RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN. Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN. Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN"

Transkripsi

1 RESUME PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI PT PERTAMINA REFINEY UNIT VI BALONGAN Disusun Oleh : FAJAR INDRAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

2 A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan industri. Pembangunan industry yang begitu pesat akan meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan perekonomiaan namun disisi lain meningkatnya prosuksi, limbah yang dihasilkan pun akan meningkat, baik limbah bersifat non toksik maupun limbah berbahaya. Salah satu industry yang berkembang pesat dan menjadi aset nasional sebuah negara adalah industry pengolahan minyak. PT Pertamina Refiney Unit VI Balongan merupakan dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak mentah menjadi produk BBM (Bahan Bakar Minyak), non-bbm, dan Petrokimia. Bahan baku yang diolah di kilang Refiney Unit VI Balongan adalah minyak mentah duri dan Minas yang berasal dari provinsi Riau. Seperti kegiatan industry pada umumnya pasti akan menghasilkan limbah. PT Pertamina RU VI Balongan menghasilkan limbah yang bersifat toksik maupun non toksik dari kegiatan operasionalnya dan berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu perusahaan memerlukan pengolahan terhadap limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan sekitar. B. Gambaran Objek Studi B.1 Sejarah PT Pertamina RU VI Balongan Keberadaaan kilang minyak Balongan merupakan langkah proaktif PT> Pertamina untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor minya ke manca negara, terutama kawasan Asia- Pasifik. Berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan, pembangunan kilang Balongan dilaksanakan untuk beberapa tujuan, antara lain : 1. Pemenuhan kebutuhan BBM/LPG, terutama untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. 2. Mensuplai kebutuhan BBM di Jawa Barat + 40% atau 20 % dari kebutuhan nasional. 3. Peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan peluang ekspor di Asia Pasifik. 4. Memecahkan kesulitan pemasaran minyak mentah berat jenis Duri dan Minas. 5. Pengembangan daerah sekaligus pertimbangan ekonomi. Pemilihan Balongan sebagai lokasi dan proyek kilang berdasarkan pada hal berikut : 1. Letak lokasi yang relative dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa Barat. 2. Telah tersedia sarana penunjang, yaitu Depot UPPDN II, terminal UEP III, Conventional Bouy Mooring (CBM), dan Single Bouy Mooring (SBM). 3. Dekat dengan sumber gas alam, yaitu UEP III dan ARCO 4. Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di Jawa Barat 5. Tersedianya lahan luas yang cukup 6. Tersedianya sarana infrastruktur. Start up kilang minyak PT. Pertamina RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober Unit RCC merupakan unit terpenting, karena unit ini yang mengubah residu

3 menjadi komponen yang ringan dan lebih berharga. Kapasitas ini merupakan yang ringan lebih berharga. Kapasitas ini merupakan yang kedua terbesar didunia untuk jenis ini. B.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan adalah menjadi kilang ungulan, dengan penekanan pada kata kilang dan kata unggulan yang masing-masing bermakna sebagai berikut. 1. Kilang bermakna mengolah bahan baku minya bumi menjadi produk BBM dan non BBM 2. Unggulan bermakna masuk dalam nominasi kelompok kilang terbaik di dunia, unggu dalam segala aspek bisnis yaitu lebih aman, andal, efisien, professional, maju, berdaya saing tinggi, bermutu internasional, berwawasan lingkungan dan mampu menghasilkan laba sebesar-besarnya. Sementara misi perusahaan adalah sebagai berikut. 1. Mengolah minyak bumi untuk memproduksi BBM dan non BBM secara tepat jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar. 2. Mengoprasikan kilanh berteknologi tinggi maju dan terpadu secara aman, andal, efisien, serta berwawasan lingkungan. 3. Mengelola asset RU VI secara professional yang didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, kepercayaan, dan prinsip bisnis saling menguntungkan. B.3 Logo dan Slogan Perusahaan Elemen logo merupakan representasi huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif. Warna-warna yang berani menunjukn langkah besar yang diambil PT. Pertamina dan aspirasi perusahaa akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.warna warna tersebut adalah : BIRU : Mencerminkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab HIJAU : Mencerminkan sumber daya energy yang berwawasan lingkungan MERAH : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan Slogan baru Pertamina danaah ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi SELALU HADIR MELAYANI. B.4 Lokasi PT. Pertamina RU VI Balongan PT. Pertamina RU VI Balongan adlah kilang minyak yang berlokasi di Desa Balongan, Kecamtan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Dalam penyiapan lahan kilang yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengerukan dengan pasir laut yang diambil dari Pulau Gosong Tengah. Pulau ini berjarak kurang lebih 70 km arah timur dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan dikerjakan dalam waktu 4 bulan, dimulai pada bukan Oktober 1991, setelah sebelumnya dilakukan pengerukan pasir selama 10 bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbuna dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa kearah kilang.

4 B.5 Bahan Baku dan Produk PT. Pertamina RU VI Balongan Minyak mentah yang diolah adalah minyak mentah dari Duri dan Minas, dengan perbandingan 50% : 50%. Minyk mentah Duri dan Minas tersebut masuk ke unit Crude Destilation Unit. Spesifikasi umpan minyak mentah yang masuk ke unit CDU dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Minyak Mentah Minas Minyak Mentah Duri API 35,2 21,1 gr/ml 0,8485 0,927 Viskositas o - o 23,6 o 11,6 - Sulfur (% weight) 0,08 7,4 Karbon (% weight) 2,8 7,4 Titik Tuang ( o C) Asphalat (% weight) 0,5 0,4 Vanadium (ppm wt) <1 1 Nikel (ppm wt) 8 32 Total asam (mg KOH) <0,05 1,19 Salt (lb/1,000 bbl) 11 5 Water (% volume) 0,6 0,3 Kegiatan utama pada PT. Pertamina RU VI Balongan adalah pengolahan minyak dengan produk yang dihasilakn saat ini meliputi produk Propylene, LPG, MOGAS (88 RON), Kerosne, Gas oil, Industrial Diesel Oil, dan hasil samping Sulfur. B.6 Organisasi Perusahaan PT. Pertamina RU VI Balongan mempunya struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. PT. Pertamina RU VI Balongan memiliki 11 buah departemen. C. Proses Produksi C.1 Crude Destilation Unit (CDU) CDU merupakan Atmospheric destilation tower dan didesain untuk mengolah campuran minyak mentah sebesar BPSD yang terdiri dari 50 % minyak mentah Duri dan 50% minyak mentah Minas. Produk yang dihasilkan CDU adalah kerosene, gas oil sebagai umpan gas oil hydroteater dan athmosperic residue sebagai upan ARHDM dan RCC. Kerosene akan dipisahkan di overhead fractination column menjadi C4 minus untuk fuel gas, naptha dan kerosene. Selanjutnya naptha digunakan sebagai komponen gas.

5 C.2 Atmospheric Residue Hydrometalization (ARHDM) Unit ARHDM mengolah Atmospheric residue (AR) dari CDU yang mengandung metal (Ni, V) dan karbon (MCR) dalam jumlah yang lebih kecil. Prosesnya dengan menggunakan katalis dan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi. ARDHM dirancang untuk mengolah Athmospheric residue (AR) ex CSU sebesar BPSD sebagai umpan untuk unit RCC, dengan produk C4 minus, naptha, gas oil, dan residu. C.3 Residue Catalytic Cracker (RCC) RCC merupakan kilang minyak tingkat lanjut untuk mendapatkan added value dari pengolahan reside dengan cara merengkahan menggunakan katalis. RCC di RU VI memilki kapasitas terpasang BPSD dan merupakan salah satu unit RCC terbesar didunia. RCC didesain untuk mengolah residu dari Athmospheric residue ex CDU dan DMAR ex ARDHM menjadi produk fuel gas, naptha, light cycle oil, decant oil, dan coke. C.4 Gas Oil Hydrotreater (GO-HTU) GO-HTU merupakan pabrik pemeroses yang mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif (karena mengandung suflur dan nitrogen) menjadi gas oil yang memenuhi kebutuhan pasra, dengan bantuan katalis dan hidrogen (H 2 ). Kapasitas unit ini adalah BPSD umpan gas oil yang dihasilkan CDU dan ARDHM. Produk yang dihasilkan adlah off gas, wild naptha,dan treated gas oil. C.5 Light Cycle Oil Hydrotreater (LCO-HTU) LCO-HTU disebut juga dengan unit Kero-HTU berfungsi untuk menghilangkan sulfur dan nitrogen dari Unrated LCO tanpa perubahan boilling range yang berarti, agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan spesifikasi pemasaran. Kapasitas unit ini BPSD dengan menggunakan katalis UOPS-19M. C.6 Hydrogen Plant Hydrogen Plant dirancang untuk memproduksi hidrogen dengan kemurnian min 99,9 % sejumlah 77 MMSCFD. Produk tersebut kemudia disuplai ke ARDHM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make up dalam proses hidrogenasi. Plant ini dirancang dengan umpan dari Refinery off gas dan Natural gas. Kapasitas terpasang adalah sekitar Nm 3 /H C.7 Propylene Recovery Unit (PRU) PRU mempunyai tugas untuk memisahkan dan memeroses BPSD LPG dari unsaturated Gas Plant sebagai downstream RCC guna mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi yang dapat dipakai sebagai umpan Polyproylene Unit. C.8 Catalytic Condensation Unit (CCU) CCU didesain untuk mengolah Mixed Butanes sebesar BPSD dari RCC Complex dengan dilengkapi 3 unit reaktor yang dioperasikan secara paralel. Finished product berupa Polygasoline beroktan tinggi serta butane.

6 C.9 Naptha Hydrotreater (NHT) NHT didesain untuk mengolah BPSD Straight run Naptha yang sebagaian besar diimpor dar beberapa kilang Pertamina dengan menggunakan kapal serta Kilang sendiri. Unit NHT merupakan proses pemurnian katalitik dengan memakai katalis dan menggunakan gas H 2 murni untuk merubah kembali sulfur organic dan O 2 serta N 2 yang terdapat dalam friksi hidrokarbon. C.10 Platformer Didesain untuk memeroses BPSD heavy hydrotreated naptha yang diretima dari unit proses NHT. Tujuan unit proses platformer adalah untuk menghasilka aromatic dari naptha dan parafin untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dengan angka oktan yang tinggi. C.11 Penex Didesain untuk proses Catalytic Isomerization dari pentanes hexanes dan campuran dari CRR Regeneration Process Unit. Reaksi yang terjadi yaitu menggunakan H 2 pada tekanan atmosfer dan berlangsung pada fixed bed katalis pada pengoprasian tertentu, yang dapat mengarahkan proses isomerisasi dan meminimalisasi proses hydrocracking. C.12 Anime Treater Dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk menghilangkan kandungan H 2 S yang terikut dalam sour gas. Proses yang dipakai adalah SHELL ADIP Process, yang menggunakan larutan MDEA sebagai penyerap. Kapasitas terpasang adalah BPSD. C.13 Sour Water Stripper (SWS) Fungsinya adalah untuk membersihkan air sisa proses dari sisa minyak dan gas-gas yang ada, sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih dan dapat dipakai kembali sebagai air proses. Efluen SWS diolah dalam IPAL. Hidrogen sulfide tersisih akan dialirkan ke sulphur recovery plant sementara ammonia dialirkan menuju incinerator untuk dibakar. C.14 Sulfur Plant Adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang dihasilkan anime treater dan H 2 S stripper Train no.1 SWS, dengan kapasitas sebesar 29,8 T/D intake. Sulfur plant terdiri dari suat unit clauss untuk menghasilkan sulfur, lalu diikuti dengan sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur padat. Di sulfur plant juga terdapat fasilitas pebakaran untuk mengolah gas sisa dari unit clauss dan NH 3 rich gas dari unit SWS. C.15 Unsaturated Gas Plant (UGP) UGP berfungsi untuk memisahkan produk overhead main clomun unit RCC menjadi stabilized gasoline, LPG dan non condensable lean gas, dimana sebagaian akan dipakai sebagai lift gas sebelum diolah lebih lanjut di amine trater sebagai off gas. C.16 LPG Treater Dirancang untuk membersihkan Mixed RCC. RCC sebanyak BPSD yang mengandung ppm wt H 2 S dan 65 pm wt merkaptan sulfur dan menghasilkan aliran produksi dengan kandungan maksimum H 2 S 10 ppm wt, total sulfur 5 ppm wt dan kandungan Na + 0,5

7 ppm wt. Dalam treating ini digunakan sistem ekstrasi yang dikembangkan oleh Merichem Company dengan MERICAT technologies yang menggunakan Fiber film contractor C.17 Gasonline Treater Dirancang untuk mengekstraksi H 2 S dan mengoksidasi merkaptan sulfur dalam untreated gasonline untuk mendapatkan hasil produk dengan spesifikasi antara lain : Doctor Test negatif, kandungan merkaptan sulfur <15 ppm wt dan Na + sebesar max 0,1% wt. Gasonlie Treater didesain untuk mengolah BPSD untreated gasonline dari unit 16 dengan kandungan H 2 S max 5 ppm wt dan merkatan max 90 ppm wt. D. Pengolahan Buangan Proses-proses produksi yang berjalan baik di unit-unit produksi menghasilkan limbah. berikut adalah gambar yang menunjukan potensi limbah tersebut. D.1 Pengolahan Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan di kilang PT. Pertamina RU VI Balongan sebelum dibuang ke lingkungan terlebih dahulu diolah di unit pengolahan limbah atau air buangan proses. Pengelolaan limbah cair tergantng dari jenis limbah cair yang dihasilkan. Sumber limbah dan cemaran dari limbah cari ditunjuan dalam tabel berikut. Unit/bagian Jenis Jumlah (m 3 /jam) Desalter oily 41 Sour Water Stripper (SWS) oily 81 Spent Caustic oily 5 Spill wall & B/D of bolier oily rain Polisher E.F.F.L Non oily rain B/D cooling tower dan other Oily rain water (utility area) Oily rain water (offsite area) oily 0 Non oily Non oily Non oily oily 30 oily 210 Cara pengolahan Penguranagn kadar minyak dengan CPI, DAF dan pengurangan COD/BOD dengan kolam biokonversi Penguranagn kadar minyak dengan CPI, DAF dan pengurangan COD/BOD dengan kolam biokonversi Penguranagn kadar minyak dengan CPI, DAF dan pengurangan COD/BOD dengan kolam biokonversi Pengurangan kadar minyak dengan CPI dan API Dialirkan ke impounding basin kemudian dialirkan ke lagoon sebelum dibuang ke laut Dikumpulakn di clean water pit lalu dialirkan ke impounding basin kemudian ke lagoon sebelum dibuang ke laut Dikumpulakn di clean water pit lalu dialirkan ke impounding basin kemudian ke lagoon sebelum dibuang ke laut Pengurangan kadar minyak dengan API dan DAF Pengurangan kadar minyak dengan API dan DAF

8 Unit pengolahan limbah cari dibagi menjadi 2 yaitu penangkap minyak dan unit lumpur aktif. Unit penangkap minyak berfungsi memisahkan minyak dari air, yang berlangsung secara fisika dan kimia. Unit-unit pengolah limbah yang digunakan adalah CPI oil separator, Floatasi Udara Terlarut (DAF) dan Floatasi. Unit lumpur aktif terdiri dari PEP, bak pengadukan cepat, bak flokulasi, bak sedimentasi awal, bak aerasi, bak sedimentasi akhir, bak sludge resirkulasi, dan outlet impounding basin (OIB) serta berakhir di lagoon. D.1.1 CPI Oil Separator Merupakan alat pemisah air dengan minyak dengan memanfaatkan prinsip gravitasi. Air limbah masuk ke CPI dimana butiran-butiran yang berat jenisnya lebih kecil daripada air. Akibatnya, butiran-butiran minyak tersebut akan mengambang dan disisihkan dengan menggunakan skimmer. PT. Pertamina RU VI Balongan memiliki dua buah CPI, yaini CPI berkapasitas 120 ton jam dan CPI kcil berkapasitas 80 ton per jam. D.1.2 API Oil Separator Secara umum memiliki fungsi yang sama dengan CPI namun bedanya ada di skimmer. Minyak yang telah tersisih, dialirkan ke oil pit, kemudian ke recovery oilo sump, dan akhirnya ditampung di oil recovery tank. D.1.3 Flotasi Udara Terlarut (DAF) Unit DAF merupakan suatu bak berkapasitas 840 m 3 /jam. Pada bak tersebut dilakukan flotasi. Minyak yang memilki spesific gravity sama dengan air tidak akan mengapung atau mengendap, oleh karena itu udara dilarutkan ke dalam air dengan cara menaikan tekanan, kemudian tekanan diturunkan tiba-tiba hingga sama dengan tekanan atmosfer sehingga tibatiba yang muncul ke permukaan. D.1.4 Flotasi Merupakan unit lanjutan dari DAF, air yang keluar dari DAF akan masuk ke floatation pit A sementara air dari DAF B akan masuk ke floatation pit B. Air dari DAF masuk ke floatation pit dan akan terbentuk slop di permukaan dan disisihkan dengan skimmer. Dari floatation pit, air akan dialirkan ke OIB. Namun, bila air perlu untuk menjalani pemisahan lebih halus lagi, air limbah akan dialirkan ke CPI kecil dan akhirnya akan ikut masuk ke unit ASU. D.1.5 Process Effluent Pit (PEP) PEP sebenarnya bukan bagian integral dari unit lumpur aktif. PEP lebih merupakan suatu bak penampungan influen yang menampung limbah dari SWS dan CPI kecil. Pada PEP ini dilakukan pra aerasi dengan cara injeksi udara dari blower untuk mencegah akumulasi didasar bak dan meningkatkan performa pengolahan selanjutnya. D.1.6 Bak Pengadukan Cepat Bak ini menerima air limbah dari PEP. Pada bak ini dilakukan kontol ph agar tercipta Ph optimum untuk koagulasi dan flokulasi yakni 6-9. Pada bak ini iinjeksikan koagulan berupa FeCl 3 sehingga terbentuk mikroflok.

9 D.1.7 Bak Flokulasi Mikroflok yang telah terbentuk distabilkan dengan penambahan polimer dan kemudian akan terbentuk makroflok yang mengapung dan kemudian disisihkan. D.1.8 Bak Sedimentasi Awal Menerima air limbah dari bak flokulasi. Di sini terjadi penyisihan polutan dengan prinsip pengendapan secara gravitasi. Flok-flok tersisihkan ditampung di sludge discharge pit dan kemudian dibakar di insinerator. Efluen kemudian akan keluar melewati V-notch dan masuk ke bak aerasi. D.1.9 Bak Aerasi Bak ini menggunakan prinsip lumpur aktif secara complete mix (CMAS) yang menyisihkan polutan dengan bantuan bakteri yang diberi nutrien berupa nitrogen dan fosfat. Suplai udara untuk kedua bak aerasi dijalankan oleh mechanical aerator yang masing-masing dipasang ditengah bak. Supernatan dari bak aerasi akan mengalir ke bak sedimentasi akhir, sementara sludge yang terbentuk akan disisihkan dan dibakar di insinerator. D.1.10 Bak Sedimentasi Akhir Menggunakan prinsip penyisihan polutan secara gravitasi. D.1.11 Bak Sludge Resirkulasi Merupakan bak yang menampung MLSS yang ikut keluar dari bak aerasi bersama efluen. MLSS ini akan diresirkulasikan kembali ke dalam bak aerasi dengan bantuan pompa. D.1.12 Outlet Impounding Basin (OIB) Merupakan suatu bak terbuka yang menampung air limbah efluen dari bak sedimentasi akhir sebelum dialirkan ke Outlet Pond atau lagoon. OIB pada dasarnya tidak menjalankan fungsi pengolahan namun dilengkapi dengan pipa suplai udara untuk menjalankan aerasi jika dianggap masih perlu pengolahan. D.1.13 Lagoon Merupakan suatu kolam luas yang berfungsi sebagai muara air terolah sebelum menuju ke laut. Lagoon dilengkapi eceng gondok, ikan mujair, dan ikan gabus, serta kepiting sebagai bioindikator agar air limbah yang mengalir ke laut benar-benar telah aman untuk dibuang ke badan air penerima. D.2 Pengolahan Limbah B3 PT. Pertamina RU V Balongan merupakan salah satu industri perminyakan nasinal yang menghasilkan berbagai limbah dari kegiatan industrinya. Untuk limbah yang bersifat B3 dikelola oleh Pertamina dengan berbagai kerjasama dengan pihak ketiga. Berikut usaha untuk mengolah limbah B3 di PT. Pertamina RU VI Balongan. D.2.1 Reduksi Limbah B3 1. Penerapan Good House Keeping 2. Pemilahan limbah non B3 dan B3 3. Penggunaan DAF (Dissolved Air Flotation) untuk memisahkan minyak dengan air

10 4. Mengurangi tumpahan minya yang tercecer diselokan melalui penyerapan dengan absorben. 5. Penggunaan kembali drum dan jumbo bag yang masih dalam kondisi baik dan telah kosong untuk menampung limbah B3 D.2.2 Pewadahan dan Pengumpulan Limbah B3 Teknik operasional untuk pewadahan dilakukan di unit masing-masing penghasil limbah lalu akan dikumpulkan menjadi satu. D.2.3 Penyimpanan sementara Limbah B3 Ada 2 bangunan yang dijadikan tempat penyimpanan sementara yaitu 1. Laydown Area 2. Gudang Catur Yasa D.2.4 Pelabelan dan Simbol B3 Kemasan limbah B3 yang disimpan dalam tempat penyimpanan sementara limbah B3 terlebih dahulu diberi simbol dan label. Penandaan yang meliputi pelabelan dan simbol disesuaikan dengan regulasi yang ada. D.2.5 Pengolahan Limbah B3 Melakukan pengolahan limbah B3 sendiri namun menggunakan jasa pihak ketiga dalam hal ini adalah PT PPLI dan mengirimkanakan limbah sludge pada PT Patra Dox Dumai untuk diolah secara bioremediasi. D.2.6 Pemanfaatan Limbah B3 1. Spent Catalyst RCC 15 dimanfaatkan sebagai bahan baku semen oleh PT Indocement Palimanan. Limbah ini dapat dijadikan bahan baku batu tahan api. 2. Spent Catalyst ARDHM, yaitu dengan merecovery nikel yang terkandung didalamnya. E. Analisis Pengelolaan Buangan E.1 Pengolahan Limbah Cair Pada dasarnya pengolahan limbah cair di PT. Pertamina RU VI Balongan dibagi menjadi 2 yaitu pemisahan minyak dengan air dan lumpur aktifnya. Perusahaan ini memiliki teknologi yang sudah tepat dengan fungsinya. Menurut Sugiharto 2008 dalam bukunya Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, pengelolaan air limbah dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu 1. Pre Treatment 2. Primary Treatment 3. Secondary treatment 4. Tertiary Treatment 5. Desinfection 6. Ultimate Disposal

11 Karena limbah cair berupa minyak dan minyak akan dipisahkan dengan air maka pre treatment tidak dilakukan. Tahap Primary Treatment cara kerja alat CPI Oil Separator memiliki kemiripan dengan bak pengendapan ideal, bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan memanfaatkan prinsip gravitasi. CPI Oil Separator akn memisahkan minya dengan air berdasarkan berat jenisnya, butiran-butiran minyak akan mengambang dan disisihkan menggunakan skimmer. Karena terdapat kemiripan dengan bak pengendapan ideal, agar mendapatkan hasil yang optimal dapat dilakukan melalui pengaturan besar kecilnya dimensi bak. Menurut Sugiharto 2008 bak ini dibagi menjadi 3 zona yaitu zona pemasukan, zona pengendapan, dan zona pengeluaran. Partikel dengan kecepatan pengendapan kurang dari Vo akn mengendap sebagian sedangkan partikel dengan kecepatan pengendapan Vs akan mencapai daerah pengendpan apabila berada pada kedalaman h. Cara kerja alat Flotasi Udara Terlarut (DAF) hampir mirip dengan pengenta lan dan pengapungan di tahap primary treatment menurut Sugiharto Pengentalan dan pengapungan dengan menggunakan gelembung gas guna meningkatkan daya apung campuran. Pembentuk gelembung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, dengan cara menyemprotkan udara ke dalam larutan atau dengan memasukan campuran air limbah ke dalam tabung tertutup kemudian udara dalam tabung tersebut dikeluarkan. Process Effluent Pit dilakukan dengan cara aerasi. Menurut Sugiharto 2008 pengolahan tersebut sudah memasuki tahap secondary treatment. Aerasi dilakukan dengan cara memasukan atau mengontakan udara ke dalam limbah dengan tujuan untuk mengambil zat pencemar sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang. Pada pengolahan limbah cair PT. Pertamina RU VI Balongan tidak ada tahap desinfeksi. Desinfeksi bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Banyak menggunakan zat kimia termasuk klorin dan komponennya. Pengolah limbah cair akan menimbulkan potensi sludge. Menurut Sugiharto 2008, tahapan terakhir yaitu ultimate disposal untuk mengolah lumpur hasil treatment sebelumnya. Terdapat 6 tahap pengolahan lumpur yaitu 1. Proses pemekatan 2. Proses penstabilan 3. Proses pengaturan 4. Proses pengurangan air 5. Proses pengeringan 6. Proses pembuangan Pada tahap awal yaitu proses pemekatan bertujuan mengurangi kadar air dalam lumpur. Selanjutnya tahap stabilisasi baik berupa anaerobik maupun yang berjalan secara aerobik akan menghilangkan bau dan memudahkan penghancuran serta menghilngkan jumlah mikroorganisme. Proses pengaturan mengalami pengambilan gas dalam lumpur, maka lumpur perlu diatur situasinya agar proses pengurangan air berjalan lancar. Perlu dilakukan penambahan bahan kimia. Selanjutnya masuk ke tahap pengurangn air, ada beberapa cara untuk mengambil air dari lumpur misalnya penyaringan dengan penekanan, gerakan kapiler, saringanhampa udara, pemutaran, dan pemadatan. Proses pengeringan digunakan bak pengering, setelah kering lumpur dikerok untuk dibuang ketempat pembuangan akhir

12 Proses pembuangan lumpur biasanya ditanah misalnya dengan menebarkan diatas tanah, membuat kolam, penimbunan, dan pengisian tanah (land filling). Dari proses pengelolaan lumpur tersebut ada yang bisa dimanfaatkan kembali oleh pihak ketiga. F. Rekomendasi Pemecahan Masalah Dari beberapa pengolahan buangan di PT. Pertamina RU VI Balongan akan menghasilkan sludge. Sludge ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama bata konstruksi paving blok. Atau dilakukan pengolahn di tahap ultimate disposal sehingga lumpur yang akan dibuang mana untuk lingkungan. Mungkin perlu dilakukan desinfeksi terhadap limbah cair, agar dapat membunuh mikroorganisme sebelum dibuang ke badan air penerima. Pengolahan limbah minyak bumi juga dapat dilakukan dengan bioremediasi. G. Kesimpulan 1. PT. Pertamina RU VI Balongan memiliki unit unit pengolahan limbah cari yang terbagi dalam 2 jenis, yaitu unit penangkap minyak dan unit lumpur aktif. 2. Unit penangkap minyak terdiri dari CPI Oil Separator, API Oil Separator, Floatasi Udara Terlarut (DAF) dan Flotasi. 3. Unit lumpur aktif terdiri atas Process Effluent Pit (PEP), bak pengadukan cepat, bak flokulasi, bak sedimen awal, bak sedimen akhir, bak aerasi, bak sedimentasi akhir, bak sludge resirkulasi, dan OIB serta berakhir di lagoon. 4. Sludge yang tidak dimanfaatkan dapat dilakukan pengolahan pada tahap ultimate disposal. DAFTAR PUSTAKA Djuniawan, Wawan Laporan Kerja Praktek Sistem Pengelolaan Limbah B3 PT. Pertamina Refiney Unit VI Balongan Indramayu Jawa Barat. Universitas Diponegoro. Semarang Sugiharto Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press. Jakarta

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA بسم هللا الرحمن الرحيم TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA Tugas Pengolahan Limbah dan Sampah David Aprilansyah Kurniawaty (1205015060) Siti Khodijah Fahrizal Teknik Pengolahan Limbah Cair

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli 2016 31 Juli 2016 Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 22-E-103 pada Hydrogen Plant DISUSUN OLEH : Nurkhatimah Utami (14

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara

Lebih terperinci

Sewage Treatment Plant

Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Adalah sebuah sistem pengolahan air limbah menjadi air berkualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau dibuang ke saluran pembuangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.

TINJAUAN PUSTAKA II. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Lumpur Water Treatment Plant Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis.

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Veni Indah Christiana 2308100167 Syennie Puspitasari 2308100168 Dosen Pembimbing: Ir. Musfil Ahmad Syukur, M.Eng.Sc Outline Pembahasan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya industri migas dalam bentuk ekspoitasi - produksi, pengolahan minyak dan gas bumi serta pemasaran hasil migas berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Brigitta Molina NPM : 14 06 07656 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS 2 PENDAHULUAN Kebijakan Perusahaan Melalui pengelolaan air limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar dari dampak sosial

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN. Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM :

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN. Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM : LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM : 14 06 07945 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blotong dan sludge industri gula yang berasal dari limbah padat Pabrik Gula PT. Rajawali

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

Pengolahan AIR BUANGAN

Pengolahan AIR BUANGAN Pengolahan AIR BUANGAN (WASTE WATER TREATMENT) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Self purification Dahulu, alam memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah secara

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengaruh Bakteri, Bak Aerasi, Pengolahan Air Limbah

Kata Kunci: Pengaruh Bakteri, Bak Aerasi, Pengolahan Air Limbah Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 3 Maret 2017 PENGARUH BAKTERI PADA BAK AERASI DI UNIT WASTE WATER TREATMENT Indah Dhamayanthie dan Ahmad Fauzi Akamigas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi Pendahuluan Dengan keluarnya PERMEN LHK No. P. 68 tahun 2016, tentang Baku Air Limbah Domestik maka air limbah domestik atau sewer harus

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN - INDRAMAYU Julianto 021 060 021 PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tadi tidak

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dan disahkan secara hukum pada tanggal 24

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN PROSES INDUSTRI PT. INDESSO AROMA PT. Indesso Aroma merupakan industri manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan minyak cengkeh dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI Pendahuluan PENCEMARAN AIR masuknya atau dimasukkannya

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA FISIK DAN KIMIA BBM PERTAMINA Data Fisik dan Kimia tiga jenis BBM Pertamina diperolah langsung dari PT. Pertamina (Persero), dengan hasil uji terakhir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga banyak di dapat di dalam air limbah. Kandungan zat minyak dan lemak dapat ditentukan melalui

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Penelti a) Sistem parit oksidasi b) Sistem kolam aerobik, yaitu suatu kolam yang tidak terlalu dalam dengan permukaannya yang

Lokakarya Fungsional Non Penelti a) Sistem parit oksidasi b) Sistem kolam aerobik, yaitu suatu kolam yang tidak terlalu dalam dengan permukaannya yang MESIN PENGOLAH KOTORAN TERNAK SISTEM AEROBIK DI BALAI PENELITIAN TERNAK M. Moes Syaid Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi rekayasa mesin, maka

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Topik : Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Tujuan : 1. Mahasiswa memahami sumber-sumber dan macam-macam limbah cair 2. Mahasiswa memahami karakteristik limbah cair 3. Mahasiswa memahami teknologi pengolahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

H 2 S + 2NaOH Na 2 S + 2H 2 O

H 2 S + 2NaOH Na 2 S + 2H 2 O Treating untuk produk minyak bumi cara pencucian dengan larutan alkali (caustic, lye), Bau dan warna dapat diperbaiki dengan menghilangkan asam-2 organik (asam naphthenat dan phenol) senyawa senyawa sulfur

Lebih terperinci

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT 77 VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT Abstrak Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Nurul Faqih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di lndonesia, khususnya di kota-kota besar masalah pencemaran sungai akibat buangan limbah cair industri semakin meningkat, di sisi lain pertumbuhan

Lebih terperinci

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014 5. Teknik Bioseparasi Dina Wahyu Genap/ March 2014 Outline Chemical Reaction Engineering 1 2 3 4 5 6 7 Pendahuluan mempelajari ruang lingkup teknik bioseparasi dan teknik cel disruption Teknik Pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN SUMBER PENCEMARAN. Bahan Diskusi Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Semester I TA 2000/2010

Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN SUMBER PENCEMARAN. Bahan Diskusi Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Semester I TA 2000/2010 Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN SUMBER PENCEMARAN Bahan Diskusi Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Semester I TA 2000/2010 Sesi 3 Dr. Ir. Sarto, M.Sc 1 Pencemaran Lingkungan Kegiatan Manusia

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI PADA JOB PERTAMINA-MEDCO E & P TOMORI SULAWESI KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI PADA JOB PERTAMINA-MEDCO E & P TOMORI SULAWESI KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH Jurnal Geomine, Vol 04, No 1: April 2016 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI PADA JOB PERTAMINA-MEDCO E & P TOMORI SULAWESI KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH Nindy Wulandari Igirisa 1, Jamal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat migrasi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas yang akan berdampak pada kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci