BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1Pendahuluan Dewasa ini plastik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita,sebagai bahan yang mudah didapatkan,praktis,modern,ringan sehingga sangat membantu berbagai keperluan. Lepas dari kesulitan dalam penanganan daur ulang sampah plastik agar lebih ramah lingkungan,plastik merupakan material yang mempunyai banyak keuntungan.material plastik banyak dipelajari mengenai sifat-sifatnya,,struktur material,kekuatan terhadap gaya,panas,dan sifat kimia lainnya.untuk memenuhi tuntutan manusia yang semakin beragam maka diadakan penelitian untuk mendapatkan konstuksi plastik yang lebih kompetitif dan lebih komplek dalam pemakaian. 2.2Pengertian Plastik Moulding Ada dua macam maerial plastik kita kenal yaitu: Thermosetting,material yang akan mengalami perubahan secara kimiawi(chemis),apabila dipanaskan,dan juga mengalami perubahan 7

2 bentuk.contohnya:phenolformaldehyde,melamine formalde-hyde,alkyd,silicon,epoxy dll. Thermoplastic,material akan menjadi lunak bila dipanaskan,dan mengeras bila didinginkan,dan akan dapat dilunakkan dengan memberinya panas lagi.contohnya:polystyrene,styrene butadiene,polyvinylchloride,polyethylene,nylon (polyamide),polyacetal dll. Dari kedua material plastik tersebut diatas,maka untuk memprosesnya menjadi suatu bentuk yang kita inginkan untuk kebutuhan konstruksi tertentu,kita akan pelajari beberapa cara nantinya kita sebut sebagai plastik moulding. Secara umum yang dimaksud dengan plastic moulding adalah proses pembentukan benda kerja dengan wujud tertentu dari material kompon (plastic/compound articles) dengan menggunakan alat bantu berupa cetakan,yang dalam pelaksanaannya menggunakan perlakuan panas dan pemberian tekanan. 2.3Pengolahan Plastik Ada beberapa alasan dalam pengolahan plastik menjadi suatu produk,antara lain: Biaya produksi rendah dengan kapasitas yang tinggi. Material plastik masih banyak dan mudah didapatkan. Serbaguna dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dapat di daur ulang. 8

3 Agar plastik dapat digunakan dalam kehidupan dan siap pakai maka dari awal biji plastik dilakukan pemrosesan.awal mula plastik hanya berupa bulatan bulatan kecil atau yang sering disebut sebagai granulat.dari bijih plastik ini akan kita dapatkan produk plastik sesuai dengan model,bentuk,dan keinginan kita. Model dan bentuk produk plastik beragam dan memiliki porses pembentukan yang beragam pula.pembentukan produk plastik tergantung dari proses pembuatan dan juga betuk produk itu sendiri.proses pembentukan plastik diantaranya dengan menggunakan metode : Compression,Extrusion,Blow,Injection Moulding Compression Moulding Proses yang paling banyak kita jumpai dan paling sederhana dalam pembuatan produk plastic.compression memanfatkan adanya tekanan dan panas yang disalurkan pada cetakan(mould). Pada proses ini plastik diletakkan dalam mould yang dipanaskan.setelah plastik kompon yang berupa lembaran menjadi lunak dan bersifat elastis,maka cetakan atas akan digerakkan turun dan menekan lembaran plastik kedalam cetakan bawah sehingga akan terbentuk produk.apabila panas dan tekanan diteruskan,maka akan menghasilkan reaksi kimia yang bisa mengeraskan material thermosetting tersebut. Compression mould sendiri memiliki 4 macan proses mould: Flash type mould : bentuk paling sederhana dari proses produksi compression mould.mould akan diisi material sepenuhnya sehingga akan terjadi luapan seusai dengan batasan yang ditentukan. 9

4 Positive Mould : terdiri dari rongga cavity dengan sebuah plunger yang mamadatkan pada bagian bawah mould.proses ini memerlukan persiapan dalam menetukan besarnya material plastik yang akan digunakan. Landed Positive Mould : memiliki kesamaan dengan positive mould akan tetapi dilengkapi dengan pembatasan pada area bukaan mould.karena material dikontrol dengan baik,kepadatan benda kerja tergantung dari dosis pengisian yang diberikan. Semi Positive Mould : merupakan proses kombinasi antara flash type dengan landed positive mould. Gb.2.1 Compression mould 2.3.2Extrusion Mould Extrusion mould merupakan proses pengolahan plastik untuk produk dengan bentukan profil tertentu yang panjang.aplikasi untuk porses ini adalah pembuatan tabung,pipa,lembaran plastik,film,kabel terbungkus,dan produk lainnya. Hasil produk tergantung dari cetakan yang terpasang pada ujung silinder pemanas mesin.cetakan yang dipasang dapat diganti sesuai dengan produk yang dikehendaki.material dari cetakan ini tentunya harus terbuat dari baja pilihan yang sesuai dan tahan terhadap panas yang ditimbulkan mesin. 10

5 Gb.2.2 Mesin Extrusion Mould Cara kerja mesin extrusion mould yaitu apabila bijih plastik yang telah disiapkan kita masukkan melalui hoper.dari hoper ini matrial langsung jatuh pada screw kemudian oleh putaran screw kebagian tengah pemanas dengan suhu lebih tinggi sehingga membuat cair material plastik tersebut.plastik cair selanjutnya mengalir sampai pada cetakan dan terus terdorong karena adanya material yang terdorong screw.oleh cetakan material dibentuk sesuai dengan cetakan yang digunakan. Pendinginan benda kerja dilakukan dengan menyemprotkan udara pada profil yang berjalan sehingga bisa merata keseluruh bagian produk yang dihasilkan.apabila panjang dan betuk produk telah jadi maka akan dipotong dengan menggunakan pemotong pada mesin extrusion tersebut Blow Moulding Metode blow moulding adalah metode tiupan yang memanfaatkan tenaga angin bertekanan yang digunakan sebagai tenaga dalam mendorong material plastik.material plastik yang digunakan mempunyai tekanan tinggi dan kondisi material plastik masih panas dan mudah untuk dibentuk. 11

6 Pada prinsipnya blow moulding merupakan cara cetak benda kerja berongga,dengan menggunakan cetakan yang terdiri dari dua belahan mould yang tidak menggunakan inti sebagai pembentuk rongga tersebut.material yang berupa pipa secara perlahan turun dari sebuah extruder head,dan setelah cukup panjang akan ditangkap oleh cetakan.dari bagian bawah akan dimasukkan angin bertekanan yang akan membuat plastik tersebut mengembang dan membentuk sesuai cetakan. Mould ini juga dilengkapi dengan pendingin pada kedua belah cetakan sehingga akan membuat plastik cepat dingin dan mengeras sehingga tidak akan berubah bentuk saat cetakan dibuka Injection Mould. Metode injeksi plastik atau dengan cara menyuntikkan plastik cair dan panas ke dalam cetakan dengan tekanan tinggi yang kemudian didinginkan di dalam cetakan dan dibiarkan membeku didalamnya.setelah membeku cetakan dibuka dan kita bisa mendapatkan hasil produk plastik yang sesuai dengan cetakan yang di inginkan. Proses ini sangat sesuai untuk thermoplastic,karena dengan pemanasan material ini akan melunak dan sebaliknya akan mengeras lagi bila didinginkan.perubahan perubahan disini hanya bersifat physic,jadi bukan perubahan shemis(kimia).artinya proses pelunakan dan pengerasan kembali bisa diulang ulang setiap saat,sehingga memungkinkan mendaur ulang material thermoplastic sesuai kebutuhan. Material plastik yang berbentuk granulat / butiran ditempatkan kedalam suatu hoper yang memaksanya masuk kedalam silinder injeksi.sejumlah material yang akan 12

7 diproses akan didosis/ukur tepat dan didorong dengan torak piston dalam silinder pemanas.material yang sudah dipanasi dan berubah menjadi lunak seperti bubur ini akan terus didorong melalui nozzle dan sprue bushing ke dalam cetakan yang sudah terpasang pada mesin.setelah beberapa saat didinginkan, mould akan dibuka dan benda jadi yang sudah mengeras akan dikeluarkan dengan ejector. Material plastik yang dipindahkan dari silinder pemanas memiliki suhu berkisar antara350º -525º F ( 177º-274º ).Semakin panas suhunya,plastik itu akan encer sehingga semakin mudah diinjeksi,disemprotkan kedalam cetakan.setiap moulding memiliki suhu karakteristik Kebanyakan mould selalu didinginkan, karena untuk mempercepat proses pengerasan/ pembekuan material yang telah di injeksi ke dalam cavity, sehingga cepat bisa di keluarkan dari mould tanpa rusak/cacat, berarti memperpendek cycle time-nya. Hal ini dikerjakan dengan mengalirkan air pendingin yang mengelilingi cavity dalam mould frame/ plate. Kadang-kadang juga diperlukan pemanasan mould plate (menjaganya pada suhu tertentu) misalnya sampai dengan 340ºF atau 170ºC terutama untuk pekerjaan pekerjaan khusus. Untuk menjaga suhu mould ini ada banyak alat yang dijual secara komersial dipasaran. 2.4 Mesin Injeksi Plastik. Mesin injeksi plastik yang sering kita jumpai merupakan type mesin injeksi horizontal.mesin ini banyak digunakan karena memiliki kapasitas yang bervariasi.tergantung dari besarnya produk yang akan dibuat maka kapasitas mesin berbanding lurus dengan besarnya cetakan. 13

8 Unit Clamping Unit Injeksi Gb.2.3 Mesin Injeksi Mould Secara umum mesin injkesi plastik horizontal terdiri dari beberapa bagian utama dan juga memiliki system control yang canggih.mesin Injeksi plastik terdiri dari: Unit Clamping Mould Unit ini berfungsi untuk menggerakkan mould,membuka dan menutup mould dan menjaganya dengan menyediakan tekanan penahan ( Clamping Pressure ) terhadap mould,supaya tidak akan terbuka pada saat proses injeksi berlangsung. Biasanya setiap mesin injeksi mencantumkan kapasitas menutup cetakan dalam satuan ton.misalnya 150 ton,350 ton,500 ton,hingga 850 ton bahkan ada yang lebih besar lagi. Unit Injeksi Disinilah pengolahan polimer berlangsung,yang dimulai dengan masuknya polimer dalam bentuk material granulat yang dipanaskan hingga mecair dan siap untuk dialirkan (disuntikkan) dengan tekanan tinggi kedalam cetakan. Sistem Penggerak Umumnya media oli atau yang biasa disebut dengan system hidrolik.namun dewasa ini ada yang seluruhnya system penggeraknya adalah tenaga listik dengan motor penggerak 14

9 servo.kelebihan system penggerak listrik ini tentunya lebih tenang,tidak berisik,dan lebih bersih karena tidak menggunakan oli sebagai media penggeraknya.tetapi sampai saat ini kebanyakan perusahaan injeksi plastic di Indonesia masih menggunakan system penggerak dengan media oli (hydrolik ). Sistem Kontrol Adalah system penjamin bahwa kinerja dari mesin sudah benar,sesuai dengan yang telah kita program dan juga setiap langkah kerja yang dilakukan mesin tetap terkontrol.biasanya system control ini berlapis,apalagi menyangkut keamanan dan juga keselamatan kerja Langkah serta urutan proses injeksi Langkah I MOLD MENUTUP High Clamp Gb.2.4 Kondisi cetakan tertutup Permulaan mendosis, ulir berputar dan mendorong material plastik kedalam ruang pengumpul. Dalam ulir itu ulir tergeser kebelakang.pada akhir mendosis material,putaran ulir distop. Langkah II PENGISIAN MATERIAL PLASTIK High Clamp Gb.2.5 Material mulai disemprotkan kedalam cetakan 15

10 Dengan mendorong ulir yang tidak berputar lagi, dibantu piston hydrolik bertekanan tinggi, material berhasil diinjeksikan dengan sangat cepat melewati sprue bush kedalam rongga mould (cavity). Langkah III PEMADATAN & PENAHANAN High Clamp Gb.2.6 Material dipadatkan dan ditahan. Proses ini merupakan puncak dari pengisian material kedalam cetakan dan ditahan sampai batas waktu yang telah diatur sesuai dengan jenis material yang digunakan untuk produksi.dalam proses ini pula material plastik mengalami pendinginan serta mesin melakukan pendosisan guna proses inject berikutnya. Langkah IV PEMADATAN & PENAHANAN Gb.2.7 Cetakan dalam keadaan terbuka 16

11 Rongga cetakan telah terisi material plastik yang padat,proses berikutnya mould membuka dan produk siap untuk dikeluarkan dari dalam cetakan (cavity). Langkah V Gb.2.8 Proses pengeluaran produk Produk dilepaskan dari dalam cetakan melalui proses eject dengan menggunakan ejector plate yang didorong oleh knock out pin pada mesin inject. Langkah VI Gb.2.9 Produk lepas dari dalam cetakan Proses siklus pembuatan suatu produk telah selesai dengan produk jatuh serta mould ejector plate kembali pada posisi semula.proses berikutnya sesuai dengan langkah I sampai langkah VI begitu seterusnya. 17

12 2.5 Injection mould Ada banyak macam material baja yang sering di gunakan untuk membuat bagian-bagian mould ini, misalnya untuk bagian cavity (rongga) maupun core (inti)-nya. Mould yang digunakan untuk membuat artikel-artikel / produk massal sering menggunakan material baja yang berkualitas tinggi, material yang tidak mudah mengalami deformasi bila dikeraskan, dan tidak berkarat. Baja-baja yang di temper lebih dulu digunakan untuk cavity, core atau insert, sehingga tidak akan terganggu (rusak) selama proses heat treatment. Apabila perlakuan serta pemeliharaan mould dilakukan secara benar dan sesuai kemampuannya maka baja-baja seperti ASSAB 8407, antinit KW 35, Amutit, cukup baik (cocok) untuk produksi massal. Bagian cavity sering memakai beryllium copper yang direkatkan secara sentrifugal mengelilingi mandrel yang dikeraskan atau bentuk secara electroplating. Untuk bentu-bentuk yang sifatnya dekoratif dan yang dikeraskan atau dibentuk secara electroplating. Untuk bentuk-bentuk yang sifatnya dekoratif dan detail yang sukar dalam cavity yang cukup banyak, maka cara tersebut banyak di anjurkan. Sedangkan untuk detail cavity yang memerlukan kehalusan serta toleransi yang presisi digunakan electroplating dari material nikel. Jadi bisa dikatakan proses pengerjaan bagian cavity dan core dari suatu injection mould itu merupakan pekerjaan yang paling inti (pokok) dan sekaligus mahal. Desain yang mencetak benda-benda kerja yang berupa ulir, undercut,insert, dan lubang-lubang samping telah banyak di kembangkan dengan menyita cukup banyak waktu dan tenaga. Namun ternyata masih saja sering dijumpai ketidak-samaan, ketidak- 18

13 seragaman bentuk dan ukuran produk. Jadi orang masih selalu mengadakan perbaikan di sana sini pada mould yang baru, sehingga akhirnya betul-betul bisa bekerja sebaik mungkin. Artinya, orang bisa mengoptimalkan mould setelah melakukan beberapa pengalaman praktis di lapangan, misalnya: ukuran minimum berapa yang baik untuk sprue bush, runner atau gate sehingga akan menghasilkan aliran material yang lancar dan menghasilkan produk yang bagus tanpa cacat seperti misalnya terjadi adanya shrink/sink marks, weld lines, over packing dll Sprue, runner & gate Material plastik yang di panaskan dalam silinder injeksi akan di semprotkan keluar melalui nozzle masuk kedalam mould melalui sebuah lubang konus yang disebut sprue bush. Lubang konus (taper 3-5 ) ini dipoles halus, bagian diameter taper yang kecil berada di dekat nozzle, sedang diameter yang besar ada dibagian mould-nya. Sprue adalah material plastik yang menghubungkan benda kerja dengan nozzle (merupakan sarana / jalan sampainya material ke dalam cavity menjadi produk yang di inginkan ), yang bentuknya taper karena dikeluarkan dari sprue bush. Jadi bukan merupakan bagian dari produknya, karena akan di buang. Setiap selesai injeksi, sisa material yang semula merupakan jalan menuju lubang cavity itu harus segera di keluarkan dari rongganya, agar jalan yang ada segera siap dilalui oleh material baru untuk proses selanjutnya. Runner adalah bagian pembagi yang berupa kanal, bentuknya sering mempunyai banyak cabang yang menghubungkan sprue dengan gate yang menuju ke masing-masing rongga/cavity mould, terutama untuk mould dengan banyak cavity. 19

14 Bentuk penampang runner yang paling baik adalah bulat /lingkaran, karena memiliki gesekan permukaan yang kecil. Namun karena untuk membuat bentuk setengah lingkaran pada masing-masing belahan mould yang nantinya membentuk lingkaran penuh kalau mould ditutup memerlukan memerlukan ketelitian pengerjaan, maka dibuat bentuk kompromisyaitu trapezium atau sirkular yang dikerjakan pada salah satu sisi/blok dari mould. Untuk bentuk runner yang panjang dan bercabang-cabang, juga diperlukan runner lock pin dan ejector pin yang dipasang dibawahnya, sehingga bisa mengeluarkan/melepaskan runner dari kanalnya. Pada mould dengan jumlah cavity yang banyak sering diperlukan perhitungan yang baik agar bisa lebih meyakinkan terjadinya keseragaman bentuk disetiap cavity. Gate adalah bagian yang langsung berhubungan dengan benda kerja, tempat mulainya penyemprotan / injeksi atau masuknya material kedalam cavity (benda kerja). Gate ini adalah merupakan bagian akhir massa material yang biasanya paling panas yang akan memasuki rongga mould, yang memberikan finishing & pengelasan yang baik. Orang biasa menempatkan gate sedekat mungkin pada permukaan benda kerja, dan sepraktis mungkin untuk bisa dengan mudah dipisahkan terhadap benda kerjanya. lain : Ada beberapa macam type/jenis gate yang kita kenal dalam injection mould antara Standard gate mould yang : umum digunakan untuk material acetat, terutama untuk memiliki beberapa cavity yang kecil yang bisa mengurangi pekerjaan finishing. 20

15 Fan type gate : cocok untuk benda kerja yang tipis,rata tetapi besar/lebar. Sering disebut juga sebagai band gate (film gate) ring tipe gate :sesuai untuk benda-benda kerja yang berbentuk silender dan berlubang, karena bentuk runner dan gate-nya mengililingi core, dan masuk kedalam cavity secara bersama, sehingga menghilangkan proses pengelasan yang sebaiknya selalu dihindari. Disk gate : digunakan benda kerja yang berbentuk annular dan rata. Bagian seprue-nya langsung kebentuk disk / piringan dan material mengalir dari pusat kesegala arah menuju cavity untuk menghindari pengelasan. Jadi merupakan kebalikan dari system ring gate yang memasukan material dari pinggir lingkaran menuju benda kerja. Pekerjaan finishing tinggal mermotong bentuk disk-nya yang membentuk gate. tabe gate( flash & square ) : cocok untuk material acrylic dan vinyl. Gate kecil antara dinding dan ujung runner yang berbentuk bulat penuh itu akan menaikkan suhu / temperature dari material, dan menyebabkan plastik panas itu mudah masuk kedalam cavity. Biasanya menghasilkan bentuk yang bagus, mengurangi pengelasan dan sink mark ( kerutan akibat ketebalan material yang tidak sama ), sehingga juga memperbaiki stabilitas ukuran benda kerja. Pin point gate : cocok untuk material polystyrene. bentuk runner-nya adalah bulat dan ujungnya berbentuk bola dan diteruskan oleh gate tersebut masuk kedalam cavity. 21

