PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)"

Transkripsi

1 PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI) Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Prehistoric trade in Papua characterized by the existence of material culture beyond the diffusion of cultural products such as pottery, stone axes, bronze axes, nekara bronxe and beads of Indo-Pacifi c found in several sites in the territory of Papua. The existence of those cultural objects is indicated as a result of longdistance trade activities and is supported by progress in the fi eld of maritime. In addition to long-distance trade, there was also a local trade proved by the existence of shells of shellfi sh in inland areas and there was even one species of molluscs gastropods class family cypraea moneta that was used as currency (mege/ siwol/tinale) by rural communities, particularly Ekagi, Ngalum and Timorini ethnic in the central Papua. Related to trade, there was not only merchandise but also production and distribution of goods and trade processes which occurred with reference to the trade proces in traditional societies of Papua Keywords: Archaeological remains, Trade, Papua A. Latar Belakang Difusi kebudayaan dimuka bumi ini ditandai oleh adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama pada daerah-daerah yang berjauhan, baik dalam bentuk maupun isinya. Persebaran unsur-unsur kebudayaan tersebut ternyata tidak harus disertai perpindahan kelompok manusia, tetapi terjadi karena kontak-kontak yang dilakukan (Poerwanto, 2000: 97), seperti kontak perdagangan. Perdagangan merupakan aktivitas ekonomi berupa transaksi jual beli barang atau pertukaran barang antara penjual dan pembeli di suatu tempat, dan ini terjadi akibat adanya masalah kebutuhan atau ketiadaan barang di lingkungannya sehingga mendorong mereka untuk melakukan kegiatan perdagangan. Perdagangan juga sebagai kegiatan spesifik, karena di dalamnya melibatkan rangkaian kegiatan produksi 23

2 dan distribusi barang (Heilbroner, 1968 dalam Nastiti, 2003). Umumnya barang yang diperdagangkan dapat berupa produk hasil bumi, hasil tambang, maupun hasil teknologi. Sebagai aktivitas ekonomi, perdagangan sudah terjadi sejak masa prasejarah. Hal ini terbukti dengan adanya sejumlah temuan arkeologi prasejarah sebagai produk budaya asing yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Produk-produk budaya tersebut adalah berupa hasil teknologi seperti alat batu, tembikar, manikmanik kaca Indo-Pasifik, benda perunggu, dan lainnya, yang berasal dari kawasan Asia Tenggara maupun dari wilayah Pasifik. Keberadaan tinggalan-tinggalan budaya tersebut diindikasikan sebagai akibat dari aktivitas perdagangan, dengan tidak mengesampingkan suatu proses migrasi atau ekspansi manusia pada masa lampau. Dengan melihat pada keragaman bentuk dan sebaran benda-benda budaya tersebut dapat memberikan gambaran tentang aktivitas perdagangan yang terjadi pada masa prasejarah, baik perdagangan lokal maupun perdagangan antarpulau atau jarak jauh. Berbicara tentang perdagangan pada masa prasejarah, penulis sangat tertarik untuk mengungkapkan bentuk aktivitas perdagangan yang terjadi pada masyarakat prasejarah di wilayah Papua. Papua merupakan salah satu wilayah Indonesia yang terletak di bagian Timur. Secara geografis, posisi wilayah Papua sangat strategis yaitu berada di jalur pelayaran Asia Tenggara dan Pasifik. Sebagai wilayah penghubung, di wilayah Papua telah ditemukan sejumlah benda budaya yang berasal dari kedua wilayah tersebut. Sehubungan hal tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah berkaitan dengan keberadaan tinggalan arkeologi produk budaya asing yang berada di wilayah Papua, dan juga produk lokal yang keberadaannya diindikasikan sebagai akibat dari ativitas perdagangan masa lampau, dengan tujuan untuk mengungkapkan tentang apa, darimana, dan bagaimana proses perdagangan itu terjadi. Sebagai data pembanding untuk mengungkapkan proses perdagangan masa lampau yaitu dengan mengacu pada bentuk perdagangan yang terjadi pada masyarakat tradisional Papua saat ini yang masih memanfaatkan bendabenda berciri prasejarah dalam aktivitas perdagangannya. 24

3 B. Tinggalan Arkeologi Sebagai Bukti Perdagangan Masa Prasejarah di Papua Salah satu produk barang perdagangan dari masa prasejarah di wilayah Papua yang dapat disaksikan hingga saat ini adalah berupa materi budaya hasil teknologi yang terawetkan dan terwariskan seperti kapak lonjong, tembikar, manik-manik kaca Indo-Pasifik, kapak perunggu, dan nekara (Soejono, 1994). Ragam bentuk temuan arkeologi tersebut sebagai bukti bahwa pada masa prasejarah telah terjadi perdagangan jarak jauh (Sedyawati, 2006: 67) dan juga perdagangan lokal. Bukti perdagangan jarak jauh ditunjang oleh beberapa materi budaya yang berasal dari luar Papua, seperti tembikar, kapak lonjong, manik-manik kaca Indo- Pasifik, kapak perunggu dan nekara. Misalnya temuan tembikar, tembikar merupakan salah satu bentuk peralatan hidup yang mulai dikenal manusia sejak masa prasejarah yaitu pada masa bercocok tanam sekitar tahun yang lalu (Gardner, 1978; Weinhold,1983; dalam Soegondo, 1995). Terdapat beberapa jenis tembikar yang dihasilkan pada masa itu seperti periuk, mangkok, piring, tempat air dan tempayan. Jenis-jenis tembikar tersebut umumnya diperuntukkan untuk kehidupan sehari-hari seperti sebagai wadah penyimpanan makanan, wadah pengolahan makanan, wadah air dan wadah menyajikan serta wadah makan. Namun pada perkembangannya, tembikar tidak hanya difungsikan untuk keperluan hidup sehari-hari tetapi juga memiliki fungsi lain seperti untuk kebutuhan seremonial yaitu sebagai peralatan upacara, bekal kubur, dan bahkan difungsikan juga sebagai wadah kubur (Soegondo, 1995). Di wilayah Papua berdasarkan hasil penelitian arkeologi, telah ditemukan sejumlah besar fragmen tembikar yang terdapat dibeberapa situs seperti situs-situs di Danau Sentani, situs Skow, situs-situs di Manokwari, situs-situs di Biak dan situs di Pulau Batanta, temuan tembikar tersebut memiliki perbedaan dengan tembikar yang diproduksi oleh masyarakat tradisional Papua saat ini, tembikar-tembikar tersebut memiliki ciri yang sama dengan tembikar dari Papua New Guinea yang berciri budaya Lapita. Perlu diketahui bahwa tembikar budaya Lapita ditemukan mulai dari wilayah Polinesia hingga Philipina bagian Selatan (Solheim, 1975; dalam Nurani, 2008), sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan tembikar tersebut di wilayah Papua sebagai akibat dari aktivitas perdagangan masa lampau dengan tidak mengesampingkan adanya migrasi manusia. 25

4 Materi budaya hasil perdagangan lainnya adalah berupa kapak lonjong, kapak lonjong merupakan salah satu bentuk budaya neolitik yang diperkenalkan oleh para penutur Austronesia yang berasal dari daratan Cina Selatan. Kapak lonjong merupakan peralatan hidup sehari-hari yang berfungsi sebagai alat untuk memotong maupun untuk membelah. Keberadaan kapak lonjong di Papua juga diindikasikan sebagai akibat dari aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para penutur Austronesia dengan orang asli Papua. Budaya kapak lonjong di Papua berkembang sangat pesat sehingga dikenal dengan nama neolotikum Papua (Soekmono, 1973), hal ini juga karena materi budaya ini masih terus bertahan dan bahkan masih diproduksi hingga saat ini. Kapak lonjong selain berfungsi praktis untuk kehidupan sehari-hari, juga berfungsi sosial sebagai mas kawin, alat bayar kepala bagi masyarakat Sentani dan sekitarnya dan berfungsi religi sebagai sarana upacara bagi masyarakat di wilayah pegunungan tengah Papua. Temuan arkeologi lainnya adalah berupa alat-alat perunggu seperti kapak perunggu di daerah Danau Sentani dan nekara perunggu sekitar Danau Ayamaru. Peralatan perunggu tersebut memiliki persebaran cukup luas yaitu meliputi wilayah Asia Tenggara. Kedua peralatan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan jika ditinjau dari segi estetikanya, maka dalam pemanfaatannya lebih pada pemenuhan kabutuhan sosial dan religi. Keberadaan kapak dan nekara perunggu di wilayah Papua sebagai akibat dari perdagangan jarak jauh. Misalnya nekara tipe Heger I paling banyak ditemukan di berbagai wilayah yang persebarannya termasuk Papua, karena jenis nekara ini memiliki bentuk dan pola hias yang unik dan indah yang merupakan master peace hasil budaya logam di Asia Tenggara pada jamannya (Bintarti, 2008; Sojono, 1994) Materi budaya yang juga berindikasi perdagangan adalah manik-manik kaca Indo-Pasifik. Manik-manik ini merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, keindahannya menjadi dayatarik tersendiri sehingga digunakan sebagai perhiasan. Manik-manik tersebut persebarannya di Indonesia sudah sejak akhir masa prasejarah dan menjelang masa sejarah, dan ini sebagai bukti ditribusi manusia di Asia Tenggara serta disebut juga sebagai indikasi hubungan awal antarkawasan melalui kontak dagang terutama manik-manik (Nasrudin, 2008). Manik-manik kaca Indo- Pasifik yang ditemukan di wilayah Papua, baik yang berasal dari situs-situs penguburan maupun sebagai benda pusaka yang dimiliki dan disimpan oleh masyarakat memiliki 26

5 variasi warna seperti biru, hijau, kuning, coklat muda, dan putih. Keberadaannya diperkirakan sebagai akibat dari aktivitas perdagangan, karena di wilayah Papua tidak memproduksi jenis manik-manik tersebut. Hingga kini manik-manik kaca yang ditemukan di wilayah Papua masih menjadi salah satu bentuk harta benda yang memiliki nilai sosial bagi beberapa etnik Papua, sehingga mereka menyimpannya sebagai salah satu harta yang digunakan untuk pembayaran mas kawin. Selain materi budaya yang berasal dari luar Papua, juga terdapat materi budaya lokal seperti cangkang kerang yang ditemukan di daerah pedalaman Papua. Kerang merupakan salah satu biota laut yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, selain sebagai sumber makanan juga untuk memenuhi kebutuhan lainnya yaitu sebagai perhiasan, peralatan dan juga sebagai mata uang. Keberadaan cangkang kerang di daerah pedalaman diindikasikan sebagai akibat dari aktivitas perdagangan antara orang pantai dan orang pedalaman, yang menarik dari cangkang kerang di daerah pedalaman adalah pemanfaatannya sebagai mata uang oleh suku Ekagi, suku Ngalum dan suku Timorini di daerah pegunungan tengah Papua. Cangkang kerang yang dijadikan sebagai mata uang disebut mege oleh orang Ekagi, siwol oleh orang Ngalum dan tinale oleh orang Timorini adalah moluska laut kelas gastropoda family cypraea moneta. Cangkang kerang ini biasanya dibuat dengan memotong bagian atasnya, kemudian disusun dan diikat dengan tali hingga membentuk untaian, dan untuk perhitungan nilainya didasarkan jumlah kerang pada setiap untaian, ukuran, kualitas warna kerang dan umurnya. Cangkang kerang ini selain sebagai mata uang juga dijadikan sebagai perhiasan dan alat pembayaran mas kawin. Selain benda-benda yang terawetkan tersebut, sumber barang perdagangan yang berasal dari Papua adalah berupa hasil bumi seperti kayu, alat berburu, kulit buaya, budak, burung cenderawasih, bahan makanan dan lain sebagainya, hal ini karena kondisi masyarakat Papua dengan tinggkat pengetahuan yang sangat rendah sehingga mereka belum mengekploitasi sumber daya alam lainnya yang berasal dari bahan abiotik. 27

6 C. Gambaran Proses Perdagangan dengan Data Banding pada Masyarakat Tradisional Papua Untuk dapat memberikan gambaran tentang proses perdagangan masa prasejarah dapat dilakukan dengan mangamati pada aktivitas perdagangan masyarakatmasyarakat tradisional. Perdagangan masa prasejarah tentunya berbeda dengan bentuk perdagangan masa kini yang sudah mengenal mata uang sebagai alat tukar yang sah. Perdagangan pada masa prasejarah lebih pada bentuk pertukaran barang dengan barang atau dikenal dengan istilah barter. Perdagangan dengan cara barter ini terjadi karena ketiadaan dan kebutuhan akan suatu barang yang tidak diproduksi sendiri, dan ukuran nilai dari suatu barang yang akan ditukar masih didasarkan pada tingkat kebutuhan dan nilai sosial barang dalam masyarakat. Aktivitas perdagangan terjadi, tidak hanya karena adanya transaksi penjual dan pembeli tetapi juga sangat dipengarhi oleh lokasi dimana transaksi itu dilakukan. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia dapat memberikan gambaran bahwa transaksi perdagangan dapat terjadi pada masyarakat pedalaman dan juga pada masyarakat pantai atau antara masyarakat pedalaman dengan masyarakat pantai serta perdagangan yang terjadi antarpulau dengan beberapa pelabuhan strategis yang menjadi tempatnya. Misalnya perdagangan antarpulau, hal ini terbukti dengan adanya sejumlah materi budaya yang berasal dari luar wilayah Papua, materi-materi budaya tersebut bisa sampai ke Papua sebagai akibat dari aktivitas para pedangan yang mungkin pada saat itu datang dengan tujuan berdagang di wilayah Papua atau yang kebetulan lewat dalam suatu perniagaan, tetapi karena ada kebutuhan bahan makanan dan juga demi keamanan mereka melakukan pertukaran dengan masyarakat Papua. Jika ditinjau dari segi asal usul materi budaya yang ada dapat manggambarakan bahwa telah terjadi suatu aktivitas perdagangan yang sangat panjang, dan materi budaya tersebut sampai ke wilayah Papua mungkin bukan dibawa langsung oleh pendukung budaya tersebut tetapi oleh para pedagang lainnya, dan bahkan sampai ke wilayah Papua mungkin pada masa yang lebih kemudian. Bukti adanya perdagangan jarak jauh, selain dilihat dari jenis materi budaya yang ditinggalkannya yang dapat menggambarkan telah terjadi perdagangan 28

7 antarbangsa, tetapi juga lebih meningkat berkat adanya hubungan maritim yang dilakukan dengan menggunakan kano atau perahu sejenisnya (Bellwood, 2000), serta semakin berkembang lagi setelah ditemukannya layar (perahu layar). Sebagaimana diketahui bahwa, pada masa prasejarah dalam aktivitas perdagangannya belum mangenal mata uang, maka yang menjadi alat tukarnya cukup bervariasi seperti hasil teknologi, hasil kebun, binatang buruan, hasil laut, hasil hutan, dan bahkan juga manusia. Jika dilihat dari jenis barang yang diperdagangkan, diketahui bahwa produk-produk tersebut seperti hasil teknologi bukan merupakan barang hasil produksi lokal, sedangkan hasil bumi merupakan barang produksi lokal yang ditukar dengan hasil teknologi. Sebagaimana barang hasil teknologi merupakan barang yang unik dan khas, sehingga barang-barang tersebut mamiliki nilai tukar yang cukup tinggal bagi masyarakat Papua. Untuk mengetahui nilai tukar suatu barang, dapat kita ambil contoh pada bentuk perdagangan masyarakat tradisional di Papua yang masih mamperdagangkan barang-barang berciri prasejarah dengan cara barter seperti pada masyarakat Ormu dan Sentani di Kabupaten Jayapura. Misalnya, dalam perdagangan kapak batu pada masyarakat Ormu, nilai tukar suatu kapak batu terlihat pada ukuran kapak dan jenis batuannya, kapak batu yang berukuran besar dari jenis batuan terbaik dapat ditukar dengan babi, hasil kebun dan sagu, jika diukur dengan nilai rupiah dapat mencapai jutaan rupiah. Selain kapak batu, dapat juga kita lihat perdagangan manik-manik pada masyarakat di Danau Sentani, terdapat beberapa jenis manik-manik yang berada dan dimiliki oleh masyarakat Sentani, bagi mereka manik-manik merupakan salah satu alat pembayaran mas kawin, tetapi juga mereka perdagangkan diantara sesama orang Sentani jika mereka tidak memiliki bahan makanan di rumah, setiap manik-manik memiliki nilai tukar sendiri-sendiri didasarkan pada kualitas dan warnanya yaitu manik-manik berwarna biru lebih tinggi nilainya dari yang berwarna hijau, kuning maupun putih. Misalnya satu buah manik-manik berwarna putih yang nilai paling kecil dapat ditukarkan dengan satu karung beras yang berisi 25 Kg. Pertukaran seperti ini terjadi pada masyarakat yang memiliki kesamaan pandangan tentang kedudukan nilai sosial materi budaya tersebut. Adapun proses bertransaksinya dapat terjadi dengan si penjual mendatangi pembeli dan juga sebaliknya yaitu pembeli mendatangi penjual untuk melakukan pertukaran karena kebutuhan. 29

8 D. Kesimpulan Bukti perdagangan masa lampau di wilayah Papua yaitu berupa beberapa materi budaya yang terawetkan seperti tembikar, manik-manik kaca Indo-Pasifik, kapak lonjong, kapak perunggu, nekara perunggu dan kulit kerang. Materi-materi budaya tersebut seperti tembikar, manik-manik kaca Indo-Pasifik, kapak lonjong, kapak perunggu, nekara perunggu merupakan hasil budaya yang berasal dari wilayah Pasifik maupun Asia Tenggara yang sampai ke wilayah Papua sebagai akibat dari akstivitas perdagangan antarpulau atau jarak jauh yang didukung oleh kemajuan dalam bidang maritim. Selain perdagangan jarak jauh juga terjadi perdagangan lokal yang terlihat pada keberadaan jenis-jenis bahan makanan yang berasal dari biota laut di daerah pedalaman, dan juga terdapat salah satu jenis kerang laut kelas gastropoda family cypraea moneta yang dijadikan sebagai alat tukar (mata uang) oleh suku Ekagi, suku Ngalum, dan suku Timorini di daerah pegunungan tengah Papua. Adapun gambaran proses perdagangan masa prasejarah memiliki kesamaaan dengan perdagangan yang terjadi pada masyarakat tradisional Papua khususnya yang masih memperdagangkan peralatan berciri prasejarah dengan barter seperti pada masyarakat di Danau Sentani dan masyarakat Ormu di Kabupaten Jayapura. 30

9 DAFTAR PUSTAKA Bellwood, Peter Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bintarti, D.D Nekara Perunggu Dari Yunan Sampai Papua, dalam. Prasejarah Indonesia dalam Lintas Asia Tenggara Pasifi k. Asosiasi Prehistorisi Indonesia. Hlm Gardner, E. J The Pottery Technology of the Neolithic Period in Southeastern Europe. Disertasi University of California. Nasruddin, Persebaran Manik-Manik Indo-Pasifik Di Indonesia, dalam, Prasejarah Indonesia dalam lintas Asia Tenggara Pasifi k. Asosiasi Prehistorisi Indonesia. Hlm Nastiti, Titi Surti Pasar di Jawa pada Masa Mataram Kuna Abad VIII - IX Masehi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Nurani, Indah Asikin Sulawesi Sebagai Migrasi Bangsa Austronesia, dalam, Prasejarah Indonesia dalam lintas Asia Tenggara Pasifi k. Asosiasi Prehistorisi Indonesia. Hlm Sedyawati, Edi Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Poerwanto, Hari Kebudayaan dan Lingkungan: Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ambary, H. Muarif Further Notes On Classifi cation Of Ceramics From The Excavation Of Kota Cina, dalam Studies On Ceramics. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Hlm Soegondo, Santoso Tradisi Gerabah di Indonesia Dari Masa Prasejarah Hingga Masa Kini. Jakarta: Dian Rakyat. Soejono, RP Prasejarah Irian Jaya dalam Kontrjaraningrat dkk, Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, seri Etnografi Indonesia 5. Jakarta: Djambatan. Soekmono, R Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Solheim, W.G The Nusantao and South China, JHKAS, No. 6, Hlm

10 Weinhold, R Ekilibrium Budaya dan Lingkungan Hidup: Suatu Kajian Ekologi Budaya Pada Komunitas Nelayan Sederhana Abad ke 2-4 di Pulau Gilimanuk. Tesis Magister, Universitas Indonesia. Jakarta. 32

11 Mata uang tradisional dalam bahasa lokal disebut mege/siwol/tenale (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2010) 33

ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA

ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Exchange of goods that eventually led to trade in the coastal areas and central highlands of Papua occur because of

Lebih terperinci

BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site)

BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site) BENTUK MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS GUNUNG SROBU (Prehistory Livelihood in the Srobu Site) Erlin Novita Idje Djami Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele, Kampung Waena, Jayapura 99358 Telepon

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA

SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA SISTEM PERDAGANGAN TRADISIONAL DALAM KOMUNITAS ORANG BUYAKA Elvis Kabey (Balitbangda Kabupaten Jayapura) Abstract The traditional trading system done by the Buyaka community who live around Sentani Lake

Lebih terperinci

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR

PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR Sonya M. Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract A commerce is a transaction activity done by the seller and buyer. The Biaknese has recognized the trade

Lebih terperinci

FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM

FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The trading activity in Indonesia, particularly in ancient Papua has depicted that the medium of exchange become

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: fairyoklementin@yahoo.co.id) Abstract Ceramic plates are used as stock

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT

KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Ceramics in the presence of Misool Island, Raja Ampat attractive

Lebih terperinci

KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK

KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK M. Irfan Mahmud dan Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the results achieved demonstrate the scope of the research

Lebih terperinci

PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH

PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Trade in the Indonesian archipelago

Lebih terperinci

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:

Lebih terperinci

STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI

STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura, mbah_tho@yahoo.com) Abstract Research in the area of Lake Sentani done in Yomokho

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

KEHIDUPAN MASA PROTOSEJARAH DI SITUS MOSANDUREI, NABIRE (Protohistory Life in the Mosandurei Site, Nabire)

KEHIDUPAN MASA PROTOSEJARAH DI SITUS MOSANDUREI, NABIRE (Protohistory Life in the Mosandurei Site, Nabire) KEHIDUPAN MASA PROTOSEJARAH DI SITUS MOSANDUREI, NABIRE (Protohistory Life in the Mosandurei Site, Nabire) Hari Suroto Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele, Kampung Waena, Jayapura 99358 Telepon (0967)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR

SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Rock art in East Biak is an interesting subject to be examined. Its carved technique and motifs offer many important

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura POLA HIAS GERABAH PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN DANAU SENTANI, PAPUA The Decorative Patterns of Pottery in the Sites of The Sentani Lake, Papua Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung

Lebih terperinci

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA 1. Asal Nama Indonesia 1. Hindia Herodotus (485-425 SM). 2. Nederlandsch Oost Indie Cornelis de Houtman Nederlandsch Indie. 3. Insulinde Edward Douwes Dekker : Multatuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja   Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK Abstract Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja

Lebih terperinci

ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA

ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The discovery of stone tools in prehistoric sites in the central highlands of Papua, especially in the Pegunungan Bintang

Lebih terperinci

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

PERHIASAN PADA SUKU KOMBAI, BOVEN DIGOEL (Jewelery of Kombai Tribe, Boven Digoel)

PERHIASAN PADA SUKU KOMBAI, BOVEN DIGOEL (Jewelery of Kombai Tribe, Boven Digoel) PERHIASAN PADA SUKU KOMBAI, BOVEN DIGOEL (Jewelery of Kombai Tribe, Boven Digoel) Sonya M. Kawer Balai Arkeologi Jayapura balar_jpr@yahoo.co.id ABSTRACT Tribal jewelry Kombai also know their traditions

Lebih terperinci

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum BERKALA ARKEOLOGI terdiri dari dua kata yaitu dan. adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu.

Lebih terperinci

MANUSIA PENDUKUNG BUDAYA KOMPLEKS SITUS KAMPUNG TUA PADWA DISTRIK YENDIDORI BIAK

MANUSIA PENDUKUNG BUDAYA KOMPLEKS SITUS KAMPUNG TUA PADWA DISTRIK YENDIDORI BIAK MANUSIA PENDUKUNG BUDAYA KOMPLEKS SITUS KAMPUNG TUA PADWA DISTRIK YENDIDORI BIAK (Human Prehistoric Activity in the Padwa Village Site, Biak) Erlin Novita Idje Djami Balai Arkeologi Jayapura balar_jpr@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen (seng, plastik), tempat meletakkan

Lebih terperinci

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI Oleh: Andik Suharyanto Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 7 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN PENGANTAR ARSITEKTUR MINGGU - 1 TIM DOSEN : AP, LS, VW, RN, OI, SR DAFTAR PUSTAKA Apa Itu Kebudayaan? Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya

Lebih terperinci

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG

BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG 7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari

Lebih terperinci

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

KONDISI GEOGRAFIS CHINA CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

Budaya Banten Tingkat Awal

Budaya Banten Tingkat Awal XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK Windy Hapsari (BPSNT Jayapura) Abstract For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which

Lebih terperinci

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores)

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores) SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores) Adyanti Putri Ariadi Pusat Arkeologi Nasional adyanti.putri@gmail.com ABSTRACT Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia z Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara

Lebih terperinci

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,

Lebih terperinci

BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR

BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Belitung island surrounded by two straits, the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

Alifah. Balai Arkeologi Yogyakarta Jl. Gedongkuning No 174, Kotagede, Yogyakarta

Alifah. Balai Arkeologi Yogyakarta Jl. Gedongkuning No 174, Kotagede, Yogyakarta AKTIVITAS PRODUKSI DAN DISTRIBUSI DI SITUS GUNUNG WINGKO: KAJIAN ARKEOLOGI EKONOMI Activity Production and Distribution in Gunung Wingko Site: Economic Archaeology Study Balai Arkeologi Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori

Lebih terperinci

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2. 1. Perhatikan tahapan zaman pra aksara berikut ini! 1. Mesilitikum 2. Neolitikum 3. Megalitikum 4. Paleolitikum 5. Legam SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat

Lebih terperinci

Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan

Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan Pengatar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Konsep Suku Bangsa Konsep Daerah Ras Bahasa Kebudayaan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Kehidupan kolektif

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT

MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Archaeological studies, regarding the origin of the population can be observed from

Lebih terperinci

Kata kunci: kendi, bekal kubur, atribut, pengaruh budaya, makna.

Kata kunci: kendi, bekal kubur, atribut, pengaruh budaya, makna. ABSTRAK Gerabah merupakan benda yang terbuat dengan bahan utama tanah liat dan dibakar supaya kuat, serta terdiri atas jenis wadah dan non wadah. Kendi merupakan gerabah jenis wadah yang mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN

PENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN PENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN Sonya Martha Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Dutch Colonial Government came to Hollandia (Jayapura) around 1946, then they

Lebih terperinci

BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA

BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Papua has a strategic location in the western Pacific region, as a connector between South East Asia and Pacific Region that

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA 1 FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA Anugrah Syahputra Singarimbun Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Archeology studies attempting

Lebih terperinci

Pulau Belitung yang berdasarkan letak geografisnya berada pada posisi Lintang Selatan

Pulau Belitung yang berdasarkan letak geografisnya berada pada posisi Lintang Selatan Eksplorasi Tinggalan Arkeologi Bawah Air Belitung Oleh: Shinatria Adhityatama Pulau Belitung yang berdasarkan letak geografisnya berada pada posisi 2 30-3 15 Lintang Selatan dan 107 35-108 18 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Klementin Fairyo

PENDAHULUAN. Klementin Fairyo KERAMIK CINA BAGI ORANG BIAK-NUMFOR DI TELUK CENDERAWASIH: PENGGUNAAN DAN MAKNANYA (The Chinese Ceramics of Biaknese Numfor in Gulf of Cenderawasih: It s Use and Meaning) Klementin Fairyo Balai Arkeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara

KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara Ati Rati Hidayah Balai Arkeologi Denpasar Jl. Raya Sesetan No. 80, Denpasar 80223 Email: hanie_satik@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG 2.1. Klasifikasi Keramik Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada keramik adalah rapuh (britle) seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah,

Lebih terperinci

SOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi 1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil

Lebih terperinci

NEKARA: PENINGGALAN SENI BUDAYA DARI ZAMAN PERUNGGU

NEKARA: PENINGGALAN SENI BUDAYA DARI ZAMAN PERUNGGU NEKARA: PENINGGALAN SENI BUDAYA DARI ZAMAN PERUNGGU Hanny Wijaya Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Komunikasi dan Multimedia, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci