MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT
|
|
- Lanny Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MIGRASI ORANG BIAK KE PULAU BATANTA KAMPUNG AREFI KABUPATEN RAJA AMPAT Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Archaeological studies, regarding the origin of the population can be observed from the material culture left behind. The discovery of archaeological data, especially prehistoric times, may provide clues to the approach or the analyst comparison with the findings of other cultural objects Similarly, with the origin of Biak. The existence of people residing on the island of Biak in Kampung Batanta Arefi, with penulusuran story myth and there is evidence that it can be concluded that the Biak people just immigrants or migration on the island. Keywords: Migrasi, Orang Biak, Batanta, Arefi Raja Ampat Pendahuluan Asal-usul masyarakat, budaya dan persebaran diberbagai belahan dunia, dan khususnya yang mendiami Nusantara, dimana para ahli banyak mengemukaan atas dasar perbandingan budaya yang masih bisa dinikmati sampai sekarang. Dari para ahli baik ahli Antropologi, filologi, dan arkeologi, mengemukakaan pendapatnya dimana pada manusia dan generalisasi tingkah laku yang hidup dan berkembang dimasa lampau dan hingga kini masih bertahan diantara penduduk dunia yang masih dapat dinikmati, banyak pula menyandarkan pada kesamaan-kesamaan bunyi bahasa yang digunakan oleh penduduk di dunia, dan pada berbagai keragaman dan kesamaan tinggalan budaya materi manusia masa lampau diberbagai belahan dunia. Dari berbagai pendekatan ilmu itulah para ahliahli menarik kesimpulan tentang asal usul suatu bangsa, budaya dan persebarannya di dunia. Berkaitan dengan judul migrasi tidak terlepas dari persebaran manusia dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menetap. Teori-teori migarasi menunjukan bahwa nenek moyang orang Indonesia berasal dari ras Austro-Melanosoid. Ras ini menyebar Papua Vol. 2 No. 2 / November
2 dari arah timur ke barat. Pendapat ini mengungkapkan budaya lukisan cadas berasal dari benua Australia yang merupakan cikal bakal ras Austromelanosoid (Asikin, 2000: 102). Migrasi manusia melalui route ini ditengahi dengan menyebarnya kebudayaan Austronesia di pulau-pulau di sekitar Pasifik, seperti ditunjukan oleh pengguna bahasabahasa yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Austronesia, serta ditemukannya sisa-sisa budaya yang mengenal pemakaian alat-alat batu muda (neolitik) yang berupa beliung batu persegi (Bellwood, 1978). Dari faktor bahasanya, bahwa hampir seluruh daerah Indonesia bagian Barat bahasanya secara generik rumpun bahasa Austronesia Barat Daya (termasuk Sulawesi Selatan, Muna (Buton), Bima-Sumba,dll), sedangkan pada bagian Indonesia Timur meliputi kelompok-kelompok Ambon-Timor, Sula-Bacan, dan Halmahera Selatan, Papua termasuk sub rumpun bahasa Austronesia Timur (Parera, 1986 : dalam Handoko, 2007:2). Teori tentang migrasi manusia secara langsung atau tidak langsung telah merangsang dan mendorong untuk mengadakan pengkajian bagaimana kemampuan suatu bangsa dalam menguasai teknologi pembuatan perahu. Tidak mungkin terjadi persebaran budaya dari satu tempat ke tempat yang lain, tanpa sarana transportasi yang dapat menunjang terjadi migrasi bangsa tersebut. (Sukendar, 2002:2). Menyangkut migrasi dan asal-usul masyarakat Biak di Kampung Arefi, kepulauan Batanta Distrik Selat Sagawin Kabupaten Raja Ampat, hingga saat ini belum ada penelitian khusus yang dapat mengungkaplan secara jelas tentang hal itu. Oleh sebab itu untuk menggambarkan hal tersebut dalam penulisan ini akan diuraikan beberapa hal tentang hasil kajian antropologi, arkeologi dan mitologi. Penekanan dalam penulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana data arkeologi dan mitologi maupun menjelaskan asal-usul masyarakat dan budaya Biak, yang ada di Kepulaun Batanta. Melihat uraian tersebut diatas, tulisan ini mencoba untuk menelusuri mengapa orang Biak berada di Pulau Batanta khususnya di, dan apa saja buktibukti, keberadaan orang Biak di kepulauan tersebut. Pembahasan Kabupaten Raja Ampat secara administratif termasuk ke dalam wilayah Provinsi Papua Barat, yang terdiri dari 7 daerah kecamatan (distrik), dan terdiri dari 4 pulau besar 76 Papua Vol. 2 No. 2 / November 2010
3 yaitu Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, dan terdiri dari 600 pulau-pulau kecil, atol dan taka dengan panjang garis pantai km, dengan 34 pulau yang berpenghuni (www. Rajaampatkab.go.id). Secara geografis daerah Kabupaten Raja Ampat terletak pada posisi koordinat antara , ,85 Lintang Selatan dan , ,57 Bujur Timur. Foto 1. Lingkungan Kampung Arefi (dokumentasi Balar Jayapura 2009) Dapat dipahami bahwa keberadaan orang Biak di Pulau Batanta menunjukan adanya suatu ciri pada etnis Biak yaitu sebagai pelaut. Tradisi kelautan ini sudah lama berkembang dan menjadi bagian dalam kehidupan orang Biak sejak zaman dulu. hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pemilikan perahu oleh setiap penduduk dalam kampung, dimana setiap klen (keret) memiliki perahu sendiri-sendiri yang digunakan sebagai alat transportasi untuk mengadakan barter ataupun mengadakan kontak dengan daerah-daerah lain. Jika orang Biak yang ingin mengadakan pesta adat, mereka harus mengumpulkan makanan. Mereka mencari bahan makanan menggunakan sarana transportasi perahu. Dengan menyeberang laut, mereka menyusuri daerah-daerah di sekitar pulau Yapen. Dengan melakukan barter ataupun dengan cara merampas. Barter yang mereka lakukan Papua Vol. 2 No. 2 / November
4 yaitu menukar (bahan makanan) sagu dengan piring porselin (benbepon) tekstil (kain kayu dan kain timur) gelang kerang (sanfar), parang tempaan (sumber bekor), barangbarang tersebut merupakan mas kawin dan benda-benda dalam upacara religi (Kamma, 1981: 60). Sebab lain yang merupakan sebab utama keberadaan orang Biak di Pulau Batanta tidak terlepas pula dengan mitologi mereka. Yang menyangkut asal-usul manusia di suatu daerah, sering dibarengi dengan berkembangnya mitos. Mitos atau cerita suci tentang asalusul nenek moyang merupakan bagian dari budaya mereka. Dimana menurut mitologi, mereka tercipta oleh manseren manggundi yaitu tokoh penyelamat dan pahlawan budaya mereka. Berdasarkan mitos ini ada harapan-harapan untuk, masa depan yang terkandung di dalamnya, maka timbulah gerakan yang disebut konoor. Mitologi tersebut dikisahkan sebagai berikut, di pulau Biak dahulu kala tinggal seorang laki-laki tua yang mendapat julukan Manarmakeri (si koreng). Orang ini berhubungan dengan nenek moyangnya, yang mengajarinya tentang cita-cita koreri (keadaan sejahtera). Tetapi ia tidak dipercaya oleh orang-orang Biak. Ia berubah tampan, setelah dibabtis dengan api, setelah ia berhasil menangkap Bintang pagi di puncak sebuah pohon kelapa. Setelah terjadi babtisan api ia diberi nama Manggundi (Tuhan sendiri). Dengan ajaib ia menjadi bapak dan memanggil sebuah perahu, maka bersama isteri dan anaknya mereka pergi menuju ke barat. Dalam perjalanan ia menciptakan pulau-pulau termasuk pulau Numfor. Ia akan kembali apabila, dan akan timbul koreri, suatu keadaan sejahtera (Kamma, 1981: 66). Menurut orang Biak Manggundi pergi dan menetap di Raja Ampat. Sehingga mereka pergi mengejar Manggundi sampai ke Pulau Batanta di Raja Ampat, mereka menamakan tempat tinggal Manggundi yaitu Yembekaki yang artinya: Yen (pasir), kaki (tinggi): pasir tinggi, dan mereka membuat perkampungan, yang mereka namakan Arefi. Berasal dari kata Yarefi yang artinya saya injak, berubah nama menjadi Arefi, (bahasa Biak) sampai sekarang. Bukti yang memperkuat orang Biak berada di kepulauan Batanta ini, dimana di Biak/ Supiori terdapat tempat yang diberi nama Fas-fasna. Dimana tempat tersebut merupakan tempat perjanjian antara orang-orang Biak yang keluar dari pulau Biak dan menetap ke kepulauan Raja Ampat. Dalam perjanjian tersebut mengikat bahwa orangorang Biak yang keluar dari Biak, dan menetap kepulauan Raja Ampat tidak boleh 78 Papua Vol. 2 No. 2 / November 2010
5 kembali lagi ke Pulau Biak sebelum mencabut perjanjian yang mereka tulis dengan dua garis lurus berwarna merah yang hampir membentuk huruf V. Tempat tersebut berada ditengah laut, di tulis di dinding tebing, yang berada di Kampung Yedongker Distrik Supori Timur. Foto 2. Situs Fasna di Kampung Yedongker Foto 3. Pemandangan alam situs Fas fasna Supiori Timur (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2008) Penyebaran orang Biak dimulai ke daerah-daearah pesisir, dari Mamberamo, Sarmi sampai ke kepulauan Raja Ampat (Sorong) dan hampir seluruh pesisir di Papua. Dalam penyebaran tersebut mereka masih mempertahankan / menggunakan bahasa Biak. Begitu pula keberadaan orang Biak yang ada di Kepulauan Batanta Kampung Arefi, penduduk yang tinggal di Pulau Batanta sebelah Utara adalah suku Biak yang disebut Biak Kafdaron, penduduk Biak ini merupakan penduduk yang bermigrasi ke kepulauan Raja Ampat dari pulau Biak Numfor dan Supiori bermula dari pelayaran hongi dan pembayaran upeti kepada Sultan Tidore (www. Rajaampat kab.go.id). Mereka menggunakan bahasa Biak dalam percakapan dan pergaulan mereka sehari-hari. Selain bahasa Biak yang digunakan terdapat pula marga-marga Biak yang ada di kampung tersebut, ini semua menunjukan identitas orang Biak yang berada di Kepulauan Raja Ampat. Marga-marga yang ada di kampung Arfefi antara lain: Warmasen, Kapisa, Rumbewas, Mambrasar, Rumfaker, Soor, Suruan, Mayor, Msen, Dimara, Arwakon, Merino, Kabes, Morin, dan Sarwa. Marga-marga tersebut bila ditelusuri, berasal dari kampung-kampung di Biak antara lain: Biak Utara, Barat, dan Timur dan Supiori. Papua Vol. 2 No. 2 / November
6 Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 orang-orang Biak dan Numfor sampai ke barat (Kepulauan Maluku) mereka mengunjungi Tidore. Dimana wilayah Kepala Burung, Kepulauan Raja Ampat, serta Pulau Biak dan Numfor wilayah Teluk Cenderawasih (Teluk Geelvink) mengakui kedaulatan Sultan Tidore. Armada-armada hongi dikerahkan dari Tidore untuk memungut pajak berupa hasil hutan dari penduduk pantai (Mamoribo, 1981; Bachtiar, 1994:49). Orang Biak juga melakukan kontak dengan kesultanan Tidore dimana hubungan dengan Tidore dapat diketahui dari dokumen-dokumen historis yang menyebutkan bahwa orang Biak kehilangan kemerdekaannya pada akhir tahun 1400-an dan menjadi jajahan Sawai (Halmahera). Sawai sendiri pada saat itu berada di bawah jajahan Tidore. Gura-Besi seorang tokoh dari Biak menempuh perjalanan sampai ke pusat kekuasaan Islam di Tidore dimana ia akhirnya mempersunting dan menikahi putri Sultan Tidore. Keturunan keduanya kemudian menjadi raja-raja di Kepulauan Raja Ampat. Rakyat Biak/ Numfor memberikan penghormatan sekaligus sebagai hadiah kepada Sultan Tidore dan sebaiknya mereka pun diberikan berbagai jenis kain dan hak istimewa. Kemungkinan besar alat-alat dari besi termasuk item penting yang dibawa pulang orang Papua. Selain perkakas dari besi, barang-barang lain yang juga biasa dibawa pulang oleh orang Papua adalah manik-manik, barang-barang tembikar dan kain (Muller, 2008: 86-87). Menurut versi lain bahwa orang-orang Biak, yang datang ke daerah Kepulauan Batanta dimana mereka dalam pelayaran menuju ke Halmahera untuk memberikan upeti kepada Sultan Tidore, dalam pelayaran pulang mereka melihat pulau-pulau di sepanjang Kepulauan Batanta kosong tidak berpenghuni sehingga mereka tidak kembali ke Pulau Biak melainkan mereka menempati pulau-pulau kosong tersebut dan mereka menetap di sana sampai sekarang. Sedangkan menurut cerita yang berkembang bahwa situs Yembekaki merupakan tempat persinggahan Sultan Tidore, dengan mendirikan benteng pertahanan dan jembatan yang terbentuk dari karang-karang laut. Sisa budaya materi yang ditemukan ditempat ini antara lain pecahan gerabah,dan pecahan keramik asing. Hasil pengamatan di situs Yenbekaki berupa temuan susunan batu karang yang disusun rapi menghadap ke arah laut, dan di belakang situs terdapat tebing terjal dan tinggi maka diperkirakan benteng Yenbekaki adalah benteng pertahanan Kerajaan Tidore, berfungsi untuk mengamankan wilayah kekuasaan, serta untuk mengamankan kepentingan ekonomi yaitu mengamankan wilayah dari perompakan, hal ini didukung 80 Papua Vol. 2 No. 2 / November 2010
7 oleh sumber historis (Bachtiar, 1994: 49) bahwa VOC dan Tidore mengadakan perjanjian yang berisi hingga 1779 Sultan Tidore berkewajiban mengamanan perairan Papua dari bajak laut (Tim Penelitian, 2009). Adanya sumur air tawar serta temuan pecahan gerabah jenis periuk dan tempayan. Kedua jenis gerabah ini termasuk jenis wadah. Berdasarkan bentuknya periuk berfungsi untuk memasak dan menyimpan makanan, sedangkan tempayan berfungsi untuk menyimpan air, disamping itu tidak ditemukannya struktur pondasi bangunan, berdasarkan hal ini maka benteng Yenbekaki diperkirakan juga berfungsi sebagai tempat persinggahan sementara bagi perahu dagang yang melintas di daerah ini dan tempat berlindung dari bajak laut dan angin barat, serta mengambil bekal air. Dugaan ini juga didukung oleh keberadaan dermaga alami yang tidak jauh dari benteng Yenbekaki. Situs Yenbekaki secara administratif terletak di Kampung Arefi, Distrik Selat Sagawin, Kabupaten Raja Ampat. Masyarakat setempat menyebut situs ini dengan nama Benteng Yenbekaki, Yambekaki, atau Yembekaki. Secara astronomis berada pada 00 45¹ 15¹¹ LS ¹ 3¹¹ LU. Arah hadap situs ini adalah barat daya, dengan ketinggian 1,5 m dpl. Jarak benteng ini dengan laut 20 m. Sebelah utara berjarak 30 m dari benteng, terdapat batu karang, warna hitam, selebar 1 m yang memanjang dari darat ke laut, semacam jembatan yang menghubungkan ke laut, apabila diperhatikan batu ini merupakan sejenis dermaga alamiah (Suroto, 2009:36). Foto 4. Kolam air (sumur) Foto 5. Susunan batu benteng Yambekaki (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2009) Papua Vol. 2 No. 2 / November
8 Dari aspek teknologinya, bahan benteng ini berupa batu gamping terumbu karang dan batu kali yang disusun rapi tanpa bahan spesi sebagai perekat, luas benteng 56 m X 32 m, sebelah timur di batasi oleh bukit karang, bagian utara dibatasi oleh rawa, sebelah selatan dan utara dibatasi oleh laut. Panjang dinding benteng 56 m, lebar dinding benteng 50 cm 6 m. Di situs Yenbekaki ini terdapat juga sebuah sumur berdinding susunan batu karang, diameter sumur ini 4,45 m dengan kedalaman 1, 8 m (Suroto, 1999:36). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Raja Ampat telah mengadakan kontak dengan Tidore, selain itu letak yang strategis dimungkinkan wilayah ini menjadi tempat persinggahan perahu dagang yang berlayar melintasi wilayah ini, maka dari hubungan ini dimungkinkan terdapat lalu lintas barang yang terjadi di kedua wilayah ini. Maka dapat disimpulkan bahwa Raja Ampat telah mengadakan kontak dengan Tidore, selain itu letak yang strategis dimungkinkan wilayah ini menjadi tempat persinggahan perahu dagang yang berlayar melintasi wilayah ini, maka dari hubungan ini dimungkinkan terdapat lalu lintas barang yang terjadi di kedua wilayah ini. Penutup Berdasarkan kajian arkeologi, asal-usul penduduk di Indonesia dapat diamati dari hasil budaya materi yang ditinggalkannya. Penemuan data arkeologi terutama masa prasejarah, dapat memberikan petunjuk dengan pendekatan atau analis perbandingan dengan temuan benda budaya lainnya Demikian pula dengan asal-usul orang Biak. Keberadaan orang Biak di pulau Batanta menunjukan adanya suatu ciri pada etnis Biak yaitu sebagai pelaut. Tradisi kelautan ini sudah lama berkembang dan menjadi bagian dalam kehidupan orang Biak sejak zaman dulu. hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pemilikan perahu oleh setiap penduduk dalam kampung, dimana setiap klen (keret) memiliki perahu sendiri-sendiri yang digunakan sebagai alat transportasi untuk mengadakan barter ataupun mengadakan kontak dengan daerah-daerah lain. Sebab lain keberadaan orang Biak di kepulauan Batanta di Kampung Arefi, dengan penulusuran cerita mitos dan bukti-bukti yang ada dapat disimpulkan bahwa orang Biak hanyalah pendatang atau migrasi ke pulau tersebut bukan penduduk asli, kepulauan Raja Ampat. Bukti-bukti lain adalah mengenai marga-marga dan bahasa yang digunakan. Semua membuktikan bahwa mereka berasal dari kampung-kampung di Biak Utara, Barat dan Timur dan Supiori. 82 Papua Vol. 2 No. 2 / November 2010
9 Bukti-bukti yang dapat kita lihat yaitu adanya situs Yembekaki yang berada di Kepulauan Batanta, dimana benteng Yenbekaki berfungsi sebagai benteng pertahanan Kerajaan Tidore, untuk mengamankan wilayah kekuasaan, serta untuk mengamankan kepentingan ekonomi yaitu mengamankan wilayah dari perompakan. Bukti lain yaitu situs Fas-fasna yang berada di Kabupaten Supiori, yang merupakan tempat perjanjian antara orang Biak yang keluar dari pulau Biak dan menetap di kepulauan Raja Ampat. Papua Vol. 2 No. 2 / November
10 DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, H.W Sejarah Irian Jaya dalam Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk (Koentjaraningrat eds.). Jakarta: Djambatan. Kamma C.F, Ajaib Dimata Kita. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Handoko, Wuri Asal-usul Masyarakat Maluku budaya dan persebarannya; kajian arkeologi dan metodologi dalam Kapata Arkeologi, Jurnal Arkeologi wilayah Maluku Utara, Balai arkeologi Ambon dibawah perlindungan Puslit Departemen kebudayaan dan Pariwisata. Muller, Karl Mengenal Papua. Jayapura: Daisy World Books. Nurani, Asikin Indah Proses Migrasi Masa Prasejarah: Suatu Hipotesis Berdasarkan Kajian lukisan Cadas di Indonesia Timur dalam Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi. Sukendar, Haris Perahu Tradisional Nusantara. Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pusat Penelitian Arkeologi. Suroto, Hari Hunian Masa Perundagian di Pulau Batanta Kabupaten Raja Ampat. Berita Penelitian Arkeologi No. 7. Balai Arkeologi Jayapura. diakses 2 Oktober Papua Vol. 2 No. 2 / November 2010
PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR
PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR Sonya M. Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract A commerce is a transaction activity done by the seller and buyer. The Biaknese has recognized the trade
Lebih terperinciJEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and
Lebih terperinciFUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK
FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK Windy Hapsari (BPSNT Jayapura) Abstract For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which
Lebih terperinciKERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT
KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Ceramics in the presence of Misool Island, Raja Ampat attractive
Lebih terperinciGERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI
GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI
BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen (seng, plastik), tempat meletakkan
Lebih terperinciFUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN
FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence
Lebih terperinciPengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura
Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains
Lebih terperinciKERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE
KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: fairyoklementin@yahoo.co.id) Abstract Ceramic plates are used as stock
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang
Lebih terperinciTRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM
TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciFUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM
FUNGSI SIWOL BAGI KEHIDUPAN SUKU NGALUM Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The trading activity in Indonesia, particularly in ancient Papua has depicted that the medium of exchange become
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciKAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK
KAJIAN ARKEOLOGI KEWILAYAHAN PAPUA: HASIL-HASIL, STRATEGI DAN PROSPEK M. Irfan Mahmud dan Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the results achieved demonstrate the scope of the research
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
Lebih terperinciBANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM
BANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: schiirullia@yahoo.com) Abstract The outbreak of the Pacifi c War between Japan and the Allied
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya
Lebih terperinciPEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL SASI DALAM SISTEM ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI RAJA AMPAT
PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL SASI DALAM SISTEM ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI RAJA AMPAT Oleh Paulus Boli Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Jakarta, 9 10 Mei 2017
Lebih terperinciPERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI)
PERDAGANGAN MASA PRASEJARAH DI PAPUA (TINJAUAN BERDASARKAN TINGGALAN ARKEOLOGI) Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Prehistoric trade in Papua characterized by the existence of
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua
Mam MAKALAH ISLAM Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua 30, Januari 2014 Makalah Islam Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Sigit Kamseno (Redaktur bimasislam.kemenag.go.id dan kontributor di beberapa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal
Lebih terperinciALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA
ALAT TUKAR DI PAPUA DAN KOMODITASNYA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Exchange of goods that eventually led to trade in the coastal areas and central highlands of Papua occur because of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinci1. Pengantar A. Latar Belakang
1. Pengantar A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah tropis yang memiliki sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dari total 40.000 jenis tumbuhan obat yang ada di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan bergunung-gunung, hanya sebagian kecil yang datar dan landai. Merupakan suatu wilayah daratan yang memiliki
Lebih terperinciPENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI
PENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Death got more attention, in the event of death the funeral ceremony will be performed.
Lebih terperinciSIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciII. Tinjauan Pustaka A. Papua
II. Tinjauan Pustaka A. Papua Provinsi Papua dengan luas 421.981 km 2, terletak diantara 130-141 Bujur Timur dan 2,25 Lintang Utara - 9 Lintang Selatan. Letak pulau ini adalah di ujung Timur Indonesia
Lebih terperinciTINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH
TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA
ALAT BATU DI PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA Marlin Tolla (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The discovery of stone tools in prehistoric sites in the central highlands of Papua, especially in the Pegunungan Bintang
Lebih terperinciSENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR
SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Rock art in East Biak is an interesting subject to be examined. Its carved technique and motifs offer many important
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciJEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)
JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Klementin Fairyo
KERAMIK CINA BAGI ORANG BIAK-NUMFOR DI TELUK CENDERAWASIH: PENGGUNAAN DAN MAKNANYA (The Chinese Ceramics of Biaknese Numfor in Gulf of Cenderawasih: It s Use and Meaning) Klementin Fairyo Balai Arkeologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA
4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan
Lebih terperinciBeberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...
Lebih terperinciMACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.
MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan
Lebih terperinciDua Saudara. Tarian sedih. Reporter: Evi Tresnawati Foto-foto: Evi Tresnawati
Tarian sedih Dua Saudara Reporter: Evi Tresnawati Foto-foto: Evi Tresnawati Macam-macam tarian unik jadi ciri utama Festival Fakfak. Ditambah peninggalan Perang Dunia II, Kota Pala ini yakin dapat bersaing
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,
Lebih terperinciBAB 1: SEJARAH PRASEJARAH
www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinci1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi)
Lampiran Data Hasil Wawancara 1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi) 2) Dari mana sasi berasal? Sasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.
148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau
Lebih terperinciOleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)
UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten
Lebih terperinciLUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU. Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas
LUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas Lucas Wattimena Balai Arkeologi Ambon Jl. Namalatu Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe - Kota Ambon 97118 Email : lucas.wattimena@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
Lebih terperinciASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT
ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrak Kali Raja site has the potential to be developed as a tourist destination.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif
Lebih terperinciLampiran Surat Nomor : 331/KN.320/J/07/2016 Tanggal : 14 Juli 2016
Provinsi Bali 1. Kabupaten Badung 2. Kabupaten Bangli 3. Kabupaten Buleleng 4. Kabupaten Gianyar 5. Kabupaten Jembrana 6. Kabupaten Karangasem 7. Kabupaten Klungkung 8. Kabupaten Tabanan 9. Kota Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur
Lebih terperinciDAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018
DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018 No. Kabupaten / Kota Provinsi 1 Aceh Singkil Aceh 2 Nias Sumatera Utara 3 Nias Selatan Sumatera Utara 4 Nias Utara Sumatera Utara 5 Nias Barat Sumatera Utara 6 Kepulauan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinciI. Pengantar. A. Latar Belakang
I. Pengantar A. Latar Belakang Secara geografis, Raja Ampat berada pada koordinat 2 o 25 Lintang Utara hingga 4 o 25 Lintang Selatan dan 130 132 55 Bujur Timur (Wikipedia, 2011). Secara geoekonomis dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil
Lebih terperinciIV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi
Lebih terperinciA. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta
A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG
- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN NABARUA PERMAI, KALI SUSU DAN KALI HARAPAN DI WILAYAH DISTRIK NABIRE, KELURAHAN SAMABUSA DI WILAYAH DISTRIK TELUK
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun
Lebih terperinciBUPATI RAJA AMP AT PROVINSI PAPUA BARA T PERATURAN BUPATI KABUPATEN RAJAAMPAT NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
- - -- ------------------------------~ BUPATI RAJA AMP AT PROVINSI PAPUA BARA T PERATURAN BUPATI KABUPATEN RAJAAMPAT NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN IKAN, BIOTA LAUT DAN POTENSI SUMBER DAYAALAM
Lebih terperinciOleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )
Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Fungsi Piring Sebagai Mas Kawin Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciPRASEJARAH INDONESIA
Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK
KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada
Lebih terperinciTAHUN PELAJARAN 2007/2008
TAHUN PELAJARAN 2007/2008 BAB 8 = KERAGAMAN KENAM[AKAN ALAM dan BUATAN di INDONESIA BAB 9 = PERUBAHAN WILAYAH DI INDONESIA BAB 10 = PERSEBARAN GEJALA ALAM 1. Kemampuan memahami keragaman kenampakan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mane e adalah tradisi lisan yang spesifik yang telah berlangsung berabadabad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mane e adalah tradisi lisan yang spesifik yang telah berlangsung berabadabad yang diperkirakan berlangsung sebelum abad XV dan terekam melalui sejarah kelisanan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Kanada, dan Rusia, yaitu kurang lebih kilometer (Rizald, 2009). Selain itu
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia, yaitu kurang lebih 95.181 kilometer (Rizald, 2009). Selain itu Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58
Lebih terperinci