BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi
|
|
- Siska Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah isu global yang terus menjadi topik perbincangan publik sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Energi memegang peranan penting bagi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang di zaman modern. Tak terkecuali Indonesia sebagai negara berkembang, energi menjadi sumber tenaga penggerak berbagai aktivitas ekonomi. Seperti negara lain pada umumnya, Indonesia menggunakan minyak bumi sebagai sumber energi utama. Gambar 1.1. menyajikan pangsa kebutuhan energi Indonesia tahun Gambar 1.1. Pangsa Kebutuhan Energi Indonesia menurut Jenisnya Tahun % 12% 14% 13% 5% 52% Gas BBM BBN&EBT lain Batubara LPG Listrik Sumber: Dewan Energi Nasional (2014) 1
2 Tak bisa dipungkiri, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) masih sangat tinggi, 51% kebutuhan energi Indonesia bergantung pada BBM, 14% menggunakan LPG, 13% Batubara, dan 12% bergantung dari listrik yang notabene menggunakan Solar sebagai salah satu produk BBM. Indonesia bergantung pada Pertamina dalam hal penyediaan kebutuhan BBM (Indirasardjana, 2014). BBM adalah salah satu klasifikasi produk hasil pengolahan minyak di kilang (unit pengolahan) Pertamina. Pertamina mengelompokkan produk minyaknya menjadi dua : Produk BBM seperti Premium, Avtur, Kerosene, dan Produk Non-BBM seperti LPG, Minarex, Bitumen, Aspal, dll. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklasifikasikan BBM sebagai komoditas produk minyak yang terdiri atas Avtur, Gasoline/Bensin (Premium, Pertamax, Pertamax Plus), Solar, Avgas, Biodiesel, dll. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011 menyebutkan, sebagian besar komoditas BBM digunakan untuk sektor transportasi (65%), pembangkit listrik (16%), industri (10%), rumah tangga (2%), komersial (1%), dan sektor lain (6%). Selama kurun waktu , sektor transportasi mengalami pertumbuhan tertinggi dalam hal konsumsi BBM sebesar 6,92%, diikuti sektor komersial (4,58%), dan sektor industri (2,51%). Tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia akan BBM membuat komoditas ini menjadi isu sensitif dan menarik perhatian publik untuk dipantau pengelolaannya. Fenomena kelangkaan BBM di daerah perbatasan dan Indonesia Timur seringkali terjadi karena rumitnya manajemen rantai pasokan dan distribusi BBM di Indonesia. Tren naiknya harga seringkali tidak diterima masyarakat yang 2
3 mempertanyakan besar ambil untung pemerintah dan proses pengolahan minyak Pertamina yang dinilai tidak efisien. Inefisiensi produksi kerap dikaitkan dengan rataan usia kilang Pertamina sebagai unit pengolahan minyak yang cukup tua. Pemerintah dan Pertamina berdalih terbatasnya alokasi dana investasi dari APBN dan rendahnya return (margin kilang) untuk investor menjadi alasan minimnya pengembangan industri pengolahan minyak di Indonesia. Margin kilang menjadi indikator yang berguna bagi kilang sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan meningkatkan/menurunkan tingkat produksi dan memberi insentif bagi kilang untuk memproses lebih banyak minyak mentah menjadi produk jadi (Lubiantara, 2012). Pertamina dan perusahaan minyak lain biasa menggunakan margin kilang sebagai salah satu indikator pengukuran kinerja pada unit pengolahan minyak. Salah satu masalah yang dialami Pertamina di sektor pengolahan adalah rendahnya keuntungan yang disebabkan oleh penurunan produktivitas dan efisiensi untuk menghasilkan produk minyak yang ditentukan. Tuntutan penyediaan Public Service Obligation (PSO) yakni Premium (Gasoline RON 88) sebagai komoditas BBM bernilai rendah menjadi alasan lain terbatasnya ruang bagi unit pengolahan minyak Pertamina untuk menghasilkan keuntungan optimal. Yield/return produk minyak menjadi salah satu variabel yang digunakan untuk menghitung margin kilang (Energy Information Administration, 1996). Kilang adalah manufaktur kompleks yang terdiri dari banyak pabrik yang terhubung dengan pipa dan tangki (Princeton University, 1983). Kilang minyak adalah unit manufaktur yang didesain untuk mengubah minyak mentah, baik dari dalam negeri maupun minyak impor menjadi berbagai macam produk minyak 3
4 (Energy Institute, 2012). Setiap pabrik memiliki fungsi tersendiri dan setiap kilang dibangun untuk memproses minyak mentah dengan spesifikasi tertentu untuk dikonversi menjadi produk minyak sesuai dengan kebutuhan pasar. Proses pengolahan minyak mentah menjadi produk minyak melalui beberapa tahapan proses fisik dan kimia untuk menghasilkan produk yang bernilai lebih tinggi. Proses pengolahan minyak di kilang bertujuan untuk memaksimalkan konversi minyak mentah menjadi produk minyak yang ditentukan (Dunbar, 2014). Masingmasing kilang memiliki karakteristik tersendiri dalam hal ukuran, kompleksitas pengolahan, dan kemampuan memproduksi minyak mentah dengan spesifikasi yang berbeda. Proses kilang sederhana (simple refinery) menghasilkan LPG, Bensin, Diesel, Aspal, dan klasifikasi produk BBM dan non-bbm lain. Proses kilang kompleks menghasilkan produk BBM, non-bbm, serta produk petrokimia. Secara umum, produk olahan kilang terbagi menjadi dua, produk primer/dasar (gasoline, solar, jet fuel ) dan produk sekunder/terolah (kerosene, LPG, Asphalt/Aspal, Sulfur, Waxes, dll.). Produk olahan kilang di Indonesia terdiri atas 3 klasifikasi besar yaitu produk BBM (Bensin, Kerosene, Avtur, LPG, Diesel, Fuel Oil), Non-BBM (Lube-Base, Aspal, Slack Wax, Parafinic, Minarex), dan produk petrokimia (Benzene, Paraxylene, Heavy Aromate, Sulfur). Karakteristik kilang sebagai manufaktur yang dapat memproduksi banyak produk menjadi daya tarik tersendiri untuk mengetahui kapasitas produksi dan kemampuan kilang mengolah minyak mentah menjadi produk yang bernilai tinggi (high valuable product). Optimalisasi menjadi kata kunci untuk menjaga volume produksi. 4
5 Optimalisasi menghasilkan peningkatan utilisasi peralatan, tenaga manusia, dan bahan baku (Lasdon et al., 1989). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas rantai nilai industri perminyakan, unit pengolahan minyak memiliki peran penting sebagai salah satu unit yang menghasilkan keuntungan. Keuntungan pada unit pengolahan menunjukkan kinerja positif dan mencerminkan produktivitas kilang. Keuntungan pada kilang sebagai bagian dari aktivitas pengolahan minyak juga mencerminkan aspek positif dari suatu bisnis untuk upgrading (perbaruan) kilang atau daya tarik investasi kilang baru. Dunbar (2014) menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi profitabilitas kilang yakni kos bahan baku dan masukan lain (harga minyak mentah dan ketersediaan produk intermedia (campuran), konfigurasi kilang (kompleksitas, fleksibilitas minyak, produk bernilai tinggi, keterbatasan unit), reliabilitas dan efisiensi (ukuran, kapasitas kilang, biaya operasi, investasi modal), serta nilai produk (lokasi, persaingan, nilai persediaan, keseimbangan produk). Optimalisasi menjadi hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja kilang, dengan mendorong aktivitas operasi kilang mencapai keuntungan optimal. Perencanaan menjadi hal paling krusial dalam aktivitas operasional kilang, untuk mencapai keuntungan maksimal dan memenuhi permintaan pasar (Dunham, 2009). Salah satu bagian penting dari aktivitas perencanaan adalah pemilihan strategi bauran produk, menentukan produk sesuai permintaan pasar dengan memperhatikan kapasitas produksi untuk mencapai keuntungan maksimal. 5
6 Pemilihan strategi bauran produk ini menjadi hal yang sangat krusial, khususnya pada proses blending untuk mencampurkan komponen dengan Octane Number (ON) tinggi dengan Naptha yang memiliki ON rendah, serta komponen lain yaitu High Octane Mogas Component (HOMC) untuk memperoleh kuantitas produksi Gasoline yang optimal. Gasoline (Premium dan Pertamax) memegang peranan penting sebagai salah satu produk kilang paling menguntungkan dengan 60%-70% kontribusi keuntungan (Li, 2011). Penelitian ini menganalisis keputusan bauran produk pengolahan minyak Pertamina dengan adanya rekomendasi kebijakan alih produksi Premium- Pertamax untuk mencapai keuntungan optimal. Analisis bauran produk difokuskan pada produk BBM, khususnya Premium dan Pertamax sebagai salah satu produk hasil distilasi minyak dengan komponen minyak mentah, dengan input (masukan) Platformat I dan Platformat II output proses Platforming (pembentukan komponen gasoline beroktan tinggi), HOMC 95 impor sebagai campuran untuk menghasilkan minyak berkualitas tinggi, dan Naptha sebagai produk distilasi beroktan rendah untuk menghasilkan produk minyak berkualitas tinggi dalam jumlah optimal. Penelitian ini bersifat analisis kasus dengan mengambil objek penelitian Pertamina RU (Refinery Unit ) IV Cilacap sebagai salah satu unit pengolahan dengan kapasitas produksi terbesar dengan jumlah produksi Premium terbesar di Indonesia. 6
7 1.2. Rumusan Masalah Pergantian kepemimpinan dari Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY-Boediono) ke Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) menghadirkan sejumlah inisiatif baru terkait pengelolaan migas. Selain menghapus subsidi BBM untuk Premium dan menetapkan subsidi tetap untuk Solar, Jokowi membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas beranggotakan akademisi dan praktisi migas di Indonesia dengan tugas: (1) meninjau dan mengkaji ulang seluruh proses perizinan dari hulu hingga hilir; (2) menata ulang kelembagaan di sektor migas; (3) mempercepat revisi UU Migas dengan substansi yang relevan dengan konstitusi dengan keberpihakan kuat pada kepentingan rakyat; dan (4) mendorong lahirnya iklim industri migas yang bebas dari tangan pemburu rente/mafia migas. Satu bulan berjalan, Tim Reformasi Tata Kelola Migas menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan, yaitu: (1) menghentikan impor Premium dan Gasoil 0,35% sulfur dan menggantikannya masing-masing dengan impor Mogas 92 (Pertamax) dan Gasoil 0,25% sulfur ; (2) meningkatkan kualitas produksi minyak solar oleh kilang di dalam negeri hingga setara dengan Gasoil 0,25% sulfur; (3) mengalihkan produksi kilang domestik dari Premium menjadi Pertamax (Gasoline RON 92); (4) memberlakukan kebijakan subsidi tetap pada Pertamax, misalkan sebesar Rp 500/liter; (5) memperhatikan kebutuhan minyak solar untuk transportasi dan angkutan barang untuk kepentingan umum dengan menetapkan kebijakan subsidi menggunakan pola penetapan harga, serta; (6) menetapkan beberapa pilihan kebijakan terkait pengalihan produksi kilang domestik sehingga dapat memproduksi Pertamax seluruhnya dengan melakukan perbaruan kilang 7
8 domestik dengan masa transisi selama waktu tertentu atau menyerahkan pengelolaan fasilitas kilang TPPI (Trans Pacific Petrochemical Indonesia) sepenuhnya kepada Pertamina untuk memungkinkan peningkatan produksi Pertamax secara maksimal. Salah satu poin penting rekomendasi kebijakan adalah mengalihkan produksi kilang domestik dari Premium menjadi Pertamax. Selain untuk membatasi ruang gerak mafia migas dengan permainan harga dan mengurangi emisi bahan bakar dengan kualitas rendah, kebijakan alih produksi Premium- Pertamax dinilai lebih menguntungkan karena memberi ruang lebih bagi Pertamina memproduksi produk minyak bernilai tinggi. Meski begitu, ada sejumlah keraguan akan kesiapan kilang Pertamina yang muncul dari sebagian pakar dan praktisi yang berkecimpung di dunia migas. Alasannya, rataan usia kilang di Indonesia sudah cukup tua sehingga kebijakan ini hanya akan memperparah inefisiensi produksi sehingga menyebabkan kuantitas produksi BBM yang dihasilkan tidak maksimal. Tuntutan produksi komoditas BBM berkualitas tinggi seperti Pertamax dikhawatirkan menambah beban Pertamina dengan adanya peningkatan impor minyak dengan peningkatan kebutuhan HOMC 95 (High Octane Mogas Component) sebagai komponen tambahan untuk menghasilkan minyak berkualitas (beroktan tinggi) dalam jumlah optimal. Kebijakan alih produksi ini dianggap beberapa pihak menghancurkan product valuable kilang karena keterbatasan kilang memproduksi Pertamax sehingga menyebabkan kenaikan angka impor Pertamax jadi untuk memenuhi kebutuhan BBM Nasional. 8
9 Pemerintah berupaya menjawab keraguan dengan kebijakan pembangunan infrastruktur energi seperti rencana pembangunan kilang baru dan inventarisir kilang yang tidak beroperasi milik PT TPPI dan PT Saratoga Sadaya Investama. Pertamina juga melakukan aktivitas ekspansi dan perbaruan kilang melalui konsep Refining Development Master Plan bekerjasama dengan Saudi Aramco, Nippon Oil&Energy Corporation, dan China Petroleum&Chemical Corporation untuk meningkatkan kapasitas dan teknologi produksi kilang. Pertanyaannya sekarang, apakah Pemerintah melalui Pertamina mampu megimplementasikan kebijakan alih produksi Premium-Pertamax? Bagaimana Pertamina menerapkan strategi bauran produk, menentukan kuantitas HOMC 95 untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dalam jumlah optimal? Keputusan bauran produk mana yang harus diambil pada proses blending minyak menjadi gasoline agar menghasilkan keuntungan optimal? 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah penelitian disajikan sebagai berikut: 1. Berapakah jumlah HOMC 95 (High Octane Mogas Component) impor yang ditambahkan dan besar peningkatan biaya yang ditimbulkan dengan pemberlakuan kebijakan alih produksi Premium ke Pertamax untuk menghasilkan jumlah Pertamax yang optimal? 2. Keputusan bauran produk manakah yang harus diambil pada proses blending minyak yang menghasilkan keuntungan optimal? 9
10 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan pokok yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis jumlah HOMC 95 (High Octane Mogas Component) impor yang harus ditambahkan dan besar peningkatan biaya yang ditimbulkan dengan pemberlakuan kebijakan alih produksi Premium ke Pertamax untuk menghasilkan jumlah Pertamax yang optimal. 2. Menganalisis besaran biaya-manfaat yang diperoleh dari masing-masing bauran produk proses blending minyak untuk kemudian diambil keputusan yang memberikan keuntungan yang paling optimal Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat untuk: 1. Lingkungan Akademis Sebagai bahan referensi terkait Akuntansi Perminyakan khususnya di sektor hilir (pengolahan) untuk membuka cakrawala baru pengembangan ilmu Akuntansi selain di sektor hulu migas. Memberikan pemahaman terkait pendekatan Akuntansi Manajemen dalam Industri Perminyakan, khususnya dalam melakukan analisis bauran produk dalam perusahaan manufaktur untuk mencapai laba optimal. 10
11 2. PT Pertamina RU IV Cilacap Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pertamina RU IV Cilacap dalam menyusun kajian terkait keputusan bauran produk pengolahan minyak pasca pemberlakuan kebijakan alih produksi Premium-Pertamax untuk mencapai margin kilang optimal Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kasus yang dihadapi Pertamina RU IV Cilacap terkait rekomendasi kebijakan alih produksi Premium- Pertamax. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada Pertamina RU IV Cilacap dalam menindaklanjuti rekomendasi kebijakan dari Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Penelitian ini juga memberi pertimbangan dan kalkulasi awal peningkatan biaya yang timbul dari HOMC 95 impor sebagai komponen tambahan untuk menghasilkan bahan bakar minyak berkualitas tinggi. Fokus penelitian ini adalah bagaimana mencapai keuntungan kilang optimal melalui keputusan bauran produk BBM, khususnya gasoline yang dihasilkan PT Pertamina RU IV Cilacap dengan adanya kebijakan alih produksi Premium ke Pertamax. Penelitian menggunakan Platformat I dengan Octane Number (ON) 91, Platformat II dengan ON 96, Naptha (ON 70), dan HOMC 95 sebagai batasan sumber daya (Resource Constraint) untuk menghasilkan Pertamax dalam jumlah optimal. Analisis bauran produk berfokus pada dua produk, yakni Premium dan Pertamax dengan Naptha tidak terolah sebagai produk sampingan dari hasil produksi gasoline. Tren permintaan Pertamax dan Premium satu tahun terakhir 11
12 serta kapasitas produksi kilang menghasilkan Gasoline saat ini menjadi informasi yang digunakan untuk menentukan batasan produksi Pertamax dan Premium. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan kalkulasi awal jumlah komponen HOMC 95 yang harus diimpor untuk menghasilkan Pertamax dalam jumlah optimal dan keputusan bauran produk apa yang harus diambil Pertamina RU IV Cilacap untuk menghasilkan keuntungan optimal. Selain hasil perhitungan untuk menjawab pertanyaan penelitian, hasil observasi rencana jangka panjang produksi perusahaan dan wawancara dengan bagian produksi Pertamina RU IV Cilacap diharapkan dapat memberikan referensi tambahan untuk menghasilkan rekomendasi keputusan bauran produk pengolahan minyak ke depannya Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari enam bagian, dengan susunan atau sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini lebih banyak menguraikan cerita konteks dari masalah yang akan diteliti dan esensi dari penelitian studi kasus yang akan diambil. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori menjelaskan dasar ilmu yang mendasari penelitian ini, terdiri atas telaah teoritis dan konsep lain yang relevan dengan penelitian analisis kasus ini. 12
13 Profil korporasi dan bagan alir proses produksi di Pertamina RU IV Cilacap akan diuraikan sebagai dasar pemahaman dalam memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan penelitian. Gambaran proses bisnis, definisi optimalisasi keuntungan, serta batasan operasional kilang menjadi kerangka teori lain sebagai dasar pemahaman dalam melakukan analisis keputusan bauran produk pengolahan minyak di Pertamina RU IV Cilacap. BAB III METODE RISET Pada bab ini akan dijelaskan metode riset yang akan digunakan dalam penelitian, terdiri atas desain riset yang telah dirancang, kerangka pemikiran penelitian, objek penelitian, jenis data, jenis penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. Bab ini akan lebih banyak menjelaskan metode penelitian untuk menjabarkan dan menganalisis kasus yang dialami Pertamina RU IV Cilacap pasca rekomendasi kebijakan alih produksi Premium-Pertamax. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV menjelaskan uraian hasil temuan penelitian. Hasil temuan penelitian adalah jawaban atas seluruh pertanyaan penelitian yang telah disebutkan di Bab I. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagai ikhtisar dan rekomendasi dari hasil analisis penelitian di Bab IV. DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka menjadi referensi bagi penulis, dan lampiran berisi daftar pertanyaan wawancara dan data perusahaan sebagai referensi analisis penelitia 13
BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015
REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS
KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melalui pembahasan dari Bab I sampai dengan pembahasan Bab IV dan sejumlah 5 (lima) pertanyaan yang dilampirkan pada rumusan masalah, maka kami dapat memberikan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :
BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase
Lebih terperinciPENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo
PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM
INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah
Lebih terperinciBAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1714, 2016 KEMEN-ESDM. Pemberlakuan Satu Harga. Minyak tertentu. Minyak Khusus. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciPERTAMINA SIAP IMPOR BBM TIDAK LEWAT TRADER DPR MINTA BPK PERIKSA PETRAL
PERTAMINA SIAP IMPOR BBM TIDAK LEWAT TRADER DPR MINTA BPK PERIKSA PETRAL en.vivanews.com Pertamina akan berupaya memprioritaskan impor i bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah dari berbagai sumber,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciKondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional
PT PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pengolahan Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan 23 Januari 2015
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2014-2019 TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Prof Dr ARMIDA S. ALISJAHBANA Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kapala BAPPENAS Disampaikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu jenis bahan bakar yang dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah menjadi kebutuhan pokok dalam
Lebih terperinciOPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA
OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,
Lebih terperinciUPAYA MEREDUKSI PENGECER ILEGAL PADA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK MELALUI PEMBENTUKAN SUB PENYALUR
UPAYA MEREDUKSI PENGECER ILEGAL PADA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK MELALUI PEMBENTUKAN SUB PENYALUR Oleh : Sulistyono *) ABSTRAK Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas vital yang sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:26). Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sedang dan telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia menjadi lebih fluktuatif dan biaya-biaya
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan pada industri bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dewasa ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM bersubsidi sejak
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinciDisampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005
Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005 Direktorat Pengolahan dan Niaga Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Jakarta
Lebih terperinciBAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua
Lebih terperinciSOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK
SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.
No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperinciCAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
Lebih terperinciV. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG
V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
Lebih terperinciPerkembangan Harga BBM
Perkembangan BBM Jakarta, September 2015 1 US$/Barel 100 Perkembangan Dasar Premium BBM tidak berubah Maret September 2015 90 25 Feb-24 Agust (6 bulan) Keekonomian Rp 8.350 Kurs: Rp 13.156/USD 25 Apr 24
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciMAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO) Oleh : Chinthia / I34110152 Inez Kania Febriyani / I34120116 Hana Hilaly Anisa / I34120124 Riza Ryanda / I34120164 Dosen : Lindawati
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMetodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit
Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena
Lebih terperinciMODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS
Muh. Khoirul Khakim Habibi 2508 100 046 MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS 2 nd Place of Research Grant for Management Studies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI
Lebih terperinci50001, BAB I PENDAHULUAN
Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
PROFIL PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan hilir minyak dan gas di Indonesia memasuki babak baru
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kegiatan hilir minyak dan gas di Indonesia memasuki babak baru dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Lebih terperinciKONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040
KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA BAHAN BAKAR GAS UNTUK TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,
Lebih terperinciBAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN
BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1 Proses Bisnis Utama Dalam proses bisnis utamanya, Pertamina merupakan keseluruhan rantai kegiatan utama perusahaan yang terdiri dari beberapa proses bisnis yang bersifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser
No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK
Lebih terperinciWawancara dengan Bapak Wally Saleh (Vice President Shell Indonesia)
Wawancara dengan Bapak Wally Saleh (Vice President Shell Indonesia) 1. Dapatkah Bapak memberikan gambaran singkat bagaimana sektor hilir di kelola masa Pertamina sebelum UU/22/2001? Pertamina mendapat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (lanjutan)
BAB I PENDAHULUAN 1. Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri maupun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)
Lebih terperinci2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era millenium saat ini, perindustrian telah bertransformasi dengan sangat pesat. Diantaranya adalah industri otomotif terutama kendaraan bermotor. Kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki prospek industri minyak bumi yang menjanjikan kedepannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Berbagai
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Energi Sumber Daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumber Daya Alam dan Energi bisa meliputi semua
Lebih terperinciTabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja
Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 26 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI
Lebih terperinciSembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan
Sembuh Dari Penyakit Subsidi : Beberapa Alternatif Kebijakan Hanan Nugroho Penyakit subsidi yang cukup lama menggerogoti APBN/ ekonomi Indonesia sesungguhnya bisa disembuhkan. Penyakit ini terjadi karena
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)
Lebih terperinci9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah
9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun
Lebih terperinciPrediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model
Lebih terperinciKomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?
KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? verina J. Wargadalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih
Lebih terperinci