MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI"

Transkripsi

1 MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016

2 DAFTAR MODUL Minggu Topik No Sub Topik Level Hal Modul Kompetensi I Gangguan Mental 1 Delirium 3A 3 Organik Gangguan Psikotik 2 Skizofrenia 3A 7 3 Gangguan Psikotik Lainnya 3A 15 (Gangguan Psikosis akut) II Gangguan Afektif 4 Gangguan Mania 3A 20 5 Gangguan Depresif 3A 29 6 Gangguan Bipolar 3A 37 III Gangguan Ansietas/ 7 Gangguan ansietas 3A 43 Neurosis menyeluruh 8 Gangguan panik 3A 46 9 Gangguan somatoform 4A 50 IV Gangguan mental 10 Retardasi Mental 3A 53 emosional pada anak dan remaja Gangguan Tidur 11 Insomnia 4A 55 Gangguan mental dan 12 Intoksikasi Akut zat 3B 59 perilaku penggunaan psikoaktif akibat zat psikoaktif Adiksi/ Ketergantungan zat psikoaktif 3A 59 2

3 MODUL I GANGGUAN MENTAL ORGANIK BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN MENTAL ORGANIK TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK : DELIRIUM Kompetensi : 3A 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Mental Organik (terutama delirium) b. Menjelaskan pembagian Gangguan Mental Organik c. Menjelaskan etiologi Gangguan Mental Organik d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan Mental Organik e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Mental Organik f. Menjelaskan prognosis Gangguan Mental Organik 2. Psikomotor a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian 3

4 impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga 4

5 DEFINISI ETIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Merupakan gangguan gangguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak secara temporer atau permanen. Disfungsi ini dapat primer, seperti pada penyakit, cidera, dan rudapaksa yang langsung atau diduga mengenai otak, dapat juga sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Disebut juga dengan organic brain syndrome, meliputi : 1. Delirium dan demensia 2. Sindrom amnestik dan halusinasi 3. Sindrom waham organik 4. Sindrom afektif organik 5. Sindrom kepribadian organik 6. Intoksikasi dan sindrom putus zat Riwayat perubahan tingkah laku yang timbul akibat disfungsi primer pada otak, seperti pada penyakit, cidera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh 1.Adanya faktor organik yang dimulai secara etiologik berhubungan dengan gangguan mental itu, atas dasar riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium Penyakit primer pada otak (contoh : stroke, infeksi SSP, trauma kapitis, dll) Penyakit sistemis yang secara sekunder mempengaruhi otak (contoh demam tifoid, malaria, sepsis, Gagal ginjal dll) Zat toksik yang mempengaruhi otak langsung, atau mempengaruhi dalam jangka waktu panjang Sindrom putus zat pada seseorang yang tergantung secara faal 2. Penurunan yang konsisten dari aktivitas (goal directed activities). 3. Perubahan perilaku emosional : Emosi labil, Euphoria, iritabilitas dan bisa juga apati 4.Tidak bisa mengontrol diri, kebersihan dan tindakan sexual yang tidak sopan 5. Gangguan proses berfikir : curiga 5

6 PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS 6. Arus pemikiran cepat dan berubah ubah 7. Gangguan itu demikian parahnya, hingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Pemeriksaan penunjang bergantung pada jenis GMO, sesuai dengan saran bagian terkait. Kriteria Diagnostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum: 1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian. 2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari. 3. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul. 4. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum. DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING Derlirium 1. Skizofrenia 2. Psikosis Akut 3. Gangguan Konversi TERAPI Bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri belum teratasi, rawat bersama bagian psikiatri dengan bagian terkait di bagian terkait. Perawatan di bagian psikiatri: bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri telah teratasi oleh bagian terkait. Terapi: Anti psikotik 6

7 Anti ansietas EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit dan hubungannya dengan kondisi medis umum pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Tergantung kondisi medis umum yang mendasari DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & Wilkins. 7

8 MODUL 2 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : SKIZOFRENIA TUJUAN PEMBELAJARAN SKIZOFRENIA SUB TOPIK : KOMPENTENSI : 3A SKIZOFRENIA 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis skizofrenia b. Menjelaskan pembagian skizofrenia c. Menjelaskan etiologi skizofrenia d. Menjelaskan tanda dan gejala skizofrenia e. Menjelaskan penatalaksanaan skizofrenia f. Menjelaskan prognosis skizofrenia 2. Psikomotor a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan 8

9 diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk k. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Merupakan gangguan jiwa yang berat, yang ditandai dengan distorsi fikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Meliputi : 1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia 9

10 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT ETIOLOGI Faktor Organik : PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI a. Faktor Genetik b. Faktor Biokimiawi : - Dopamin Faktor Psikososial : - Serotonin Konflik Intrapsikik. - Norepinephrin Komunikasi yang patologik. Interaksi keluarga yang patologik : 1) Adanya dominating figure dalam keluarga. 2) Hub. Suami-istri dalam bentuk permusuhan kronis Status Mental A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi atau kotor, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: tidak koperatif, bermusuhan B. Psikomotor: Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang bicara kacau D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi, afek tumpul, afek yang terbatas, afek datar Mood mood disforik, mood yang iritabel. E. Proses Pikir 1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis, tes realitas terganggu 10

11 2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham bizarre, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, though of withdrawal, though of broadcasting, though of insertion, though of control, waham agama. F. Persepsi Halusinasi Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin. Pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar minimal sekali 6 bulan karena penggunaan obat yang lama akibat perjalanan penyakit yang kronis dan progresif. Diagnosis skizofrenia dan skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut : Walaupun tidak ada gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya untuk membagi gejala-gejala tersebut ke 11

12 dalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya: 2 a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal dan thought broadcasting; b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus; persepsi delusional; c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh; d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain); e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan (overload ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama bermingguminggu atau berbulan-bulan terus-menerus; f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme; g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor; h. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, respon emosional yang menumpul 12

13 DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING TERAPI atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanisfestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attiude) dan penarikan diri secara sosial. 2 Pedoman Diagnostik Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT 1. gangguan mental organik 2. gangguan afektif gejala psikotik Ada 3 model pengobatan skizofrenia 1. Somatic therapy a.terapi obat 13

14 b.terapi kejang listrik (ECT=electro convulsive therapy) 2.Psikoterapi a. berupa tata laksana psikoterapi b. psikoterapi formal (dapat diberikan hanya pada kasus yg tenang) 3.Milleu therapy (=terapi lingkungan ) Terapi obat dibagi atas 3 fase : 1. Fase akut 2. Fase stabilisasi : paling sedikit 6 bulan 3. Fase stabil l serangan I : 6 bulan-2 tahun l serangan II : 2 tahun-5 tahun l serangan III : seumur hidup Obat antipsikotik dibagi atas : 1. OAP tipikal 2.OAP atipikal Perawatan : jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya. Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Terapi Oral : Antipsikotik tipikal atau Antipsikotik atipikal Chlorpromazin 3 x mg/ hari - po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po Trifluoperazine 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi Olanzapin 5-10mg/hari Quetiapin: tab SR mg/hari po Pengobatan dapat digabungkan dengan antipsikotik injeksi jangka panjang (long acting), setiap 2-4 minggu. Electro Convulsive Therapy - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain 14

15 Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT EDUKASI Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad malam Quo ad Sanationam : Dubia ad malam Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 15

16 MODUL III BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN PSIKOSIS LAINNYA TUJUAN PEMBELAJARAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA SUB TOPIK : GANGGUAN PSIKOSIS AKUT DAN SEMENTARA 1. Kognitif 2. Psikomotor KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Psikosis akut dan sementara b. Menjelaskan pembagian Gangguan Psikosis akut dan sementara c. Menjelaskan etiologi Gangguan Psikosis akut dan sementara d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan psikosis akut dan sementara e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Psikosis akut dan sementara f. Menjelaskan prognosis Gangguan Psikosis akut dan sementara a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis 16

17 b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk l. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga 17

18 PENGERTIAN ETIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga Psikotik akut didefinisikan sebagai suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan psikotik yang jelas yang terjadi dalam periode 2 minggu atau kurang. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang : Meliputi : 1. Gangguan Psikotik Polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia 2. Gangguan Psikotik Polimorfik akut dengan gejala Skizofrenia 3. Gangguan Psikotik lir Skizofrenia akut. 4. Gangguan Psikotik akut lainnya dengan predominan wahana. 5. Gangguan Psikotik akut dan sementara lainnya 6. Gangguan Psikotik akut dan sementara YTT Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat. Status Mental A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: tidak koperatif B. Psikomotor: 18

19 Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang bicara kacau D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi, afek yang terbatas, afek labil Mood mood disforik, mood yang iritabel, mood labil E. Proses Pikir 4. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis, tes realitas terganggu 5. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan 6. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham:, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, waham agama dan lain lain F. Persepsi Halusinasi Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu 19

20 PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Judgment sosial : terganggu Laboratorium rutin Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (a) Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang); (b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ; (c) Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ; (d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode depresif. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (a) Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut (b) Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas. (c) Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia. DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING Gangguan Psikotik Akut 1. Skizofrenia 2. Gangguan mental organik 3. Gangguan afektif bipolar dengan gejala psikotik 4. Episode depresif berulang dengan gejala psikotik 20

21 TERAPI Perawatan : Jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya. Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Terapi Oral : Antipsikotik atipikal atau antipsikotik tipikal Chlorpromazin 3 x mg/ hari - po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po Trifluroperazin 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi) Olanzapin 5-10mg/hari po Quetiapin: tab SR mg/hari po Dan lain-lain Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT Psikoterapi Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam 21

22 Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, MODUL 4 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK: GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK : GANGGUAN AFEKTIF MANIK 1. Kognitif 2. Psikomotor GANGGUAN AFEKTIF MANIK KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan afektif manik b. Menjelaskan pembagian Gangguan afektif manik c. Menjelaskan etiologi Gangguan afektif manik d. Menjelaskan tanda dan gejala Gangguan afektif manik e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan afektif manik f. Menjelaskan prognosis Gangguan afektif manik a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah 22

23 utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk m. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien 23

24 h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Gangguan afektif manik adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah peningkatan suasana perasaan dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. Meliputi : 1. Hipomania 2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT 1. Hipomania Derajat ringan dan mania Afek meninggi dan meningkatkan aktifitas menetap beberapa hari berturut-turut. Tidak begitu mengganggu aktifitas sehari-hari 2. Mania Tanpa Gejala psikotik Episode berlangsung minimal satu minggu Afek meninggi dan peningkatan aktifitas, bicara banyak dan cepat, kebutuhan tidur kurang, ide-ide kebesaran dan terlalu optimistic Mengganggu aktifitas sehari-hari 3. Mania Dengan Gejala Psikotik Gambaran menyerupai mania tanpa gejala psikotik Ditemukan waham kejar, waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek yang meningkat. Riwayat perubahan tingkah laku dengan meningkatnya suasana alam perasaan, cenderung gembira berlebihan, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan Sikap: tidak koperatif, ekspansif (menguasai), menggoda 24

25 B. Psikomotor: Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi Mood mood disforik, mood elevated E. Proses Pikir 7. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak 8. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 9. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi F. Persepsi Halusinasi (bisa ada/ tidak) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu 25

26 PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin Fungsi ginjal jika direncanakan untuk mendapat terapi Lithium Carbonat Menurut PPDGJ-III F. 30 Episode Manik Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. Menurut DSM-IV-TR Pedoman diagnostik episode manik: a. Periode terpisah mood yang secara abnormal dan persisten meningkat, ekspansif, atau iritabel yang berlangsung hingga setidaknya 1 minggu (atau berapa pun lama waktunya jika memerlukan rawat inap). b. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah ada (empat gejala jika mood hanya iritabel) dan signifikan: 1) Harga diri membumbung atau rasa kebesaran 2) Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa telah beristirahat setelah tidur hanya 3 jam) 3) Lebih banyak berbicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk terus berbicara 4) Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya saling berlomba 5) Perhatian mudah teralih (perhatian terlalu mudah ditarik ke stimulus eksternal yang tidak penting dan tidak relevan) 6) Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan (baik secara sosial, di tempat kerja atau sekolah, maupun secara seksual) atau agitasi psikomotor 7) Keterlibatan yang berlebihan di dalam aktivitas yang menyenangkan dan berpotensi tinggi memiliki akibat menyakitkan (terlibat di dalam kegiatan berbelanja yang tidak bisa ditahan, tindakan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh) 26

27 c. Gejala tidak memeuhi kriteria episode campuran. d. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata fungsi pekerjaan maupun aktivitas atau hubungan sosial yang biasa dengan orang lain, atau memerlukan rawat inap untuk mencegah mencelakakan diri sendiri atau orang lain, atau terdapat ciri psikotik. e. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat atau kondisi medis umum. 1.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar Menurut PPDGJ-III F31 Gangguan Afek bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30) F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala 27

28 psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING 1. Hipomania 2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT 1. Skizoafektif tipe manik 2. Gangguan afektif bipolar TERAPI Mania Dengan Gejala Psikotik ; Regimen mania ditambah dengan : Chlorpromazin 3 x mg/ hari po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po trifluoperasin 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi) Olanzapin 5-10mg/hari Quetiapin: tab SR mg/hari po Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 28

29 2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 29

30 MODUL 5 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK: EPISODE DEPRESIF 1. Kognitif 2. Psikomotor EPISODE DEPRESIF KOMPETENSI: 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis episode depresif b. Menjelaskan pembagian episode depresif c. Menjelaskan etiologi episode depresif d. Menjelaskan tanda dan gejala episode depresif e. Menjelaskan penatalaksanaan episode depresif f. Menjelaskan prognosis episode depresif a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama 30

31 c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga 31

32 PENGERTIAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga Merupakan gangguan mental dimana yang menonjol adalah suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas. Meliputi : 1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang 3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik Riwayat perubahan tingkah laku dengan suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas. Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: koperatif, pasif B. Psikomotor: hipoaktif C. Pembicaraaan Produktivitas pembicaraan menurun, perbendaharaan menurun, nada melemah D. Emosi Afek afek appropiate Mood mood depresif E. Proses Pikir 32

33 10. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (+), psikosis (-), tes realitas terganggu/ tidak 11. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Tidak ada 12. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham nihilistik (bila psikotik). F. Persepsi Halusinasi (bila psikotik) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin Menurut PPDGJ III EPISODE DEPRESIF (F32) Gejala Utama: 1. Afek depresif 2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan 3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. 33

34 Gejala lainnya : a) Konsentrasi dan perhatian berkurang b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f) Tidur terganggu g) Nafsu makan berkurang Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-) EPISODE DEPRESIF RINGAN (F32.0) Pedoman Diagnostik 1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas 2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g) tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya 3) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurangkurangnya sekitar 2 minggu 4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya Karakter kelima : F32.00 = Tanpa gejala somatik F32.01 = Dengan gejala somatik EPISODE DEPRESI SEDANG (F32.1) (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama (2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya 34

35 (3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusanrumah tangga. EPISODE DEPRESI BERAT (F32.2) (1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada (2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat (3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan. (4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.3) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. 1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang 3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik 1. Skizoafektif tipe depresi 2. Gangguan afektif bipolar TERAPI Perawatan : Bila membahayakan lingkungan dan dirinya Untuk Episode Depresi : Regimen I : SSRI - Fluoxetin mg/hr po - Sertralin mg/hr po Regimen II : Amitripin mg/ hr-po dalam dosis terbagi. Tidak 35

36 diberikan pada usia >45 tahun dan atau dengan gangguan jantung. Regimen III : Maprotilin mg/hr po dalam dosis terbagi Untuk Episode Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik: Regimen antidepresi ditambah dengan : Antipsikotik per oral Pada keadaan gelisah dapat diberikan : Injeksi Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari EDUKASI Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of 36

37 Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, MODUL 6 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR SUBTOPIK : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR 1. Kognitif 2. Psikomotor KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Afektif Bipolar b. Menjelaskan pembagian Gangguan Afektif Bipolar c. Menjelaskan etiologi Gangguan Afektif Bipolar d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan Afektif Bipolar e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar Menjelaskan prognosis Gangguan Afektif Bipolar a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah 37

38 utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk o. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien 38

39 h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Gangguan afektif adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah gangguan afek yang mempengaruhi fungsi kognisi psikomotor. Gangguan Afektif dapat terjadi secara bipolar atau unipolar. Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hiponia), dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode Manik (kriteria mengikuti PPK gangguan afektif manik) : Biasanya mulai tiba-tiba berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan Episode Depresi (kriteria mengikuti PPK episode depresi) : Bisa Berlangsung lebih lama ( ± 6 bulan ). Meliputi : 1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik 2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala psikotik 6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik 7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi 9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT ANAMNESIS Riwayat perubahan tingkah laku yang berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hipomania), 39

40 dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode. Kedua episode terjadi setelah terjadinya stress atau trauma mental lain. PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan Sikap: tidak koperatif, ekspansif (menguasai), menggoda B. Psikomotor: Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi Mood mood disforik, mood elevated E. Proses Pikir 13. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak 14. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 15. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi F. Persepsi Halusinasi (bisa ada/ tidak) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) 40

41 G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin. Pemeriksaan fungsi ginjal jika direncanakan penggunaan Lithium Carbonat. Menurut PPDGJ-III F31 Gangguan Afek bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30) F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik 41

42 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau DIAGNOSIS KERJA 1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik 2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala psikotik 6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik 7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi 9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT DIAGNOSIS BANDING TERAPI 1. Skizoafektif tipe campuran Penatalaksanaan A. Farmakoterapi Antipsikotik atipikal atau tipikal Mood stabilizer B. Non Farmakoterapi ECT 42

43 C. Psikoterapi Psikoedukasi, Psikoterapi suportif D. ECT ( Electro Convulsive Therapy ) Diberikan pada pasien : EDUKASI Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 43

44 MODUL 7 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK: GANGGUAN ANSIETAS PENGERTIAN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH SUB TOPIK: GANGGUAN KOMPETENSI : 3A ANSIETAS MENYELURUH Gangguan ansietas menyeluruh merupakan gangguan ansietas kronik yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan, sulit dikendalikan, dan menetap, yang disertai dengan gejala-gejala somatik dan psikik. ANAMNESIS Keluhan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja. Dapat disertai dengan gangguan. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang ). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : 1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb) 2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) 3. Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Penampilan : sesuai usia, perawatan diri cukup baik Psikomotor : agak gelisah, tidak bisa duduk tenang, selama wawacara kadang meremas-remas tangan Pembicaraan : lancar, volume dan artikulasi cukup Mood : cemas Afek : luas Persepsi : tidak ada halusinasi dan ilusi Proses pikir : koheren Isi pikir : tidak ada waham 44

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Egi Prayogi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun Alamat : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah Pekerjaan :

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK CASE REPORT SESSION Senin, 20 Agustus 2007 SKIZOFRENIA HEBEFRENIK BSR 15 Agustus 2007 Disusun oleh : Robby Hermawan C11050199 Wulan Apriliani C11050258 Pembimbing : Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis. STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : JenisKelamin : Umur : Agama : Suku : Pendidikanterakhir : Status Pernikahan : Pekerjaan : Alamat : Tempat Wawancara : Tanggal Masuk : II. RIWAYAT PSIKIATRI No.

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ S U S A K N A LAPOR D I O N A R A P A I SKIZOFREN J SP.K, D H L U IF A Y S. A. R D : G IN PEMBIMB I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. An Umur : 29 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat / TTL : Tanjung Pinang,

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K) CASE REPORT SESSION Oleh: Denny Maulana 130112080106 Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K) SUB BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menjelaskan kembali pengertian gangguan mood Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) CASE REPORT SESSION SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Disusun oleh : Siska Nurlaela 1301 1206 0144 Dina Astiyanawati 1301 1206 0147 Pembimbing : Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia. Judul: Skizofrenia Prof. Jayalangkara tanra, (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada gangguan

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Benedict A.Morel (1809-1873), seorang dokter psikiatri dari Prancis menggunakan istilah demence precoce untuk pasien yang memburuk dimana penyakitnya (gangguannya)

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Pendahuluan Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,

Lebih terperinci

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Disusun oleh: Ajeng Destara W G1A209076 Diajukan kepada Yth.: dr. Hj. Tri Rini B. S., Sp.KJ Pengertian Gangguan waham adalah gangguan isi pikir, wahamnya biasanya bersifat

Lebih terperinci

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan. I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan Status Pekerjaan Alamat : Ny. S : 58 tahun : Perempuan : Islam : SMP (tamat) : Menikah : Ibu Rumah Tangga : Jakarta II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agitasi Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sangatlah sering dijumpai di dalam pelayanan gawat darurat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA DAN MANFAATNYA TERHADAP KEPERAWATAN 1 PENDAHULUAN Linneacus (1707-1778) memulai klasifikasi yang teratur Thn 1853 dlm Kongres statistik internasional William

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya RSJ.GRHASIA Rumah Sakit GRHASIA Berdiri tahun 1938, sekitar 70 tahun yang lalu. Pertama kali belum dijadikan sebagai rumah sakit jiwa seperti

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015 Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama: Ny. SI Jenis kelamin: P Pekerjaan: Cleaning service Alamat: Kota Umur: 19 tahun Status pernikahan: Belum Menikah Agama: Islam Suku bangsa: Sunda Tanggal masuk panti:

Lebih terperinci

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10 I IDENTITAS PASIEN: Nama (inisial) : Tn. Z Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 9 Mei 1985 Usia : 31 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Betawi Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tukang

Lebih terperinci

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa

Lebih terperinci

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep Latar belakang Pasien dengan penyakit ginjal kronik akan mempengaruhi psikologis individu, salah satu kondisi pasien

Lebih terperinci

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre [LAPORAN KASUS] Sindrom Ekstra Piramidal pada Laki-Laki 29 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid Khairun Nisa Berawi, Fathia Sabila Umar Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Skizofrenia paranoid

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia

STATUS PSIKIATRI. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS Nama : Ny. I Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 22 tahun Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari 1992 Agama : Islam Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia Status Pernikahan

Lebih terperinci

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM Konsep Kesehatan Jiwa Sadar akan kemampuan diri Mampu mengatasi tekanan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan mood merupakan perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, umumnya mengarah ke depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat) yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar I. IDENTITAS Topik : Gangguan Bipolar Sub topik : Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis dan Terapi Gangguan Bipolar Hari / tanggal

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi 1. Gangguan Bipolar A. Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

Lebih terperinci

KEGAWATDARURATAN PSIK I IA I TR T I

KEGAWATDARURATAN PSIK I IA I TR T I KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI PEMERIKSAAN WAWANCARA DX & PENATALAKSAAN PENGERTIAN Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku (tindakan)

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2. 1.1 Skizofrenia A. Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik Judul: Gangguan Mental Organik prof. Jayalangkara Tanra (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA Skill Lab. Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2014 PENGANTAR Setelah melakukan

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman / RSKD Atma Husada Mahakam Refleksi Kasus POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ` Oleh Dinar Wulan H. NIM 0910015051 Pembimbing dr. Denny

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Kabupaten Banyuwangi, 10-12 Juli 2017 Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: Halusinasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung SKIZOFRENIA PARANOID PADA SEORANG WANITA DENGAN FAKTOR PSIKOSOSIAL SEBAGAI STRESSOR Pratami YN 1) 1) Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latarbelakang. Skizofrenia merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt STANDAR PENGUJIAN KESEHATAN JIWA (PSIKIATRI) KELAINAN PSIKIATRI KELAS 1

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa dalam (DSM- IV) adalah konsep sindrom perilaku atau psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu

Lebih terperinci