BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Yenny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah sebuah kebutuhan dasar dari seorang anak. Kegiatan bermain sebenarnya bukanlah sebuah kegiatan menghabiskan waktu dengan sia-sia namun di dalamnya terkandung berbagai pembelajaran penting seperti mengenali lingkungan sekitar, alam, dan sosialisasi dengan anak-anak lain ataupun dengan orang dewasa. Menurut Ismail Said, dalam jurnalnya yang berjudul Architecture for childreen : Understanding Children Perception towards built environment, keuntungan bermain di ruang luar yaitu meningkatkan kepekaan terhadap alam, seperti keberadaan tanaman, serangga, burung, dan lain-lain yang menyebabkan meningkatnya kognitif anak dan juga meningkatkan daya ingat mereka akan fakta-fakta yang dilihat secara nyata. Design of childreen space must conform to their physical, cognitive and social fuctioning and development (Said, 2006 ) 1 Dunia anak sering diidentifikasikan dengan dunia bermain merupakan suatu masa yang sangat membahagiakan bagi anak. Masa itu proses sosialisasi (pembudayaan) anak terbentuk secara dini. Di dalam bermain, anak belajar mengenal mengenal nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan sebagai pedoman untuk pergaulan sosial dan memainkan peran-peran sesuai dengan kedudukan sosial yang nantinya mereka lakukan (Arikunto, 1993:3) 2. Bermain juga menjadi salah satu kategori yang dipacu dan berfungsi sebagai keterampilan motorik ; baik keterampilan tangan maupun keterampilan kaki (Hurlock,1978) 3. Bermain dianggap sangat penting utuk perkembangan fisik dan psikologis, sehingga semua anak diberi waktu dan kesempatan untuk bermain dan juga di dorong untuk bermain, tanpa memerdulikan status sosial ekonomi keluarga mereka (Hurlock, 1980) 4. Menurut Nilawati, 2002 (dalam Pradipta, 2005), proses perkembangan anak yang normal memang membutuhkan gerak. Anak yang secara fisik akan memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gerakan yang mungkin bisa dilakukan dalam suatu pengalaman aktivitas fisik. Oleh karena itu anak-anak perlu dikenalkan dengan berbagai variasi pengalaman gerak melalui permainan, seperti berjalan, melompat, melempar, gerakan mata, keseimbangan dan sebagainya. Bermain merupakan suatu kebutuhan naluri dan penuh dengan pengenalan serta pemahaman terhadap sesuatu. Eriksen, 1985 (dalam Pradipta, 2005), berpendapat bahwa melalui bermain anak 1 Jurnal. Ismail Said Architecture for Children: Understanding Children Perception towards Built Environment. Universiti Teknologi Malaysia. 2 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Pratek. Rineka Cipta : Jakarta 3 Hurlock, Elizabeth B Perkembangan Anak : Jilid Dua (Edisi Ke-6). Erlangga : Jakarta 4 Hurlock, Elizabeth B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga : Jakarta 1
2 akan belajar dan memahami banyak hal yang berguna bagi kebutuhan perkembangan hidupnya. Secara fisik melalui tubuhnya, anak akan mengembangkan sensorik (diterima melalui indera) dan motoriknya (melalui otot tubuhnya), anak melalui bermain akan bersosialisasi, yaitu belajar berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Secara psikologis dan emosi, anak belajar tentang menyikapi sesuatu yang harus dihadapi dan pengalaman pengembangan emosi dari dalam dirinya. Pada saat bermain anak-anak akan mengalami seperti : bereksplorasi, keingintahuan dan kekaguman, berkomunikasi, berfantasi dan melakukan kegiatan atau pengalaman baru dan semua itu akan meningkatkan kecerdasan anak (Pradipta, 2005). Kegiatan bermain anak-anak bisa dilakukan di dalam ruangan, namun jika dilihat dari segi perkembangan tubuh anak bermain di luar ruangan lebih sehat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya keberadaan ruang luar untuk tempat beraktivitas bermain anak. Namun pada masa sekarang, keberadaan ruang luar sebagai ruang bermain anak ketersediannya sangat terbatas, bahkan untuk beberapa kasus permukiman dapat dikatakan tidak tersedia. Anak-anak memerlukan ruang lebih luas untuk beraktivitas sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Tidak banyak berbeda dengan kasus yang dialami oleh Kota Banjarmasin dengan kota-kota besar lainnya. Kota Banjarmasin pun dirasakan kekurangan ruang bermain anak, khususnya di kawasan permukiman padat penduduk Permukiman Tepi Sungai Kelayan. Permukiman Tepi Sungai Kelayan merupakan sebuah daerah di Kota Banjarmasin yang dulu nya terbentuk dari aliran Sungai Kelayan sebagai jalur transportasi utama Kota Banjarmasin yang akhirnya berkembang menjadi permukiman yang mengarah ke darat. Dengan tingginya kepadatan penduduk dan bangunan, di kutip dari sebuat situs internet bahwa Kawasan Permukiman Tepi Sungai Kelayan di Banjarmasin diketahui sebagai daerah pemukiman paling padat di Asia Tenggara. Jumlah kepadatan penduduk terbesar se-asia Tenggara itu sebuah hasil penelitian dari perguruan tinggi beberapa waktu lalu, kata Camat Banjarmasin Selatan, Drs.Kasman 5. Gambar 1.1 Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Observasi, 2013) 5 diakses tanggal 26 Juli
3 Seiring perkembangan zaman, ruang bermain mengalami perubahan sedemikian rupa akibat terjadinya berbagai masalah-masalah yang timbul dari kondisi sosial yang ada. Dapat dilihat dengan sangat jelas saat ini anak-anak semakin kehilangan ruang bermain. Fasilitas taman bermain bagi anak sudah sangat langka, terlebih lagi di Permukiman tepi Sungai Kelayan. Akibatnya tempat-tempat yang tidak selayaknya digunakan anak-anak sebagai ruang bermain menjadi tempat yang dipaksa anak untuk mewadahi aktivitas bermain mereka. Hal ini akibat tingginya kebutuhan anak terhadap ruang bermain yang tidak diimbangi dengan tersedianya lahan untuk bermain. Permukiman tepi Sungai Kelayan terletak pada daerah Kecamatan Banjarmasin Selatan, dengan perencanaan wilayah penelitian yang tercakup dalam 3 Kelurahan yaitu; Kel. Kelayan Dalam, Kel. Kelayan Tengah dan Kel. Kelayan Barat. Menurut data yang di peroleh dari 3 Kelurahan tersebut dapat terlihat bahwa jumlah penduduk didominasi oleh anak-anak berusia 5 14 tahun. Hal tersebut didukung oleh temuan di lapangan yaitu banyak di dapati sekolah dasar (SD) di kawasan tersebut. Dalam 1 gang, bisa terdapat sampai dengan 4 SD dalam setiap gang dengan jarak antar gang ±20 m. peta kota banjarmasin peta kec.banjar selatan peta sungai kelayan Gambar 1.2 Peta Kota, Kecamatan dan Sungai Banjarmasin (Kecamatan Banjarmasin Selatan, 2013) 3
4 Gambar 1.3 Foto Udara Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Google Maps, 2015) Dari pengamatan awal di lapangan, dapat dilihat bahwa anak-anak semakin kehilangan ruang bermain. Hilangnya ruang bermain bagi anak adalah akibat dari tingginya desakan 4
5 pembangunan fisik di Permukiman tepi Sungai Kelayan yang semakin lama semakin tidak terkendali. Pembangunan yang terus menerus berlangsung mengakibatkan tidak tersisanya ruang untuk berkegiatan anak-anak, bahkan untuk ruang berinteraksi antar wargapun hampir tidak tersedia. Tidak ditemukannya lagi fasilitas umum seperti pos ronda bahkan balai pertemuan, yang tersisa hanyalah gerbang gang sebagai tempat untuk orang dewasa berkumpul. Keadaan Permukiman tepi Sungai yang jauh dari kata layak (sehat), mengakibatkan fasilitas anak menjadi terpinggirkan di Permukiman tepi Sungai ini. Salah seorang warga Permukiman tepi Sungai Kelayan Gg. Antasari, Ibu Hamisa yang berprofesi sebagai Kepala SD Muhammadiyah 14 Banjarmasin yang berada di Kel. Kelayan Dalam mengungkapkan bahwa, akibat dari kurangnya ruang bermain anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan memicu tindakan anak-anak yang membahayakan diri sendiri. Dari perbincangan dengan sumber, lingkungan sekolah sering kali menjadi digunakan oleh anak Permukiman tepi Sungai sekitar yang seyogyanya bukan siswa SD tersebut sebagai tempat bermain. Yang sangat disayangkan adalah mereka menggunakan lingkungan sekolah di luar jam sekolah. SD Muhammadiyah 14 sendiri di tutup gerbangnya pada jam WITA, namun menurut sumber pada jam WITA anak-anak Permukiman tepi Sungai sekitar sekolah sudah berada di lapangan sekolah. Cara anak Permukiman tepi Sungai untuk memasuki lingkungan sekolah yang dikunci ialah dengan memanjat pagar, bahkan ada yang sampai merusak pagar yang terbuat dari kayu sehingga mereka dapat masuk untuk bermain. Dari fenomena yang terjadi di atas, sudah cukup membuktikan bahwa anak-anak Permukiman tepi Sungai Kelayan benar-benar kekurangan ruang bermain sehingga mereka menempuh berbagai cara untuk mendapatkan ruang bermain. Hal tersebut tidak hanya di keluhkan oleh SD Muhammadiyah 14 saja, namun oleh SDN Kelayan Dalam 1, SDN Kelayan Dalam 2, MI Darur Najah, SDN Kelayan Barat 2 dan SDN Kelayan Tengah 3 juga mengeluhkan hal yang sama. Jenis aktivitas bermain anak pada Permukiman tepi Sungai ini pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan dengan anak-anak di kawasan lain, yaitu bola, layang-layang, petak umpet, tali dan masih banyak lagi. Yang membedakan hanyalah tempat mereka bermain. Anak Permukiman tepi Sungai Kelayan sudah terbiasa bermain di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti bermain layanglayang di atas atap atau pohon dan bermain petak umpet di tengah jalan. Tentu saja tempat itu bukanlah tempat dimana semestinya anak-anak bermain. Jenis permainan lain yang menjadi ciri khas dari anak Permukiman tepi Sungai Kelayan ialah berenang di sungai besar. Permukiman tepi Sungai Kelayan dipisahkan oleh Sungai Kelayan yang berada di tengah permukiman Kelayan, sungai ini cukup besar dan dalam. Namun anak-anak dari usia 5 tahun tampaknya sudah sangat mahir berenang tanpa menggunakan pengaman yang layak. 5
6 Gambar 1.4 Aktivitas Anak Bermain di Sungai Kelayan (Observasi, 2013) Dari wawancara terhadap salah satu anak asli permukiman tepi Sungai Kelayan Gg. PGA, Anggi (10 tahun) menyatakan bahwa ia dan teman-temanya sering kali menggunakan menggunakan halaman warga yang cukup besar atau sering mereka sebut pagar cina sebagai tempat bermain. Cara mereka mengakses tempat tersebutpun dapat dikatakan ilegal, karena mereka masuk ke halaman tersebut saat penghuni sedang tidak ada di tempat, dan saat penghuni tersebut kembali ke rumah itu anak-anak akan berlarian keluar dari pagar rumah tersebut. Anggi juga menyatakan sering kali temanteman bermainnya di tabrak oleh kendaraan bermotor ketika mereka sedang bermain di jalan. Gambar 1.5 Aktivitas Anak Bermain di Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Observasi, 2013) 6
7 Penjelasan-penjelasan tersebut di atas menunjukan suatu kondisi real dari permasalahan yang terjadi di permukiman tepi Sungai Kelayan Banjarmasin. Perkembangan fisik bangunan yang tidak terbendung menjadi akar dari permasalahan yang dialami oleh anak di permukiman tepi Sungai Kelayan. Menurunnya kualitas dan kuantitas ruang bermain anak menjadi pemandangan yang sangat jelas terlihat. Upaya untuk meningkatkan ruang bermain anak menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan hak anak dalam bermain. Salah satu caranya dengan melakukan penelitian tentang ruang bermain anak, sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah acuan dalam peningkatan kualitas lingkungan dalam hal ini ruang bermain anak permukiman tepi Sungai Kelayan. 1.2 Perumusan Masalah Perubahan dan perkembangan yang terjadi di Kawasan Permukiman Tepi Sungai Kelayan ini telah mempengaruhi perkembangan fisik kawasan. Tingginya tingkat aktivitas dan pertumbuhan bangunan akibat meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal, membawa dampak berkurangnya jumlah ruang terbuka. Hal ini tentu saja mengurangi ruang bagi anak-anak untuk bermain, sehingga anak-anak tidak lagi beraktivitas di ruang yang memang di peruntukan bagi anak-anak. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana respon terhadap perubahan dan perkembangan kawasan yang memperhatikan kebutuhan aktivitas bermain bagi anak-anak. Hal yang paling sederhana ialah bagaimana ketersediaan ruang untuk anak-anak bermain. Sebuah ruang yang mudah di jangkau, aman dan dapat mengakomodasi segala aktivitas bermain anak-anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana setting ruang bermain anak-anak di Permukiman Tepi Sungai Kelayan? 2. Bagaimana sebaiknya setting fisik bermain anak-anak yang mampu mengakomodasi dan memenuhi kebutuhan aktivitas bermain anak yang sesuai dengan kondisi permukiman tepi Sungai Kelayan? 1.4 Keaslian Penelitian No Nama Judul / Lokasi Subtansi 1 Endang Setyawati (Tesis Morfologi Ruang Terbuka Penelitian ini memiliki S2, Arsitektur UGM, Publik di Kawasan Dalam kajian tentang morfologi 2000) Beteng Baluwarti Kraton ruang terbuka publik yang Yogyakarta. terbentuk dari perkembangan sosial budaya masyarakatnya. 7
8 2 Surya Pradipta (Tesis S2, MDKB UGM, 2005) Ruang Terbuka Bermain anak di Kawasan Kraton Yogyakarta. Menekankan pada upaya untuk menyetahui ruangruang terbuka yang diinginkan dan dipergunakan anak dalam bermain serta faktor-faktor yang mempengaruhi ruang terbuka bahi kegiatan anakanak bermain di kawasan permukiman Permukiman tepi Sungai Kraton. 3 Husnul Hidayat (Tesis S2, MDKB UGM) Tipologi Ruang Terbuka Publik di Tepian Sungai Musi. Penelitian ini menjelaskan faktor-faktor pembentuk ruang terbuka publik khususnya pada tepian sungai musi. 4 Nurfansyah (Tesis S2, MDKB UGM, 2004) Model Penataan Permukiman Tepian Sungai Martapura, Banjarmasin. Penekanan penelitian ini pada penataan permukiman Sungai Martapira, baik dari segi ekologi, pola maupun infrastruktur kawasan permukimannya. 5 Kukuh Widodo (Tesis S2, Arsitektur Lansekap IPB, 2012) Perencaaan Landscape Sungai Kelayan Sebagai Upaya Revitalisasi Sungai di Kota Banjarmasin. Penelitian ini tentang upaya revitalisasi kawasan tepian Sungai Kelayan melalui penataan landscape tepian sungai. 6 Hidayatul Muslihah (Tesis S2, Teknik Arsitektur UGM, 2014) Ruang Bermain Anak di Rumah Susun Sederhna Sewa Begalon II Kota Surakarta. Penelitian ini menekankan pada bagaimana anak-anak rusunawa menggunakan ruang bermain pada 8
9 7 Ningtyas Rahmawati (Tesis S2, MDKB UGM, 2016) Setting Fisik Ruang Terbuka Bermain Anak. Studi Kasus : Permukiman Tepi Sungai Kelayan Banjarmasin. lingkungan rusunawa. Penekanannya pada upaya mencari tau bagaimana ruang bermain yang dibutuhkan dan mengetahui setting ruang bermain anak yang dapat diadaptasi oleh kondisi kawasan padat Permukiman tepi Sungai Kelayan 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini pada dasarnya mengkaji lebih dalam pola perilaku anak dalam bermain di kawasan dengan densitas penduduk dan bangunan yang tinggi. Dengan bentuk eksisting pemukiman yang cenderung linear dan berada pada kawasan bantaran sungai, penulis ingin mengkaji tentang bagaimana bentukan ruang bermain anak yang yang dapat mewadahi aktivitas anak sesuai pada kawasan dengan permasalahan seperti ini. Penelitian ini merupakan upaya untuk melihat dan mengetahui hubungan ruang dengan aktivitas bermain anak di kawasan Permukiman tepi Sungai kota. Hasilnya diharapkan dapat menjadi sebuah acuan desain (guide line) dalam merancang ruang bermain yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak, namun sesuai dengan pola perilaku masyarakat dan eksisting kawasan. Tantangan dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sebuah ruang bermain anak pada kawasan dengan densitas penduduk dan bangunan yang tinggi. 1.6 Tujuan Penelitian 1. Memberikan gambaran tentang setting ruang bermain anak yang ada saat ini di Permukiman tepi Sungai Kelayan di tinjau dari bentuk ruang bermain, waktu anakanak bermain dan siapa pengguna ruang bermain tersebut 2. Memberikan sebuah guide line tentang bentuk ruang terbuka yang dapat mengakomodasi seluruh aktivitas dan kegiatan bermain anak-anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan yang sesuai dengan kondisi Permukiman tepi Sungai Kelayan. 1.7 Sistematika Penulisan Guna memahami lebih jelas penelitian ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian dan tujuan penelitian. 9
10 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa buku, jurnal, tesis dan informasi yang berasal dari internet yang berupa teori-tori yang mendukung penelitian. Bab ini juga menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang proses dalam meneliti yaitu pendekatan penelitian, lokus penelitian, batasan penelitian, variabel penelitian, pemilihan sampel kasus, tahap penelitian dan langkah penelitian. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian, analisis dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian. BAB V : KESIMPULAN Bab ini berisi tentang hasil kesimpulan dari dialog antara data penelitian, teori yang digunakan, analisis dan hasil dari pembahasan tentang penelitian. Sehingga dapat menjawab pertanyaan dari penelitian dan memaparkan temuan yang terkait dengan penelitian. BAB VI : REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan tentang saran dan rekomdasi sehingga dapat menjadi suatu arahan desain untuk Ruang Terbuka Bermain anak di Permukiman Tepi Sungai Kelayan. 10
D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA
D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta suryanings@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciBelakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran budaya, semua serba canggih, praktis, tersaji dengan cepat mungkin, seiring itu juga timbul masalahmasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pentingnya Akses (Jalan) di dalam Dunia Pendidikan Akses tidak hanya terdapat di dalam sebuah bangunan, seperti adanya tangga, lift, eskalator maupun lainnya. Di
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciB A B 4 A N A L I S I S
B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu topik yang menjadi konsentrasi pembicaraan di berbagai negara pada saat ini adalah mengenai nilai konsep pembangunan berkelanjutan dalam berbagai penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari pelaksanaan The Habitat Agenda (Istanbul+5), masyarakat dunia sepakat bahwa dunia bukan saja makin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota di Pulau Kalimantan memiliki kaitan yang erat terhadap sungai. Hal ini dikarenakan kota-kota tersebut merupakan kota yang mengalami perkembangan dari jejalur
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini.
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciOlahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. Media sebagai sarana bermainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi
Lebih terperinciBAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam
Lebih terperinciKAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar dan pokok manusia. Oleh karena itu, kebutuhan akan hunian sangat penting dan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciPEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Badur merupakan permukiman yang berada di pinggiran sungai Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun, Medan. Daerah pinggiran sungai, umumnya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih strategis.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi penelitian ini terletak di Klender, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana kata kaum diambil
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diungkapkan Hakim (19 91) dimana ruang terbuka merupakan elemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kota tidak mungkin terlepas dari kebutuhan akan ruang, terutama ruang terbuka, karena menurut Shirvani (1985) ruang terbuka merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000). Perkembangan (fisik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal dalam permukiman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berjalan Kaki Sebagai Moda Transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Berjalan Kaki Sebagai Moda Transportasi Berjalan kaki adalah moda transportasi yang paling alami, sehat, tanpa emisi, dan terjangkau untuk jarak pendek, serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D
PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM BANGUN PRAJA (Studi Kasus: Kawasan di Sekitar Kampus UNDIP Tembalang) TUGAS AKHIR Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai
Lebih terperinciArsitektur sebagai Media Interaksi Manusia dan Hewan
G19 Arsitektur sebagai Media Interaksi Manusia dan Hewan Sayid Rasyid Ridha dan Endy Yudho Prasetyo Departemen Arsitektur, Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah susun adalah sebuah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan, sekaligus melengkapi kehidupan manusia dan seluruh flora dan fauna yang ada di bumi. Air selain menopang kehidupan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciUKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya faktor penarik suatu perkotaan dan faktor pendorong dari kawasan perdesaan menjadikan fenomena urbanisasi kerap terjadi di kota-kota di Indonesia. Harapan untuk
Lebih terperinciBAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN
BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah jadi karena sering terjadi kota yang dibangun tanpa mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menata kota yang baru lebih mudah dari pada membentuk kota yang sudah jadi karena sering terjadi kota yang dibangun tanpa mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat kosentrasi kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, meliputi kegiatan industri, perkantoran, hingga hunian. Perkembangan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu bencana yang cukup sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi.
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan titik awal perubahan atau perkembangan sebuah kota yang ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan urban. Laju pertumbuhan ini merupakan tolok ukur
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dengan judul Ruang Bermain Anak di Rumah Susun Sederhana Sewa(Rusunawa) Begalon II Kota Surakarta dijabarkan sebagai berikut: 7.1. KESIMPULAN 7.1.1. Konsep
Lebih terperinciIdentifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah
Lebih terperinci