2 BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Pada era modern ini, penggunaan sistem informasi menjadi sebuah nilai strategik tersendiri bagi setiap perusahaan, dikarenakan bisa menentukan kesuksesan dari perusahaan itu sendiri. Tantangan yang semakin berat dihadapi yaitu semakin banyak orang menginginkan untuk bisa memiliki sebuah sistem informasi yang bisa menyediakan akses ke informasi yang dicari kapan saja dan dimana saja. Kunci keberhasilan pengembangan sistem itu sendiri dimulai dengan proses analisa dan desain sistem untuk mengerti persyaratan-persyaratan bisnis yang harus ada dalam sebuah sistem informasi. Dan, dalam buku System Analysis and Design In A Changing World 5 th Edition (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010), pengertian sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling terkait dengan komponen lain yang berperan mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proses bisnis. Menurut O Brien (2005, p. 5), sistem informasi adalah segala kombinasi teratur yang meliputi manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan data yang mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi dalam satu organisasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi sistem informasi adalah sekumpulan komponen penyusun (sub-sistem) yang saling berkaitan, berhubungan, dan bekerjasama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi didalam suatu organisasi sebagai pendukung utama dari proses bisnis yang dijalankan. 2.2 Apotek Keberadaan apotek di tengah-tengah masyarakat sangatlah penting. Dikarenakan apotek berperan sebagai salah satu unit penyalur perbekalan farmasi, selain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Penyalur Alat Kesehatan, dan toko obat yang ada. 11

2 12 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027, pengertian apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

3 13 Menurut Peraturan Pemerintah No. 51, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Jadi, apotek merupakan pelayanan produk dan jasa berupa layanan kefarmasian dan penjualan obat dan produk kesehatan lainnya, yang dikaitkan dengan kepuasan dari konsumen, dalam hal ini masyarakat luas. Pengelolaan apotek adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian. Dan, untuk masuk ke dalam bisnis apotek bukanlah hal yang mudah, karena terdapatnya peraturan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dalam membangun apotek fisik, terdapat peraturan yaitu tata cara pendirian apotek yang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 dimana harus memiliki apoteker pengelola apotek, bangunan, perlengkapan, dan sebagainya. Tetapi, dilihat dari dunia global sekarang dimana pemakaian sistem dan teknologi informasi lebih memudahkan orang untuk menjalankan proses bisnis, maka industri apotek online menjadi sebuah prospek yang baik dimasa yang akan datang. Apotek online yang berkonsep sebagai perantara (intermediary) antara apotek konvensional (yang memiliki ikatan kerja sama) dengan masyarakat. Terdapat beberapa peraturan dan undang-undang internasional untuk apotek online. Seperti dari Food and Drug Administration (FDA), yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi penggunaan resep obat secara aman yang diawasi oleh tenaga profesional berlisensi ( Dan juga, telah dikembangkan peraturan dan penerbitan laporan tentang apotek online oleh organisasi profesi di Amerika Serikat, The National Association of Boards of Pharmacy, yang membentuk program bernama Verified Internet Pharmacy Practice Sites (VIPPS). Sedangkan, di Indonesia sendiri, belum memiliki peraturan atau perundang-undangan khusus mengenai apotek online. Tetapi, terdapat beberapa peraturan spesifik yang berkaitan mengenai perdagangan obat di Indonesia yang diatur dalam: - Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

4 14 Keputusan ini dibuat dengan tujuan sebagai perdoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi, melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. - Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/Kab/B.VII/72 tentang Pedagang Eceran Obat. Peraturan ini mengatur mengenai orang atau badan hukum di Indonesia yang memliki ijin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terdaftar untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin. - Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI No. 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan. Peraturan ini berkaitan dengan peraturan impor atau pemasukan obat dan makanan kedalam wilayah Indonesia. - Ordonansi 1 Obat Keras (Staatsblad 2 nomor 419 Tahun 1949). Ordonansi ini mengatur mengenai peredaran obat keras di Indonesia. Peraturan-peraturan diatas dapat menjadi sebuah penghalang masuk (entry barriers) ke dalam industri apotek online ini. Tapi, dengan melakukan proses bisnis yang legal, baik, dan benar, ditambah dengan melakukan penjualan obatobatan yang terdaftar, maka tidak akan ada masalah berarti dengan regulasiregulasi diatas. 2.3 Lean Startup Konsep lean startup diambil dari konsep lean yang digunakan untuk revolusi dalam bidang manufaktur. Konsep lean tersebut dikembangkan oleh Taiichi Ohno dan Shigeo Shingo di Toyota. Prinsipnya adalah menghasilkan pengetahuan dan kreativitas setiap pekerja, penyusutan ukuran tiap batch, just-intime production, kontrol terhadap inventori dan akselerasi cycle time. Konsep ini menekankan perbedaan antara aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai dan yang tidak berguna sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas. (Ries, 2011) 1 Ordonansi, dalam (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ), adalah Peraturan Pemerintah. 2 Staatsblad adalah lembaran Negara. (Proz)

5 15 Lean Startup mengadaptasi konsep ini kedalam bidang kewirausahaan. Konsep ini menghimbau para wirausahawan untuk menilai pencapaian mereka dengan cara berbeda dengan cara konvensional, yang disebut validated learning. Dengan pembelajaran secara ilmiah sebagai tolak ukurnya, dapat ditemukan dan dieliminasi sumber dari hal tidak berguna yang ada pada kewirausahaan. Prinsip dari lean startup adalah sebagai berikut: 1. Wirausahawan berada dimana pun, baik pendiri perusahaan baru maupun karyawan di suatu perusahaan; 2. Kewirausahaan adalah manajemen; 3. Validated learning. Dalam membangun bisnis yang berkesinambungan, terdapat pembelajaran secara ilmiah yang dapat digunakan untuk menguji tiap elemen dari visi; 4. Build-Measure-Learn. Aktivitas fundamental dari startup adalah merubah ide menjadi produk, mengukur respon pelanggan, dan mempelajari apakah perlu diubah atau dipertahankan; 5. Innovation accounting. Akuntasi yang dirancang untuk startup mengenai bagaimana cara mengukur progress, cara membuat milestones, dan cara memprioritaskan pekerjaan. 2.4 Manajemen Strategis Definisi Manajemen Strategis Dalam menetapkan arah bagi perusahaan dalam arti menggunakan dan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada dalam perusahaan dibutuhkan yang namanya strategi. Dan sebuah proses, bagaimana seorang pimpinan mampu menganalisa dan mengidentifikasi kondisi pasar untuk memberikan keuntungan terbaik dalam perusahaan dalam membantu memenangkan persaingan pasar. Menurut David (2011, p. 37), manajemen strategis merupakan seni dan ilmu tentang merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan berbagai peluang baru maupun unik untuk masa depan. Konsep manajemen strategik adalah suatu proses manajemen puncak yang mengelompokkan dan diaktualisasikannya agenda strategik dari organisasi

6 16 tersebut. Adapun tujuan dari manajemen strategik adalah untuk menciptakan efektivitas jangka panjang organisasi itu, didalam dua lingkungan yakni pada satu sisi lingkungan kewenangan khusus ataupun cakupan aktivitas dari organisasi. Sedangkan disisi lain berupa lingkungan pengemnbangan kapasitas terhadap keorganisasiannya. (Heene, Desmidt, Afiff, & Abdullah, 2011, p. 76) Dan menurut Robbins dan Coulter (2014, p. 266), manajemen strategik adalah apa yang manajer lakukan untuk mengembangkan strategi organisasi. Strategi sendiri adalah keputusan dan tindakan yang menentukan performa jangka panjang organisasi. Manajemen strategis penting bagi organisasi karena hal ini penting untuk menentukan seberapa baik performa suatu organisasi, perusahaan terus menghadapi situasi lingkungan yang berubah, dan karena manajemen strategis berhubungan erat dengan keputusan yang akan diambil oleh manajer.manajemen strategik berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen: planning, organizing, leading, dan controlling. Dapat disimpulkan, definisi dari manajemen strategik adalah pengintegrasian semua proses manajemen lainnya dengan tujuan mengembangkan diri berdasarkan suatu pendekatan dalam menentukan tujuantujuan objektif dari organisasi kemudian mengaktualisasikannya, memantau, dan mengevaluasinya Model Manajemen Strategis Di dalam pelaksanaan manajemen strategis terdapat suatu model yang dapat membantu mempermudah pemahaman. Setiap model merepresentasikan semacam proses. Model ini terdiri dari proses-proses komprehensif yang mencakup perencanaan/perumusan, implementasi dan evaluasi. Masing-masing tahapan ini sama pentingnya. Meskipun telah disusun dengan sangat baik dan praktis, model ini tidak menjamin kesuksesan karena strategi terbaik pun dapat saja gagal apabila implementasi dan evaluasinya tidak dilaksanakan selayaaknya. Hubungan antar komponen utama dalam proses manajemen strategis ditampilkan dalam model, dimana komponen tersebut digambarkan secara berurutan. Robbins & Coulter (2014, pp ) menjabarkan proses manajemen strategis kedalam enam tahapan sebagai berikut : 1. Identifikasi misi, tujuan dan strategi organisasi saat ini

7 17 2. Melakukan analisis eksternal 3. Melakukan analisis internal 4. Formulasi strategi 5. Implementasi strategi 6. Evaluasi strategi Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi Sumber: (Robbins & Coulter, 2014, p. 268) 2.5 Model Lima Kekuatan Porter Menurut David (2011), model lima kekuatan Porter (Porter s Five Forces Model) tentang analisa kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Intensitas persaingan dapat dilihat dari lima kekuatan yang dikemukakan Porter: Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter Sumber: (David, 2011) 1. Persaingan diantara perusahaan

8 18 Persaingan antar perusahaan menjadi bagian yang paling kuat diantara semua model kekuatan. Dikarenakan, strategi yang dijalankan oleh perusahaan hanya dapat dikatakan berhasil, jika, strategi tersebut dapat menghasilkan suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang tidak didapat oleh perusahaan saingan. Strategi yang dapat diaplikasikan cukup beragam, mulai dari, menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambah fitur-fitur tertentu, menyediakan jasa lebih, menambah masa garansi, sampai pada meningkatkan promosi melalui iklan. 2. Potensi masuknya pesaing baru Intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat ketika ada perusahaan baru yang dapat dengan mudah masuk kedalam suatu industri tertentu. Dan, dalam masuk kedalam industri, perusahaan yang baru tersebut harus dapat menawarkan produk atau jasa yang memiliki kualitas lebih tinggi, dengan harga yang lebih rendah, serta sumber daya pemasaran yang mumpuni. 3. Potensi pengembangan produk pengganti Perusahaan akan menghadapi persaingan dengan produk-produk pengganti yang ditawarkan oleh pesaing. Persaingan produk pengganti akan semakin meningkat, pada saat harga dari produk pengganti lebih murah dan berbanding lurus dengan biaya perpindahan (switching cost) konsumen yang semakin turun. 4. Kekuatan tawar pemasok Kekuatan tawar pemasok yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan bahan mentah semakin tinggi. Beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan berkaitan dengan pemasok: - Perusahaan dapat melakukan integrase kebelakang untuk dapat mengontrol atau mengambil alih kepemilikan atas perusahaan pemasok. Strategi ini akan berdampak efektif, pada saat pemasok tidak dapat diandalkan, biaya yang dikeluarkan terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten - Menggunakan pemasok dari luar untuk beberapa bagian dibanding melakukan produksi sendiri.

9 19 - Melakukan kemitraan strategis dengan memilih pemasok dalam usaha untik mengurangi biaya gudang dan logistik sampai pada meningkatkan kualitas dari komponen-komponen tertentu. 5. Kekuatan tawar konsumen Kekuatan tawar konsumen menjadi kekuatan yang mempengaruhi keunggulan kompetitif karena daya beli konsumen merupakan poin penting dalam memenangkan persaingan dengan kompetitior. Kekuatan tawar konsumen dapat meningkat dalam kondisi-kondisi berikut ini: - Jika mereka berpindah ke barang pengganti - Jika penjual kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen - Jika konsumen dapat membandingkan produk dari penjual satu dan lainnya 2.6 Kanvas Model Bisnis Dalam membuat sebuah model bisnis dibutuhkan tools yang bisa membantu mendeksripsikan model bisnis tersebut secara detail. Seperti yang dijelaskan dalam buku Business Model Generation (Osterwalder & Pigneur, 2010), terdapat sebuah tool untuk membuat model bisnis yang dinamakan kanvas model bisnis (business model canvas). Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), model bisnis mendeskripsikan alasan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, membawakan, dan menangkap nilai. Hal ini, bisa diartikan sebagai, pembuatan konsep model bisnis dimana bisa dimengerti oleh semua orang. Tantangan yang ada adalah konsep yang dibuat harus sederhana, relevan, dan bisa dimengerti dari sebuah kompleksitas fungsi dalam perusahaan. Sebuah model bisnis bisa dideskripsikan dalam sembilan dasar blok-blok yang menunjukkan logika bagaimana perusahaan ingin menghasilkan profit. Sembilan blok ini mencakup empat area utama dalam bisnis: konsumen, penawaran, infrastruktur, dan faktor keuangan. Model bisnis menjadi berupa blueprint untuk sebuah strategi yang akan diimplementasikan dalam struktur organisasi, proses bisnis, dan sistem berjalan.

10 20 Gambar 2.3 Nine Building Blocks Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010) Dari sembilan blok ini, maka bisa dibuatkan sebuah kanvas. Kanvas ini adalah model sederhana dari sembilan blok diatas, yang akan mempermudah orangorang untuk melakukan diskusi mengenai setiap elemen-elemen dalam model bisnis. Gambar 2.4 Business model canvas Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010) Segmentasi konsumen (customer segments) Pada bagian ini, perusahaan menentukan apakah akan melauani satu atau beberapa segmen pelanggan untuk bisnis yang dibuat. Bagian ini

11 21 dibutuhkan, agar perusahaan dapat fokus untuk melayani dan memenuhi konsumen berdasarkan dari segmentasi yang ditetapkan. Beberapa tipe dari segmentasi konsumen yaitu: mass market, niche market, segmented, diversified, dan multi-sided market Proposisi nilai (value propositions) Blok ini, merupakan bagian yang mendeskripsikan bagaimana produk dan jasa yang ditawarkan dapar menciptakan atau menghasilkan nilai bagi segmen pelanggan yang spesifik. Nilai yang diciptakan dapat bersifat kuantitatif (contohnya harga dan kecepatan dalam pelayanan) dan kualitatif (seperti desain dan pengalaman pelanggan). Proposisi nilai ini akan menjadi alasan kenapa konsumen menjadi loyal atau berpindah kepada perusahaan lain. Hal ini menjelaskan masalah konsumen atau memenuhi kebutuhan dari konsumen. Beberapa elemen yang dapat dijadikan acuan dalam penentuan proposisi nilai, yaitu: 1. Newness Mengenalkan suatu hal yang baru yang sebelumnya tidak dianggap sebagai suatu penawaran. 2. Performance Menciptakan nilai dengan meningkatkan kinerja dari produk atau jasa yang sudah ada. 3. Customization Membuat suatu produk atau jasa yang spesifik sesuai dengan kebutuhan segmentasi pelanggan 4. Getting the job done Menciptakan nilai yang dapat membantu para pelanggan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. 5. Design Menawarkan suatu desain produk yang berbeda. 6. Brand/status Pelanggan dapat menemukan nilai dengan cara yang sederhana seperti menggunakan dan menunjukkan produk dengan merek tertentu. 7. Price

12 22 Menawarkan suatu barang yang memiliki nilai yang sama dengan harga yang lebih rendah. Hal ini sangat efektif, terutama untuk segmentasi konsumen yang price-sensitive. 8. Cost reduction Membantu pelanggan untuk mengurangi biaya merupakan cara yang penting dalam pembuatan nilai. 9. Risk Reduction Nilai dimana pelanggan akan mendapat resiko yang minimum ketika mereka membeli produk atau jasa. 10. Accessbility Membuat produk dan jasa tersedia bagi pelanggan yang sulit untuk mengakses produk tersebut. Hal ini dapat mebuat inovasi pada model bisnis, teknologi baru, atau menggabungkan keduanya. 11. Convenience/usability Membuat hal yang lebih mudah dan sederhana, digunakan dapat menciptakan nilai yang kuat Channels Channels merupakan bagian blok yang menjelaskan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan mencapai segmen pelanggan mereka untuk menyampaikan value proposition mereka. Channels memiliki beberapa fungsi, yaitu: - Membangun kesadaran konsumen tentang produk dan jasa perusahaan - Membantu konsumen mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan - Mengijinkan konsumen membeli produk dan jasa yang spesifik - Mengirimkan proposisi nilai kepada konsumen - Menyediakan layanan post-purchase Hubungan dengan konsumen (customer relationships) Blok customer relationships menjelaskan tentang tipe hubungan yang digunakan untuk segmen pelanggan yang spesifik. Beberapa kategori customer relationship untuk beberapa segmen pelanggan: 1. Personal assistance

13 23 Jenis hubungan yang didasarkan pada interaksi manusia. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan pelanggan sesungguhnya sehingga dapat mendapatkan bantuan pada saat proses penjualaan atau pada saat proses pembelian selesai. Proses ini dapat berlangsung pada saat berada pada point on sales, melalui call center, menggunakan maupun dengan cara lain. 2. Dedicated personal assistance Jenis hubungan ini direpresentatifkan untuk individu pelanggan yang spesifik. Jenis hubungan ini menggambarkan hubungan yang lebih mendalam dengan pelanggan dan biasanya digunakan untuk menjalin hubungan yang lama dengan pelanggan. Seperti contohnya private bank service. 3. Self-service Pada tipe self-service, perusahaan tidak melakukan hubungan secara langsung dengan pelanggan. Perusahaan menyedikan hal yang biasa dirasa perlu, sehingga pelanggan dapat membantu diri mereka sendiri atau dengan kata lain melayani diri sendiri. 4. Automated services Jenis hubungan ini mencampurkan dengan bentuk yang lebih canggih dari self- service, semua dilakukan dengan proses otomatis. 5. Communities Perusahaan memanfaatkan komunitas pengguna untuk menjadi lebih terlibat dengan pelanggan dan memfasilitasi hubungan antara komunitas dengan member. 6. Co-creation Beberapa perusahaan sudah beralih dari hubungan tradisional pelanggan dengan vendor menjadi nilai co-creation dengan pelanggan. Amazon mengundang pelanggan untuk melakukan review terhadap buku sehingga dapat menjadi nilai bagi pelanggan lainnya. Memanfaatkan pelanggan untuk menciptakan konten Aliran pendapatan (revenue streams) Arus pendapatan merupakan blok yang merepresentasikan bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan dari setiap segmen pelanggan.

14 24 Ada beberapa cara perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, yaitu: 1. Asset sale Mendapatkan keuntungan dengan cara menjual milik sendiri menjadi produk yang dijual. 2. Usage Fee Mendapatkan keuntungan dari penggunaan jasa tertentu. 3. Subscrition fee Mendapatkan keuntungan menjual jasa secara berkelanjutan (continuous services. 4. Lending/Renting/Leasing Mendapatkan keuntungan dengan cara memperbolehkan pelanggan menggunakan properti atau aset dalam jangka waktu tertentu dengan membayar biaya penggunaan aset atau properti tersebut. 5. Licensing Mendapatkan keuntungan dengan cara memberikan pelanggan hak untuk menggunakan property intelektual yang dilindungi, dengan cara membayar biaya lisensi. 6. Brokerage fee Mendapatkan keuntungan dengan menyedikan jasa intermediasi yang digunakan oleh kedua belah pihak atau lebih. Sehingga mendapatkan keuntungan dari persentasi pendapatan. 7. Advertising Mendapatkan keuntungan dengan cara mengiklankan produk, jasa serta merek tertentu Sumber daya utama (key resources) Blok key resource mendeskripsikan aset yang paling penting agar membuat model bisnis dapat berjalan. Sumber daya utama dapat dikategorikan menjadi: - Physical Kategori ini termasuk aset fisik, seperti fasilitas pabrik, gedung, kendaraan, mesin, sistem, sistem point on sales, dan jalur distribusi.

15 25 - Intellectual Sumber daya intlektual seperti merek, pengetahuan, patent, copyright, partnership, dan database pelanggan merupakan komponen sangat penting dalam model bisnis. - Human Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia, tetapi sumber daya yang dibutuhkan adalah sumber daya yang sangat menonjol dalam model bisnis tertentu. - Financial Beberapa perusahaan menganggap keuangan merupakan kunci utama dalam sumber daya untuk mempekerjakan pekerja serta membeli aset dan intelektual Aktivitas utama (key activities) Blok aktivitas utama yang mendeskripsikan kegiatan penting dalam perusahaan yang harus kerjakan agar model bisnis perusahaan dapat berjalan. Aktivitas-aktivitas utama dapat dikelompokkan menjadi: 1. Production Aktivitas yang berhubungan dengan merancang, membuat, dan meciptakan produk dalam jumlah dan kualias tertentu. 2. Problem solving Tipe aktivitas yang memberikan solusi baru kepada pelanggan untuk menyelesaikan masalah pelanggan atau individu. 3. Platform/Network Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai sumber daya kunci yang didominasi oleh jaringan yang berhubungan dengan aktifitas kunci. 4. Key Partner Blok key partnership mendeskripsikan jaringan dari pemasok dan partner bisnis yang membuat model bisnis dapat berjalan. 5. Cost Structure Blok stuktur biaya mendeskripsikan biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan model bisnis. 6. Cost-driven

16 26 Cost-driven merupakan model bisnis yang berfokus pada meminimalkan biaya. 7. Value-driven Value-driven merupakan jenis struktur biaya yang berfokus pada penciptaan nilai Kemitraan utama (key partnership) Key partnership berarti bagaimana perusahaan membangun jaringan dan hubungan yang baik dengan para pemasuk dan mitra-mitra lainnya untuk mengoptimalisasi model bisnis, menekan resiko yang mungkin terjadi, ataupun untuk mendapatkan sumber daya. Kemitraan dapat dibedakan menjadi empat tipe: 1. Melakukan kerjasama strategik dengan perusahaan yang tidak menjadi kompetitor 2. Kemitraan dengan sesame kompetitor 3. Menggabungkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis baru 4. Mengembangkan hubungan pemasok dan pembeli untuk memastikan suplai yang dapat diandalkan Struktur biaya (cost structure) Blok stuktur biaya mendeskripsikan biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan model bisnis. Ada dua jenis struktur biaya model bisnis yaitu: 1. Cost-driven Cost-driven merupakan model bisnis yang berfokus pada meminimalkan biaya. nilai. 2. Value-driven Value-driven merupakan jenis struktur biaya yang berfokus pada penciptaan karakteristik struktur biaya, seperti: o Fixed Cost Merupakan biaya yang tetap sama, meskipun adanya perubahaan volume dalam memproduksi barang atau jasa. o Variable Cost

17 27 Merupakan biaya yang sangat proporsional dengan jumlah barang atau jasa yang diproduksi. o Economy of Scale Biaya keuntungan yang dapat dinikmati akibat pengembangan output. Contoh: mendapatkan potongan harga ketika membeli secara grosir. o Economy of scope Biaya keuntungan yang dinikmati oleh bisnis akibat dari cakupan bisnis yang besar. 2.7 Analisis Perilaku Konsumen Menganalisis perilaku konsumen akan menjadi hal yang sangat berguna. Dikarenakan, dengan melakukan analisis dan mengerti tentang perilaku konsumen, maka perusahaan dapat membuat produk/jasa yang dapat memberikan sebuah nilai lebih bagi konsumen yang dimiliki. Menurut (Lake, 2009), analisis perilaku konsumen berarti studi mengenai individual, dalam hal ini konsumen, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan yang berkaitan dengan bagaimana tingkat kepuasan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan. Tingkat kepuasan ini didapat dari berbagai proses, yaitu pemilihan, pembelian, dan penggunaan produk atau jasa tersebut, dan konsumen dapat merasakan keuntungan guna dan manfaat dari produk/jasa tersebut memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi dari konsumen itu sendiri. Perilaku konsumen sendiri meminjam konsep yang dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu yang lain, seperti psikologi (studi mengenai individual), sosiologi (studi mengenai kelompok), sosial psikologi (studi mengenai bagaimana individual bekerja dalam kelompok), antropologi (pengaruh kehidupan sosial kepada individual), dan ekonomi yang membentuk sebuah dasar dari disiplin ilmu pemasaran yang baru (Schiffman & Kanuk, 2010) Konsep Pemasaran Konsep pemasaran disini menjadi salah satu orientasi bisnis yang mendukung pengaplikasian strategi analisa perilaku konsumen, selain konsep orientasi produk dan penjualan. Peran pemasaran untuk bisa

18 28 berhasil, tentunya pada saat perusahaan dapat menentukan kebutuhan dan keinginan dari target pasar yang spesifik, dan dapat memberikan kepuasan lebih dibanding para pesaing. Singkatnya, konteks dari konsep pemasaran itu sendiri adalah, sebuah profit yang didapatkan perusahaan merupakan hasil dari pemenuhan kebutuhan konsumen, bukan hanya sebagai konsep pelengkap dalam dunia bisnis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, sangat penting untuk perusahaan bisa terus menerus melakukan studi rise pemasaran untuk bisa memonitor kebutuhan dan pilihan konsumen terhadap produk dan jasa yang dipasarkan, maupun yang masih dikembangkan untuk kedepannya. Dalam buku Consumer Behavior (Schiffman & Kanuk, 2010), menjelaskan terdapat enam langkah proses untuk melakukan penelitian (lihat Gambar 2.5): 1. Menentukan tujuan penelitian Pernyataan tujuan yang harus dibuat sebaik-baiknya, untuk memastikan informasi yang dibutuhkan. 2. Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder Data sekunder adalah informasi yang sudah ada dan dikumpulkan untuk sebuah tujuan penelitian. Jika, data sekunder bisa memberikan jawaban dan informasi yang dibutuhkan, maka riset utama, dapat dilewati dan tidak dilakukan sama sekali. Data sekunder yang berkaitan dengan konsumen, bisa didapatkan dari sumber internal dalam perusahaan atau organisasi terkait, ataupun melalui sumber eksternal. 3. Melakukan penelitian utama Terdapat dua kategori untuk penelitian utama, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif, biasanya dilakukan untuk mencari atau mengumpulkan ide baru, contohnya: melakukan wawancara dan/atau diskusi kelompok terarah atau focus group discusiion (FGD). Sedangkan, penelitian kuantitatif dipakai sebagai alternatif, contohnya melakukan survei, ekperimen, pembagian kuisioner dan/atau observasi. 4. Mengumpulkan data- data yang didapat, baik itu hasil dari penelitian kualitatif maupun kuantitatif 5. Menganalisis data

19 29 Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisa terhadap berbagai respons yang diterima. Sedangkan, dalam penelitian kuantitatif, peneliti mengontrol dan mengawasi proses analisa yang ada, semua respons diolah sedemikian rupa untuk diukur dan dianalisa menggunakan program analisis yang akan mengkorelasikan variabel-variabel yang ada, dan dikelompokkan dengan karakteristik demografi yang dipilih. 6. Menyiapkan laporan Laporan penelitian merupakan sebuah ringkasan eksekutif singkat dari apa yang didapat, dan direkomendasikan. Inti dari laporan tersebut berisi deskripsi dari metodologi yang digunakan, dan khusus untuk penelitian kuantitatif, termasuk tabel dan grafik didalamnya yang mendukung penemuan. Sebuah contoh dari kuisioner biasanya dimasukkan sebagai appendix untuk bisa dievaluasi objektivitas dari penemuan tersebut. Gambar 2.5 Proses Penelitian Konsumen

20 System Development Life Cycle Begitu banyak jenis sistem informasi yang diterapkan dalam berbagai proses bisnis. Dan setiap sistem memiliki siklus hidup, dimana sebuah sistem yang berasal dari sebuah ide dan pemikira, dikembangkan, didesain, dan dibangun untuk mendukung pengembangan proses bisnis yang ada. Bagian yang fundamental dalam pengembangan sistem informasi tersebut dinamakan system development life cycle (SDLC) atau siklus hidup pengembangan sistem. SDLC sendiri adalah keseluruhan proses dalam membangun, menyebarkan, menggunakan, dan meng-update sebuah sistem informasi. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Dan, menurut Dennis, Wixom, dan Roth (2012), dalam membangun sebuah sistem informasi menggunakan SDLC harus melalui 4 fase: - Perencanaan Fase ini adalah proses dimana terdapat tujuan dan sasaran dengan harus dimengerti kenapa sistem informasi tersebut harus dibangun dan menentukan bagaimana membangun sistem tersebut. - Analisis Fase analisis menjawab pertanyaan tentang siapa yang akan menggunakan sistem tersebut, apa yang bisa dilakukan sistem, dan dimana dan kapan sistem tersebut akan digunakan. Dalam fase ini, project team yang ada harus memeriksa sistem yang berjalan saat ini, mengidentifikasi peluang perubahan apa saja yang bisa dilakukan, dan mengembangkan sebuah konsep untuk sistem baru. - Desain Fase ini menentukan bagaimana sistem akan beroperasi melalui perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang akan diterapkan. Selain itu, menentukan user interface, bentuk dan laporan yang akan digunakan, spesifikasi program dan database yang dibutuhkan. Fase ini sangat menentukan bagaimana sistem akan beroperasi nantinya. - Implementasi Tahap akhir dari SDLC adalah fase implementasi, dimana sistem sudah selesai dibuat dan telah digunakan oleh user. Fase ini akan sangat diperhatikan, dikarenakan fase ini adalah fase yang memakan paling banyak waktu dan biaya dalam proses pengembangan sistem.

21 31 Gambar 2.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Sumber: (Dennis, Wixom, & Roth, 2012) Unified Process Dalam model pengembangan sistem dikembangkan dengan beberapa iterasi atau perulangan. Dan dibutuhkan sebuah model pengembangan sistem yang baru untuk mempermudah merencanakan dan mengatur perulangan-perulangan tersebut. Model tersebut dinamakan unified process (UP). Pendekatan UP sendiri memiliki 4 (empat) fase utama, 5 (lima) disiplin utama, dan 3 (tiga) disiplin tambahan, seperti pada Gambar 2.7 dibawah ini. Gambar 2.7 Unified Process Life Cycle Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, Systems Analysis & Design In A Changing World 5th Edition, 2010) Seperti yang kita lihat pada Gambar 2.7, empat fase utama dalam UP adalah: Inception Fase inception mendefinisikan ruang lingkup dari sebuah project, dengan cara menspesifikasikan setiap usecases yang ada dengan berbagai pendekatan.

22 32 Elaboration Fase elaboration berfokus pada beberapa iterasi yang mengambil bagian dalam sistem dan mendefinisikan kebutuhan sistem tersebut, memberikan dan mendesain solusi yang bisa diberikan, dan mengimplementasikannya. Construction Fase construction, adalah kelanjutan pembangunan sistem menggunakan tambahan iterasi-iterasi, termasuk desain, imeplementasi, dan pengujian. Transition Dalam fase transition, adalah bagian dimana melakukan pengujian dengan pengguna terakhir (end-user). Dan berfokus dalam memberikan pelatihan kepada end-user dan melakukan instalasi dan dukungan awal pada sistem. Dalam UP terdapat enam disiplin utama dan tiga disiplin tambahan. Disiplin yang dimaksud disini adalah kumpulan sebuah fungsionalitas yang terkait dengan berbagai aktivitas yang ada, yang memberikan kontribusi tersendiri dalam satu aspek pengembangan project. Enam disiplin utama tersebut terdiri dari: Business modelling Dalam bagian ini, terdapat beberapa aspek dari lingkungan sistem, seperti yang akan ditunjukkan secara detail melalui diagram domain class dan use case. Requirements Disiplin requirements membuat sebuah ruang lingkup sistem, dengan mendefinisikan berbagai persyaratan-persyaratan utama yang dibutuhkan dalam sistem, dan membuat daftar use cases. Setelah itu, bagian requirements akan berperan dalam membuat use cases description untuk memastikan ruang lingkup sistem itu sendiri. Design Disiplin ini berperan dalam memastikan penggunaan teknologi dengan membuat desain class diagrams dan interaction diagrams lainnya. Implementation Dalam disiplin implementation, adalah bagian dimana proses untuk membuat program, atau dengan kata lain tahap pemrograman.

23 33 Testing Bagian testing memiliki fungsi untuk memastikan dan menguji kelayakan semua proses berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Deployment Mengacu pada aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang sistem operasional, perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan untuk di implementasikan secara satu. Dan juga, terdapat 3 disiplin tambahan, dimana 3 disiplin tambahan ini diperlukan untuk perencanaa dan proses controlling dari project. Tiga disiplin tambahan ini yaitu: Configuration and change management Aktivitas pada bagian ini adalah membuat perencanaan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam project. Project management Bagian disiplin ini berfungsi untuk pembuatan timeline project dan dimana setiap proses dalam project harus dilakukan sesuai jadwal dan juga bagian ini melakukan analisis biaya dan keuntungan. Environment Mengatur dan mengintegrasikan konsep, software, dan hardware yang dibutuhkan dalam sebuah project. 2.9 Object Oriented Analysis and Design Proses desain sistem dibutuhkan sebagai jembatan penghubung antara user requirements dan programmer dalam memprogram sistem baru tersebut. Dibutuhkan suatu set model desain berorientasi objek yang detail yang dibangun dan bisa digunakan oleh programmer dalam membuat koding dan melakukan pengujian sistem baru tersebut. Sebelum masuk dalam pengertian object-oriented analysis and design (OOAD), akan dibahas istilah-istilah yang berkaitan dengan OOAD terlebih dahulu.

24 34 Analisis sistem adalah proses untuk memahami dan menspesifikasi secara detail mengenai apa yang sistem informasi perlu capai. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 4) Desain sistem adalah proses untuk menspesifikasi secara terperinci mengenai bagaimana berbagai komponen pada sistem informasi seharusnya diimplementasikan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 4) Analisa berorientasikan objek (OOA) adalah kegiatan mendefinisikan seluruh jenis objek yang bekerja di dalam sistem dan menunjukkan interaksi user, disebut use case, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 60) Desain berorientasikan objek (OOD) adalah kegiatan yang mendefinisikan seluruh jenis objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan manusia dan peralatan lain di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan memperjelas definisi setiap jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan menggunakan bahasa atau lingkungan tertentu. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 60) Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa object-oriented analysis and design (OOAD) adalah suatu cara untuk menentukan semua jenis dan tipe object yang bekerja didalam sistem dengan menggambarkan apa saja interaksi yang dibutuhkan user untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, dan memperjelas definisi dari setiap tipe dan jenis object sehingga bisa diimplementasukan dengan sebuah bahasa atau lingkungan khusus. Kegiatan utama yang merupakan bagian dari analisa adalah: 1. Mengumpulkan informasi 2. Membuat perencanaan 3. Mendefinisikan kebutuhan sistem 4. Membangun prototype untuk penemuan kebutuhan 5. Melakukan analisis kebutuhan 6. Menghasilkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada 7. Membahas kembali rekomendasi yang ada dengan manajemen. Lebih lanjut, kegiatan desain terdiri dari beberapa aktivitas yang harus dipenuhi sebagai berikut: 1. Desain dan integrasi arsitektur jaringan 2. Desain arsitektur perangkat lunak (aplikasi)

25 35 3. Desain tampilan antarmuka dengan user 4. Desain tampilan antarmuka dengan sistem 5. Desain dan integrasi database 6. Prototype untuk detail desain 7. Desain dan integrasi kontrol sistem Activity Diagram Activity Diagram adalah sebuah diagram alur kerja sederhana yang menjelaskan tentang aktivitas sejumlah user (atau system), orang yang melakukan aktivitas, dan alur sekuensial dari aktivitas-aktivitas tersebut. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 250) Gambar 2.8 Contoh Activity Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Event Table Event table adalah sebuah katalog dari use case yang berisi kejadiankejadian yang terjadi dalam beberapa baris dan bagian-bagian penting dari informasi tentang setiap kejadian dalam beberapa kolom. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Untuk lebih jelas bisa dilihat contoh dari event table dalam Gambar 2.9 dibawah ini.

26 36 Gambar 2.9 Contoh Event Table Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Use Case Diagram Use Case Diagram adalah diagram yang menggambarkan berbagai peran user dan cara user tersebut berinteraksi dengan sistem. Use Case Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan user yang menggunakan sistem serta bentuk interaksi antara user tersebut dengan sistem yang digunakannya. Gambar 2.10 Contoh Use Case Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Hubungan pada Use Case Diagram terbagi menjadi: 1. <<include>> relationship atau disebut juga <<uses>> relationship adalah hubungan antar use case yang memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain. 2. <<extends>> relationship merupakan hubungan antar use case yang memungkinkan satu use case secara optional menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain.

27 Use Case Description Use case diagram membantu untuk mengidentifikasi beberapa proses yang dilakukan oleh user dan yang harus didukung oleh sistem. Untuk pengembangan sistem yang lebih baik, kita harus lebih masuk ke level detil dengan pendeskripsian. Ada tiga level pendeskripsian dari use case, yaitu brief description, intermediate description, dan fully developed description (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). 1. Brief Description Brief description biasanya digunakan untuk use case yang sederhana, khususnya ketika ruang lingkup sistem yang akan dikembangkan itu masih kecil. Brief description (deskripsi ringkas) dapat disebut sebagai ringkasan mengenai apa yang dilakukan oleh sistem untuk merespon aksi dari pengguna. 2. Intermediate Description Intermediate description merupakan deskripsi yang lebih detail dan merupakan perluasan dari sebuah brief description untuk memasukkan arus aktivitas - aktivitas internal untuk suatu use case. Jika terdapat multiple scenarios, maka tiap arus aktivitas dideskripsikan secara masingmasing. Selain itu, dokumentasi mengenai kondisi-kondisi pengecualian juga dapat didokumentasikan jika diperlukan. 3. Fully-Developed Description Fully developed description merupakan metode yang paling formal untuk mendokumentasikan sebuah use case. Dengan menggunakan deskripsi jenis ini pengguna dapat mengetahui secara detail dan meningkatkan pemahaman pengguna mengenai proses bisnis dan bagaimana sistem harus mendukung proses bisnis tersebut. Contoh fully developed use case description dapat dilihat sebagai berikut. Use Case Name: Membuat bukti pembayaran bahan baku Scenario: Bukti pembayaran bahan baku dibuat Triggering Event: Bahan baku sudah dikirim dan diterima oleh The Krusty Krab

28 38 Brief Description: Pesanan bahan baku yang dikirim, disertai dengan tagihan. Setelah bahan baku diterima, pembayaran akan dilakukan oleh kasir sesuai dengan jumlah yang tertera dan bukti pembayaran bahan baku kemudian dibuat. Actors: Related Case: Stakeholders: Use Kasir Membuat pemesanan bahan baku Pemasok Preconditions: - Bahan baku sudah diterima - Adanya tagihan PostConditions: - Dilakukan pembayaran - Bukti pembayaran bahan baku dibuat Flow of events: Actor Systems 1. Mengecek bahan baku yang masuk dan diterima, sesuai dengan tagihan dan pesanan atau tidak. 2. Melakukan pembayaran 2.1 Bukti pembayaran dibuat Exception Conditions: 1.1 Bahan baku yang datang yang tidak sesuai dengan jumlah atau jenis yang dipesan dan atau yang tertera di tagihan, harus dilaporkan kembali kepada pemasok bersangkutan, untuk ditanya kejelasannya Tabel 2.1 Contoh Fully Developed Use Case Description Domain Model Class Diagram Domain Model Class Diagram adalah sebuah UML Class Diagram yang menggambarkan benda-benda yang penting dalam pelaksanaan tugas para pengguna, seperti class-class problem domain, hubungan antar class-class

29 39 tersebut, dan atribut- atributnya. Domain Model Class Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan class-class yang terlibat, hubungan antar class-class tersebut serta atribut-atributnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Gambar 2.11 Contoh Domain Model Class Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) First-cut Class Diagram First-cut design class diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class diagram. Hal ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu mengelaborasi atribut dengan jenis dan informasi tentang nilai awal serta menambahkan panah navigation visibility. Navigation visibility adalah prinsip perancangan dimana sebuah objek dapat melihat atau berinteraksi dengan objek lain. Dalam memulai proses perancangan, pengembangan sebuah first-cut design class diagram berdasarkan domain model class diagram yang telah dibuat pada tahap sebelumnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

30 40 Gambar 2.12 Contoh First-Cut Class Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Multilayer Design Sequence Diagram First-cut sequence diagram hanya berfokus pada class yang ada di domain layer, tahap selanjutnya adalah pengembangan sequence diagram tersebut dengan memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat multilayer design, termasuk view layer dan data access (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Gambar 2.13 Contoh Multilayer Sequence Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Package Diagrams Package diagrams adalah bagian dari dokumentasi sistem dan sub-sistem. Package diagram berguna untuk melihat class-class yang bekerja bersama dalam satu sub-sistem. Notasi dari package diagram ini sendiri adalah

31 41 sebuah persegi panjang berbentuk tab. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di Gambar Gambar 2.14 Contoh Package Diagrams Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) User Interface User Interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan user untuk menghasilkan input dan output. User interface memungkinkan pengguna sistem berinteraksi dengan komputer untuk melakukan suatu proses seperti mencatat transaksi. Terkadang output dihasilkan setelah pengguna berinteraksi dengan sistem, seperti informasi yang ditampilkan setelah query mengenai status dari suatu pesanan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

32 42 Gambar 2.15 Contoh User Interface Sumber: (

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lima Kekuatan Porter Analisis kompetitif dengan menggunakan model lima kekuatan porter adalah pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi dibanyak perusahaan (David, 2011,

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pasar Farmasi Nasional

1 BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pasar Farmasi Nasional 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga dan dicari oleh semua orang. Kesehatan adalah suatu keadaan dimana terdapat tubuh yang sehat dan utuh secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB II BUSINESS CANVAS

BAB II BUSINESS CANVAS BAB II BUSINESS CANVAS Osterwalder & Pigneur (2010) menjabarkan dalam bukunya Business Model Generation mengenai bagaimana suatu bisnis dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan value kepada konsumen.

Lebih terperinci

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUSINESS MODEL CANVAS Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas Apa itu business model canvas [BMC]??? BMC adalah model bisnis yang memaparkan 9 elemen bisnis secara singkat

Lebih terperinci

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA Komang Anom Budi Utama, SKom komang_anom@staff.gunadarma.ac.id Business Model Canvas Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation menciptakan sebuah framework

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terus meningkatnya pertumbuhan dalam dunia bisnis, tentu wajar saja semakin banyak perusahaan yang juga meningkatkan persyaratan kerjanya demi menjamin kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut (Connolly & Begg, 2005: 312), Sistem informasi adalah sumber daya yang memungkinkan pengumpulan, manajemen, kontrol,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 BUSINESS MODEL CANVAS Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi telah berkembang sangat pesat di Indonesia sejak tahun 2000. Hal ini membuat penduduk indonesia terbiasa dari penggunaan teknologi sehari-hari untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, teknologi informasi serta persaingan yang kompetitif menjadi pilihan bagi perusahaan untuk mampu bertahan dan konsisten dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya teknologi tersebut maka semakin pesat pula kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan internet di Indonesia Sumber: InternetLiveStats (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan internet di Indonesia Sumber: InternetLiveStats (2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini teknologi berkembang dengan pesat. Setiap saat dikembangkan perangkat-perangkat baru untuk mendukung kemudahan hidup manusia. Infrastruktur teknologi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mobile Application 2.2 Rumah Sakit

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mobile Application 2.2 Rumah Sakit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mobile Application Mobile application adalah proses dimana pengembangan aplikasi untuk perangkat genggam seperti telepon genggam atau PDA. Selama manufaktur aplikasi mobile sudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Informasi Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount & Speer (2012:103), Information is data or facts that are processed in a meaningful form. Jadi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu teknologi dan informasi pada era globalisasi ini, membuat persaingan bisnis semakin kompetitif terutama perusahaan yang bergerak pada sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Value Chain Value chain menurut Porter adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara menciptakan customer value lebih bagi pelanggan. Dijelaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia yang sangat pesat saat ini membawa pengaruh yang besar terhadap kinerja perusaahan di seluruh bidang bisnis baik dalam perusahaan dagang

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam pemodelan Customer Relationship Management. Adapun teori yang akan dijelaskan antara lain adalah Customer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini peran teknologi informasi sangat penting bagi proses bisnis pada suatu perusahaan. Adanya teknologi informasi pada perusahaan dapat mendukung

Lebih terperinci

Meeting 3_ADS. System Development Life Cycle (SDLC)

Meeting 3_ADS. System Development Life Cycle (SDLC) Meeting 3_ADS System Development Life Cycle (SDLC) Capaian Pembelajaran Mampu menjelaskan tentang System Development Life Cycle (SDLC) khususnya tahap planning, analysis dan design Mampu memaparkan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang saat ini mempermudah setiap orang untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi tanpa dibatasi oleh waktu,

Lebih terperinci

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL 3.1. Customer Segments KULTUR&CO menggunakan pendekatan niche market sebagai jenis konsumen dalam perancangan 9 building blocks yang mempunyai segmentasi dan spesialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan industri teknologi informasi dewasa ini telah meningkatkan tekanan terhadap perusahaan dan bisnis yang dijalankan untuk tetap dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 E-Commerce E-Commerce lebih dari sekedar menjual dan membeli produk secara online. E-commerce meliputi seluruh proses dari pengembangan, pemasaran, penjualan, pengiriman, pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah menjangkau aktivitas manusia baik secara individual maupun organisasional. Teknologi informasi telah bertransformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelanggan merupakan inti dari bisnis dan keberhasilan perusahaan tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. pelanggan merupakan inti dari bisnis dan keberhasilan perusahaan tergantung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis sekarang ini, manajemen telah mengakui bahwa pelanggan merupakan inti dari bisnis dan keberhasilan perusahaan tergantung dari bagaimana pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era milenium, perkembangan teknologi telah berkembang pesat dimana hal tersebut memberi dampak besar bagi berbagai aspek termasuk salah satunya dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini, persaingan antar perusahaan semakin sengit. Konsumen juga semakin cerdas dalam memilih produk atau jasa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi 1.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, et al (2012), sistem adalah kumpulan beberapa komponen yang saling terkait yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 E-Marketplace E-marketplace merupakan bagian dari e-commerce. Menurut Brunn, Jensen, & Skovgaard (2002), e-marketplace adalah wadah komunitas bisnis interaktif secara elektronik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi berkembang begitu pesat diikuti dengan tingkat persaingan yang begitu ketat dan tuntutan globalisasi yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 53 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis sistem, perancangan sistem, rancangan pengujian dan evaluasi sistem dalam Rancang Bangun Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini sistem informasi telah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin luas dan beragamnya penggunaan sistem informasi dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan pembangunan yang semakin pesat saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan,

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI E-COMMERCE BERBASIS WEBSITE PADA PT. KSN INDONESIA

PERANCANGAN APLIKASI E-COMMERCE BERBASIS WEBSITE PADA PT. KSN INDONESIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi dalam dunia bisnis berjalan dengan sangat pesat diikutinya dengan penggunaan website sebagai sarana untuk melakukan bisnis secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era zaman modernisasi ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa persaingan antar perusahaan baik itu perusahaan sejenis atau perusahaan lain menjadi semakin kompetitif.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan adanya kemajuan teknologi tersebut, menyebabkan meningkatnya tingkat persaingan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis melakukannya pada Rental Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, masyarakat tumbuh dan berkembang di era dimana masyarakat tidak pernah terlepas dari informasi serta memiliki ketergantungan akan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Piramida Sistem Informasi Pada kondisi sekarang ini, hampir seluruh pekerjaan yang ada telah disusun secara sistem. Sistem adalah suatu hal yang menghubungkan suatu hal dengan

Lebih terperinci

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang memiliki peranan sangat penting pada suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan karyawan itulah yang nantinya akan memberdayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. erat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Maka tidak mengherankan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. erat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Maka tidak mengherankan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, teknologi informasi telah menjadi suatu kesatuan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Maka tidak mengherankan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan aplikasi berbasis web sangat maju dan pesat penggunaannya dimana saat ini digunakan untuk mengelola data dan sistem secara baik. Pada era ini,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi merupakan seperangkat elemen yang saling terhubung atau komponen yang mengumpulkan (input), memanipulasi (proses), menyimpan dan menyebarkan (output)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang pesat terjadi saat ini secara global telah menuntut perusahaan, baik dari perusahaan berskala kecil, menengah maupun atas, publik maupun privat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Canvas Sebuah bisnis model menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah perusahaan menciptakan, mengirim, dan menangkap value. Menurut Osterwalder dan Pigneur

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 SISTEM PENGOLAHAN TRANSAKSI PADA PT SUKSES CITRA PANGAN PALEMBANG Afandi 2005240234 Abstrak Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis teknologi informasi tidak bisa di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Salon Istilah salon diadaptasi dari bahasa Inggris yang bermakna ruangan atau ruang besar. Terdapat pula pengertian lain berdasar kamus saku Oxford Learner's Pocket Dictionary,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM MARKETING EXPENSES REQUEST PADA PT. DIPA PHARMALAB

PERANCANGAN SISTEM MARKETING EXPENSES REQUEST PADA PT. DIPA PHARMALAB PERANCANGAN SISTEM MARKETING EXPENSES REQUEST PADA PT. DIPA PHARMALAB Jimmy Susanto BINUS UNIVERSITY, JAKARTA, jimmy.susanto12@gmail.com Rudy, S.Kom., M.M. BINUS UNIVERSITY, JAKARTA, rudy@binus.edu PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peranan sistem informasi sangatlah penting bagi perusahaan untuk dapat menunjang setiap kegiatan operasionalnya dan membantu dalam proses pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, bertahan dan menjadi yang terdepan dalam dunia bisnis tidaklah mudah, butuh usaha keras, perjuangan serta kemampuan untuk tetap bisa bertahan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada sub bab ini dijelaskan mengenai latar belakang divisi SEMM Danamon, Struktur organisasi divisi SEMM, tugas, wewenang, dan tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perancangan, penerapan dan pengoperasian Sistem Informasi adalah mahal dan sulit. Upaya dan biaya yang diperlukan harus ditimbang-timbang. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang beralamat di Jalan Jl. Surapati No.235. Toko ini belum memiliki media dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

MODUL 4 Unified Software Development Process (USDP)

MODUL 4 Unified Software Development Process (USDP) MODUL 4 Unified Software Development Process (USDP) Daftar Isi 4.1 Pengantar USDP... 2 4.2 Fase USDP... 2 4.2.1 Fase, Workflow dan Iterasi... 3 4.2.2 Perbedaan USDP dan Siklus Hidup Waterfall... 3 4.2.3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 APLIKASI PEMESANAN MENU MENGGUNAKAN PERANGKAT WI-FI PADA RIVER SIDE RESTAURANT PALEMBANG Fauzie 2006250091

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam pembuatan tugas akhir Sistem Informasi Administrasi Salon SN berbasis desktop ini dilakukan beberapa tinjauan sumber pustaka, dan berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran Risiko Proyek pada Perusahaan Teknologi Informasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran Risiko Proyek pada Perusahaan Teknologi Informasi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Teknologi informasi di era globalisasi ini dinilai sangat penting bagi proses bisnis pada suatu perusahaan dan sebagai alat pendukung operasional perusahaan.

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan informasi dari website Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik (Asperindo, 2015) jumlah anggota perusahaan swasta yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi industri yang terjadi pada tahun 1750, dengan penemuan mesin uap telah menggantikan posisi pekerjaan manual dengan mesin, yang memberikan hasil dramatis. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan mereka untuk memberikan kepuasan pada para

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan mereka untuk memberikan kepuasan pada para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin ketatnya kompetisi saat ini, persaingan bisnis tidak hanya dapat mengandalkan produk yang dijual semata. Setiap pelaku bisnis perlu berupaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM UML UML (Unified Modeling Language) merupakan pengganti dari metode analisis berorientasi object dan design berorientasi object (OOA&D) yang dimunculkan sekitar akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Bagian 1

Gambar 3.1 Diagram Alir Bagian 1 93 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Penelitian Pendahuluan - Observasi mengenai permasalahan yang dialami oleh perusahaan - Wawancara dengan pihak perusahaan Pendefinisian Masalah -

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering BPR Tahap 1 (Persiapan) Telaahan Business Process Reengineering (BPR) Tahap 1 - Persiapan Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering Apa yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan Sistem informasi akuntansi pada perusahaan pada era globalisasi saat ini dianggap penting, dikarenakan informasi yang digunakan oleh manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi ini teknologi informasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini berdampak sangat besar pada proses bisnis dalam perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis malakukannya Distro Black

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis malakukannya Distro Black BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis malakukannya Distro Black Jackyang beralamat di Jl. Trunojoyo 34 Bandung. Distro ini belum memiliki

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 3 Sistem Informasi Manajemen Komputer: Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Latar Belakang Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak dari perusahaan yang menggantungkan proses bisnis dan melakukan managemen data dengan menggunakan Teknologi Informasi, yang tentunya saat ini semakin berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2 sebanyak 92% pada incident bisnis kritis pada tahun 2003. Dari beberapa fakta di atas terbukti bahwa ITIL framework dapat memberikan solusi penanganan incident di perusahaan. Pada penelitian ini, ITIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada suatu era globalisasi dimana banyak orang mulai memanfaatkan media internet sebagai sarana untuk membangun website online.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan suatu material handling yang penting dalam manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi berkembang begitu pesat saat ini dapat terlihat dalam berbagai kalangan baik dari kalangan anak muda hingga kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaman sekarang teknologi berkembang amat pesat. Setiap saat dikembangkan perangkat-perangkat baru untuk mendukung kemudahan hidup manusia. Pesatnya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, teknologi informasi sudah tidak asing lagi di dunia bisnis. Perkembangan teknologi informasi dapat menyebabkan juga berkembangnya persaingan

Lebih terperinci