16 Tunnel/sub marine gate : bentuknya menyerupai terowongan kerucut dari runner kedalam cavity. Tujuannya adalah untuk memisahkan produk dengan runner secara otomatis pada saat produk didorong keluar, sehingga sangat mengurangi ( waktu ) pekerjaan finishing. Untuk itu perlu dicermati konstruksi dan ukuran dari runner, gate dan sudut kemiringannya Ejection & venting Untuk mengeluarkan produk hasil cetakan dari dalam rongga mould / cavity, maka diperlukan alat mendorong yang sering kita sebut sebagai ejector. Adapun bentuk yang paling mudah dan murah adalah silindris atau bulat menyerupai pin, sehingga dikenal sebagai ejector pin bentuk lainnya bisa berupa sleeve, square, setripper plate,ataupun stripper disk. Biasanya bentuknya disesuaikan dengan bentuk produk yang dibuat. Proses pengeluaran produk yang dibuat. Proses pengeluaran produk dari cavity ini disebut dengan ejection (auswerven ). Adapun yang dimaksud dengan venting ( Entluftung ) adalah memberi jalan keluarnya udara yang dimampatkan karena desakan material plastic yang ditekan mengisi rongga mould ( cavity ). Pada rongga mould dengan tingkat kepresisian yang tinggi, memungkinkan udara yang semula ada pada rongga mould tidak bisa keluar dengan mudah. Saat plastic mengisi ruangan, sehingga udara terjebak didalamnya. Hal ini akan menimbulkan panas yang tinggi dan akan membakar material plastic sehingga menyebabkan cacat pada produk yang dihasilkan,sehingga tidak seperti yang kita inginkan. 22

17 Untuk mengatasi hal ini biasanya dibuat air VENTING (saluran keluar udara).bentuknya bisa berupa alur didekat cavity. Kedalaman air venting kira-kira 0.05 mm dan lebarnya sekitar 3 mm dan ditempatkan pada pojok cavity dari salah satu parting plain yang diperkirakan merupakan tempat terjebaknya udara oleh material plastic. Disarankan ditempat dimana kemungkinan udara yang terjebak (Trapped air),disitu ditempatkan ejector pin, yang memungkinkan udara lewat melalui sekeliling lubang ejector atau kita bisa menempatkan posisi gate yang sesuai, sehingga aliran material bisa sempurna, tidak menimbulkan udara dan cavity, misalnya dengan menghindari membuat dua tempat gate Penyusutan (shrinking) Pada setiap pembuatan mould designer harus memperhitungkan adanya penyusutan material setelah produk keluar dari cetakan (membeku) hal ini terjadi adanya perubahan fase dari material cair menjadi padat,pasti akan mengalami perubahan volume. Jadi jika dibandingkan dengan ukuran pada mould maka ukuran produknya akan berbeda, yaitu ukuran luar benda kerja akan lebih kecil dibanding ukuran rongga cavity demikian pula ukuran lubang yang harus pada benda kerja akan lebih kecil dibandingkan ukuran dari core. Demikian pula ukuran lubang yang harus ada pada benda kaerja akan lebih kecil dibandingkan ukuran dari core/inti pembentuknya. Misalnya kita mempunyai rongga mould dengan ukuran 100 x 50 x 5mm, maka produk yang dihasilkan mempunyai ukuran 98,4 x 49.2 x 4.92 mm. Kalau didalamnya ada lubang diameter 10 maka hasilnya sebesar 9.84 mm. Meskipun inti pembentuknya sudah dibuat ukuran 10mm. 23

18 Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa material itu mengalami penyusutan 1.6/100 mm. Biasanya penyusutan material dinyatakan dalam persen, misalnya pada contoh tersebut besarnya material shrinkage 1.6% Jadi bisa dirumuskan.dengan : SHRINKAGE = ΔΙ/L (%) Arah penyusutan material adalah menuju kesebuah titik referensi didalam benda kerja, artinya tidak boleh mengambil bidang atau garis yang ada didalam benda kerja. Untuk mengamati arah penyusutan itu lebih jelas, kita perhatikan dua gambar ilustrasi berikut ini. Gb.2.10contoh shrinkage Gb. A. menunjukan tafsiran arah penyusutan yang keliru, karena pada kenyataannya hasil lubang pada benda kerja bukannya tambah lebih besar, tetapi justru menjadi lebih kecil. Jadi referensi pengamatan bukannya merupakan sebuah garis atau bidang didalam benda kerja tersebut. Gb. B. menunjukan tafsiran arah penyusutan yang benar, yaitu bahwa semua titik yang ada pada benda kerja akan menyusut menuju ketitik referensi P. Jadi hasil lubang pada kerjapun juga akan menyusut lebih kecil ke arah titik P. 24

19 Pandangan tentang besarnya serta arah penyusutan/ shrinking seperti ini perlu diyakini dan dipahami benar oleh para konstruktor, agar dalam menentukan ukuran cavity maupun core dari mould yang direncanakan bisa tepat. Biasanya orang akan menghitung besarnya ukuran cavity ataupun core dengan cara mengalikan ukuran pada produk (benda kerja) dengan suatu faktor yang sudah ditetapkan/dihitung,jika besarnya shrinkage dari suatu material plastic diketahui, yaitu dengan cara melihat tabel shrinkage. Faktor shrinkage : f = (1 + I ) Contoh: Dari tabel/daftar shrinkage untuk material PS (Polystyrene/polystyrol) = % Maka dari perhitungan factornya adalah f = ( % ) = Misalnya kita akan membuat produk dari material PS (polystyrene) berbentuk pelat dengan ukuran jadi : mm yang mempunyai dua lubang diameter 6 mm yang jaraknya 26 mm, maka ukuran pada mould yang direncanakan adalah sebagai berikut : Ukuran cavity : mm Ukuran core : mm Jarak core : mm 25

