BAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah sosiologi ilmu tidak lain adalah sejarah dari pelimpahan warisan metafisika perkemabangan filsafat ilmunya. Terbentang dari tradisi keilmuan China, Yunani, dan kemudian menuju pandangan epistemologi zaman modern. Sosiologi ilmu sebagai buah karya sejarah perkembangan pemikiran filsafat, tidak serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada perkembangannya sosiologi ilmu justru berhasil memilahkan diri dari ilmu filsafat. Maskipun metodologi yang digunakan dalam penelitian-penelitian sosiologi ilmu masih tetap berbasis filsafat, yaitu Dialektis, Pragmatis, dan Positivis. Bagaimanapun bentuknya, sosiologi ilmu tidak dapat dibayangkan tanpa keberadaan predikat-predikat nilai, nilai merupakan objek dasar yang dikaji dalam sosiologi ilmu sebagai substansi metasosial. Dan inilah yang mengidentikkan sosiologi ilmu dengan kajian filsafat ilmu. Penelitian ini secara garis besar memakai metode yang sudah digunakan Bijker, yaitu: (a) pendekatan sistem; (b) pendekatan jaringan tokoh; dan (c) pendekatan konstruksi sosial. Sistem yang dimaksud disini adalah organisasi formal keilmuan, seperti laboratorium, departemen, lembaga, institusi yang berkaliber nasional maupun internasional, tim risetor, elit ilmuwan monodisiplin maupun interdisiplin, dan pada lingkaran yang lebih besar adalah komunitas ilmiah sedunia. Jaringan tokoh adalah jaringan ilmuwan yang membentuk 190

2 191 karakter sosialnya sendiri, dibimbing oleh seorang ahli yang sangat disegani yangmenentukan arah perkembangan ilmu melalui fatwa-fatwanya. Adapun konstruksi sosial berorientasi pada karakter sosial masyarakat yang lekat dengan kepentingan politik maupun ekonomi. Relativitas dikembangkan dengan pendekatan esensial terhadap pengembangan konsep keruangan dan epistemik atas realisme. Teori Relativitas telah merombak konsep dasar ruang, waktu, materi, massa, gerak dan gravitasi. Einstein berhasil memadukan bebarapa teori-teori penting ilmu fisika dijadikan sebuah bangunan teori yang diklaim mampu menggambarkan realitas secara holistik. Selain itu, Einstein juga berjasa dalam menguatkan anomali-anomali pada paradigma Newtonian tentang realitas makro maupun mikro, sehingga ia berhasil membuat paradigma baru. Pencapaian Einstein ini dapat disandingkan dengan pencapaian Newton, bahkan mungkin kini lebih berhasil. Paper teori relativitas khusus berjudul On the Elecktrodynamics of Moving Bodies yang Einstein publikasikan pada tahun 1905 menimbulkan banyak komentar terkait sediktinya referensi dan acknowledgments (Cambridge Dictionary: nama-nama orang yang terlibat dalam penyusunan tulisan) dalam papernya itu. Meskipun menyajikan pendekatan baru dalam elektrodinamika dan menyatukan pekerjaannya dengan prinsip teori elektronnya Lorentz, Einstein secara eksplisit sedikit melibatkan diskursus terkait teorinya dengan kontibutorkontributor teori sebelumnya atau pendekatan alternatif lainnya. Sejak tahun 1905, Einstein terus mengembangkan teori relativitasnya secara teoritis maupun secara eksperimentis, memproposikan eksperimen yang mungkin mampu menguji

3 192 teorinya. Kemudian mempertajam teorinya dengan membubuhkan segi genealogi teori relativitas dalam hamparan sejarah panjang ilmu fisika setelah melewati diskusi panjang dengan beberapa ilmuwan Jerman dalam artikelnya tahun Akhir cerita dari tanggapan komunitas ilmiah di Jerman adalah ketika Planck menawarkan analogi Copernican sebagai perbandingan pencapaian Einstein, setelah Einstein berhasil melewati ujian ad absurdum. Pada tanggal 6 November 1919 Royal Society mengadakan pertemuan besar yang dihadiri hampir semua anggotanya dari berbagai bidang keilmuwan untuk mendengarkan laporan yang ekspedisi yang disampaikan oleh Eddington dan Dyson. Filsuf Alfred North Whitehead mengatakan bahwa suasana pertemuan itu layaknya drama Yunani, dimana ilmuwan yang hadir di sana antusias menyaksikan kesuksesan perkembangan ilmu, perubahan paradigma, di mana selama dua abad ilmuwan terkungkung oleh paradigma Newton, dan bukan hanya fisika yang merasakannya. Dan untuk pertama kalinya paradigma Newton itu berhasil dimodifikasi secara sempurna melalui konfirmasi pengamatan Eddington atas fenomena pelengkungan cahaya bintang oleh ruang gravitasi matahari. Akan tetapi di samping semua kesuksesan teori itu, tidak membuat teori relativitas begitu saja mudah diterima di berbagai lapisan masyarakat. Theckedath (1978) seorang ilmuwan berideologi kiri menganggap teori relativitas khusus Einstein hanya menjadi pergulatan tangan para filsuf borjuis yang membatasi teori dengan pengejawantahan yang salah, menginjeksinya dengan interpretasi yang idealis dan menggunakannya untuk mengukuhkan posisi filosofis mereka. Dengan menginterpretasi teori relativitas sebagai sebuah relativisme absolut, dan dengan

4 193 memperluasnya ke arah etika, sehingga menjadi fondasi baru untuk memberi pandangan rendah terhadap moralitas yang mengimplikasikan sebuah paham relativisme dalam memandang tugas dan hak orang-orang. Merton menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan sebagai sebuah aktivitas komunitas ilmiah sedikit dipengaruhi oleh penemuan-penemuan pengetahuan baru daripada dipengaruhi kecenderungan sosial akan nilai-nilai sosial atau usaha-usaha lain di luar kominitas ilmiah. Sesuai dengan cerita komunitas ilmiah Jerman di bawah pimpinan Planck yang mengukuhkan kedudukan teori relativitas sebagai pardigma yang sah dalam memfalsifikasi paradigma Newton. Tetapi hal ini jika dilihat dari perspektif kiri yang diusung Theckedath adalah sebuah langkah kapitalistik dari kaum ilmuwan demi melayani kepentingan kapital. Sebab, pada perkembangan belakangan, temuan dari konsekuensi teori relativitas mencerminkan hegemoni kelas borjuis untuk mengeksploitasi alam secara lebih luas sampai ke batas angkasa. Ada saling silang tanggapan yang pada akhirnya dimenangkan oleh Einstein si pengusung relativitas. Dan karena Einstein telah berhasil melewati ujian dari komunitas ilmiah fisika, kemudian mendapatkan penghargaan secara global. Lalu teorinya mendapatkan pemaknaan homogen yang membuat derajat stabilitasnya kuat. B. Saran Gambaran dimensi sosial di balik kesuksesan komunitas ilmiah dalam mengembangkan keilmuan merupakan sebuah contoh yang sangat praktis dan sangat sederhana. Ilmu bukanlah milik perseorangan atau kelompok tertentu,

5 194 walaupun barangkali benar bahwa ilmu dapat dikelola secara eksklusif oleh kelompok tertentu. Tetapi perlu diingat bahwa siapapun dapat mengembangkan keilmuan sesuai dengan proyeksinya masing-masing secara meritokrasi. Ketika seseorang atau kelompok telah menuruti disiplin yang diciptakannya, maka ciptaannya itu akan berkembang menuju semaksimal mungkin. Orang atau kelompok tersebut, mungkin saja memusnahkan ciptaannya dengan ciptaan barunya dengan dasar asumsi yang kuat dan objektif. Bagi Indonesia, penggalian kajian sosiologi dapat memperkaya luasnya referensi yang diperlukan untuk kepentingannya. Hasil-hasil kajian sosiologi yang ada di Indonesia, dengan muatan yang paling tidak objektif, dapat diperbandingkan dengan hasil-hasil sosiologi tertentu yang dibutuhkan, kemudian analisis perbandingannya merupakan detil praktis sebagai rekomendasi bagi kemjuan keilmuan di Indonesia. Bagi penulis yang hendak mengusung tema yang sama dengan penelitian ini sebaiknya melakukan riset secara lapangan supaya mendapatkan sumber data yang lebih kuat. Adapun apabila menggunakan riset pustaka, maka perbanyak data yang berkaitan dengan tema dan saring dengan model klasifikasi yang lebih kuat setelah mempelajari semua data yang ada. Niscaya penilitian semacam ini akan berguna bagi masyarakat. Penulis akan menyambut dengan sangat senang apabila ada banyak tanggapan terhadap tulisan ini. Tulisan ini merupakan langkah awal untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Semoga tulisan ini dapat membangkitkan semangat sosial dalam bidang apapun.