BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini"

Irwan Iskandar
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus suis termasuk bakteri gram positif, bersifat fakultatif anaerob dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini Streptococcus suis dibedakan menjadi 35 serotipe. Diantara 35 serotipe, Streptococcus suis serotipe 2 merupakan yang paling banyak prevalensinya dalam menimbulkan penyakit pada babi dan manusia (Salasia dan Lammler, 1994; Wisselink et al, 2000). Pada babi, infeksi Streptococcus suis serotipe 2 dapat menyebabkan septicemia, meningitis, arthritis, kematian pada babi muda. Infeksi juga dapat mencapai saluran pernafasan sehingga dapat menyebabkan bronkopneumonia (Wisselink et al, 2000). Infeksi Streptococcus suis serotipe 2 pada manusia dapat menyebabkan septisemia dan meningitis yang sering kali diperparah dengan endophthalmitis, dan cochleitis (Arends dan Zanen, 1988). Habitat Streptococcus suis pada babi terdapat pada saluran pernafasan bagian atas (terutama tonsil dan lubang hidung), serta pada saluran genital dan saluran pencernaan (Arends et al.,1984). Marker virulensi pada Streptococcus suis serotipe 2 yang berperan vital antara lain muramidase released protein (MRP) dengan berat molekul 136 kda dan extracellular factor (EF) dengan berat molekul 110 kda (Jacobs et al., 1994;; Salasia dan Lammler, 1995) serta suilysin (Gottschalk et al., 2000). Berdasarkan keberadaan protein MRP dan EF, terdapat tiga macam fenotif dari Streptococcus suis yaitu MRP+EF+ yang biasanya diisolasi dari babi sakit, fenotif MRP-EF- yang 1

2 biasanya diisolasi dari babi sehat, serta fenotip MRP+EF- yang diisolasi dari manusia sakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus suis (Salasia et al., 1995; Salasia, 1999). Streptococcus suis berperan sebagai agen zoonotik berbagai penyakit berbahaya pada manusia, terutama pada manusia yang pekerjaannya terekspos babi atau produk olahan babi (Lun et al., 2007; Wertheim et al., 2009). Manusia beresiko untuk terinfeksi Streptococcus suis antara lain peternak babi, pekerja rumah potong hewan, penjual daging babi, pekerja pengolah daging babi, pekerja pengangkut daging babi, petugas pengecekan daging, dokter/mantri hewan, seseorang yang gemar makan daging/ produk olahan babi, serta manusia di sekitarnya (Trottier et al., 1991; Salasia, 1997). Berdasarkan laporan pemerintah China, dari pertengahan Juli sampai dengan Agustus 2005 terdapat 215 kasus Streptococcus suis yang menginfeksi manusia. Enam puluh orang (28%) kasus terjadi streptococcal toxic shock syndrome, tiga puluh orang diantaranya meninggal, kasus lainnya yaitu sepsis (24%), meningitis atau kombinasi sepsis dan meningitis (48%) (Yu et al., 2006). Pada pertengahan 2006 outbreak baru S. suis terjadi di distrik Jila, sebuah kawasan di Timika Barat yang membunuh sekitar 600 babi (Rachmanto, 2005). Emergensi kasus ini di Papua memerlukan perhatian yang serius sebab beberapa waktu sebelumnya, pernah ada outbreak Streptococcus suis di China yang juga berdampak fatal pada manusia. Di Indonesia pada umumnya dan di Papua pada khususnya, interaksi antara manusia dengan babi sangat dekat. Dari data lapangan, lalu lintas ternak antar 2

3 daerah tidak dilakukan pengecekan di daerah perbatasan. Hal ini sangat memungkinkan untuk terjadinya infeksi Streptococcus suis pada manusia dan penularan yang lebih luas. Untuk mencegah spreading kasus dari babi sakit ke babi sehat dan dari babi sakit ke manusia diperlukan alat deteksi yang cepat dan mudah untuk memonitor keberadaan bakteri pathogen Streptococcus suis. Teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkan untuk berintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang (Julia et al., 2007). Vaksin rekombinan mempunyai keuntungan tidak hanya aman, namun juga mudah untuk ditumbuhkan dan disimpan (Sridhar Rao, 2006). Oleh karena itu kloning gen mrp dari Streptococcus suis merupakan langkah awal untuk pengembangan alat deteksi yang mudah dan praktis untuk mendeteksi infeksi Streptococcus suis pada skala peternakan maupun skala industri (jangka pendek), serta untuk pengembangan kandidat vaksin dari immunogen MRP yang berasal dari Streptococcus suis (jangka panjang). 3

4 B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Apakah gen mrp dengan ukuran 864 bp dapat dihasilkan melalui teknik rekombinan? 2. Apakah isolat rekombinan dapat mengekspresikan MRP? 3. Apakah antibodi terhadap MRP rekombinan (mrp 864 bp) bersifat imunogenik dan spesifik untuk mendeteksi adanya infeksi Streptococcus suis? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memperoleh klon yang membawa gen penyandi MRP (gen mrp 864 bp) Streptococcus suis pada vekor pet 2. Memperoleh gambaran ekspresi protein rekombinan MRP (mrp 864 bp) Streptococcus suis pada E. coli BL21 3. Mengetahui sifat imunogenisitas dan spesifisitas protein rekombinan MRP (mrp 864 bp) dalam mendeteksi infeksi Streptococcus suis. D. Manfaat Penelitian Protein rekombinan MRP (mrp 864 bp) yang diperoleh dengan kloning diharapkan dapat memberikan solusi dalam penyediaan antigen yang spesifik dan imunogenik dalam pengembangan sarana deteksi infeksi terhadap Streptococcus suis pada hospes, sehingga dapat dikembangkan perangkat diagnostik yang mudah 4

5 dan murah. Dalam jangka panjang diharapkan dapat dilakukan pengembangan kandidat vaksin protein rekombinan Streptococcus suis. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mendapatkan antigen dari protein rekombinan MRP dari Streptococcus suis dengan menggunakan fragmen 864 bp dan vektor pet SUMO. Penelitian tentang rekombinan MRP sebelumnya telah dilakukan oleh Smith et al. (1992) dengan menggunakan fragmen bp dan vektor pkun 19. Protein rekombinan yang dihasilkan spesifik dan sensitif untuk mendeteksi infeksi Streptococcus suis. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Slipranata (2012) menggunakan fragmen 188 bp dan vektor pet SUMO. Protein rekombinan 188 bp dapat diproduksi namun belum diuji spesifisitas dan sensitifitasnya untuk mendeteksi infeksi Streptococcus suis. Penelitian tentang identifikasi infeksi Streptococcus suis dengan MRP juga dilakukan oleh Artdita (2011) yaitu dengan mengisolasi antigen MRP Streptococcus suis dengan SDS PAGE. Protein yang dihasilkan cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi infeksi Streptococcus suis, namun terdapat kesulitan apabila diperlukan antigen MRP dalam jumlah besar. 5

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium