BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Deskripsi Perusahaan Sejarah Perusahaan Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga luas wilayahnya terdiri dari wilayah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada didaerah persilangan perdagangan dunia. Sehingga peran pelabuhan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah ini sangat besar. Oleh karenanya pelabuhan menjadi faktor penting bagi pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara. Pada tahun 1960 pengelolaan pelabuhan indonesia dilaksanakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Negara (PN) yang kemudian dalam perkembangannya pada tahun 1964 aspek operasional pelabuhan dikoordinasikan lembaga pemerintah yang disebut port authority, sedangkan dalam aspek komersial tetap berada dibawah Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969, pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Yang kemudian Pada tahun 1983 BPP diubah menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan yang hanya mengelola pelabuhan umum yang diusahakan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusakan dilakukan oleh unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. PERUM Pelabuhan sendiri dibagi menjadi

2 16 kedalam 4 wilayah operasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun Pada tahun 1992 Status PERUM ini kemudian dirubah kembali menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I sampai IV sampai dengan saat ini. Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Banten yang semula bernama PERUM Pelabuhan Ciwandan II diresmikan pada tanggal 27 Agustus 1988 untuk memenuhi keinginan masyarakat Jawa Barat pada umumnya dan wilayah Banten khususnya dalam rangka mengantisipasi permintaan jasa transportasi laut sehubungan dengan pesatnya pertumbuhan industri di wilayah Banten. Dalam rangka untuk memberi rasa percaya dan kenyamanan atas kepuasan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan yang merupakan kunci aktivitas perusahaan, maka manajemen pelabuhan Banten menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001/2000 sejak tahun Disamping menerapkan Sistem Manajemen Mutu, pihak manajemen juga menerapkan sistem kode pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan internasional (International Ships and Port Facillity Security Code / ISPS code) sejak 1 Juli Dimana fungsi dari ISPS code ini sendiri menunjukan bahwa pelabuhan cabang Banten ini sendiri siap untuk disinggahi dan dikunjungi oleh kapal kapal internasional. Selain dalam menjaga kepercayaan, kenyamanan dan tingkat kepuasan pelanggan PT Pelabuhan Indonesia II cabang Pelabuhan Banten juga menjaga komitmen dalam hal menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar

3 17 dalam menjalankan operasinya. Hal ini dibuktikan dengan selalu diselaraskannya setiap kegiatan pembangunan dan pengembangan perusahaan sesuai dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Serta bagi kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan juga mengadakan program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) yang merupakan program asistensi terhadap mitra binaan yang tersebar dibeberapa kota di Provinsi Banten Visi, Misi dan Komitmen Visi Memberikan jasa kepelabuhanan secara handal dengan mutu pelayanan kelas dunia. Misi Mewujudkan perusahaan melalui peningkatan realisasi komitmen perusahaan kepada mitra, pelanggan, kepentingan nasional, pemilik, masyarakat pelabuhan dan anggota perusahaan. Komitmen 1) Kepada mitra dan pelanggan jasa kepelabuhanan, menyediakan dan mengoperasikan jasa pelayanan kepelabuhanan yang handal dengan mutu kelas dunia. 2) Kepada kepentingan nasional, meningkatkan kesehatan perusahaan secara profesional dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

4 18 3) Kepada masyarakat pelabuhan, mendorong terbentuknya masyarakat pelabuhan yang kooperatif dan mempunyai rasa saling memiliki. 4) Kepada anggota perusahaan, mewujudkan sumber daya insani yang beriman, bermutu, optimis, bersikap melayani dan ramah, bangga terhadap perusahaan dan budayanya serta mampu memberikan kesejahteraan dan kepuasan kepada karyawan Bidang Usaha Pelabuhan Banten yang merupakan salah satu cabang dari 12 cabang Pelabuhan yang ada dan dikelola dibawah manajemen PT. Pelabuhan Indonesia II merupakan sebuah Pelabuhan umum yang secara administratif terletak di Kecamatan Ciwandan, Kotamadya Cilegon dengan jarak sekitar 11 Km dari kota Cilegon. Luas daerah pelabuhan Banten meliputi luas daerah lingkungan kerja daratan seluas 54,7 Hektar (Ha) dan luas daerah lingkungan perairan sekita Ha. Dengan Konsentrasi pada bidang usaha jasa kepelabuhanan, Pelabuhan Banten menjalankan usaha kepelabuhanan dan usaha usaha lainnya yang mempunyai kaitan dengan usaha tersebut diantaranya menyediakan dan mengusahakan : 1) Kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat kapal berlabuh. 2) Jasa jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan.

5 19 3) Dermaga dan fasilitas lainnya untuk melakukan tambat dan bongkar muat. 4) Gudang dan lapangan sebagai tempat penimbunan barang, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan. 5) Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri serta gedung gedung bangunan yang berhubungan dengan kepentingan dan kelancaran angkutan laut. 6) Pengadaan listrik dan kapal 7) Serta kegiatan kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

6 Struktur organisasi Gambar 3.1 Struktur organisasi Pembagian Tanggung Jawab General Manager Fungsi Penanggung jawab kebijakan operasional cabang pelabuhan banten meliputi bidang pengendalian kinerja dan PFSO, kepanduan, operasi, teknik dan sistem informasi, usaha terminal, keuangan dan sumber daya manusia yang dijabarkan dari strategi dan kebijakan perusahaan. Wewenang

7 21 1. Menetukan kebijakan pembinaan operasional dan non-operasional di Cabang Pelabuhan Banten. 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif. Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal : a. Memberi pelaporan rutin termasuk hasil atas analisis dan evaluasi kepada Direksi PT. Pelabuhan Indonesia II b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi, dan pertukaran informasi dengan para pejabat setingkat didalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada asisten general manager dan kepada para manajer serta kepala unit dalam lingkup unit kerjanya 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan lingkup operasional Cabang Pelabuhan Banten. Asisten General Manager Fungsi Pembantu General Manager dalam mengkoordinir pelaksanaan program kerja bidang pengamanan dan SMK3, manajemen resiko dan jaminan mutu, serta sebagai port facility security officer (PFSO) dalam penerapan ISPS yang dijabarkan dari kebijakan General Manager.

8 22 Wewenang 1. Menetapkan program kerja bidang pengendalian kinerja/pfso 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal a. Memberi pelaporan rutin termasuk hasil analisis dan evaluasi kepada general Manager. b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi dengan para pejaba setingkat di dalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada para advisor dalam lingkup unit kerjanya. 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya. Manager Kepanduan Fungsi Penanggung jawab pengelolaan program kerja bidang pemanduan dan penundaan serta perbaikan dan perawatan alat apung yang dijabarkan dari kebijakan operasional cabang. Wewenang 1. Menetapkan program kerja bidang kepanduan.

9 23 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal : a. Memberi pelaporan rutin termasuk hasil analisis dan evaluasi kerja kepada general manager. b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi dengan para pejabat setingkat didalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada supervisor pandu dalam lingkup unit kerjanya. 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya. Manager Operasi dan Usaha Terminal Fungsi Penanggung jawab pengelolaan kerja dibidang perencanaan dan pengendalian operasi, pelayanan kapal, pelayanan barang, pelayanan umum dan usaha terminal yang dijabarkan dari kebijakan operasional cabang. Wewenang 1. Menetapkan program kerja bidang Operasi dan Usaha Terminal. 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

10 24 Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal : a. Memberi pelaporan rutin termasuk hasil analisis dan evaluasi kerja kepada general manager. b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi dengan para pejabat setingkat didalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada supervisor pandu dalam lingkup unit kerjanya. 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya. Manager Teknik dan Sistem Informasi Fungsi Penanggung jawab pengelolaan program kerja bidang teknik dan sistem informasi yang dijabarkan dari operasional cabang. Wewenang 1. Menetapkan program kerja bidang Teknik dan Sistem Informasi. 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal :

11 25 a. Memberi pelaporan rutin termasuk hasil analisis dan evaluasi kerja kepada general manager. b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi dengan para pejabat setingkat didalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada supervisor pandu dalam lingkup unit kerjanya. 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya. Manager Keuangan dan SDM Fungsi Penanggung jawab pengelolaan program kerja bidang anggaran, akuntansi, pendapatan dan perbendaharaan serta kemitraan dan bina lingkungan sumber daya manusia dan umum yang dijabarkan dari kebijakan operasional cabang. Wewenang 1. Menetapkan program kerja bidang kepanduan. 2. Menetapkan metode kerja yang sesuai pada unit kerjanya guna melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

12 26 Hubungan Kerja 1. Hubungan Internal : a. Member pelaporan rutin termasuk hasil analisis dan evaluasi kerja kepada general manager. b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi dengan para pejabat setingkat didalam lingkup perusahaan. c. Melaksanakan pembinaan, pendelegasian kewenangan dan pelimpahan tugas kepada supervisor pandu dalam lingkup unit kerjanya. 2. Hubungan Eksternal Melakukan hubungan dengan instansi atau lembaga ekstern terkait dalam rangka koordinasi, komunikasi dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya.

13 Prosedur Penjualan Jasa Pelayanan Kapal dan Bongkar Muat yang Sedang Berjalan act Activ ity Diagr... Bagian Kepanduan Bagian Operasi dan Usaha Terminal Bagian Keuangan dan SDM start Menerima Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang Pelaksanaan Bongkar Muat Membuat Nota Jasa Kapal dan Barang - PKK - PPKB dan ship particullar - Penetapan UPER - Operating planning - manifest Ya Operations Planning Stowage Planning Nota 4A dan 4B LH Penerbitan Nota Kapal LH Penerbitan Nota Barang Membuat Rincian Pelayanan Kapal dan Barang Perubahan Membuat Rekam dan Pengolahan Data - PPKB-D Tidak Jurnal Penjualan PPKB-D RHGK Pelaksanaan Penyandaran Kapal Melakukan Pendistribusian Nota Jasa Kapal dan Barang PPKB-D RHGK 2A1, 2A2, 2A3 Pelaksanaan Pelayanan Kapal Keluar Bukti Pelayanan Kapal, Barang dan Air BPRP Membuat Bukti Pelayanan Kapal Membuat Pranota Jasa Kapal dan Barang Bukti Pengirim dan Penerima Nota 4A Bukti Pengirim dan Penerima Nota 4B Melakukan Penagihan 3A 3B BPRP Penyimpanan Dokumen Finish Gambar 3.2 Activity diagram prosedur berjalan

14 28 Proses bisnis pelayanan jasa kapal dan bongkar muat barang pada PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Banten diawali dengan datangnya Agen Kapal keperusahaan dengan mengisi PKK ( Pemberitahuan Kedatangan Kapal) dimana pada dokumen ini terdapat data data yang akan dicatat, diantaranya adalah : nama kapal, bendera kapal, pemilik kapal, GT ( Gross Tonnage ) kapal, muatan kapal, jenis muatan, berat muatan, pemilik muatan dan tanggal kedatangan kapal. Kemudian setelah PKK diisi agen kapal tersebut mengisi PPKB (Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang) dimana data data yang diisikan disini tidak jauh berbeda dengan PKK hanya saja terdapat beberapa tambahan seperti pelayanan apa yang ingin digunakan oleh sebuah kapal seperti : Labuh, Tambat, pandu dan Tunda dan untuk pelayanan barang sendiri seperti : bongkar, muat atau timbun. Sedangkan dalam proses timbun sendiri terdapat dua jenis apakah ingin dilakukan penimbunan dilapangan terbuka atau tertutup (gudang). Setelah mengisikan PPKB maka pihak perusahaan akan membuat RPKOP (Rencana Pelayan Kapal dan Operating Planning), dimana RPKOP yang diisikan oleh perusahaan ini berdasarkan atas PPKB yang diisi oleh agen pemilik kapal pengangkut barang. Setelah pengisian RPKOP selesai maka estimasi biaya pelayanan kapal dan barang sementara didapatkan, dan setelah didapatkan estimasi biaya pelayanan kapal maka terdapat penetapan UPER (Uang Pertanggungan) dimana proses proses diatas berada dibawah tanggung jawab bagian Operasi dan Usaha Terminal. Berlanjut ketahap berikutnya maka akan dikeluarkannya PPKB-D, ini merupakan PPKB yang telah ditetapkan/disetujui dan juga keluarnya rencana

15 29 harian kapal. Dimana rencana harian kapal ini akan dibuat dalam bentuk dokumen RHGK (Rencana Harian Gerakan Kapal) bagi internal perusahaan. Dimana RHGK ini sendiri berisikan jadwal jadwal dari pelayanan yang akan dilakukan, contohnya seperti : Jam kedatangan kapal, kapal mana yang akan dilayani terlebih dahulu, dimana kapal akan bersandar, jenis pelayanan jasa apa saja yang akan diberikan, jadwal pelayanan dari awal pelayanan sampai dengan pergerakan kapal keluar dari wilayah perairan PT Pelabuhan Indonesia II dimana proses ini berada dibawah bagian Kepanduan dan juga bagian Operasi dan Usaha Terminal. Pada dasarnya pelayanan jasa akan dilaksanakan berdasarkan RHGK, disaat pelayanan sedang berlangsung maka nota 2A1 dan 2A2 pun akan dibuat berdasarkan dokumen PPKB-D dan RHGK oleh supervisor pelayanan kapal, barang dan umum. Kemudian proses pelayanan kapal dan bongkar muat pun dilaksanakan dibawah tanggung jawab bagian Operasi dan Usaha Terminal. Dimana proses pelayanan kapal dan bongkar muat ini berdasarkan operation planning dan stowage planning yang telah diisi pada saat pengisian PPKB oleh agen kapal. Setelah pelayanan kapal dan barang telah selesai dilakukan maka bagian Kepanduan akan melakukan proses pelayanan kapal keluar sesuai dengan RHGK yang telah dibuat pada awal proses. Dimana setelah proses pelayanan kapal keluar selesai selesai dilaksanakan maka form 2A1, 2A2 dan 2A3 pun sudah selesai dibuat dimana form ini merupakan bukti pemakaian jasa pandu, tunda, kepil (2A1), bukti pemakaian tambat (2A2) dan bukti pengisian air kapal (2A3). Kemudian pembuatan Bukti pelayanan kapal, barang dan air

16 30 serta BPRP (Bukti Pemakaian Ruang Penumpukan). Kemudian dokumen dokumen tersebut akan diteruskan menjadi Bentuk 3A (Pranota Jasa Kapal) dan 3B (Pranota Jasa Barang) dan penumpukan dimana pembuatan nota dilakukan oleh bagian Operasi dan Usaha Terminal. Setelah pranota selesai maka bagian Keuangan dan SDM akan melakukan penerbitan nota 4A (bukti pelayanan jasa kapal) yang akan dikirimkan kepada agen pemilik kapal dan 4B (bukti pelayanan jasa barang) yang mana akan dikirimkan kepada pemilik barang. Setelah nota 4A dan 4B diterbitkan maka bagian Keuangan dan SDM akan melakukan pencatatan Laporan Harian Pencatatan Nota Kapal dan Laporan Harian Pencatatan Nota Barang. Dimana pada saat bersamaan nota 4A dan 4B dikirimkan kepada agen kapal dan pemilik barang, dilakukan pencatatan pengiriman nota keluar beserta data pengirim dan penerima nota kemudian nota yang telah dikirim serta dicatat perusahaan juga melakukan penyimpanan nota. Pada saat proses pendistribusian nota jasa kapal dan barang dilakukan juga proses penagihan atas tagihan yang terdapat pada nota tersebut, apabila pada saat pendistribusian nota jasa kapal dan barang pelanggan memilih langsung untuk membayar dengan cek atau transfer maka pada saat itu juga ter jadi proses penerimaan kas oleh perusahaan yang diwakili oleh karyawan yang melakukan penagihan terhadap pelanggan. 3.4 Pembahasan Masalah Berdasarkan pengamatan atas sistem yang sedang berjalan dan wawancara dengan karyawan, ditemukan beberapa masalah yang terdapat pada sistem

17 31 informasi penjualan jasa, penerimaan kas dan piutan pada PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Banten, yaitu : 1. Belum adanya prosedur dan kebijakan tentang penetapan kredit yang baku. Perusahaan saat ini belum memiliki prosedur dan kebijakan tentang penetapan kredit baku, hal ini menyebabkan tidak adanya standar limit kredit kepada pelanggan. Selama ini pelanggan masih dapat melakukan transaksi pemesanan jasa meskipun pelanggan masih memiliki piutang terhadap perusahaan. Dimana hal ini dapat menambah kemungkinan resiko piutang tidak tertagih dan hal tersebut dapat mempengaruhi penerimaan kas masuk dan dapat menghambat perusahaan dalam melakukan pembiayaan kegiatan operasional. 2. Terjadinya keterlambatan dalam penagihan piutang kepada pelanggan. Masalah ini disebabkan karena untuk mengetahui jumlah piutang, tanggal jatuh tempo atas suatu pelanggan baik agen kapal maupun pemilik barang dibutuhkan waktu yang cukup lama karena harus melakukan pengecekan terhadap nota nota yang ada dan kemudian melakukan sortir berdasarkan tanggal jatuh tempo, jumlah piutang, agen kapal dan pemilik barang. Kemudian barulah dilakukan proses penagihan. Akibat yang ditimbulkan dari masalah ini adalah kemungkinan keterlambatan atau bahkan terlewatnya penagihan atas suatu piutang terhadap pelanggan yang dapat menggangu arus penerimaan kas dan dapat mengganggu operasional perusahaan. 3. Terjadinya perangkapan tugas terhadap bagian yang terkait.

18 32 Penyebabnya adalah pada bagian operasional dan usaha terminal, dimana bagian ini melakukan kegiatan pelayanan kapal dan barang. Bagian ini juga melakukan pencatatan/pembuatan atas pelayanan kapal dan barang. Hal ini memungkinkan adanya kecurangan yang terjadi antara pihak terkait dengan pelanggan untuk memanipulasi pengisian data dalam hal pelayanan jasa kapal dan juga barang. Hal ini tentu saja dapat mengurangi pendapatan perusahaan. 4. Kesulitan dalam menyajikan laporan dengan cepat yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan biasanya pihak manajemen membutuhkan laporan penjualan dan laporan piutan. Namun untuk memberikan laporan ini dibutuhkan waktu untuk mengumpulkan. Mensortir dan menyusun nota nota yang berhubungan dengan penjualan jasa, penerimaan kas dan piutang. Sehingga sungguh menyulitkan untuk dapat menyusun laporan dalam waktu yang singkat. 3.5 Solusi Pemecahan Masalah 1. Adapun rekomendasi untuk masalah poin 1 (satun) yang diusulkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat dan mengadakan kebijakan kredit yang baku atas masing masing pelanggan. Penetapan kebijakan kredit dapat dilakukan dengan cara menganalisa kemampuan pelanggan dalam pelunasan piutang. Dan juga dengan cara memberikan pelayanan yang berbeda terhadap pelanggan lama dan pelanggan yang baru. Dimana pada pelanggan baru dapat dilakukan penilaian dengan menggunakan sistem checklist terhadap data data pelanggan. Sedangkan pada pelanggan lama

19 33 dapat dilakukan dengan menganalisa banyaknya jumlah tranksaksi, pembayaran yang dilakukan, ketepatan maupun keterlambatan dalam melakukan pembayaran dan pelunasan piutang dan berapa lamanya menjadi pelanggan. 2. Rekomendasi yang diusulkan atas masalah poin ke 2 (dua) adalah dengan adanya sistem terkomputerisasi yang dapat menampilkan dan memberi peringatan terhadap piutang piutang yang akan jatuh tempo, jumlah piutang dan penagihan piutang akan dilakukan keoada siapa. Sehingga dapat memudahkan pencarian informasi dan penagihan piutang. 3. Rekomendasi dari permasalahan poin ke-3 (tiga) adalah seharusnya untuk mencatat setiap tagihan atas pelayan jasa kapal dan barang sebaiknya dilakukan oleh pihak yang berbeda. 4. Rekomendasi yang diusulkan untuk masalah poin 4 (empat) adalah dengan merancang sistem informasi yang terintegrasi dan penggunaan database yang terkait dengan pelanggan, penjualan jasa, piutang dan penerimaan kas.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II CABANG BANTEN

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II CABANG BANTEN ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II CABANG BANTEN Indra Bayu Pratama ; Sugiarto Hartono ; Hery Harjono Muljo Information

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero )

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi, dimana perusahaan menghadapi persaingan yang semakin ketat baik karena pesaing yang semakin bertambah, volume produk yang semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang BAB II GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

Lebih terperinci

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO)

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) lahir melalui berbagai perubahan bentuk usaha dan status hukum pengusahaan

Lebih terperinci

1. Layar PPKB : form yg diisi setelah pelanggan membertahukan akan adanya kedatangan kapal, form ini juga berisikan tentang data lengkap kapal,

1. Layar PPKB : form yg diisi setelah pelanggan membertahukan akan adanya kedatangan kapal, form ini juga berisikan tentang data lengkap kapal, 1. Layar PPKB : form yg diisi setelah pelanggan membertahukan akan adanya kedatangan kapal, form ini juga berisikan tentang data lengkap kapal, pelanggan dan muatan yang ada dalam kapal. Pada kolom pelanggan,

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR: KP 99 TAHUN 2017 NOMOR: 156/SPJ/KA/l 1/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), untuk selanjutnya disebut PT Pelindo III (Persero), adalah Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang terutama dalam sektor perdagangan di mana setiap perusahaan dalam suatu negara menghadapi persaingan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 58 TAHUN 1991 (58/1991) Tanggal: 19 OKTOBER 1991 (JAKARTA)

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH Sejarah PT PELINDO III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting.perseroan pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 07 Tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia usaha dan masyarakat dalam menjalankan usahanya, karena

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu. cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu. cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Ekonomi dan Dunia Usaha dewasa ini terasa begitu cepat hal ini ditandai dengan perubahan pandangan dalam berbagai hal seperti perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang perekonomian nasional, Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan, oleh karena itu kapal laut merupakan salah satu pilihan alat transportasi antar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan

BAB III OBJEK PENELITIAN. PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan BAB III OBJEK PENELITIAN III. 1 Gambaran Umum Perusahaan III. 1.1 Sejarah Singkat PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan penyeberangan yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 503 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMANFAATAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 503 TAHUN : 2001 S ERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMANFAATAN KEPELABUHANAN BUPATI SERANG Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN 3.1. Profil Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perkembangan Pengusahaan Pelabuhan Belawan Sejarah Perkembangan Pengusahaan pelabuhan Belawan bermula dari Zaman Hindia Belanda dahulu Pengusahaan Pelabuhan Belawan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1523, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Laut. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 96 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 96 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2002 NOMOR : 96 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN CILEGON MANDIRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi saat ini telah melaju begitu cepat seiring pula dengan laju perkembangan zaman yang semakin modern dalam hal kemajuan teknologi dan informasi. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang namanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka kita harus mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. yang namanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka kita harus mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan era globalisasi dunia dan saat ini kita telah memasuki yang namanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka kita harus mempelajari tentang dunia perpajakan

Lebih terperinci

User Manual - SIMOP KAPAL AGEN PELAYARAN. Page 23 of 104

User Manual - SIMOP KAPAL AGEN PELAYARAN. Page 23 of 104 AGEN PELAYARAN Page 23 of 104 3 AGEN PELAYARAN User Manual - SIMOP KAPAL 3.1 Pemberitahuan Kunjungan Kapal (PKK) 3.1.1 Pengajuan PKK Menu : PELANGGAN PEMBERITAHUAN KUNJUNGAN KAPAL Gambar 31. Form Menu

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

Pelabuhan Ciwandan Banten

Pelabuhan Ciwandan Banten Pelabuhan Ciwandan Banten Alamat Pelabuhan : Jalan Raya Pelabuhan No. I Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Cilegon-Banten Kode Pos : 42166 Telepon : 0254 601417, 601418 Faxcimile : 0254 601419 Telex/VHF

Lebih terperinci

Analisis komparatif laporan arus kas pada PT.(persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Cirebon periode Oleh : Rezky Amalia NIM : F

Analisis komparatif laporan arus kas pada PT.(persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Cirebon periode Oleh : Rezky Amalia NIM : F Analisis komparatif laporan arus kas pada PT.(persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Cirebon periode 2000-2002 Oleh : Rezky Amalia NIM : F 3300202 BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Pendahuluan 1. Latar

Lebih terperinci

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 7 anak perusahaan.

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 7 anak perusahaan. 1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Kantor Pusat yang berkantor di Surabaya, mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 Propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. BURUNG LAUT BANDA ACEH CABANG. Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut Banda Aceh didirikan sesuai

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. BURUNG LAUT BANDA ACEH CABANG. Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut Banda Aceh didirikan sesuai BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. BURUNG LAUT BANDA ACEH CABANG MEDAN Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut Banda Aceh didirikan sesuai dengan akte No. 18 April 1988 yang dibuat dihadapan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960.

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960. BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting berikut ini: 1. Perseroan pada awal berdirinya

Lebih terperinci

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan 735.355 mill persegi yang terdiri dari 17.000 pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan P.T. Mitra Mulya Sejati adalah perusahaan bergerak di bidang jasa EMKL(Expedisi Muatan Kapal Laut) maupun PPJK (Penguasa Pengurusan Jasa Kepabeanan)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi PT Garuda Jaya Sumbar Indah (PT. GJSI) merupakan perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1985. PT Garuda Jaya Sumbar Indah bergerak dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam menelusuri bagaimana pengaruh-pengaruh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam menelusuri bagaimana pengaruh-pengaruh dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perkembangan sistem informasi dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (IT) telah berkembang sangat pesat sehingga pengelolaan informasi menjadi sangat penting

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 51 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PD Anugrah Mandiri mulai berdiri pada tahun 2001. Sebelumnya perusahaan ini belum berbentuk perusahaan dagang, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAN KEPELABUHANAN DI KABUPATEN SERANG

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAN KEPELABUHANAN DI KABUPATEN SERANG - 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAN KEPELABUHANAN DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara

Lampiran 1. Hasil Wawancara Lampiran 1. Hasil Wawancara 117 1. Apakah perusahaan ini memiliki struktur oraganisasi dan pembagian tugas yang jelas? Perusahaan tidak mempunyai struktur organisasi dan pembagian tugas secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada dipersinggahan rute

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL 3.1 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Piutang Usaha PT. Aromatech International

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TARIF JASA PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pengguna informasi dan membantu pihak manajemen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pengguna informasi dan membantu pihak manajemen dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Akuntansi merupakan aktivitas untuk mengumpulkan dan memproses data dan transaksi secara terkomputerisasi menjadi informasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Masdi Kerta Putra adalah suatu perseroan terbatas, yang berkedudukan di Jakarta. Didirikan pada tahun 1996,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensi perusahaan. Berbagai peluang yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensi perusahaan. Berbagai peluang yang ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dalam berbagai bidang saat ini mendorong persaingan usaha yang ketat. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba melalui

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) TERMINAL PETIKEMAS SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) TERMINAL PETIKEMAS SEMARANG BAB II GAMBARAN UMUM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) TERMINAL PETIKEMAS SEMARANG 2.1 Sejarah Terminal Petikemas Semarang Sejarah berdirinya Terminal Petikemas Semarang (TPKS) tidak lepas dari sejarah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2011 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2011 NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ARU, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 25 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di BAB I PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Transaksi antar negara-negara di dunia akan menciptakan kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di dalam bidang transportasi kargo dan pelayanan logistik yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOM BAÑA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut diantaranya

Lebih terperinci

SISTEM PEMROSESAN TRANSAKSI PELAYANAN KAPAL MELALUI APLIKASI PORTAL ANJUNGAN DI PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA

SISTEM PEMROSESAN TRANSAKSI PELAYANAN KAPAL MELALUI APLIKASI PORTAL ANJUNGAN DI PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA SISTEM PEMROSESAN TRANSAKSI PELAYANAN KAPAL MELALUI APLIKASI PORTAL ANJUNGAN DI PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. bergerak di bidang pembuatan plate flexo photopolymer. PT. PUTRA MANDIRI PT. PUTRA MANDIRI ABADI

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. bergerak di bidang pembuatan plate flexo photopolymer. PT. PUTRA MANDIRI PT. PUTRA MANDIRI ABADI BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. PUTRA MANDIRI ABADI adalah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang pembuatan plate flexo photopolymer. PT. PUTRA MANDIRI ABADI

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan perorangan Speed Power Racing adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan spare parts (perlengkapan) kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong banyak perusahaan untuk semakin memperluas usahanya dengan meraih pangsa pasar. Hal

Lebih terperinci

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO )

BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO ) BAB II PT PELABUHAN INDONESIA I ( PERSERO ) A. Sejarah Singkat PT Pelabuhan Indonesia I PT Pelabuhan Indonesia I (persero) berdiri pada awal massa penjajahan Belanda dengan nama perusahaan "Haven Bedrijf".

Lebih terperinci

BAB 3 DAN PEN ERIMAAN KAS PADA S IS TEM YANG BERJALAN. di Bandung. PT Gemilang Elektrik Indonesia telah mendapat Surat Keputusan

BAB 3 DAN PEN ERIMAAN KAS PADA S IS TEM YANG BERJALAN. di Bandung. PT Gemilang Elektrik Indonesia telah mendapat Surat Keputusan 52 BAB 3 ANALIS IS S IS TEM INFORMAS I AKUNTANS I PENJUALAN JAS A, PIUTANG DAN PEN ERIMAAN KAS PADA S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Profil Perusahaan PT Gemilang Elektrik Indonesia didirikan pada tahun 2000

Lebih terperinci