1. DEFINISI Obat anti psikotik merupakan obat yang ditujukan untuk sindrom psikosis.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. DEFINISI Obat anti psikotik merupakan obat yang ditujukan untuk sindrom psikosis."

Transkripsi

1 1. DEFINISI Obat anti psikotik merupakan obat yang ditujukan untuk sindrom psikosis. Dimana sindrom psikosis merupakan gejala berupa hendaya berat dalam kemampuan menilai realitas, hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental dan hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat antipsikotik dapat juga disebut sebagai Neuroleptics, major tranquillizers, ataractics, antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekuivalennyasinonim dari obat anti psikotik adalah neuroleptics, major tranquilizer, ataractics, antipsychotics drugs, neuroleptika. Penggolongan dari obat 1

2 anti psikotik adalah golongan tipikal dan atipikal. Haloperidol adalah salah satu obat anti psikotik tipikal yang berada pada golongan obat butyrophenone sedangkan risperidone merupakan obat anti psikotik atipikal golongan benzisoxazole. Mekanisme kerja obat anti psikotik tipikal adalah memblokade dopamin pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists). Sedangkan obat anti psikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap dopamine D2 receptors, juga terhadap serotonin 5 HT2 receptors (serotonin-dopamine antagonists). 2. Mekanisme Kerja Obat Antipsikotik Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D 2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan Antagonis Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau antipsikotik tipikal. Kerja dari APG 1 menurunkan hiperaktifitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D 2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Apabila APG 1 memblok reseptor D 2 di jalur mesokortikal, dapat memperberat gejala negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blokade reseptor D 2 di nigrostriatal dapat menyebabkab timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti pada Parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade 2

3 reseptor D 2 di tuberoinfundibular oleh APG 1 menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat badan. APG 1 selain menyebabkan terjadinya blockade reseptor D 2 pada keempat jalur dopamine, juga menyebabkan terjadinya blockade reseptor kolinergik muskarinik sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. APG 1 juga memblok reseptor histamine (H 1 ) sehingga timbul efek samping mengantuk dan peningkatan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor 1 adrenergik sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi orthostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun. Antipsikotik generasi kedua (APG II) sering disebut sebagai Serotonin Dopamin Antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping extrapyramidal system lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negative. Perbedaan antara APG I dengan APG II adalah APG I hanya memblok reseptor D 2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT 2A ) dan reseptor dopamine (D 2 ). APG II bekerja secara simultan pada keempat jalur dopamine yaitu : Mesolimbik : APG II menyebabkan antagonis 5HT 2A gagal untuk mengalahkan antagonis D 2 di jalur ini sehingga blockade reseptor D 2 menang. Hal ini yang 3

4 menyebabkan APG II dapat memperbaiki simptom positif skizofrenia. Pada keadaan normal serotonin akan menghambat pelepasan dopamine. Mesokortikal : APG II lebih banyak berpengaruh dalam memblok reseptor 5HT 2A dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamine dan dopamine yang dilepas menang daripada yang dihambat. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif. Nigrostriatal : pelepasan dopamine melebihi dari blokade reseptor dopamine sehingga mengurangi extrapyramidal simptom Tuberoinfundibular : pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambat reseptor 5HT 2A menyebabkan pelepasan dopamine meningkat sehingga pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia. APG II tidak hanya bekerja pada antagonis reseptor 5HT 2A dan D 2, tetapi juga beberapa subtipe antara lain reseptor 5HT 1A, 5HT 1D, 5HT 2c, 5HT 3, 5HT 6, 5HT 7 dan D 1, D 3, D 4 juga antimuskarinik (M 1 ), antihistamin (AH 1 ), 1, dan 2. Hal ini mengakibatkan APG II juga dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada bipolar I dan II. 3. Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan : Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu. 4

5 Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 2-6 jam. Waktu paruh : jam (pemberian 1-2 x perhari). Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien. Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) à dievaluasi setiap 2 minggu dan timbul bila perlu dinaikkan à dosis optimal à diturunkan setiap 2 minggu à dosis maintenance à dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) à tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu à stop. Neuroleptika dengan dosis terapeutik tinggi seperti chlorpromazine, thioridazine, perazine) lebih baik digunakan untuk hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan, agitasi (agresif). Neuroleptika dengan dosis terapeutik rendah seperti flufenazin, trifluoperazin, perfenazin, haloperidol, pimozid lebih manjur untuk skizofrenia seperti autisme, gangguan proses pikir, gangguan afek dan emosi. Antipsikotik spektrum luas; untuk psikotik akut termasuk levomepromazine, klorprotixen, tioridazin, klorpromazin. Antipsikotik jangka panjang digunakan untuk psikotik kronik termasuk haloperidol, Trifluoperazin, Flufenazin. 4. Antipsikotik tipikal 5

6 Antipsikotik tipikal memiliki keuntungan jarang menyebabkan terjadinya Sindrom Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan simptom positif. Namun antipsikotik tipikal juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Mudah terjadi extrapyramidal syndrome dan tardive dyskinesia 2. Memperburuk simptom negative dan kognitif 3. Meningkatkan kadar prolaktin 4. Sering menyebabkan kekambuhan Pembagian antipsikotik tipikal A. Berdasarkan Potensi a) Potensi Tinggi Potensi tinggi bila dosisi APG 1 yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg. APG 1 potensi tinggi diantaranya haloperidol, fluphenazine, dan trifluoperazine, dan thiothixene. Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan darah rendah. b) Potensi Sedang Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara mg. APG 1 potensi sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG 1 potensi tingi dan potens rendah. c) Potensi Rendah Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50 mg. APG 1 potensi rendah diantaranya adalah chlorpromazine, thioridazine dan mesoridazine. Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi orthostatic, lethargi dan simptom antikolinergik meningkat. 6

7 Simptom antikolinergik berupa mulut kering, retensi urine, pandangan kabur, dan konstipasi. B. Berdasarkan Rumus Kimia a) Phenothiazine : Rantai aliphatic : Chlorpromazine, levomepromazine Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine Rantai piperidine : thioridazine b) Non Phenothiazine Butyrophenone : haloperidol Diphenylbutyl-piperidine : pimozide Benzamide : sulpiride Dibenzodiazepine : clozapine Benzisoxazole : risperidone No Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran Tablet 25 dan Chlorpromazine 100mg mg/hari Injeksi 25 mg/ml Perphenazin Tablet 2, 4, 8 mg Phenothiazine mg/hari Trifluoperazin Tablet 1 dan 5 mg mg/hari Fluphenazine Tablet 2,5 mg, 5 mg Thioridazin Tablet 50 dan 100 mg Tablet 0,5 mg, 1,5 mg/hari mg/hari 5-15 mg/hari 2. Butyrophenone Haloperidol mg, 5 mg Injeksi 5 mg/ml Droperidol Ampul 2,5 mg/ml 7,5 15 mg/hari 7

8 Diphenyl- Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 1 4 mg/hari 3. butyl- piperidine 5. Antipsikotik atipikal APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan yaitu : 1. APG II menyebabkan extrapyramidal symptom jauh lebih kecil disbanding APG I, umumnya pada dosis terapi jarang terjadi extrapyramidal symptom. 2. APG II dapat mengurangi symptom negative dari skizofrenia dan tidak memperburuk gejala negative seperti yang terjadi pada pemberian APG I 3. APG II menurunkan symptom afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten. 4. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit Alzheimer. Akibat interaksi dengan banyak reseptor lainnya maka APG II dapat menyebabkan terjadinya beberapa efek samping misalnya peningkatan berat badan, sedasi, kejang atau agranulositosis. Pembagian antipsikotik atipikal Antipsikotik Generasi Kedua (APG II) yang digunakan sebagai : First line : risperidon, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole Second line : clozapine Indikasi pengobatan dari obat antipsikotik atipikal antara lain : Sindrom psikosis Sindrom psikosis fungsional, misalnya : skizofrenia, psikosis paranoid 8

9 Sindrom psikosis organik, misalnya : demensia, intoksikasi alkohol Indikasi spesifik, misalnya : efektif untuk menurunkan gejala negatif skizofrenia dan terapi pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat antipsikotik konvensional. I. HALOPERIDOL Haloperidol adalah obat antipsikosis dengan nama dagang haloperidol decanoas (haloperidol 50 mg/ml). Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan sebagai terapi rumatan untuk psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat. STRUKTUR KIMIA HALOPERIDOL Haloperidol termasuk ke dalam golongan butirofenon. Senyawa butirofenon merupakan senyawa yang dikembangkan dari petidin. sruktur kimiamya 4-[4-(4- Chlorophenyl)-4- hydroxypiperidino] - 4-fluorobutyrophenone, C21H23ClFNO2. Farmakokinetik Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih 9

10 dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat melaui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal. Farmakodinamik Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon memperlihatkan bahan sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin ppiperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif karena butirofenon selain menghambat efek dopamin juga meningkatkan efek turn over ratenya. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi utama haloperidol ialah psikosis. Selain itu haloperidol merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de La Tourette, suatu kelainan neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances of foul expletives (koprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok). Pemberian haloperidol harus tidak dianjurkan pada pasien dengan deprsi system saraf pusat, koma, penyakit parkinson, penderita gangguan hepar, serta wanita hamil dan menyusui. Sediaan dan Dosis Tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg. Selain itu dalam bentuk sirup 5 mg/100 ml dan ampul 5 mg/ml. Pada remaja dan dewasa haloperidol digunakan secara oral dengan dosis awal 0,5 mg sampai 5 mg sebanyak 2-3 x per hari. Pada anak-anak usia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran kg, haloperidol diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg per KgBB/hari (dibagi dalam 10

11 2-3 dosis) dan pada pasien lanjut usia dosis yang digunakan 2 mg sebanyak 2-3x sehari. Haloperidol digunakan dengan dosis inisial mg. Efek samping dan Intoksikasi Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden yang tinggi, terutama pada pasien usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik. Haloperidol sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal/sindroma parkinson; dimana gejalanya berupa : - Wajah seperti topeng (kekakuan) - Tremor - Suara seperti pelo (susah didengar) - Hipersalivasi - Jalan seperti robot Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah dengan tablet trihexyphenidyl (artane) 3-4 x 2 mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75, mg (IM). Haloperidol selain antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana 100 CPZ setara dengan 1,5-2,5 mg haloperidol. Interaksi obat 11

12 Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksinpiridoksin, antijamurazol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, nefazodon, paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepine tertentu, kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin, inhibitor HMG0CoA reductase tertentu, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, sildenafil, takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium, trazodon dan antidepresan trisiklik. Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat menyebabkan mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat meningkatkan resiko ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Benztropin dan antikholinergik lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek antikholinergik. Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan metabolisme haloperidol. Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari kombinasi. Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya. 12

13 Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya. Trisiklik dengan haloperidol, mengurangi kecepatan ekskresi dari trisiklik (kadar dalam plasma meningkat) terjadi potensial efek antikolinergik (ileus paralitik, disuria, gangguan absorbsi. Haloperidol dengan lithium, menyebabkan efek neurotoksis bertambah (ataxia dan diskenesia, tetapi efek neurotoksis tidak tampak pada pemakaian kombinasi dosis rendah. Interaksi obat psikotik dengan obat lainnya: - Anti Psikotik + Anti Psikotik Lain Potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat anti psikotik. Misal : Chlorpromazine + Reserpine = Potensi efek hipertensi. - Anti Psikotik + Anti Depresan Trisiklik Efek samping antikolinergik meningkat hati hati pada pasien dengan BPH, glaucoma, ileus, dan penyakit jantung). - Anti Psikotik + Anti Anxietas Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat(acute adjunctive therapy). - Anti Psikotik + ECT Dianjurkan tidak memberikan obat anti psikotik pada pagi hari sebelum dilakukan ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang tinggi. - Anti Psikotik + Anti Konvulsan Ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis anti konvulsan harus lebih besar (dose related) yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti psikosis haloperidol. - Anti Psikotik + Antasida Efektivitas obat anti psikotik menurun disebabkan gangguan absorpsi. 13

14 II. RISPERIDONE Risperidone adalah benzisoxazole pertama yang diperkenalkan di Amerika Serikat untuk terapi Skizofrenia. Afinitasnya bermakna untuk reseptor D 2, selain itu, risperidone merupakan antagonis yang lipoten untuk reseptor serotonin tipe 2 (5- HT 2 ). STRUKTUR KIMIA RISPERIDON Risperidon termasuk golongan benzisoxazole dengan rumus kimia C 23 H 27 FN 4 O 2 Farmakokinetik Risperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral. Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi oleh makanan dan mencapai kadar puncak kira-kira satu jam setelah pemberian dan memiliki waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Hidroksilasi merupakan jalur metabolisme terpenting yang mengubah risperidone menjadi 9- hidroxyl-risperidone yang aktif. Studi risperidone dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma yang lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada pasien dengan gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Farmakodinamik 14

15 Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia. Efek pada organ dan sistem spesifik Risperidone tidak mempunyai efek merugikan dari segi neurologis dan efek merugikan lainnya lebih sedikit dibandingkan obat lain dalam kelas ini. Indikasi terapeutik Indikasi terapeutik risperidone hampir sama dengan clozapine yaitu untuk terapi skizofrenia yang resisten terhadap terapi dengan antipsikotik konvensional. Efek samping Efek samping seperti sedasi, otonomik dan ekstrapiramidal pada risperidone lebih ringan dibanding dengan obat antipsikotik konvensional lainnya. Sediaan dan Dosis Risperidone tersedia dalam tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. diberikan secara oral. Dosis : 15

16 Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien) Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya sehingga tidak boleh digunakan. Interaksi Obat Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan alkohol. Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin lainnya. Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone. Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone. Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi risperidone. 16

17 KESIMPULAN Antipsikotik adalah sekelompok obat yang menghambat reseptor dopamine tipe 2 (D2) dan reseptor serotonin (5HT2A). antipsikotik terbagi dua tipikal dan atipikal. Antipsikotik tipikal bekerja menghambat reseptor dopamin sementara antipsikotik atipikal bekerja menghambat reseptor dopamin dan serotonin. Dalam penggunaan obat antipsikotik, golongan atipikal lebih baik daripada tipikal karena: 1. Antipsikotik atipikal dapat bekerja mengurangi gejala positif sekaligus menekan gejala negatif, sementara tipikal hanya bekerja mengurangi gejala positif. 2. Efek samping ekstrapiramidal pada atipikal lebih ringan daripada tipikal. 17

18 DAFTAR PUSTAKA N, Amir Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Sadock BJ and Sadock VA Kaplan & Sadock s synopsis of psychiatry : Behavioral sciences/clinical psychiatry.10 th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and WOLTERS Kluwer business. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI. 18

19 19

Penanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku yang berat pada anak.

Penanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku yang berat pada anak. Haloperidol Deskripsi - Nama & Struktur Kimia - Sifat Fisikokimia : : Haloperidolum, 4-[4-(4-Chlorophenyl)-4-hydroxypiperidino]-4-fluorobutyrophenone. C21H23ClFNO2. Mikrokristal tidak berbentuk, berwarna

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras di otak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek samping yang perlu

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan 1 Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan perilaku.

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras di otak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek samping yang perlu

Lebih terperinci

Sindrom ekstrapiramidal (EPS)

Sindrom ekstrapiramidal (EPS) Sindrom ekstrapiramidal (EPS) SINDROM EXTRAPIRAMIDAL (EPS) 1. PENDAHULUAN Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agitasi Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sangatlah sering dijumpai di dalam pelayanan gawat darurat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. usia yang muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi (Kaplan dkk., 1997).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. usia yang muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi (Kaplan dkk., 1997). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dalam kebanyakan kasus bersifat sangat serius, berkelanjutan dan dapat mengakibatkan kendala sosial, emosional, dan kognitif

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA 1. PENDAHULUAN Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan mental emosional dengan karakteristik berupa gangguan proses pikir (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi),

Lebih terperinci

RISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia

RISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia RISPERIDONE (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Skizofrenia Risperdal (risperidone) boleh digunakan dalam rawatan akut dan lanjutan skizofrenia. Ia dindikasikan untuk pesakit dewasa dan remaja yang berumur 13 17

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Benedict A.Morel (1809-1873), seorang dokter psikiatri dari Prancis menggunakan istilah demence precoce untuk pasien yang memburuk dimana penyakitnya (gangguannya)

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Kabupaten Banyuwangi, 10-12 Juli 2017 Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: Halusinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diberi perhatian. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diberi perhatian. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan penyakit otak yang presisten dan serius yang harus diberi perhatian. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Alifatik. Piperazine. Piperidine. Pimozide

Alifatik. Piperazine. Piperidine. Pimozide TERAPI PSIKIATRIK 1. TERAPI ORGANIK/ SOMATOTERAPI 2. TERAPI KERJA/ OKUPASI TERAPI 3. PSIKOTERAPI TERAPI ORGANIK suatu usaha untuk memodifikasi tau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran. Gangguan tersebut dapat berupa disorganisasi (kekacauan) isi pikiran, yang ditandai antara lain

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom kronik yang beranekaragam dari pemikiran yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, paham yang

Lebih terperinci

dr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP

dr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN TERAPI ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGAYKARTA dr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP.198709232014022001 HASIL

Lebih terperinci

POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH X PERIODE OKTOBER DESEMBER TAHUN

POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH X PERIODE OKTOBER DESEMBER TAHUN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH X PERIODE OKTOBER DESEMBER TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sering dijumpai dan termasuk gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia juga merupakan salah

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.07 No. 01 April 2010 ISSN

PHARMACY, Vol.07 No. 01 April 2010 ISSN KEAMANAN OBAT ANTI PSIKOTIK BAGI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS TAHUN 2009 Melike Christiani, Sudarso, Didik Setiawan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl.

Lebih terperinci

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap A. R. Fadilla 1, & R. M. Puspitasari 1 1 Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional Korespondensi:

Lebih terperinci

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti NEUROTRANSMITTER Kurnia Eka Wijayanti Neurotransmitter Merupakan senyawa pengantar impuls dari sebuah saraf ke target organ Dilepaskan dari ujung axon dan masuk ke celah sinaps Jenis neurotransmitter Klas

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TRIHEKSIFENIDIL DI BIDANG PSIKIATRI

ASPEK BIOLOGI TRIHEKSIFENIDIL DI BIDANG PSIKIATRI ASPEK BIOLOGI TRIHEKSIFENIDIL DI BIDANG PSIKIATRI I GUSTI AYU VIVI SWAYAMI Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali luput dari perhatian. Orang sengaja menghindari dan tidak mencari bantuan bagi keluarganya yang

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia. Judul: Skizofrenia Prof. Jayalangkara tanra, (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flufenazin dekanoat Fluphenazine adalah derivat fenotiazin dan termasuk ke dalam sub famili piperazine. Golongan piperazine adalah derivat fenotiazin yang paling kuat (efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Jiwa, 2000). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai seseorang yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Jiwa, 2000). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai seseorang yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu

Lebih terperinci

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Pendahuluan Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat 1 sampai 1,5% (Kaplan, et al,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat 1 sampai 1,5% (Kaplan, et al, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat 1 sampai 1,5% (Kaplan, et al, 1997) dan kemunculan angka kejadian nampak konstan lintas Negara dan budaya yang berbeda

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.

Lebih terperinci

MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI

MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 DAFTAR MODUL Minggu Topik No Sub Topik Level Hal Modul Kompetensi I Gangguan Mental

Lebih terperinci

Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Ida Lisni 1, Dharma Patti 1, Siti Saidah 2 1 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, email: lisni_ida@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

ELXION Tablet Salut Selaput. Komposisi Tiap tablet mengandung escitalopram oksalat setara dengan escitalopram 10 mg.

ELXION Tablet Salut Selaput. Komposisi Tiap tablet mengandung escitalopram oksalat setara dengan escitalopram 10 mg. ELXION Tablet Salut Selaput Komposisi Tiap tablet mengandung escitalopram oksalat setara dengan escitalopram 10 mg. KETERANGAN KLINIS Indikasi terapi Pengobatan episode depresi utama Pengobatan gangguan

Lebih terperinci

GANGGUAN PENYAKIT KEJIWAAN SKIZOFRENIA

GANGGUAN PENYAKIT KEJIWAAN SKIZOFRENIA GANGGUAN PENYAKIT KEJIWAAN SKIZOFRENIA Schizophrenia Skema Titik-titik syaraf di kepala yang terganggu sehingga menyebabkan SKIZOFRENIA 2 Skema Masalah Skizofernia Ada 2 (dua) orang temanku terkena penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang - kadang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang - kadang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang - kadang mempunyai perasaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (drug related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (drug related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Obat Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa dalam (DSM- IV) adalah konsep sindrom perilaku atau psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu

Lebih terperinci

STUDI RETROSPEKTIF PENGGUNAAN TRIHEXYFENIDIL PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP YANG MENDAPAT TERAPI ANTIPSKOTIK DI RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

STUDI RETROSPEKTIF PENGGUNAAN TRIHEXYFENIDIL PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP YANG MENDAPAT TERAPI ANTIPSKOTIK DI RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 2 (2) : 124-131 ISSN : 2442-8744 October 2016 STUDI RETROSPEKTIF PENGGUNAAN TRIHEXYFENIDIL PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP YANG MENDAPAT

Lebih terperinci

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT GANGGUAN BIPOLAR Disusun oleh: Brigitta Intan P.S. 1510221041 Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN NOVEMBER-DESEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk yang terdapat di seluruh

Lebih terperinci

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS ANTAGONIS KOLINERGIK Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Antagonis kolinergik disebut juga obat peng hambat kolinergik atau obat antikolinergik. Yang paling bermanfaat

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 KAJIAN PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Fakultas

Lebih terperinci

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI GOLONGAN : K KANDUNGAN : Atropine sulfat DOSIS : 250-1000 µg secara subkutan. KEMASAN : Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 ml SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk

Lebih terperinci

ESCITALOPRAM. Jika terlupa mengambil ubat, ambil sejurus selepas mengingati selagi masih dalam beberapa jam masa yang sepatutnya

ESCITALOPRAM. Jika terlupa mengambil ubat, ambil sejurus selepas mengingati selagi masih dalam beberapa jam masa yang sepatutnya ESCITALOPRAM (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Lexapro (escitalopram) adalah ubat psikiatri yang digunakan untuk merawat gangguan utama depresi (MDD- Major Depressive Disorder) pada orang dewasa dan remaja berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Dalam Undang-undang no 23 tahun 1992 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang berpengaruh terhadap perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri individu yang normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham),

Lebih terperinci

Studi Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan

Studi Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 153-164 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif,

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, perilaku, dan emosional tetapi tidak ada gejala tunggal yang patognomonik dari gangguan. Diagnosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retak atau pecah (split), dan phren yang artinya pikiran, yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retak atau pecah (split), dan phren yang artinya pikiran, yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Skizofrenia a. Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu Schizein yang artinya retak atau pecah (split), dan phren yang artinya pikiran,

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia adalah sekelompok gejala yang dibebabkan adanya gangguan pada otak yang ditandai dengan halusinasi, delusi, kemampuan berkomunikasi yang

Lebih terperinci

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin Pengertian Macam-macam obat uterotonika Cara kerja / khasiat obat uterotonika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Uterotonika - 2 Pada aterm, sekresi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

Psikofarmaka, Terapi Kejang Listrik & Psikoterapi. Oleh : Bahagia Loebis Syamsir BS Departemen Psikiatri FK-USU

Psikofarmaka, Terapi Kejang Listrik & Psikoterapi. Oleh : Bahagia Loebis Syamsir BS Departemen Psikiatri FK-USU Psikofarmaka, Terapi Kejang Listrik & Psikoterapi Oleh : Bahagia Loebis Syamsir BS Departemen Psikiatri FK-USU 1 Pemakaian obat (= drug) digunakan dlm mengatasi 1. Kasus ansietas 2. Kasus depresi 3. Kasus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi Gangguan jiwa dalam beberapa hal disebut sebagai perilaku abnormal yang dianggap sama dengan sakit mental, sakit jiwa, selain itu terdapat juga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA Aulia Nisa, Victoria Yulita Fitriani, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Off Label 1. Pengertian Off-label Obat off-label merupakan obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat sepertiindikasi obat yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

OBA B T A T S I S ST S E T M

OBA B T A T S I S ST S E T M OBAT SISTEM GASTROINTESTINAL dr. Agung Biworo,M.Kes ULKUS PEPTIK Mukosa lambung dibagi menjadi tiga daerah ekskresi : Area glandula kardia mensekresi mukus dan pepsinogen. Area glandula oksintik (parietal)

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN TERAPI ANTIPSIKOTIK HALOPERIDOL-KLORPROMAZIN DAN RISPERIDON-KLOZAPIN PADA PASIEN SKIZOFRENIA COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS AND EFFICACY OF ANTIPSYCHOTICS THERAPY OF HALOPERIDOL-CHLORPROMAZINE

Lebih terperinci

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 1 Rute pemberian obat Untuk memperoleh efek yang cepat obat biasanya diberikan secara

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT / GANGGUAN SALURAN CERNA ULKUS PEPTIK ULKUS PEPTIK

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT / GANGGUAN SALURAN CERNA ULKUS PEPTIK ULKUS PEPTIK FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT / GANGGUAN SALURAN CERNA Oleh dr. Agung Biworo, M.Kes ULKUS PEPTIK Mukosa lambung dibagi menjadi tiga daerah ekskresi : Area glandula kardia mensekresi mukus dan pepsinogen.

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

Gambaran dan Karakteristik Penggunaan Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik

Gambaran dan Karakteristik Penggunaan Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik Artikel Penelitian Gambaran dan Karakteristik Penggunaan Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik Rudy Wijono, Martina Wiwie Nasrun, Charles Evert Damping Departemen Psikiatri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

Di Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat.

Di Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional kronik yang relatif sering terjadi dimana ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci