BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Searah Analisis Jalur Analisis alur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog & Sorbom, 996; Johnson & Wichern, 992).Teknik analisis alur sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya.lebih lanut, analisis alur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis alur. Teknik ini uga dikenal sebagai model sebab akbat (causing modeling).penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa analisis alur memungkinkan pengguna dapat mengui proposisi teoritis mengenai hubungan sebab akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel.memanipulasi variabel maksudnya ialah memberikan perlakuan (treatment) terhadap variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya (Sarwono, 2007). 2.2 Pengertian Analisis Jalur Analisis alur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang teradi pada regresi berganda ika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi uga secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 993). Sementara itu defenisi lain menyatakan bahwa Analisis alur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tuuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi

2 0 (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel (Paul Webley, 997). David Garson dari North carolina State University mendefenisikan analisis alur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk mengui keselaransan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan uga perhitungan ui keselaran statistik (David Garson, 2003). Analisis alur uga diartikan oleh Bohrnstedt (974 dalam Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2008) bahwa A technique for estimating the effect s a set of independent variables has on a dependent variable from a set of observed correlations, given a set of hyphotesized causal asymetric relation among the variables. Sedangkan tuuan utama analisis alur menurut Maruyama (998 dalam riduwan dan Engkos Kuncoro, 2008) adalah A method of measuring the direct influence along each separate path in such a system and thus of finding the degree to which variation of a given effect is determined by each particular cause. The method depend on the combination of knowledge of the degree of correlation among the variables in a system which such knowledge as may possesed of the causal relations.

3 Jadi, model analisis alur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tuuan unutk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat.model analisis alur yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian dalam kerangka analisis alur hanya berkisar pada apakah variabel bebas (X,X 2,...,X k ) berpengaruh terhadap variabel Y, atau berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan seperangkat variabel bebas (X,X 2,...,X k ) berpengaruh terhadap variabel Y. (Riduwan dan Engkos Kuncoro, 2008) Manfaat Analisis Jalur Menurut Riduwan dan Engkos Kuncoro (2008), manfaat model analisis alur adalah untuk:. Penelasan (explanation) terhadap fenomena yang dipelaari atau permasalahan yang diteliti. 2. Prediksi nilai variabel endogen berdasarkan nilai variabel eksogen. 3. Faktor dominan yaitu penentu variabel eksogen mana yang berpengaruh dominan terhdap variabel endogen, uga untuk mekanisme pengaruh aluralur variabel eksogen terhadap variabel endogen. 4. Penguian model dengan menggunakan teori trimming baik untuk ui reabilitas dari konsep yang sudah ada maupun konsep baru Asumsi-asumsi Analisis Jalur Asumsi yang mendasari analisis alur sebagai berikut::. Hubungan antar variabel bersifat linear, adaktif dan normal.

4 2 2. Tidak adanya adivity, yaitu tidak ada efek-efek interaksi. Semua variabel residual tidak boleh berinteraksi dengan salah satu variabel dalam model yang diteliti. 3. Sistem aliran kausal hanya satu arah (rekursif) artinya tidak ada arah kausalitas terbalik non-rekursif (reciprocal). 4. Variabel terikat minimal dalam bentuk skala ukur interval dan ratio. 5. Sampling bersifat probability sampling sehingga memungkinkan seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menadi anggota sampiling. 6. Observed variabel diukur tanpa kesalahan (instrumen valid dan reliable) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung. 7. Model yang dianalisis dispesifikasikan berdasarkan teori atau konsep yang relevan, artinya model yang dikai atau diui dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menelaskan hubungan kausalitas antar variabel Beberapa Istilah Dalam Analisis Jalur Beberapa istilah yang dikenal dalam analisis alur aalah sebagai berikut:. Model Jalur Model alur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara, dan tergantung. Pola hubungan ditunukkan dengan menggunakan anak panah.anak panah-anak panah tunggal menunukkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel exogenus atau perantara dengan satu variabel tergantung atau lebih.anak panah uga menghubungkan kesalahan (residual variable) dengan semua

5 3 variabel endogenus masing-masing.anak panah ganda menunukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel exogenus. 2. Variabel exogenus Variabel exogenus adalah semua variabel yang tidak ada penyebabpenyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuu ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenus dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. 3. Variabel endogenus Variabel endogenus ialah variabel yang mempunyai anak panah-anak panah menuu ke variabel tersebut.variabel yang termasuk didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung.variabel perantara endogenus mempunyai anak panah yang menuu ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram alur.adapun variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuu ke arahnya. 4. Koefisien alur/pembobotan alur Koefisien alur adalah koefisien regresi standar atau disebut beta yang menunukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model alur tertentu. Oleh karena itu, ika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab, maka koefisien-koefisien alurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel

6 4 terhadap variabel lain dalam suatu modelalur tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan. 5. Direct effect Direct effect ialah pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefisien alur dari satu variabel ke variabel lainnya. 6. Indirect effect Indirect effect ialah urutan alur melalui satu atau lebih variabel perantara Model Anlisis alur Ada beberapa model alur mulai dari yang paling sederhana smpai dengan yang lebih rumit, diantaranya diterangkan di bawh ini:. Model Regresi Berganda Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua variabel exogenous, yaitu X dan X 2 dengan satu variabel endogenous Y. Model digambarkan sebagai berikut: X Y X 2 Gambar 2. Model Regresi Berganda

7 5 2. Model Mediasi Model mediasi atau perantara dimana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model ini digambarkan sebagai berikut: X Z Y Gambar 2.2 Model Mediasi 3. Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi Model ini merupakan kombinasi antara model regresi berganda dan mediasi, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan sebagai berikut: X Z Y Gambar 2.3 Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi 4. Model Kompleks Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X secara langsung mempengaruhi Y 2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung

8 6 mempengaruhi Y 2, sementara variabel Y 2 uga dipengaruhi oleh variabel Y. Model digambarkan sebagai berikut: X X 2 Y Y 2 Gambar 2.4 Model Kompleks 5. Model Rekursif dan Non Rekursif Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model alur, yaitu rekursif dan non rekursif. Model rekursif ialah ika semua anak panah menuu satu arah seperti gambar berikut: ρ 4 ρ 2 ρ 3 r 2 ρ ρ 3 2 ρ 42 ε 2 ε 3 ε Gambar 2.5 Model Rekursif

9 7 Model sebelumnya dapat diterangkan sebagai berikut: a. Anak panah menuu satu arah, yaitu dari ke 2, 3, dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3 menuu ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke b. Hanya terdapat satu variabel exogenous, yaitu dan tiga variabel endogenous, yaitu 2, 3, dan 4. Masing-masing variabel endogenous diterangkan oleh variabel dan error (ε, ε 2, dan ε 3 ). c. Satu variabel endogenous dapat menadi penyebab variabel endogenous lainnya, tetapi bukan ke variabel exogenous. Model non recursif teradi ika arah anak panah tidak searah atau teradi arah yang terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke dan 2, atau bersifat sebab akibat (reciprocal cause). 6. Model Trimming Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis alur dengan cara mengeluarkan dari model variabel bebas yang koefisien alurnya tidak signifikan. Jadi, model trimming teradi ketika koefisien alur diui secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan.walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak signifikan, tentu perlu memperbaiki model struktur analisis alur yang telah dihipotesiskan (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2008). Model variabel bebas dikatakan signifikan apabila nilai probabilitasnya (Sig) 0,05. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien alur tanpa menyertakan varibel bebas yang koefisien alurnya tidak signifikan.

10 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Pada saat akan melakukan analisis alur, disarankan untuk terlebih dahulu menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal antara variabel penyebab dengan variabel akibat. Diagram ini disebut diagram alur (Path Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu. X X 2 ε Gambar 2.6 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal dari X Sebagai Penyebab ke X 2 Sebagai Akibat di mana: X adalah variabel eksogenus (exogenous variable) untuk itu selanutnya variabel penyebab disebut sebagai variabel eksogenus. X 2 adalah endogenus (endogenous variable), sebagai akibat dan ε adalah variabel residu ( residual variable), yang merupakan gabungan dari: () Variabel lain, di luar X, yang mungkin mempengaruhi X 2 dan telah teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak dimasukkan dalam model. (2) Variabel lain, di luar X 2, yang mungkin mempengaruhi X 2 tetapi belum teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan pengukuran (error of measurement), dan (4) Komponen yang sifatnya tidak menentu (random component). Gambar 2.6 merupakan diagram alur yang paling sederhana yang menyatakan bahwa X 2 dipengaruhi secara langsung oleh X, tetapi di luar X 2, masih banyak penyebab lain yang dalam penelitian yang sedang dilakukan tidak diukur. Penyebab lain itu dinyatakan oleh ε. Persamaan struktural yang dimiliki oleh gambar 2.6 adalah X 2 = ρ x2.x. X + ε. Selanutnya tanda anak panah satu

11 9 arah menggambarkan pengaruh langsung dari variabel eksogenus terhadap variabel endogenus. X X 2 X 4 X 3 ε Gambar 2.7 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal dari X, X 2, X 3, dan X 4 Gambar 2.7 menunukkan bahwa diagram alur tersebut terdapat tiga buah variabel eksogen, yaitu X, X 2, dan X 3, sebuah variabel endogen (X 4 ) serta sebuah variabel residu ε. Pada diagram di atas uga mengisyaratkan bahwa hubungan antara X dengan X 4, X 2 dengan X 4 dan X 3 dengan X 4 adalah hubungan kausal, sedangkan hubungan antara X dengan X 2, X 2 dengan X 3 dan X dengan X 3 masing-masing adalah hubungan korelasional. Perhatikan panah dua arah, panah tersebut menyatakan hubungan korelasional. Bentuk persamaan strukturalnya adalah: X 4 = ρ X4. X. X + ρ X4.X2. X 2 + ρ X4. X3. X 3 + ε X X 3 X 4 X 2 ε ε 2 Gambar 2.8 Hubungan Kausal dari X, X 2, danx 3 ke X 4 Perhatikan bahwa pada gambar 2.8 di atas, terdapat dua buah substruktur.pertama, sub-struktur yang menyatakan hubungan kausal dari X dan X 2 ke X 3, sertakedua sub-struktur yang mengisyaratkan hubungan kausal dari X 3 ke X 4. Persamaan struktural untuk gambar 2.8 adalah: X 3 = ρ X3. X. X + ρ X3.X2. X 2 +ε

12 20 dan X 4 = ρ X4.X3. X 3 +ε 2.Pada sub-struktur pertama X dan X 2 merupakan variabel eksogen, X 4 sebagai variabel endogen dan ε sebagai variabel residu.pada substruktur kedua, X 3 merupakan variabel eksogen, X 4 sebagai variabel endogen dan ε 2 sebagai variabel residu Koefisien Jalur Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogenus terhadap variabel endogen tertentu, dinyatakan oleh besarnya nilai numeric koefisien alur (path coefficient) dari eksogenus ke endogen. X ρ X3.X r x.x2 X 3 X 2 ρ X3.X2 ρ X3. ε Gambar 2.9 Hubungan Kausal dari X dan X 2 ke X 3 Hubungan antara X dan X 2 adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasir x.x2. Hubungan X dan X 2, ke X 3 adalah hubungan kausal.besarnya nilai numerik koefisien alurρ X3.X dan ρ X3.X2.Koefisien alur ρ X3. εmenggambarkan besarnya pengaruh langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap X 3. Langkah kera yang dilakukan untuk menghitung koefisien alur adalah:. Gambarkan dengan elas diagram alur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diaukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Di sini harus bisa diteremahkan hipotesis penelitian yang di aukan ke dalam

13 2 diagram alur, sehingga bisa tampak elas variabel apa saa yang merupakan variabel eksogen dan apa yang menadi variabel endogennya. 2. Menghitung matriks korelasi antar variabel. r variabel = X X 2 X k r x.x2 r x2.x r xk.x r xk.x2 r x.xk r x2.xk Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakanproduct Moment Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Rumus: n n n n n n n Y X Y Y n X X n Y X Y X n r di mana: n : Jumlah sampel Y X r : Korelasi variabel X dengan variabel Y, =, 2,, n 3. Identifikasi sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien alurnya. Misalkan dalam sub-struktur yang telah diidentifikasi terdapat k buah variabel eksogen, dan sebuah (selalu hanya sebuah) variabel endogen X u yang dinyatakan dengan persamaan : x u = ρ xu x x + ρ xu x 2 x ρ xu x k x k + ε

14 22 Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyusun sub struktural tersebut: r eksogen = X X 2 X k r x.x2 r x2.x r xk.x r xk.x2 r x.xk r x2.xk 4. Menghitung matriks invers korelasi eksogen, dengan rumus: X X r eksogen = 2 X K C C 2 C 2 C 22 C k C 2k C k C 2k C kk 5. Menghitung semua koefisien alur ρ xu x i dimana i =,2,..., k; melalui rumus: ρ xu x ρ xu x 2 = ρ xu x k C C 2 C 2 c 22 C k C k2 C k C 2k C kk r xu x r xu x 2 r xu x k Besarnya Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogen dari dua atau lebih variabel eksogen, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa uga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen secara parsial, dapat dilakukan dengan rumus:. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogen X u terhadap variabel endogenus X k = ρ xk x u x ρ xk x u

15 23 2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus X u terhadap variabel endogenus X k melalui hubungan korelasi dari variabel X i = ρ xk x u x r xi x u x ρ xk x i 3. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X u terhadap variabel X i melalui variabel X k = ρ xk x u x ρ xi x k 4. Besarnya pengaruh total adalah pengaruh lansung diumlahkan dengan variabel tidak langsung. 5. Besarnya pengaruh simultan variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah: R 2 x ( x, x,..., x ) u 2 k xu x x u x 2 r xu x r x ux r xu xk xu x 2 k di mana: a. R 2 x x, x,..., x ) adalah koefisien determinasi total X, X 2, X k u ( 2 k terhadap X u atau besarnya pengaruh variabel eksogen secara bersamasama (gabungan) terhadap variabel endogen. b. ρ xu x i adalah koefisien alur ke-i, i =, 2,, k c. r xu x k adalah koefiesien korelasi variabel eksogen X k dengan variabel endogen X u Penguian Koefisien Jalur Mengui kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien alur yang telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta mengui

16 24 perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diui. H o :ρ xu x k = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen X k terhadap variabel endogen X u. H :ρ xu x k 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus X k terhadap variabel endogenus X u. 2. Gunakan statistik Ui yang tepat, yaitu:. Untuk mengui setiap koefisien alur t = ρ xu x k ( R 2 x x, x,..., x ) u ( 2 k n k C ii di mana: i k =, 2,, k = Banyaknya variabel eksogen yang dalam sub-struktur yang diui. t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan deraat kebebasan n k Kriteria Penguian : Ditolak Ho ika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (t 0 > t tabel ) dan sebaliknya 2. Untuk mengui koefisien alur secara simultan atau bersama-sama

17 25 F = n k R 2 x u ( x, x2,..., xk ) k ( R 2 x x, x,..., x ) u ( 2 k di mana: i k =, 2,, k = Banyaknya variabel eksogen yang dalam sub-struktur yang diui. F = Mengikuti tabel distribusi F, dengan dk = (V, V 2 ) dengan F α(k, n k ) Kriteria penguian: Ditolak H O ika nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau F 0 > F tabel. 2.3 Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan dimana teradi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekeraan ( Secara garis besar ada dua cara orang memandang kemiskinan, sebagian orang memandang kemiskinan adalah suatu proses sedangkan sebagian lagi memandang kemiskinan sebagai suatu akibat atau fenomena dalam suatu masyarakat (Dillon,999:9). Sebagai suatu proses, kemiskinan mencerminkan kegagalan suatu sistem masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dan dana secara adil kepada anggota masyarakatnya. Dengan demikian kemiskinan dapat dipandang pula

18 26 sebagai salah satu akibat dari kegagalan kelembagaan pasar (bebas) dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara adil kepada seluruh anggota masyarakat. Paham ini mengemukakan konsep tentang kemiskinan relatif atau sering pula dikenal sebagai kemiskinan struktural. Pandangan tentang kemiskinan sebagai suatu fenomena atau gelaa dari suatu masyarakat menghasilkan suatu konsep kemiskinan absolut, sealan dengan konsep absolut ini, maka Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan suatu individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau dengan kata lain prespektif dari garis absolut berada dibawah garis kemiskinan (poverty line). Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskinan digunakan untuk mengetahui batas seseorang dikatakan miskin atau tidak, sehingga garis kemiskinan dapat digunakan untuk mengukur dan menentukan umlah kemiskinan. Kemiskinan absolut memberikan gambaran tentang tingkat keseahteraan ekonomi yang tidak memadai dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup sebagai mahluk individu dan sebagai anggota masyarakat.sebagai mahluk setiap anggota masyarakat mempunyai kebutuhan yang secara minimal diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti pakaian, pangan, papan, dan lainlain.nurwidiastuti (200:79) mengatakan bahwa miskin adalah seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.

19 27 Kemiskinan relatif menggambarkan tingkat keseahteraan ekonomi seseorang (kelompok orang) yang relatif auh dibawah kondisi ekonomi anggota masyarakat (kelompok) yang lain didalam suatu lingkungan masyarakat tertentu. Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonomi dan potensi wilayahnya dikategorikan didalam faktor sosial ekonomi antara lain beberapa faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan keterampiloan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah dan produktivitas yang rendah. Yang dimaksud dengan potensi wilayah adalah faktor-faktor yang berasal dari luar seperti potensi alamiah, teknologi dan lain-lain. Kedua faktor tersebut menentukan aksesbilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluangpeluang ekonomi dalam menunang kehidupannya. Menurut Hadiwegono dan Pakpahan (993:25) faktor-faktor yang menadi penyebab timbulnya kemiskinan antara lain:. Sumber daya alam yang rendah. 2. Teknologi dan unsur penduduknya yang rendah. 3. Sumber daya manusia yang rendah. 4. Sarana dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik. Pertumbuhan ekonomi merupakan solusi terbaik untuk mengatasi kemiskinan ika pemerataanya cukup baik, artinya ikapun pertumbuhan ekonomi cukup tinggi tidak akan menamin terselesaikannya masalah kemiskinan apalagi tingkat pemerataannya tidak baik. Jadi pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan pemerataanlah yang dapat mengatasi masalah kemiskinan khususnya kemiskinan

20 28 relatif (Murni Daulay, 2009).Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan syarat bagi pengurangan kemiskinan. Menurut Nugraheni, pengukuran akan pertumbuhan ekonomi memerlukan alat ukur yang tepat. Salah satunya adalah Produk Regional Bruto (PDRB).PDRB merupakan umlah barang asa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB ( Produk Domestik Bruto) atau PDRB merupakan ukuran yang sifatnya global dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat karena belum mencerminkan keseahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya keseahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan. Menurut Nelson dan Leibstein (dikutip dari Sadono Sukirno, 983) terdapat pengaruh langsung antara pertambahan penduduk terhadap tingkat keseahteraan masyarakat. Nelson dan Leibstein menunukkan bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat di negara berkembang menyebabkan tingkat keseahteraan masyarakat tidak mengalami perbaikan yang berarti dan dalam angka panang akan mengalami penurunan keseahteraan serta meningkatkan umlah penduduk miskin. Besarnya pengaruh umlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat tertentu tergantung pada kondisi konkrit dari masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang cepat akan berpengaruh secara negatif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional ika bagian penduduk yang tidak bekera dibandingkan dengan bagian yang bekera bertambah sampai tingkat tertentu sehingga pertumbuhan tersebut menghambat peningkatan tingkat kehidupan penduduk, hal

21 29 ini sering timbul terutama di negara yang tingkat perkembangan ekonominya masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah umlah penduduk yang menganggur. Penganggur adalah orang yang tidak bekera sama sekali atau bekera kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekeraan. Menurut Sadono Sukirno (997) pengangguran adalah seseorang yang digolongkan dalam angkatan kera, yang secara aktif sedang mencari pekeraan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat meperoleh pekeraan yang diinginkan.pengangguran merupakan salah satu masalah ekonomi khususnya ekonomi makro.masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensinya yang maksimal. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah pendidikan, pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan input bagi total produksi (Todaro, 2003) pendidikan uga berfungsi meningkatkan produktivitas. Selain dari itu kemampuan untuk menyerap teknologi memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia.oleh karena itu, pembangunan pendidikan merupakan prioritas pertama bagi setiap pemerintahan negara berkembang.program pembangunan pendidikan yang dikembangkan cukup beragam, dimulai dari pemberantasan buta huruf, pendidikan keterampilan, sampai pengembangan pendidikan tinggi. Secara teoritis, pendidikan memang merupakan wahana yang ampuh untuk mengangkat manusia dari berbagai ketertinggalan, termasuk dari lembah

22 30 kemiskinan. Melalui pendidikan, selain memperoleh kepandaian berupa keterampilan berolah pikir, manusia uga memperoleh wawasan yang baru yang akan membantu upaya mengangkat harkat hidup mereka.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Analisis Jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog & Sorbom,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) adalah pengembangan dari analisis

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) adalah pengembangan dari analisis 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan Analisis Jalur Analisis Structural Equation Modeling (SEM) adalah pengembangan dari analisis jalur (path analysis) sehingga analisis jalur merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Analisis jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan Sorbom,

Lebih terperinci

2.1 Konsep Dasar Statistika

2.1 Konsep Dasar Statistika 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara-cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR

BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR 36 BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR 3.1 Analisis Jalur Analisis jalur yang dikenal sebagai path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Riduwan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Analisis jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan Sorbom,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga pemerintah yang didirikan pada tanggal 16 Mei 2000

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara-cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL

1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL 1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) I. Analisis Jalur Analisis Jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (1934) dengan tujuan menerangkan akibat langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif. Menurut Kuncoro (2003, p9), Penelitian asosiatif berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan (asosiasi)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah bersifat assosiatif. Penelitian assosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Schiffman and Kanuk dalam Sumarwan, (2003) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : The term consumer behavior can bedefed as the behavior

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analisis Jalur

BAB 2 LANDASAN TEORI Analisis Jalur BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisis Jalur Analisis jalur atau yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Menurut Sarwono (2007:1)

Lebih terperinci

BAB2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Jalur

BAB2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Jalur 9 BAB2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Jalur Analisis jalur atau yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Menurut Sarwono (2007:1)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan asosiatif. Menurut Nazir

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan asosiatif. Menurut Nazir BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan asosiatif. Menurut Nazir (2003,p.54) Penelitian asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau hubungan

Lebih terperinci

1. Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

1. Diagram Jalur dan Persamaan Struktural ANALISIS JALUR (AT ANALYSIS) I. Analisis Jalur Analisis Jalur (ath Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (93) dengan tujuan menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih, yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut angka-angka, mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut angka-angka, mulai dari 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut angka-angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural. ANALISIS JALUR A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan eramalan/ endugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X 1, X,., X i, ola hubungan yang sesuai adalah ola hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sera penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendifinisikan berbagai kriteria serta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengertian Konsentrasi Belajar Menurut pengertian secara psikologis belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang desain penelitian: Tabel 3.1 Desain Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang desain penelitian: Tabel 3.1 Desain Penelitian 43 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang desain penelitian: Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Jenis dan Metode Penelitian Unit Analisis Time Horizon

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya bersifat asosiatif. Dengan penelitian asosiatif ini dapat diketahui hubungan antara variabel dan bagaimana tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan deskriptif dan asosiatif. Menurut Nazir (2003:54) Penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan bersifat asosiatif. Menurut Sugiyono (2005, p11), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2004,p10), jenis penelitian menurut tingkat eksplanasinya ada tiga yaitu penelitian deskriptif, penelitian komparatif dan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode pemelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk mencatat, mengolah, menyajikan dan menginterprestasikan data

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS JALUR DAN PENERAPANNYA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DI BIDANG LALU LINTAS

BAB III ANALISIS JALUR DAN PENERAPANNYA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DI BIDANG LALU LINTAS BAB III ANALISIS JALUR DAN PENERAPANNYA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DI BIDANG LALU LINTAS 3.1 MODEL ANALISIS JALUR Menurut Bohrnstedt (dalam Kusnendi,2005 dan Somantri & Mohidin,2006), Analisis Jalur (path

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 25 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan yang paling mendasar di masyarakat dapat teratasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Dimana pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian dilakukan untuk mendefinisikan pengaruh atau hubungan kausal antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendefinisikan berbagai

BAB 3 METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendefinisikan berbagai 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. 1 Tabel Desain Penelitian. T-1 Asosiatif Individual-Pelanggan. T-2 Asosiatif Individual-Pelanggan

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. 1 Tabel Desain Penelitian. T-1 Asosiatif Individual-Pelanggan. T-2 Asosiatif Individual-Pelanggan BAB III METODE PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Tabel 3. 1 Tabel Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Unit Analisis Time Horizon T-1 Asosiatif Individual-Pelanggan Cross

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 2009 (A) 09:12-01 Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 60 BAB 3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Deskriptif yang dimaksud adalah mendefinisikan berbagai kriteria dan variabel yang diteliti. Menurut Thomas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. Penelitian. T - 2 Asosiatif Kuesioner Individu Pelanggan Cross

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. Penelitian. T - 2 Asosiatif Kuesioner Individu Pelanggan Cross BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis penelitian Desain Penelitian Metode Unit Analisis Penelitian Time Horison T - 1 Asosiatif Kuesioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskritif serta penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif di sini dimaksudkan untuk mendefinisikan berbagai kriteria,

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Menurut Istijanto (2005, p:29) jenis penelitian dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu penelitian eksplotari, penelitian deskriptif dan penelitian kausal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian mengenai pengaruh Service Quality terhadap Customer Loyalty dengan Brand Trust sebagai mediator, menggunakan penelitian asosiatif. Time Horizon

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendifinisikan berbagai kriteria serta mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian mengenai jenis penelitian, metode penelitian, unit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian mengenai jenis penelitian, metode penelitian, unit BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian mengenai jenis penelitian, metode penelitian, unit analisis, time horizon berdasarkan tujuan penelitian secara ringkas dijelaskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Jenis pendekatan yang peneliti gunakan adalah jenis pendekatan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Jenis pendekatan yang peneliti gunakan adalah jenis pendekatan analisis 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mencapai suatu kebenaran ilmiah, maka diperlukan adanya metode penelitian ilmiah yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dan asosiatif, dimana penelitian deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan nilai-nilai variabel yang

Lebih terperinci

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 Tahun 2016

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 Tahun 2016 PENGARUH INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI TENAGA KERJA SEBAGAI INTERVENING VARIABEL DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2003-2013 THE EFFECT OF GOVERNMENT INVESTMENT TO ECONOMIC GROWTH

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. hubungan hubungan antar variabel yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil

BAB IV METODE PENELITIAN. hubungan hubungan antar variabel yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Objek Penelitian Rancangan penelitian adalah suatu rencana kerja terstruktur mengenai hubungan hubungan antar variabel yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ialah penelitian deskriptif asosiatif. Melalui penelitian asosiatif, dapat diketahui

BAB III METODE PENELITIAN. ialah penelitian deskriptif asosiatif. Melalui penelitian asosiatif, dapat diketahui 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Disesuaikan dengan tujuan penelitiannya, jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif asosiatif. Melalui penelitian asosiatif, dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dan deskriptif. Dengan penelitian asosiatif ini dapat diketahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabungan Negara Syariah Cabang Malang yang berada di jalan Bandung No. 40

BAB III METODE PENELITIAN. Tabungan Negara Syariah Cabang Malang yang berada di jalan Bandung No. 40 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Malang yang berada di jalan Bandung

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis hubungan yang terdapat antara (1) kompetensi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis hubungan yang terdapat antara (1) kompetensi BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis hubungan yang terdapat antara (1) kompetensi dosen yang terdiri dari (a) kompetensi profesional, (b) kompetensi sosial, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara kontribusi Bakat Numerik,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 20 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian. adalah merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek berupa:

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA

ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA E-ISSN 2527-9378 Jurnal Statistika Industri dan Komputasi Volume 3, No. 1, Januari 2018, pp. 31-39 ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA Dody

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dalam buku Riduwan dan Kuncoro (2008:208) penelitian survei dapat digunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. dalam buku Riduwan dan Kuncoro (2008:208) penelitian survei dapat digunakan BAB 3 METODE PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya bersifat asosiatif. Menurut Masri S. dalam buku Riduwan dan Kuncoro (2008:208) penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tahap pertama dalam proses penelitian adalah menetapkan desain penelitian yang sesuai dengan permasalahannya. Seperti pendapat Malhotra yang dikutip oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Menurut Kuncoro (2003, p9) penelitian korelasional (corelation research) adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Berdasarkan pendapat Sugiono (2007, p6), jenis penelitian menurut tingkat ekplanasinya ada 3 yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Adapun dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitan 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. data dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan pengolahan data

BAB 1 PENDAHULUAN. data dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan pengolahan data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menghantar manusia pada tahap pemahaman yang lebih tinggi di masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Dalam mengaplikasikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendifinisikan berbagai kriteria serta mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh 1) hubungan antara kepemimpinan dalam PT Diva Star dengan pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu iklim sekolah dan motivasi belajar. Dengan demikian yang menjadi objek dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3. Metode Penelitian

BAB 3. Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif, penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan Queen and servant of science (ratu dan pelayan ilmu pengetahuan). Matematika dikatakan sebagai ratu karena pada perkembangannya tidak tergantung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan asosiatif. Menurut Kuncoro (2003), penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan terhadap karyawan, khususnya karyawan PT Pabrik Kaos Aseli

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan terhadap karyawan, khususnya karyawan PT Pabrik Kaos Aseli BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan terhadap karyawan, khususnya karyawan PT Pabrik Kaos Aseli 777. Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya bersifat Asosiatif. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ojek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Pada penelitian ini akan mengungkapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun. 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Usia (X 1 ), adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan dan diukur dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Waruna Nusa Sentana Head Office yang beralamat di Jl. Gajah Mada No. 10, Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prestasi (Nilai) Matematika Nilai matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang telah diberi nilai atau bobot. Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Riset atau penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu, untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian yang digunakan adalah desain kausal. Desain kausal adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat asosiatif. Penelitian asosiatif / hubungan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Riset. hubungan antar variabel dan bagaimana tingkat ketergantungan antara variabel

BAB III. Metodologi Riset. hubungan antar variabel dan bagaimana tingkat ketergantungan antara variabel BAB III Metodologi Riset 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini bersifat asosiatif, artinya kita dapat mengetahui bagaimana hubungan antar variabel dan bagaimana tingkat ketergantungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2007, p11), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif ini dapat mengetahui hubungan antara variabel variabel yang

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Jalur (Path Analisis) dengan menggunakan SPSS versi 12. Oleh. Abdul Razak Munir, SE, M.Si 1

Aplikasi Analisis Jalur (Path Analisis) dengan menggunakan SPSS versi 12. Oleh. Abdul Razak Munir, SE, M.Si 1 Aplikasi Analisis Jalur (Path Analisis) dengan menggunakan SPSS versi 2 Oleh Abdul Razak Munir, SE, M.Si Kasus. Seorang ahli psikologi merasa tertarik untuk mengungkapkan hubungan antara Authoritarianism,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya bersifat deskriptif dan asosiatif. Menurut Masri S dalam buku Riduwan dan Kuncoro (2008,P.208) penelitian survei

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendifinisikan berbagai kriteria serta mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. belakangan terakhir institusi-institusi pendidikan telah menyadari akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. belakangan terakhir institusi-institusi pendidikan telah menyadari akan pentingnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Dari pendidikan dimulailah pembentukan karakter individu. Tidak hanya itu, pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PDAM Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PDAM Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PDAM Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bandung Nomor XVII tahun 1977. Sedangkan struktur organisasi perusahaan ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitianmenurut buku desain penelitian bisnis Donald R.cooper

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitianmenurut buku desain penelitian bisnis Donald R.cooper BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Desain penelitianmenurut buku desain penelitian bisnis Donald R.cooper dan C. William Emory (2002:122) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR MODEL TRIMMING

ANALISIS JALUR MODEL TRIMMING 1 ANALISIS JALUR MODEL TRIMMING UNTUK MENGETAHUI FAKTOR- FAKTOR ANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UM) esiana Adiningrum

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi, dan Ruang Lingkup Penelitian. desain penelitian yang bertujuan utama memperoleh pandangan mendalam

BAB IV METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi, dan Ruang Lingkup Penelitian. desain penelitian yang bertujuan utama memperoleh pandangan mendalam BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis, Lokasi, dan Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian konfirmatori yaitu merupakan desain penelitian yang bertujuan utama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Istijanto (2005, p29) jenis penelitian dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu penelitian eksplotari, penelitian deskriptif dan penelitian kausal. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan di gunakan sebagai lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan di gunakan sebagai lokasi BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1)Waktu penelitian Penelitian ini di awali dengan kegiatan mengidentifikasikan suatu permasalahan yang akan di gunakan sebagai lokasi penelitian,pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Dan Subjek Penelitian Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan kepada konsumen yang pernah berkunjung dan membeli pada steak house di Kota Bandung. Pengamatan ini

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA STATISTIKA UNDIP

ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA STATISTIKA UNDIP ANALISIS JALUR TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA STATISTIKA UNDIP SKRIPSI Oleh : MALIK HAKAM 24010210120005 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. 33 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni tujuan penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci