HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang)"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang) MELIASARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2017 Meliasari NIM I

3 ii ABSTRAK MELIASARI. Hubungan Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian. Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO dan MOHAMMAD SHOHIB. Pekerjaan di bidang pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya. Saat ini minat pemuda desa untuk dapat bekerja di bidang pertanian semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan kondisi-sosial ekonomi rumah tangga petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kepemilikan lahan, pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal dan pendidikan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Penelitian ini menggunakan pendekatan data kuantitatif dengan metode survei yang didukung data kualitatif berupa wawancara mendalam. Responden terdiri dari 54 orang pemuda yang merupakan anak dari petani dan berumur tahun. Pemilahan responden melalui metode pengambilan sampel acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan status-kondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Kata kunci: pertanian, minat pemuda desa, dan kondisi sosial-ekonomi. ABSTRACT MELIASARI. Relations of household socio-economic condition with the interest of rural youth in agricultural sector. Supervised by ENDRIATMO SOETARTO and MOHAMMAD SHOHIB. Agricultural activities work must be able to fulfill the economic needs and approved by the community as a decent job, so many people enthusiast. Nowadays, interested of youth from the family farmers is decreasing to work in agriculture. It shows from the socio-economic conditions of farm households. The purpose of this study is to analyze the relationship of land ownership, income, housing conditions and education to the interests of village youth in agriculture. This research uses quantitative data approach with survey method supported by qualitative data in the form of in-depth interview. Respondents consist of 54 youths of children of farmers and aged years. The respondents selected by random sampling method. The results of this study indicate that there is a significant relationship between income and housing conditions with the interests of village youth in agriculture. Keywords: agricultural, rural youth interest, and socio-economic conditions.

4 iii HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang) MELIASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

5

6 v PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Endriatmo Soetarto, MA dan Bapak Mohammad Shohib, S.Ag, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukkan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Indo (Alm) dan Ibu Yayah selaku orang tua tercinta yang tiada hentinya senantiasa membimbing dan berdo a untuk kebaikan dan kebahagiaan penulis serta kakak-kakak tersayang Lina Wati, Euis Linda, Roni Paslah, Acep Suhendi dan Nandang Sudrajat yang selalu memotivasi penulis untuk selalu belajar. Terimakasih penulis sampaikan kepada keluarga baru di Desa Mulangsari yang telah menerima penulis dengan sangat baik dan membantu penulis dalam penelitian. Tidak lupa terimakasih kepada Yunita Yuandini, Kurnia Istiqomah, Fitriyani, Elis Hapiatul Janah, Archelia Mawarni, Tryana CYS, Regilia, Veny Putri Aulia, Yani Istikasari, Sulaysiah, serta semua teman-teman SKPM 50 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi semangat dan dukungan dalam proses penulisam skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman sebimbingan yaitu Dwi Desriyanti dan Fani Dwi Iswari yang senantiasa memberi dorongan dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2017 Meliasari

7 vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Kegunaan Penelitian 5 PENDEKATAN TEORITIS 7 Tinjauan Puastaka 7 Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Petani 7 Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 8 Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga dan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 10 Kerangka Pemikiran 11 Hipotesis Penelitian 12 PENDEKATAN LAPANG 13 Metode Penelitian 13 Validitas dan Reliabilitas 13 Validitas 13 Reliabilitas 14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 Teknik Pengumpulan Data 15 Teknik Penentuan Responden dan Informan 16 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 17 Definisi Operasional 18 PROFIL DAN KARAKTER SOSIAL EKONOMI DESA MULANGSARI 23 Kondisi Geografis 23 Kondisi Demografis dan Sosial Ekonomi 24 Kehidupan dan Budaya Masyarakat Desa Mulangsari 25 Kondisi Pertanian Desa Mulangsari 27 KARAKTERISTIK PEMUDA DESA MULANGSARI 31 Umur Pemuda 31 Pekerjaan Pemuda 31 Status Perkawinan 33 Status Kependudukan 34 KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 35 Kepemilikan Lahan 35 Pendapatan 37 Status-Kondisi Rumah Tempat Tinggal 42 Pendidikan 43 MINAT PEMUDA DI BIDANG PERTANIAN 47 Minat Pemuda Desa Mulangsari terhadap Pekerjaan Pertanian 47 Kebutuhan Pemuda terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian 48

8 ANALISIS HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN 51 Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 51 Hubungan Pendapatan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 53 Hubungan Status-Kondisi Rumah Tempat Tinggal dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 54 Hubungan Pendidikan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian 56 SIMPULAN DAN SARAN 59 Simpulan 59 Saran 60 DAFTAR PUSTAKA 61 LAMPIRAN 65 RIWAYAT HIDUP 85 vii

9 viii DAFTAR TABEL 1. Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian Definisi operasional kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani Definisi operasional minat pemuda desa di bidang pertanian Batas wilayah Desa Mulangsari Luas dan persentase wilayah berdasarkan penggunaan lahan (dalam Ha) Jumlah dan persentase penduduk Desa Mulangsari berdasarkan jenis pekerjaan tahun Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan umur Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status perkawinan Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status kependudukan Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status kepemilikan lahan orang tua Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan luas lahan orang tua Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan utama orang tua Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan sampingan orang tua Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan sumber pendapatan sampingan orang tua Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status-kondisi rumah tempat tinggal Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan sumber biaya pendidikan Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan minatnya di bidang pertanian Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kebutuhan terhadap pekerjaan 49 di bidang pertanian 20. Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kepemilikan lahan orang tua dan minatnya di bidang pertanian Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan dan minatnya di 53 bidang pertanian 22. Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status-kondisi rumah tempat tinggal dan minatnya di bidang pertanian Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendidikan dan minatnya di bidang pertanian Jadwal pelaksanaan penelitian tahun Daftar responden 76

10 ix DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga terhadap minat pemuda desa di bidang pertanian Kesejahteraan keluarga di Desa Mulangsari Kepemilikan lahan pertanian di Desa Mulangsari Pekerjaan pemuda di Desa Mulangsari Pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani di Desa Mulangsari Pendidikan pemuda di Desa Mulangsari Peta Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Kantor Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Wawancara dan pengisian kuesioner bersama responden Wawancara kelompok bersama pemuda Desa Mulangsari Kondisi jalan di Desa Mulangsari Kondisi pertanian di Desa Mulangsari Kegiatan panen di Desa Mulangsari 84 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner penelitian Panduan pertanyaan wawancara mendalam Hasil olah data SPSS Peta lokasi penelitian Jadwal penelitian Daftar responden Catatan tematik Dokumentasi penelitian 81

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Hal ini ditunjukan dari hasil Sensus Pertanian 2013 bahwa dari total populasi penduduk di Indonesia yakni 252,16 juta orang, sebanyak 39 juta lebih bekerja di sektor pertanian (BPS 2016). Menurut Soetarto et al. (2007) sebagai negara agraris, tanah merupakan sumberdaya yang terpenting dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam/agraria. Tanah yang menjadi aset utama bagi rakyat banyak adalah tanah untuk bercocok tanam yang merupakan sumber kehidupan utamanya. Menurut Yuliati dan Poernomo (2003) dalam masyarakat agraris di mana kehidupannya masih tergantung pada hasil produksi tanah sebagai sarana produksi pokok dan memiliki corak yang homogen dalam mata pencaharian yaitu sebagai petani. Lahan pertanian menjadi faktor penunjang kebutuhan hidup masyarakat terutama masyarakat pedesaan dan pinggiran kota. Masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat yang menggunakan sumberdaya alam pada bidang agraris, dimana masyarakat tersebut secara turun temurun melakukan aktifitas pada sektor pertanian, sehingga masyarakat yang ada di daerah pedesaan dan pinggiran memperoleh penghasilan atau mengandalkan usaha yang bergerak di bidang pertanian. Menurut Suyana (2008) dalam melakukan usaha pertanian yang berkelanjutan harus memperhatikan tiga komponen utama, yaitu kegiatan pertanian harus mampu menunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi (economic growth), meningkatkan kesejahteraan sosial (social walfare), dan memperhatikan kelestarian lingkungan (environmenta integrity). Menurut Winarso (2012) dalam pemanfaatan sumberdaya agraria-tanah untuk sektor pertanian, lahan merupakan salah satu sumber mata pencaharian dan sumber kehidupan serta status sosial di mata masyarakat pedesaan sehingga keberadaannya sangat dipertahankan. Lahan juga merupakan aset petani yang diperjual-belikan, disewakan, digadaikan dan diwariskan terutama lahan sawah. Penggunaan lahan pertanian terbagi menjadi dua kategori yaitu lahan sawah dan lahan kering (lahan bukan sawah). Namun, dalam pemanfaatan sumberdaya lahan sawah sering terjadi suatu permasalahan yang kompleks, salah satu permasalahannya adalah adanya masalah ketimpangan struktur kepemilikan lahan. Hal ini ditunjukan dari data hasil Sensus Pertanian 2013 rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian di Jawa Barat sebesar 90,50% (4 166,90 m 2 ) digunakan dibidang pertanian dari rata-rata total luas lahan yang dikuasai 4.363,08 m 2 (BPS 2016). Lahan merupakan sumberdaya alam yang terbaruhi, namun karena jumlahnya yang tetap menyebabkan lahan memiliki peran yang strategis dalam kehidupan manusia, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin banyak pula ketimpangan atas lahan. Adanya ketimpangan sumberdaya lahan akan menyebabkan penguasaan atas lahan di masyarakat, hal inilah yang dapat menimbulkan perubahan status sosial dan ekonomi di masyarakat. Menurut Basrowi dan Juariyah (2010) status sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial di posisi

12 tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi si pembawa statusnya, sehingga kepemilikan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya kondisi sosial ekonomi seseorang di masyarakat. Menurut Wiradi (2009) tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah (kurang dari 0,5 hektar) maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Adanya keterbatasan lahan dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani, dari keadaan kondisi rumah tangga petani tersebut dapat berpengaruh terhadap minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian. Hal ini didukung oleh pendapat Nugraha (2012) yang menyatakan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian adalah tingkat penguasaan lahan keluarga. Berdasarkan Sensus BPS 2013 telah terjadi penurunan minat penduduk usia produktif yang bekerja di sektor pertanian, hanya 12% dari populasi penduduk Indonesia dengan usia di bawah 30 tahun yang menjadi petani. Pada periode 2010 hingga 2014 rata-rata umur petani dengan usia tahun mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada tahun 2008 jumlah petani muda mencapai 9,3 juta jiwa, namun menurun pada tahun 2012 menjadi 8 juta jiwa. Penurunan ini disebabkan karena adanya peralihan minat penduduk usia produktif yang lebih tertarik untuk bekerja diluar sektor pertanian. Pekerjaan di bidang pertanian perlu diawali dengan adanya minat dalam diri seseorang. Menurut Suhartini (2011) minat tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi minat akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial timbul karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan status sosial. Sedangkan faktor ekonomi seperti pendapatan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan lain pemuda tidak lagi tertarik/memilih kerja di bidang pertanian menurut White (2012) adalah adanya sistem pendidikan yang menanamkan ide bahwa bertani itu bukan profesi yang menarik, pengabaian kronis dari pemerintah terhadap pertanian skala kecil dan infrastruktur pedesaan, terbatasnya akses orang muda terhadap lahan yang disebabkan oleh pencaplokan lahan pertanian oleh korporasi, konsentrasi kepemilikan tanah melalui proses diferensiasi, dan atau orang petani tua yang belum mau mengalokasikan tanah untuk dikelola oleh orang muda. Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang memiliki 19 kampung dengan potensi lahan pertanian yang cukup luas. Potensi luas lahan tersebut dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi di masyarakat. Jenis tanaman pertanian yang ada di Desa Mulangsari adalah padi sawah, palawija dan hortikultura. Jenis tanaman palawija yang dibudidayakan berupa singkong, jagung dan ubi jalar. Sedangkan jenis tanaman hortikultura yang di budidayakan berupa kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, pare, lopang, terong dan timun. Sebanyak 1400 KK penduduk Desa Mulangsari berprofesi sebagai petani, mereka sudah menjadi petani sejak kecil. Kegiatan pertanian sudah merupakan kegiatan turun temurun yang telah dilaksanakan, namun seiring berjalannya waktu minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian semakin berkurang. Pada saat ini Kabupaten Karawang sebagian besar wilayahnya sudah menjadi kawasan industri, hal inilah yang menyebabkan para pemuda beralih profesi dari sektor pertanian ke 2

13 3 non pertanian. Selain meningkatnya sektor non pertanian terutama di bidang industri, hal lain yang menyebabkan pemuda Desa Mulangsari untuk tidak bekerja di sektor pertanian adalah pendapatan hasil pertanian yang tidak menetap dan pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang melelahkan. Hal ini di dukung oleh pendapat Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) dalam penelitiannya bahwa ada beberapa alasan yang mendasari cara pandang anak buruh tani di pedesaan kebanyakan tidak lagi tertarik dengan dunia pertanian yaitu: 1) profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat, 2) tingkat pendapatan petani masih rendah dari waktu kewaktu, 3) meningkatnya sektor non pertanian terutama dibidang industri, dan 4) modernisasi yang mempengaruhi pola hidup seseorang. Oleh karena itu, tulisan ini menggugah penulis untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga dengan minat pemuda desa di bidang peretanian. Rumusan Masalah Kepemilikan lahan merupakan faktor penting bagi penduduk di pedesaan yang kehidupannya masih tergantung pada sektor pertanian. Menurut Wiradi (2009) tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah (kurang dari 0,5 hektar) maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Kemilikan lahan tidak hanya penting untuk pertanian, tetapi juga penting untuk menentukan berbagai kebutuhan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Akses terhadap lahan merupakan salah satu faktor yang dianggap penting terhadap ketertarikan orang muda untuk tetap bekerja di bidang pertanian. Menurut Nugraha (2012) yang menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian adalah tingkat penguasaan lahan keluarga. Artinya pemuda akan tertarik bekerja di bidang pertanian apabila lahan yang dimiliki keluarga luas dan menjanjikan di masa depan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji bagaimana hubungan kepemilikan lahan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian? Pada saat ini pekerja sektor pertanian adalah petani dengan umur tua yang berusia diatas 45 tahun. Adanya penurunan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian oleh generasi muda, dikarenakan keinginan pemuda desa yang memudar untuk bekerja di bidang pertanian dan lebih cenderung memilih pekerjaan di bidang non pertanian. Tenaga kerja pertanian menurut lapangan pekerjaan utama di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 34% pada tahun 2014 menjadi 32% pada tahun 2015 (BPS 2016). Penurunan tenaga kerja ini akibat dari penurunan minat, karena pemuda menilai bahwa usaha di bidang pertanian tidak mampu memberikan keuntungan sehingga pendapatan yang diperoleh tidak bertambah. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kalangan pemuda enggan menggeluti usaha pertanian. Usaha di bidang pertanian diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan rumah tangga, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi rumah tangga petani. Namun pada hakikatnya pendapatan pada usaha pertanian tidak menjanjikan, pemuda juga telah melihat fakta pendapatan yang diperoleh orangtuanya dari hasil usaha pertanian. Sehingga hal tersebut dapat membuat pemuda semakin enggan untuk bekerja di bidang pertanian. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji

14 4 bagaimana hubungan pendapatan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian? Selain kepemilikan lahan dan pendapatan, hal lain yang berhubungan dengan minat pemuda untuk dapat bekerja di bidang pertanian adalah status kondisi rumah tempat tinggal orangtua. Keadaan rumah tempat tinggal orang tua pemuda beserta pemuda dengan kepemilikan bangunan rumah yang rendah, sedang, maupun tinggi sebagian besar biaya dalam membangun rumahnya diperoleh dari hasil usaha pertanian orang tua. Hal tersebut dapat mempengaruhi minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian dengan kondisi pendapatan yang tidak menjanjikan. Sehingga dalam melakukan kegiatan usaha pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, tetap menjaga kesuburan lahan dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak dan banyak peminatnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji bagaimana hubungan status-kondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda desa di bidang pertanian? Selain kepemilikan lahan, pendapatan dan status kondisi rumah tempat tinggal, hal yang berhubungan dengan minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian adalah pendidikan. Dimana pemuda yang memiliki pendidikan tinggi, sedang maupun rendah sangat menentukan keputusan mereka dalam mengambil jenis pekerjaan yang diinginkannya. Hal ini didukung oleh pendapat White (2012) yang mengatakan bahwa alasan lain pemuda tidak lagi tertarik/memilih kerja di bidang pertanian, dapat terjadi karena 3 faktor yaitu: 1) sistem pendidikan yang menanamkan ide bahwa bertani itu bukan profesi yang menarik, 2) pengabaian kronis dari pemerintah terhadap pertanian skala kecil dan infrastruktur perdesaan di banyak wilayah, 3) terbatasnya akses orang muda terhadap lahan yang disebabkan oleh pencaplokan lahan pertanian oleh korporasi, konsentrasi kepemilikan tanah melalui proses diferensisasi, dan atau orang petani tua yang belum mau mengalokasikan tanah untuk dikelola oleh orang muda. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji bagaimana hubungan pendidikan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Menganalisis hubungan kepemilikan lahan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 2. Menganalisis hubungan pendapatan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 3. Menganalisis hubungan status-kondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 4. Menganalisis hubungan pendidikan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian.

15 5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, antara lain adalah: 1. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana belajar untuk memahami permasalahan yang menjadi topik kajian serta menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan bidang Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang dipelajari selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor. 2. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai hubungan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan minat pemuda desa di bidang pertanian khususnya di Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang. 3. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai kondisi sosial-ekonomi rumah tangga yang berdampak pada berkurangnya minat pemuda desa di bidang pertanian. 4. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan pertanian yang lebih pro petani dan mampu menarik minat pemuda pedesaan untuk bekerja sebagai petani.

16 6

17 7 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Puastaka Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Petani Menurut Sensus Pertanian 2013 rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Menurut Lontoh LJV (2016) sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sedangkan ekonomi memiliki arti sebagai ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan. Sosial dan ekonomi adalah dua cabang ilmu yang berbeda, namun diantara keduanya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi mengandung pengertian segala sesuatu hal yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan. Menurut Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi sosial adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan keadaan atau situasi dalam masyarakat tertentu yang berhubungan dengan keadaan sosial. Sedangkan keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Status sosial-ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial di posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi si pembawa statusnya. Adapun indikator kondisi sosial ekonomi menyangkut status sosial, status-kondisi rumah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan menurut Nasirotun (2013) kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas, dan jenis tempat tinggal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan status sosial, pendidikan, pendapatan, pekerjaan serta status-kondisi rumah tempat tinggal. Namun kondisi sosial ekonomi petani tidak hanya dapat dilihat berdasarkan indikator di atas, salah satu indikator yang berperan dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani adalah kepemilikan lahan yang dilihat berdasarkan status dan luas lahan. Hal ini di dukung oleh pendapat Wiradi (2009) bahwa tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah (kurang dari 0,5 hektar) maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Menurut Soetarto dan Shohibuddin (2005) para petani gurem yang tidak memiliki kemampuan untuk membiayai pola pertanian modern yang padat modal, terpaksa harus menjual lahannya dan menjadi buruh tani. Sebaliknya para petani kaya memperoleh

18 8 banyak keuntungan dari petani gurem yang menyebabkan terjadinya masalah ketimpangan struktur kepemilikan lahan. Kepemilikan lahan merupakan faktor penting bagi penduduk di pedesaan yang kehidupannya masih tergantung pada sektor pertanian. Selain penting untuk pertanian, lahan juga penting untuk menentukan berbagai kebutuhan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Winarso (2012) dalam pemanfaatan sumberdaya agraria-tanah, lahan merupakan salah satu sumber matapencaharian dan sumber kehidupan serta status sosial di mata masyarakat pedesaan sehingga keberadaannya sangat dipertahankan. Lahan juga merupakan asset petani yang dapat diperjual-belikan, disewakan, digadaikan dan diwariskan terutama lahan sawah. Penggunaan lahan pertanian terbagi atas 2 kategori yaitu lahan sawah dan lahan kering (lahan bukan sawah). Bentuk-bentuk kepemilikan lahan secara umum menurut Winarso (2012) dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok besar yaitu: (1) milik, dan (2) bukan milik. Kepemilikan lahan bukan milik, dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu sewa, sakap (bagi hasil), gadai, numpang, dan lahan milik adat. Lahan hak sewa adalah lahan bukan milik yang dikuasai petani yang diperoleh dari menyewa. Kepemilikan Lahan secara sewa merupakan kepemilikan lahan yang sifatnya sementara, karena penyewa lahan sebagai penguasa berhak menggunakan lahan milik orang lain dengan cara membayar sewa baik dengan uang maupun sewa dengan natura. Pola bagi hasil adalah pengalihan hak garap atas lahan dari pemilik lahan kepada orang lain (penggarap) karena antara pemilik dan penggarap terjadi ikatan pengusahaan usaha tani dan pembagian produksi. Pola kepemilikan jenis lainnya adalah gadai, pola gadai adalah kepemilikan lahan yang diperoleh dari menggadai. Hak gadai atas lahan merupakan hak yang sifatnya juga sementara, karena menggunakan tanah milik orang lain yang terikat utang pada pemegang hak gadai. Selama utang tersebut belum terbayar lunas, maka hak garap atas tanah tetap berada pada pemegang hak gadai. Kepemilikan lahan dengan pola numpang adalah hak dengan ijin lisan maupun tertulis dari pemilik tanah yang diberikan kepada orang lain (penggarap), untuk menggarap lahan tanpa membayar sesuatu kepada pemilik tanah. Kepemilikan lahan lainnya adalah lahan milik adat. Menurut Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang dimaksud dengan kepemilikan hak milik lahan adalah hak turun-temurun yang dapat dimiliki seseorang atas sebidang tanah, baik yang berasal dari warisan, pembelian atau hibah dari orang lain. Dari keadaan kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani yang dapat dilihat dari indikator kepemilikan lahan, pendapatan, status kondisi rumah tempat tinggal, dan pendidikan dapat membentuk tipe rumah tangga petani berdasarkan kelas yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Menurut White (2011), pertanian merupakan salah satu pekerjaan yang sangat dibutuhkan karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa ketika pertanian bisa dikembangkan dengan baik, maka sektor ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menyediakan pekerjaan bagi banyak orang dan ini akan berdampak pada menurunnya pengangguran dipedesaan. Kegiatan pertanian juga harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, tetap menjaga kesuburan lahan dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya. Ia

19 juga menjelaskan bahwa jumlah petani di negara berkembang semakin berkurang karena pemuda pedesaan yang tumbuh disekitar pertanian dan melihat kotornya proses pertanian, tenaga dan waktu yang harus dikeluarkan sangat besar, dan hasil yang tidak menentu membuat pertanian menjadi profesi yang tidak menarik lagi bagi mereka. Menurut Suhartini (2011) minat adalah seperangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, kecenderungan yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sedangkan menurut Suyanto (2004) minat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dorongan, keinginan, hasrat, kecenderungan hawa nafsu dan kemauan. Dorongan adalah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung di luar kesadaran seseorang. Keinginan merupakan bagian dari minat yaitu dorongan nafsu yang tertuju pada sesuatu benda tertentu atau hal yang konkrit. Keinginan yang dipraktekkan bisa menjadi sebuah kebiasaan. Kecenderungan merupakan keinginan yang aktif yang memerintahkan kepada diri seseorang agar lekas bertindak. Kemauan merupakan kekuatan yang sadar dan hidup atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran. Menurut Suhartini (2011) minat tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi minat akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial timbul karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan status sosial. Sedangkan faktor ekonomi seperti pendapatan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. sedangkan menurut White (2011) pemuda adalah penduduk dengan usia mulai dari 18 sampai 40 tahun. Minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian secara umum pada saat ini semakin berkurang, hal ini didukung oleh pendapat Herlina (2002) yang menyatakan bahwa saat ini banyak pemuda yang memiliki orientasi nilai budaya yang maju dan memilih pekerjaan di luar sektor pertanian yang ada di perkotaan, untuk memperoleh kekayaan dan kejayaan. Alasan lain adalah karena rendahnya tingkat upah yang diterima jika bekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan bekerja diluar sektor pertanian. Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil penelitian Ningsih dan Sjaf (2015) mengatakan bahwa pertanian dianggap sebagai sektor yang tidak menjanjikan untuk kehidupan yang lebih layak. Pertanian merupakan jenis pekerjaan yang membutuhkan kerja keras, menguras waktu dan tenaga, tetapi penghasilan yang diperoleh tidak menentu. Menurut Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) menyatakan ada beberapa alasan yang mendasari cara pandang anak buruh tani di pedesaan kebanyakan tidak lagi tertarik dengan dunia pertanian yaitu: 1) profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat, 2) tingkat pendapatan petani masih rendah dari waktu kewaktu, 3) meningkatnya sektor non pertanian terutama dibidang industri, 4) modernisasi yang mempengaruhi pola hidup seseorang. Sedangkan menurut White (2012) alasan lain pemuda tidak lagi tertarik/memilih kerja di bidang pertanian, dapat terjadi karena 3 faktor yaitu: 1) sistem pendidikan yang menanamkan ide bahwa bertani itu bukan profesi yang menarik, 2) pengabaian kronis dari pemerintah terhadap pertanian skala kecil dan infrastruktur perdesaan di banyak wilayah, 3) 9

20 10 terbatasnya akses orang muda terhadap lahan yang disebabkan oleh pencaplokan lahan pertanian oleh korporasi, konsentrasi kepemilikan tanah melalui proses diferensisasi, dan atau orang petani tua yang belum mau mengalokasikan tanah untuk dikelola oleh orang muda. Menurut Nugraha dan Herawati (2015) ada 3 bentuk keterlibatan orang muda di sawah yaitu: 1) sebatas membantu orang tua mereka di sawah, 2) secara mandiri mengelola sawah sebagai petani pemilik, 3) bekerja sebagai buruh tani. Menurut Basnet (2015) pemuda dapat tertarik lagi menekuni pertanian jika: 1) pertanian dapat menghasilkan cukup pendapatan guna membiayai hidup keluarga, 2) bagi mereka disediakan sumberdaya dasar seperti tanah, modal, pelatihan, alat bertani dan pasar, 3) mereka dapat melihat makna serta pentingnya karya pertanian mereka. Adanya tantangan yang dialami pemuda dalam menggeluti pertanian adalah kurangnya akses dan kendali atas sumberdaya produktif, khususnya tanah dan modal, ketrampilan dan pengetahuan yang rendah tentang produksi, pengolahan dan pengelolaan bisnis, globalisasi, ketidakpastian, dan keberagaman harga. Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga dan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Menurut White (2011) pertanian merupakan salah satu pekerjaan yang sangat dibutuhkan karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa ketika pertanian bisa dikembangkan dengan baik, maka sektor ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menyediakan pekerjaan bagi banyak orang dan ini akan berdampak pada menurunnya pengangguran di pedesaan. Menurut hasil penelitian Martias (2014) di Gunungkidul menyebutkan bahwa pengelompokan kelas petani berdasarkan kepemilikan lahan terbagi menjadi tiga kelas yaitu miskin, cukup dan kaya. Petani yang tergolong miskin adalah petani yang menguasai lahan <0,3 ha, sedangkan petani yang tergolong cukup adalah petani yang menguasai lahan 0,3-0,6 ha dan petani yang tergolong kaya adalah petani yang menguasai lahan > 0,7 ha. Menurut Winarso (2012) adanya perubahan kepemilikan lahan bagi seorang petani sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi keluarga petani yang bersangkutan. Menurut Nasirotun (2013) kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas, dan jenis tempat tinggal. Menurut Wiradi (2009) tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah (kurang dari 0,5 hektar) maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Menurut Winarso (2012) meyatakan bahwa semakin meningkatnya petani tuna kisma (petani non lahan) dan petani gurem (petani berlahan sempit) akan membawa dampak sosial maupun ekonomi bagi keluarga petani karena masyarakat pemilik modal lemah cenderung tersingkir dari mekanisme pasar yang ada. Pekerjaan di bidang pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya. Saat ini minat pemuda desa untuk dapat bekerja di bidang pertanian semakin berkurang. Hal ini dapat dianalisis dari keadaan kondisi-sosial ekonomi rumah tangga petani yang dilihat dari indikator kepemilikan lahan, pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal

21 11 dan pendidikan yang berhubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Menurut Nugraha dan Herawati (2015) adanya keterlibatan orang muda dan hubungan struktur agraria terhadap pertanian disebabkan oleh ketiga hal ini, yaitu: 1. Orang muda yang berasal dari strata rumah tangga petani dengan kepemilikan lahan yang relatif luas cenderung tidak ikut terlibat dalam kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan orang muda yang berasal dari rumah tangga petani lahan luas memiliki aktivitas yang tidak memungkinkan orang muda tersebut bekerja disawah. Namun, mereka melakukan aktivitas di luar desa seperti kuliah atau bekerja di sektor non pertanian. 2. Berbeda dengan pemuda yang berasal dari rumah tangga pemilik kecil dan pemilik penggarap. Mereka ikut membantu dan dilibatkan oleh orang tua mereka di sawah, dengan dasar pertimbangan sebagai pihak yang nanti kedepannya akan menggantikan orang tua mereka sebagai petani. 3. Orang muda yang berasal dari rumah tangga petani penggarap murni cenderung tidak mau terlibat untuk membantu orang tua dalam kegiatan pertanian, karena mereka merasa tidak memiliki tanah pertanian sehingga nanti kedepannya mereka tetap tidak akan memiliki tanah. Oleh karena itu akses terhadap tanah merupakan salah satu faktor yang dianggap berpengaruh terhadap ketertarikan orang muda untuk tetap bekerja di bidang pertanian. Bekerja di pertanian akan menjajikan bagi yang memiliki sawah, sementara jika tidak memiliki sawah maka bekerja sebagai petani tidak akan menjanjikan. Kerangka Pemikiran Menurut Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang dapat dilihat dari pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal, dan pendidikan. Akan tetapi kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani tidak hanya dapat dilihat berdasarkan indikator di atas, salah satu indikator yang berperan dalam meningkatkan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani menurut Wiradi (2009) adalah kepemilikan lahan. Menurut Winarso (2012) kepemilikan lahan dapat dilihat berdasarkan status lahan dan luas lahan. Pada saat ini pemuda yang bekerja di sektor pertanian semakin berkurang, hal ini terlihat dari penurunan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian. Adanya penurunan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian oleh generasi muda, dikarenakan keinginan pemuda desa yang memudar untuk bekerja di sektor pertanian dan lebih cenderung memilih pekerjaan di sektor non pertanian. Oleh karena itu kegiatan pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, tetap menjaga kesuburan lahan dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya. Menurut Suhartini (2011) minat tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi minat akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial timbul karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan status sosial. Sedangkan faktor ekonomi seperti pendapatan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Minat pemuda dalam penelitian ini dapat dilihat dari minat dan kebutuhan pemuda terhadap

22 12 pekerjaan di bidang pertanian. Berdasarkan penjelasan tersebut diduga kondisi sosial-ekonomi rumah tangga memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Hubungan antara peubah-peubah yang dibangun dijelaskan dalam kerangka berpikir pada Gambar 1. Kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani (X) 1. Kepemilikan lahan (X 1 ) 2. Pendapatan (X 2 ) 3. Status-kondisi rumah tempat tinggal (X 3 ) 4. Pendidikan (X 4 ) Minat Pemuda di Bidang Pertanian (Y) Minat pemuda terhadap pekerjaan pertanian Kebutuhan pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian Keterangan : : berhubungan Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran pada Gambar 1, maka dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: 1. Diduga kepemilikan lahan memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 2. Diduga pendapatan memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 3. Diduga status-kondisi rumah tempat tinggal memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. 4. Diduga pendidikan memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian.

23 13 PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data adalah pendekatan data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Pendekatan data kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Penelitian metode survei dilakukan untuk mengambil sampel dari suatu populasi melalui kuesioner di lapangan. Kuesioner diberikan kepada responden dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial-ekonomi rumat tangga terhadap minat pemuda desa di bidang pertanian. Penelitian data kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam serta untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial yang diperoleh melalui pendekatan data kuantitatif. Pengambilan data secara kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan menggunakan panduan wawancara wawancara kelompok, observasi lapang dan studi dokumentasi. Hasil wawancara digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan pertanyaan dalam kuesioner. Pandangan subyektif-kualitatif informan kemudian dibandingkan dengan hasil analisis obyektif-kuantitatif responden, sehingga didapatkan informasi dengan analisis dan interpretasi yang lebih rinci dan mendalam. Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner diterapkan pada daerah penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 7 responden di Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang. Tujuan dari uji ini untuk mendukung pernyataan bahwa kuesioner yang digunakan adalah valid dan reliabel sehingga menghindari salah tafsir dari responden terhadap pertanyaan kuesioner. Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Effendi S dan Tukiran 2014). Validitas dalam penelitian ini didapat dengan menyesuaikan pernyataan-pernyataan berdasarkan indikator dari teori-teori yang ada dan pendapat para ahli termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment Pearson. Uji validitas dengan mengorelasikan skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total pada setiap peubah. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap instrumentasi setiap pertanyaan, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan item pertanyaan yang valid dapat dilihat dari nilai kritis pada Tabel Product Moment Pearson. Berdasarkan hasil uji validitas yang diujikan pada 7 orang pemuda anak dari petani di Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang diperoleh nilai kritis sebesar 0,754. Akhirnya, setelah dibandingkan dengan tabel terdapat pertanyaan penelitian valid yaitu sebanyak 11 pernyataan. Kemudian sisanya, yaitu 16 pertanyaan yang nilai kritisnya tidak terlalu jauh di bawah 0,754, sehingga pertanyaan tersebut

24 14 dimodifikasi tata bahasanya agar lebih mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir oleh responden. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Effendi S dan Tukiran 2014). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran dengan gejala yang sama relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Setiap hasil pengukuran sosial merupakan kombinasi antara hasil pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukurnya. Berdasarkan hasil uji analisis statistik terhadap seluruh instrumen yang diuji coba pada 7 orang pemuda anak dari petani diperoleh nilai reliabilitas 0,714 dengan yang seharusnya 0,754, sehingga dapat dikatakan bahwa intrumentasi pertanyaan tergolong reliabel (mendekati reliabilitas sempurna). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga terhadap minat pemuda desa di bidang pertanian dilaksanakan di Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa lokasi penelitian termasuk daerah yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan subur, serta terdapat pemuda desa yang merupakan anak petani sehingga dapat dilihat minatnya terhadap pekerjaan di bidang pertanian. Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang memiliki 19 kampung dengan potensi lahan pertanian yang cukup luas. Potensi luas lahan tersebut dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi di masyarakat. Jenis tanaman pertanian yang ada di Desa Mulangsari adalah padi sawah, palawija dan hortikultura. Jenis tanaman palawija yang dibudidayakan berupa singkong, jagung dan ubi jalar. Sedangkan jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan berupa kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, pare, lopang, terong dan timun. Sebanyak 1400 KK penduduk Desa Mulangsari berprofesi sebagai petani, mereka sudah menjadi petani sejak kecil. Kegiatan pertanian sudah merupakan kegiatan turun temurun yang telah dilaksanakan, namun seiring berjalannya waktu minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian semakin berkurang. Pada saat ini Kabupaten Karawang sebagian besar wilayahnya sudah menjadi kawasan industri, hal inilah yang menyebabkan para pemuda beralih profesi dari sektor pertanian ke non pertanian. Selain meningkatnya sektor non pertanian terutama di bidang industri, hal lain yang menyebabkan pemuda Desa Mulangsari enggan untuk tidak bekerja di sektor pertanian adalah pendapatan hasil pertanian yang tidak menetap dan pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang melelahkan. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih empat bulan, yang prosesnya terhitung pada bulan Maret sampai bulan Juni Kegiatan dalam penelitian ini meliputi: penyusunan proposal skripsi, uji kelayakan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis

25 15 data, penulisan draf skripsi, uji kelayakan sidang skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dengan cara observasi, kuesioner, dan wawancara mendalam. Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan desa dan masyarakat secara langsung serta untuk kebutuhan dokumentasi. Kuesioner diberikan kepada responden dan peneliti membantu responden dalam pengisian kuesioner tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian. Pengisian kuesioner oleh responden diikuti dengan wawancara mendalam dengan tujuan untuk memperkuat argumen dari data kuantitatif. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis seperti data monografi desa, data rumahtangga petani, data akses terhadap sumberdaya lahan, data terpilah antara pemuda laki-laki dan perempuan yang masuk angkatan kerja, serta data-data yang didapatkan dari penelitian kepustakaan mengenai minat pemuda di bidang pertanian yaitu melalui referensi buku-buku dan jurnal ilmiah yang berguna secara teoritis. Tabel 1 Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian Sumber Data Metode No. Kebutuhan Data Jenis Data Pengumpulan Primer Sekunder Data 1. Gambaran umum lokasi penelitian Kualitatif Observasi Data monografi desa Observasi dan studi dokumen 2. Gambaran umum kehidupan, budaya dan kondisi pertanian di desa Kualitatif Kepala desa, petani, masyarakat desa dan observasi Dinas pertanian, hasil penelitian akademis, arsip desa Wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi 3. Data rumahtangga petani Kualitatif - Data monografi desa Studi dokumen 4. Data kepemilikan lahan Kualitatif Kasi pemerintah desa dan petani Data monografi desa Wawancara mendalam dan studi dokumen 5. Kondisi sosialekonomi rumah Kuantitatif dan Kepala desa dan Data monografi Wawancara mendalam,

26 16 tangga petani Kualitatif masyarakat tani desa studi dokumen dan survei (kuesioner) 6. Kondisi ketenagakerjaan masyarakat Kualitatif Kasi pemerintahan desa Data monografi desa Wawancara mendalam dan studi dokumen 7. Data terpilih antara pemuda laki-laki dan perempuan Kualitatif - Data monografi desa Studi dokumen 8. Karakteristik pemuda 9. Minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian Kuantitatif Ketua pemuda dan pemuda Kuantitatif Ketua pemuda tani dan pemuda - Survei (kuesioner), wawancara mendalam - Survei (kuesioner), wawancara mendalam Teknik Penentuan Responden dan Informan Effendi dan Tukiran (2014) menyatakan bahwa responden adalah individu yang memberikan keterangan atau informasi mengenai dirinya sendiri. Informan adalah orang yang mampu memberikan keterangan mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain, atau lingkungannya sehingga keberadaannya sangat penting untuk memberikan keterangan yang dimilikinya. Informasi dan data penelitian ini diperoleh melalui responden dan informan. Subyek penelitian ini adalah responden dan informan. Populasi dari penelitian ini adalah rumah tangga petani, sedangkan unit analisis yang diambil oleh peneliti adalah individu. Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang memiliki populasi rumah tangga petani sebanyak 1400 rumah tangga petani, sehingga dari populasi rumah tangga petani tersebut di dapat 49 sampel dengan cara penghitungan metode nomogram harry king dengan mengambil tingkat kesalahan 11 persen. Jumlah sampel tersebut ditentukan dengan pertimbangan untuk menghindari kejenuhan data. Namun pada saat di lapangan, peneliti mengambil sempel sebanyak 54 responden. Responden dalam penelitian ini adalah pemuda desa (anak petani) dengan umur 16 sampai 30 tahun sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pemuda. Pemilihan responden dilakukan melalui metode pengambilan sampel acak (Simple Random Sampling) dengan pembuatan kerangka sampling penelitian pemuda desa dengan kategori usia 16 sampai 30

27 17 tahun, orang tua merupakan petani serta jenis kelaminnya. Pengambilan sampel secara acak ini dilakukan dengan menggunakan program komputer software (perangkat lunak) Microsoft Excel Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan rekomendasi dari warga dan jumlahnya tidak ditentukan. Penentuan informan dalam wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yakni mengetahui satu nama informan dan dari informan tersebut kemudian diketahui nama informan-informan yang lain. Penentuan informan dengan teknik bola salju (snowball) ini dimulai melalui kepada kepala desa dan responden yang dinaikan statusnya menjadi informan. Informan dalam penelitian ini merupakan aparat desa, tokoh masyarakat, petani, ketua pemuda dan pemuda. Informaninforman tersebut dianggap mengetahui kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani dan minat pemuda desa di bidang pertanian. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini memiliki dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang diperoleh secara kuantitatif melalui kuesioner diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 20. Pembuatan tabel frekuensi, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel Kemudian SPSS version 20 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji korelasi. Penggunaan program SPPS ini bertujuan untuk menganalis data agar lebih detail dan akurat. Sebelum data diolah dan dianalisis, tahap pertama yang dilakukan adalah mengecek kembali kelengkapan dan kekonsistenan jawaban yang diperoleh pada lembaran kuesioner, catatan harian dan rekaman audio. Setelah dilakukan pengecekan, tahap kedua yang dilakukan adalah mengkode data. Semua data kuantitatif yang diperoleh pada lembaran kuesioner dimasukkan ke dalam program Microsoft Excel 2010 secara lengkap dan diuraikan per variabel. Setiap variabel dihitung nilai rata-ratanya berdasarkan sebaran jawaban yang didapatkan dari seluruh responden untuk dikelompokkan ke dalam kategori jawaban. Setelah itu, semua data dikodekan dengan memberi simbol-simbol berupa angka sesuai kategori jawaban yang telah ditentukan atau dikelompokkan. Tahap berikutnya dilakukan pengolahan data dengan menghitung jumlah dan persentase jawaban responden dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar dua variabel atau lebih dan mempermudah dalam membaca serta memahami data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik non-parametrik yaitu untuk mengetahui nilai hubungan antara kepemilikan lahan, pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal, dan pendidikan terhadap minat pemuda di bidang pertanian. Hubungan analisis tersebut dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Sperman dengan nilai signifikansi < 0,1. Data tersebut kemudian diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah ada. Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan

28 18 secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan dan penyederhanaan data hasil wawancara mendalam, data catatan lapangan, observasi, dan studi dokumen yang direduksi dalam tulisan tematik. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa narasi dan kutipan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif, sehingga seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan dituliskan dalam bentuk skripsi. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Rumusan definisi operasional adalah sebagai berikut: Variabel X: Kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani Kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani adalah kedudukan atau posisi rumah tangga petani di dalam lingkungan masyarakat yang dapat dilihat dari kepemilikan lahan, pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal, dan pendidikan. Tabel 2 Definisi operasional kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani Indikator Definisi Kategori Jenis Data Kepemilikan lahan (X 1 ) Ordinal Lahan yang dimiliki atau digarap oleh petani. Kepemilikan lahan ini diukur berdasarkan: 1. Status kepemilikan yang dilihat dari perolehan lahan orangtua 2. Luas lahan pertanian 1. Status kepemilikan lahan: a. Lahan milik (skor 2) dilihat dari perolehan lahan seperti warisan, pembelian, dan hibah. b. Lahan bukan milik (skor 1) dilihat dari perolehan lahan seperti sewa, sakap/bagi hasil, gadai, numpang, dan lahan milik adat.

29 19 orangtua Kategori skor: Kepemilikan lahan tinggi : skor 4 Kepemilikan lahan sedang : skor 3 Kepemilikan lahan rendah : skor 2 Pendapatan Pendapatan adalah (X 2 ) total uang yang dinyatakan dengan satuan rupiah yang diterima orangtua dan pemuda, yang diperoleh dalam satu bulan berdasarkan sumber pendapatan dari hasil pertanian maupun nonpertanian. Pendapatan ini diukur berdasarkan: 1. Pendapatan dari pekerjaan utama orang tua pemuda 2. Pendapatan dari pekerjaan sampingan orang tua pemuda 3. Pendapatan pemuda 4. Kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan tersebut. 2. Luas lahan: a. Lahan luas >6250 m 2 (skor 3) b. Lahan sedang m 2 (skor 2) c. Lahan sempit <3250 m 2 (skor 1) 1. Pendapatan dari pekerjaan utama orangtua pemuda: a. Pendapatan tinggi >Rp (skor 3) b. Pendapatan sedang Rp Rp (skor 2) c. Pendapatan rendah <Rp (skor 1) 2. Pendapatan dari pekerjaan sampingan orangtua pemuda: a. Pendapatan tinggi >Rp (skor 4) b. Pendapatan sedang Rp Rp (skor 3) c. Pendapatan rendah <Rp (skor 2) d. Tidak berpendapatan (skor 1) 3. Pendapatan pemuda: a. Pendapatan tinggi >Rp (skor 4) b. Pendapatan sedang Rp Rp (skor 3) c. Pendapatan rendah <Rp (skor 2) d. Tidak berpendapatan (skor 1) 4. Kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan yang Ordinal

30 20 Kategori skor: Tingkat pendapatan tinggi : skor 11 Tingkat pendapatan sedang : skor 6-10 Tingkat Pendapatan rendah : skor 5 Statuskondisi rumah tempat tinggal (X 3 ) Status-kondisi kepemilikan bangunan tempat tinggal yang ditempati, yang diukur berdasarkan: 1. Status rumah tempat tinggal 2. Jenis dinding rumah tempat tinggal 3. Jenis lantai rumah tempat tinggal 4. MCK 5. Sumber penerangan rumah tempat tinggal diperoleh: a. Primer (makan, pakaian, tempat tinggal) (skor 1) b. Sekunder (fasilitas rumah dan pendidikan) (skor 2) c. Tersier (rekreasi, perhiasan dan motor) (skor 3) 1. Status rumah tempat tinggal: a. Milik pribadi (skor 3) b. Sewa (skor 2) c. Menumpang (skor 1) 2. Jenis dinding rumah tempat tinggal: a. Tembok (skor 3) b. Kayu/triplek (skor 2) c. Bilik (anyaman bambu) (skor 1) 3. Jenis lantai rumah tempat tinggal: a. Keramik (skor 5) b. Ubin (skor 4) c. Plesteran (skor 3) d. Bambu (rumah panggung) (skor 2) e. Tanah (skor 1) Ordinal 4. Penggunaan MCK: a. WC sendiri (skor 3) b. WC umum (skor 2) c. Sungai/kali (skor 1) 5. Sumber penerangan rumah tempat tinngal: a. PLN (skor 3) b. Genset/biogas/diesel (skor 2) c. Lampu teplok (skor 1) Kategori skor: Status-kondisi rumah tempat tinggal tinggi : skor 19 Status-kondisi rumah tempat tinggal sedang : skor 14-18

31 21 Status-kondisi rumah tempat tinggal rendah : skor 13 Pendidikan Jenjang pendidikan (X 4 ) formal terakhir yang diperoleh responden. Pendidikan ini diukur berdasarkan: 1. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh responden. 2. Sumber biaya pendidikan 1. Jenjang pendidikan: a. SD/sederajat b. SMP/sederajat c. SMA/sederajat d. Perguruan tinggi untuk jawaban: a (skor 1), b (skor 2), dan c/d (skor 3) 2. Sumber biaya pendidikan: a. Pribadi (skor 3) b. Bantuan program pemerintah (skor 2) c. Pinjaman (skor 1) Ordinal Kategori skor: Tingkat pendidikan tinggi : skor 7 Tingkat pendidikan sedang : skor 6 Tingkat pendidikan rendah : skor 5 Variabel Y: Minat pemuda desa di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian adalah keinginan yang ada atau tidaknya dalam diri pemuda untuk bekerja di bidang pertanian. Tabel 3 Definisi operasional minat pemuda desa di bidang pertanian Indikator Definisi Kategori Minat pemuda desa di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian adalah keinginan yang ada atau tidaknya dalam diri pemuda untuk bekerja di bidang pertanian, yang diukur berdasarkan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek, komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek, serta komponen yang berhubungan dengan kebutuhan. Terdapat 12 pertanyaan, yang diukur dengan menggunakan Skala Likert: a. Sangat setuju (skor 4) b. Setuju (skor 3) c. Tidak setuju (skor 2) d. Sangat tidak setuju (skor 1) Jenis Data Ordinal

32 Kategori skor: Minat pemuda desa di bidang pertanian tinggi : skor 40 Minat pemuda desa di bidang pertanian sedang : skor Minat pemuda desa di bidang pertanian rendah : skor 32 22

33 23 PROFIL DAN KARAKTER SOSIAL EKONOMI DESA MULANGSARI Kondisi Geografis Desa Mulangsari merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Jawa Barat. Desa Mulangsari memiliki jarak 7 km dari kantor Kecamatan Pangkalan atau sekitar 15 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Biaya yang harus dikelurkan dari jalan raya utama menuju ke Desa Mulangsari sebesar Rp dengan menggunakan ojek dan Rp dengan menggunakan minibus. Jarak dari Desa Mulangsari ke Ibu Kota Kabupaten Karawang berjarak 32 km atau sekitar 1 jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju Desa Mulangsari berupa jalan aspal yang sebagian jalannya sudah rusak akibat dilaluinya berbagai macam mobil truk untuk mengangkut batu kapur dan pasir. Curah hujan di Desa Mulangsari yaitu mm/tahun dan memiliki suhu rata-rata harian C dengan ketinggian wilayah 37,9 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara administratif, Desa Mulangsari memiliki batas wilayah yang disajikan dalam Tabel 4: Tabel 4 Batas wilayah Desa Mulangsari Batas Desa/Kelurahan Kecamatan Sebelah utara Kali Cibeet, Kab.Bekasi Bojongmangu Sebelah selatan Desa Kertasari Pangkalan Sebeah timur Desa Ciptasari Pangkalan Sebelah barat Kali Cibeet, Kab.Bogor Cariu Sumber: Profil Desa Mulangsari tahun 2017 Tabel 5 Luas dan persentase wilayah berdasarkan penggunaan lahan (dalam Ha) Penggunaan Wilayah Luas (Ha) Persentase (%) Pemukiman 180,00 16,15 Persawahan 423,00 37,96 Perkebunan 424,00 38,04 Kuburan 2,36 0,21 Pekarangan 85,00 7,63 Taman 0,00 0,00 Perkantoran 0,08 0,01 Prasarana umum lainnya 0,00 0,00 Total 1.114,44 100,00 Sumber: Profil Desa Mulangsari tahun 2017 Berdasarkan Tabel 5 penggunaan wilayah di Desa Mulangsari terbagi menjadi pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan dan perkantoran. Luas Desa Mulangsari adalah 1.114,44 Ha yang terdiri dari 4 kedusunan, 10 RW dan 16 RT. Empat kedusunan tersebut terdiri dari 19

34 24 kampung. Masing-masing kedusunan memiliki karakteristik dan potensi alam yang berbeda. Dusun I dan II merupakan dusun yang memiliki potensi pertanian dan berbagai jenis macam pekerjaan, seperti petani, buruh tani, PNS, buruh pabrik, dan pedagang. Dusun III dan IV merupakan dusun yang memiliki potensi pertanian yang unggul dengan sebagian besar penduduk dusunnya hanya bekerja sebagai petani dan buruh tani. Desa Mulangsari merupakan wilayah dataran tinggi pegunungan dan berbukit-bukit dengan keadaan tanah berwarna abu-abu dan tekstur tanah berupa lampungan serta dilalui aliran sungai dari berbagai pegunungan, sehingga cocok untuk wilayah pertanian. Desa Mulangsari memiliki potensi pertanian berupa persawahan dan perkebunan. Persawahan di Desa Mulangsari merupakan padi tadah hujan (padi sawah). Kondisi Demografis dan Sosial Ekonomi Kondisi penduduk di Desa Mulangsari memiliki kepadatan penduduk yaitu jiwa/km. Jumlah penduduk Desa Mulangsari pada saat ini tercatat sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 1400 KK yang terdiri dari kepala keluarga laki-laki dan 236 kepala kelurga perempuan. Kewarganegaraan Desa Mulangsari Warga Negara Indonesia (WNI) dengan keseluruhan warganya beragama Islam. Etnis yang mendominasi adalah etnis Sunda dengan jumlah orang dan etnis Betawi 35 orang. Data mengenai kondisi kesejahteraan keluarga ditunjukkan dalam Gambar 2: Prasejahtera Sejahtera 1 Sejahtera 2 Sejahtera 3 Sejahtera 3 Plus jumlah keluarga Sumber: Profil Desa Mulangsari tahun 2017 Gambar 2 Kesejahteraan keluarga di Desa Mulangsari Gambar 2 menunjukkan bahwa sebanyak 461 kelurga berada pada kondisi prasejahtera dan hanya 192 keluarga berada pada kondisi sejahtera 3 plus. Hal tersebut disebabkan Desa Mulangsari merupakan Desa pertanian yang hampir seluruh jumlah kepala rumahtangganya bekerja sebagai petani. Petani di Desa Mulangsari rata-rata memiliki lahan kurang dari 1 hektar. Hal ini didukung oleh pendapat Wiradi (2009) bahwa tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem), sehingga kesejahteraan keluarga di Desa Mulangsari dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh melalui kepemilikan lahan pertanian. Mata pencaharian penduduk di Desa Mulangsari sangat

35 25 beranekaragam. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat dalam Tabel 6: Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Mulangsari berdasarkan jenis pekerjaan tahun 2017 Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Petani ,06 Buruh tani ,74 Pegawai Negeri Sipil 22 1,33 Pedagang keliling 100 6,06 Montir 4 0,24 Dokter swasta 1 0,06 Bidan swasta 1 0,06 Perawat 1 0,06 Pembantu rumah tangga 20 1,21 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 2 0,12 Pengusaha kecil dan menengah 50 3,03 Karyawan perusahaan swasta 50 3,03 Total ,00 Sumber: Profil Desa Mulangsari tahun 2017 Berdasarkan Tabel 6 bahwa mayoritas penduduk Desa Mulangsari yang berprofesi sebagai petani sebesar 49,06% dan buruh tani sebesar 35,74%. Hal tersebut disebabkan Desa Mulangsari merupakan desa yang memiliki potensi pertanian berupa persawahan dan perkebunan. Berdasarkan data Desa Mulangsari yang terdapat pada Tabel 5 sebesar 37,96% lahan digunakan untuk persawahan dan 38,05% lahan digunakan untuk perkebunan. Sehingga dengan adanya potensi pertanian yang mendukung di wilayah desa, menyebabkan jenis pekerjaan yang mendominasi penduduk di Desa Mulangsari berupa petani dan buruh tani. Selain di pertanian, penduduk juga bekerja sebagai pedagang keliling di Desa Mulangsari dan di Desa lainnya sebesar 6,06%. Jenis pekerjaan penduduk juga dapat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan. Kehidupan dan Budaya Masyarakat Desa Mulangsari Aktivitas masyarakat Desa Mulangsari sudah dimulai pada pukul pagi, yaitu ditandai dengan adanya para bapak, ibu dan remaja yang berbondongbondong untuk sholat subuh berjama ah di masjid. Kegiatan yang dilakukan seusai sholat subuh berjamaah adalah pengajian di masjid hingga pukul 05.00, kegiatan ini sudah berjalan sejak dulu dari jaman nenek moyang. Masyarakat Desa Mulangsari melakukan kegiatan ini setiap hari agar tidak memudarnya nilai budaya islami di desa, namun ada juga warga yang tidak mengikuti kegiatan ini. Seusai pengajian di masjid, para bapak, ibu dan remaja bergegas pulang untuk melakukan aktivitas lainnya. Pada pukul kondisi di Desa Mulangsari sudah mulai ramai yang ditandai dengan berangkatnya para pemuda untuk bekerja di kota Karawang yang menempuh jarak 32 km atau 1 jam perjalanan menuju kota. Selain itu, terdapat ibu-ibu yang lalu lalang mencari sarapan untuk anak-anaknya yang akan sekolah. Pada pukul banyak pelajar SD yang berjalan kaki

36 menuju sekolahnya. Perjalanan siswa-siswi ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk berjalan ke sekolahnya disebabkan jarak yang cukup jauh. Pada pukul banyak pelajar SMP dan SMA yang berjalan kaki ke pangkalan ojek untuk menunggu mobil elep sebagai kendaraan mereka setiap hari menuju sekolah. Selain itu, terdapat ibu-ibu yang memetik berbagai jenis bahan sayuran di pekarangan belakang rumah dan ada juga yang membeli bahan pada pedagan sayur keliling di desa, hal tersebut untuk mempersiapkan makan para suami yang akan bekerja sebagai petani maupun buruh tani di sawah. Pada pukul 07.00, para petani maupun buruh tani mulai bergegas menuju sawahnya masing-masing. Petani dan buruh tani menuju sawah dengan berjalan kaki, baik itu untuk jarak yang jauh maupun dekat. Ketika waktu menunjukkan pukul kondisi desa sudah mulai sepi karena warga mulai sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Namun pada pukul pagi para ibu yang tidak melakukan pekerjaan di sawah melakukan kegiatan pengajian rutin di masjid. Kegiatan yang dilakukan di sawah antara petani laki-laki dan perempuan berbeda. Pada saat waktu tanam padi untuk petani laki-laki biasanya melakukan kegiatan mengolah lahan dan untuk petani perempuan biasanya merawat dan mempersiapkan semaian padi untuk ditanam. Sedangkan kegiatan untuk mempersiapkan menanam singkong, jagung, ubi jalar dan tanaman hortikultura di dominasi oleh petani laki-laki, petani perempuan hanya melakukan kegiatan menanam benih. Pada saat waktu panen kegiatan pertanian dilakukan oleh petani laki-laki dan perempuan. Petani dan buruh tani kembali ke rumahnya pada pukul siang untuk beristirahat, sholat dan makan. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul para petani dan buruh tani tersebut kembali ke sawah untuk melakukan pekerjaan yang tertunda dan kegiatan di sawah ini akan berakhir pada pukul Pada saat waktu sudah menunjukkan sore hari, suasana di Desa Mulangsari sudah ramai kembali ditandai dengan adanya para pemuda yang pulang bekerja dari kota Karawang, adanya para pemuda yang melakukan aktivitas olahraga bermain volly di lapangan dusun masing-masing, adanya anakanak yang berumur 4-10 tahun untuk melakukan aktivitas mengaji di mesjid hingga setelah magrib, dan ada juga para pemuda serta bapak-bapak yang berkumpul di posko maupun saung-saung di desa untuk mengobrol agar suasana di desa lebih hangat. Ketika adzan magrib tiba, warga kembali untuk sholat berjama ah di masjid, namun sholat berjama ah pada saat magrib hanya dilakukan oleh kaum bapak dan pemuda saja, berbeda pada saat waktu shubuh kaum wanita ikut serta dalam melakukan sholat berjama ah. Pada saat waktu sudah menunjukkan pukul biasanya para pemuda desa berkumpul di basecamp dusun masing-masing untuk mengobrol, bergitar, dan menjaga keamanan dusun. Waktu berakhirnya berkumpul ini ditentukan oleh keinginan pemuda untuk berkumpul, hal ini juga bertujuan untuk menjaga kebersamaan dan ke kompakan pemuda desa. Budaya yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Desa Mulangsari untuk mempererat silaturahmi masyarakat desa adalah budaya sedekah bumi. Sedekah bumi biasanya dilakukan pada saat setelah panen atau menjelang tanam dan setiap setahun sekali. Selain sedekah bumi, biasanya masyarakat Desa Mulangsari pada saat panen melakukan kegiatan antar-antar hasil panen oleh para tetangga. Menurut masyarakat Desa Mulangsari, sedekah bumi bertujuan untuk: 1. 26

37 27 Menghargai bumi atas sumberdaya alam yang tersedia, 2. Masyarakat memiliki kepercayaan agar hasil panen tahun berikutnya bertambah dan tidak terjadi gagal panen, 3. Memperbaiki keeratan antar masyarakat dengan cara berkumpul. Bahan yang disiapkan pada saat sedekah bumi adalah sesajen dan kerbau. Sesajen biasanya diletakkan dipinggir kali yang membatasi Desa Mulangsari, dan kepala kerbau dikubur dipinggir kali, sedangkan daging kerbaunya dibagikan kepada masyarakat Desa Mulangsari. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...budaya masyarakat desa sini kalau sudah panen atau menjelang tanam biasanya sedakah bumi, pakai kepala kerbau dikubur dipinggir kali dan untuk dana sedekah bumi pakai uangnya bapak kepala desa, kami tidak pernah mengeluarkan uang sedikitpun neng... (H.I 55 tahun, ketua RW). Seusai melakukan kegiatan sedekah bumi sebagai simbol budaya dari nenek moyang, Desa Mulangsari pada saat malam harinya selama 2 hari mengadakan acara yang di dukung dengan adanya panggung. Acara di hari ke-1 biasayanya diisi dengan ceramah dari ustad kondang, dan di hari ke-2 di isi dengan komedi dari wayang golek. Selain budaya sedekah bumi, budaya lainnya adalah munggahan ketika menjelang sehari sebelum berpuasa ramadhan. Acara ini dilakukan di lapangan desa setelah asar, biasanya diisi dengan kegiatan ceramah oleh ustad kondang serta makan bersama warga dengan lauk nasi liwet. Kondisi Pertanian Desa Mulangsari Desa Mulangsari merupakan salah satu desa yang memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas. Berdasarkan Tabel 5, luas wilayah menurut penggunaan lahan di Desa Mulangsari sebanyak 847 hektar dari 1.114,44 hektar digunakan untuk persawahan dan perkebunan. Mayoritas penduduk Desa Mulangsari berprofesi sebagai petani dan buruh tani dengan total rumah tangga petani sejumlah 1400 keluarga. Penghasilan yang didapatkan buruh tani yaitu Rp untuk laki-laki dan Rp untuk perempuan dengan waktu kerja selama 5 jam atau mulai kerja dari pukul siang. Jenis tanaman pertanian yang ada di Desa Mulangsari adalah padi sawah, palawija dan hortikultura. Jenis tanaman palawija yang dibudidayakan berupa singkong, jagung dan ubi jalar. Sedangkan jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan berupa kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, pare, lopang, terong dan timun. Hasil tanaman pertanian seperti padi sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh masyarakat. Namun, hal ini tergantung pada kepemilikan lahannya, untuk rumah tangga petani yang memiliki lahan luas sebagian besar hasil panennya dijual sedangkan untuk rumah tangga petani yang memiliki lahan sempit sebagian besar hasilnya dikonsumsi sendiri. Hasil panen padi di Desa Mulangsari untuk luas lahan 1 hektar biasanya mencapai 5-6 ton. Data mengenai kepemilikan lahan pertanian rumah tangga petani di Desa Mulangsari ditunjukkan dalam Gambar 3:

38 Tidak memiliki lahan Memiliki kurang 1 ha Memiliki 1-5 ha Memiliki 5-10 ha Jumlah (keluarga) Memiliki lebih dari 10 ha Sumber: Profil Desa Mulangsari tahun 2017 Gambar 3 Kepemilikan lahan pertanian di Desa Mulangsari Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 1400 keluarga rumah tangga petani yang memiliki lahan pertanian kurang dari 1 hektar sebanyak 800 keluarga dan hanya 5 keluarga yang memiliki lahan lebih dari 10 hektar. Kepemilikan lahan di Desa Mulangsari sedikit timpang karena sebanyak 175 keluarga petani tidak memiliki lahan dan banyak pula keluarga petani yang memiliki lahan kurang dari 1 hektar. Hal tersebut menyebabkan petani yang tidak memiliki lahan bekerja sebagai buruh tani di lahan petani yang memiliki lahan luas. Selain itu, petani yang memiliki lahan kurang dari 1 hektar juga bekerja sebagai buruh tani untuk menambah biaya hidup keluarga sehari-hari. Jadwal tanam padi di Desa Mulangsari dalam satu tahun terjadi 2x tanam terhitung dari awal tanam hingga panen. Bulan tanam padi biasanya dilakukan pada bulan Januari-April dan September-Desember, sedangkan untuk bulan Mei- Agustus biasanya ditanam jenis tanaman hortikultura. Teknik penanaman yang biasa dipraktikkan di lapang oleh petani Desa Mulangsari adalah teknik monokultur (satu jenis tanaman) dan tumpangsari yaitu menanam beberapa jenis tanaman dalam satu petak atau bedengan pada waktu yang bersamaan. Pada tahun ini yaitu tahun 2017 petani Desa Mulangsari mengalami gagal panen pada komoditas padi sawah yang terjadi pada awal tanam bulan Januari-April. Gagal panen ini disebakan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang berupa tikus, penggerek batang dan blas. Gagal panen inilah yang menyebabkan petani mengalami kerugian besar pada awal tanam di tahun Hasil tanaman pertanian palawija dan hortikultura sebagian besar hasilnya dijual, dan hanya sebagian kecil dikonsumsi sendiri serta dibagikan ke tetangga rumah untuk mempererat silaturahmi. Penjualan hasil pertanian padi, palawija dan hortikultura dijual ke tengkulak yang ada di Desa Mulangsari, lalu dari tengkulak di jual ke pasar Cibinong. Penentuan harga untuk petani ditentukan oleh tengkulak, harga yang biasanya ditetapkan oleh tengkulak untuk gabah basah Rp 3 000/kg dan untuk gabah kering Rp 4 000/kg. Desa Mulangsari dalam hal kebutuhan sarana dan prasarana pertanian dalam 1 tahun mendapat 2 kali bantuan dari pemerintah daerah berupa bibit padi, bibit jagung dan pupuk. Selain itu pada tahun 2016 Desa

39 Mulangsari mendapat bantuan dari pemerintah berupa alat bantu giling gabah. Kelompok tani yang ada di Desa Mulangsari ada 8 kelompok tani, dari jumlah kelompok tani tersebut terbagi atas 3 kelompok tani yang kurang aktif dan 5 kelompok tani yang sudah tidak aktif. Namun kekompakan masyarakat Desa Mulangsari dalam hal pertanian sangat berkontribusi aktif walaupun kelompok taninya kurang aktif atau sudah tidak aktif. 29

40 30

41 31 KARAKTERISTIK PEMUDA DESA MULANGSARI Umur Pemuda Responden dalam penenelitian ini adalah pemuda yang berumur 16 sampai 30 tahun sesuai dengan Undang-undang RI No. 40 Tahun 2009 tentang pemuda. Pemuda yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan anak dari petani, baik yang sudah bekerja ataupun belum bekerja. Data mengenai pemuda berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 7: Tabel 7 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan umur Umur Jumlah (orang) Persentase (%) , , ,11 Total ,00 Tabel 7 menjelaskan bahwa kelompok umur dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelompok dengan menggunakan rumus nilai maksimum dikurangi nilai minimum dan dibagi tiga untuk memperoleh range. Berdasarkan penghitungan tersebut didapatkan klasifikasi umur 16 20, 21 25, dan tahun. Mayoritas responden dalam penelitian ini merupakan pemuda yang berumur 16 sampai 20 tahun yaitu sebesar 64,81% dari total responden. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan sampel acak (Simple Random Sampling) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 proporsi terbanyak yang didapat berada pada kisaran umur tahun. Pada umur 16 sampai 18 tahun, pemuda rata-rata sedang menempuh sekolah menengah atas. Bagi pemuda yang tidak melanjutkan ke SMA/sederajat biasanya sedang dalam mencari kerja atau langsung bekerja sebagai buruh tani maupun buruh pabrik. Persentase pemuda yang berumur 21 sampai 25 tahun sebanyak 24,07%. Proporsi pemuda pada umur ini lebih sedikit dibandingkan dengan umur tahun. Pemuda pada umur tahun biasanya sudah memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik atau memiliki usaha. Selanjutnya, persentase terendah yaitu 11,11% oleh pemuda dengan umur 26 sampai 30 tahun. Pemuda pada umur tahun biasanya sudah memiliki pekerjaan tetap dan mulai berkeluarga. Pada umur tersebut pemuda Desa Mulangsari relatif lebih matang pemikirannya dan sudah sangat lumrah untuk membina keluarga. Pekerjaan Pemuda Pekerjaan responden dalam penelitian ini terdiri dari berbagai macam profesi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana minat pemuda untuk bekerja di bidang pertanian dengan ragam profesi pemuda yang sudah memiliki maupun belum memiliki profesi. Ragam pekerjaan pemuda di Desa Mulangsari meliputi petani, buruh pabrik, pedagang dan tukang bengkel. Selain itu juga

42 32 terdapat pelajar dan pengangguran yang belum bekerja dan tidak bekerja. Data mengenai pemuda berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam Gambar 4: 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 35,2 3,7 24,1 Pelajar Petani Buruh pabrik 5,6 5,6 25,9 Pedagang Bengkel Tidak bekerja Persentase (%) Gambar 4 Pekerjaan pemuda di Desa Mulangsari Gambar 4 menunjukkan bahwa pemuda di Desa Mulangsari sebagian besar merupakan pelajar di sekolah menengah atas ataupun kejuruan yaitu sebesar 35,2%. Status pelajar menunjukkan bahwa pemuda belum bekerja dan masih bergantung kepada kedua orang tua. Pelajar di Desa Mulangsari mayoritas bersekolah di sekolah menengah kejuruan (SMK). Pertimbangan pemuda lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan sekolah menengah atas (SMA) karena berharap setelah lulus nanti langsung bekerja sesuai dengan kejuruannya di SMK. Selain itu terdapat pemuda yang menjadi mahasiswa di universitas swasta yang ada di kota Karawang sebesar 5,6% dari total persentase pemuda 35,2%. Gambar 4 juga menunjukkan sebesar 25,9% dari total responden pemuda Desa Mulangsari berstatus menganggur. Status menganggur ini bahwa pemuda sedang dalam proses mencari pekerjaan. Selain itu, waktu luang pemuda yang menganggur digunakan untuk bekerja panggilan di desa dan membantu pekerjaan orang tua seperti bertani dan berdagang. Perbandingan pemuda yang menganggur dan pemuda yang bekerja sebagai buruh pabrik pada Gambar 4 tidak jauh berbeda. Gambar 4 menunjukkan bahwa pemuda yang bekerja sebagai buruh pabrik sebesar 24,1%. Hal ini karena Kabupaten karawang pada saat ini sebagian besar wilayahnya sudah menjadi kawasan industri, sehingga pemuda lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik di kota bandingkan harus bekerja di wilayah desa. Selain itu, bekerja di pabrik memiliki pendapatan yang menetap dan upah yang dihasilkan lebih mencukupi biaya hidup pemuda dan keluarga. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:... Sekarang pemuda desa sini lebih banyak kerja di pabrik, karena pendapatan di pabrik menetap dan lebih mencukupi. Dan juga kota Karawang sekarang ini banyak industri baru yang membutuhkan

43 33 karyawan lulusan SMK, jadi lebih memudahkan pemuda untuk melamar ke pabrik... (CR 32 tahun, ketua pemuda). Selain itu pada Gambar 4 menunjukkan bahwa persentase terkecil status pekerjaan pemuda adalah petani yaitu sebesar 3,7%. Hal ini karena tingkat pendidikan pemuda yang rendah yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar, sehingga pemuda tidak memiliki ijazah yang sesuai dengan persyaratan. Selain itu pemuda yang bekerja sebagai petani sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang didapat dari warisan orang tua. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemuda yang bekerja sebagai petani bertujuan untuk membantu orang tua di sawah karena usia orang tua yang sudah tua yaitu 60 tahun. Hal ini didukung oleh penelitiannya Nugraha dan Herawati (2015) mengenai realitas orang muda di sektor pertanian, bahwa ada 3 bentuk keterlibatan orang muda di sawah yaitu: 1) sebatas membantu orang tua mereka di sawah, 2) secara mandiri mengelola sawah sebagai petani pemilik, dan 3) bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, dapat diperkuat oleh fakta-fakta dari pernyataan sebagai berikut:...saya kerja sebagai petani karena sudah punya lahan sendiri dari warisan orang tua, sayang kalau tidak digunakan. Dan juga mau kerja di pabrik tapi tidak punya ijazah yang sesuai dengan syarat karena hanya lulusan SD... (AN 28 tahun, pemuda)....dari pada saya menganggur, saya kerja sebagai petani untuk bantu orang tua di sawah, karena orang tua saya sudah berumur 60 tahunan, kasihan kalau harus kerja keras. Dari hasil tani inilah saya memiliki pendapatan untuk biaya hidup... (JS 24 tahun, pemuda). Status Perkawinan Status perkawinan responden dalam penelitian ini terdiri atas status belum menikah, menikah, dan duda/janda. Data mengenai pemuda berdasarkan status perkawinan dapat dilihat dalam Tabel 8: Tabel 8 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status perkawinan Status perkawinan Jumlah (orang) Persentase (%) Belum menikah 48 88,89 Menikah 4 7,41 Duda/Janda 2 3,70 Total ,00 Berdasarkan Tabel 8 bahwa pemuda Desa Mulangsari sebagian besar berstatus belum menikah yaitu sebesar 88,89% dari total responden. Adapun kriteria pemuda yang belum menikah adalah pemuda yang berstatus pelajar, menganggur, dan belum memiliki pekerjaan menetap. Selain itu masih ada pemuda yang belum matang pemikirannya dan belum siap untuk menikah. Pemuda desa juga masih senang dengan status singlenya sehingga masih dapat bermain santai bersama teman-temannya. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terkecil status pemuda adalah duda/janda yaitu sebesar 3,7%. Hal ini karena terjadinya perceraian pada

44 34 rumah tangga pemuda. Responden yang berstatus duda/janda pada penelitian ini adalah pemuda yang masih berumur 18 tahun dan menikah karena dijodohkan oleh orang tua, sehingga pemikiran pemuda pada saat umur 18 tahun masih belum siap untuk membina keluarga. Status Kependudukan Status kependudukan responden terdiri atas penduduk asli dan penduduk pendatang. Kategori ini untuk mempermudah peneliti dalam mengetahui latar belakang responden dari lama dia tinggal di Desa Mulangsari. Data mengenai pemuda berdasarkan status kependudukan dapat dilihat dalam Tabel 9: Tabel 9 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status kependudukan Status kependudukan Jumlah (orang) Persentase (%) Penduduk Asli 53 98,15 Penduduk Pendatang 1 1,85 Total ,00 Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 98,15% pemuda Desa Mulangsari merupakan penduduk asli. Kategori penduduk asli ini dilihat dari lamanya pemuda tinggal di desa yang dihitung sejak kelahiran. Penduduk asli biasanya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan desa seperti perkumpulan pemuda desa, remaja masjid, pekan olah raga pemuda desa, kegiatan adat desa dan kegiatan hari kemerdekaan. Selain itu Tabel 7 menunjukkan bahwa penduduk pendatang sebesar 1,85% dari total responden. Penduduk pendatang ini berasal dari daerah Subang. Hal ini terjadi karena orang tua pemuda memiliki sawah di Desa Mulangsari yang didapat dari hasil warisan, sehingga berpindah tempat tinggal dari Subang ke Karawang. Adapun tujuan orang tua pemuda untuk berpindah tempat tinggal adalah agar dapat memanfaatkan sawahnya secara pribadi. Penduduk pendatang biasanya kurang aktif dalam kegiatan-kegiatan desa. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya bergaul dengan penduduk asli, cenderung diam dirumah dan hanya keluar untuk kepentingannya sendiri, serta kurangnya jiwa sosial yang tinggi untuk bisa bergaul dengan pemuda desa asli.

45 35 KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI Kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani diukur untuk mengetahui minat pemuda desa di bidang pertanian. Rumah tangga petani dalam penelitian ini adalah orang tua pemuda. Kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani adalah kedudukan atau posisi rumah tangga petani di dalam lingkungan masyarakat, yang dalam penelitian ini dilihat melalui indikator pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal dan pendidikan (Basrowi dan Juariyah 2010). Namun kondisisosial ekonomi petani tidak hanya dapat dilihat berdasarkan indikator di atas, salah satu indikator yang berperan dalam meningkatkan kondisi-sosial ekonomi petani adalah kepemilikan lahan. Hal ini didukung oleh pendapat Wiradi (2009) bahwa tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Kepemilikan Lahan Kepemilikan lahan merupakan lahan pertanian yang dimiliki atau digarap oleh petani. Kepemilikan lahan dalam penelitian ini dilihat dari lahan orang tua pemuda yang diukur berdasarkan status kepemilikan lahan dan luas lahan. Status kepemilikan lahan ini dilihat dari lahan milik dan lahan bukan milik. Lahan milik dapat dilihat dari perolehan lahan berupa warisan, pembelian dan hibah. Sedangkan lahan bukan milik dapat dilihat dari perolehan lahan berupa sewa, sakap/bagi hasil, gadai, numpang dan lahan milik adat (Winarso 2012). Selain itu luas lahan dapat berupa lahan luas >0,625 ha, lahan sedang 0,625 0,325 ha, dan lahan sempit <0,325 ha. Nilai luas lahan tersebut didapatkan oleh peneliti dari hasil observasi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi. Data mengenai pemuda berdasarkan status kepemilikan lahan orang tua dapat dilihat dalam Tabel 10: Tabel 10 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status kepemilikan lahan orang tua Status kepemilikan lahan Jumlah (orang) Persentase (%) Warisan 15 27,77 Lahan Milik Pembelian 22 40,74 Hibah 0 0,00 Sewa 4 7,41 Sakap/bagi hasil 9 16,67 Lahan Bukan Milik Gadai 4 7,41 Numpang 0 0,00 Lahan milik adat 0 0,00 Total ,00 Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa sebesar 40,74% status kepemilikan lahan orang tua pemuda merupakan lahan milik yang didapatkan dari hasil pembelian. Artinya, sebagian besar petani di Desa Mulangsari merupakan

46 36 petani yang menggarap lahan milik sendiri. Petani yang menggarap lahan milik sendiri dari hasil pembelian biasanya membeli lahan dari petani lain yang berbeda kedusunan atau kampung. Pembelian lahan pertanian ini biasanya dibayar dengan cara dicicil atau kontan tergantung persetujuan kedua belah pihak. Adapun beberapa alasan petani menjual lahan pertanian yaitu: 1) memerlukan biaya untuk membangun rumah tempat tinggal agar lebih layak huni, 2) memerlukan biaya untuk sekolah anak yang akan melanjutkan sekolah menengah atas (SMA) ataupun sekolah menengah kejuruan (SMK), 3) memerlukan biaya untuk menikahkan anak perempuan maupun laki-laki, dan 4) petani lanjut usia yang berumur 65 tahun yang menjual lahan pertanian untuk pembagian harta warisan. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...biasanya petani di desa ini yang menjual lahannya untuk hal-hal yang memerlukan biaya besar seperi bangun rumah, melanjutkan sekolah anak ke SMA, menikahkan anak dan untuk pembagian harta warisan... (H.SM 60 tahun, Kepala Desa Mulangsari). Selain itu, sebesar 27,77% status kepemilikan lahan orang tua pemuda didapatkan dari hasil warisan. Pembagian warisan lahan pertanian ini didapatkan dari orang tua petani yang sudah meninggal ataupun masih hidup dan sudah lanjut usia. Bagi petani laki-laki yang sudah menikah, selain mendapatkan warisan lahan dari orang tua juga mendapatkan warisan lahan dari mertuanya. Sedangkan bagi wanita yang sudah menikah dan tidak bertani, lahan yang didapat dari orang tuanya diserahkan atau diurus langsung oleh suaminya. Namun bagi wanita yang bertani lahan yang diwariskan digarap oleh dirinya dan suaminya. Adapun pemuda yang berumur 16 sampai 30 tahun yang sudah memiliki lahan pertanian didapatkan dari warisan. Pemuda yang memiliki lahan dan sudah bekerja di pabrik cenderung tidak turun langsung ke lahan, tetapi menyewakannya ke petani atau di garap oleh petani lain secara bagi hasil. Kategori pemuda di atas biasanya memiliki tingkat pendidikan SMA ataupun SMK, sedangkan bagi pemuda yang hanya lulusan SD dan pengangguran cenderung turun langsung ke lahan. Adapun dari 54 pemuda terdapat 9 pemuda yang menyatakan bahwa status kepemilikan lahan yang digarap orang tua mereka merupakan lahan bukan milik yaitu sebesar 16,67%. Lahan bukan milik ini adalah lahan sakap/bagi hasil. Artinya, bahwa orang tua pemuda tersebut merupakan buruh tani yang bekerja di lahan orang lain. Buruh tani biasanya tidak selalu menetap bekerja di lahan satu orang petani akan tetapi sering berganti-ganti sesuai dengan permintaan dari petani yang menyuruhnya bekerja. Selain itu, masing-masing sebesar 7,41% lahan bukan milik orang tua pemuda didapatkan dari sewa dan gadai. Data mengenai pemuda berdasarkan luas lahan orang tua dapat dilihat dalam Tabel 11: Tabel 11 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan luas lahan orang tua Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) < 0, ,67 0,325-0, ,52 > 0, ,81 Total ,00

47 37 Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa orang tua pemuda yang memiliki luas lahan kurang dari 0,325 ha yaitu sebesar 66,67%. Lahan yang dimiliki petani saat ini semakin berkurang akibat adanya sistem waris dengan membagi rata tanah orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini juga dikarenakan petani yang memiliki lahan luas menjual sebagian lahannya sehingga beralih status dari petani berlahan luas menjadi petani berlahan sempit. Selain itu petani yang tidak memiliki lahan, lalu membeli lahan yang berukuran sempit dengan tujuan ingin memiliki lahan sendiri. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...di Desa Mulangsari petani yang memiliki lahan sempit biasanya didapat dari warisan dan petani yang tadinya memiliki lahan luas karena sebagian lahannya dijual akhirnya menjadi petani lahan sempit... (NR 37 tahun, kepala dusun)....yang memiliki lahan sempit bisa juga didapat dari hasil membeli, biasanya yang membeli itu petani yang tidak memiliki lahan dan itu juga membelinya di cicil... (SPD 42 tahun, kasi pemerintahan). Selain itu petani yang memiliki lahan sempit selain bekerja di lahannya sendiri, juga bekerja di lahan petani lain yang memiliki lahan lebih luas. Persentase terendah luas lahan orang tua pemuda yaitu sebesar 14,81% dengan luas lahan lebih dari 0,625 ha. Petani yang memiliki lahan luas di Desa Mulangsari ini biasanya dari petani dengan status ekonomi atas. Selain itu, lahan luas ini diperoleh dari hasil warisan orang tua petani serta membeli lahan dari masyarakat yang berbeda dusun ataupun kampung. Petani yang berlahan luas cenderung memperkerjakan petani lain yang berlahan sempit dengan sistem bagi hasil. Pembagian upah bagi hasil ini biasanya 70% pemilik lahan dan 30% penggarap. Selain itu untuk kebutuhan sarana dan prasarana lahan ditanggung oleh penggarap seperti bibit, pupuk dan lainnya. Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total uang yang dinyatakan dengan satuan rupiah yang diterima orang tua pemuda dan pemuda, yang diperoleh dalam satu bulan berdasarkan sumber pendapatan yaitu dari hasil pertanian maupun non pertanian. Pendapatan dalam penelitian ini diukur berdasarkan: 1) pendapatan dari pekerjaan utama orang tua pemuda, 2) pendapatan dari pekerjaan sampingan orang tua pemuda, 3) pendapatan pemuda, dan 4) kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan tersebut. Kategori untuk pendapatan utama orang tua pemuda dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan kategori untuk pendapatan sampingan orang tua pemuda dan pendapatan pemuda dibagi menjadi empat kategori yaitu pendapatan rendah, sedang, tinggi dan tidak berpendapatan. Nilai dari masing-masing pendapatan didapat oleh peneliti dari hasil observasi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi. Data mengenai pemuda berdasarkan pendapatan utama orang tua dapat dilihat dalam Tabel 12:

48 38 Tabel 12 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan utama orang tua Pendapatan utama (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) < , ,63 > ,67 Total ,00 Pendapatan utama orang tua pemuda terbagi menjadi tiga kategori yaitu pendapatan rendah kurang dari Rp , pendapatan sedang Rp Rp , dan pendapatan tinggi lebih dari Rp Masing-masing pendapatan utama orang tua pemuda didapat dari hasil pertanian yang berupa tanaman pertanian seperti padi sawah, palawija maupun tanaman hortikultura. Pendapatan utama dari hasil tanaman pertanian yang diperoleh orang tua pemuda dihitung per bulan, sehingga nilai uangnya akan lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai uang per masa panen. Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa mayoritas orang tua pemuda memiliki pendapatan rendah kurang dari Rp yaitu sebesar 53,70%. Hal ini dikarenakan luas lahan yang dimiliki orang tua pemuda yang digunakan untuk menanam tanaman pertanian tergolong sempit, sehingga penghasilan yang didapat pun rendah. Hal ini juga didukung oleh pendapat Wiradi (2009) bahwa tanah bagi para petani merupakan suatu nyawa penghidupannya, artinya semakin kecil kepemilikan tanah maka semakin rentan kehidupan petani (petani gurem). Selain kepemilikan lahan, gagal panen dan jenis tanaman pertanian yang di tanam oleh masing-masing petani di Desa Mulangsari berbeda-beda jenis, sehingga uang yang diperoleh dari hasil panen pada setiap per masa panen berbeda-beda. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...pendapatan dari hasil panen tergantung luas lahan yang dimiliki, kalau lahannya sempit hasil panen juga sedikit, tetapi pendapatan dari hasil pertanian juga bisa dikarenakan oleh jenis tanaman pertanian yang ditanam oleh petani, karena setiap jenisnya memiliki harga yang berbedabeda, lalu gagal panen juga dapat mengurangi pendapatan petani... (NR 37 tahun, kepala dusun). Selain itu dari 54 pemuda terdapat 9 pemuda yang menyatakan bahwa pendapatan utama yang diperoleh orang tua mereka tergolong tinggi yaitu lebih dari Rp dengan persentase sebesar 16,67%. Data mengenai pemuda berdasarkan pendapatan sampingan orang tua dapat dilihat dalam Tabel 13: Tabel 13 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan sampingan orang tua Pendapatan sampingan (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak berpendapatan 19 35,19 < , ,04 > ,81 Total ,00

49 39 Pendapatan sampingan orang tua pemuda terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak berpendapatan, pendapatan rendah kurang dari Rp , pendapatan sedang Rp Rp , dan pendapatan tinggi lebih dari Rp Pendapatan sampingan orang tua pemuda didapat dari dua sumber pendapatan yaitu dari pekerjaan di bidang pertanian dan pekerjaan di bidang nonpertanian. Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas orang tua pemuda memiliki pendapatan sampingan yang berada pada kategori sedang yaitu Rp dengan persentase 37,04%. Pendapatan sampingan orang tua pemuda yang berpendapatan sedang mayoritas bekerja di bidang pertanian seperti buruh tani yaitu sebesar 9,26% dan buruh serabutan sebesar 27,78%. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 14: Tabel 14 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan sumber pendapatan sampingan orang tua Sumber pendapatan sampingan Jumlah (orang) Persentase (%) Pertanian Buruh tani 5 9,26 Buruh serabutan 15 27,78 Buruh bangunan 4 7,41 Pembuat lemari 2 3,70 Non-pertanian Kuli panggul 2 3,70 Pedagang 6 11,11 Penjahit 1 1,85 Tidak bekerja 19 35,19 Total ,00 Sumber pendapatan sampingan di bidang pertanian seperti buruh tani maupun buruh serabutan penghasilan yang didapatkan yaitu Rp untuk lakilaki dan Rp untuk perempuan dengan waktu kerja selama 5 jam atau mulai kerja dari pukul siang. Adapun jenis tanaman pertanian yang ditanam dapat berupa padi sawah, palawija dan hortikultura. Jenis tanaman palawija seperti singkong, jagung dan ubi jalar. Sedangkan jenis tanaman hortikultura seperti kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, pare, lopang, terong dan timun. Selain itu, pada Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase ke dua pendapatan sampingan orang tua pemuda adalah tidak berpendapatan yaitu sebesar 35,19%. Hal ini dikarenakan umur petani yang sudah mulai menua sehingga tidak sanggup untuk bekerja ganda. Selain itu, alasan petani untuk tidak bekerja sampingan adalah tidak memiliki tanggungan untuk menyekolahkan anak. Hal ini dikarenakan petani yang tidak bekerja sampingan mayoritas memiliki anak yang sudah bekerja dan berumur tahun. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...saya tidak bekerja sampingan karena sudah berumur, cukup mengurus lahan sendiri saja. Lagian saya sudah tidak memiliki tanggungan anak untuk disekolahkan... (SP 59 tahun, orang tua pemuda). Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa pendapatan sampingan orang tua pemuda di bidang non-pertanian yang membantu kondisi keuangan rumah

50 40 tangga petani adalah berdagang yaitu sebesar 11,11%. Usaha berdagang ini dilakukan di lingkungan kampung. Adapun jenis pedagang di Desa Mulangsari adalah pedagang warung yang menjual bahan sembako, pedangan sayur keliling, pedagang gorengan dan bubur ayam di waktu pagi hari untuk sarapan bagi yang mau bekerja dan sekolah, serta pedagang lainnya seperti jajanan dan mainan anak. Selain pendapatan utama dan sampingan yang diperoleh orang tua pemuda, peneliti juga mengkategorikan pendapatan pemuda. Data mengenai pemuda berdasarkan pendapatan dapat dilihat dalam Tabel 15: Tabel 15 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan Pendapatan (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak berpendapatan 33 61,11 < , ,41 > ,93 Total ,00 Pendapatan pemuda terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak berpendapatan, pendapatan rendah kurang dari Rp , pendapatan sedang Rp Rp , dan pendapatan tinggi lebih dari Rp Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas pemuda di Desa Mulangsari tidak memiliki pendapatan yaitu sebesar 61,11%. Hal ini dikarenakan pemuda di Desa Mulangsari mayoritas merupakan pelajar dan tidak bekerja. Gambaran umum mengenai pekerjaan pemuda di Desa Mulangsari dapat dilihat pada Gambar 4. Persentase pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pemuda di Desa Mulangsari sebagian besar merupakan pelajar di sekolah menengah atas ataupun kejuruan yaitu sebesar 35,2%. Status pelajar menunjukkan bahwa pemuda belum bekerja dan masih bergantung kepada kedua orang tua. Pelajar di Desa Mulangsari mayoritas bersekolah di sekolah menengah kejuruan (SMK). Pertimbangan pemuda lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK) di bandingkan sekolah menengah atas (SMA) karena berharap setelah lulus nanti langsung bekerja sesuai dengan kejuruannya di SMK. Selain itu terdapat pemuda yang menjadi mahasiswa di universitas swasta yang ada di kota Karawang sebesar 5,6% dari total persentase pemuda 35,2%. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa sebesar 25,9% dari total responden pemuda Desa Mulangsari berstatus menganggur. Status menganggur ini bahwa pemuda sedang dalam proses mencari pekerjaan. Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa persentase ke dua pendapatan pemuda berada pada kategori tinggi yaitu lebih dari Rp dengan persentase sebesar 25,93%. Hal ini dikarenakan pemuda memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik. Data mengenai pekerjaan pemuda dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan bahwa sebesar 24,1% pemuda bekerja sebagai buruh pabrik. Upah Minimum Regional (UMR) yang di dapat pemuda dari pabrik di wilayah Karawang pada setiap bulannya adalah Rp Rp Selain itu, pemuda bekerja dengan melembur sehingga mendapat upah tambahan pada setiap bulannya. Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa persentase terkecil pendapatan pemuda berada pada kategori rendah yaitu kurang dari Rp dengan

51 41 persentase sebesar 5,56%. Hal ini dikarenakan pemuda yang memiliki pendapatan rendah bekerja sebagai petani. Alasan pemuda bekerja sebagai petani karena tingkat pendidikan pemuda yang rendah yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar, sehingga pemuda tidak memiliki ijazah yang sesuai dengan persyaratan. Selain itu pemuda yang bekerja sebagai petani sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang didapat dari warisan orang tua. Fakta-fakta ini dapat diperkuat oleh pernyataan sebagai berikut:...saya kerja sebagai petani karena sudah punya lahan sendiri dari warisan orang tua, sayang kalau tidak digunakan. Dan juga mau kerja di pabrik tapi tidak punya ijazah yang sesuai dengan syarat karena hanya lulusan SD... (AN 28 tahun, pemuda). Selain mengkategorikan pendapatan orang tua pemuda dan pemuda, peneliti juga mengkategorikan kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan tersebut. Data mengenai pemuda berdasarkan kebutuhan yang terpenuhi pada rumah tangga petani dapat dilihat dalam Gambar 5: 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 57,41 27,78 14,81 Primer Sekunder Tersier Persentase (%) Gambar 5 Pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani di Desa Mulangsari Pencapaian pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani yang dilihat dari pendapatan orang tua pemuda dan pemuda dibagi menjadi tiga kategori yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus terpenuhi seperti makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi seperti fasilitas rumah dan pendidikan. Sedangkan kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi seperti kendaraan, perhiasan dan rekreasi. Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa pencapaian pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani berada pada kategori kebutuhan sekunder yaitu sebesar 57,41%. Bagi pemuda yang telah sampai pada kebutuhan sekunder sudah merasa cukup dalam pemenuhannya. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta dengan pernyataan sebagai berikut:...saya tidak menuntut atas apa yang telah diberikan Allah kepada keluarga saya, mengenai fasilitas rumah ibu bapak saya sudah memilikinya, ya walaupun hanya barang-barang tertentu saja yang

52 42 dimiliki. Dan untuk pendidikan alhamdulillah masih bisa melanjutkan ke SMK. Mungkin setelah lulus sekolah dan bekerja, saya dapat menyenangkan orang tua dengan membelikannya gelang dan kalung emas serta kendaraan bermotor seperti yang lainnya... (HD 18 tahun, pemuda). Pada Gambar 5 terdapat 8 pemuda yang menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan keluarganya hanya sampai pada kategori primer yaitu sebesar 14,81%. Hal ini dikarenakan orang tua pemuda hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan Rp Rp per satu kali kerja dan memiliki banyak anak, sehingga pendapatan yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Selain itu pada kategori kebutuhan primer ini, terdapat pemuda yang hanya dapat mencapai pendidikan pada tingkat sekolah dasar. Adapun pendidikan yang masuk pada kategori kebutuhan sekunder adalah pendidikan tingkat SMP maupun SMA. Status-Kondisi Rumah Tempat Tinggal Status-kondisi rumah tempat tinggal merupakan status-kondisi kepemilikan bangunan tempat tinggal yang ditempati. Status-kondisi rumah tempat tinggal ini diukur berdasarkan status rumah, jenis dinding rumah, jenis lantai rumah, fasilitas MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan sumber penerangan. Kategori status-kondisi rumah tempat tinggal dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi dengan skor 19, kategori sedang dengan skor 18-14, dan kategori rendah dengan skor 13. Nilai kategori tersebut didapat dari jumlah total nilai pada lima indikator yang diukur. Selain itu, nilai tersebut disesuaikan dari hasil kondisi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi. Data mengenai pemuda berdasarkan status-kondisi rumah tempat tinggal dapat dilihat dalam Tabel 16: Tabel 16 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status-kondisi rumah tempat tinggal Status-kondisi rumah Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 9 16,67 Sedang 45 83,33 Tinggi 0 0,00 Total ,00 Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa status kondisi rumah tempat tinggal orang tua pemuda berada pada kategori sedang yaitu sebesar 83,33%. Hal ini dikarenakan orang tua pemuda membangun rumah tempat tinggal dari dulu hingga saat ini dicicil pembangunannya yang dimulai dari dinding rumah, lantai rumah, MCK, dan sumber penerangan. Sumber penerangan di Desa Mulangsari pada tahun 90-an menggunakan genset, namun seiring berjalannya waktu masyarakat desa secara gotong royong memasang listrik PLN dengan biaya pemasangan secara bersamaan. Status kepemilikan rumah tempat tinggal petani di Desa Mulangsari mayoritas milik sendiri sebesar 96,3%. Petani yang memiliki rumah sendiri di dapat dari hasil warisan orang tuanya yang diberikan setelah

53 43 pernikahan. Namun warisan ini hanya berupa sebidang tanah saja, seiring berjalannya waktu petani membangun rumah sendiri dengan uang yang dihasilkan dari pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan orang tua pemuda untuk membangun rumah biasanya sebagai petani, buruh tani, buruh serabutan, dan berdagang. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta dengan pernyataan sebagai berikut:...saya punya rumah milik sendiri setelah pernikahan, uang untuk membangun rumah saya dapatkan dari hasil bekerja sebagai petani. Saya setiap panen mengumpulkan uang untuk membangun rumah, walaupun sebenarnya belum layak huni. Kalau tanahnya saya dapatkan dari warisan orang tua saya.. (KS 56 tahun, orang tua pemuda). Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa status kondisi rumah tempat tinggal orang tua pemuda sebesar 16,67% berada pada kategori rendah. Status kepemilikan rumah tempat tinggal petani yang berada pada kategori rendah sebesar 3,7% adalah menumpang. Status kepemilikan rumah yang masih menumpang ini biasanya adalah rumah orang tua petani yang belum dibagikan warisannya. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta dengan pernyataan sebagai berikut:...status rumah yang ditempati istri dan anak saya adalah milik orang tua saya. Rumah ini adalah rumah yang akan dibagikan warisannya secara merata ke kakak dan adik saya. Saya sendiri belum memiliki rumah... (ID 49 tahun, orang tua pemuda). Selain itu, status kondisi rumah tempat tinggal orang tua pemuda yang berada pada kategori rendah masih menggunakan bilik (anyaman bambu) sebagai dinding rumah. Adapun untuk lantai rumah masih menggunakan jenis plester dan bambu. Lantai rumah yang menggunakan bambu biasanya rumah berjenis panggung, bahkan masih ada petani dengan lantai rumah tanah. Sedangkan tempat yang biasa digunakan untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) adalah di kali/sungai, karena rumah tangga tersebut tidak memiliki WC sendiri. Penggunaan kali/sungai sebagai MCK ini tidak hanya digunakan oleh rumah tangga yang berada pada kategori rendah, tetapi rumah tangga yang berada pada kategori sedangpun masih sering menggunakan kali/sungai untuk mencuci pakaian. Hal ini dilakukan oleh para ibu sebagai ajang untuk mengobrol, karena pekerjaan mencuci di kali/sungai ini dilakukan secara bersama dengan ibu-ibu yang lainnya. Pendidikan Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diperoleh responden. Pendidikan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan sumber biaya pendidikan. Kategori pendidikan formal terakhir yang ditempuh terdiri atas pendidikan SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi. Sedangkan sumber biaya pendidikan dibagi menjadi tiga kategori yaitu biaya pribadi, bantuan dari program pemerintah dan pinjaman. Pengolahan data pendidikan secara keseluruhan dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi dengan skor 7, kategori sedang dengan skor 6 dan kategori rendah dengan skor 5. Nilai kategori tersebut didapat dari jumlah total nilai pada dua indikator yang

54 44 diukur. Selain itu, nilai tersebut disesuaikan dari hasil kondisi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi. Data mengenai pemuda berdasarkan pendidikan formal terakhir dapat dilihat dalam Gambar 6: SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Gambar 6 Pendidikan pemuda di Desa Mulangsari Perguruan tinggi Jumlah Persentase 5,56 18,52 72,22 3,70 Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa sebesar 72,22% pendidikan pemuda di Desa Mulangsari merupakan SMA/SMK. Banyaknya responden yang berpendidikan SMA/SMK karena adanya keinginan besar pemuda untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan SMA/SMK, serta adanya kesadaran dari orang tua pemuda akan pentingnya pendidikan. Kategori pendidikan formal yang ditempuh pemuda di Desa Mulangsari mayoritas bersekolah di sekolah menengah kejuruan (SMK). Pertimbangan pemuda lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK) di bandingkan sekolah menengah atas (SMA) karena berharap setelah lulus nanti langsung bekerja sesuai dengan kejuruannya di SMK. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta dengan pernyataan sebagai berikut:...saya lebih memilih ke SMK karena untuk lulusan SMK lebih mudah mendapat pekerjaan. Berbeda dengan lulusan SMA yang lebih sulit dalam mendapat pekerjaan, karena untuk yang lulusan SMA biasanya untuk orang-orang yang akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi... (RA 16 tahun, pemuda). Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa persentase terkecil mengenai pendidikan pemuda adalah di perguruan tinggi yaitu sebesar 3,7%. Hal ini karena ketidaktertarikan pemuda terhadap perkuliahan, pemuda lebih suka meraih pendidikan SMK agar lebih cepat bekerja dan menghasilkan uang. Hal yang menyebabkan pemuda lebih tertarik untuk bekerja adalah faktor lingkungan sekitar Desa Mulangsari yang mayoritas pemudanya setelah lulus SMA/SMK langsung bekerja di pabrik. Selain itu perekonomian orang tua pemuda tidak mampu membayar biaya perkuliahan, dan hanya anak dari rumah tangga golongan atas saja yang mampu meraih pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Adapun data mengenai pemuda berdasarkan sumber biaya pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 17:

55 45 Tabel 17 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan sumber biaya pendidikan Sumber biaya pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Pribadi 51 94,44 Bantuan program pemerintah 3 5,56 Pinjaman 0 0,00 Total ,00 Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa sumber biaya pendidikan pemuda sebesar 94,44% merupakan biaya pribadi. Sumber biaya pendidikan secara pribadi ini di dapat dari hasil kerja orang tua pemuda seperti petani, buruh tani, buruh serabutan, buruh bangunan, pedagang dan pekerjaan lainnya. Bahkan agar anak tetap lanjut sekolah hingga mencapai pendidikan SMA/SMK, orang tua pemuda menjual sebagian lahan sawahnya untuk biaya sekolah anak. Selain itu sebesar 5,56% sumber biaya pendidikan pemuda didapat dari bantuan program pemerintah. Adanya bantuan program pemerintah untuk pendidikan di Desa Mulangsari tidak merata, sehingga banyak rumah tangga yang memiliki anak dan masih sekolah tidak mendapat bantuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh pendataan yang belum menyeluruh terhadap rumah tangga yang tidak mampu.

56 46

57 47 MINAT PEMUDA DI BIDANG PERTANIAN Minat Pemuda Desa Mulangsari terhadap Pekerjaan Pertanian Minat pemuda di bidang pertanian diukur untuk mengetahui seberapa besar minat pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian. Pemuda dalam penelitian ini adalah pemuda Desa Mulangsari yang merupakan anak dari rumah tangga petani dan berumur 16 sampai 30 tahun sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang pemuda. Minat pemuda desa di bidang pertanian adalah keinginan yang ada atau tidaknya dalam diri pemuda untuk bekerja di bidang pertanian. Minat dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert berdasarkan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek, komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek, serta komponen yang berhubungan dengan kebutuhan. Kategori minat pemuda di bidang pertanian dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi dengan skor 40, kategori sedang dengan skor 39-33, dan kategori rendah dengan skor 32. Nilai kategori tersebut didapat dari jumlah total nilai pada indikator minat yang diukur. Selain itu, nilai tersebut disesuaikan dari hasil kondisi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi. Data mengenai pemuda berdasarkan minatnya di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 18: Tabel 18 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan minatnya di bidang pertanian Minat pemuda Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 14 25,93 Sedang 33 61,11 Tinggi 7 12,96 Total ,00 Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa minat pemuda di bidang pertanian berada pada kategori sedang yaitu sebesar 61,11%. Hal ini dikarenakan pemuda lebih memilih bekerja di luar bidang pertanian dibandingkan bekerja di bidang pertanian. Pekerjaan di luar bidang pertanian yang diminati oleh pemuda adalah bekerja sebagai buruh pabrik, hal ini didukung oleh Gambar 4 mengenai pekerjaan pemuda bahwa sebesar 24,1% pemuda di Desa Mulangsari bekerja sebagai buruh pabrik. Kabupaten karawang pada saat ini sebagian besar wilayahnya sudah menjadi kawasan industri, sehingga pemuda lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik di kota bandingkan harus bekerja di wilayah desa. Hal ini di dukung oleh penelitiannya Herlina (2002) mengenai orientasi nilai kerja pemuda pada kelurga petani, bahwa pada saat ini banyak pemuda yang memiliki orientasi nilai budaya yang maju dan memilih pekerjaan di luar sektor pertanian yang ada di perkotaan untuk memperoleh kekayaan dan kejayaan. Sedangkan menurut Suhartini (2011) minat tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi minat akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial

58 48 timbul karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan status sosial. Sedangkan faktor ekonomi seperti pendapatan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun hal yang menyebabkan pemuda lebih tertarik untuk bekerja di luar bidang pertanian adalah faktor lingkungan sekitar Desa Mulangsari yang mayoritas pemudanya bekerja sebagai sebagai buruh pabrik di kota Karawang. Menurut pemuda bekerja di pabrik memiliki pendapatan yang menetap dan gajih yang dihasilkan lebih mencukupi biaya hidup pemuda dan keluarganya. Sedangkan menurut penelitian Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) mengenai minat pemuda di bidang pertanian, menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang mendasari cara pandang anak buruh tani di pedesaan kebanyakan tidak lagi tertarik dengan dunia pertanian yaitu: 1) profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat, 2) tingkat pendapatan petani masih rendah dari waktu kewaktu, 3) meningkatnya sektor non pertanian terutama dibidang industri, dan 4) modernisasi yang mempengaruhi pola hidup seseorang. Selain itu, dapat diperkuat oleh fakta-fakta dari pernyataan sebagai berikut:...saya lebih suka bekerja di pabrik dari pada bekerja di bidang pertanian, karena bekerja di bidang pertanian dapat uangnya lama dan tidak mencukupi. Dan juga kota Karawang sudah banyak industri baru yang membutuhkan banyak karyawan... (TY 20 tahun, pemuda)....teman-teman saya setelah lulus SMK banyak yang ingin kerja di pabrik karena gajihnya besar, dan saya pun mau ikut bekerja di pabrik seperti mereka. Jaman sekarang kerja sebagai petani tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari... (ST 18 tahun, pemuda). Namun pada penelitian Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) mengenai pernyataan pada point 1 yaitu profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat hanya di setujui oleh 5 orang pemuda di Desa Mulangsari. Kelima pemuda tersebut menyatakan setuju sebesar 7,41% atau sebanyak 4 orang pemuda dan menyatakan sangat setuju sebesar 1,85% atau sebanyak 1 orang pemuda. Sedangkan pemuda Desa Mulangsari mayoritas menyatakan tidak setuju sebesar 72,22% dan sangat tidak setuju sebesar 18,52%. Sehingga penelitian Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) pada point 1 tidak berlaku di Desa Mulangsari. Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase terkecil mengenai minat pemuda di bidang pertanian berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 12,96%. Pemuda yang berminat tinggi pada pekerjaan di bidang pertanian sebesar 7,4% dari 12,96% sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang di dapat dari warisan orang tua. Selain itu pemuda yang bekerja sebagai petani bertujuan untuk membantu orang tua di sawah karena usia orang tua yang sudah tua, dengan pertimbangan sebagi pihak yang nanti kedepannya akan menggantikan orang tua mereka sebagi petani. Kebutuhan Pemuda terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian Kebutuhan pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian di Desa Mulangsari dilihat dari seberapa besar pemuda membutuhkan pekerjaan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun untuk melihat seberapa

59 49 besar kebutuhan pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian diukur menggunakan skala Likert dengan pilihan empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data mengenai pemuda berdasarkan kebutuhan terhadap pekerjaan di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 19: Tabel 19 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kebutuhan terhadap pekerjaan di bidang pertanian Kebutuhan Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat setuju 11 20,37 Setuju 31 57,41 Tidak setuju 12 22,22 Sangat tidak setuju 0 0,00 Total ,00 Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa kebutuhan pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian berada pada kategori setuju yaitu sebesar 57,41%. Kebutuhan ini dilihat dari seberapa besar pemuda membutuhkan pekerjaan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besarnya pemuda yang menjawab pada kategori setuju karena melihat orang tua mereka mayoritas bekerja sebagi petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemuda yang menjawab setuju bahwa mereka mau bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pada kenyataannya mereka enggan bekerja sebagai petani. Hal ini karena menurut mereka pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang membutuhkan kerja keras, menguras waktu dan tenaga, serta kotornya proses pertanian. Adapun pemuda yang bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah pemuda yang sudah menikah, janda maupun duda dan sudah memiliki lahan sendiri yang di dapat dari hasil warisan orang tua maupun pembelian. Selain itu, bagi pemuda yang hanya lulusan sekolah dasar pekerjaan pertanian adalah pekerjaan pilihan terakhir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini karena pemuda tidak memiliki ijazah yang sesuai dengan persyaratan untuk melamar pekerjaan di luar bidang pertanian seperti menjadi buruh pabrik yang penghasilannya lebih menetap dan menjanjikan. Selain itu juga pemuda tersebut memanfaatkan lahan yang sudah dimilikinya. Adapun pemuda yang menganggur (tidak bekerja) dan membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya bekerja sebagi buruh tani untuk membantu orang tua mereka di sawah, sehingga pemuda mendapat uang dari orang tuanya sebesar Rp Rp Upah tersebut disesuaikan dengan seharga kerja sebagi buruh tani di orang lain.

60 50

61 51 ANALISIS HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA DENGAN MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN Pada bab ini menjelaskan mengenai hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga petani yang dilihat dari indikator kepemilikan lahan, pendapatan, status-kondisi rumah tempat tinggal, dan pendidikan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Kedua variabel tersebut diuji menggunakan uji statistik korelasi non-parametik Rank Sperman karena keduanya memiliki data berskala ordinal. Uji korelasi Rank Sperman merupakan pengujian antar variabel yang berhubungan dan di olah dengan menggunakan program SPSS version 20. Ketentuan hipotesis diterima apabila nilai signifikan lebih kecil dari α (0,1), sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0,1) maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan. Selain itu untuk melihat aturan nilai correlation coefficient menurut Sarwono (2006) mengenai kekuatan hubungan antar dua variabel mengatakan bahwa, nilai 0,00 tidak ada korelasi, nilai < 0,25 korelasi sangat lemah, nilai 0,25 0,5 korelasi cukup, nilai > 0,5 0,75 korelasi kuat, nilai > 0,75 0,99 korelasi sangat kuat, dan nilai 1 korelasi sempurna. Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Kepemilikan lahan dalam penelitian ini adalah lahan pertanian yang dimiliki atau digarap oleh petani, yang dilihat berdasarkan status kepemilikan dan luas lahan yang dimiliki oleh orang tua pemuda. Status kepemilikan lahan terdiri dari lahan milik dan lahan bukan milik. Lahan milik berupa lahan warisan, pembelian dan hibah. Sedangkan lahan bukan milik dapat berupa lahan sewa, sakap/bagi hasil, gadai, numpang dan lahan milik adat (Winarso 2012). Luas lahan dikategorikan menurut hasil observasi di lapang dengan menggunakan rumus standar deviasi yaitu untuk lahan luas > 0,625 ha, lahan sedang 0,625 0,325 ha, dan lahan sempit < 0,325 ha. Mayoritas orang tua pemuda di Desa Mulangsari memiliki lahan dalam kategori sempit yaitu kurang dari 0,325 ha dengan status kepemilikan lahan milik yang didapatkan dari hasil pembelian dan warisan. Kepemilikan lahan hampir tidak memiliki hubungan dengan minat pemuda di bidang pertanian karena nilai korelasi Rank Sperman 0,069. Hasil olah data SPSS ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan karena nilai signifikansi 0,618 > 0,1 sehingga H 0 diterima artinya tidak terdapat hubungan antara variabel kepemilikan lahan dengan minat pemuda di bidang pertanian. Artinya, bahwa semakin tinggi kepemilikan lahan orang tua pemuda, maka tidak berhubungan dengan tingginya minat pemuda di bidang pertanian. Hubungan kepemilikan lahan orang tua dengan minat pemuda desa di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 20:

62 52 Tabel 20 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kepemilikan lahan orang tua dan minatnya di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian Kepemilikan Total Rendah Sedang Tinggi lahan n % N % N % n % Rendah 4 7,4 8 14,8 2 3, ,9 Sedang 7 13, ,2 3 5, ,8 Tinggi 3 5, ,1 2 3, ,3 Total 14 25, ,1 7 13, ,0 Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa pemuda dengan kepemilikan lahan orang tua yang tinggi yaitu sebesar 24,1% memiliki minat di bidang pertanian yang sedang. Selain itu, kepemilikan lahan orang tua yang sedang maupun rendah minat pemuda di bidang pertanian tetap berada pada kategori sedang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar Desa Mulangsari yang mayoritas pemudanya bekerja di luar sektor pertanian seperti buruh pabrik, pedagang dan ngebengkel, sehingga pemuda desa tidak tertarik pada pekerjaan di bidang pertanian. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Suhartini (2011) mengenai faktor yang mempengaruhi minat, bahwa minat tidak timbul dengan sendirinya akan tetapi minat akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya, baik faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial timbul karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan status sosial. Sedangkan faktor ekonomi seperti pendapatan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Waktu luang pemuda di Desa Mulangsari lebih sering dipakai untuk bermain bersama teman-temannya dari pada membantu pekerjaan orang tua di bidang pertanian. Selain itu, orang tua pemuda dengan kepemilikan lahan tinggi lebih cenderung memperkerjakan petani lain untuk mengolah lahannya, sehingga orang tua pemuda secara tidak langsung mendukung pemuda untuk tidak bekerja di bidang pertanian. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta dari pernyataan sebagai berikut:...saya punya lahan cukup luas sekitar 0,5 ha, tetapi anak saya lebih suka bermain bersama teman-temannya dari pada membantu saya mengurus lahan, padahal dia menganggur tidak bekerja sama sekali. Dan akhirnya saya menyuruh petani lain untuk membantu mengurusi lahan saya... (AP 50 tahun, orang tua pemuda). Selain itu pada Tabel 20 terdapat minat pemuda yang tinggi di bidang pertanian hanya sebesar 5,6% dengan kepemilikan lahan orang tua yang sedang. Pemuda yang berminat tinggi untuk bekerja di bidang pertanian bertujuan untuk membantu orang tua di sawah karena usia orang tua yang sudah tua, dengan pertimbangan sebagi pihak yang nanti kedepannya akan menggantikan orang tua mereka sebagi petani. Selain itu, pemuda sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang didapat dari warisan orang tua mereka. Oleh karena itu, kepemilikan lahan orang tua pemuda yang tinggi ataupun rendah cenderung tidak memiliki hubungan dengan tinggi atau rendahnya minat pemuda desa di bidang pertanian.

63 53 Hubungan Pendapatan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Pendapatan dalam penelitian ini adalah total uang yang dinyatakan dengan satuan rupiah yang diterima orang tua pemuda dan pemuda, yang diperoleh dalam satu bulan berdasarkan sumber pendapatan yaitu dari hasil pertanian maupun non pertanian. Pendapatan ini terdiri dari pendapatan utama orang tua pemuda, pendapatan sampingan orang tua pemuda, pendapatan pemuda, dan kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan tersebut. Mayoritas pendapatan utama orang tua pemuda di Desa Mulangsari berada dalam kategori rendah yaitu kurang dari Rp yang diperoleh berdasarkan sumber pendapatan dari hasil pertanian. Sedangkan mayoritas pendapatan sampingan orang tua pemuda berada dalam kategori sedang yaitu Rp yang diperoleh berdasarkan sumber pendapatan dari hasil pertanian maupun non pertanian. Selain itu, pendapatan pemuda berada dalam kategori tidak berpendapatan karena mayoritas pemuda merupakan pelajar dan tidak bekerja. Pencapaian pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani berada pada kategori kebutuhan sekunder. Kategori pendapatan dalam analisis ini di bagi menjadi tiga kategori yaitu pendapatan tinggi dengan skor 11, pendapatan sedang dengan skor 10-6, dan pendapatan rendah dengan skor 5. Nilai kategori tersebut di dapat dari jumlah total nilai pada empat indikator yang diukur, dan dihitung dengan menggunakan rumus standar deviasi. Pendapatan memiliki hubungan dengan minat pemuda di bidang pertanian karena nilai korelasi Rank Sperman -0,262. Tanda (-) menunjukkan bahwa hubungan bersifat negatif. Artinya apabila variabel yang satu semakin tinggi maka variabel yang satunya lagi semakin rendah. Hasil olah data SPSS ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan karena nilai signifikansi 0,056 < 0,1 sehingga H 1 diterima, artinya terdapat hubungan antara variabel pendapatan dengan minat pemuda di bidang pertanian. Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin rendah minat pemuda di bidang pertanian. Hubungan pendapatan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 21: Tabel 21 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendapatan dan minatnya di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Total n % N % n % n % Rendah 1 1,9 4 7,4 2 3,7 7 12,9 Sedang 9 16, ,4 5 9, ,3 Tinggi 4 7,4 5 9,3 0 0,0 9 16,7 Total 14 25, ,1 7 13, ,0 Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa pendapatan yang sedang yaitu sebesar 44,4% berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang sedang. Selain itu, pendapatan yang tinggi maupun rendah minat pemuda di bidang pertanian tetap berada pada kategori sedang. Namun bila dilihat dari penjelasan di atas mengenai hasil nilai korelasi Rank Sperman -0,262 pada Tabel 21 menjelasakan

64 54 bahwa pendapatan yang tinggi yaitu sebesar 7,4% berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang rendah. Hal ini karena pemuda dari rumah tangga petani yang memiliki pendapatan tinggi sudah merasa tercukupi biaya hidupnya tanpa harus bekerja di bidang pertanian. Selain itu pemuda lebih memilih bekerja di luar bidang pertanian, yaitu bekerja sebagai buruh pabrik di kota. Mayoritas pemuda lebih memilih bekerja di pabrik karena memiliki pendapatan yang menetap dan gajih yang dihasilkan lebih mencukupi biaya hidup pemuda dan keluarganya. Hal ini di dukung oleh penelitian Arvianti, Asnah dan Prasetyo (2015) mengenai minat pemuda di bidang pertanian, menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang mendasari cara pandang anak buruh tani di pedesaan kebanyakan tidak lagi tertarik dengan dunia pertanian yaitu: 1) profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat, 2) tingkat pendapatan petani masih rendah dari waktu kewaktu, 3) meningkatnya sektor non pertanian terutama dibidang industri, dan 4) modernisasi yang mempengaruhi pola hidup seseorang. Sehingga pemuda desa tidak tertarik pada pekerjaan di bidang pertanian. Selain itu pada Tabel 21 menjelaskan bahwa pendapatan yang rendah yaitu sebesar 3,7% berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang tinggi. Hal ini karena pemuda dari rumah tangga petani yang memiliki pendapatan rendah, cenderung lebih tertarik membantu orang tua untuk bekerja di bidang pertanian agar biaya hidup pemuda dan keluarganya lebih tercukupi. Alasan lain tingginya minat pemuda di bidang pertanian adalah tingkat pendidikan pemuda yang rendah yaitu hanya sampai pada tingkat sekolah dasar. Sehingga pemuda hanya bisa bekerja di bidang pertanian atau berdagang, karena untuk dapat bekerja di pabrik pemuda tidak memiliki ijazah yang sesuai dengan persyaratan. Selain itu pemuda yang bekerja di bidang pertanian sebagai petani atau buruh tani sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang didapat dari warisan orang tua. Hal ini didukung oleh penelitiannya Nugraha dan Herawati (2015) mengenai realitas orang muda di sektor pertanian, bahwa ada tiga bentuk keterlibatan orang muda di sawah yaitu: 1) sebatas membantu orang tua mereka di sawah, 2) secara mandiri mengelola sawah sebagai petani pemilik, dan 3) bekerja sebagai buruh tani. Oleh karena itu pendapatan yang tinggi, sedang maupun rendah memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Hubungan Status-Kondisi Rumah Tempat Tinggal dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Status-kondisi rumah tempat tinggal dalam penelitian ini adalah statuskondisi kepemilikan bangunan tempat tinggal yang ditempati. Status-kondisi rumah tempat tinggal ini dilihat dari kepemilikan status rumah, jenis dinding rumah, jenis lantai rumah, fasilitas MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan sumber penerangan. Berdasarkan penjelasan pada Tabel 16 bahwa mayoritas statuskondisi rumah tempat tinggal orang tua yang ditempati oleh pemuda di Desa Mulangsari berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 83,33%. Status-kondisi rumah tempat tinggal memiliki hubungan dengan minat pemuda di bidang pertanian karena nilai korelasi Rank Sperman 0,243. Hasil olah data SPSS ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan karena nilai signifikansi 0,077 < 0,1 sehingga H 1 diterima, artinya terdapat hubungan antara variabel status-kondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Hal tersebut

65 55 mengartikan bahwa semakin tinggi status-kondisi rumah tempat tinggal orang tua yang ditempati pemuda, maka semakin tinggi minat pemuda desa di bidang pertanian. Hubungan status-kondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda desa di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 22: Tabel 22 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status-kondisi rumah tempat tinggal dan minatnya di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian Status-kondisi Total Rendah Sedang Tinggi rumah N % N % n % n % Rendah 5 9,3 3 5,6 1 1,9 9 16,7 Sedang 9 16, ,6 6 11, ,3 Tinggi 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 14 25, ,1 7 13, ,0 Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa status-kondisi rumah tempat tinggal yang sedang yaitu sebesar 55,6% berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang sedang. Hal ini dikarenakan orang tua pemuda dalam membangun rumah tempat tinggal dari dulu hingga saat ini dicicil pembangunannya yang dimulai dari dinding rumah, lantai rumah, MCK, dan sumber penerangan (dari genset ke PLN). Biaya untuk membangun rumah tempat tinggal petani mayoritas di dapat dari hasil bekerja di bidang pertanian seperti petani, buruh tani, dan buruh serabutan. Selain itu, status-kondisi rumah tempat tinggal yang rendah yaitu sebesar 9,3% berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang rendah. Hal ini karena pada status-kondisi rumah tempat tinggal yang rendah biasanya orang tua pemuda hanya bekerja sebagai buruh tani atau buruh serabutan sehingga tidak mampu untuk membangun rumah tempat tinggal yang layak huni. Pada kondisi ini biasanya dinding rumah tempat tinggal masih menggunakan bilik (anyaman bambu). Adapun untuk lantai rumah masih menggunakan jenis plester dan bambu. Lantai rumah yang menggunakan bambu biasanya rumah berjenis panggung, bahkan masih ada petani dengan lantai rumah tanah. Sedangkan tempat yang biasa digunakan untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) adalah di kali/sungai, karena rumah tangga tersebut tidak memiliki WC sendiri. Pemuda yang memiliki minat rendah terhadap pekerjaan di bidang pertanian dengan status-kondisi rumah tempat tinggal yang rendah biasanya mereka memiliki persepsi bahwa pekerjaan pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka, sehingga mereka tidak tertarik untuk bekerja di bidang pertanian. Hal ini didukung oleh penelitian White (2011) mengenai pemuda desa dan masa depan pertanian, bahwa kegiatan pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, tetap menjaga kesuburan lahan dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya. Selain itu, dapat diperkuat oleh fakta-fakta dari pernyataan sebagai berikut:...saya tidak tertarik untuk bekerja di bidang pertanian teh, cukup ibu bapak saya saja yang bekerja sebagai petani. Karena bekerja sebagai petani penghasilannya sedikit, dan orang tua saya pun hanya bekerja sebagai buruh tani kadang-kadang ikut buruh serabutan. Dan juga

66 56 tabungan orang tua saya yang didapat dari hasil kerja sebagai petani untuk membangun rumah yang layak huni tidak cukup, bahkan uangnya dipakai untuk keperluan yang lain, hingga akhirnya rumah saya tetap seperti ini... ( IIS 21 tahun, pemuda). Selain itu pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tidak terdapat status-kondisi rumah tempat tinggal yang tinggi dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Oleh karena itu dengan adanya penjelasan di atas, bahwa status-kondisi rumah tempat tinggal memiliki hubungan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian. Hubungan Pendidikan dengan Minat Pemuda Desa di Bidang Pertanian Pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diperoleh responden. Pendidikan ini diukur berdasarkan pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan sumber biaya pendidikan. Kategori pendidikan formal terakhir yang ditempuh terdiri atas pendidikan SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi. Sedangkan untuk sumber biaya pendidikan dapat berupa biaya pribadi, bantuan dari program pemerintah dan pinjaman. Mayoritas pendidikan pemuda di Desa Mulangsari merupakan SMA/SMK dengan sumber biaya pendidikan secara pribadi. Pendidikan hampir tidak memiliki hubungan dengan minat pemuda di bidang pertanian karena nilai korelasi Rank Sperman -0,190. Tanda (-) menunjukkan bahwa hubungan bersifat negatif. Artinya apabila variabel yang satu semakin tinggi maka variabel yang satunya lagi semakin rendah. Hasil olah data SPSS ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan karena nilai signifikansi 0,170 > 0,1 sehingga H 0 diterima artinya tidak terdapat hubungan antara variabel pendidikan dengan minat pemuda di bidang pertanian. Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi pendidikan, maka tidak berhubungan dengan rendahnya minat pemuda di bidang pertanian. Hubungan pendidikan dengan minat pemuda desa di bidang pertanian dapat dilihat dalam Tabel 23: Tabel 23 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan pendidikan dan minatnya di bidang pertanian Minat pemuda desa di bidang pertanian Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Total N % N % n % n % Rendah 3 5,6 8 14,8 4 7, ,8 Sedang 11 20, ,3 3 5, ,2 Tinggi 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 14 25, ,1 7 13, ,0 Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa pendidikan yang sedang (46,3%) maupun rendah (14,8%) berada pada minat pemuda di bidang pertanian yang sedang. Selain itu pada Tabel di atas terdapat pendidikan yang berada pada kategori rendah yaitu sebesar 7,4% dengan minat pemuda di bidang pertanian tinggi. Pemuda yang berada pada kategori pendidikan rendah, biasanya tingkat

67 pendidikan formal terakhir yang ditempuh hanya sampai pada tingkat sekolah dasar dengan biaya pendidikan berupa bantuan dari program pemerintah. Adanya minat yang tinggi terhadap pekerjaan pertanian dengan pendidikan pemuda yang rendah karena adanya keterpaksaan dari pemuda untuk dapat bekerja di bidang pertanian. Selain itu pemuda yang berpendidikan rendah tidak dapat bekerja di pabrik seperti teman-temannya, karena untuk dapat bekerja di pabrik harus memiliki ijazah yang sesuai dengan persyaratan, sehingga pekerjaan pertanian menjadi pilihan terakhir untuk pemuda yang berpendidikan rendah atau tidak memiliki ijazah. Selain itu, pemuda yang bekerja sebagai petani sudah memiliki lahan pertanian sendiri yang di dapat dari warisan orang tua. Adapun mengenai hasil hipotesis di atas yang menyatakan bahwa pendidikan hampir tidak memiliki hubungan dengan minat pemuda di bidang pertanian, karena pemuda di Desa Mulangsari melihat pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang kotor dalam prosesnya. Selain itu tenaga dan waktu yang dikeluarkan sangat besar, dan hasil yang didapat tidak menjanjikan sehingga membuat pertanian menjadi profesi yang tidak menarik lagi bagi mereka. Hal tersebutlah yang menyebabkan pemuda lebih memilih pekerjaan di luar bidang pertanian. 57

68 58

69 59 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemuda di Desa Mulangsari mayoritas berumur tahun dengan mayoritas pekerjaan sebagai pelajar dan buruh pabrik. Status perkawinan pemuda sebesar 88,89% belum menikah dengan status kependudukan sebesar 98,15% merupakan penduduk asli. Analisis mengenai minat pemuda di Desa Mulangsari untuk bekerja di bidang pertanian berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 61,11%. Hal ini dikarenakan pemuda lebih memilih bekerja di luar bidang pertanian dibandingkan bekerja di bidang pertanian. Selain itu pemuda Desa Mulangsari melihat pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang kotor dalam prosesnya, serta tenaga dan waktu yang dikeluarkan sangat besar dan hasil yang tidak menentu membuat pertanian menjadi profesi yang tidak menarik lagi bagi mereka. Kepemilikan lahan orang tua pemuda sebesar 68,52% merupakan lahan milik yang diperoleh dari hasil warisan dan pembelian dengan mayoritas luas lahan yang dimiliki kurang dari 0,325 ha. Hubungan kepemilikan lahan dengan minat pemuda di bidang pertanian tidak signifikan karena nilai signifikansi 0,618 > 0,1. Artinya, bahwa semakin tinggi kepemilikan lahan orang tua pemuda, maka tidak berhubungan dengan tingginya minat pemuda di bidang pertanian. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar Desa Mulangsari yang mayoritas pemudanya bekerja di luar sektor pertanian seperti buruh pabrik, pedagang dan ngebengkel. Selain itu, orang tua pemuda dengan kepemilikan lahan tinggi lebih cenderung memperkerjakan petani lain untuk mengolah lahannya, sehingga orang tua pemuda secara tidak langsung mendukung pemuda untuk tidak ikut serta dalam pekerjaan di bidang pertanian. Pendapatan utama perbulan orang tua pemuda berada dalam kategori rendah yaitu kurang dari Rp dengan sumber pendapatan yang didapat dari hasil kerja di bidang pertanian. Selain itu pendapatan sampingan orang tua pemuda mayoritas Rp Rp perbulan dengan sumber pendapatan yang didapat dari pekerjaan di bidang pertanian seperti menjadi buruh serabutan dan di luar bidang pertanian bekerja sebagai pedagang. Adapun pendapatan pemuda yang sudah bekerja berada dalam kategori tinggi yaitu lebih dari Rp Kebutuhan yang terpenuhi dari pendapatan orang tua pemuda beserta pemudanya adalah kebutuhan sekunder seperti fasilitas rumah dan pendidikan yaitu sebesar 57,41%. Hubungan pendapatan dengan minat pemuda di bidang pertanian berhubungan secara signifikan karena nilai signifikansi 0,056 < 0,1 dengan nilai korelasi Rank Sperman -0,262. Hal tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin rendah minat pemuda di bidang pertanian. Hal ini karena pemuda dari rumah tangga petani yang memiliki pendapatan tinggi sudah merasa tercukupi biaya hidupnya tanpa harus bekerja di bidang pertanian. Status-kondisi rumah tempat tinggal orang tua yang ditempati oleh pemuda berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 83,33%. Hubungan statuskondisi rumah tempat tinggal dengan minat pemuda di bidang pertanian berhubungan secara signifikan karena nilai signifikansi 0,077 < 0,1. Artinya,

70 60 bahwa semakin tinggi status-kondisi rumah tempat tinggal orang tua yang ditempati pemuda, maka semakin tinggi minat pemuda desa di bidang pertanian. Pendidikan pemuda di Desa Mulangsari sebesar 72,22% merupakan SMA/SMK dengan sumber biaya pendidikan secara pribadi dari orang tua pemuda. Hubungan pendidikan dengan minat pemuda di bidang pertanian tidak signifikan karena nilai signifikansi 0,170 > 0,1 dengan nilai korelasi Rank Sperman -0,190. Artinya, bahwa semakin tinggi pendidikan, maka tidak berhubungan dengan rendahnya minat pemuda di bidang pertanian. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga terhadap minat pemuda desa di bidang pertanian, saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Untuk meningkatkan minat pemuda di bidang pertanian perlu adanya integrasi dari pemerintah-orang tua untuk memberikan sosialisasi dan motivasi kepada pemuda mengenai pekerjaan di bidang pertanian, sehingga pekerjaan pertanian tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan rendahan yang diperuntukkan bagi orang dengan pendidikan rendah dan ekonomi kelas bawah. 2. Pemuda diberikan akses dan kendali atas sumberdaya produktif, khususnya lahan dan modal pertanian, serta diberikan keterampilan dan pengetahuan mengenai pekerjaan di bidang pertanian. 3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor pembentuk minat pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian, terutama faktor lingkungan. 4. Pekerjaan di bidang pertanian harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi, dan diakui oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak sehingga banyak peminatnya.

71 61 DAFTAR PUSTAKA Arvianti EY, Asnah, Prasetyo A Minat pemuda tani terhadap transformasi sektor pertanian di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Buana Sains. [Internet]. [18 Januari 2017]. 15(2): Dapat diunduh dari: [BPS] Badan Pusat Statistik Sensus pertanian Jakarta[ID]: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik Sensus pertanian 2013: Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian menurut wilayah dan jenis lahan tahun 2003 dan 2013 (m 2 ). Jakarta[ID]: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Basnet J Peluang masa depan: mendorong para pemuda kembali tertarik kepada pertanian. Jurnal AFA. [Internet]. [18 Januari 2017]. 7(1): Diunduh dari: Issue-Paper-Attracting-Youth-to-Agriculture-Indonesia.pdf Basrowi, Juariyah S Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. [Internet]. [18 Januari 2017]. 7(1): Dapat diunduh dari: Darwis V Keragaan penguasaan lahan sebagai faktor utama penentu pendapatan petani. Jurnal Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. [Internet]. [18 Januari 2017]. hal Dapat diunduh dari: Effendi S, Tukiran Metode Penelitian Survei. Jakarta(ID): LP3ES. Herlina T Representasi pemuda pedesaan mengenai pekerjaan pertanian (kasus pada komunitas perkebunan teh rakyat di jawa barat). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. [Internet]. [18 Januari 2017]. 29: Dapat diunduh dari: Herlina Orientasi nilai kerja pemuda pada keluarga petani perkebunan (kasus pada masyarakat perkebunan teh rakyat di Desa Sukajember, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur). [tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lontoh LJV Perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan di sekitar kawasan reklamasi di Kecamatan Sario Kota Manado. Jurnal ilmiah society.

72 62 [Internet]. [18 Januari 2017]. 2(20): Dapat diunduh dari: Nasirotun S Pengaruh kondisi sosial ekonomi dan pendidikan orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. [Internet]. [18 Januari 2017]. 1(2): Dapat diunduh dari: Ningsih F, Sjaf S Faktor - faktor yang menentukan keterlibatan pemuda pedesaan pada kegiatan pertanian berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan. [Internet]. [18 Januari 2017]. 11(1): Dapat diunduh dari: Nugraha YA, Herawati R Menguak realitas orang muda di sektor pertanian perdesaan. Jurnal Analisis Sosial. [Internet]. [18 Januari 2017]. 19(1): Dapat diunduh dari: Nugraha YA Hubungan orangtua, media massa, dan teman dengan sikap pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian (kasus pemuda di Cipendawa dan Sukatani, Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur) [tesis]. Bogor[ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Setiawati NA Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat: Pola Pemilikan, Penguasaan dan Sengketa Tanah di Kota Yogyakarta Setelah Reorganisasi Yogyakarta[ID]: STPN Press. Soetarto, Shohibuddin Reforma Agraria: Prasyarat Utama Bagi Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Bandung[ID]: Konsorsium Pembaruan Agraria. Soetarto E, Sihaloho M, Heru P Land reform by leverage: kasus redistribusi lahan di Jawa Timur. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan. [Internet]. [18 Juli 2017]. 1(2): Dapat diunduh dari: Suhartini Y Analisis faktor faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa dalam berwiraswasta. Jurnal Akmenika UPY. [Internet]. [18 Januari 2017]. 7: Dapat diunduh dari: 471dc9788ad57bb73dbb00c.pdf Suyana J Studi keragaan agroekosistem untuk pengembangan potensi pertanian di kabupaten sukoharjo propinsi jawa tengah. Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. [Internet]. [23 Maret 2017]. 5: Dapat diunduh dari:

73 63 Suyanto A Psikologi Umum. Jakarta [ID]: Bumi Aksara, Cetakan Ke-12. Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. White B Who will own the countryside? dispossession, rural youth and the future of farming. International Institute of Social Studies. [Internet]. [18 Januari 2017]. Dapat diunduh dari: en_white_valedictory_web.pdf White B Agriculture and the generation problem: rural youth, employment and the future of farming. Journal IDS Bulletin. [Internet]. [18 Januari 2017]. 43(6): Dapat diunduh dari: IDSB_43_6_ j x.pdf?sequence=1&isAllowed =y Winarso B Dinamika pola penguasaan lahan sawah di wilayah pedesaan di Indonesia. Jurnal Pertanian Terapan. [Internet]. [27 November 2016]. 12(3): Dapat diunduh dari: Wiradi G, Tjondronegoro S.M.P Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Jakarta[ID]: Yayasan Obor Indonesia. Wiradi G, White B, Collier WL, et al Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris. Yogyakarta[ID]: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Yuliati Y, Poernomo M Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta[ID]: Lappera Pustaka Utama.

74 64

75 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian Nomor Responden Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data KUESIONER HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA TERHADAP MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Kasus Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang) No I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Lengkap 2. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Umur... tahun RT: RW: No: 4. Alamat Lengkap Kampung :... Dusun : Lama tinggal di lokasi... tahun 6. No. Telp/Hp 7. Status perkawinan 1. Belum menikah 2. Menikah 3. Janda/Duda 8. Pekerjaan 1. Petani 2. Buruh, Pedagang, PNS 5. Lainnya,...

76 66 9. Jumlah anggota... orang keluarga 10. Anak ke... No II. KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI Kepemilikan lahan 11. Apa status kepemilikan lahan pertanian orang tua anda? a. Lahan milik b. Lahan bukan milik 12. Darimana orang tua anda memperoleh status kepemilikan lahan pertanian tersebut? a. Warisan b. Pembelian c. Hibah d. Sewa e. Sakap/bagi hasil f. Gadai g. Numpang h. Lahan milik adat 13. Berapa luas lahan pertanian yang dimiliki orang tua anda? Isi salah satu saja:...m 2 atau...ha Pendapatan 14. Berapa pendapatan orangtua anda dari pekerjaan utamanya? Isi salah satu saja: Rp... /... hari Rp... /... minggu Rp... /... bulan Rp.../... tahun Sumber pendapatan: 1. Pertanian: ( ) Sawah ( ) Perkebunan ( ) Peternakan ( ) Perikanan ( ) Lainnya, Non-Pertanian: ( ) PNS ( ) Pedagang ( ) Buruh... ( ) Lainnya, Apakah orangtua anda memiliki pendapatan dari pekerjaan sampingan? a. Ya b. Tidak 16. Jika ya, berapa pendapatan dari Sumber pendapatan:

77 67 pekerjaan sampingan orangtua anda? Isi salah satu saja: Rp... /... hari Rp... /... minggu Rp... /... bulan Rp.../... tahun 17. Apakah anda memiliki pendapatan? a. Ya b. Tidak 18. Jika Ya, berapa pendapatan dari pekerjaan anda? Isi salah satu saja: Rp... /... hari Rp... /... minggu Rp... /... bulan Rp.../... tahun 1. Pertanian: ( ) Sawah ( ) Perkebunan ( ) Peternakan ( ) Perikanan ( ) Lainnya, Non-Pertanian: ( ) PNS ( ) Pedagang ( ) Buruh... ( ) Lainnya,... Sumber pendapatan: 1. Pertanian: ( ) Sawah ( ) Perkebunan ( ) Peternakan ( ) Perikanan ( ) Lainnya, Non-Pertanian: ( ) PNS ( ) Pedagang ( ) Buruh... ( ) Lainnya, Dari pendapatan tersebut kebutuhan apa yang telah terpenuhi oleh keluarga? a. Primer (makan, pakaian, tempat tinggal) b. Sekunder (fasilitas rumah, pendidikan) c. Tersier (rekreasi, perhiasan dan motor) Status-kondisi rumah tempat tinggal 20. Apa status rumah tempat tinggal anda saat ini? a. Milik pribadi b. Sewa c. Menumpang 21. Apa jenis dinding rumah tempat tinggal anda saat ini? a. Tembok b. Kayu/triplek c. Bilik (anyaman bambu) 22. Apa jenis lantai rumah tempat tinggal anda saat ini? a. Keramik b. Ubin

78 68 c. Plesteran d. Bambu (rumah panggung) e. Tanah 23. Dimana tempat yang biasa keluarga anda gunakan untuk mandi, mencuci dan buang hajat setiap hari? a. di WC sendiri b. di WC umum c. di sungai 24. Apa sumber penerangan rumah tempat tinggal anda saat ini? a. PLN b. Genset/biogas/diesel c. Lampu teplok Pendidikan 25. Apa tingkat pendidikan terakhir anda? a. SD/sederajat b. SMP/sederajat c. SMA/sederajat d. Perguruan tinggi 26. Dari manakah sumber biaya pendidikan anda? a. Pribadi b. Bantuan program pemerintah c. Pinjaman III. MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN Berilah tanda ( ) pada jawaban yang anda pilih! SS: Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju No PERTANYAAN SS S TS STS Keterangan 27. Pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang menyenangkan 28. Pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan pilihan terakhir 29. Profesi sebagai petani dipandang rendah oleh sebagian masyarakat 30. Pekerjaan pertanian lebih banyak mendapatkan teman akrab dibandingkan pekerjaan diluar pertanian (buruh bangunan/kuli, pedagang, dan lainnya)

79 31. Pekerjaan pertanian tidak membuat saya minder bergaul dengan orang lain 32. Pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan terhormat karena dapat menyediakan pangan untuk banyak orang 33. Pekerjaan pertanian lebih santai dibandingkan pekerjaan diluar pertanian (buruh bangunan/kuli, pedagang, dan lainnya) 34. Saya mau bekerja sebagai petani karena untuk membantu orang tua di sawah 35. Saya mau bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari 36. Saya mau bekerja sebagai petani karena untuk mengisi waktu luang 37. Saya mau bekerja sebagai petani karena pekerjaan ini menjajikan untuk masa depan (tabungan) 38. Saya mau bekerja sebagai petani karena ingin mengembangkan pertanian di Desa 69

80 70 Lampiran 2 Panduan pertanyaan wawancara mendalam HUBUNGAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI RUMAH TANGGA TERHADAP MINAT PEMUDA DESA DI BIDANG PERTANIAN (Kasus Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang) Hari/Tanggal : Nama/Umur : Jenis kelamin Alamat : Jabatan/Pekerjaan Utama : Pekerjaan sampingan : No Hp/Telp. : No Pedoman wawancara mendalam untuk pemerintah desa, tokoh masyarakat, ketua gapoktan/poktan, ketua karangtaruna, orang tua pemuda (petani) dan pemuda tani. 1. Menurut anda, bagaimana kondisi pertanian di Desa? 2. Menurut anda, bagaimana kondisi lahan pertanian di Desa? 3. Apakah ada tuan tanah atau orang yang menguasai lahan pertanian paling banyak dan luas di Desa? dan siapa orang tersebut? Apakah ada lahan pertanian yang dikuasai oleh perusahaan? Sejak kapan dan 4. bagaimana lahan tersebut dapat dikuasai dan beralih kepemilikan kepada perusahaan? Bagaimana peran pemerintah desa, tokoh masyarakat, ketua 5. gapoktan/poktan, ketua karangtaruna dan petani pada penguasaan lahan yang terjadi? 6. Menurut anda, apakah dengan adanya penguasaan lahan pertanian dapat menimbulkan kesenjangan sosial di dalam masyarakat? mengapa? 7. Apakah masih banyak lahan pertanian yang tersisa dan dapat menjadi tumpuan hidup para petani? 8. Apakah pertanian merupakan sektor pekerjaan utama di Desa? mengapa? 9. Apakah ada bantuan dari pemerintah untuk petani seperti pupuk, bibit dan alat pertanian di desa ini? 10. Jenis komoditas tanaman apa yang di tanam oleh warga di Desa ini? Mengapa menanam komoditas tanaman tersebut? 11. Untuk hasil panen pertanian di Desa ini, apakah di jual oleh petani atau di konsumsi sendiri untuk persediaan kebutuhan sehari-hari keluarga petani? 12. Bila dijual, kemana dan bagaimana alur penjualannya? 13. Apakah komoditas yang di tanam mampu meningkatkan perekonomian warga? 14. Menurut anda, berapa pendapatan yang tergolong tinggi, sedang, dan rendah di Desa ini?

81 Menurut anda, bagaimana rata-rata tingkat pendidikan anak petani di Desa? 16. Menurut anda, bagaimana gambaran tipe rumah tangga petani yang tergolong kelas atas, menengah dan bawah? 17. Menurut anda, bagaimana kondisi atau minat pemuda terhadap pertanian di Desa ini? 18. Apakah terjadi penurunan atau peningkatan minat terhadap pekerjaan pertanian oleh regenerasi pemuda di Desa ini? 19. Apakah pemuda Desa ini, terlibat dalam membantu kedua orangtuanya di lahan pertanian? Apakah ada program pemerintah yang membantu desa dan petani untuk 20. mengembangkan pertanian menjadi lebih baik lagi? Program apa, bagaimana programnya, berapa lama berlangsungnya, dan apa dampaknya bagi desa dan petani? 21. Apakah dengan adanya program pemerintah tersebut mampu menarik minat pemuda dalam bekerja di bidang pertanian? 22. Pekerjaan apa yang biasanya digeluti oleh pemuda di Desa ini? 23. Menurut anda, bagaimanakah cara menarik minat pemuda desa agar tertarik pada pekerjaan di bidang pertanian? 24. Bagaimana pandangan anda terhadap pekerjaan di bidang pertanian di Desa ini? 25. Menurut anda, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menarik minat pemuda desa terhadap dunia pertanian?

82 72 Lampiran 3 Hasil olah data SPSS 1. Uji reliabilitas kuesioner Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items, Kepemilikan lahan dan minat pemuda desa di bidang pertanian Correlations Kepemilikan_Lahan Minat_Pemuda Spearman's rho Kepemilikan_Lahan Minat_Pemuda Correlation Coefficient 1,000,069 Sig. (2-tailed).,618 N Correlation Coefficient,069 1,000 Sig. (2-tailed),618. N Pendapatan dan minat pemuda desa di bidang pertanian Correlations Pendapatan Minat_Pemuda Correlation Coefficient 1,000 -,262 Pendapatan Sig. (2-tailed).,056 Spearman's rho N Correlation Coefficient -,262 1,000 Minat_Pemuda Sig. (2-tailed),056. N 54 54

83 73 4. Status-kondisi rumah tempat tinggal dan minat pemuda desa di bidang pertanian Correlations Status_Kondisi_Rumah Minat_Pemuda Spearman's rho Status_Kondisi_Rumah Minat_Pemuda Correlation Coefficient 1,000,243 Sig. (2-tailed).,077 N Correlation Coefficient,243 1,000 Sig. (2-tailed),077. N Pendidikan dan minat pemuda desa di bidang pertanian Correlations Pendidikan Minat_Pemuda Correlation Coefficient 1,000 -,190 Pendidikan Sig. (2-tailed).,170 Spearman's rho N Correlation Coefficient -,190 1,000 Minat_Pemuda Sig. (2-tailed),170. N 54 54

84 74 Lampiran 4 Sketsa lokasi penelitian Gambar 7 Peta Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Keterangan : Nama Wilayah: Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Batas Wilayah : a. Sebelah Utara : Kali Cibeet, Kab.Bekasi b. Sebelah Selatan : Desa Kertasari c. Sebelah Timur : Desa Ciptasari d. Sebelah Barat : Kali Cibeet, Kab.Bogor

85 75 Lampiran 5 Jadwal penelitian Tabel 24 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2017 Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Uji Kelayakan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambilan Data Lapang Pengolahan Dan Analisis Data Penulisan Draf Skripsi Uji Kelayakan Sidang Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi Februari Maret April Mei Juni Juli

86 76 Lampiran 6 Daftar responden Tabel 25 Daftar responden No Nama Jenis Kelamin Alamat 1 Amudin L Malingping RT 05/RW04 2 Yulia Neningsih P Malingping RT 06/RW04 3 Sunardi L Malingping RT 05/RW04 4 Ace Permana L Malingping RT 05/RW04 5 Repta Andriawan L Malingping RT 05/RW04 6 Isak Sugiar L Malingping RT 05/RW04 7 Anita Juwita Sari P Malingping RT 05/RW04 8 Mulya Ade Sunarto L Malingping RT 05/RW04 9 Abdul Qodir Jaelani L Pagelaran RT 06/RW04 10 Suryana L Baged RT 02/RW02 11 Nani Sri Mulyani P Malingping RT 05/RW04 12 Zaeni L Malingping RT 05/RW04 13 Reni Nuryani P Malingping RT 05/RW04 14 Bunga Rosmawati P Jati Nunggal RT 08/RW06 15 Siti Sofiah P Jati Nunggal RT 08/RW06 16 Santi P Malingping RT 05/RW04 17 Heru Direja L Malingping RT 05/RW04 18 Siti Nuryanti P Malingping RT 05/RW04 19 Fitriani P Malingping RT 06/RW04 20 Enuh Ginanjar L Jati Nunggal RT 08/RW06 21 Ahmad Gozali L Jawa Raya RT 16/RW07 22 Nabilah Fikriyyah Ningsih P Jawa Raya RT 16/RW07 23 Riki L Jati Nunggal RT 08/RW06 24 Ida Hidayatullah L Jati Nunggal RT 08/RW06 25 Ahmad Hidayat L Jati Nunggal RT 08/RW06 26 Eka Yuliana P Malingping RT 06/RW04 27 Maylina Ambarwati P Bakan Setu RT 01/RW01 28 Siti Hapsoh P Jawa Raya RT 16/RW07 29 Rosita Sari P Jati Nunggal RT 08/RW06 30 Ahmad Firdaus L Jati Nunggal RT 08/RW06 31 Siti Nurjanah P Jati Nunggal RT 08/RW06 32 Maman L Jawa Raya RT 16/RW07 33 Tirtayana L Jawa Raya RT 16/RW07 34 Muhamad Idris L Onday RT 07/RW05 35 Yulia Sari P Jawa Raya RT 09/RW07 36 Iim Ismail L Malingping RT 06/RW04 37 Abdu Hakim L Malingping RT 05/RW04 38 Acih Susilawati P Bakan Setu RT 01/RW01 39 M. Guntur Fahmi Ali L Jati Nunggal RT 08/RW06

87 40 Sueb L Jati Nunggal RT 08/RW06 41 Idris L Jati Nunggal RT 08/RW06 42 Ropi L Jati Nunggal RT 08/RW06 43 Abdul Azis L Jawa Raya RT 09/RW07 44 Agus Maulana Ibrahim L Jawa Raya RT 16/RW07 45 Saeful Anwar L Jati Nunggal RT 08/RW06 46 Murniawati P Jati Nunggal RT 08/RW06 47 Yusuf L Jati Nunggal RT 08/RW06 48 Jamsir L Jati Nunggal RT 08/RW06 49 Ahmad Sujai L Jawa Raya RT 09/RW07 50 Juhara L Jawa Raya RT 09/RW07 51 Abdul Yazid L Malingping RT 05/RW04 52 Tayo L Malingping RT 06/RW04 53 Anden L Malingping RT 05/RW04 54 Abdul Haris L Pagelaran RT 06/RW04 77

88 78 Lampiran 7 Catatan tematik Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani dan Minat Pemuda Desa Mulangsari di Bidang Pertanian Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang merupakan salah satu deya yang memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas. Sebagian besar penduduk Desa Mulangsari berprofesi sebagai petani. Desa ini memiliki 19 kampung yang terdiri dari berbagai kriteria pertanian yaitu: 1. Kampung yang memiliki potensi pertanian dan berbagai jenis macam pekerjaan (petani, buruh tani, PNS, buruh pabrik, dan pedagang), 2. Kampung yang memiliki potensi pertanian sedang, dan 3. Kampung yang memiliki potensi pertanian tinggi. di Desa mulangsari kampungnya ada banyak teh, dan dapat terbagi atas tiga jenis kampung, seperti kampung pertanian dan campuran pekerjaannya, kampung yang pertaniannya sedanglah dan kampung yang pertanian banget (CR, 29 tahun, ketua pemuda Desa Mulangsari). Jenis tanaman pertanian yang ada di Desa Mulangsari adalah padi tadah hujan, singkong, jagung dan palawija. Jenis tanaman palawija yang di budidayakan seperti kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, pare, lopang, terong dan timun. Hasil tanaman pertanian seperti padi sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh masyarakat. Namun, hal ini tergantung pada kepemilikan lahannya, untuk rumah tangga petani yang memiliki lahan luas sebagian besar hasil panennya dijual sedangkan rumah tangga petani yang memiliki lahan sempit sebagian besar hasilnya dikonsumsi sendiri. Hasil panen padi di Desa Mulangsari untuk luas lahan 1 hektar biasanya mencapai 5-6 ton. Jadwal tanam padi di Desa Mulangsari dalam satu tahun terjadi 2x tanam terhitung dari awal tanam hingga panen. Bulan tanam padi biasanya dilakukan pada bulan Januari-April dan September-Desember, sedangkan untuk bulan Mei-Agustus biasanya ditanam jenis tanaman hortikultura. tanam padi sampai panen di desa ini dalam satu tahun hanya terjadi 2x sekali neng, padi di desa ini padi tadah hujan. Bulan tanam hingga panen 3-4 bulan sekali, bulan selebihnya ditanam palawija (ibu NH, 42 tahun, istri pak RT). Teknik penanaman yang biasa dipraktikkan di lapang oleh petani Desa Mulangsari adalah teknik monokultur (satu jenis tanaman) dan tumpangsari yaitu menanam beberapa jenis tanaman dalam satu petak atau bedengan pada waktu yang bersamaan. Pada tahun ini yaitu tahun 2017 petani Desa Mulangsari mengalami gagal panen pada komoditas padi sawah yang terjadi pada awal tanam bulan Januari-April. Gagal panen ini disebakan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang berupa tikus, penggerek batang dan blas. Gagal panen inilah yang menyebabkan petani mengalami kerugian besar pada awal tanam di tahun Hasil tanaman pertanian palawija dan hortikultura sebagian besar

89 79 hasilnya dijual, dan hanya sebagian kecil dikonsumsi sendiri serta dibagikan ke tetangga rumah untuk mempererat silaturahmi. Penjualan hasil pertanian padi, palawija dan hortikultura dijual ke tengkulak yang ada di Desa Mulangsari, lalu dari tengkulak dijual ke pasar Cibinong. Penentuan harga untuk petani ditentukan oleh tengkulak, harga yang biasanya ditetapkan oleh tengkulak untuk gabah basah Rp 3 000/kilo dan untuk gabah kering Rp 4 000/kilo. hasil panen ada yang dijual ada yang dikonsumsi sendiri, tergantung luas lahan sama hasil panennya, kalau dijual biasanya ke tengkulak sini, dari tengkulah dijual ke pasar Cibinong dan yang nentuin harga itu pasar Cibinong neng, tengkulah hanya penyalur saja, dan dibayar diakhir (bapak OJ, 50 tahun, ketua RT). Desa Mulangsari dalam hal kebutuhan sarana dan prasarana pertanian dalam 1 tahun mendapat 2 kali bantuan dari pemerintah daerah berupa bibit padi, bibit jagung dan pupuk. Selain itu pada tahun 2016 Desa Mulangsari mendapat bantuan dari pemerintah berupa alat bantu giling gabah. Kelompok tani yang ada di Desa Mulangsari ada 8 kelompok tani, dari jumlah kelompok tani tersebut terbagi atas kelompok tani yang kurang aktif dan kelompok tani yang sudah tidak aktif. Namun kekompakan masyarakat Desa Mulangsari dalam hal pertanian sangat berkontribusi aktif walaupun kelompok tani nya kurang aktif atau sudah tidak aktif. Salah satu budaya yang dapat mempererat silaturahmi masyarakat desa Mulangsari yang dilakukan setiap satu tahun sekali adalah sedekah Bumi. Menurut masyarakat Desa Mulangsari, sedekah bumi bertujuan untuk: 1. Menghargai bumi atas sumberdaya alam yang tersedia, 2. Masyarakat memiliki kepercayaan agar hasil panen tahun berikutnya bertambah dan tidak terjadi gagal panen, 3. Memperbaiki keeratan antar masyarakat dengan cara berkumpul. Adapun bahan yang disiapkan pada saat sedekah bumi adalah sesajen dan kerbau. Sesajen biasanya diletakkan dipinggir kali, dan kepala kerbau di kubur dipinggir kali sedangkan untuk daging kerbaunya dibagikan kepada masyarakat Desa Mulangsari. budaya masyarakat desa sini kalau sudah panen atau menjelang tanam biasanya sedakah bumi, pakai kepala kerbau dikubur dipinggir kali dan untuk dana sedekah bumi pakai uangnya bapak kepala desa, kami tidak pernah mengeluarkan uang sedikitpun neng (bapak H.I, 55 tahun, ketua RW). Kegiatan pertanian di Desa Mulangsari sudah merupakan kegiatan turun temurun yang telah dilaksanakan. Pemuda yang hanya lulusan SMP, tidak melanjutkan sekolah, dan yang sudah menikah biasanya bekerja sebagai petani membantu orang tua di sawah atau melanjutkan pekerjaan orangtua sebagai petani. Namun seiring berjalannya waktu, pemuda yang hanya lulusan SMP, tidak melanjutkan sekolah, dan belum menikah, sangat enggan untuk membantu orang tua di sawah, dengan alasan pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan cadangan dan terpaksa, pekerjaan pertanian dikerjakan apabila pemuda benar-benar

90 80 menganggur tidak mendapat pekerjaan lain diluar pertanian, pekerjaan pertanian sangat melelahkan, panas, kotor, pendapatan yang di dapat tidak banyak dan hasilnyapun lama. Sehingga minat pemuda untuk bertani di Desa Mulangsari semakin berkurang. Hal ini juga disebabkan oleh adanya pabrik-pabrik di kota Karawang yang menyebabkan minat pemuda beralih ke pekerjaan di pabrik. saya tidak mau turun ke sawah teh, soalnya panas-panasan, kotor, cape, dapat uangnya lama harus nunggu panen dulu. Selagi saya dapat pekerjaan di pabrik atau pekerjaan lain ngapain harus ke sawah, cukup orangtua saya saja yang jadi petani saya mah tidak mau teh. (ISK, 19 tahun, anak petani).

91 81 Lampiran 8 Dokumentasi penelitian Kantor Desa Mulangsari Gambar 8 Kantor Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang Wawancara dan pengisian kuesioner bersama responden Wawancara dan pengisian kuesioner bersama responden

92 82 Wawancara dan pengisian kuesioner bersama responden Gambar 9 Wawancara dan pengisian kuesioner bersama responden Gambar 10 Wawancara kelompok bersama pemuda Desa Mulangsari Kondisi jalan di Desa Mulangsari

93 83 Kondisi jalan di Desa Mulangsari Gambar 11 Kondisi jalan di Desa Mulangsari Persawahan di Desa Mulangsari Persawahan di Desa Mulangsari Tanaman Hortikultura (kacang panjang) Tumpangsari antara padi dan kacang panjang Gambar 12 Kondisi pertanian di Desa Mulangsari

94 84 Pangepakan kacang panjang Kegiatan panen kacang panjang Kegiatan panen kacang panjang Gambar 13 Kegiatan panen di Desa Mulangsari

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 51 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 6.1 Keragaman Penguasaan Lahan Penguasaan lahan menunjukkan istilah yang perlu diberi batasan yaitu penguasaan dan tanah.

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

ARTANTI YULAIKA IRIANI A

ARTANTI YULAIKA IRIANI A DISTRIBUSI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN DAN SISTEM TENURIAL DI DESA-KOTA (Kasus Desa Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) ARTANTI YULAIKA IRIANI A14204004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga pertanian merupakan

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dengan judul Pengaruh Lingkungan Prostitusi Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan jenis

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh Susi Novela FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kemiskinan perdesaan telah menjadi isu utama dari sebuah negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian 17 BAB III METODOLOGI Metode penelitian memuat informasi mengenai lokasi dan waktu penelitian, teknit penentuan responden dan informan, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Jurusan Pendidikan Biologi. Oleh : AHMAD HAKIM NIM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Jurusan Pendidikan Biologi. Oleh : AHMAD HAKIM NIM HUBUNGAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN BERINTEGRASI NILAI ISLAM TERHADAP SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA KELAS X MA THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM PATI TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN DI SIOMAY KUAH SEGAR YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN DI SIOMAY KUAH SEGAR YOGYAKARTA TUGAS AKHIR ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN DI SIOMAY KUAH SEGAR YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KE JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KECAMATAN BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KE JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KECAMATAN BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KE JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KECAMATAN BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Hypermart Kota Gorontalo, dengan waktu penelitian selama 3 bulan dari bulan September-November Tahun 2013. B.

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana menurut Vardiansyah (2005:64) adalah jenis penelitian yang membangun pengetahuan dan memperoleh

Lebih terperinci

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung. Sekolah ini beralamat di Jalan Dr. Setiabudhi No

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENEITIAN

BAB III METODE PENEITIAN BAB III METODE PENEITIAN A. Metode Penelitian Pada sebuah penelitian terdapat sesuatu metode atau cara yang bersifat ilmiah yang di perlukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Surakhmad

Lebih terperinci

RELASI PETANI GUREM DENGAN TENGKULAK SEBAGAI PERTUKARAN SOSIAL PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

RELASI PETANI GUREM DENGAN TENGKULAK SEBAGAI PERTUKARAN SOSIAL PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI RELASI PETANI GUREM DENGAN TENGKULAK SEBAGAI PERTUKARAN SOSIAL PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI (THE RELATIONSHIP OF SMALL FARMERS AND MIDDLEMAN AS A SOCIAL EXCHANGE FOR FARMERS IN BANYUWANGI) SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGIKAT TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KARAWANG DAN KABUPATEN BOGOR ANJAS RAFSAN PALLAWA

FAKTOR-FAKTOR PENGIKAT TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KARAWANG DAN KABUPATEN BOGOR ANJAS RAFSAN PALLAWA FAKTOR-FAKTOR PENGIKAT TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KARAWANG DAN KABUPATEN BOGOR ANJAS RAFSAN PALLAWA SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM i KONTRIBUSI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP TERHADAP PENINGKATAN LIFESKILL PADA WARGA BELAJAR LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN SANDANG JAYA DI KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Oleh Joko Mardiyanto

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya. Desain

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya. Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner

III. METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner kepada petani di kecamatan penerima Bantuan Langsung Benih Unggul. Tujuan

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Kasus Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) WHENNIE SASFIRA ADLY DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar rakyatnya hidup dari mengolah tanah untuk mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci