LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN. Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN. Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM :"

Transkripsi

1 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM : PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017

2 Scanned by CamScanner

3 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga penulisan Laporan Kerja Praktek yang berjudul Analisis Peramalan Penyaluran Produk Premium Pada Bulan Juni 2017 Menggunakan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek dari tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan tanggal 11 Agustus Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk menerapkan dan membandingkan ilmu-ilmu dalam teknik industri yang telah didapat dalam bangku kuliah dengan kondisi nyata pada suatu perusahaan, khususnya pada PT.Pertamina RU VI Balongan Dalam pembuatan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik yang terlibat langsung dalam pembuatan laporan maupun pihak-pihak yang mendukung kelancaran pembuatan laporan ini: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral dan material sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan mengerjakan laporan dengan baik. 2. PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit VI Balongan yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek disana. 3. Bapak V.Ariyono, ST., MT selaku Kaprodi Jurusan Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 4. Bapak V.Ariyono, ST., MT selaku dosen pembimbing Kerja Praktek (KP). 5. Bapak Suharto PH yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek di Supply Chain and Distribution Section. 6. Bapak Gerdathias Putra selaku pembimbing penulis atas ketersediaannya memberikan banyak waktu, ilmu, bimbingan dan masukannya selama kegiatan kerja praktek. 7. Bapak Topik dan Bapak Yogie Rachmadi yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data. iv

4 8. Bapak Yanto selaku staff di HR development section yang telah membantu penulis mengurus segala administrasi baik sebelum dan sesudah kegiatan kerja praktek. 9. Bapak Nasir yang sudah menyediakan tempat untuk menetap selama berada di Balongan. 10. Teman-teman kerja praktek (Ica, Moli, Elfa, Bella, Yarra,Dimas) yang sangat berjasa selama melaksanakan kerja praktek, selalu menghadirkan keceriaan setiap harinya dan selalu menciptakan semangat baru setiap harinya. 11. Mas Odilius Jenar yang selalu memberikan motivasi, dukungan, perhatian, cinta kasih serta keceriaan walaupun dengan jarak yang jauh. 12. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Akhirnya kegiatan kerja praktek ini telah selesai dilaksanakan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan kerja praktek ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermafaat bagi kita semua. Yogyakarta, 11 Agustus 2017 Penulis v

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR GRAFIK viii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Struktur Organisasi Manajemen Perusahaan. 8 BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 3.1. Proses Bisnis Perusahaan atau Unit Usaha atau Departemen Produk yang Dihasilkan Proses Produksi Fasilitas Produksi. 19 BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Hasil Pekerjaan vi

6 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran. 37 LAMPIRAN. 38 vii

7 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Demand Premium Pada Bulan Me i 23 Tabel 4.2 Data Produksi Pada Bulan Juni.. 25 Tabel 4.3 Data Stok Awal Bulan Juni.. 25 Tabel 4.4 Rekapitulasi Peramalan Permintaan Premium Tabel 4.5 Peramalan Demand Premium Bulan Juni Tabel 4.6 Demand Harian Bulan Juni Tabel 4.7 Kapasitas Produksi Harian Juni. 31 Tabel 4.8 Data DRP Premium. 31 Tabel 4.9 DRP Produk Premium Sebelum Penjadwalan Lifting Tabel 4.10 DRP Produk Premium Setelah Penjadwalan Lifting 34 Tabel 4.11 Perbandingan Penjadwalan DRP, RU VI, Realisasi 35 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan 4 Gambar 2.2 Logo Unggulan PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan 9 Gambar 3.1 Struktur Refinery Planning and Optimization Gambar 3.2 Proses Produksi RU VI Balongan.. 16 Gambar 4.1 Metodologi Pelaksanan Kerja Praktek.. 22 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Demand Premium Bulan Mei 26 Grafik 4.1 Forecast Premium Bulan Juni viii

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: 1. Mengenali ruang lingkup perusahaan. 2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu. 3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing lapangan. 4. Mengamati perilaku system. 5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis. 6. Melaksanakan ujian kerja praktek Tujuan Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah: 1. Melatih kedisiplinan. 2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan dalam perusahaan. 3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja. 4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan menjalankan bisnis. 5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di 1

9 perusahaan. 6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan 11 Agustus 2017 di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan yang terletak di Jalan Raya Balongan Km. 9 Kecamatan Balongan Kab. Indramayu Prov. Jawa Barat. Dalam hal ini penulis ditempatkan pada Departemen Supply Chain & Distribution dengan jam kerja mulai pukul WIB sampai dengan WIB untuk hari Senin sampai dengan Jumat dan jam istirahat pukul WIB WIB. 2

10 BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu membangun kilangkilang lainnya sebelum tahun Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA. Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode Secondary Recovery. Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24. Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM yaitu: 1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri. 2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional. 3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan 3

11 sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan. Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak domestik menjadi BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya Struktur Organisasi 4

12 Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Struktur organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut: 1. General Manager Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation, procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan di Refinery Unit VI. 2. Senior Man. Op & Manufacturing Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul, pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI 3. Production-I Manager Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta 5

13 menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI. 4. Production-II Manager Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI 5. Refinery Planning & Optimization Manager Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan, penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang; evaluasi pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI. 6. Maintenance Execution Manager Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment, transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit 7. Maintenance Planning & Support Manager 6

14 Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan / atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI. 8. REL Manager Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit. 9. T/A (Turn-Around) Manager Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around (TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan / perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai best practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan pemerintah, standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI. 10. Engineering & Development Manager Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan, memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan kilang 7

15 pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit VI. 11. HSE Manager Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit VI yang meliputi penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE excellence. 12. Procurement Manager Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management, perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI. 13. General Affairs Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan stakeholder, hubungan pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan, komunikasi eksternal dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) / Community Development (CD) / Community Relation (CR), dokumen dan literatur perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security, operasional program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security, juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI Manajemen Perusahaan 8

16 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut: Visi: Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025 Misi: 1. Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar. 2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien dan berwawasan lingkungan. 3. Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah Renewable Spirit atau Semangat Terbarukan. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. Gambar 2. 1 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut: 1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi 2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 3. Warna : a. Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup 9

17 b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero) d. Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI Tata Nilai Perusahaan Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut: 1. CLEAN (BERSIH) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. COMPETITIVE (KOMPETITIF) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. 4. CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN) Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. 5. COMMERCIAL (KOMERSIAL) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan Lokasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 10

18 Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang. Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut, sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya. Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir. Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman. Area kilang terdiri dari : Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang : 200 ha daerah penyangga Sarana perumahan : 200 ha Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor pendukung, antara lain : a. Bahan Baku Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan adalah : 11

19 Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed). Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed). Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). b. Air Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal m 3 serta kecepatan maksimum 1.200m 3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH 3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan. c. Transportasi Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia Pemasaran Produk 12

20 Area pemasaran dan pola distrbusi dari produk hasil pengolahan di RU VI Balongan adalah sebagai berikut : a) Premium, pertamax, pertamax plus dan solar dikirim menggunakan pipa atau kapal ke unit pemasaran. b) Decant oil dan solar dikirim ke unit Gas LPG dan Gas Produk menggunakan mobil tangki. c) Propylene dikrim menggunakan pipa dan kapal untuk kebutuhan domestik dan export. 13

21 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PERUSAHAAN 3.1. Departemen Refinery Planning and Optimization Bidang Perencanaan yang disebut Refinery Planning and Optimization (RPO). Fungsi ini memiliki peran merencanakan proses pengolahan yang akan dilakukan dan juga optimasinya. Pada fungsi RPO ini terdapat tiga bagian, yaitu Refinery Planning, Supply Chain and Distribution, dan Budget and Performance. Refinery Planning and Optimization (RPO) merupakan salah satu fungsi di PT Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan yang merupakan pengelolaan, pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan dan supply chain bahan baku dan produk kilang PT Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan secara efektif dan efisien sehingga kilang mampu beroperasi untuk menghasilkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK), Non-BBM (NBM) sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang sudah direncanakan agar memberikan gross margin yang optimum. Tugas pokok divisi Refinery Planning and Optimization adalah : 1. Memimpin kegiatan perencanaan, pengolahan, dan produksi kilang RU VI, serta penyiapan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia (LOMC/HOMC) sampai dengan menjadi produk BBM/BBK/NBM. 2. Memimpin kegiatan supply chain produksi kilang RU VI, mulai dari penyiapan kedatangan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia sampai dengan menjadi produk BBM/BBK/NBM. 3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menanggapi keluhan pelanggan dan peningkatan kinerja RU VI untuk pemenuhan kebutuhan/kepuasan pelanggan. 4. Memimpin kegiatan optimasi perencanaan yang berdasarkan kandungan fraksi hidrokarbon (yield) dalam bahan baku maupun kemampuan unit produksi dengan menggunakan tool Linier Programming. 5. Mengorganisir dan mengendalikan data operasi Kilang RU VI, kegiatan pelaporan kinerja dan melakukan upaya pengingkatan kinerja RU VI mengacu pada penerapan sistem mutu (ISO 9001, PQA, dll) serta benchmarking dengan kilang terbaik lainnya. 14

22 6. Memberikan advis/saran baik diminta atau tidak kepada unit produksi/kilang berupa perspektif keekonomian kilang agar mengacu kepada efisiensi dan produktivitas. Pada fungsi RPO terdapat tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Refinery Planning (RP) RP merupakan bagian yang bertugas untuk membuat perencanaan pengolahan RU VI Balongan dalam bentuk rencana bulanan (STS) dan rencana tahunan (RK). Oleh karena itu, kegiatan bagian ini sering disebut bersifat tomorrow. Dalam menjalankan fungsinya, bagian ini memperhitungkan semua constraint yang ada di unit proses sehingga dapat dilakukan optimasi profit magin yang tetap feasible. Tugas Pokok Refinery Planning Section Head adalah : a. Rencana Pengolahan dan Produksi Tahunan (RK) b. Rencana Pengolahan dan Produksi Bulanan (STS) c. Evaluasi Realisasi Produksi d. Uji Coba Bahan Baku Alternatif 2. Supply Chain and Distribution (SC&D) SC & D merupakan bagian yang bertugas untuk merealisasikan rencana pengolahan yang telah dibuat oleh bagian RP. Pada bagian ini dilakukan perencanaan yang lebih bersifat operasional, mulai dari pengadaan bahan baku (minyak mentah), produksi produk turunan, sampai dengan distribusi produk jadi. Tugas Pokok Supply Chain and Distribution Section Head adalah : a. Membuat penjadwalan crude dan intermedia sesuai dengan STS. b. Memonitor posisi stock di RU VI (feed dan produk) serta stock produk di pelanggan. c. Mengkoordinasikan kedatangan truck/kapal. d. Merencanakan operasional harian kegiatan proses produksi. e. Membuat order SPP/IPP/DO/LO. f. Customer Relation. 3. Budget and Performance (BP) BP merupakan bagian yang bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan yang telah dibuat dengan hasil realisasi yang terjadi. Evaluasi ini dilakukan dalam bentuk laporan biaya dan pertanggungjawaban. 15

23 Tugas Pokok Budget and Performance Section Head adalah : a. Mengawasi penggunaan Anggaran Biaya Operasional. b. Membuat Laporan Arus Minyak berdasarkan MQAR. c. Melaporkan Pencapaian KPI (Key Performance Indicator) RU VI. Gambar 3.1. Struktur Refinery Planning and Optimization 3.2. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan kilang PT Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan dibagi menjadi 5 macam adalah sebagai berikut. 1. Bahan Bakar Minyak (BBM) Produk bahan bakar minyak terdiri atas: a. Premium, memiliki angka oktan minimal 88 yang biasanya digunakan sebagai bensin untuk bahan bakar mesin. b. Kerosine, merupakan cairan hidrokarbon. 2. Bahan Bakar Khusus (BBK) Produk bahan bakar khusus terdiri atas: a. Pertamax, memiliki angka oktan minimal 92 dan merupakan bahan bakar yang mampu menjaga mesin selalu tetap bersih dan membuat kinerja mesin lebih lama. b. Pertamax Plus, memiliki oktan minimal 95. Jenis ini disarankan digunakan sebagai bahan bakar mesin kendaraan tahun 1992 keatas (memiliki compression ratio yang tinggi). c. Pertamina DEX (Diesel Environment Extra), menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih dan memiliki Catane Index 51 serta Sulphur Contain <= 300 ppm. 3. Non-Bahan Bakar Minyak (NBM) Produk non-bahan bakar minyak terdiri atas: 16

24 a. Propylene, digunakan untuk bahan pembuat kosmetik, plastik (gelas/botol), ban. b. Liquefied Petroleum Gas (LPG), digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan, water heater, gas stoves, dan rice cooker. c. Minasol 4. Lain-lain Produk lain-lain terdiri atas: a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk intermedia (setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan proses produksi produk lainnya. b. Decant Oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler. 5. Refinery Fuel (RF) Produk RF terdiri atas: a. RF Oil b. RF Gas c. Lean Gas 3.3. Unit Proses Produksi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 17

25 SIMPLIFIED BLOCK DIAGRAM RU VI BALONGAN UNIT-11 CDU 125,000 BPSD OVERHEAD PRODUCT UNIT-14 GOHTU 32,000 BPSD PREMIUM-88 1,700 MB 100 %VOL ATM RESIDUE 99 %VOL 85 %VOL UNIT-21 KERO KEROSENE 180 MB UNIT-12/13 AHU 58,000 BPSD OVERHEAD PRODUCT 15,000 BPSD 75 %VOL UNIT-20 CCU 13,000 BPSD SOLAR-48 1,200 MB UNIT-22 H2 76,000 MMSCF 70 %VOL DMAR 91 %VOL UNIT-15 RCU 83,000 BPSD UNIT-17 LPG TR 29,500 BPSD UNIT-18 GTU 29,500 BPSD UNIT-19 PRU 29,500 BPSD IDF 30 MB PERTAMAX + 80 MB PERTAMAX 180 MB LIGHT NAPHTHA 80 %VOL UNIT-33 PNX ISOMERATE PROPYLENE 90 %VOL 23,000 BPSD 220 MB UNIT-31 NHT 52,000 BPSD HEAVY NAPHTHA 103 %VOL UNIT-32 PLF 29,000 BPSD REFORMATE LPG 390 MB HOMC 1,120 MB Basis : - Crude Duri/SLC/Nile Blend/LSWR dengan rasio 55/25/15/5 %Vol. - Rasio AR/DMAR feed RCC pada posisi 35/65 %Vol. DECANT OIL 250 MB Gambar 3.2. Proses Produksi RU VI Balongan a. Crude Destilation Unit (CDU) CDU merupakan primary processing, yang didesain untuk mengolah BSPD (Barrel Stream Per Day). Pada unit ini komposisi desain crude untuk pengolahan adalah 80% Duri dan 20% Minas. CDU memisahkan minyak mentah menjadi produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan titik didih dengan proses yang disebut distilasi. Produk yang dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Kerosine, Gasoil, dan Atmospheric Residue (AR). b. AR Hydrodematillization ARHDM unit untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari CDU yang mengandung metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang tinggi, menjadi DMAR yang mengandung metal (Ni, V) dan karbon (MCR) dalam jumlah yang lebih kecil. Prosesnya dengan menggunakan katalis dan 18ydrogen pada 18ydrogen18re dan tekanan tinggi. ARHDM dirancang untuk mengolah AR keluar dari CDU sebesar BPSD. 18

26 c. Gas Oil Hydrotreater Gas Oil Hydrotreater (GO-HTU) merupakan unit untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang memenuhi ketentuan pasar, dengan bantuan katalis dan 19ydrogen Kapasitas GO-HTU BPSD d. Residue Catalytic Cracker (RCC) Residue catalytic cracker (RCC) merupakan Secondary Processing dengan kapasitas 83 BPSD ( T/H) merupakan salah satu unit RCC terbesar di dunia. Unit ini didesain untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari ARHDM dan Atmospheric Residue (AR) dari CDU dengan bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari unit RCC ini merupakan produk dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti LPG, Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92), Light Cycle Oil (LCO), serta Decant Oil (DCO). e. Unsaturated Gas Plant (UGP) Unsaturated gas plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk overhead Main column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized gasoline, LPG dan Non condensable lean gas, dimana sebagian akan dipakai sebagai lift gas sebelum diolah lebih lanjut di Amine treater sebagai off gas. f. LPG Treater LPG treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG sebanyak BPSD (86,0405 T/H) yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65 ppm wt merkaptan sulfur, dan menghasilkan aliran produksi dengan kandungan maksimum H2S = 10 ppm wt. g. Propylene Recovery Unit (RPU) Propylene recovery unit (PRU) berfungsi untuk memisahan dan memproses LPG dari Unsaturated Gas Plant (UGP) sebagai downsream RCC guna mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi, yang dapat dipakai sebagai Feed Polypropylene Unit. h. Catalytic Condensation (CCU) Catalytic condensation unit (CCU) didesain untuk mengolah Mixed butanes sebesar BPSD (53,523 T/H) dari RCC Complex, dengan dilengkapi 19

27 tiga unit 20ydroge yang dioperasikan secara 20ydrogen. Finished product berupa Polygasoline beroktan tinggi serta butane. i. Light Cycle Oil Hydrotreater Light cycle oil hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk menghilangkan sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa perubahan boiling range yang berarti, agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan spesifikasi pemasaran. Kapasitas unit ini BPSD (92,912 T/H). j. Hydrogen Plant Hydrogen plant merupakan plant yang dirancang untuk memproduksi 20ydrogen dengan kemurnian minimal 99,9% sejumlah 76 MMSCFD. Produk 20ydrogen tersebut di suplai ke ARHDM, GO-HTU, dan LCOHTU sebagai make-up H2 dalam proses hidrogenasi. Kapasitas terpasang H2 plant adalah sekitar Nm3/H (110,830 T/H). k. Amine Treater Amine treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk menghilangkan kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses yang dipakai adalah SHELL ADIP Process, yang menggunakan larutan MDEA (Methyl di-ethanol amine) sebagai larutan penyerap. Kapasitas terpasang Amine treater adalah Nm3/H (base case). l. Sour Water Stripper Fungsi utama Sour water stripper (SWS) adalah untuk membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas yang ada (khususnya NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali sebagai air proses. m. Sulfur Plant Sulfur plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang dihasilkan Amine treater dan H2S stripper Train no. 1 SWS. Sulfur plant terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan sulfur, lalu diikuti dengan Sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur padat. d. Fasilitas Produksi Fasilitas yang menunjang proses pengolahan di RU VI Balongan dijabarkan sebagai berikut: 1. Storage Facilities/Storage Tank 20

28 BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan Mahasiswa ditempatkan di bagian Supply Chain & Distribution pada fungsi Refinery Planning and Optimization (RPO). Pekerjaan di departemen ini adalah merealisasikan rencana pengolahan yang telah dibuat oleh bagian Refinery Planning. Pada bagian ini dilakukan perencanaan yang lebih bersifat operasional, mulai dari pengadaan bahan baku (minyak mentah), produksi produk turunan, sampai dengan distribusi produk jadi Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Perusahaan Dalam kerja praktek ini, mahasiswa diberi kebebasan oleh perusahaan untuk mengetahui segala informasi pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Mahasiswa dituntut untuk aktif dan mencari permasalahan-permasalahan yang ada di dalam perusahaaan serta mencari penyelesaiannya dengan memberikan semua data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Pada akhir kerja praktek, mahasiswa melakukan presentasi mengenai hasil dari kerja praktek dan membuat laporan untuk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. 21

29 4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Metodologi dalam pelaksanaan kerja praktek dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Metodologi Pelaksanaan Kerja 22

30 4.4. Hasil Pekerjaan Pengumpulan Data Data Demand Premium PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan unit pengolahan minyak yang memenuhi permintaan pasar di wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Namun pada kenyataannya kapasitas minyak di RU VI Balongan masih belum mencukupijumlah permintaan yang ada di pasar karena tingkat permintaan yang tinggi. Permintaan disajikan dalam periode harian dan dapat dilihat melalui pesanan-pesanan dari SPBU ke depot yang menjadi retailer produk RU VI Balongan. Produk Premium akan didistribusikan ke 3 depot yaitu Depot Plumpang, Depot Cikampek, dan Depot Balongan dengan depot utama yaitu TTU (Terminal Transit Utama) Balongan. PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan menggunakan pipa untuk menyalurkan sebagian besar minyak ke TTU Balongan. Minyak tersebut nantinya akan didistribusikan ke SPBU dan dijual langsung ke konsumen. Berikut merupakan data permintaan Premium bulan Mei dalam satuan kiloliter dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Demand Premium pada bulan Mei Tanggal Depot Balongan (KL) Depot Plumpang (KL) Depot Cikampek (KL) Jumlah 01 Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

31 Lanjutan Tabel Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Total Rata-rata Stdev UCL LCL Short Term Survey (STS) PT. Pertamina (Perser) RU VI Balongan dalam pemenuhan permintaannya didasarkan pada Short Term Survey (STS) yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan target produksi setiap bulannya. Short Term Survey (STS) merupakan data yang diolah oleh perusahaan khususnya bagian Refinery Planning and Optimization (RPO) untuk menentukan target kerja yang akan dilakukan selama satu bulan ke depan. STS ini terbagi atas 3 macam yaitu M+3 (Month +3), M+2 (Month +2), dan M+1 (Month +1). Masing masing dari data STS tersebut akan menggambarkan keadaan persediaan bahan baku dan rencana pengolahan yang akan dilakukan pada bulan selanjutnya. Namun pada kenyataannya, STS bukanlah satu-satunya acuan yang difokuskan oleh bagian RPO. Pertimbangan-pertimbangan lain juga diperhatikan oleh bagian ini untuk mengestimasikan keadaan sebenarnya dari keadaan kilang. Data STS tersebut akan dijabarkan dalam rencana pengolahan harian (RPH). Data- 24

32 data inilah yang kemudian akan dieksekusi oleh perusahaan dalam menentukan kapasitas persediaan bahan baku, pengaturan jadwal pemesanan bahan baku dan pengiriman produk akhir. Berikut merupakan data produksi Premium pada bulan Juni yang terdapat pada STS dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Data Produksi Bulan Juni PRODUKSI PREMIUM KL KL/DAY Data Level Tanki Data level tanki berisi informasi mengenai mengenai tanki mana yang dijadikan tempat penyimpanan setiap jenis crude oil, kapasitas dan jumlah crude oil yang tersedia pada waktu periode tertentu. Dalam proses Supply Chain harus memperhatikan stok yang dimiliki agar tetap bisa membantu dalam pemenuhan demand, detail stok dapat dilihat pada data level tangki yang berisi data berupa jenis minyak, nomor tangki, net stock penurunan/kenaikan level, ullage dan capacity net max. Dalam laporan ini akan melakukan penjadwalan lifting produk Premium pada bulan Juni maka dari itu data level tanki yang digunakan yaitu pada jam tanggal 1 Juni Berikut rekapitulasi level tanki pada bulan Juni 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Data Stock Awal Bulan Juni Produk PREMIUM Tanki 42T- 301G 42T- 301H Vol act (KL) STOK AWAL BULAN JUNI Inventori awal Ullage (KL) (KL) Max Kap. Tanki (KL) Total (KL) Data Perencanaan Jadwal Lifting Produk Dara perecanaan jadwal lifting produk berisi tentang tanggal perencanaan penyaluran BBM, BBK, NBBM pada bulan Juni Jadwal lifting produk ini 25

33 dibutuhkan dibagian Supply Chain & Distribution sebagai acuan dalam menjadwalkan pengiriman produk ke depot-depot yang membutuhkan pada lampiran Forecasting Demand Premium Sebelum dilaukan penjadwalan lifting, langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat forecasting terhadap permintaan produk Premium. Berikut merupakan tahap melakukan peramalan Preforecasting Di bawah ini merupakan grafik dari data permintaan produk Premium bulan Mei 2017 dapat dilihat pada Grafik 4.1. Demand Premium Bulan Mei Jumlah (KL) Hari ke- Grafik 4.1. Demand Premium bulan Mei Peramalan Demand Premium Menggunakan Sofware WinQSB Pada perhitungan forecasting ini menggunakan software WinQSB.Pada penggunaan software ini dilakukan dengan 11 metode forecasting, berikut adalah perhitungan forecasting dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan pola data premium. Berikut merupakan rekapitulasi peramalan permintaan premium dapat dilihat pada Tabel

34 Tabel 4.4. Rekapitulasi Peramalan Permintaan Premium NO Metode Parameter MSE MAD 1 SA MA K= K= K= K= K= K= K= K= K= WMA K= E K= E K= E MAT K= K= K= SEST SES DES DEST AES alpha= 0.8 beta= 0.5 alpha= 0.5 beta= HWA HWM Dari hasil rekapitulasi tersebut dapat diketahui bahwa nilai peramalan yang paling kecil nilainya yaitu pada metode moving average dengan nilai k = 2. Dapat dilihat pada nilai MSE (Mean Square Error) dan MAD (Mean Absolute Deviation) dengan nilai yang terkecil. Oleh karena itu, perhitungan peramalan untuk bulan Mei 2017 dilakukan dengan menggunakan nilai k = 2. Hasil perhitungan peramalan permintaan produk Premium dapat dilihat pada Tabel 4.5. di bawah ini. 27

35 Tabel 4.5. Peramalan Demand Premium Bulan Juni 2017 Forecast Juni Tanggal Forecast 1 Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Rata-rata Total Berikut ini merupakan grafik hasil peramalan demand Premium pada bulan Mei 2017 hingga bulan Juni 2017 dapat dilihat pada Grafik

36 Permintaan dan Peramalan Jumlah :(KL) Hari ke- Demand Forecast Grafik 4.2. Forecast Premium Bulan Juni Distribution Requirement Planning Setelah dilakukan peramalan pada bulan Juni, hasil dari peramalan dapat digunakan untuk membuat penjadwalan lifting dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Berikut data-data yang digunakan untuk membuat DRP: 1. Data Rencana Kerja Bulanan STS PT. Pertamina (Persero) menggunakan STS untuk perencanaan acuan produksi setiap bulannya. Data-data yang terdapat pada STS antara lain yaitu volume feed yang diproduksi dan jumlah produk yang harus dihasilkan setiap bulannya. Data STS yang diperlukan dalam pembuatan DRP yaitu data perencanaan jumlah Premium yang harus diproduksi pada bulan Juni. 2. Data Level Tanki Data level tanki diperlukan untuk mengetahui kapasitas maksimal masing masing tanki yang menampung produk premium. Selain itu pada data kapasitas tanki ini terdapat informasi volume aktual yang ada pada tanki serta kekosongan tanki tersebut (ullage). Data level tanki yang digunakan untuk membuat DRP adalah stock tanki Premium pada tanggal 1 Juni. Pembuatan DRP membutuhkan data level tanki karena penjadwalan membutuhkan sinkronisasi dengan stock yang ada sehingga pendistribusian dapat dilakukan secara optimal sesuai dengan kapasitas tanki. 29

37 3. Data Demand Harian Data demand harian didapat dari hasil perhitungan forecast. Setelah itu hasil dari peramalan tersebut digunakan sebagai acuan dalam data yang dimasukan dalam pembuatan DRP. Berikut merupakan demand harian pada bulan Juni 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Demand Harian Bulan Juni 2017 GROSS DEMAND HARIAN JUNI Periode Forecast Premium Gross Demand

38 Lanjutan Tabel TOTAL AVERAGE STDEV Data Kapasitas Produksi Data kapasitas menunjukan kapasitas maksimum pada TTU Balongan dan banyaknya stock yang masih tersedia di TTU Balongan. Kapasitas dan stock di TTU dapat digunakan sebagai pertimbangan pembuatan DRP. Jumlah stock yang terlalu banyak dapat mengakibatkan TTU menjadi over capacity. Data kapasitas produksi harian pada bulan Juni 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Kapasitas Produksi Harian Juni % KAPASITAS PRODUKSI HARIAN JUNI 2017 Produksi Total Premium (STS JUNI 2017) Demand Forecast Premium % Kapasitas Produksi Premium 136% Setelah data yang dibutuhkan terpenuhi, selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah rekapitulasi data yang dijadikan sebagai data awal DRP dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Data DRP Premium No Data Awal Premium 1 Lot Size Lead Time Inventori Awal RU kap. Tanki RU Kap Max. Transfer Reorder Point Safety Stock Reorder Point Akhir Kecepatan Transfer (KL/jam)

39 Lanjutan Tabel Kapasitas TTU Stok Awal TTU Unpumpable TTU Berikut merupakan perhitungan dari data awal DRP: 1. Lead Time Lead Time = 2. Reorder Point Reorder Point = 3. Safety Stock Kapasitas Max Transfer = = 1.3 hari Kec. Transfer x 24jam 800 x 24 Rata rata Demand Forecast Lead Time = = KL Safety Stock = Standar Deviasi forecast pertamax x Z service level = x = Reorder Point Akhir Reorder Point Akhir = Safety Stock + Reorder Point = = KL Berikut ini merupakan table DRP sebelum dilakukan penjadwalan lifting produk dapat dilihat pada Tabel

40 Tabel 4.9. DRP Produk Premium Sebelum Penjadwalan Lifting Dari Tabel 4.9. di atas dapat ditunjukan bahwa pada tanggal 6 Juni 2017 terdapat permintaan PESAN dari TTU Balongan, sedangkan kondisi stock yang terdapat pada RU VI Balongan sudah PENUH. Oleh karena itu metode DRP dilakukan agar tidak terjadi over capacity pada tanki yang terdapat pada RU VI Balongan. Berikut merupakan hasil DRP setelah dilakukan penjadwalan lifting. Berikut ini merupakan tabel DRP produk Premium setelah melakukan penjadwalan lifting. 33

41 Tabel DRP Produk Premium Setelah Penjadwalan Lifting Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tanggal 3, 6, 9, 11, 14, 17, 20, 23, 25, 26 Juni TTU Balongan membutuhkan stock Premium untuk memenuhi kebutuhan. Pengiriman Premium juga harus mempertimbangkan stock pada tanki RU VI Balongan dan stock tanki pada TTU Balongan. Stock tanki pada RU VI Balongan tidak boleh melebihi batas low level operational dimana merupakan level minimum dan level maximum yang dimiliki oleh tanki agar tidak terjadi over capacity maupun membiarkan tanki menjadi kosong. Planned Order Release dilakukan disesuakan dengan lead time yang ada. Inventori RU VI akan bernilai PENUH apabila kapasitas yang ditampung oleh inventori RU bernilai lebih dari kapasitas tanki RU, dan begitu juga dengan status 34

42 inventori TTU. Dan apabila inventori TTU bernilai negatif, maka status yang akan dikeluarkan oleh status Inventori TTU adalah PESAN Perbandingan Penjadwalan DRP, RU VI dan Realisasi Di bawah ini merupakan hasil perbandingan jadwal lifting pada produk Premium dilihat dari penjadwalan DRP, rencana RU VI, dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel Tabel Perbandingan Penjadwalan DRP, RU VI, Realisasi Lifting Premium Bulan Juni 2017 Tanggal DRP Rencana RU VI Realisasi 1 Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni

43 Lanjutan Tabel Juni Juni Total STS % 93.3% 99.6% 77.2% Dari tabel perbandingan di atas dapat dilihat penjadwalan yang direncanakan dengan DRP, RU VI dan realisasinya. Data yang diperoleh dari tanggal 1 Juni sampai 30 Juni Hasil rencana dari DRP, RU VI dan realisasi terdapat perbedaan jumlah transfer dan tanggal transfer produk Premium. Pada metode DRP jumlah transfer dimaksimalkan sebesar kiloliter. Sedangkan pada RU VI dan realisasinya jumlah transfernya berbeda-beda. Pada penjadwalan produk Premium terlihat bahwa dengan menggunakan metode DRP, lifting produk dilakukan sebanyak 10 kali dengan setiap kali pengiriman berjumlah KL. Pengiriman dilakukan jika status tanki pada RU VI penuh atau adanya pemesanan yang dilakukan oleh TTU Balongan. Pada rencana RU VI pengiriman dilakukan 11 kali pengiriman dengan jumlah pengiriman dan rentang waktu yang beragam dengan maksimal pengiriman sebanyak KL. Pada realisasi pengiriman dilakukan sebanyak 8 kali dengan waktu dan jumlah yang beragam dengan maksimal pengiriman sebanyak KL dan dengan pengiriman terakhir sebanyak KL. 36

44 BAB 5 PENUTUP 4.5. Kesimpulan 1. Penjadwalan distribusi dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP) pada bulan Juni 2017 dapat menyeimbangkan antara stok produk Premium dengan kebutuhan produk Premium dan meminimalkan adanya over capacity maupun under capacity pada tanki RU VI Balongan dan TTU Balongan. 2. Jumlah pengiriman produk Premium dengan metode DRP dapat menghemat biaya karena kapasitas pengriman Premium maksimum yaitu KL. 3. Perhitungan jumlah lifting produk premium pada bulan Juni 2017 dengan menggunakan metode DRP memiliki hasil yang paling mendekati dengan realisasi Saran Sebaiknya dalam melakukan penjadwalan lifting produk Premium, PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP) karena dapat meningkatkan akurasi distribusi baik dalam jumlah pengiriman maupun dalam waktu pengiriman. 37

45 LAMPIRAN Data Stok Tanki RU VI Balongan STS Bulan Juni Realisasi Penyaluran Premium 38

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Brigitta Molina NPM : 14 06 07656 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN - INDRAMAYU Julianto 021 060 021 PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Veni Indah Christiana 2308100167 Syennie Puspitasari 2308100168 Dosen Pembimbing: Ir. Musfil Ahmad Syukur, M.Eng.Sc Outline Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dan disahkan secara hukum pada tanggal 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah perusahaan selalu terkait dengan ketidakpastian dan perubahan. Perusahaan dituntut untuk menjadi fleksibel dan adaptif terhadap perubahan yang sedang

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Perancangan Dalam analisis perancangan ini, dapat diketahui diagram alir utama yang digunakan sebagai acuan langkah-langkah pengerjaan pada gambar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2.1 Profil Perusahaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan

Lebih terperinci

Optimisasi Keuntungan Menggunakan Linear Programming di PT Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan*

Optimisasi Keuntungan Menggunakan Linear Programming di PT Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan* Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Optimisasi Keuntungan Menggunakan Linear Programming di PT Pertamina Refinery

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah PT. Samudra Marine Indonesia yaitu perusahaan jasa pembuatan kapal, perbaikan

Lebih terperinci

Retrofit And Evaluation The Heat Exchanger Network In Main Column Fractionator Section Rccu Using Pinch Technology

Retrofit And Evaluation The Heat Exchanger Network In Main Column Fractionator Section Rccu Using Pinch Technology Retrofit And Evaluation The Heat Exchanger Network In Main Column Fractionator Section Rccu Using Pinch Technology Affandry Taufik, Sri Herlianty Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli 2016 31 Juli 2016 Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 22-E-103 pada Hydrogen Plant DISUSUN OLEH : Nurkhatimah Utami (14

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Dalam bab ini akan dipaparkan tentang riwayat perusahaan dan profil perusahaan, visi dan misi dari perusahaan, dilanjutkan dengan susunan organisasi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan masalah yang terlibat dalam penelitian ini. Latar

Lebih terperinci

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional PT PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pengolahan Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan 23 Januari 2015

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING FISINSI BIAYA PNANGANAN FDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DNGAN MTOD DISTRIBUTION RQUIRMNT PLANNING Dewi Shintya Pratiwi 1 dan Yudha Prambudia 2 Laboratorium Perancangan dan Optimasi Sistem Industri

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Indoturbine terbentuk pada tanggal 6 Juni 1973, bersamaan dengan dimulainya eksplorasi minyak dan gas bawah laut di Indonesia. Dimulai sebagai

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan dan Saran. Gambar 5.1 Pola Operasional Kapal (proposed)

BAB 5 Simpulan dan Saran. Gambar 5.1 Pola Operasional Kapal (proposed) BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Hasil Penelitian Mengacu kepada rumusan masalah, maka pola operasional yang dihasilkan dari pengolahan data (proposed) dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis dan Bahasan

BAB 4 Analisis dan Bahasan BAB 4 Analisis dan Bahasan 4.1 Pengumpulan Data Pada proses distribusi minyak mentah konsumsi domestik, terdapat tiga lokasi pengiriman dan penyebaran hingga lokasi akhir distribusi minyak mentah yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah isu global yang terus menjadi topik perbincangan publik sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) Contoh Proposal PKL (Praktek Kerja Lapangan) PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT VI BALONGAN Oleh : Nama : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Deskripsi Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga luas wilayahnya terdiri dari wilayah perairan dan terletak pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

PERHITUNGAN LEVEL AMAN TANGKI PENYIMPAN LNG DI PT ARUN NGL

PERHITUNGAN LEVEL AMAN TANGKI PENYIMPAN LNG DI PT ARUN NGL PERHITUNGAN LEVEL AMAN TANGKI PENYIMPAN LNG DI PT ARUN NGL TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh DONI HALIANDRI 020413005 P R O G R A M

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui SPBU. Berdiri sejak

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui SPBU. Berdiri sejak BAB IV ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Perusahaan PT. Artha Bangkit Cemerlang (PT. ABC) adalah sebuah perusahaan swasta umum yang bergerak di bidang pengelolaan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi dari fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) telah mempengaruhi segala bidang kehidupan manusia saat ini dan diprediksikan akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Tugas Akhir Lembar Mempertahankan Tugas Akhir Lembar Pernyataan Abstrak Kata Pengantar

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Tugas Akhir Lembar Mempertahankan Tugas Akhir Lembar Pernyataan Abstrak Kata Pengantar viii DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Tugas Akhir i Lembar Mempertahankan Tugas Akhir ii Lembar Pernyataan iii Abstrak iv Kata Pengantar v Daftar Isi viii Daftar Gambar xii Daftar Tabel xiii

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA adalah Badan Usaha Milik Negara minyak dan perusahaan gas (National Oil Company), yang didirikan pada tanggal 10

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil PT. Sinar Perdana Ultra PT. Sinar Perdana Ultra (SPU) yang berdiri pada tahun 1990 pada mulanya adalah Home Industry dan mulai menjadi Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pertamina (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dibidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina menjalankan

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015

PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015 PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN Januari 2015 AGENDA PRESENTASI 1. Minyak Bumi yang diolah di Kilang 2. Proses-Proses di Kilang 3. Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut:

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut: BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Jenis Simulasi Metode simulasi sederhana yang akan kami pergunakan dalam penjadwalan propylene unit ROPP, berdasarkan teori simulasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Didalam pengelolaan unit usahanya PT. Central Windu Sejati, merupakan pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem pembekuan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penurunan nilai pertumbuhan industry pada setiap tahunnya. Pada 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penurunan nilai pertumbuhan industry pada setiap tahunnya. Pada 2004 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini menurun. Hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai pertumbuhan industry pada setiap tahunnya. Pada 2004 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perusahaan Sebagai sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha minyak dan gas bumi beserta kegiatan usaha terkait lainnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas hektar. PT. Karya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas hektar. PT. Karya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Karya Jaya Lestari didirikan pada tanggal 2 Januari 2007 dan terletak di kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas 2.140 hektar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya perdagangan global dan liberal, menuntut perusahaan dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki wilayah pemasarannya.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : 1. Dita Kusuma Yuswardani ( I 0511017) 2. Shofwatun Nida ( I 0511048)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN. Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN

RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN. Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN 21080112140115 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014 A. Latar

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis saat ini berlangsung sangat begitu cepat. Sekedar mengikuti dan menyesuaikan diri hanya akan membuat kewalahan para pelaku bisnis. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM 3.1 Organisasi Perusahaan Bentuk organisasi pada SPBU No. 34.45.222 merupakan organisasi yang sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Perusahaan yang bergerak dibidang energi ini mulai beroperasi sejak tahun 1967 ketika perusahaan yang saat itu menandatangani kontrak bagi hasil pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan jasa, perusahaan manufaktar maupun perusahaan dagang dalam menjalankan bisnisnya tidak terlepas dari strategi pemasaran yang digunakan agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumen akan suatu produk saat ini semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan terhadap produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT MUSI REFINERY OVERVIEW REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY AGENDA ORGANISATION STRUCTURE PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT REFINERY LOCATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) Ringkasan Terjemahan dari Materi Presentasi Quak Foo, Lee Chemical and Biological Engineering, the University of British Columbia I. Apakah FCC itu?

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data 4.1.1. Profil PT Java Energy Semesta Gresik Meningkatnya potensi pemanfaatan energi hijau di Indonesia adalah suatu keharusan. Negara

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci