BAB V KESIMPULAN. IO-805 di salatiga terhadap karakter anak-anak binaannya.

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN Berdasarakan hasil penelitian dan analisa data penelitian, maka dalam bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran. V.1. Kesimpulan. Pertama, persepsi orang tua dan pemimpin PPA menyatakan bahwa ada dampak dari pembinaan yang dilakukan pihak Pusat Pengembangan Anak (PPA) IO-805 di salatiga terhadap karakter anak-anak binaannya. Kedua, Gambaran karakter anak-anak binaan menunjukan adanya karakter yang baik dalam diri anak-anak tersebut, namun ada perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Didapati anak-anak yang dibina, memiliki karakter yang baik, menurut komponen karakter yang baik dalam teori yang dikemukakan oleh Thomas Lickona. Ketiga, kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PPA selama ini memberikan dampak yang cukup berarti bagi anak-anak binaan, hal ini ditunjukan oleh adanya perubahan karakter anak-anak. Perubahan yang dialami oleh anakanak tersebut terjadi dengan tidak disengaja atau tidak direncanakan oleh pihak Pusat Pengembangan Anak (PPA) IO-805, namun pembangunan karakter anakanak binaan menjadi bagian dalam perkembangan anak-anak selama mereka dibina di PPA. Keempat, kegiatan selama di PPA dan kegiatan PPA yang diselenggarakan di luar, memberikan kesan yang berarti bagi anak-anak untuk waktu yang cukup lama, dan hal ini berdampak terhadap perilaku, proses berpikir, dan tindakan mereka di dalam kehidupan anak binaan sehari-hari. 123

2 Namun bila dilihat dari sisi pelaksanaan pembinaan, didapati adanya ketidak sesuaian antara rancangan strategi pembentukan karakter yang diusulkan oleh Lickona dalam rangka pembentukan karakter anak, dengan apa yang dilakukan oleh pihak Pusat Pengembangan Anak (PPA) di Salatiga dalam rangka pembentukan karakter anak. Hal ini perlu dipahami karena penyusunan teori karakter menurut Thomas Lickona dilatar belakangi oleh budaya masyarakat yang berbeda. Tren kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Kelima, kondisi sosial ekonomi turut memberikan pengaruh yang kuat terhadap pembentukan karakter seseorang. Sangsi masyarakat terhadap penyimpangan cukup berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Selain itu rentang waktu penelitian, penyusunan dan penyajian teori membutuhkan waktu cukup lama, sedangkan dalam kurun waktu yang lama ini telah terjadi perubahan sosial dalam masyarakat, dimana teori tersebut dimunculkan. Keenam, disimpulkan pula beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembinaan karakter terhadap anak, dipengaruhi oleh wibawa pembina, perhatian, lingkungan, bentuk variasi kegiatan dalam rangka membina karakter anak, tingkat kedewasaan pelaksana pembinaan, dan ketersediaan sarana mempraktikan nilai-nilai yang mereka terima. Menurut persepsi pimpinan PPA atau koordinator dan mentor, pembentukan karakter anak tidak menjadi program utama kegiatan di PPA, karena selama ini tidak ada kurikulum baku tentang pembentukan karakter. Format penilaian yang mengacu pada penilaian karakter juga tidak ada, dengan demikian 124

3 terjadinya pembinaan karakter di PPA selama ini tidak disadari dan tidak disengaja. Persepsi orang tua anak terhadap anak mereka ketika dibina di PPA selama ini menunjukan adanya perubahan karakter yang baik pada anak-anak. Nilai karakter yang baik tersebut nampak dari berbagai tampilan dan sikap mereka ketika dirumah dan dilingkungan tempat mereka tinggal. Perubahan karakter anak banyak dipengaruhi oleh kegiatan di PPA karena selama ini banyak orang tua merasa bahwa banyak hal-hal baru yang muncul pada sikap anak-anak mereka, dan itu bukan sesuatu yang dikenal oleh orang tua. V.2. Saran Pertama, perlu diusulkan adanya materi atau kurikulum untuk membentuk karakter anak. Perlu diusulkan pula agar format penilaian diberi porsi yang cukup untuk karakter, karena selama ini belum ada. Kedua, jenis pekerjaan, tempat bekerja, dan kesibukan lain, membuat banyak orang tua memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan anak-anak mereka. Pengaruh orang tua terhadap karakter anak menjadi kecil karena hubungan yang kurang harmonis tersebut. Melibatkan orang tua dalam rangka membangun karakter anak, merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan dengan lebih serius. Sekolah dan tempat pembinaan anak bukanlah satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab penuh atas terbentuknya karakter anak, tetapi peran orang tua sebagai pendidik dalam rumah juga turut menentukan tampilan karakter anak mereka. Selama ini Compassion telah mengeluarkan biaya yang cukup besar melalui PPA dalam rangka pembinaan anak-anak. Namun apa yang dilakukan 125

4 oleh Compassion akan menjadi sesuatu yang sia-sia ketika Compassion tidak memberikan perhatian terhadap karakter anak. Karena ketika mereka lulus, apa yang akan mereka lakukan sangat dipengaruhi oleh karakter anak-anak binaan. Dengan kata lain akan menjadi apakah anak-anak tersebut dikemudian hari, sangat dipengaruhi oleh karakter yang terbentuk dalam diri anak-anak tersebut. Bila anak-anak tidak memiliki karakter yang baik, besar kemungkinannya mereka akan mengalami kegagalan ketika mereka sedang menjalani pembinaan yang belum selesai (drop out). Kemungkinan yang lainnya adalah, walaupun mereka lulus dari pembinaan PPA, anak-anak tersebut akan memilki kecenderungan menjadi orang yang egois, dan tidak memiliki kepedulian kepada orang lain. Dengan kata lain hasil yang muncul tidak sesuai dengan tujuan Compassion dimana setiap anak binaan PPA diharapkan menjadi orang yang berhasil dan berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan yang jelas, untuk mempersiapkan pembina, mentor dan tutor, agar menjadi pembina yang lebih profesional dan memahami proses pendidikan karakter anak PPA perlu menyisipkan pendidikan karakter anak dalam semua kegiatankegiatan pembinaan yang dilakukan di PPA. Seperti ketika anak-anak menerima pembinaan kognitif dengan mengikuti les tambahan, ketika anak-anak mendapat pembinaan fisik dan pembinaaan lainnya, PPA perlu menyisipkan nilai-nilai karakter dalam proses tersebut. Dengan demikian apa yang dilakukan PPA tidak sia-sia karena anak-anak tersebut akan memiliki karakter ketika mereka menjalani kegiatan pembinaan. PPA perlu memperhatikan kualifikasi mentor dan tutor yang dilibatkan dalam kegiatan pembinaan PPA. Karena kualitas pelaksana pembinaan akan menentukan kualitas anak binaan nantinya. Profesionalisme dari pelaksana 126

5 pembinaan juga perlu diperhatikan. Pelaksana pembinaan yang melakukan pembinaan sebagai kegiatan sampingan dapat mempengaruhi keberhasilan pembinaan yang dilakukan PPA kepada anak. Sosialisasi pembinaan karekter yang dilakukan oleh PPA juga perlu di sampaikan kepada Gereja, hal ini perlu dipahami karena tujuan utama dari keberadaan PPA adalah untuk membantu anak-anak dimasa pertumbuhan mereka menjadi dewasa, bukan media yang dapat digunakan oleh Gereja sebagai media meningkatkan taraf ekonomi seseorang dengan melibatkannya dalam kegiatan pembinaan, dan mengabaikan kualifikasi pelaksana pembinaan. Diusulkan kepada Compassion agar pembinaan holistik yang selama ini dilakukan perlu mencakup pendidikan karakter. Kegiatan PPA perlu dirancang lebih baik lagi dan dirinci, khususnya kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat disisipkan muatan pendidikan karakter anak, dan perlu terintegrasi dengan masalah pendidikan karakter anak, dan perlu disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat. 127