian penting: - Upaya mengurangi kepunahan keanekaragaman hayati. - Mengetahui keyakinan etnik tertentu akan khasiat suatu jenis tumbuhan ---diuji klinis. - Jenis menjadi langka, perlu budi daya. Penelitian ekonomi: - mendukung pemasaran tanaman obat dan budidaya secara efisien dan efektif. 1

2 PENDAHULUAN Karakteristik pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat Karo (Harianja. et.al, 2009) PENDAHULUAN Karakteristik pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat Karo (Harianja. et.al, 2009) Perlu penelitian tentang tingkat konsumsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2

3 METODOLOGI PENELITIAN METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian: Beberapa desa pada Kabupaten Karo. 2. Penentuan Lokasi Penelitian 1). Desa Contoh Penelitian : dipilih secara purposive berdasarkan pertimbangan jarak terhadap kawasan konservasi dan ada tidaknya fasilitas sarana kesehatan dengan basis pemilihan kecamatan. 2). Responden dipilih secara acak purposive Desa terpilih adalah Desa Barus Julu Kecamatan Barus Jahe (sekitar TAHURA) serta Desa Doulu, Kecamatan Berastagi dan Desa Jandi (Kecamatan Juhar) sekitar hutan lindung Jumlah Responden: Desa Barus Julu (39 orang), Desa Doulu (50 orang) dan Desa Jandi (50 orang). Total Responden : 139 orang Parameter yang diukur: Variabel dependen: Tingkat Konsumsi Obat Tradisional Variabel Independen: Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Jarak ke Sarana Tingkat Pendapatan dan Harga. Analisis: Regresi Berganda variabel independen terhadap variabel dependen. Kesehatan, HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Deskripsi umum Desa Penelitian. Desa sampel Uraian Doulu Barusjulu Jandi 1. Tahun berdiri Tidak ada data Belum tahu pasti Tidak ada data 2. Luas Wilayah 400 ha 991,53 ha 450 ha 3. Batas wilayah - Utara - Timur - Selatan - Barat Deleng Macik Deleng Serdang Deleng Singkut Ds. Semangat Gunung Kec. Dolok Rakyat Desa Tjg, Barus Desa Rumarih Desa Ujung Sampun Desa Kidupen Hutan Lindung Ketawaren Juhar I 4. Jumlah Penduduk 369 KK 417 KK 256 KK 5. Suku Mayoritas Karo, Tapanuli, Jawa, Aceh Karo, Toba, Simalungun, Jawa Karo 6. Tempat Mecari tumbuhan obat. Hutan Lindung Cepen Gersing (hutan desa), Tahura Hutan Lindung 7. Peraturan Pengambilan Tumbuhan obat. Belum ada Belum ada Tidak Ada 8. Perkembangan ketersediaan Semakin sulit, tidak lestari Semakin sulit, tidak lestari Semakin sulit Tumbuhan obat di hutan. 9. Urutan Jenis Terbanyak Tumbuhan Obat yang dimanfaatkan. Pohon, semak, merambat. Pohon, semak, merambat. Pohon, semak, merambat. 10. Jenis pemanfaatan terbanyak. Obat urut, sakit perut, demam. Obat urut, sakit perut, demam. Obat urut, sakit perut, demam. 3

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Karakteristik responden. No Kategori Jumlah Desa Barus Julu Desa Doulu Desa Jandi 1 Rata-rata pendapatan bulanan (Rupiah) Rata-rata umur (tahun) Jenis Kelamin (persen) - Laki-laki 41,02 44,00 84,00 - Perempuan 58,98 56,00 16,00 4 Tingkat pendidikan terakhir (persen) - SD 46,15 42,00 52,00 - SLTP 12,82 26,00 8,00 - SLTA 33,33 32,00 38,00 - Perguruan Tinggi 7,69 0 2,00 5 Rata-rata jarak pemukiman ke sarana kesehatan (m) Jenis obat tradisional terbanyak yang dikonsumsi di ketiga desa: 4

5 Jenis obat tradisional terbanyak yang dikonsumsi di ketiga desa: Tabel 3. Tingkat konsumsi obat pada desa penelitian. No Jenis Obat Konsumsi Rata-rata (Per Orang Per Bulan) Barus Julu Doulu Jandi Jumlah Harga (Rupiah) Jumlah Harga (Rupiah) Jumlah Harga (Rupiah) 1 Minyak 258 ml ,47 ml ,80 ml Tawar 199 ml ,6 ml ,21 ml Kuning 96 gr ,8 gr ,03 gr Sembur 109 gr gr gr Harga obat berbeda-beda di setiap desa yang diteliti, - Harga rata-rata : - minyak : Rp. 92/ml - Rp. 150/ml, tertinggi di Jandi. - tawar : Rp. 100/ml - Rp. 140/ml, tertinggi di Barus Julu. - kuning : Rp. 50/gr - Rp. 121/gr, tertinggi di Barus Julu. - sembur : Rp. 50/gr - Rp. 59/gr, tertinggi di Barus Julu. 5

6 Tabel 4. Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi obat. No Desa Jenis Obat Koefisien masing-masing varibel Konstanta U JK TP DK H R 2 1. Barus Julu 1). Minyak 45,139 0,167 19,490-15,774 0,245 0,007 0,442 2). Tawar 90,486 1,004 5,001-12,998 0,238 0,007 0,791 3). Kuning 37,147-0,898 34,314-10,608-0,020 0,005 0,872 4). Sembur 235,761 2,093 5,209 29,282 0,300 0,100 0, Doulu 1). Minyak 43,019-1,420 76,414-16,681 0,000 0,009 0,535 2). Tawar 60,049 0,300 32,795-9,763 0,000 0,009 0,743 3). Kuning 17,199 0,055 24,685 13,037 0,000 0,009 0,505 4). Sembur 7,181-0,653 23,832 0,000 0,000 0,014 0, Jandi 1). Minyak 101,506-1,272-10,617 0,000 0,202 0,010 0,435 2). Tawar 61,099 0,842-15,336-18,420 0,011 0,006 0,629 3). Kuning 175,474-2,911-9,361-28,044-0,054 0,007 0,632 4). Sembur 102,781-0,526-37,326-8,292-0,026 0,012 0,850 Ket. : U = Umur, JK = Jenis Kelamin, TP = Tingkat Pendidikan, DK = Jarak ke sarana Kesehatan, H = Harga Point-point penting dari regresi : NIlai probabilitas semua fungsi (F test < F tabel) pada tingkat probabilitas < 0.05, sehingga semua fungsi dapat digunakan untuk memprediksi tingkat konsumsi masing-masing obat pada semua desa, pada tingkat kepercayaan 95 %. Fungsi konsumsi minyak mempunyai koefisien regresi (R 2 ) yang relatif kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi konsumsi minyak selain yang diduga pada lokasi penelitian. Fungsi konsumsi ketiga jenis obat lain (tawar, kuning dan sembur mempunyai koefisien regresi (R 2 ) yang lebih besar daripada 50 %, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel yang diduga mempengaruhi konsumsi obat secara bersama-sama. Koefisien pendapatan bernilai nol, sehingga penambahan/pengurangan pendapatan responden tidak mempengaruhi konsumsi. Pengaruh masing-masing variabel dapat bernilai positif maupun negatif terhadap konsumsi obat. Variabel umur bernilai positif untuk konsumsi tawar (jika umur semakin meningkat maka konsumsi tawar semakin meningkat). Variabel Jenis kelamin: bernilai positif untuk konsumsi tawar, kuning dan sembur di Desa Barus Julu dan Doulu, yang artinya konsumsi ketiga obat tersebut lebih banyak oleh perempuan daripada oleh laki-laki. Sebaliknya terjadi di Desa Jandi, konsumsi obat lebih banyak oleh laki-laki.. 6

7 Variabel tingkat pendidikan, cenderung berpengaruh negatif pada konsumsi ketiga jenis obat, kecuali untuk konsumsi kuning di Doulu serta sembur di Doulu dan Barus Julu yang berpengaruh positif. Pengaruh negatif maksudnya tingkat konsumsi semakin berkurang pada responden yang berpendidikan lebih tinggi. Variabel jarak pemukiman ke fasilitas kesehatan bernilai relatif kecil, bahkan ada yang bernilai nol, yang berarti ketersediaan fasilitas kesehatan tidak berpengaruh terhadap konsumsi obat tradisional Karo. Variabel harga, bernilai positif tetapi relatif kecil, yang berarti walaupun harga obat tradisional meningkat, tingkat konsumsinya tetap meningkat juga. Konsumsi obat tradisional Karo masih merupakan pilihan pertama masyarakat pada wilayah tersebut. Diperlukan penyediaan bahan baku obat tradisional yang lestari (dalam hal ini termasuk bahan baku yng berasal dari tumbuhan hutan di hutan konservasi), melalui upaya budi daya. KESIMPULAN DAN SARAN Konsumsi tumbuhan obat yang terefleksi dari konsumsi obat tradional di Karo masih merupakan pilihan pertama bagi masyarakat setempat untuk pemeliharaan kesehatan. Empat jenis obat utama yang dikonsumsi yaitu minyak, tawar, kuning dan sembur menggunakan paling tidak satu jenis tumbuhan hutan konservasi dalam pembuatannya. Untuk konsumsi kuning, Desa Doulu merupakan konsumen tertinggi, yakni rata-rata 263,8 gr per bulan; sedangkan konsumsi obat sembur relatif lebih merata pada semua desa, yakni berkisar pada dari 109 sampai dengan 152 gr per orang per bulan. Harga rata-rata minyak berkisar antara Rp. 92/ml sampai dengan Rp. 150/ml, harga tawar antara Rp. 100/ml sampai dengan Rp. 114/ml, harga kuning antara Rp. 50/gr sampai dengan Rp. 121/gr dan sembur antara Rp. 50/gr sampai dengan Rp. 59/gr. Tingkat konsumsi minyak (urut) secara rata-rata paling tinggi terdapat di Desa Barus Julu; sementara untuk tawar, relatif lebih merata pada semua desa, yang, berkisar pada angka 199 ml sampai dengan 155 ml per orang per bulan. 7

8 Faktor usia cenderung berpengaruh positif, sementara tingkat pendidikan berpengaruh negatif. Sementara jika ditinjau dari jenis kelamin, maka konsumsi obat lebih tinggi pada perempuan. Disarankan untuk melakukan tindakan budidaya untuk jenis tumbuhan sebagai bahan utama dalam ramuan obat tradisional Karo untuk menjamin kelestarian. Variabel jarak pemukiman ke fasilitas kesehatan bernilai relatif kecil, bahkan ada yang bernilai nol, yang berarti ketersediaan fasilitas kesehatan tidak berpengaruh terhadap konsumsi obat tradisional Karo. Variabel harga, bernilai positif tetapi relatif kecil, yang berarti walaupun harga obat tradisional meningkat, tingkat konsumsinya tetap meningkat juga. Konsumsi obat tradisional Karo masih merupakan pilihan pertama masyarakat pada wilayah tersebut. Diperlukan penyediaan bahan baku obat tradisional yang lestari (dalam hal ini termasuk bahan baku yng berasal dari tumbuhan hutan di hutan konservasi), melalui upaya budi daya. terima kasih 8