BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA
|
|
- Irwan Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Papua has a strategic location in the western Pacific region, as a connector between South East Asia and Pacific Region that makes it a strategic place to transit from both west and east. On 1500 to 1000 BC there were a new wave of migration from Austronesia. The colonist left a vivid track about their journey through ocean and islands which can be seen form their archaeological sites. These sites were found in Admiralty island on the north of New Guinea to the east of Samoa island on West Polynesia. The strongest evidence on the migration of the Austronesian in Pacific is the language. The imigrant from Austronesia who came to Pacific settled accross the coastal area of north Papua. The influence of Austronesian culture in Papua that is only on north coast Papua, the Cendrawasih bay and the Bird s Head Peninsula is particularly the Melanesian language, which actually a development of local Papua language influenced by the Austronesian language. Other influence they made is the tradition of the making and utilization of vessels. It is because this tradition was widely unknown in mid Papua mountains and south-coast Papua. Then the other Austronesian characteristics are the structured hierarchical organization, which applied hereditary and tattoo tradition. Keywords: Austronesian narrator, the infl uence of Austronesian culture, North-coast Papua Pendahuluan Banyak orang Papua saat ini menganggap dirinya sebagai keturunan Melanesia, karena merujuk pada arti Melanesia (=penghuni pulau berkulit hitam). Kata Melanesia secara harafiah berarti pulau-pulau hitam. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1827 oleh nahkoda kapal Astrolabe asal Perancis bernama Dumont d Urville. Kata ini sebenarnya untuk menunjuk areal geografis semata. Walaupun begitu, para ahli yang telah menyelidiki bahasa dan prasejarah Papua dan Melanesia sepakat untuk membedakannya. Bahasa-bahasa Papua sebagai Non- Austronesia dan bahasa-bahasa Melanesia termasuk dalam filum Austronesia. Selama kurun bertahun-tahun, sebelum adanya kajian yang komprehensif tentang bahasa di Pasifik, baik orang Papua maupun orang Melanesia yang tinggal 59
2 di Pulau Solomon, Vanuatu, Kaledonia baru, dan Fiji sama-sama digolongkan dalam kategori penutur bahasa Melanesia (Muller, 2008: 58). Moeliono (1963:28) berpendapat yang tergolong dalam penutur bahasa Melanesia, daerahnya antara lain New Britain, New Ireland, New Hebrides dan Pulau Fiji. Sementara itu Peter Bellwood (2005:266) berpendapat yang termasuk dalam penutur bahasa Melanesia adalah Fiji, Biak, Vanuatu, New Britain, New Ireland, Sepik, dan Admiralty. Pada 1500 hingga 1000 SM di Pasifik Barat datang gelombang penduduk baru. Pendatang baru ini adalah migran yang berbahasa Austronesia. Para kolonis Austronesia meninggalkan jejak-jejak yang amat jelas akan keperintisan mereka melintasi lautan dan pulau-pulau pada situs-situs arkeologi yang ditemukan mulai dari Kepulauan Admiralty di utara New Guinea sampai ke timur sejauh Samoa, di Polinesia barat (Bellwood, 2000:341). Bukti paling kuat migrasi Austronesia di Pasifik adalah bahasa (Bellwood, 1978:244). Diperkirakan kelompok ini juga menetap di Pulau Biak dan Yapen. Perkiraan ini didukung oleh bukti linguistik meskipun secara arkeologis belum ditemukan (Muller, 2008: 52). Orang Austronesia ini meninggalkan Taiwan 5000 tahun yang lalu dan menyebar ke arah selatan. Mereka mengadakan perjalanan laut menggunakan perahu sampan maupun perahu layar, pertama-tama mencapai Filipina bagian utara. Mereka kemudian mengadakan perjalanan ke arah selatan. Dari selatan Filipina mereka memisahkan diri dalam 2 kelompok: kelompok pertama berlayar ke arah barat daya, sedangkan kelompok kedua berlayar ke arah tenggara. Kelompok pertama kemudian mencapai Pulau Kalimantan, Malaysia, Sumatera dan Jawa. Bisa dikatakan kelompok pertama inilah yang menjadi nenek moyang orang Malaysia serta orang Indonesia Barat. Kelompok kedua-yang bergerak ke arah tenggara- akhirnya mencapai Halmahera dan Kepulauan Bismarck. Dari Bismarck, mereka melanjutkan perjalanannya ke Pulau Solomon, Vanuatu, New Kaledonia, Fiji, dan terus ke arah timur sampai akhirnya mereka menetap di wilayah Polinesia (Muller, 2008:48-49). Kebudayaan dan teknologi orang Austronesia ini sudah sangat maju. Mereka telah menjinakkan berbagai jenis hewan (ayam, anjing dan babi) serta membiakkan tanaman impor yang bermanfaat. Perkakas yang mereka pergunakan sudah lebih baik. Organisasi kemasyarakatannya pun sudah terstruktur dengan sistem hirarki dimana 60
3 para pemimpinnya dijabat secara turun-temurun. Dengan keahliannya, mereka juga mampu menghasilkan karya berupa ornamen-ornamen dan perkakas dengan bahan kulit kerang. Ornamen atau alat-alat berbahan kerang yang mereka buat termasuk beliung, manik-manik, mata kail, gelang tangan, dan terompet (Muller, 2008:53). Imigran Austronesia yang datang ke Pasifik bermukim di sepanjang tepi pantai. Penghunian wilayah pesisir yang dapat dilakukan dengan mudah dan cepat rupanya lebih diminati daripada penghunian wilayah pedalaman yang lebih membutuhkan tenaga, dan lagi di beberapa tempat sudah dihuni oleh penduduk lain yang mungkin tidak bisa menerima mereka. Pertanian biji-bijian menjadi kurang penting, para pemukim Austronesia di Pasifik mendasarkan ekonomi mereka semata-mata pada umbi-umbian, pohon buah, dan tanaman pangan bertunas lainnya (Bellwood, 2000:354). Interaksi penutur Austronesia dengan Papua kemudian menciptakan suatu budaya yang sangat kompleks, yang dikenal sebagai budaya Lapita. Kata Lapita berasal dari sebuah tempat di New Kaledonia yang terkenal sebagai tempat penghasil kerajinan tembikar yang sangat indah. Tembikar ini umumnya berwarna kemerahmerahan dan dihiasi dengan gambar gigi-gigi kecil yang berbeda diantaranya diberikan warna putih kontras menggunakan tanah liat atau kapur (Muller, 2008:62). Hubungan Asia Tenggara dengan Pasifik dapat diketahui dari perdagangan jarak jauh orang-orang Lapita. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah obsidian yang banyak didapatkan di Pulau New Britania serta tembikar dengan ciri khas warna kemerah-merahan dengan gambar gigi-gigi kecil di bagian atas. Temuan serpihan obsidian di Situs Bukit Tengkorak (Sabah) yang berasal dari Talasea, New Britain di Melanesia, menambah luas penyebaran obsidian pada sekitar 1000 SM, berdasarkan hal ini luas penyebarannya mencapai km, dari Kalimantan hingga Fiji (Bellwood, 2000:330). Bukti arkeologis lainnya, berupa fragmen perunggu yang ditemukan di Kepulauan Admiralty sebelah utara Papua New Guinea, ada kemungkinan bendabenda itu didatangkan dari Indonesia (Ambrose, 1988). Kendi bercerat ganda dari Lobang Jeragan, Niah, bentuk serupa juga terdapat di Kepulauan Admiralty, utara Papua New Guinea dan mungkin bertarikh sekitar 2000 tahun yang lalu (Bellwood, 2000: 347). 61
4 Letak geografis Papua yang sangat strategis, bagian dari wilayah Pasifik paling ujung barat, sebagai daratan penghubung kawasan Asia Tenggara dengan kawasan Pasifik dan merupakan tempat yang strategis untuk persinggahan lalu lintas dari barat ke timur. Tulisan ini mencoba menguraikan tentang bukti-bukti arkeologis dan hasil budaya lainnya yang membuktikan keberadaan budaya Austronesia di Papua. Pembahasan Secara genetis dan linguistik perpaduan penutur Austronesia dengan Papua masih bisa ditelusuri sampai hari ini. Di sebagian wilayah barat Papua, bisa dijumpai di pulau-pulau di wilayah Biak, Yapen, Raja Ampat, serta di sepanjang pesisir utara. Namun, mereka tak bisa ditemukan di wilayah dataran tinggi dan sepanjang pesisir selatan (Muller, 2008:59). Lain halnya J. C. Anceaux (1953:293) berpendapat bahwa di bagian baratlaut Papua, yaitu Pulau Biak, sebagian dari Pulau Yapen, Teluk Saireri, Teluk Berau hingga Teluk Etna terdapat sejumlah bahasa yang tergolong dalam bahasa Melanesia. Anceaux menduga bahwa bahasa Melanesia merupakan hasil perkembangan bahasa-bahasa Papua yang mendapat pengaruh dari bahasa Austronesia, hal ini terlihat pada strukturnya (tata bahasa) dan sedikit dalam perbendaharaan kata-katanya. Sementara itu menurut A.M. Moeliono (1963:32) wilayah Papua yang termasuk ke dalam golongan bahasa Melanesia adalah bahasa di Pulau Yapen, Raja Ampat, Biak, Waropen, daerah Teluk Wandamen, sepanjang pantai Teluk Cenderawasih, ujung barat Pulau Papua dari Sorong ke arah selatan sepanjang pantai Selat Sele, daerah sekitar Teluk Bintuni, Teluk Arguni hingga daerah pesisir Teluk Etna. Ciri budaya Austronesia lainnya adalah organisasi kemasyarakatannya terstruktur dengan sistem hirarki dimana para pemimpinnya dijabat secara turuntemurun. Hal ini terlihat pada masyarakat yang tinggal di Fak-Fak, Raja Ampat, Teluk Youtefa (Tobati, Enggros, Nafri, Kayu Batu), Waena dan Sentani. Secara tradisional penduduk kampung di Waena dan Sentani dibagi dalam dua lapisan sosial, yaitu lapisan sosial atas dan lapisan sosial bawah. Lapisan sosial atas mempunyai status terpandang karena memegang hak turun temurun atas kepemimpinan di dalam kampung atau disebut ondoafi dan yang kedua adalah lapisan sosial bawah yang terdiri dari masyarakat biasa. 62
5 Stefanus Ngadimin (1994:70) dalam tulisannya mengenai Suku Baliem di Pegunungan Tengah menyatakan Orang Baliem cenderung menganggap sesama mereka memiliki derajat dan martabat yang sama. Orang Baliem tidak membuat klasifikasi ataupun stratifikasi sosial ataupun menjadikan stratifikasi pemimpin mereka. Merajah (tato) adalah ciri budaya Austronesia (Bellwood, 2000:225). Ciri budaya Austronesia yang terdapat di pesisir utara Papua, Teluk Cenderawasih dan Kepala Burung selain bahasa, adalah tato. Suku-suku bangsa yang menerapkan tato ditubuhnya, diantaranya Suku Meybrat di Kepala Burung (Wanane, 2007:64), Suku Waropen (Held, 2006:38; Sujatni, 1963:146), Suku Biak-Numfor (Budjang, 1963:121), dan orang Sentani (Flassy, 2007:95-96). Gerabah ditemukan di sepanjang pesisir utara Papua, Teluk Cenderawasih dan pesisir Kepala Burung. Motif hias pada gerabah di Yenbekaki (Raja Ampat) menunjukkan dibuat dengan teknik tera dan gores, dengan motif geometrik, spiral dan topeng. Di Warweri Urang (Sentani), ditemukan pecahan tempayan dengan hiasan geometrik. Diantara pecahan-pecahan ini ditemukan beberapa tulang manusia yang menunjukkan berlangsungnya tradisi penguburan dengan tempayan (Soejono, 1963:48). Diperkirakan teknologi pembuatan gerabah di New Guinea dibawa oleh orang-orang Austronesia. Menurut Kal Muller (2008:59) sebelum kedatangan orangorang Austronesia, kerajinan gerabah tidak dikenal di New Guinea. Secara etnografis daerah pembuat gerabah di Papua adalah Kayu Batu (Jayapura), Saberi (Sarmi), dan Abar (Sentani), dan Kurudu (Teluk Cenderawasih). Memasak menggunakan gerabah tidak dikenal di daerah pegunungan. Menurut Koentjaraningrat (1963:222), penduduk Pegunungan Tengah Papua umumnya tidak mengenal gerabah. Wadah dibuat dari kayu. Benda cair disimpan dalam kulit buah labu yang sudah dikeringkan. Makanan pokok adalah ubi yang dimasak dengan batu panas. J. Tan Soe Lin (1963:273) dalam tulisannya mengenai orang Muyu, menyatakan bahwa Orang Muyu tak mengenal cara memasak dengan menggunakan gerabah sehingga semua bahan makanan dipanggang langsung di atas api atau dimasukkan ke dalam abu panas. Merebus makanan tidak dikenal mereka. M. Amir Sutaarga (1963:284) menyatakan orang Mimika di pesisir selatan Papua tidak mengenal Gerabah. Sebagai wadah air digunakan bambu, baki dari kayu untuk tempat 63
6 makanan. Makanan dimasak dengan batu panas. Hal yang sama diungkapkan oleh Peter Bellwood (2000:129) bahwa gerabah tidak ditemukan di Dataran Tinggi New Guinea. Terdapat bukti konkrit tentang transaksi antara Asia Tenggara dan Papua. Barang-barang yang dijadikan komoditi transaksi adalah benda-benda perunggu produksi Dongson. Kepingan-kepingan dari tiga nekara perunggu telah ditemukan dekat Danau Aimaru di daerah Kepala Burung, dan barang-barang perunggu lain yang berasal dari Dongson juga ditemukan jauh ke timur di wilayah Danau Sentani. Teknologi metalurgi praktis tidak dijumpai di daerah Pasifik (Soejono, 1998:10). Diperkirakan benda-benda perunggu ini dibawa oleh penutur Austronesia yang dari Kepulauan Indonesia bagian barat, benda perunggu ini dipertukarkan dengan komoditi Papua. Karena hingga saat ini belum ditemukan bukti arkeologis mengenai barang-barang yang dibarter pedagang Papua dengan pedagang Austronesia, diperkirakan komoditi dagang dari Papua adalah hasil hutan, hasil laut, bulu burung cenderawasih, kayu masoi dan budak. Penutup Pengaruh budaya Austronesia di Papua hanya terdapat di pesisir utara, Teluk Cenderawasih dan pesisir Kepala Burung, pengaruh ini berupa bahasa Melanesia, merupakan hasil perkembangan bahasa-bahasa Papua yang mendapat pengaruh dari bahasa Austronesia. Ciri budaya Austronesia lainnya adalah organisasi kemasyarakatannya terstruktur dengan sistem hirarki dimana para pemimpinnya dijabat secara turun-temurun, selain itu adalah seni menghias tubuh dengan rajah (tato). Gerabah ditemukan di pesisir Kepala Burung, Teluk Cenderawasih, dan pesisir utara Papua. Namun tradisi pembuatan gerabah dapat dijumpai di pesisir utara Papua dan Teluk Cenderawasih. Tradisi ini tidak dikenal di pegunungan tengah Papua dan pesisir selatan Papua. Diperkirakan tradisi pembuatan gerabah di Papua dibawa oleh orang Austronesia. Letak geografis Papua sangat strategis menghubungkan kawasan Asia tenggara dengan kawasan Pasifik, bukti arkeologis berupa benda-benda perunggu 64
7 menunjukkan Papua merupakan bagian dari suatu jaringan perdagangan dari Indonesia bagian barat ke timur. Ciri budaya Austronesia lainnya yang ditemukan di pesisir utara Papua, pesisir Kepala Burung, dan Teluk Cenderawasih adalah budaya minum cairan hasil sadapan nira pohon kelapa, atau nira pohon aren. Minuman ini di Kampung Waena dikenal dengan nama sagero. Penutur Austronesia yang datang ke Papua, melakukan perdagangan dengan penduduk pesisir Papua, perdagangan ini menggunakan sistem barter. Bukti arkeologis yang membuktikan hal ini adalah artefak perunggu buatan Dongson yang di temukan di sekitar Danau Sentani dan sekitar Danau Ayamaru. Benda perunggu ini ditukar dengan komoditi asal Papua, yang hingga saat ini secara arkeologis belum ditemukan, diperkirakan komoditas unggulan Papua adalah bulu burung cenderawasih, hasil laut, dan hasil hutan. 65