20 Dalam contoh perhitungan factor shrinkage diatas, kita ambil harga shrinkage rata-rata yaitu 0.5% (dari daftar antara %) dengan pertimbangan bahwa kita andaikan kondisi moulding yang optimal. Namun pada mould yang mempunyai bentuk yang tidak sederhana, ukuranukuran yang exstrim, misalnya panjang dan tipis, atau mempunyai banyak perbedaan ketebalan dengan adanya bulatan/tonjolan untuk tempat ulir dsb, maka penentuan factor ini menjadi lebih sukar. Pada kasus semacam ini kita akan mengenal adanya istilah penyusutan kearah memanjang maupun melintang (longitudinal & transversal shrinkage) terhadap benda kerjanya, sehingga perhitunganya menjadi semakin komplek. Faktor lain yang bisa mempengaruhi besarnya penyusutan adalah : jumlah dan penempatan gate, ada tidaknya rib penguat pada benda kerja,besarnya tekanan injeksi & tekanan penahan injeksi (holding pressure / nachdruck), reinforcement/penguat pada material yang biasanya terdiri dari bahan glasfiber dll. Maka untuk benda-benda kerja yang mempunyai tuntutan kesetabilan bentuk serta harus berpasangan (matcing) dengan benda lain, sebaiknya dipilih bahan yang ada dalam daftar material mempunyai harga shrinkage yang kecil, sehingga perubahan ukuran tidak terlalu besar. Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa untuk merencanakan mould yang baik tentu saja dibutuhkan pengalaman yang banyak,mengingat bahwa hanya dalam perhitungan shrinkage saja kita harus memperhatikan banyak hal tersebut diatas. 2.6 Jenis Konstruksi Mould. 26

21 Menentukan jenis konstruksi mould injeksi plastik sangat tergantung dari produk yang akan dibuat.faktor lain yang juga menentukan dan memepengaruhi diantaranya ketersediaan mesin,kapasitas mesin,permodalan,jenis material plastik yang akan dibuat dan masih banyak faktor lain yang juga berpengaruh. Faktor produk merupakan faktor utama dalam menentukan konstruksi mould yang akan digunakan.setiap produk mempunyai karakteristik yang berbeda dan memerlukan desain yang berbeda pula,seperti dimensi,toleransi,letak undercut,bentuk geometri secara umum dan fungsi dari mould yang akan digunakan.misalnya mould yang akan digunakan untuk membuat sebuah gayung dengan empat buah gayung sekaligus akan berbeda,contoh lain mould yang akan digunakan untuk mencetak casing laptop sangat berbeda jauh dengan mould radiator tank. Berikut adalah jenis konstruksi dasar dari mould injeksi,perbedaan konstruksi dasar berikut berdasarkan konstruksi bukaan mould dan cara melepaskan undercut dalam produk Standard Mould. Standard mould adalah jenis konstruksi mould plastik tipe dasar,dalam tipe mold dasar ini merupakan jenis minimum untuk pembuatan produk plastik yang sederhana.mould standar memiliki stationary side dimana locating ring,sprue bush terpasang dan bagian ini pula pada saat mould bekerja tidak bergerak. 27

22 Bagian berikutnya yaitu moving plate,merupakan susunan plate baja yang terdiri dari cavity atau core dan juga adanya ejector.ejector berfungi sebagai alat pendorong produk dari dalam cetakan setelah proses injeksi selesai. Standard mould dibuat dengan satu bukaan,runner dan produk dilepas dari mould secara bersamaan dalam bukaan yang sama,karena itulah biasanya untuk standard mould digunakan jenis runner seperti side gate,submarine gate,fan gate,dan sejenisnya. Gb.2.11 Standard Mould Slider Mould. Slider mould adalah konstruksi mould yang digunakan ketika produk yang akan dibuat tidak dapat dibuat dengan system bukaan saja.pada produk terdapat bentukan dimana bentukan tersebut menimbulkan undercut,misalnya adanya lubang disamping suatu produk. 28

23 Produk dengan undercut Gb.2.12 Contoh produk undercut Gerakan bukaan slider memanfaatkan bukaan utama cavity dan core dengan menggunakan pin yang dipasang menyudut antara Dengan adanya pin yang membentuk sudut,slider dapat bergerak secara horizontal,sehingga bagian produk yang undercut bisa dibentuk.pin yang digunakan untuk mennggerakkan slider dikenal dengan angular pin. Gb.2.13 Slider Mould 29

24 2.6.3 Three Plate Mould. Three plate Mould mempunyai karakteristik tersendiri,yaitu antara runner dan produk dapat dipasahkan secara langsung ketika mould dibuka.runner dapat terlepas dari produk tanpa adanya proses tambahan setelah proses injeksi.pada jenis ini terdapat tiga bukaan plate yaitu: Bukaan pemutus sprue,bukaan ini merupakan bukaan terakhir setelah bukaan produk.proses bukaan pada plat terjadi karena tertarik oleh tension link. Bukaan runner,bukaan pertama setelah injeksi selesai dilakukan dan mould mulai dibuka. Bukaan produk dibuka oleh baut yang diletakkan mulai dari plate satu sampai plat cavity. Susunan bukaan pada three plate mould akan berbeda apabila penghubung bukaan antara plate cavity dan core tidak menggunakan tension link,tetapi menggunakan magnet block. 30

25 Gb.2.14 Three Plate Mould Beberapa produk plastik yang menggunakan system three plate diantaranya roda gigi,pulley,ballpoint,air filter,casing hp dan lain sebagainya.three plate mould menggunakan pin point gate sebagai penyalur material dari sprue menuju produk Split Cavity Mould Bagaimanakah konstruksi mould apabila produk mempunyai undercut sepanjang produknya sedangkan bentuk produknya memanjang,misalnya sebuah timba yang 31

26 mempunyai lubang di sepanjang sisinya,atau tempat sampah yang sisinya berlubang.untuk kasus seperti ini split mould cavity dapat kita gunakan.konstruksi mould pada system ini mirip dengan slider namun semua bagian sampingnya bergerak membuka saat melepas produk setelah injeksi. Gb.2.15 Split Cavity Mould Untuk menggerakkan bagian cavity yang bergerak kesamping dapat juga disambungkan dengan hidrolik.bagian-bagian dasar lainnya seperti ejector system,sprue,runner masih sama dengan konstruksi mould sebelumnya. 32

27 2.6.5 Unscrewing Mould Mold dengan konstuksi berikut banyak digunakan untuk pembuatan produk produk plastik yang berbetuk ulir.konstruksi khusus untuk jenis ini adalah terdapat bagian berputar ketika mould dibuka yang berfungsi untuk mengeluarkan produk. Mould konstuksi unscrewing digunakan apabila pada produk tidak dikehendakai adanya bekas bentukan plastik yang menyebabkan produk rusak terutama pada bagian yang diulir.mould tidak menggunakan ejector karena dengan adanya putaran motor listik yang terhubung pada cetakan menyebabakan produk lepas dengan sendirinya.beberapa produk plastik yang biasanya dibuat seperti pada tutup botol,drainplug pada radiator,dan lain sebagainya. Gb.2.16 Unscrewing Mould 33

28 2.6.6 Stripper Ejector Mould. Bentuk dasar keenam adalah striper ejector mould,pada konstruksi mould jenis ini memepunyai bentuk special pada ejector yang digunakan yaitu umumnya ejector terbuat dari plat yang dibuat melingkar sepanjang sisi dari produk yang akan dikeluarkan.contoh produk yang sering kita jumpai seperti bak dan timba. Gb.2.17 Stripper Ejector Mould Mould jenis ini sangat cocok apabila diaplikasikan untuk produk yang besar sehingga produk akan terdorong merata.disamping hal tersebut penggunaan ejector yang terletak pada sisi produk mengurangi kegagalan terbentuknya produk.bekas bentukan produk plastik tidak akan kelihatan,sehingga produk plastik lebih rapi. 34

TUGAS AKHIR. ANALISA PERANCANGAN MOULD DRAIN PLUG (perbedaan menggunakan mould base buat sendiri dengan mould base standard) Disusun oleh :

TUGAS AKHIR. ANALISA PERANCANGAN MOULD DRAIN PLUG (perbedaan menggunakan mould base buat sendiri dengan mould base standard) Disusun oleh : TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN MOULD DRAIN PLUG (perbedaan menggunakan mould base buat sendiri dengan mould base standard) Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Jurusan Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity)

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) Mold tiga plat terdiri dari tiga bagian besar yaitu bagian sisi core, bagian sisi cavity dan bagian runner plate. Runner sudah terpisah dari produknya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Injection Molding Injection molding merupakan proses yang sangat populer dalam pembuatan bendabenda plastik dari jenis thermoplastik Cetakan injeksi digunakan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Produk yang dirancang adalah preform stick T15 dengan mengambil sampel yang sudah ada. Dimensi dan bentuk berbeda, produk hanya sebagai acuan. Pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA PEMBUATAN MOULD RADIATOR ADR 239 DITINJAU DARI LANGKAH DESIGN, PERHITUNGAN PERMESINAN UNTUK PRODUKSI PT. SELAMAT SEMPURNA.

TUGAS AKHIR. ANALISA PEMBUATAN MOULD RADIATOR ADR 239 DITINJAU DARI LANGKAH DESIGN, PERHITUNGAN PERMESINAN UNTUK PRODUKSI PT. SELAMAT SEMPURNA. ANALISA PEMBUATAN MOULD RADIATOR ADR 239 DITINJAU DARI LANGKAH DESIGN, PERHITUNGAN PERMESINAN UNTUK PRODUKSI PT. SELAMAT SEMPURNA. Tbk Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding INJECTION MOULDING Gb. Mesin Injeksi Gambar. Skema proses injection moulding 1 1. PRINSIP KERJA Material plastik dalam bentuk granular atau powder dimasukkan kedalam hooper. Pada saat screw berputar searah

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

11.1 Pemrosesan Material Plastik

11.1 Pemrosesan Material Plastik 11.1 Pemrosesan Material Plastik Banyak proses yang digunakan untuk mengubah granula, pelet plastik menjadi bentuk produk seperti lembaran, batang, bagian terekstrusi, pipa atau bagian cetakan yang terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX Ali Khaerul Mufid 1,a, Cahyo Budiyantoro, Muhammad Budi Nur Rahman 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai keperluan seperti untuk medical, textiles,

Lebih terperinci

14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes)

14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes) 14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat. 14.1.1 Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes) Terdapat beberapa metode cetakan terbuka untuk membuat material komposit plastik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Injection Molding 2.1.1. Pengertian Dasar Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan suatu benda atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan yang dirancang adalah hardcase handphone dengan mengambil sample pada produk yang sudah ada. Sample produk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM : PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR Nama : Achmad Muttaqin NPM : 20410081 Jurusan : Teknik mesin ABTRAKSI Pada umumnya, di PT. Suzuki Indomobil Motor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pengukuran Spesimen Pada metode DOE Taguchi yang dilakukan menggunakan analisis mean atau nilai rata rata disetiap percobaan, analisis mean pada data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

11 BAB II LANDASAN TEORI

11 BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Velg Sepeda Motor [9] Velg atau rim adalah lingkaran luar logam yang sudah di desain dengan bentuk sesuai standar (ISO 5751 dan ISO DIS 4249-3), dan sebagai tempat terpasangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK II.1 Prinsip Dasar Manufaktur Produk Dalam prinsip dasar proses manufaktur suatu produk saya akan mengklasifikasikan untuk manufaktur produk prototype dan manufaktur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Eko Ari Wibowo 1, Agung Kaswadi 2 dan Suroto 3 Pembuatan Peralatan dan Perkakas Produksi,

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR 4.1 Standar Operasi Pembuatan Lampu Motor Untuk mengoptimalkan proses pada pembuatan Lampu Motor maka, maka PT.INDONESIA STANLEY ELECTRIC membuat suatu standar operasi

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2)

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2) PERENANAAN SISTEM PENDINGINAN ETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah ) 1) & ) Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakulatas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut : BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan perancangan agar memperoleh hasil yang lebih baik dan memperkecil kesalahan kesalahan yang

Lebih terperinci

PERMANEN MOLD CASTING

PERMANEN MOLD CASTING PERMANEN MOLD CASTING Permanen mold casting adalah pembuatan logam dengan cetakan dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini tidak praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG Nama : Mokhammad Roiful Anis NPM : 24411599 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Doddi Yuniardi, ST., MT. Latar Belakang Saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: A. Mesin Injeksi Gambar 3.1 Mesin Injection Molding

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK Arif Rahman Hakim Dosen Tetap Prodi Teknik Mesin Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Pada penelitian ini

Lebih terperinci

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM THREE-PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) Amelia Sugondo Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v KATA PENGANTAR vi ABSTRACT viii ABSTRAKSI ix DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

Merencanakan Pembuatan Pola

Merencanakan Pembuatan Pola SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Merencanakan Pembuatan Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai banyak kelebihan-kelebihan yang mulai diperhitungkan. oleh masyarakat. Keunggulan plastik pada umumnya adalah lebih

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai banyak kelebihan-kelebihan yang mulai diperhitungkan. oleh masyarakat. Keunggulan plastik pada umumnya adalah lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku plastik semakin meningkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai banyak kelebihan-kelebihan yang mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 Lutfi Khoirul Miftakhul Ni am 1, Cahyo Budiyantoro 2, Muhammad Budi Nur Rahman 3 1,2,3 Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING Edi Sunarto 1), Ir. Estu Prayogi M.KKK 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG

PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG PERANCANGAN RUNNER PADA MOLD BASE PRODUK PHR-11 UNTUK MENGURANGI JUMLAH MATERIAL TERBUANG (STUDI KASUS DI PT. SEMYUNG PRIMA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pada penelitian tugas akhir ini, diberikan data-data perusahaan PT Selamat Sempurna Tbk.,yang akan menjadi sumber informasi. Data yang akan diberikan berupa gambar dan tabel-tabel

Lebih terperinci

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT OPTIMASI DESAIN MOLD UNTUK MEREDUKSI CACAT FLASH DAN SHRINKAGE PADA PRODUK PAKU KOTAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI MOLDFLOW (STUDI KASUS PADA PT. PRIMA SAKTI) Erfina Ayu W. 1, Hari Arbiantara 2,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam berbagai sektor salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia OLEH: Nama : Hafiz Prasetya NPM : 23409825 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Tri Mulyanto MT. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar Perancangan Produk Proses perancangan produk adalah tahap paling awal, sekaligus penting ketika akan memulai sebuah proyek pembuatan cetakan. Dalam merancang sebuah cetakan,

Lebih terperinci