BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KEPUASAN KERJA DEFINISI DAN PENGUKURUAN KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari perpepsi mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyelia, kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja dan tunjangan. Sementara banyak dimensi telah dihimpun dari kepuasan kerja, lima hal yang terutama mempunyai karateristik penting¹. 1. Gaji Suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari pembayaran. 2. Pekerjaan Sampai sejauh mana tugas kerja di anggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan untuk menerima tanggung jawab. 3. Kesempatan Promosi Adanya kesempatan untuk maju. 9

2 10 4. Penyelia Kemampuan penyelia untuk memperlihatkan ketertarikan dan perhatian kepada karyawan. ( ¹ P.C. Smith, L.M. Kendall, and Charles L. Huliz, The Measurement of Satisfaction in Work and Retirement (Skokie, III, : Rand McNally, 1969) 5. Rekan Sekerja Sampai sejauh mana rekan sekerja bersahabat, kompeten dan mendukung. Dalam beberapa studi, lima dimensi kepuasan kerja itu telah diukur dengan Indeks Deskripsi Kerja ( JDI Job Descriptive Index ) JDI berusaha untuk mengukur kepuasan seseorang terhadap wajah tertentu dari karyawan. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu. Sedangkan seseorang dengan tak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negative terhadap kerja itu. Alasan untuk mempelajari kepuasan kerja adalah untuk memberikan pemikiran kepada manajer tentang bagaimana mengubah sikap karyawan. Banyak organisasi menggunakan survey sikap untuk menentukan tingkat kepuasan kerja karyawan. Survey mengindikasikan bahwa umumnya 75-80% karyawan puas dengan pekerjaan mereka². Meskipun menarik hasil survey tersebut tidak mencerminkan tingkat kepuasan kerja didepartemen atau organisasi khusus. Juga hanya bertanya kepada seseorang sampai dimana kepuasan mereka menciptakan masalah. Terdapat bias dalam memberikan jawaban positif, seperti sedikit kurang indikasi bahwa seseorang memilih dalam pekerjaan yang tidak memuaskan.

3 11 (²K.E. De Bats, The Continuing Personnel Challenge, Personnel, May 1982, pp VARIABEL PENTING YANG MENENTUKAN KEPUASAN KERJA Variabel-variabel penting yang menentukan kepuasan kerja adalah : 1. Kerja yang secara mental menantang Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan karateristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan yang gagal³. 2. Imbalan yang pantas Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan sesuai dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja.

4 12 (³R.A. Katzel, D.E, Thompson, dan R.A. Guzzo, How Job Satisfaction and Job Performance Are and Are Not Linked, dalam C.J. Cranny, P.C. Smith dan E.F. Stoner, on Satisfactin (New York: Lexington Books, 1992), hlm Tetapi kunci yang menautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan, namun yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Demikian juga dengan karyawan berusahan mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang adil. Promosi memberikan kesempataan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak dan status social yang ditingkatkan oleh karena individu individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair dan just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka⁴. 3. Kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau tidak merepotkan. Temperature, cahaya dan faktor-faktor lingkungan lainnya seharusnya tidak ekstrem (terlalu banyak atau terlalu sedikit) misalnya terlalu panas atau terlalu remang-remang, disamping itu kebanyakan karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern, dan dengan alat-alat dan peralatan yang memadai. (⁴L.A. Witt dan L.G. Nye Gender and the Relationship Between Perceived Fairness of Pay or Promotion and Job Satisfaction, Journal of Applied Psychology (December 1992), hlm Rekan sekerja yang mendukung

5 13 Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seseorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan menunjukan suatu minat pribadi pada mereka. 5. Jangan lupakan kesesuaian kepribadian pekerjaan Orang-orang yang tipe kepribadiannya kongruen ( sama dengan sebangun ) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan mempunyai kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan-pekerjaan itu dank arena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka KEPUASAN DAN PRESTASI KERJA Hal yang paling kontroversial dan paling banyak diperdebatkan dalam mempelajari kepuasan kerja adalah dalam hubungannya dengan prestasi kerja. Selama bertahun-tahun banyak manajer percaya bahwa seorang karyawan puas

6 14 adalah karyawan yang mempunyai prestasi tinggi. Tetapi banyak studi penelitian menemukan hubungan yang tidak jelas antara kepuasan dan prestasi. Beberapa karyawan puas dengan pekerjaannya dan prestasi rendah. Tentu saja terdapat karyawan yang tidak puas tetapi berprestasi unggul. Karena menentukan variabel yang berpengaruh kepada orang lain sulit ketika kinerja dan kepuasan berhubungan secara positif maka terdapat tiga pandangan yang mengemukakan: 1. Kepuasan menyebabkan kinerja. 2. Kinerja menyebabkan kepuasan. 3. Penghargaan menggangu (intervene) dan tidak ada hubungan yang inheren. Gambar 2.1 menunjukan ketiga pandangan tersebut. 1.Kepuasan Kerja 2.Kepuasan Kerja 3.Kepuasan Kerja Prestasi Kerja Prestasi Kerja Prestasi Kerja Gambar 2.1 Hubungan Kepuasan Kinerja dan Prestasi Kerja Kedua pandangan pertama didukung oleh penelitian yang lemah. Dari tinjauan studi mengenai hubungan antara prestasi dan kepuasan didapatkan asosiasi yang lemah antara prestasi dan kepuasan⁵. Maka bukti agak menyakinkan menyatakan bahwa karyawan yang puas tidak perlu seseorang karyawan yang berkinerja yang tinggi. Usaha manajerial untuk memuaskan setiap orang tidak akan menghasilkan produksi yang tinggi. Seperti

7 15 anggapan bahwa pekerja yang berkinerja tinggi (dengan sendirinya juga terpuaskan tidak didukung oleh studi, pandangan ketiga bahwa faktor seperti penghargaan diantara hubungan kinerja dan kepuasan di dukung oleh temuan penelitian. Ini berarti bahwa kinerja bukanlah akibat dari kepuasan atau sebaliknya. ( ⁵Victor, H. Vroom, Work and Motivation, (New York, Arthur Wiley & Sons, 1964). Dari sudut pandang praktis, bagaimanapun banyak manajer ingin mempunyai karyawan yang terpuaskan dan produktif ( tujuan yang memerlukan banyak usaha dan seperti pengambilan keputusan pada sisi manajer ). Maka para manajer meneruskan ketertarikan pada kepuasan kerja walaupun bukti bahwa kepuasan tidak dapat ditentukan, dalam cara yang nyata tingkat prestasi, tetapi beberapa ahli teori dan peneliti menyarankan prestasi mempunyai arti yang lebih luas daripada unit atau mutu produksi yang sederhana. kinerja juga meliputi berbagai perilaku warga negara, termasuk memperlihatkan pada rekan sekerja yang tidak dilatih bagaimana menyelesaikan pekerjaan di kala sedang sakit, membuat komentar postif dalam komunitas mengenai organisasi, bekerja ekstra keras untuk mengirimkan barang dan jasa sesuai janji, dan tidak mengeluh ketika manajemen tidak menyediakan sumber daya yang dijanjikan. Perilaku tersebut lebih umum ada pada karyawan yang terpuaskan. Alasan lain dari minat berkelanjutan dari manajemen adalah bahwa penelitian menemukan hubungan yang moderat antara kepuasan dan penghasilan penjualan. Bukti juga menunjukan hubungan yang moderat antara kepuasan dan absensi. Turnover Disfungsional dan absensi adalah mahal dipandang dari segi biaya,kesempatan yang hilang, dan semangat keseluruhan. Beberapa bukti

8 16 memperlihatkan hubungan antara kepuasan dan aktivitas serikat pekerja. Ketidakpuasan tidak beranjak dari persepsi ketidakadilan pembayaran, hubungan penyelia bawahan yang buruk, kondisi kerja yang tidak mencukupi menimbulkan dan bertahannya kegiatan seperti pemungutan suara untuk wakil serikat pekerja KEPUASAN KERJA DAN IMBALAN Sasaran utama program imbalan adalah : 1. Menarik orang yang berkualifikasi untuk bergabung dalam organisasi. 2. Mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja. 3. Memotivasi karyawan mencapai prestasi tinggi. Gambar 2.2 menunjukan model yang mengintegrasikan kepuasan, motivasi, prestasi dan imbalan. Kemampuan dan Keterampilan Imbalan Intrinsik Motivasi Hasil Prestasi Individu Penilaian Kinerja Kepuasan Pengalaman Imbalan Ekstrinsik Gambar 2.2 model integrasi kepuasan, motivasi, prestasi dan imbalan

9 17 Model ini menyarankan bahwa motivasi berusaha tidak cukup menjadi sebab atas prestasi sampai pada tingkat yang diterima. Prestasi dihasilkan dari gabungan usaha individu dan kemampuan, keterampilan dan pengalaman yang bersangkutan. Manajemen mengevaluasi prestasi masing-masing individu baik formal maupun informal. Dan hasil evaluasi tersebut memberikan imbalan ektrinsik, imbalan akan dinilai oleh individu. Individu juga menerima atau memperoleh imbalan intrinsik dari pekerjaannya. Besarnya imbalan yang sesuai dan sepatutnya, maka individu mencapai tingkat kepuasannya. Sejumlah penelitian berarti telah dilakukan untuk melihat atas pengaruh apakah seseorang dipuaskan oleh imbalan. Edward Lawler telah menyimpulkan lima butir didasarkan pada riset kepustakaan perilaku :⁶ 1. Kepuasan imbalan merupakan fungsi baik berapa banyak diterima dan berapa besar individu merasa sebaiknya menerima. Kesimpulan ini didasarkan pada perbandingan yang dibuat manusia. Kalau individu menerima kurang dari yang ia rasakan, merasa tidak puas. 2. Perasaan kepuasan seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan apa yang diperoleh orang lain. Orang cenderung membandingkan usaha mereka, keterampilan, senioritas dan prestasi dengan pihak lain. Mereka juga mencoba membandingkan imbalan, yaitu membandingkan masukan

10 18 mereka sendiri dengan masukan relative lainnya terhadap imbalan yang diterima. 3. Kepuasan dipengaruhi seberapa puas karyawan oleh imbalan intrinsik dan ektrinsik. Imbalan intrinsik dinilai ke dalam dan oleh mereka sendiri, kaitannya dengan pelaksanaan kerja mereka. Misalnya perasaan telah menyesuaikan dan pencapaian. Imbalan ekstrinsik bersifat di luar pekerjaan itu sendiri. Misalnya gajidan upah, tunjangan, dan promosi. Kedua imbalan baik intrinsik maupun ekstrinsik memberikan kepuasan atas kebutuhan yang berbeda. ( ⁶Edward E. Lawler III Reward System in Improving Life at Work, e.d J. Richard Hackman and J.L. Suttle (Santa Monica, Calif: Goodyear, 1977), pp Orang berbeda dalam imbalan yang mereka inginkan dan imbalan yang berbeda kepentingannya bagi mereka. Kenyataannya imbalan yang disukai beragam dari berbagai sisi karir seseorang, pada tingkat umur dan berbagai situasi. 5. Beberapa imbalan ektrinsik dipuaskan karena mereka mengarah pada imbalan lain. Misalnya suatu kantor besar atau sebuah kantor yang dihias dengan karpet serta hiasan lain mempertimbangkan imbalan yang dapat menunjukan status dan kekuasaan seseorang. Uang adalah imbalan yang

11 19 mendorong sesuatu yang bersifat prestise, otonomi, keamanan dan pelindungan. Beberapa pertimbangan penting yang dapat digunakan manajer dalam masalah kepuasan kerja dan imbalan adalah : 1. Imbalan harus dapat cukup dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia. 2. Peraturan pemerintah, serikat buruh dan kewajaran manajerial telah memberikan imbalan minimum dalam kebanyakan kondisi kerja. 3. Individu cenderung untuk membandingkan imbalan mereka dengan orang lain. 4. Orang membuat perbandingan terlepas dari jumlah imbalan yang mereka terima. Kalau tidak adil, maka ketidakpuasan akan terjadi. Oleh karena itu maka manajer dalam menyampaikan imbalan harus memahami perbedaan individu. Kalau perbedaan individu ini tidak diperhatikan proses imbalan selalu kurang efektif dibandingkan keinginan. Setiap paket imbalan sebaiknya : 1. Cukup memuaskan kebutuhan dasar (seperti makanan, tempat tinggal, pakaian) 2. Dipandang wajar. 3. Berorientasi pada individu.

12 UNGKAPAN KETIDAKPUASAN KARYAWAN Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam sejumlah cara.misalnya daripada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi atau mengelakan sebagian dari tanggung jawab kerja mereka. Gambar 2.3 mengertengahkan empat respons yang berbeda satu sama lain sepanjang dua dimensi : kontruktif/destruktif dan aktif/pasif. Aktif KELUAR SUARA Destruktif Konstruktif PENGABAIAN KESETIAAN Pasif Gambar 2.3 Respons terhadap Ketidakpuasan kerja Empat respons tersebut didefinisikan sebagai berikut : 1. Keluar ( Exit ) Perilaku yang diarahkan kearah meninggalkan organisasi. Mencakuo pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti. 2. Suara ( Voice )

13 21 Dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Mencakup saran perbaikan membahas problem-problem dengan atasan dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh. 3. Kesetiaan ( Loyalty ) Pasif tetapi optimis menunggu memperbaikinya kondisi. Mencakuo berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal yang tepat. 4. Pengabaian ( Neglect ) Secara pasif membiarkan kondisi memburu, termasuk kemungkinan atau datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi dan tingkat kesulitan yang meningkat. Perilaku keluar dan pengabaian meliputi variabel-variabel kinerja kita produktivitas, kemangkiran dan keluarnya karyawan. Tetapi model ini memuaskan respons karyawan untuk mencakup suara dan kesetiaan. Perilakuperilaku konstruktif yang memungkinkan individu-individu mentolerir situasi yang tidak menyenangkan atau menghidupkan kembali kondisi kerja yang memuaskan. Model itu membantu kita untuk memahami situasi seperti misalnya yang terkadang dijumpai diantara pekerja berserikat buruh. Dimana kepuasan dan kepuasan, didukung oleh temuan penelitian. Ini berarti bahwa kinerja bukanlah akibat dari kepuasan atau sebaliknya. Dari sudut pandang praktis, bagaimanapun banyak manajer ingin mempunyai karyawan yang terpuaskan dan produktif ( tujuan yang

14 22 memerlukan banyak usaha dan seperti pengambilan keputusan pada sisi manajer) maka para manajer meneruskan ketertarikannya pada kepuasan kerja walaupun bukti bahwa kepuasan tidak dapat ditentukan, dalam cara yang nyata juga tingkat prestasi. Tetapi beberapa ahli teori dan peneliti menyarankan prestasi mempunyai arti yang lebih luas daripada unit atau mutu produksi yang sederhana. Kinerja juga meliputi berbagai perilaku warga negara, termasuk memperhatikan pada rekan sekerja yang tidak dilatih bagaimana menyelesaikan pekerjaan di kala sedang sakit, membuat komentar positif dalam komunitas mengenai organisasi, bekerja ekstra keras untuk mengirimkan barang dan jasa sesuai janji, dan tidak mengeluh ketika manajemen tidak menyediakan sumber daya yang dijanjikan. Perilaku tersebut lebih umum ada pada karyawan yang terpuaskan. Alasan lain dari minat berkelanjutan dari manajemen adala bahwa penelitian menemukan hubungan yang moderat antara kepuasan dan penghasilan penjualan. Bukti juga menunjukan hubungan yang moderat anatara kepuasan dan absensi. Turnover disfungsional dan absensi adalah mahal dipandang dari segi biaya, kesempatan yang hilang, dan semangat keseluruhan. Beberapa bukti memperlihatkan hubungan antara kepuasan dan aktivitas serikat pekerja. Ketidakpuasan beranjak dari persepsi ketidakadilan pembayaran, hubungan penyelia kerja yang rendah dihubungkan dengan tingkat keluarnya karyawan yang rendah. Anggota serikat buruh sering mengungkapkan ketidakpuasan lewat prosedur keluhan atau lewat

15 23 perbandingan kontrak yang formal. Mekanisme suara ini memungkinkan anaggota serikat buruh untuk melanjutkan pekerjaan mereka sementara menyakinkan diri mereka bahwa mereka sedang bertindak memperbaiki situasi PENTINGNYA KEPUASAN KERJA YANG TINGGI Karena pentingnya kepuasan kerja, maka para manjer seharusnya peduli akan tingkat kepuasan kerja dalam organisasi mereka. Terdapat tiga alasan yang menjelaskan hal ini, yaitu : 1. Terdapat bukti yang jelas bahwa karyawan yang tidak puas lebih sering melewatkan kerja dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri. 2. Karyawan yang terpuaskan memiliki kesehatan yang lebih baik dan usia yang lebih panjang. 3. Kepuasan pada pekerjaan dibawa kekehidupan karyawan di luar pekerjaan. Karyawan yang terpuaskan mempunyai tingkat keluar maupun kemangkiran yang lebih rendah. Bagaimanapun bila kedua perilaku pengunduran diri tersebut dipertimbangkan secara terpisah, maka dapat diyakini mengenai pengaruh kepuasan terhadap keluarnya karyawan. Secara khusus, kepuasan dihubungkan secara negative dengan kuat dan konsisten terhadap keputusan seoarang karyawan untuk meninggalkan organisasi. Meskipun kepuasan dan absensi juga dihubungkan secara negative, kesimpulan mengenai hubungan ini hendaknya diterima dengan lebih hatihati.

16 24 Suatu dimensi yang sering diabaikan dari kepuasan kerja adalah hubungan dengan kesehatan karyawan beberapa studi telah menunjukan bahwa karyawan yang tidak terpuaskan dengan pekerjaan mereka cenderung mudah menderita kemunduran kesehatan, mulai dari sakit kepala sampai penyakit jantung. Beberapa riset bahkan menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan peramal yang lebih baik dari panjangnya usia daripada kondisi fisik atau penggunaan tembakau ini menyarankan bahwa ketidakpuasan tidak semata-mata gejala psikologis. Stress yang dihasilkan dari ketidakpuasan tampaknya meningkatkan kerawan seorang terhadap serangan jantung dan yang serupa. Bagi para manajer, ini berarti bahwa bahkan jika kepuasan tidak menghantar ke keluarnya karyawan yang kurang sukarela dan absensi, tujuan dari suatu angkatan kerja yang terpuaskan mungkin dapat dibenarkan karena itu akan mengurangi biaya medis dan hilangnya secara dini karyawan yang dihargai akibat penyakit jantungnya atau serangan otak (stroke). Pentingnya kepuasan kerja juga didukung oleh adanya efek (spin-off) yang dikenakan oleh kepuasan kerja terhadap masyarakat keseluruhan. Bila karyawan bahagia dengan pekerjaannya, hal itu akan memperbaiki hidup mereka di luar pekerjaan. Berlawanan dengan itu karyawan yang tidak terpuaskan membawa pulang sikap negative itu. Beberapa manfaat dari kepuasan kerja timbul pada semua warga dalam masyarakat. Karyawan yang terpuaskan akan lebih besar kemungkinan menjadi warga yang terpuaskan. Orang-orang ini akan menunjukkan Suatu sikap yang lebih positif terhadap hidup pada umumnya dan menjadi orang-orang yang secara psikologis lebih sehat untuk suatu masyarakat.

17 25 Suatu angkatan kerja yang terpuaskan akan memberikan produktivitas yang lebih tinggi karena gangguan (disrupsi) yang lebih sedikit yang disebabkan oleh kemungkinan atau berhentinya karyawan yang baik, maupun rendahnya biaya medis dan asuransi jiwa. Disamping itu ada manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Kepuasan kerja terbawa ke waktu-waktu luar pekerjaan dari karyawan itu. Jadi tujuan kepuasan kerja yang tinggi untuk karyawan dapat menguntungkan baik secara materi (uang) maupun tanggung jawab sosial PENILAIAN KINERJA DEFINISI PENILAIAN KINERJA Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu sistem penilaian dan evaluasi terhadap kinerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Sistem penilaian kerja yang ditujukan secara total terhadap hasil kerja individu dapat mengakibatkan para karyawannya hanya menunjukan sedikit minat dalam pekerjaannya dalam suatu tim. Sebaliknya, bila penilaian dilakukan terhadap hasil kerja tim, kontribusi dari individu juga harus diperhitungkan. Membuat suatu penilaian kerja merupakan salah satu tugas yang paling sulit dalam manajemen sumber daya manusia. Meskipun demikian, penilaian kinerja harus dilakukan bila manajer harus membuat keputusan berkaitan dengan kebutuhan pengembangan promosi, kenaikan upah,

18 26 termination (pengakhiran masa kerja), transfer (pemindahan), program pelatihan, dan keputusan dalam daerah kerja yang memilki cabang-cabang. Penilaian kerja juga perlu dilakukan agar suatu saat manajer tidak perlu menghadapi kemungkinan dituntut di pengadilan karena penegakan yang tidak adil atau masalah diskriminasi. Sehingga meskipun penilaian kerja merupakan suatu proses yang rumit untuk dipikirkan dan diatur, ada suatu kebutuhan dalam organisasi dan bagi karyawan untuk membuat adanya suatu penilaian kerja. Karena alasan-alasan di atas, maka mengembangkan suatu sistem penilaian kerja yang efektif telah dan akan terus menjadi suatu prioritas utama dalam manajemen sumber daya manusia. Dalam melakukan usaha pengembangan ini. Maka dicapainya suatu sistem penilaian kerja bukanlah merupakan suatu akhir melainkan digunakan untuk mencapai tingkatan kerja yang lebih tinggi lagi TUJUAN PENILAIAN KINERJA Pada beberapa organisasi, secara umum tujuan utama penilaian kinerja adalah memperbaiki kinerja atau unjuk kerja sumber daya manusianya. Masalah potensial karena ketidakpuasan dalam penilaian kinerja, karena mengharapkan terlalu banyak dari satu penilaian kinerja.

19 27 Sistem penilaian kinerja yang didesain dan dikomunikasikan dengan baik dapat menudukung tercapainya tujuan organisasi dan meningkatkan unjuk kerja karyawan. Data-data yang diperoleh dari penilaian kinerja sangat penting digunakan dalam berbagai area fungsional sumber daya manusia. Sehingga tujuan penilaian kinerja secara khusus adalah : 1. Perencanaan sumber daya manusia. Sistem penilaian kinerja yang efektif dapat menghasilkan profil kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia untuk mendukung usaha perencanaan sumber daya manusia. 2. Rekrutmen dan seleksi Rating evaluasi kinejra dapat membantu memprediksi kinerja pelamar kerja misalnya, manajer yang sukses mempunyani tingkah laku tertentu di identifikasikan melalui penilaian kinerja. Data tersebut menjadi tuntutan dalam mengevaluasi pelamar kerja. 3. Pengembangan sumber daya manuasia Penilaian kinerja dapat menentukan apakah karyawan perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan atau tidak. Manajer sumber daya manusia dan manajer lini mengembangkan program departemen sumber daya manusia untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kelemahan individu. Tetapi sistem penilaian tidak dapat menjamin karyawan akan terlatih dan berkembang.

20 28 4. Perencanaan dan perkembangan karir Perencanaan dan perkembangan karir akan berbeda untuk setiap individu dan organisasi. Dalam kasus ini penilaian kinerja akan menentukan potensi karyawan, kekuatan dan kelemahannya. Manajer menggunakan data tersebut.untuk berdiskusi dengan bawahan dan memberi masukan mengenai rencana perkembangan karir. 5. Program kompensasi Hasil penilaian kinerja merupakan dasar keputusan rasional untuk meningkatkan pembayaran. Banyak manajer yang percaya kinerja yang bagus dihasilkan oleh pembayaran yang baik. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah perusahaan harus mendesain dan menerapkan sistem penilaian kinerja yang jujur dan member penghargaan terhadap pekerja atau tim yang paling produktif. 6. Hubungan antara karyawan Penilaian kinerja juga digunakan sebagai dasar keputusan bagi hubungan antara karyawan, termasuk motivasi, promosi, penurunan jabatan, pemecatan dan transfer. Oelh karena itu, penilaian kinerja merupakan jalan untuk memperoleh pengakuan diri bagi karyawan. 7. Penilaian potensi sumber daya manusia Beberapa organisasi mencoba mengetahui potnsi karyawan berdasarkan penilaian kinerja. Penilaian kinerja sebagai predictor tingkah laku

21 29 karyawan di masa depan dengan berdasarkan tingkah laku karyawan yang lalu TANGGUNG JAWAB TERHADAP PENILAIAN KINERJA Departemen sumber daya manusia dalam sebagian besar organisasi bertanggung jawab untuk mengkordinasikan perancangan dan pelaksanaan program peniaian kerja. Namun demikian, manajer-manajer lini memainkan peran penting dari awal hingga akhir proses. Mereka diharakan memiliki tanggung jawab dalam pembuatan penilaian dan harus berpartisipasi langsung dalam program bila rogram dimaksudkan untuk berjalan sukses. Beberapa kemungkinan yang ada tentang siapa yang sebenarnya akan menilai para karyawan adalah : - Supervisor - Manajer atas - Evaluasi diri - Rekan - Bawahan - Customer

22 METODE PENILAIAN KINERJA Metode mengukur kinerja menggunakan beberapa sumber atau tujuan untuk perbandingan, berdasarkan standar atau tujuan, maka pengukuran kinerja dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Pengukuran absolute dari kinerja Mengukur kinerja menggunakan beberapa sumber atau tujuan untuk perbandingan. 2. Pengukuran relatif dari kinerja Mengukur kinerja dengan memperbandingkan kinerja seseorang dengan kinerja orang lain. Ada banyak metode penilaian kerja yang dapat dipilih untuk digunakan tergantung pada kegunaannya. Bila diutamakan untuk memilih karyawan yang akan dipromosikan untuk pelatihan dan mendapatkan kenaikan upah, maka dilakukan pendekatan dengan metode tradisional, seperti rating scales. Sedangkan collaborative methods, dirancang untuk membantu para karyawan dalam mengembangkan keterampilannya dan menjadi lebih efektif. Rating scales Metode ini sering dipergunakan, dimana mengukur kinerja karyawan dengan menggunakan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diberi skala biasanya lima sampai tujuh. Nomor seperti memuaskan, rata-rata dan tidak memuaskan. Salah satu alas an pemakaian metode rating scales secara luas adalah karena sederhana.

23 31 Metode rating scales melakukan penilaian sumber daya manuasia, maka pada kahir penilaian, ada pertanyaan mengenai potensial untuk perkembangan dan pertumbuhan di masa depan. Critical Incidents Metode critical incidents memerlukan catatan tentang kegiatan kerja yang bagus atau tidak. Ketika beberapa kegiatan mempengaruhi efektivitas departemen secara signifikan, positif atau negative, manajer akan menuliskan. Pada akhir periode penilaian kinerja, penilai dengan menggunakan data tersebut, mengevaluasi kinerja karyawan. Kerugian dari metode ini adalah penilaian kinerja tidak dilakukan pada seluruh periode penileian kinerja. Jika jumlah karyawan banyak, maka akan menghabiskan waktu supervisor tersebut dalam melakukan penilaian kinerja. Essay Dalam metode essay, penulis menuliskan essay yang mendeskripsikan kinerja karyawan. Metode ini memfokuskan kinerja pekerjaan sehari-hari. Penilaian dengan metode essay tergantung kemampuan penilai untuk menulis, jika supervisor tersebut mempunyai keahlian menulis, maka dapat menggambarkan kinerja karyawan dengan bagus. Membandingkan evaluasi dengan metode essay sulit, karena tidak ada kriteria tertentu. Tetapi beberapa manajer percaya metode essay sebagai metode yang paling sederhana dan metode terbaik dalam mengevaluasi karyawan.

24 32 Work standards Metode work standards memperbandingkan kinerja karyawan dengan standar tertentu atau output yang diharapkan. Standar yang digunakan adalah rata-rata output normal karyawan dalam situasi normal. Output standard = Output / ( Jumlah karyawan x jam kerja ) Metode work standards dapat diterapkan dalam berbagai jenis pekerjaan, tetapi sering digunakan dalam pekerjaan produksi. Beberapa metode yang mendukung metode work standards adalah time study dan work sampling. Keuntungan menggunakan standar sebagai kriteria penilaian kinerja adalah penilaian kinerja menjadi obyektif. Agar standar menjadi obyektif, maka harus ada pengertian standar secara jelas. Ranking Dengan menggunakan metode ranking, penilai menempatkan seluruh karyawan dalam susunan ranking berdasarkan kinerja keseluruhan. Misalnua karyawan terbaik dalam suatu departemen diranking tertinggi dan karyawan terburuk diranking terendah. Perbandingan (comparison) merupakan variasi dari metode ranking dimana kinerja setiap karyawan diperbandingkan dengan karyawan lainnya

25 33 dalam satu kelompok. Perbandingan didasarkan kriteria tunggal. Karyawan dengan perbandingan terbaik diberi ranking tertinggi. Beberapa ahli menyukai pendekatan perbandingan pada saat memberikan keputusan sumber daya manusia. Ahli tersebut merasa karyawan dipromosi karena kinerja karyawan lebih baik dari karyawan lain di dalam satu grup. Behaviorally Anchored Rating Scales Metode BARS merupakan kombinasi dari critical incidents dan rating scales dengan mengggunakan metode BARS yang membutuhkan partisipasi antara karyawan, maka metode ini melibatkan partisipasi atasan dan bawahan. Forced distribution Metode forced distribution, penilai mengenglompokan individu dari suatu kelompok dalam kategori tertentu. Tabel 2.1 Tabel Metode Forced Distribution Kelompok A B C D E Kinerja 10 % karyawan terbaik 20 % karyawan baik 40 % karyawan rata-rata 20 % karyawan rendah 10 % karyawan terendah

26 34 Forced Choice and Weighted Checklist Performance Dalam metode forced choice, penilai memilih beberapa pernyataan tentang individu yang menggambarkan individu. Salah satu kelemahan metode ini adalah mendeskripsikan pernyataan tersebut akan sangat sulit. Dengan menggunakan metode weighted checklist performance, hampir sama dengan metode di atas, tetapi untuk respon yang berbeda diberi bobot yang berbeda. Bentuknya termasuk pertanyaan yang berhubungan dengan tingkah laku karyawan, dan karyawan menjawab pertanyaan tersebut positif atau negatif. Karyawan tidak mengetahui bobot pertanyaan tersebut. Metode tersebut susah didesain, metode ini cukup obyektif, tetapi metode ini tidak dapat menghasilkan umpan balik, karena karyawan tidak mengetahui item mana yang akan mensukseskan kinerja. Management by Objectives Konsep MBO digunakan untuk menilai kontribsusi karyawan dan juga merupakan metode yang efektif dalam mengevaluasi kinerja karyawan. Hal utama dalam MBO adalah menetapkan tujuan. Dengan metode ini, karyawan yang akan dinilai dan penilai ikut aktif dalam mencapai tujuan. Penilai lebih bersifat sebagai fasilitator atau pembimbing agar karyawan mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Individu turut serta dalam menentukan tujuan dengan atasannya, yang memberikan pengarahan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Ikut menentukan tujuan membuat karyawan terlibat dalam proses. Pada akhir penilaian, karyawan dan

27 35 atasan melakukan diskusi. Metode ini menghasilkan komunikasi antara atasan dengan karyawan. Sehingga dalam evaluasinya, yang didefinisikan adalah sejauh mana karyawan mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut dan apa saja yang belum dapat terpenuhi. Metode penilian kinerja juga dapat dikelompokan berdasarkan kasus dimana mereka digunakan, seperti pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Pendekatan-pendekatan terhadap Penilaian Unjuk Kerja Pendekatan berorientasi ada pelaku kerja Karateristik Keterampilan Pendekatan berorientasi pada perilaku Critical incidents Predetermined descriptions of behavior Behaviorally anchored rating scales (BARS ) Forced choice scales Pendekatan berorientasi pada hasil Management by Objectives (MBO) Perencanaan dan peninjauan kembali pekerjaan

28 36 Ringkasan nilai dari unjuk kerja Pendekatan berorientasi pada perbandingan (comparison) Ranking Forced distribution Paired comparison PROSES PENILAIAN KINERJA Proses penilaian kinerja meliputi : 1. Mengidentifikasi tujuan-tujuan penilaian secara spesifik. 2. Member informasi kepada para karyawan mengenai apa yang diharapkan dari mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Penilai kerja melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kerja dan mengevalusinya terhadap standar kerja yang telah diterapkan PERIODE PENILAIAN KINERJA Biasanya evaluasi kerja disiapkan pada interval-interval waktu tertentu. Periode penilaian dapat dimulai dari tanggal dimulainya tiap karyawan bekerja atau semua karyawan dapat dievaluasi pada waktu yang sama.

29 37 Jika karyawan yang akan dinilai jumlahnya terlalu banyak, maka penilaian kinerja tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Beberapa organisasi menyelegarakan suatu pendekatan hari tertentu dimana semua penilaian kinerja karyawan dilakukan pada saat yang sama walaupun secara administrative baik, tetapi pendekatan ini melelahkan penilai dan mengurangi ketelitian penilaian. Temuan penelitian yang ada secara teratur memberikan umpan balik lebih bermanfaat. Bagi karyawan, semakin sering evaluasi dan sesi umpan balik disarankan. Tetapi organisasi tidak menggunakan praktik ini, umumnya karena proses memerlukan waktu dan membuat stress bagi penilai. Satu cara untuk mempertemukan kondisi ideal dengan kenyataan adalah bagi manajer memberikan umpan balik informal sesering mungkin dan kemudian memberikan kesimpulan formal prestasi pada evaluasi MASALAH DALAM PENILAIAN KINERJA Masalah- masalah yang sering dihadapi dalam penilaian kinerja adalah : 1. Lock of objectivity (kurangnya obyektivitas) Hal ini disebabkan karena yang melakukan penilaian adalah orang juga sehingga terdapat unsus subyektivitas yang tinggi. Hal ini juga disebabkan karena ada terlalu banyak faktor yang dinilai.

30 38 Salah satu faktor dalam penilaian kinerja yang dapat meningkatkan obyektivitas adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan(job relaved factors) 2. Halo error Halo error terjadi ketika orang yang melakukan penilaian memiliki pandangan sendiri tentang penilaian sehingga penelitian dilakukan berdasarkan pandangannya tersebut. 3. Leniency/strictness (kelonggaran/terlalu kaku) Memberikan rating yang terlalu tinggi yang tidak pantas diterima oleh seorang karyawan disebut leniency, memberikan kritik yang di luar batas terhadap kerja karyawan mengacu pada strictness. 4. Central Tendency (rata-rata) Masalah ini kebalikan dari masalah sebelumnya. Dalam hal ini, seorang penilai berusaha menghindarkan penghargaan yang berlebihan atau kritik yang keterlaluan terhadap seorang karyawan sehingga penilai hanya memberika nilai rata-rata saja. 5. Recent behavior bias Bila orang yang dinilai mengetahui dirinya akan dinilai dan perilaku atau kebiasaannya berbah serta dia berusaha sebaik-baiknya agar nilainya bagus hal inilah yang disebut sebagai recent behavior bias, sikap yang dibuat-buat secara mendadak ini baik adanya bila diteruskan menjadi suatu kebiasaan untuk bekerja sebaik mungkin.

31 39 6. Personal bias Penilaian kinerja bisa menyimpang bila penilai melakukan penilaian berdasarkan karateristiknya karyawan, seperti kesamaan daerah asal penilai dan yang dinilai Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Karakteristik-karakteristik sistem penilaian kinerja yang efektif antara lain: 1. Sesuai dengan kriteria pekerjaan Kriteria penilaian haruslah berhbungan dengan pekerjaan. Informasi mengenai hal ini haruslah ditentukan dengan menggunakan analisis jabatan. 2. Sesuai unjuk kerja yang diharapkan Sebelumnya, seorang manajer harus menjelaskan kepada bawahannya mengenai unjuk kerja yang diharapkan dari mereka selama masa penilaian. Merupakan suatu hal yang tidak beralasan bila para karyawan dinilai berdasarkan criteria yang sama sekali tidak mereka ketahui sebelumnya. 3. Standar Para karyawan dengan pekerjaan yang sama di bawah pengawasan supervisor yang sama seharusnya dinilai menggunakaninstrumen penilaian yang sama mencakup periode penilaian yang sama. 4. Penilai yang sesuai Tanggung jawan terhadap penilaian mengenai unjuk kerja karyawan berada pada individu-individu yang secara langsung mengamati unjuk kerja karyawan tersebut.seorang penilai harus mendapatkan pelatihan terlebih

32 40 dahulu agar dia konsisten terhadap penilaian yang akan dilakukannya dan dapat menjamin para karyawan mengerti apa saja yang diharapkan dari mereka. Pelatihan ini meliputi bagaimana menilai karyawan, mengadakan interview, dan bagaimana membuat instruksi tertulis yang cukup teliti agar penilaian bersifat objektif dan tidak menyimpang. 5. Komunikasi terbuka Sebagian besar karyawan mempunyai kebutuhan untuk mengetahui seberapa baik mereka menjalankan pekerjaannya. Hal ini dapat dipenuhi dengan tersedianya sistem penilaian kinerja yang memberikan umpan balik sebagai dasar para karyawan bekerja DISKUSI PENILAIAN Jumlah waktu yang diperuntukkan bagi wawancara penilaian bervariasi menurut kebijakan perusahaan dan posisi karyawan yang dievaluasi. Meskipun diperlukan adanya pertimbangan biaya, diperlukan juga wawancara terpisah untuk membahas mengenai: 1. Kerja dan perkembangan karyawan 2. Kenaikan upah Assessment centre memerlukan karyawan-karyawan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang serupa dengan yang sebenarnya dijumpai dalam pekerjaan

33 41 yang sebenarnya. Latihan-latihan simulasi ini didasarkan pada analisis jabatan yang menyeluruh. Hal ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengidentifisikan karyawan yang memiliki potensial manajemen di tingkat yang lebih tinggi. 2. Memilih first-line supervisors 3. Menentukan kebutuhan pengembangan karyawan. ~Z~

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KEPUASAN KERJA 2.1.1. DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaanya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB 7. MANAJEMEN KINERJA. Tujuan-Tujuan Strategis Organisasi

BAB 7. MANAJEMEN KINERJA. Tujuan-Tujuan Strategis Organisasi Pemahaman tentang manajemen kinerja Kriteria pengukuran kinerja Metode-metode dalam penilaian kinerja Sumber-sumber informasi kinerja Pemberian Umpan Balik Kinerja Penerapan manajemen kinerja untuk pengambilan

Lebih terperinci

APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE?

APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE? PENILAIAN KINERJA APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing

Lebih terperinci

Apa Arti Kinerja / Performance?

Apa Arti Kinerja / Performance? Apa Arti / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing performed Efficiency Nelson

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati

BAB II URAIAN TEORITIS. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati BAB II URAIAN TEORITIS I. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu Musyayyadah (2006) dengan skripsi berjudul Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati Deli

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2000:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

Apa Arti Kinerja / Performance?

Apa Arti Kinerja / Performance? Penilaian Kinerja Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Dictionary The act of performing Execution A thing performed

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan

Lebih terperinci

Penilaian Kinerja. Apa Arti Kinerja / Performance?

Penilaian Kinerja. Apa Arti Kinerja / Performance? MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja http://deden08m.com 1 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja

MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja http://deden08m.com 1 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, karena suatu aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, karena suatu aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suatu perusahaan, karena suatu aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA Pengertian Penilaian Kerja Evaluasi Kerja Dimensi Kerja Sumber Data Dampak penilaian Tujuan Penilaian Kerja Masalah Penilaian Kerja Format Penilaian http://www.deden08m.com

Lebih terperinci

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA Pengertian Penilaian Kerja Evaluasi Kerja Dimensi Kerja Sumber Data Dampak penilaian Tujuan Penilaian Kerja Masalah Penilaian Kerja Format Penilaian http://www.deden08m.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan

Lebih terperinci

Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan 2. Pengambilan Keputusan administratif 3. Keperluan perusahaan

Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan 2. Pengambilan Keputusan administratif 3. Keperluan perusahaan Definisi Kinerja adalah suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

MSDM Penilaian Kinerja

MSDM Penilaian Kinerja MSDM Penilaian Kinerja Pertemuan 11 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan harus berusaha bersaing dan bertahan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KEPUASAN KERJA ADALAH HARAPAN ORGANISASI Oleh : TARNO, S.Sos, M.Si Kepala Bagian Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi Sumatera Barat dan Dosen Luar Biasa Pada Beberapa

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja. Slamet Heri Winarno

Manajemen Kinerja. Slamet Heri Winarno Manajemen Kinerja Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Manajemen kinerja: proses yang dilakukan para manager untuk memastikan aktivitas-aktivitas pegawai dan output mendukung tujuan organisasi. Proses ini mensyaratkan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diri seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk

Lebih terperinci

P KINERJA-TIM MSDM/UMY

P KINERJA-TIM MSDM/UMY Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing performed Efficiency Penilaian Kinerja Penilaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kinerja Pengertian Penilaian Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kinerja Pengertian Penilaian Kinerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilaian Kinerja 2.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Rivai dan Sagala (2009) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan kegiatan para manajer untuk membandingkan kinerja karyawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Samsudin (2006: 22) Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Management) adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Turnover Intention 2.1.1 Pengertian Turnover Intention Turnover intention adalah kecenderungan niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian dan Penilaian Prestasi Kerja a. Pengertian Prestasi Kerja Kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang berasal dari kata job performance

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM menurut Mangkuprawira (2004) merupakan penerapan pendekatan SDM dimana secara bersama-sama terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Personalia Pengertian Manajemen Personalia telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam setiap perusahaan terdapat sumber-sumber daya pendukung yang penting untuk mencapai tujuannya, baik dalam sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi merupakan seseuatu yang diterima karyawan sebagai penukar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi merupakan seseuatu yang diterima karyawan sebagai penukar dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Kompensasi merupakan seseuatu yang diterima karyawan sebagai penukar dari kontribusi jasa mereka pada perusahaan (Werther dalam Mangkuprawira

Lebih terperinci

Penilaian Kinerja. Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini.

Penilaian Kinerja. Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini. Penilaian Kinerja Penilaian Kinerja Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini. Kinerja, atau unjuk kerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan

Lebih terperinci

Shirley Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

Shirley Fakultas Psikologi Universitas Medan Area PENGERTIAN Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal & terstruktur yg digunakan utk mengukur, menilai & mempengaruhi sifat2 yg berkaitan dgn pekerjaan, perilaku, dan hasil kerja seorang karyawan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan. Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan. Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwasanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Menurut Robbins (2008:93) kepemimpinan menyangkut hal mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Kerja Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai landasan dalam menyusun penelitian saat ini. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2.1 sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penghargaan Organisasi memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada karyawan dan masyarakat. Seiring pemenuhan kewajiban tersebut, hubungan antara organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kinerja Karyawan Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Moh As ad, (2003) sebagai kesuksesan seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi atau perusahaan pada umumnya memiliki tujuan-tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut

Lebih terperinci

Analisis Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil : Kasus Organisasi Pemerintah X

Analisis Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil : Kasus Organisasi Pemerintah X Analisis Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil : Kasus Organisasi Pemerintah X Arrizal Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Abstract This research was aimed to analysis the job satisfaction in organization

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK

BAB II URAIAN TEORITIS. Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK Kesimpulan dari penilitian ini adalah : 1. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di Indonesia. Secara umum pada saat ini masyarakat menggantungkan pelayanan kesehatan pada rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Melayu SP. Hasibuan (2003), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di

Lebih terperinci

Pertemuan 6. Nova Yanti Maleha, S.E.MM 07/10/2016

Pertemuan 6. Nova Yanti Maleha, S.E.MM 07/10/2016 Pertemuan 6 Nova Yanti Maleha, S.E.M.M 1 PRESTASI KERJA ADALAH HASIL KERJA YANG DICAPAI SESEORANG DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS YANG DIBEBANKAN KEPADA- NYA YANG DIDASARKAN ATAS KECAKAPAN, PENGALAMAN,

Lebih terperinci

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( ) KEPUASAN KERJA Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis (2016 804 059) 2. Dede Hidayat (2016 804 049) KEPUASAN KERJA 1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Hasibuan (2007)

Lebih terperinci

MSDM Materi 14 Audit SDM

MSDM Materi 14 Audit SDM MSDM Materi 14 Audit SDM http://deden08m.com 1 Lingkup Audit SDM Audit SDM adalah proses evaluasi atas berbagai aktivitas manajemen SDM yang bertujuan memperbaiki aktivitas-aktivitas tersebut. Audit SDM

Lebih terperinci

MSDM Materi 14. Audit SDM. 1

MSDM Materi 14. Audit SDM.  1 MSDM Materi 14 Audit SDM http://deden08m.com 1 Lingkup Audit SDM Audit SDM adalah proses evaluasi atas berbagai aktivitas manajemen SDM yang bertujuan memperbaiki aktivitas-aktivitas tersebut. Audit SDM

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam

II. LANDASAN TEORI. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam II. LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Kinerja pada dasarnya adaiah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang sangat dominan dalam aktivitas atau kegiatan perusahaan. Keberadaan manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. 25%, sedangkan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

BAB II URAIAN TEORITIS. 25%, sedangkan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Andhina (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Promosi Jabatan pada Bappeda Sumatera Utara menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Peneliti (Tahun)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Ada beberapa definisi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh para ahli. E. A. Locke (1976) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional menyenangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menciptakan kepuasan kerja karyawan tidaklah mudah, karena tiap karyawan mempunyai kondisi, harapan dan keinginan yang berbeda-beda.namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pegawai Honorer Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 dalam Diantari (2013:51) menyebutkan bahwa tenaga honorer adalah Seseorang yang diangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan diterapkan oleh manajer keperawatan sehari-hari. Masih dijumpai seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan diterapkan oleh manajer keperawatan sehari-hari. Masih dijumpai seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengarahkan, menggerakkan dan memotivasi staf agar perawat bekerja dengan sebaik-baiknya adalah salah satu fungsi manajemen yang harus dikuasai dan diterapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya mereka terima.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya mereka terima. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Robbins (2006) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima

Lebih terperinci

Prepared by Farlianto. /

Prepared by Farlianto. / Prepared by Farlianto Sasaran Organisasi Strategi Organisasi Input Aktivitas dan Perilaku Karyawan Kompetensi Hasil Lingkungan Kerja Penetapan Standar Kinerja: Performance Planning Penilaian Kinerja: Performance

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.3), manajemen sumber daya manusia adalah rancangan rancangan sistem formal

Lebih terperinci

MAKALAH NILAI, SIKAP DAN KEPUASAN KERJA

MAKALAH NILAI, SIKAP DAN KEPUASAN KERJA MAKALAH NILAI, SIKAP DAN KEPUASAN KERJA Tugas ini disusun untuk Mata Kuliah Manajemen Pengantar II Dosen : Dra. Hj. Panca W,MM Disusun Oleh : 1. Aksan Fauzi 201211111 2. Khoirun Nisa 201211113 3. Verri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya rencana-rencana perusahaan dan pengawasan serta penelitiannya, bila tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sebenarnya merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap pentingya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perilaku. Peran ganda dapat didefenisikan dimana seseorang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perilaku. Peran ganda dapat didefenisikan dimana seseorang memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Peran Ganda Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adrian Saleh (2007) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Sistem Perekrutan dan Penempatan Karyawan Terhadap Produktifitas Kerja pada PT. Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah sumber daya manusia, apabila sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Self-efficacy Bandura (1977, 1978), mengatakan self-efficacy adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan suatu tugas spesifik pada level kinerja

Lebih terperinci

satisfaction refers to an individual s general attitude toward his or her job. A person with

satisfaction refers to an individual s general attitude toward his or her job. A person with BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Kerja Karyawan 1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Mohammad Abdul Mukhyi dan Tati Sunarti (2007), Kepuasan kerja (Job Satisfaction)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Yang menjadi acuan untuk melandasi penelitian ini adalah teori manajemen sebagai grand theory, teori manajemen sumber daya manusia dijadikan sebagai middle theory, dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja pada dasarnya memiliki banyak arti berdasarkan sudut pandang atau pendapat para ahli. Menurut Hardiyanto (2003), kinerja adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan telah sejak lama berkembang. Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan telah sejak lama berkembang. Globalisasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global yang menimbulkan wacana mengenai globalisasi di berbagai aspek kehidupan telah sejak lama berkembang. Globalisasi yang terjadi di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pambangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci