SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA
|
|
- Indra Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA Elvis Kabey (Balitbangda Kabupaten Jayapura) Abstract The traditional trading system done by the Buyaka community who live around Sentani Lake area is by using barter. The nature products are traded with stone axes, glass beads, pottery, wooden utensils and glass bracelet. The trade is done among the Buyaka community themselves and with the people who live in coastal area. Keywords: Buyaka community, Sentani Lake area, barter Sejarah penempatan wilayah dan orang Buyaka belum sepenuhnya terwujud menjadi wilayah dan orang dengan peradaban yang kokoh karena saat itu masih terjadi perang suku maupun perang kelompok yang terutama disebabkan oleh perebutan wilayah kekuasaan ataupun wilayah pemukiman. Sejalan dengan perjalanan waktu maka kehidupan orang di wilayah Buyaka atau yang dalam perkembangannya kemudian berubah dialek disebut dengan Sentani 1 ini makin beradab dan kehidupan sosialnya makin kompleks. Kompleksitas kehidupan orang Buyaka terutama terlihat saat melakukan pekerjaan pekerjaan pribadi maupun pekerjaan bersama yang membutuhkan tenaga kerja besar, kerjasama seperti ini dilakukan melalui kerjasama orang orang di satu wilayah pemukiman terkecil yang sekarang lebih dikenal dengan kampung. Pekerjaan pekerjaan baik yang bersifat pribadi maupun umum dilakukan hanya dengan motivasi kebersamaan dan saling membutuhkan. Dalam komunitas kecil seperti ini pada masanya tidak dikenal sistem perdagangan dengan menggunakan alat pembayaran, yang ada hanyalah saling menolong atau saling membantu diantara komunitas kampung. Sistem menyumbang untuk menimbulkan kewajiban membalas. Prinsip seperti ini oleh Malinowski disebut principle of reciprocity atau prinsip timbal balik (Peursen, 1988). 1 Dirujuk dari beberapa istilah menyebut ; Heraam, Setam, Hee nda niyea, Nendane. 67
2 Dalam perkembangannya sistem resiprositas ini mulai berubah memasuki sistem perdagangan tradisional. Walaupun secara perlahan kehidupan orang Buyaka mulai memasuki sistem perdagangan yang teratur, namun dalam wilayah yang masyarakatnya memiliki sumberdaya alam hayati yang sama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sistem perdagangan tradisional ini tidak sepenuhnya berlaku. Sistem Perdagangan Tradisional yang berkembang pada fase ini dibedahkan atas tiga jenis sistem perdagangan barter menurut jenis bahan kebutuhannya: - Bahan pangan dibarter dengan bahan pangan yang lain; jenis perdagangan barter ini dilakukan atas dasar kedua belah pihak saling membutuhkan bahan pangan. - Bahan makanan dibarter dengan peralatan produksi pangan dan peralatan pakai seperti ikan (kha), sagu (fi) dan pisang (era) ditukar dengan peralatan penokok sagu (femea) dan alat rumah tangga lain seperti piring kayu yang dalam bahasa lokalnya disebut hote, wada untuk memasak bahan makanan yang dalam bahasa lokal disebut olmebe. - Pelanggaran peraturan antar kelompok atau kampung dikenakan denda berupa tanah, anak perempuan atau laki-laki sesuai tuntutan dan atau kedua duanya. Tuntutan denda berupa seorang anak perempuan dimasa ini dirasa sangat berguna untuk mempersatukan hubungan pihak laki-laki dan pihak perempuan secara turun temurun dan karena itu dalam tuntutan denda sebagian besar meminta denda serupa ini. Hubungan barter sebagian besar hanya ada diantara kampung yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dan asal usul. Koentjaraningrat (1972) membedakan tolong menolong diantara warga sekampung atau komuniti kecil kampung menjadi empat macam yaitu: 1. tolong menolong dalam aktivitas pertanian 2. tolong menolong dalam aktivitas-aktivitas sekitar rumah tangga 3. tolong menolong dalam aktifitas persiapan pesta dan upacara 4. tolong menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian. Alat Pembayaran Dalam perkembangannya prinsip resiprositas yang menjadi tradisi di sekitar orang 68
3 Buyaka mulai berkembang dengan dikenalnya alat pembayaran kulit kerang dan batu. Kulit kerang berbentuk bulat melingkar digunakan sebagai alat pembayaran yang bernilai tinggi dan hanya berlaku untuk pembayaran mas kawin diantara keluarga ondofolo. Alat pembayaran jenis ini didapatkan dari hasil perdagangan barter antara orang Buyakha dengan orang dari Houw 2 dan Orme 3. Selain alat pembayaran yang berbahan kulit kerang dan batu, orang Buyaka juga dalam perkembangan peradabannya menilai beberapa alat pembayaran yang berasal dari kulit binatang buas seperti buaya, ular, soa-soa, kusu pohon, bulu burung cenderawasih, taring dan gigi buaya dan babi sebagai alat pembayaran yang memiliki nilai tinggi. Jenisjenis hewan yang kulit, bulunya, gigi dan taringnya digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan barter karena hewan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sulit didapatkan dan kalau ditemui untuk mendapatkannya orang harus berhadapan dengan resiko yang sangat besar selain karena jenis hewannya yang buas jangkauan dan wilayah untuk mendapatkan hewan jauh di gunung, di sungai, di laut mapun di atas pepohonan yang tumbuh sangat tinggi di hutan yang belum dijamah oleh aktifitas manusia. Untuk mendapatkan alat pembayaran bernilai tinggi yang berasal dari wilayah Houw, orang Buyaka melakukan perdagangan barter menggunakan bahan pangan yang jarang di wilayah Houw seperti sagu dan ikan danau. Bahan pangan yang dibarter untuk medapatkan alat pembayaran bernilai tinggi, kadang kedua bela pihak melakukan kesepakatan untuk satu alat pembayaran yang dianggap bernilai tinggi orang Buyaka harus menyerahkan bahan pangan beberapa kali kepada orang yang akan menyerahkan alat pembayaran bernilai tinggi. Kontak dengan Luar Perkembangan paling pesat mulai terjadi bersamaan dengan masuknya orang asing yang berasal dari Cina dan Portugis sekitar tahun 1812 sampai tahun 1900 (J. Kunst hal. 34). Penjaja ataupun para musafir terutama mereka yang menggunakan kapal, berlayar 2 Sebutan bagi wilayah maupun orang yang bermukim di wilayah timur Danau Sentani mulai dari Kampung Nafri sampai ke bagian utara 3 Sebutan bagi wilayah dan orang Negeibe dan Nagasawa. 69
4 dari satu benua ke benua lain menjajakan barang dagangannya di atas kapal. Kapal yang pada masa itu berfungsi sebagai pasar ataupun toko mempunyai tempat-tempat tujuan tertentu yang masyarakatnya telah memiliki alat pembayaran resmi untuk berbelanja di kapal apabila kapal pedagang ini sampai di tempat-tempat yang dituju. Berbeda dengan tujuan penjajah menuju ke benua ataupun wilayah lain. Selain menuju ke wilayah Ternate untuk mencari rempah-rempah dan menjajakan dagangannya, tujuan pedagang asing menuju ke wilayah Papua hanya untuk melintasi ke bagian timur dan selatan sambil melakukan ekspedisi dan survei untuk menjadikan wilayah Papua sebagai ladang rempah rempah. Pada saat melakukan misi berdagang dan ekspedisi, para pedagang juga sering menemui orang pribumi dan berusaha melakukan komunikasi terbatas menggunakan gerakan isyarat. Melalui komunikasi-komunikasi terbatas inilah para penjaja melakukan pendekatan terhadap penduduk pribumi secara intensif dan dalam jangka waktu yang cukup lama secara perlahan, terjadi hubungan kerjasama diantara para pedagang dan penduduk pribumi Houw yang bermukim di pantai Teluk Youtefa. Pendekatan yang dilakukan oleh para pedagang Cina dan Portugis membawa perkembangan yang sangat signifikan pada tatanan kehidupan penduduk pribumi. Pendekatan yang terjadi tidak hanya terbatas pada hubungan kerjasama saling menolong seperti yang biasanya terjadi dalam lingkungan kehidupan penduduk pribumi, terutama mereka yang bermukim di pesisir Teluk Yotefa 4 tetapi hubungan ini terjadi juga jauh sampai ke bagian barat di wilayah dan lingkungan Buyaka. Pada wilayah-wilayah yang diexpedisi terjadi juga perdagangan barter antara pedagang dengan penduduk pribumi. Materi yang dibarter adalah garam, rokok, gula, alat pakai seperti parang dan kapak besi. saat barter ini para pedagang diperkenalkan dengan alat pembayaran tradisional yang biasanya dilakukan oleh penduduk lokal Buyaka. Alat pembayaran penduduk Buyaka yang bernilai tinggi seperti ebha berbahan kulit kerang dan homboni yang berbahan batu marmer ikut disurvei dan dibawa keluar ke Cina dan Portugis. 4 Istilah menyebut orang pantai Utara dari Ormu sampai Demta terhadap wilayah di bagian Timur danau Sentani kemudian dalam perubahan dialegtika menjadi Yotefa. 70
5 Alat pembayaran yang dianggap unik dan bernilai tinggi dibawa keluar oleh pedagang China dan Portugis kemudian diganti bahan dasarnya dari kaca. Alat pembayaran ebha yang terbuat dari bahan kaca kemudian menggantikan alat pembayaran ebha yang berbahan kerang. Gbr. 1. Alat Pembayaran Ebha Berbahan Kulit Kerang (dokumentasi van Bemmelen, 1941) Gbr. 2. Alat Pembayaran Ebha Berbahan Kaca (dokumentasi van Bemmelen, 1941) 71
6 Hoboni yang berbahan dasar batu marmer hijau dan biru kehitaman juga diganti dengan bahan kaca untuk jenis nokon dan hawa sedang alat pembayaran jenis haye dibuat dari campuran kaca dan plastik. Gbr. 3. Manik-manik Gbr. 4. Tomako Batu (dokumentasi Balitbangda Kab. Jayapura) (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2010) Jenis alat pembayaran orang Buyaka berdasarkan bahan yang unik dan tidak diproduksi secara besar besaran karena itu nilainya dianggap makin tinggi baik dari segi warna dan ukuran sedangkan untuk manik-manik nilainya diukur dari jenis dan warna. Haye berwarna hijau, nokom berwarna biru sedang tomako batu jenis mevoli berukuran pendek dan tomako batu rela berukuran lebih panjang dari mevoli. Tingginya nilai kedua tomako batu ini tergantung pada warna dan tampilan jenis bahan batu marmer. Jenis alat pembayaran yang disebutkan diatas biasanya tergantung pula pada strata sosial sedangkan alat pembayaran yang disebut haye berwarna kuning menjadi sangat berharga karena menembus semua strata sosial dan sekaligus menjadi pendamai dalam semua strata sosial yang terdapat dalam sistem perdagangan maupun situasi dan kondisi konflik. Nilai Haye dalam Sistem Perdagangan Tradisional Dalam hubungan sistem kekerabatan, seorang saudara yang memberikan satu ikan maka ia akan diberikan satu buah haye sebagai bayarannya sedangkan hawa memiliki 72
7 nilai yang lebih tinggi karena dalam hubungan perdagangan, seorang saudara harus memberikan dua sampai tiga malfale ikan kepada sudaranya yang membutuhkan dan setelah itu maka ia akan menerima atau mendapatkan sebuah hawa sebagai bayarannya. Dalam hubungan saling membutuhkan maka satu kampung dengan kampung lainnya biasanya mengadakan hubungan perdagangan atas dasar saling membutuhkan barang /benda yang dimiliki masing-masing kampung. Alat pembayaran yang menggunakan haye, hawa sampai dengan mefoli hanya berlaku di sekitar komunitas yang mempunyai hubungan kekerabatan dan yang menggunakan alat ini sebagai alat pembayaran dalam sistem perdagangan tradisional. Kesimpulan Sistem perdagangan tradisional yang berlangsung di lingkungan orang Buyaka boleh dikata sebagai sesuatu yang terjadi secara alamiah sesuai dengan tatanan kehidupan yang juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang Buyaka hidup. Danau Sentani sebagai lingkungan yang memberikan kehidupan bagi orang Buyaka yang hidup di sekitarnya menyediakan berbagai sumber daya alam hayati yang dipandang sebagai pendukung tatanan kehidupan sosial ekonomi yang memadai secara turun temurun. Ketersediaan lingkungan alam yang sekaligus menyediakan sumber daya alam hayati yang melimpah menjadi daya tarik bagi orang-orang yang melakukan perjalalan dari bagian timur tanah Tabi kemudian secara berkala dan berkelompok menempati wilayah-wilayah di sekitar Danau Sentani. Kelompok-kelompok ini kemudian menempati tiga wilayah di Danau Sentani. Tiga wilayah yang menjadi pusat penyebaran budaya maupun penduduk di Daanau Sentani adalah Pulau Asei (Ohei) di bagian timur Danau Sentani, Pulau Ajauw dengan tiga kampungnya, Hobong (Hobeibei), Ifar Besar (Kabetolouw) dan Ifale di bagian tengah Danau Sentani, Pulau Kwadeware (Yonokom) di bagian barat Danau Sentani. Orang-orang yang menempati tiga wilayah ini kemudian menyebar karena perkembangan penduduk meningkat. Perkembangan penduduk ini menimbulkan 73
8 satu jaringan kerjasama berdasarkan hubungan asal usul, hubungan persaudaraan dan hubungan perkawinan. Hubungan-hubungan ini kemudian menciptakan kesatuan-kesatuan sosial yang berinteraksi secara terus menerus untuk menjaga tatanan kehidupan terutama dari segi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Interaksi sosial ini menjadi lebih kuat ketika diantara orang Buyaka di ketiga wilayah penyebaran budaya mulai melakukan kerjasama atas prinsip saling menolong ataupun saling membantu atas hubungan-hubungan yang ada. Atas kesamaan lingkungan hidup yang ada di Danau Sentani, kelompok-kelompok ini lebih sering menggunakan hubungan dagang dengan alat pembayaran yang dalam istilah lokal disebut homboni relaa dibanding hubungan dagang barter. Hubungan dagang barter dengan komoditi ikan, pisang dan sagu lebih sering dilakukan dengan orang di luar Danau Sentani atas dasar ketersediaan komoditi yang berbeda di lingkungan alam dan wilayahnya masing-masing. 74
9 DAFTAR PUSTAKA Tim Penelitian Cerita Rakyat Kabupaten Jayapura. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jayapura. Peursen, A.C. van Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Koentjaraningrat Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. 75
FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK
FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK Windy Hapsari (BPSNT Jayapura) Abstract For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which
Lebih terperinciFUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM
FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The trading activity in Indonesia, particularly in ancient Papua has depicted that the medium of exchange become
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen (seng, plastik), tempat meletakkan
Lebih terperinciBAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG
BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG 7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari
Lebih terperinciALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA
ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Exchange of goods that eventually led to trade in the coastal areas and central highlands of Papua occur because of
Lebih terperinciPERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR
PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR Sonya M. Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract A commerce is a transaction activity done by the seller and buyer. The Biaknese has recognized the trade
Lebih terperinciFUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN
FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence
Lebih terperinciGELANG BATU, KAPAK BATU, MANIK MANIK DALAM SUKU SENTANI FUNGSI PRAKTIS DAN MAGIS Kajian Etnoarkeologi
GELANG BATU, KAPAK BATU, MANIK MANIK DALAM SUKU SENTANI FUNGSI PRAKTIS DAN MAGIS Kajian Etnoarkeologi Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Stone bracelet, stone axe and beads are the three
Lebih terperinciPERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)
PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI) Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Prehistoric trade in Papua characterized by the existence of
Lebih terperinciGERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI
GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan
Lebih terperinciMASYARAKAT RITA RAHMAWATI
MASYARAKAT RITA RAHMAWATI KEHIDUPAN KOLEKTIF HEWAN Kehidupan kolektif bukan hanya terjadi pada makhluk manusia saja, tetapi juga terjadi pada jenis makhluk lain. Misalnya: berbagai jenis protozoa hidup
Lebih terperinciJEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and
Lebih terperincipenelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA
BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA 4.1. Pengantar Masyarakat Yalahatan secara administratif merupakan masyarakat dusun di bawah pemerintahan Negeri Tamilouw
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciPENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN
PENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN Sonya Martha Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Dutch Colonial Government came to Hollandia (Jayapura) around 1946, then they
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai 80.791
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciKondisi Geografis dan Penduduk
Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi masyarakat Jawa berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini memiliki banyak wilayah pesisir dan lautan yang terdapat beragam sumberdaya alam. Wilayah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1. PENDAHULUAN Perubahan lingkungan berimplikasi terhadap berbagai dimensi kehidupan termasuk pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini tentu saja sangat dirasakan oleh perempuan Kamoro yang secara budaya diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB. Bentuk Permukaan Bumi
BAB 8 Bentuk Permukaan Bumi Ketika sedang belajar IPA, ibu guru bertanya kepada Dimas. "Ayo, sebutkan, terdiri dari apakah permukaan bumi kita?" Dimas menjawab, "Permukaan bumi kita terdiri atas daratan
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik
Lebih terperinciMODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.
MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN Faisyal Rani 1 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 1 Dosen
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,
Lebih terperinciBab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan
Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti tanah yang tergenang akibat pasang surut laut, kadar garam yang tinggi, dan tanah yang kurang stabil memberikan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa
Lebih terperinciKajian Perhiasan Tradisional
Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut yang tergenang oleh air laut, komunitasnya dapat bertoleransi terhadap air garam, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan
Lebih terperinciDian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Dian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Seminar Nasional Agroforestry, Bandung, 19 Nvember 2015 Perladangan berpindah, swidden agriculture, perladangan bergilir, dan perladangan gilir balik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBelajar dari Kebersahajaan Masyarakat Adat Asmat: Hutan Adalah Ibu
Belajar dari Kebersahajaan Masyarakat Adat Asmat: Hutan Adalah Ibu Jika kita bertanya kepada orang secara acak untuk menyebutkan nama salah satu suku yang ada di Papua, jawaban mayoritas adalah Asmat.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkawinan akan mengungkapkan bahwa banyak keputusan menyeluruh, pilihan-pilihan, atau alternatif sedang dipertimbangkan, dan bahwa semua itu membentuk atau menentukan
Lebih terperinciLEGENDA PULAU HALIMUN
LEGENDA PULAU HALIMUN Oleh : Faisal Batennie *) Pulau Laut sungguh beruntung karena telah dianugerahi memiliki keindahan alam yang menajubkan; gugusan pulau yang elok diatas hamparan laut biru Selat Makkasar.
Lebih terperinciGeografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup
Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang
Lebih terperinciKAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT
KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,
Lebih terperinciPERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH
PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Trade in the Indonesian archipelago
Lebih terperinciSTRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI
STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura, mbah_tho@yahoo.com) Abstract Research in the area of Lake Sentani done in Yomokho
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan
Lebih terperinciDari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi
Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang
1 I. PENDAHULUAN Pekarangan merupakan suatu ekosistem spesifik berupa ekosistem buatan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang didominasi oleh tanaman budidaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah. Indonesia juga terkenal sebagai negara maritim dan merupakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong
Lebih terperinciPENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga, dilakukan beberapa kali kunjungan di kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperincitambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara - negara lainnya.sumber daya alam ini salah
Lebih terperinciMATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA
MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Kalimantan pada umumnya dan Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya adalah suku Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam
2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014
2.1.5 Analisis Efiensi Penggunaan Sumber Daya. Pencapaian indikator kinerja kasus illegal fishing yang mendukung sasaran Berkurangnya kegiatan yang merusak Sumberdaya Kelautan dan Perikanan serta Illegal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.
Lebih terperinciTIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA
TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang
Lebih terperinciPERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR
PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR Materi ini disusun Dinas Kehutanan Propinsi Papua dalam rangka Rapat Kerja Teknis Badan Planologi Kehutanan Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciBAB VIII PERAN MASYARAKAT ADAT SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN
BAB VIII PERAN MASYARAKAT ADAT SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN 8. 1. Masyarakat Adat Pada kawasan Pegunungan Cycloops Cagar alam Pegunungan Cycloops merupakan salah satu dari 30 kawasan konservasi yang berstatus
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian mayarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI
BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta
Lebih terperinciDINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016
PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang sangat
3 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan budaya manusia. Suku-suku bangsa telah mengembangkan sendiri tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian yang dilakukan oleh Lumintang (2013) menunjukkan bahwa antara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Peranan modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan usaha telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Lumintang
Lebih terperinci