BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya seringkali tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini seringkali menyebabkan perkembangan kota menjadi sangat pesat dan kurang terkendali, yang pada akhirnya dapat menimbulkan banyak masalah. Salah satu diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Hal ini tercermin dari semakin minimnya lahan-lahan kosong yang tadinya berfungsi sebagai ruang terbuka. Akibat dari keterbatasan lahan, maka pemerintah dan sebagian masyarakat mengubah lahan-lahan terbuka yang berfungsi sebagai ruang terbuka menjadi lahan terbangun. Hal tersebut terjadi di kota besar seperti DKI Jakarta, khususnya daerah Kemang, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Pada awalnya Kemang merupakan kawasan di luar kota Jakarta. Akibat perkembangan Kota Jakarta yang pesat ke arah Selatan maka lambat laun Kemang masuk dalam batas dan pengaruh Kota Jakarta. Pada Rencana Umum Tata Ruang DKI tahun yang disusun tahun 1984 Kemang yang berada pada tepian kota, direncanakan sebagai daerah resapan air untuk kota Jakarta. Daerah resapan air memiliki fungsi untuk menyeimbangkan siklus air permukaan dan cadangan air tanah, untuk menghindari banjir atau turunnya muka air tanah. Dengan pertimbangan sebagai daerah resapan, maka pada Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK) Kemang direncanakan sebagai daerah hunian dengan kepadatan yang sangat rendah yaitu Wisma Taman dan Wisma Sedang. Dalam perencanaan Wisma Taman direncanakan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) tidak boleh lebih 1

2 dari 20%, KLB (Koefisien Luas Bangunan) tidak lebih dari 0.4, dan tinggi bangunan tidak lebih dari 2 lantai. Sedangkan Wisma Sedang memiliki KDB tidak lebih dari 40%, KLB tidak lebih dari 0.8, dan tinggi bangunan tidak lebih dari 2 lantai 1. Maka dengan begitu Kawasan Kemang sebenarnya adalah sebagai kawasan hijau, buffer kota atau paru-paru Kota. Seharusnya lebih banyak taman atau kebun terbuka dibandingkan luas terbangunnya. (Lihat gambar 1. Rencana Peruntukan Lahan). Bila melihat sekilas sejarahnya, nama Kemang berasal dari nama Pohon Kemang (Magnifera kemanga caecea) yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Pada tahun 1950-an kawasan Kemang masih merupakan daerah perkebunan. Tahun 1960-an, mulai berkembang permukiman yang ditinggali oleh penduduk Betawi. Tahun 1970-an, ekspatriat mulai masuk ke areal permukiman di Kemang (tahap penetrasi). Posisi yang strategis terhadap akses transportasi, minimnya polusi udara, dan kualitas air yang bagus menjadikan kawasan ini sebagai lokasi incaran orang-orang asing yang bertempat tinggal di Jakarta. Masuknya para pekerja asing itu diikuti dengan pertumbuhan layanan kebutuhan bagi mereka seperti hotel, restoran, kafe, dan minimarket mulai tahun 1980-an (tahap invasi). Tahap selanjutnya, dengan semakin menariknya lokasi, terjadi perubahan dominasi proporsi fungsi, yaitu fungsi lama (permukiman) berubah menjadi fungsi baru ke bentuk nonpermukiman. Wajah Kemang telah bermetamorfosis sedemikian rupa sehingga sampai saat ini jalan yang membentang sepanjang 3 (tiga) kilometer itu mulai dari jalan kemang raya, jalan kemang selatan, jalan kemang timur, jalan kemang utara ditumbuhi puluhan bahkan mungkin ratusan cafe, resto, dan rumah makan. Daerah Kemang kini lebih dikenal sebagai the most popular hangout places yang menyuguhkan musik hingar-bingar di malam hari. Maka salah satu langkah strategis adalah melakukan revitalilasi kawasan kemang melalui pendekatan teori neighborhood unit (Clarence Arthur Perry, 1929). 1 Dinas Tata Kota, Pemerintah DKI Evaluasi Rencana Bagian Wilayah Kota. 2

3 Sumber : RBWK 2005 Kec. RBWK 2005 Kec. Mampang 2005 Kec. Mampang prapatan- Gambar 1. Rencana 1. Rencana Peruntukan Rencana Peruntukan 3

4 1.2. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari proses revitalisasi kawasan permukiman melalui pendekatan teori neighborhood unit yang dikaitkan dengan aspek perencanaan dan desain, dengan penerapannya pada Kawasan Kemang, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Dalam penulisan skripsi ini pembahasannya dibatasi oleh masalah teori Neighborhood Unit dan penerapannya pada Kawasan revitalisasi yaitu Kemang, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deduktif yaitu metode pembahasan dari umum ke khusus. Bergerak dari tinjauan umum tentang ruang publik dan pembebasan lahan oleh pemerintah. Kemudian ke tinjauan khusus tentang penerapannya melalui teori Neighborhood Unit (Clarence Arthur Perry, 1929). Selain studi literatur dan kepustakaan yang merupakan data sekunder, yang didapat dari Pemda DKI Jakarta selatan, Kecamatan, dan Kelurahan Bangka, metode yang dipakai untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan metode survei atau peninjauan langsung ke lokasi, dan observasi lapangan untuk memperoleh data-data primer SISTEMATIKA PEMBAHASAN Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bagian besar, yang merupakan tahapan yang saling terkait, yaitu sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Dalam bagian ini isinya menunjukan bahwa judul dan tema yang diangkat benar-benar layak untuk dibahas. Dimana didalamnya terdapat latar belakang dan tujuan pengangkatan judul Revitalisasi 4

5 Kawasan Kemang dan juga tema Neighborhood Unit. Berisi juga ruang lingkup pembahasan, metode penulisan dan sistematika pembahasan. Bab II Studi dan Analisa Dalam bagian ini topik ditelaah lebih mendalam, dimana didalamnya berisi tinjauan umum tentang ruang publik dan pembebasan lahan oleh pemerintah, serta tinjauan khusus yang berisi tentang pembahasan teori Neighborhood Unit (Clarence Arthur Perry, 1929). Selain itu dalam bagian ini juga dibahas studi analisa arsitektur yang diolah berdasarkan hasil survei dan observasi lapangan di kawasan perencanaan, baik secara fisik maupun non fisik. Bab III Rumusan Persoalan Dan Potensi Garis besar isi dalam bagian ini merupakan perumusan permasalahan dan potensi yang didapat dari hasil studi dan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya. Bab IV Konsep Perencanaan Bagian ini membahas konsep perancangan yang merupakan hasil dari pemecahan rumusan persoalan dan potensi yang dibahas pada bagian sebelumnya. Konsep perencanaan ini menjadi acuan dasar dalam tahap desain. Bab V Desain Perencanaan Menjelaskan konsep-konsep revitalisasi melalui gambar kerja, berupa master plan sebelum dan sesudah dilakukan revitalisasi, tampak, potongan, sequence-sequence dalam dan luar tapak, juga detai-detail lainnya. 5