8 DAFTAR PUSTAKA Ambrose, W An Early Bronze Artifact from Papua New Guinea. Antiquity 62. Hlm Anceaux, J. C De huidige stand van het taal-onderzoek op Nieuw Guinea s westhelft. Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde, CIX. Hlm Bellwood, Peter Man Conquest of the Pacific. The Prehistory of South East Asia and Oceania. Auckland: William Collins Publisher Ltd Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama First Farmers. The Origin of Agricultural Societies. Oxford: Blackwell Publishing. Budjang, Anis Orang Biak-Numfor dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm Elmberg, J. E Further Notes on the Northern Mejbrats (Vogelkop, Western New Guinea) dalam Ethnos XXIV. Hlm Flassy, Don A.L Etno Artistik Sentani Motif Gaya Rias. Jakarta: Balai Pustaka. Held, G. J Waropen dalam Khasanah Budaya Papua. Pasuruan: Pedati. Howel, W.W The Racial Elements of Melanesia dalam Coon C. S. dan J. M. Andrews (ed.). Hlm Jacob, T Ras, Etnik, dan Bangsa dalam Arkeologi Indonesia dalam PIA IX Kediri Juli Jakarta: IAAI. Koentjaraningrat Orang Timorini dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm
9 Lin, J. Tan Soe Orang Muyu dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm Moeliono, A. M Ragam Bahasa di Irian Barat dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm Muller, Kal Introducing Papua. Daisy World Books. Naber, S.P.P.H Nieuw-Guinea, Nova Guinea, Nieuw Guinee dalam Tijdshrift van het Koninklijk Nederlandsch Aardrijksundig Genootschap. XXXII. Hlm Ngadimin, Stefanus Sistem Kepemimpinan Tradisional Suku Baliem Sebagai Penunjang Pembangunan Daerah Jayawijaya dalam Kebudayaan Jayawijaya dalam Pembangunan Bangsa (Astrid S. Susanto-Sunario ed.). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm Soejono, R. P Prehistori Irian Barat dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm Indonesia dalam Lingkup Prasejarah Asia Tenggara dan Pasifik dalam Jurnal Arkeologi Indonesia No. 3. Jakarta: IAAI. Hlm Sujatni Orang Waropen dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas.Hlm Sutaarga, M. Amir Orang Mimika dalam Penduduk Irian Barat (Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar eds.). Jakarta: PT Penerbitan Universitas. Hlm Wanane, Teddy K dan Trien Kambu, Ragam Rias Orang Mey Brat Jazirah Kepala Burung Tanah Papua dalam Refl eksi Seni Rupa di Tanah Papua (Don A. L. Flassy ed.). Jakarta: Balai Pustaka. Hlm
10 Gerabah Hasil Produksi Masyarakat Kampung Abar, Sentani, Jayapura 68
GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI
GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:
Lebih terperinciJEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI
BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,
Lebih terperinciKAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK
KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK M. Irfan Mahmud dan Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the results achieved demonstrate the scope of the research
Lebih terperinciPERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)
PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI) Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Prehistoric trade in Papua characterized by the existence of
Lebih terperinciALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA
ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Exchange of goods that eventually led to trade in the coastal areas and central highlands of Papua occur because of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat
Lebih terperinciPERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR
PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR Sonya M. Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract A commerce is a transaction activity done by the seller and buyer. The Biaknese has recognized the trade
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut
Lebih terperinciFUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM
FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The trading activity in Indonesia, particularly in ancient Papua has depicted that the medium of exchange become
Lebih terperinciCoon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih.
Coon: Paleomongolid (kecoklatan) = Mongolid asli (kuning) + Weddid (hitam) Howells: keturunan 3 ras = hitam, kuning dan putih. Ras putih di Iran pindah ke Asia Timur: menyeberang ke Jepang jadi bangsa
Lebih terperinciJEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)
JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciMIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT
MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Archaeological studies, regarding the origin of the population can be observed from
Lebih terperinciKEHIDUPAN MASA PROTOSEJARAH DI SITUS MOSANDUREI, NABIRE (Protohistory Life in the Mosandurei Site, Nabire)
KEHIDUPAN MASA PROTOSEJARAH DI SITUS MOSANDUREI, NABIRE (Protohistory Life in the Mosandurei Site, Nabire) Hari Suroto Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele, Kampung Waena, Jayapura 99358 Telepon (0967)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia
BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai
Lebih terperinciII. Tinjauan Pustaka A. Papua
II. Tinjauan Pustaka A. Papua Provinsi Papua dengan luas 421.981 km 2, terletak diantara 130-141 Bujur Timur dan 2,25 Lintang Utara - 9 Lintang Selatan. Letak pulau ini adalah di ujung Timur Indonesia
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH SORONG KOTA SORONG, PAPUA BARAT
GEOLOGI DAERAH SORONG KOTA SORONG, PAPUA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciI GAMBARAN UMUM SEJARAH
I GAMBARAN UMUM Provinsi Papua merupakan Provinsi yang paling luas wilayahnya dari seluruh Provinsi di Indonesia. Luas Provinsi Papua ± 410.660 Km 2 atau merupakan ± 21% dari luas wilayah Indonesia. Lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciSENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR
SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Rock art in East Biak is an interesting subject to be examined. Its carved technique and motifs offer many important
Lebih terperinciKERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT
KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Ceramics in the presence of Misool Island, Raja Ampat attractive
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia
BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang
Lebih terperinciSISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA
SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA Elvis Kabey (Balitbangda Kabupaten Jayapura) Abstract The traditional trading system done by the Buyaka community who live around Sentani Lake
Lebih terperinciKONDISI GEOGRAFIS CHINA
CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.
148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs
Lebih terperinciMASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami
MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciPERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH
PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Trade in the Indonesian archipelago
Lebih terperinciBAB III ZAMAN PRASEJARAH
79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.
Lebih terperinciPengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura
Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI
Lebih terperinciKERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE
KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: fairyoklementin@yahoo.co.id) Abstract Ceramic plates are used as stock
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang
Lebih terperinciContoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka
Lebih terperinciSIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
Lebih terperinciPOTENSI SUMBERDAYA ALAM perikanan dan kelautan yang dimiliki Indonesia sangat besar. Namun, potensi ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara benar,
POTENSI SUMBERDAYA ALAM perikanan dan kelautan yang dimiliki Indonesia sangat besar. Namun, potensi ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara benar, bertanggung jawab dan berkelanjutan demi kesejahteraan
Lebih terperinciTRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM
TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a
Lebih terperinciOleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)
UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERDAGANGAN DI PAPUA PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BURUNG CENDERAWASIH DI PAPUA
STUDI KASUS PERDAGANGAN DI PAPUA Hari Suroto, Perburuan dan Perdagangan Burung Cenderawasih di Papua PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BURUNG CENDERAWASIH DI PAPUA Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract
Lebih terperinciSTRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI
STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura, mbah_tho@yahoo.com) Abstract Research in the area of Lake Sentani done in Yomokho
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL. Bintuni. Lokasi Teluk Bintuni dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Papua, atau lebih tepatnya di area Teluk Bintuni. Lokasi Teluk Bintuni dapat dilihat pada Gambar 2.1. Teluk Bintuni Gambar
Lebih terperinciBAB 1: SEJARAH PRASEJARAH
www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)
Lebih terperinciKONDISI FISIK WILAYAH
BAB I KONDISI FISIK WILAYAH GEOGRAFIS DENGAN AKTIVITAS PENDUDUK Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kalian mampu memahami hubungan antara kondisi fisik geografis suatu daerah dengan kegiatan penduduk.
Lebih terperinciDISTRIBUSI SPASIAL SITUS SITUS NEOLITIK DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI KALI BARU, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR
DISTRIBUSI SPASIAL SITUS SITUS NEOLITIK DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI KALI BARU, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta A. Kolonisasi Austronesia di Pulau Jawa
Lebih terperinciBudaya Banten Tingkat Awal
XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan
Lebih terperinciBAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah
BAB 1 SKOUW WUTUNG Peta Pulau Papua A. Sejarah Provinsi Papua dulunya mencakup seluruh Pulau Papua bagian barat. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda
Lebih terperinciFUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN
FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)
Sub Topik: - Alur Persebaran Manusia di Pulau Sumatera - Suku-suku di Pulau Sumatera - Dinamika Peradaban di Pulau Sumatera Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, setiap manusia diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Aristoteles (384-322 SM) Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, setiap manusia diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,
Lebih terperinciAssAlAmu AlAyku m wr.wb
AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara
Lebih terperinci1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site)
BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site) Erlin Novita Idje Djami Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele, Kampung Waena, Jayapura 99358 Telepon
Lebih terperinciKarakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua
Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai
Lebih terperinciTRADISI BERBURU SUKU BAUZI DI MAMBERAMO RAYA (Hunter Tradition of Bauzi Tribe in Mamberamo Raya)
TRADISI BERBURU SUKU BAUZI DI MAMBERAMO RAYA (Hunter Tradition of Bauzi Tribe in Mamberamo Raya) Hari Suroto Balai Arkeologi Jayapura hariprimitiveart@gmail.com ABSTRACT Especially prehistoric tradition
Lebih terperinciBERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum
BERKALA ARKEOLOGI terdiri dari dua kata yaitu dan. adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu.
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM TEMBIKAR TRADISI SA HUYNH-KALANAY DI ASIA TENGGARA
BAB 2 GAMBARAN UMUM TEMBIKAR TRADISI SA HUYNH-KALANAY DI ASIA TENGGARA 2.1. Landasan Teori 1 Perpindahan penduduk (migrasi) petutur AustronesiaF F merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik - Caroline
II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tatanan dan Struktur Geologi Regional Papua Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinciBau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura
POLA HIAS GERABAH PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN DANAU SENTANI, PAPUA The Decorative Patterns of Pottery in the Sites of The Sentani Lake, Papua Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung
Lebih terperinciRAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora
RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang
Lebih terperinciBAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam
BAB 8 PENUTUP 8.1 Rangkuman Penempatan benda-benda megalitik di Kawasan Lembah Iyang-Ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam menyikapi lingkungan. Oleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen
BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal
Lebih terperinciBAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY
BAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY Berau Dalam Angka 2013 Page 1 Berau Dalam Angka 2013 Page 2 Kalimantan Timur Terdiri dari 4 Kota Madyah dan 10 Kabupaten diantaranya adalah Kabupaten Berau yang letaknya berada
Lebih terperinciDAUD ARIS TANUDIRJO JURUSAN ARKEOLOGI, FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
Peradaban pesisir dan pulau Belajar dari kejayaan masa lampau DAUD ARIS TANUDIRJO JURUSAN ARKEOLOGI, FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA Jangan anggap masa lampau sebagai kenangan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan bergunung-gunung, hanya sebagian kecil yang datar dan landai. Merupakan suatu wilayah daratan yang memiliki
Lebih terperinciKondisi Geografis dan Penduduk
Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer
Lebih terperinciRUMAH PANGGUNG, WUJUD KREATIVITAS DARI MASA KE MASA
RUMAH PANGGUNG, WUJUD KREATIVITAS DARI MASA KE MASA Ketut Wiradnyana Balai Arkeologi Medan Abstract There s been storeyed house since prehistory, classic era and also in the traditional buildings at any
Lebih terperinciPengelolaan Tinggalan Arkeologi di Provinsi Papua Rini Maryone, Balai Arkeologi Jayapura
Pengelolaan Tinggalan Arkeologi di Provinsi Papua Rini Maryone, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak Management of good and correct of archeology resource for Papua province, having more value especially its
Lebih terperinciKUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara
KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara Ati Rati Hidayah Balai Arkeologi Denpasar Jl. Raya Sesetan No. 80, Denpasar 80223 Email: hanie_satik@yahoo.com
Lebih terperinciKAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT
KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi Kabupaten Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten di propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
Lebih terperinciSistem Perekonomian Dilihat dari Perspektif Antropologi. Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas
Sistem Perekonomian Dilihat dari Perspektif Antropologi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas Bronislaw Malinowski Bronislaw Malinowski Penelitiannya yang terkenal berjudul Argonouts of the Western
Lebih terperinciARTEFAK NEOLITIK DI PULAU WEH: BUKTI KEBERADAAN AUSTRONESIA PRASEJARAH DI INDONESIA BAGIAN BARAT
ARTEFAK NEOLITIK DI PULAU WEH: BUKTI KEBERADAAN AUSTRONESIA PRASEJARAH DI INDONESIA BAGIAN BARAT Ketut Wiradnyana* Balai Arkeologi Medan, Jalan Seroja Raya, Gg Arkeologi, Medan Tuntungan, Medan 20134 Telepon:
Lebih terperinciFUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK
FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK Windy Hapsari (BPSNT Jayapura) Abstract For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which
Lebih terperinciObservasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita
Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran Nopsi Marga Handayani 14148118 Sekar Manik Pranita - 14148159 Perjalanan Panjang Manusia Sebelum abad ke-18 Gagasan evolusi muncul Abad ke-18
Lebih terperinciSOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA
SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh
Lebih terperinciDINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016
PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI
Lebih terperinciPROSES KOLONISASI BANGSA AUSTRONESIA DI KAWASAN MALUKU UTARA. Studi Kasus Pada Situs Ceruk Peneduh Uattamdi, Pulau Kayoa
PROSES KOLONISASI BANGSA AUSTRONESIA DI KAWASAN MALUKU UTARA Studi Kasus Pada Situs Ceruk Peneduh Uattamdi, Pulau Kayoa Pendahuluan Penelitian tentang keberadaan manusia di Indonesia telah dimulai sejak
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena
Lebih terperinciTingkatan 1 Sejarah Bab 2: Zaman Pra-Sejarah
Tingkatan 1 Sejarah Bab 2: Zaman Pra-Sejarah Soalan Objektif Pilih jawapan yang paling tepat. 1. Tapak Ekskavasi Penemuan Artifak Zaman Alat batu Hoabinh Paleolitik Berdasarkan jadual di atas, ialah 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa lokal disebut Erom berasal dari Benua Amerika. Para akhli botani dan pertanian
Lebih terperinci