DISTRIBUSI SPASIAL SITUS SITUS NEOLITIK DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI KALI BARU, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISTRIBUSI SPASIAL SITUS SITUS NEOLITIK DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI KALI BARU, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 DISTRIBUSI SPASIAL SITUS SITUS NEOLITIK DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI KALI BARU, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta A. Kolonisasi Austronesia di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang paling padat penduduknya di Kepulauan Nusantara. Dari sudut pandang genetik dan linguisik, pada saat ini mayoritas penduduk Pulau Jawa adalah masyarakat dengan ciri genetik Mongoloid serta menuturkan bahasa yang termasuk dalam rumpun Austronesia. Sampai saat ini, penjelasan yang paling luas diterima bagi kasus penyebaran masyarakat penutur bahasa Austronesia adalah Blust Bellwood model yang dibangun berdasarkan gabungan antara data linguistic historis dan arkeologi. Teori yang diajukan mereka disebut juga model Out of Taiwan atau Express Train from Taiwan to Polynesia yang intinya bahwa masyarakat penutur bahasa Austronesia berekspansi dari Taiwan sejak BP menuju Asia Tenggara Kepulauan, Melanesia Kepulauan, Micronesia hingga Polynesia, dengan cepat selama satu millennium berikutnya via Filipina. Pada masa sebelumnya, Taiwan dikoloni oleh sekelompok populasi petani dari daratan Cina Selatan via Pulau Peng Hu (Pascadores) pada sekitar BP akibat tekanan demografi (Tanudirjo, 2006: 87). Berdasarkan kajian linguistik, Robert Blust (1984/1985) berpendapat bahwa kelompok bahasa Jawa Bali Sasak memiliki hubungan yang erat dengan kelompok bahasa Malayo Chamic dan Bahasa Barito di Kalimantan Selatan (termasuk Madagaskar). Beliau menduga bahwa proto kelompok bahasa bahasa tersebut dituturkan di bagian tenggara Kalimantan pada periode SM. Kemudian mengalami pemisahan yang pertama menjadi nenek moyang Bahasa Barito, Bahasa Malayo Chamic dan Bahasa Jawa Bali Sasak. Proses pemisahan berikutnya yang dialami oleh proto bahasa bahasa tersebut terjadi pada SM. Namun proses pembentukan proto bahasa Jawa, Bali, Sasak dan Sumbawa bagian barat baru terjadi pada 2500 tahun terakhir yang kemungkinan berasal dari suatu daerah di Borneo atau Sumatra. Berdasarkan kajian arkeologi, paket budaya neolitik yang dapat diasosiasikan dengan penyebaran komunitas Austronesia awal dari Taiwan antara lain adalah; pertanian padi padian, domestikasi anjing dan babi, gerabah berdasar membulat berhias slip merah, cap, gores dan tera tali dengan bibir melipat ke luar, kumparan penggulung benang dari tanah liat, beliung batu dengan potongan lintang persegi empat yang diasah, artefak dari batu sabak (lancipan) dan nephrite (aksesoris), batu pemukul kulit kayu, serta batu pemberat jala. Beberapa dari kategori tersebut, terutama gerabah slip merah berlanjut hingga Indonesia timur kemudian menuju Oseania dalam bentuk komplek budaya Lapita ( BP) (lihat Bellwood, 2002: 313 dan 2006: 68). Namun, bukti arkeologis tersebut di atas yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis linguistik Blust masih sangat terbatas ditemukan di Pulau Jawa, sehingga proses awal penghunian pulau ini oleh masyarakat neolitik penutur bahasa Austronesia sampai sekarang masih menjadi misteri. B. Beberapa Penelitian Terdahulu Banyak situs permukiman neolitik telah ditemukan di Indonesia, dan beberapa diantaranya telah dilakukan penelitian secara intensif, seperti misalnya; Tipar Ponjen, Purbalingga ( BP), Nangabalang, Kalimantan Barat (2.871 BP), Minanga Sipakko, Sulawesi Barat (2.570 BP) dan Punung, Pacitan ( BP) (Simanjuntak, 2002). Namun dari beberapa situs tersebut hanya Situs Kendenglembu di Pulau Jawa, yang merupakan satu di antara dua (yang baru ditemukan) kompleks situs permukiman pure (murni) neolitik di Indonesia berdasarkan kerangka kronologi (bukan tradisi). Situs

2 sejenis lainnya adalah situs situs di sepanjang Sungai Karama, Kalumpang di Sulawesi Barat, mulai dari Tasiu, Sikendeng dan Lattibung di hilir hingga Minanga Sipakko, Kamassi dan Tambing tambing di hulu (lihat Simanjuntak 2006). Melihat perkembangan yang cukup signifikan dari hasil penelitian situs situs di sepanjang Sungai Karama, maka perlu juga dilakukan penelitian secara sistematis pada kompleks Situs Kendenglembu dan kemungkinan situs situs lainnya di sepanjang Sungai Kali Baru, yang diperkirakan merupakan situs koloni awal Austronesia di Pulau Jawa, sebagai cikal bakal atau nenek moyang etnis Jawa di pulau ini. Situs permukiman neolitik Kendenglembu pertama kali dilaporkan oleh W. van Wijland dan J. Bruumun pada tahun Situs ini terletak di tengah perkebunan karet di Desa Karangharjo, di bagian selatan Kecamatan Glenmore, diantara Jember and Banyuwangi. H.R. van Heekeren memulai ekskavasi secara sistematis pada tahun 1941, namun beliau menghentikan penelitiannya karena Jepang memulai Perang Dunia II di Pasifik. Kemudian, artefak dan catatan harian yang dihasilkan dari penelitian tersebut dihancurkan pada saat Jepang menduduki Pulau Jawa. Menurut Heekeren, stratigrafi situs ini masih dapat diamati dengan jelas. Pada lapisan atas setebal setengah meter menghasilkan artefak dari masa sejarah dan mata uang kepeng, sedangkan lapisan bawah setebal 30 cm merupakan deposit hunian neolitik dengan temuan berupa beliung persegi yang diupam, dan sejumlah besar fragmen tembikar. Artefak lainnya yang dihasilkan dari lapisan ini antara lain adalah; batu giling silindris dengan delapan sisi, pemotong batu, calon beliung, dan flakes berukuran besar yang diklasifikasikan sebagai pisau. (Heekeren, 1972: 173). Penelitian kedua dipimpin oleh R.P. Soejono dari bidang prasejarah LPPN pada tanggal 15 Januari 4 Februari Soejono membuat dua lubang uji di sebelah utara situs berukuran 5 x 2 meter, lima kotak ekskavasi berukuran 3 x 3 meter dan sebuah lubang uji berukuran 1,5 x 1,5 meter di tengah tengah Situs Kendenglembu guna mengetahui kondisi stratigrafi situs tersebut. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa di Situs Kendenglembu terdapat dua lapisan budaya, yaitu lapisan sejarah untuk lapisan atas dan lapisan neolitik untuk lapisan di bawahnya. Namun demikian, interpretasi mengenai kronologi hunian situs tersebut belum didukung oleh pertanggalan absolut. Pada lapisan sejarah ditemukan mata uang kepeng, pecahan gerabah, fragmen bata, dan fragmen porcelain. Lapisan neolitik menghasilkan beberapa beliung persegi, sejumlah calon beliung, batu pukul, batu asah dan batu giling, batu pelandas, sejumlah tatal dan serpih, beberapa alat serpih dan bilah, serta pecahan tembikar poles merah (Heekeren, 1972: , Soejono, 1984: 176). Sejauh ini, Soejono hanya menyimpulkan bahwa beliung yang dihasilkan termasuk dalam rectangular type dan tembikarnya sederhana, namun interpretasi menyeluruh dari hasil penelitian tersebut sampai saat ini belum pernah dilakukan (Heekeren, 1972: 184). Penelitian berikutnya di Situs Kendenglembu dipimpin oleh Goenadi Nitihaminoto dari Balai Arkeologi Yogyakarta dalam dua tahap penelitian pada Februari 1986 (tahap I) dan dilanjutkan pada 1 13 Oktober 1986 (tahap II). Nitihaminoto membuat sebuah kotak ekskavasi berukuran 1,5 x 7,5 meter pada tahap I dan membuat 14 kotak ekskavasi berukuran 1,5 x 1,5 meter pada tahap II yang ditempatkan menyebar di seluruh bagian situs. Sejak penelitian pertama oleh Heekeren, hingga penelitian terakhir oleh Nitihaminoto, jumlah seluruh sektor yang telah digali di seluruh bagian situs berjumlah 20 sektor. Sama seperti hasil penelitian Soejono, Nitihaminoto juga menemukan dua lapisan budaya di Situs Kendenglembu, yaitu lapisan sejarah dan lapisan neolitik. Kedua tahap penelitian tersebut juga menghasilkan artefak yang sama dengan penelitian pendahulunya. Selain itu, penelitian ini juga belum menghasilkan pertanggalan absolut mengenai kronologi hunian Situs Kendenglembu, sama dengan penelitian pendahulunya. Pada sektor XIX, merupakan lokasi yang paling lengkap dan tinggi frekuensi temuan data arkeologinya. Secara horizontal, distribusi artefak mengindikasikan bahwa arah utara selatan dari sektor XIX merupakan pusat aktivitas masa lampau. Berdasarkan informasi penduduk lokal,

3 Nitihaminoto juga melakukan survey di Situs Kalitajem, yang berjarak ± 3 kilometer arah barat daya Situs Kendenglembu. Pada survey tersebut, beliau menemukan beberapa calon beliung, tatal dan pecahan tembikar pada permukaan tanah (lihat Tim Ekskavasi, 1986/1987). Setelah penelitian tersebut, selama lebih dari 22 tahun tidak pernah ada lagi penelitian sistematis yang dilakukan pada Situs Kendenglembu dan Kalitajem. Penelitian terakhir di Situs Kendenglembu dilakukan oleh Sofwan Noerwidi dari Balai Arkeologi Yogyakarta pada tanggal 8 21 September Pada penelitian ini dibuat tiga buah lubang uji berukuran 1,5 x 1,5 di Sektor Kendenglembu (Afdeling Besaran) dan satu buah lubang uji di Sektor Kalitajem/Rejosari (Afdeling Rejosari). TP I Kendenglembu (KDL) terletak di puncak sebuah bukit kecil di sekitar kotak ekskavasi van Heekeren dan R.P. Soejono. Di sektor ini ditemukan sisa sisa aktivitas pemukiman neolitik dan arang sampel pertanggalan. Proses datasi dari situs ini masih menunggu hasil analisis AMS yang dilakukan di Laboratorium the University of Arizona, Amerika Serikat, untuk merekonstruksi kronologi hunian di Situs Kendenglembu. Sedangkan proses analisis sisa starch dan phytolith masih menunggu hasil dari Jurusan Arkeologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, untuk menjawab permasalahan mengenai awal kemunculan pertanian padi padian di sekitar Situs Kendenglembu. TP II KDL terletak di lereng yang datar sebelah selatan Bukit Gunung Kambang, berjarak sekitar 200 meter dari TP I KDL. Pada sektor ini ditemukan sisa sisa aktivitas perbengkelan pembuatan beliung persegi. TP III KDL terletak diantara TP I dan TP II KDL pada lokasi lereng bukit yang agak datar. Pada sektor ini hanya ditemukan lapisan sejarah tanpa lapisan neolitik. TP I Rejosari (RJS) terletak di puncak sebuah bukit kecil dekat perbatasan perkebunan Kendenglembu dengan Treblasala. Sama dengan TP II KDL, pada sektor ini hanya ditemukan lapisan neolitik tanpa lapisan sejarah. Selain itu, berdasarkan pada pengamatan kondisi geografis dalam penelitian terakhir tersebut dapat diketahui bahwa kemungkinan besar Situs Kendenglembu bukan merupakan sebuah situs permukiman tunggal yang berdiri sendiri. Namun diperkirakan ada beberapa lokasi strategis yang berpotensi mengandung lapisan budaya neolitik. Sehingga, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut direkomendasikan bahwa perlu dilakukan survey menyeluruh secara sistematis di sekitar kawasan Situs Kendenglembu dan di sepanjang aliran utama Sungai Kali Baru hingga ke muara sungai tersebut di Kecamatan Siliragung, guna menjajaki kemungkinan distribusi spasial situs situs neolitik di kawasan tersebut. Peta Survey di Sepanjang Aliran Sungai Kali Baru

4 C. Distribusi Spasial Situs Situs Neolitik di Sepanjang Aliran Sungai Kali Baru Berdasarkan survey Balai Arkeologi Yogyakarta pada bulan Oktober 2008, dari sejumlah lebih dari 20 lokasi pengamatan yang di survey, 19 lokasi diantaranya merupakan situs situs dari berbagai masa hunian; pre neolitik, neolitik, proto sejarah dan masa sejarah. Diantara 19 situs tersebut, lokasi yang paling positif mengindikasikan situs neolitik berjumlah 9 situs, termasuk 4 yang mengindikasikan lokasi penambangan sumber bahan alat batu dan 3 situs lainnya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil penelitian ini, secara geografis dapat diketahui bahwa persebaran situs situs neolitik tersebut menempati dua kategori kelompok lokasi yang berbeda, yaitu kelompok Zona Cekungan Kendenglembu dan Zona Pantai. Namun, kedua kelompok zona situs tersebut dihubungkan dengan sebuah sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Kali Baru yang berhulu di Gunung Raung (3332 m dpl) dan bermuara di pantai selatan Jawa di Samudera Hindia. I. Situs situs Kelompok Zona Cekungan Kendenglembu Zona Cekungan Kendenglembu dibatasi oleh bentang alam pegunungan yang mengelilinginya, antara lain; Bukit Panggungrejo (331 m dpl), Bukit Wilas (368 m dpl), Bukit Margosugih (387 m dpl), Bukit Carangan (539 m dpl), Bukit Krigi (529m dpl), Bukit Kendit (590 m dpl), Gunung Asri (701 m dpl), Gunung Malaka (787 m dpl), Gunung Sumberpacet (766 m dpl), Gunung Nongkojajar (726 m dpl), Gunung Lembu (824 m dpl). Situs situs yang termasuk dalam kelompok Zona Cekungan Kendenglembu adalah: 1. Kendenglembu 2. Panuwunmukti 3. Kampung Anyar 4. Treblasala Rejosari 1 (Kalitajem) 5. Pagergunung 6. Sukobumi 7. Sukobumi Kampung Peta Distribusi Situs situs Neolitik di Sepanjang Aliran Sungai Kalibaru, Kelompok Zona Cekungan Kendenglembu.

5 Berikut ini deskripsi mengenai beberapa situs situs kelompok Zona Cekungan Kendenglembu yang baru ditemukan, antara lain adalah: a. Situs Pagergunung Lokasi Administratif : Dusun Pagergunung, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten : Dusun Pagergunung terletak 1.5 Km di sebelah selatan Dusun Kampung Baru. Lokasi pengamatan berjarak sekitar 500 meter sebelah utara Dusun pagergunung dan berada tepat di tepi jalan yang menghubungkan Kendenglembu dan Pagergunung. Temuan artefak yang cukup padat adalah tatal tatal yang ditemukan baik di tebing sungai maupun di singkapan pinggir jalan poros di atas. Selain tatal di lokasi pengamatan ini ditemukan pula sebuah gerabah neolitik. Oleh karena teras singkapan Kali Tajem ini merupakan satu satunya situs neolitik yang ditemukan pada kegiatan hari pertama di lapangan, maka pengamatan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan di lokasi lain yang terletak di sekitar aliran Sungai Kali Tajem. Situs Pagergunung merupakan salah satu situs neolitik di tepi Sungai Kali Tajem di kawasan Cekungan Kendenglembu, selain Situs Kendenglembu dan Rejosari yang telah ditemukan dan pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif di masa yang akan datang pada Situs Pagergunung. b. Situs Panuwunmukti Lokasi Administratif : Dusun Panuwunmukti, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten : Situs Panuwunmukti terletak 1 Km di sebelah timur laut Situs Kendenglembu, dan terletak 500 m di sebelah utara Dusun Panuwunmukti. Di Situs Panuwunmukti banyak ditemukan artefak dari masa neolitik, berupa; batu inti, calon beliung persegi, gerabah slip merah, serpih dan tatal. Selain itu juga ditemukan artefak dari masa sejarah, seperti; fragmen gerabah dan fragmen besi. Situs Panuwunmukti merupakan salah satu situs neolitik di kawasan Cekungan Kendenglembu yang sangat potensial. Sehingga perlu dilakukan penelitian intensif di situs tersebut, mengingat bahaya ancaman transformasi kondisi situs yang disebabkan oleh aktifitas pertanian tebu. c. Situs Kampung Anyar Lokasi Administratif : Dusun Kampung Anyar, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten : Dusun Kampung Anyar terletak 2 Km di sebelah barat laut Situs Kendenglembu, terletak 1 Km di sebelah barat laut Dusun Sawo Jajar, dan terletak 2 Km di sebelah utara Dusun Gentengan. Sumber batu lempung silikaan warna abu abu kehijauan di temukan berupa bongkahan bongkahan di dasar sungai. Namun fragmen fragmennya sama sekali tidak ditemukan di daerah sekitarnya yang relative datar. Pengamatan di bekas bekas galian lubang penanaman pohon cacao di Afdeling Besaran ini tidak ditemukan artefak ataupun tanda tanda kehidupan manusia neolitik. Lokasi ini berpotensi sebagai lokasi sumber bahan (tambang) batu lempung silikaan warna abu abu kehijauan, yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan beliung neolitik. Namun tidak ada indikasi kegiatan perbengkelan di lokasi ini. d. Situs Sukobumi Lokasi Administratif : Dusun Sukobumi, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten : Dusun Sukobumi terletak 1 Km di sebelah barat daya Dusun Darungan dan terletak 2 Km di sebelah tenggara Dusun Sumberbening.

6 Sumber batu lempung silikaan warna abu abu kehijauan di temukan berupa singkapan singkapan di dinding tebing Gunung Lembu. Namun fragmen fragmennya sama sekali tidak ditemukan di daerah sekitarnya yang relatif datar. Pengamatan di bekas bekas galian lubang penanaman pohon karet di Afdeling Sukobumi ini tidak ditemukan artefak ataupun tanda tanda kehidupan manusia dari masa lampau. Lokasi ini berpotensi sebagai lokasi sumber bahan (tambang) batu lempung silikaan warna abu abu kehijauan, yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan beliung neolitik. Perlu adanya peninjauan ke lokasi yang lebih dekat pada singkapan di tebing Gunung Lembu untuk mencari indikasi kegiatan perbengkelan di lokasi tersebut jika memang ada. e. Situs Sukobumi Kampung Lokasi Administratif : Dusun Sukobumi, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten : Dusun Sukobumi terletak 1 Km di sebelah barat daya Dusun Darungan dan terletak 2 Km di sebelah tenggara Dusun Sumberbening. Lokasi situs berada pada sebelah selatan jalan yang menghubungkan Dusun Sukobumi dan Dusun Sukorejo. Hasil pengamatan dipermukaan tanah banyak ditemukan tatal tatal batu rijang warna hijau yang merupakan sisa sisa artefak dari masa neolitik. Rupa rupanya artefak ini berasal dari lapisan tanah di bawah yang teraduk saat pembuatan lubang dalam rangka penanaman pohon karet. Hal ini ditunjukkan oleh temuan yang rata rata berada disekitar pohon karet. Selain tatal yang terbuat dari bahan batu sedimen marin, di lokasi Bukit Sukobumi Kampung ini juga ditemukan fragmen gerabah yang diperkirakan berasal dari masa sejarah. Situs Sukobumi merupakan situs neolitik yang sangat potensial. Kondisinya mungkin mirip dengan Situs Kendenglembu, yang memiliki layer budaya sejarah dan layer budaya neolitik. Perlu adanya penelitian yang lebih intensive di situs ini pada masa yang akan datang. Bentang Lahan Cekungan Kendenglembu, dengan Pegunungan Merawan yang Mengelilinginya II. Situs situs Kelompok Zona Pantai Situs situs Zona Pantai secara administrative berada pada Desa Barurejo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan pada interpretasi tata guna lahan Peta Rupa Bumi Indonesia, lokasi tersebut kemungkinan besar berada di sekitar pesisir pantai purba pada 4000 tahun yang lalu. Menurut Bammelen, laju pertambahan garis pantai di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, rata rata sebesar 2 cm per tahun. Sehingga diperkirakan bahwa garis pantai purba pada masa neolitik berjarak kira kira sekitar 8 Km dari posisi garis pantai saat ini di Dusun Lampon, Desa Pesanggaran. Situs situs yang termasuk dalam kelompok Zona Pantai adalah: 1. Senepolor 2. Seneposari 3. Seneposepi 4. Tanggul Arum 5. Manyarejo

7 Peta Distribusi Situs situs Neolitik di Sepanjang Aliran Sungai Kalibaru, Kelompok Zona Pantai. Berikut ini deskripsi mengenai beberapa situs situs kelompok Zona Pantai yang baru ditemukan, antara lain adalah: a. Situs Senepo Lor Lokasi Administratif : Dusun Senepo Lor, Desa Barurejo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten : Dusun senepo Lor terletak 14 Km di sebelah tenggara Situs Sukobumi Kampung dan berada dekat dengan pertemuan antara Sungai Kali Lele dan Sungai Kali Baru. Temuan permukaan cukup menarik yaitu beberapa tatal batu rijang warna hijau dan tatal batu warna coklat kemerahan, serta temuan fragmen gerabah. Kemungkinan Situs Senepo Lor adalah lokasi sumber bahan dan bengkel pembuatan beliung neolitik. Selain itu, pada situs ini juga ditemukan gerabah dari masa sejarah. Perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif pada masa yang akan datang. b. Situs Mulyosari Lokasi Administratif : Dusun Mulyosari, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten : Situs Mulyosari terletak 5 Km di sebelah selatan Dusun Senepo Lor dan berada pada 1.5 Km di sebelah barat daya lokasi pengamatan Muyosari 1. Ditemukan fragmen fragmen gerabah tua yang diperkirakan berasal dari masa sejarah dan prasejarah, namun jumlahnya kurang signifikan. Perlu dipertimbangkan untuk survey yang lebih intensif di sekitar situs ini. c. Situs Senepo Sari Lokasi Administratif : Dusun Senepo Sari, Desa Barurejo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten : Situs Senepo Sari terletak sekitar 570 m di sebelah selatan Situs Senepo Lor

8 Di areal ini ditemukan serpihan tatal batu, gerabah, dan batu inti yang diperkirakan sisa sisa tinggalan budaya neolitik. Temuan konsentrasi tatal batu ditemukan di bagian bukit sisi timur yang mendekati lokasi aliran sungai. Kemungkinan Situs Senepo Sari adalah lokasi sumber bahan, bengkel pembuatan beliung dan hunian neolitik. Perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif pada masa yang akan datang. d. Situs Senepo Sepi Lokasi Administratif : Dusun Senepo Sepi, Desa Barurejo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten : Situs Senepo Sepi terletak kira kira 1 Km di sebelah selatan Situs Senepo Sari. Temuan artefak tidak terlalu padat, hanya beberapa buah fragmen gerabah tua, tetapi belum dapat dipastikan sebagai gerabah neolitik. Perlu dipertimbangkan untuk survey yang lebih intensif di sekitar situs ini. e. Situs Tanggul Arum Lokasi Administratif : Dusun Senepo Sepi, Desa Barurejo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten : Situs Tanggul Arum terletak kira kira 2,5 Km di sebelah selatan Situs Senepo Sepi. Dari hasil survey permukaan ditemukan fragmen gerabah, fragmen keramik, tatal batu, dan batu inti. Perlu dipertimbangkan untuk survey yang lebih intensif di sekitar situs ini. Temuan Permukan di Situs Seneposari, Berupa Singkapan Batuan Sedimen Marin dan Tatal tatal Sisa Aktifitas Perbengkelan Tabel Situs Situs di Sepanjang Aliran Utama Sungai Kalibaru No Situs Data Arkeologi Jenis Aktivitas Fase 1. Kendenglembu Alat Serpih, Serpih, Tatal, Hunian, Bengkel Neolitik Cortex, Plank, Frag. Gerabah Frag. Gerabah, Frag. Keramik, Hunian Sejarah Frag. Bata, Uang Kepeng 2. Pagergunung Frag. Gerabah, Serpih Hunian Neolitik 3. Sukobumi Singkapan Batu Lempung Penambangan Neolitik (?) Silikaan Penambangan Resen

9 4. Sukobumi Kampung Alat Serpih, Serpih, Tatal, Batu Hunian, Bengkel Neolitik Inti Frag. Periuk Hunian Sejarah 5. Treblasala Rejosari 1 Alat Serpih, Serpih, Tatal, Batu Bengkel, Hunian Neolitik (Kali Tajem) Inti, Plank, Frag. Gerabah 6. Rejosari 2 Frag. Gerabah Hunian Sejarah 7. Rejosari 3 Alat Serpih Masif? Pre Neolitik Frag. Gerabah Hunian Sejarah 8. Panuwunmukti Alat Serpih, Serpih, Tatal, Batu Hunian, Bengkel Neolitik Inti, Plank, Frag. Mangkuk, Frag. Tempayan, Frag. Periuk Frag. Kendi, Frag. Buli buli, Hunian Sejarah Frag. Periuk 9. Semampir Kubur Batu, Manik manik Penguburan Proto Sejarah 10. Kampung Baru Kubur Batu, Manik manik Penguburan Proto Sejarah 11. Kali Tajem Frag. Periuk Hunian Sejarah 12. Kali Putih Lumpang Batu Hunian Proto Sejarah Hunian Sejarah 13. Kampung Anyar Singkapan Batu Lempung Penambangan Neolitik (?) Silikaan Penambangan Resen 14. Panggungrejo Frag. Periuk, Frag. Empluk Hunian Sejarah 15. Bukit Wilas Lumpang Batu, Frag. Periuk, Hunian Proto Sejarah Frag. Anglo, Frag. Klenting Hunian Sejarah 16. Senepolor Alat Serpih, Serpih, Tatal, Batu Penambangan, Neolitik Inti, Plank, Batu Pukul, Singkapan Batu Lempung Silikaan Bengkel Frag. Periuk Hunian Sejarah 17. Seneposari Alat Serpih, Serpih, Tatal, Batu Inti, Plank, Singkapan Batu Lempung Silikaan, Frag. Periuk Penambangan, Bengkel, Hunian Neolitik 18. Seneposepi Serpih Hunian (?) Neolitik 19. Tunggul Arum Batu Inti, Hunian, Bengkel (?) Neolitik Frag. Periuk, Frag. Keramik Hunian Sejarah 20. Mulyosari Frag. Gerabah Hunian Neolitik Frag. Gerabah Hunian Sejarah Catatan : Baris dengan bayangan biru merupakan situs neolitik Survey permukaan dilakukan dengan cara mengumpulkan temuan arkeologis pada lokasi lokasi yang dinilai paling strategis dan potensial digunakan sebagai situs hunian. Survey tersebut mempertimbangkan ketersediaan sumber air, kondisi topografi, kondisi litologi, kemudahan aksesibilitas, keamanan dari bencana alam dan manusia serta kedekatan dengan sumber bahan baku pembuatan alat litik. Pada situs situs yang di permukaan tanahnya hanya ditemukan sisa sisa dari masa sejarah, belum dapat diketahui potensi kandungan lapisan prasejarah di bawahnya. Untuk menguji hipotesis tersebut harus dilakukan pembukaan lubang uji di situs situs yang dinilai potensial pada penelitian yang akan datang.

10 Gerabah Slip Merah dan Calon Beliung dari Temuan Permukaan di Situs Panuwunmukti D. Implikasi Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Situs Kendenglembu bukan merupakan sebuah situs permukiman tunggal yang berdiri sendiri. Namun ada beberapa situs yang sangat potensial kandungan lapisan budaya neolitiknya. Berdasarkan pada hasil penelitian yang cukup signifikan tersebut, maka direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan pada situs situs neolitik di sekitar kawasan Kendenglembu dan di sepanjang aliran utama Sungai Kali Baru. Ekskavasi yang sistematis harus segera dilaksanakan pada beberapa situs yang terancam oleh bahaya pembangunan jalur alternative lintas selatan Pulau Jawa, seperti misalnya Situs Pagergunung dan Situs Treblasala Rejosari 1 (Situs Kali tajem, nama tedahulu). Kegiatan survey permukaan juga masih diperlukan untuk mendokumentasikan seluruh distribusi lateral situs neolitik di sepanjang aliran Sungai Kali Baru. Kegiatan survey permukaan di masa yang akan datang seharusnya dilakukan pada sepanjang anak sungai Kali Baru, seperti Sungai Kali Tengah, Kali Lele, Kali Senepo dan beberapa sungai purba lainnya di sekitar Sungai Kali Baru, seperti Sungai Lembu dan Sungai Karangtambak.

11 Referensi Bellwood, Peter 2000 Prasejarah Kepulauan Indo Malaysia, Edisi revisi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama The Early Movement of Austronesian speaking peoples in the Indonesian Region, dalam Truman Simanjuntak, dkk. ed, Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago, Jakarta: LIPI Press. hlm Blust, Robert 1984/1985 The Austronesian Homeland: A Lingustic Perspective, Asian Perspectives No. 26 (1), pp Heekeren, H.R. van 1972 The Stone Age of Indonesia, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Tall, Land, en Volkenkunde, 61, Revised Edition, The Hague: Martinus Nijhoff Simanjuntak, Truman 2001 Gunung Sewu in Prehistoric Times, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Advance of Research on the Austronesian in Sulawesi, Truman Simanjuntak, dkk. ed, Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago, Jakarta: LIPI Press. pp Soejono, R.P 1984 Sejarah Nasional Indonesia I, Jakarta: Balai Pustaka Tanudirjo, Daud Aris 2006 The Dispersal of Austronesian speaking people and the Ethnogenesis Indonesian People dalam Truman Simanjuntak, dkk. ed, Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago, Jakarta: LIPI Press. pp Tim Ekskavasi 1986/1987 Laporan Kerja Ekskavasi Kendenglembu II, Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta

EKSKAVASI SITUS KENDENGLEMBU: Implikasinya Bagi Migrasi-Kolonisasi Austronesia di Sudut Tenggara Jawa

EKSKAVASI SITUS KENDENGLEMBU: Implikasinya Bagi Migrasi-Kolonisasi Austronesia di Sudut Tenggara Jawa EKSKAVASI SITUS KENDENGLEMBU: Implikasinya Bagi Migrasi-Kolonisasi Austronesia di Sudut Tenggara Jawa Sofwan Noerwidi (Balai Arkeologi Yogyakarta) ABSTRACT The first Neolithic dwelling settlement discovered

Lebih terperinci

ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN Site Catchment Analysis of Neolithic Settlements in South Banyuwangi

ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN Site Catchment Analysis of Neolithic Settlements in South Banyuwangi ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN Site Catchment Analysis of Neolithic Settlements in South Banyuwangi Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta noerwidi@arkeologijawa.com

Lebih terperinci

ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN SITE CATCHMENT ANALYSIS OF NEOLITHIC SETTLEMENTS IN SOUTH BANYUWANGI

ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN SITE CATCHMENT ANALYSIS OF NEOLITHIC SETTLEMENTS IN SOUTH BANYUWANGI ANALISIS CAKUPAN SITUS-SITUS PERMUKIMAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN SITE CATCHMENT ANALYSIS OF NEOLITHIC SETTLEMENTS IN SOUTH BANYUWANGI Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta noerwidi@arkeologijawa.com

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

AWAL PENDARATAN AUSTRONESIA DI PANTAI UTARA JAWA, SEBUAH PROSPEK MELACAK NENEK MOYANG ETNIS JAWA. Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta

AWAL PENDARATAN AUSTRONESIA DI PANTAI UTARA JAWA, SEBUAH PROSPEK MELACAK NENEK MOYANG ETNIS JAWA. Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta AWAL PENDARATAN AUSTRONESIA DI PANTAI UTARA JAWA, SEBUAH PROSPEK MELACAK NENEK MOYANG ETNIS JAWA Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta Abstrak Pulau Jawa merupakan pulau yang paling padat penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Pada awal abad ke 20, Pulau Jawa menjadi pusat penelitian mengenai manusia prasejarah. Kepulauan Indonesia, terutama Pulau Jawa memiliki bukti dan sejarah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Ragam hias..., Ricky Meinson Binsar Simanjuntak, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Ragam hias..., Ricky Meinson Binsar Simanjuntak, FIB UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa bercocok tanam 1 atau Neolitik 2 merupakan salah satu tingkatan kehidupan prasejarah di Indonesia dan di dunia. Manusia tidak lagi hidup berpindah-pindah melainkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN TAHAPAN OPERASIONAL PEMBUATAN BELIUNG BATU DARI PERBENGKELAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN

ANALISIS RANGKAIAN TAHAPAN OPERASIONAL PEMBUATAN BELIUNG BATU DARI PERBENGKELAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN ANALISIS RANGKAIAN TAHAPAN OPERASIONAL PEMBUATAN BELIUNG BATU DARI PERBENGKELAN NEOLITIK DI BANYUWANGI SELATAN CHAÎNE OPÉRATOIRE ANALYSIS OF STONE ADZE FROM NEOLITHIC WORKSHOP IN SOUTH BANYUWANGI Sofwan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

Budaya Banten Tingkat Awal

Budaya Banten Tingkat Awal XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract

Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract LOYANG 1 MENDALI SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI PEDALAMAN ACEH Asumsi Awal Terhadap Hasil Penelitian Gua-gua di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi

Lebih terperinci

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM TEMBIKAR TRADISI SA HUYNH-KALANAY DI ASIA TENGGARA

BAB 2 GAMBARAN UMUM TEMBIKAR TRADISI SA HUYNH-KALANAY DI ASIA TENGGARA BAB 2 GAMBARAN UMUM TEMBIKAR TRADISI SA HUYNH-KALANAY DI ASIA TENGGARA 2.1. Landasan Teori 1 Perpindahan penduduk (migrasi) petutur AustronesiaF F merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia. Masyarakat

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batuan karbonat menarik untuk dipelajari karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan batuan sedimen lainnya. Pembentukan batuan karbonat ini memerlukan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R. Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R. Suganda #2 # Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Jalan Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riau merupakan Provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Sumatra. Pulau Sumatra merupakan Pulau di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Pulau Sumatra berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

POLA KELETAKAN SITUS-SITUS NEOLITIK DI KAWASAN CINEAM, TASIKMALAYA. Pattern Placement Neolithic Sites In The Area Cineam, Tasikmalaya

POLA KELETAKAN SITUS-SITUS NEOLITIK DI KAWASAN CINEAM, TASIKMALAYA. Pattern Placement Neolithic Sites In The Area Cineam, Tasikmalaya POLA KELETAKAN SITUS-SITUS NEOLITIK DI KAWASAN CINEAM, TASIKMALAYA Pattern Placement Neolithic Sites In The Area Cineam, Tasikmalaya Nurul Laili Balai Arkeologi Bandung Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk Tugas Akhir yang dilaksanakan adalah Tugas Akhir A yang berupa penelitian lapangan. Daerah penelitian Tugas Akhir berlokasi di Desa Cadasmalang, Sukabumi, Jawa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

KONDISI GEOGRAFIS CHINA CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Potensi bahan galian pasir kuarsa di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (Agung Mulyo) POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

JEJAK AUSTRONESIA DI SITUS GUA GEDE, PULAU NUSA PENIDA, BALI Austronesian Traces at Gede Cave, Nusa Penida Island, Bali.

JEJAK AUSTRONESIA DI SITUS GUA GEDE, PULAU NUSA PENIDA, BALI Austronesian Traces at Gede Cave, Nusa Penida Island, Bali. JEJAK AUSTRONESIA DI SITUS GUA GEDE, PULAU NUSA PENIDA, BALI Austronesian Traces at Gede Cave, Nusa Penida Island, Bali Balai Arkeologi Bali Jl. Raya Sesetan No. 80 Denpasar 80223 Email: ati.rati@kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU 1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura POLA HIAS GERABAH PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN DANAU SENTANI, PAPUA The Decorative Patterns of Pottery in the Sites of The Sentani Lake, Papua Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002 Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 00 Oleh: J. A. Sonjaya a. Latar Belakang Pada tanggal -3 Maret 00 telah dilakukan ekskavasi di situs Song Agung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan Kota Surakarta memiliki pengalaman banjir pada Tahun 2009 yang tersebar di wilayah Solo utara. Cakupan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan ekonomis di Indonesia dan telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi lingkungan merupakan suatu interaksi antara manusia dengan alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling mempengaruhi

Lebih terperinci

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menunjang pembangunan di Indonesia, dibutuhkan sumber energi yang memadai, hal ini harus didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Tatanan tektonik daerah Kepala Burung, Papua memegang peranan penting dalam eksplorasi hidrokarbon di Indonesia Timur. Eksplorasi tersebut berkembang sejak ditemukannya

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Identification of Human Skeleton of Balang Metti Cave Site, District of Bone, South Sulawesi Fakhri Balai Arkeologi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

POTENSI ARKEOLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI KIKIM KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

POTENSI ARKEOLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI KIKIM KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN POTENSI ARKEOLOGIS DAERAH ALIRAN SUNGAI KIKIM KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN Sigit Eko Prasetyo (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Archaeology is the study of human society, primarily through the

Lebih terperinci

BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN:

BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN: BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN: Tembikar Muarakaman dalam Perspektif Kawasan Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta, Indonesia Sofwan_noerwidi@yahoo.com KALIMANTAN DALAM KONTEKS NUSANTARA

Lebih terperinci

BENTUK DAN TEKNOLOGI GERABAH DI SITUS DELUBANG DAN TOROAN PULAU MADURA Shape and Pottery Technology on Delubang dan Toroan Site Madura Island

BENTUK DAN TEKNOLOGI GERABAH DI SITUS DELUBANG DAN TOROAN PULAU MADURA Shape and Pottery Technology on Delubang dan Toroan Site Madura Island BENTUK DAN TEKNOLOGI GERABAH DI SITUS DELUBANG DAN TOROAN PULAU MADURA Shape and Pottery Technology on Delubang dan Toroan Site Madura Island Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

ARTEFAK NEOLITIK DI PULAU WEH: BUKTI KEBERADAAN AUSTRONESIA PRASEJARAH DI INDONESIA BAGIAN BARAT

ARTEFAK NEOLITIK DI PULAU WEH: BUKTI KEBERADAAN AUSTRONESIA PRASEJARAH DI INDONESIA BAGIAN BARAT ARTEFAK NEOLITIK DI PULAU WEH: BUKTI KEBERADAAN AUSTRONESIA PRASEJARAH DI INDONESIA BAGIAN BARAT Ketut Wiradnyana* Balai Arkeologi Medan, Jalan Seroja Raya, Gg Arkeologi, Medan Tuntungan, Medan 20134 Telepon:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu ( S-1) pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, maka setiap mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA. Indah Asikin Nurani

POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA. Indah Asikin Nurani POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA A. Hasil Penelitian Selama Enam Tahap Indah Asikin Nurani Hasil penelitian sampai pada tahap keenam (2012), dapat disimpulkan beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci