$ [8] [176] Lusiana Darmawan Suryamita Harindrari
|
|
- Ridwan Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Thesis: Sociological Paradigms and Organisational Analysis. Elements of the Sociology Corporate Life oleh Gibson Burrell and Gareth Morgan Diterbitkan oleh Heinemann, London, 1979, chapter 1-3. Hak Cipta: Silakan secara bebas menggandakan ringkasan ini. Ringkasan: Assumptions About The Nature of Social Science Inti dari tesis ini adalah suatu pemikiran bahwa semua teori dari organisasi didasarkan pada filosofi keilmuan dan teori mengenai masyarakat. Pada bab ini akan diteliti beberapa asumsi filosofis yang mendukung pendekatan berbeda pada ilmu sosial. Penulis berpendapat bahwa ilmu sosial dapat dikonseptualisasikan dalam empat asumsi yang terkait dengan ontologi, epistemologi, human nature, dan metodologi. Semua peneliti sosial melakukan pendekatan terhadap topiknya dengan asumsi eksplisit maupun implisit mengenai sifat dari dunia sosial dan cara menginvestigasi dunia tersebut. Penjelasan dari masing-masing asumsi adalah sebagai berikut: 1. Karakter Ontologikal Asumsi yang terkait dengan esensi dari fenomena yang diinvestigasi. Pertanyaan ontologikal yang dihadapi oleh peneliti adalah apakah realitas merupakan sesuatu yang ada begitu saja (bersifat given ) atau merupakan hasil dari pemikiran seseorang. 2. Karakter Epistemologikal Asumsi mengenai dasar dari ilmu, mengenai bagaimana seseorang dapat memahami dunia dan mengkomunikasikan hal ini sebagai ilmu ke orang lain. Asumsi epistemologi mengangkat isu mengenai apakah ilmu merupakan sesuatu yang dapat didapatkan atau sesuatu yang harus dialami secara pribadi. 3. Human Nature Asumsi mengenai hubungan antar manusia dan lingkungannya. Dua pandangan ekstrem yang saling bertentangan yang diangkat pada asumsi ini adalah apakah manusia dan pengalamannya dianggap sebagai produk dari lingkungan atau merupakan pencipta dari lingkungannya. 4. Karakter Metodologikal Ketiga asumsi di atas memiliki dampak dalam cara dimana seseorang menginvestigasi dan menimba ilmu mengenai dunia sosial. Ontologi, epistemologi, dan model human nature yang berbeda mengarahkan peneliti sosial pada metodologi berbeda pula. Metodologi terbagi atas dua kubu yaitu mementingkan konsep, ukuran, dan identifikasi dari tema yang mendasari penelitian atau mementingkan penjelasan dan pemahaman akan hal unik mengenai suatu individu daripada hal yang bersifat umum dan universal-mendekati isu berbeda dengan cara yang berbeda pula. Ilustrasi mengenai perspektif-perspektif ontologikal, epistemologikal, human nature, dan metodologikal yang menggolongkan pendekatan ke ilmu sosial adalah sebagai berikut:
2 The Strands of Debate Nominalism Realism: The Ontological debate Nominalisme beranjak dari asumsi bahwa dunia sosial eksternal terhadap pemahaman manusia dibangun oleh tidak lebih dari nama, konsep, dan label yang digunakan untuk menstruktur realitas. Kaum nominalis tidak menyetujui bahwa terdapat struktur real pada dunia. Nama dilihat sebagai ciptaan artifisial yang kegunaannya didasarkan pada kenyamanan sebagai alat untuk menjelaskan dan menegosiasikan dunia eksternal. Realisme, di sisi lain, mengasumsikan bahwa dunia sosial eksternal terhadap pemahaman manusia adalah suatu dunia nyata yang dibentuk dari gagasan-gagasan yang kuat dan berbentuk. Gagasan-gagasan ini merupakan entiti empiris. Kaum realis menganggap bahwa dunia sosial merupakan sesuatu yang ada dari sananya, bukan sesuatu yang individu ciptakan. Dunia sosial memiliki eksistensi yang sama kongkret-nya dengan dunia natural. Anti-Positivism Positivism: The Epistemological Debate Positivis merupakan epistemologi yang menjelaskan dan memperkirakan apa yang terjadi pada dunia sosial dengan mencari stabilitas dan hubungan fundamental antara elemen-elemen di dalamnya. Positivis setuju bahwa perkembangan dari ilmu merupakan proses kumulatif dimana pemikiran-pemikiran baru ditambahkan ke koleksi ilmu yang sudah ada dan hipotesis yang salah dieliminasi. Anti-positivisme epistemologi menentang pemikiran atas kegunaan dari pencarian hukum atau aturan-aturan dasar dalam dunia sosial. Menurut kaum anti-positivis, dunia sosial bersifat relatif dan hanya dapat dipahami dari pandangan individu yang langsung terlibat dalam aktivitas yang diteliti. Dari pandangan ini, ilmu sosial dilihat sebagai hal subjektif daripada objektif. Voluntarism Determinism: Human Nature Debate Isu yang diangkat pada pertentangan ini adalah model manusia apa yang direfleksikan pada teori sosial yang ada. Kaum determinis memandang manusia dan aktivitas-aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan dimana dia tinggal. Kaum voluntaris memandang bahwa manusia digerakkan oleh diri sendiri dan bebas berkeinginan. Asumsi-asumsi ini menjelaskan secara garis besar sifat dari hubungan antara manusia dengan masyarakat dimana ia tinggal. Ideographic Nomothetic Theory: The Methodological Debate Pendekatan ideografik didasarkan pada pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan cara mendapatkan ilmu dasar dari subjek yang diinvestigasi mencakup eksplorasi latar belakang dan sejarah secara detil. Pendekatan nomotetik menekankan pada pentingnya mendasarkan riset di atas protokol dan teknik yang sistematik. Pendekatan ini mengkarakterisasikan metode yang digunakan pada ilmu sosial yang fokus terhadap proses pengujian hipotesa yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Pendekatan ini dipenuhi oleh konstruksi uji coba keilmuan dan kegunaan teknik kuantitatif pada analisis dari data. Analyzing Assumptions About The Nature of Social Science Keempat pasangan asumsi dalam ilmu sosial di atas memberikan alat yang canggih dalam melakukan analisis terhadap teori sosial. Penulis berpendapat bahwa terdapat keuntungan apabila kita menganggap keempat aspek pertentangan ini berbeda secara analitis. Posisi-posisi ekstrem pada keempat aspek pertentangan direfleksikan pada dua tradisi intelektual yang mendominasi ilmu sosial sejak 200 tahun yang lalu. Yang pertama yaitu sociologist positivism. Tradisi ini menggunakan model dan metode yang didapat dari ilmu natural dalam mempelajadi ilmu sosial atau menganggap dunia sosial sebagai dunia natural. Tradisi kedua yaitu German idealism, menekankan bahwa realitas utama dari alam semesta berada pada ide atau pemikiran dibandingkan dengan data dari persepsi. Banyak sosiolog menganut sociologist positivism. Bagi mereka, ilmu sosial dipandang sebagai konsonan dengan konfigurasi asumsi-asumsi yang bersifat objektif. Namun, pada 70 tahun terakhir, terdapat peningkatan interaksi antara kedua tradisi ini dan menghasilkan pandangan intermediate, masing-masing dengan konfigurasi asumsi-asumsi yang berbeda. Perspektif baru ini menawarkan pandangan khusus dan sering digunakan untuk menyerang sociological positivism. Keempat pasang asumsi-asumsi ini tidak dibangun sebagai alat penggolongan, melainkan sebagai alat yang penting dalam menegosiasikan teori-teori penting. Hal ini digunakan sebagai dimensi prinsipil pertama dari skema teoritis dalam menganalisis teori umumnya dan teori organisasi khususnya.
3 Assumptions About The Nature of Society Teori-teori yang berbeda merefleksikan perspektif, isu, dan masalah yang berbeda pula dan umumnya didasarkan pada himpunan asumsi yang merefleksikan pandangan tertentu dari sifat subjek yang diinvestigasi. The Order Conflict Debate Dahrendorf dan Lockwood mencoba membedakan pendekatan-pendekatan terhadap sosiologi yang terkonsentrasi pada penjelasan sifat dari social order dan equilibrium pada satu sisi, dan yang lebih menekankan pada masalah-masalah perubahan, konflik, dan intimidasi pada gagasan-gagasan sosial pada sisi lainnya. Hal ini yang disebut dengan order-conflict debate. order-theorists berjumlah jauh lebih banyak dari conflict theorists. Banyak sosiolog berpendapat bahwa pertentangan ini telah berakhir. Dengan dipengaruhi oleh pembahasan mengenai aspek-aspek fungsional dari konflik sosial, banyak sosiolog dapat memasukkan konflik sebagai variabel dalam batasan teori yang diarahkan pada penjelasan dari social order. Cohen mengkritik bahwa Dahrendorf keliru dalam menganggap model order dan konflik sebagai kesatuan yang terpisah secara absolut satu sama lain. Ia berpendapat bahwa teori dapat melibatkan elemen-elemen dari kedua model dan tidak harus menjatuhkan satu sama lain. Pengaruh dari gerakan subjectivist membuat pertentangan order-conflict tidak mendapat perhatian dan berada di bawah pengaruh isu-isu mengenai filosofi dan ilmu sosial. Pada bab ini, penulis bermaksud untuk mengevaluasi ulang isu order-conflict dengan pandangan mengidentifikasi dimensi utama untuk menanalisis asumsi-asumsi mengenai sifat masyarakat dalam teori-teori sosial yang berbeda. Integrasi dari teori masyarakat didasarkan pada tipe-tipe asumsi di bawah ini: 1. Setiap masyarakat merupakan struktur elemen yang tetap dan stabil. 2. Setiap masyarakat merupakan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik. 3. Setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi. 4. Setiap struktur sosial yang memiliki fungsi didasarkan pada konsensus nilai yang disetujui oleh anggota-anggotanya. Koersi teori mengenai masyarakat dapat disederhanakan sebagai asumsi-asumsi berikut: 1. Setiap masyarakat berada pada tiap titik yang dapat mengalami proses perubahan. 2. Setiap masyarakat berada pada oposisi dan konflik. 3. Setiap elemen dalam masyarakat memberikan kontribusi pada perubahan dan disintegrasi. 4. Setiap masyarakat didasarkan pada koersi dari beberapa anggotanya dan orang lain. Penelitian terhadap masyarakat dapat direpresentasikan melalui tabel di bawah ini. Konseptualisasi ini merupakan penyederhanaan yang ekstrem dan memiliki kemungkinan misinterpretasi karena perbedaan arti kata bagi orang yang berbeda. Regulation and Radical Change Order-conflict dapat diganti dengan regulasi dan perubahan radikal. Penulis memperkenalkan arti dari sociology of regulation dengan merujuk pada tulisan-tulisan teoris yang memberikan penjelasan dari masyarakat ditekankan pada kesatuan dan sifat kohesif yang mendasarinya. Konsep ini merupakan sosiologi yang fokus pada perlunya regulasi dalam hubungan antar manusia. Pertanyaan dasar fokus pada perlunya memahami mengapa masyarakat dibina sebagai suatu entitas.
4 Sociology of radical change menekankan pencarian penjelasan terhadap perubahan radikal, konflik struktural, tipe dominansi dan kontradiksi struktural yang dilihat oleh teoris sebagai karakterisasi masyarakat modern. Hal ini merupakan sosiologi yang fokus pada emansipasi manusia dari struktur-struktur, yang membatasi potensinya bagi perkembangan. Pertanyaan dasar fokus pada kekurangan manusia, baik materil maupun psikis. Penulis menawarkan perbedaan regulation-radical change ini sebagai dimensi prinsipil kedua dari skemanya untuk menganalisis teori sosial. Arti regulation dan radical change dapat diilustrasikan dalam tabel di bawah ini. Pada bab ini, penulis fokus pada hubungan secara luas, yang berada antara sosiologi regulasi dengan perubahan radikal. Keduanya merupakan pandangan fundamental dan interpretasi dari sifat masyarakat yang berbeda dan merupakan alternatif model untuk melakukan analisis dari proses sosial. Penulis mengkonseptualisasikan kedua persperktif umum ini dalam bentuk dimensi yang terpolarisasi, mengingat meskipun variasi dalam konteks masing-masing memungkinkan, kedua perspektif tersebut tetap terpisah dan terlokalisasi satu sama lain. Two Dimensions: Four Paradigms Pendekatan terhadap teori sosial dapat dianalisis melalui dua dimensi pokok. Dimensi pertama adalah dimensi subjektif-objektif yang tepat digunakan untuk menganalisis sifat dasar ilmu pengetahuan. Dimensi kedua adalah dimensi regulasi-perubahan radikal yang digunakan untuk menganalisis sifat dasar masyarakat. Kedua dimensi ini membentuk 4 paradigma yang mendefinisikan berbagai pandangan fundamental untuk menganalisis fenomena sosial. The Sociology of Radical Change Radical Humanist Radical Structuralist Subjective Interpretive Functionalist Objective The Sociology of Regulation The Nature and Uses of the Four Paradigms Empat paradigma tersebut bersifat mutual eksklusif. Keempatnya berguna untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan mendasar dari hasil kerja berbagai teoretikus. Selain itu paradigma tersebut juga berguna untuk memahami alasan mengapa sejumlah teori dan pandangan dipandang secara berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Paradigma tersebut memberikan pandangan alternatif terhadap realita sosial dan berguna untuk memahami empat pandangan yang berbeda terhadap masyarakat. The Functionalist Paradigm Paradigma ini memberikan framework yang beguna untuk melaksanakan studi organisasi serta sosiologi akademik. Paradigma ini memberikan perspektif yang berakar pada sociology of regulation dan melakukan pendekatan terhadap subjeknya dari sudut pandang objektif. Pendekatan tersebut secara garis besar berguna untuk memberikan penjelasan rasional mengenai permasalahan sosial. Mulai dari awal dekade pada abad 20, paradigma ini banyak dipengaruhi oleh tradisi pemikiran sosial dari german idealist.
5 The Interpretive Paradigm Paradigma ini berguna untuk memahami dunia sebagaimana adanya, memahami fundamental alamiah dari dunia sosial pada level pengalaman yang bersifat subjektif. Pendekatan yang dilakukan oleh paradigma ini terhadap ilmu sosial bersifat nominalist, anti positivist, voluntarist, dan ideographic. Paradigma ini memandang dunia sosial sebagai proses soaisl yang berkembang, yang bersumber dari pemikian individual. Paradigma ini juga bersumber dari tradisi pemikiran sosial german idealist. The Radical Humanist Paradigm Paradigma ini mengembangkan sosiologi perubahan radikal dari sudut pandang subjektif. Pendekatannya terhadap ilmu sosial memiliki banyak persamaan dengan interpretive paradigm. Paradigma ini memiliki kecenderungan untuk memandang masyarakat sebagai anti-human dan mengkondisikan cara pandang tersebut ke dalam suatu aliran kepercayaan yang menghasilkan sebuah pola sosial dan akhirnya diharapkan manusia dapat mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. The Radical Structuralist Paradigm Paradigma ini berkonsentrasi pada hubungan struktural dalam dunia sosial yang realis. Selain itu, paradigma ini menegaskan fakta bahwa perubahan radikal dibawa kedalam masyarakat saat ini yang terstruktur dan alamiah serta berguna untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan dasar dalam konteks formasi sosial total.
Sociological Paradigms and Organizational Analysis
1 Sociological Paradigms and Organizational Analysis Elements of the Sociology of Corporate Life Gibson Burrell and Gareth Morgan Heinemann, London, 1979, ch. 1-3. Keywords: nature of social science, nature
Lebih terperinciDimensi Subjektif - Objektif
Sociological Paradigms and Organisational Analysis [chapter 1-3] Gibson Burrell & Gareth Morgan Heinemann, London 1979 Empat Asumsi Tentang Sifat Ilmu Sosial (1) Ontology Asumsi yang berhubungan dengan
Lebih terperinciRingkasan Artikel Social Paradigm and Organizational Analysis Chapter 1-3
Ringkasan Artikel Social Paradigm and Organizational Analysis Chapter 1-3 Penulis : Gibson Burrel & Gareth Morgan Heinemann, London, 1979. Peringkas : M. Eka Suryana - 1203000641 Keyword : Assumptions,
Lebih terperinciRingkasan Paper : Sociological Paradigms and Organizational Analysis
Ringkasan Paper : Sociological Paradigms and Organizational Analysis Oleh: Kelompok 7 120400022X Daniel Albert Y. A. 120400061Y Michael Budiman Assumptions about the Nature of Social Science Semua teori
Lebih terperinciSociological Paradigms and Organisational Analysis, Element of the Sociology of Corporate life
Kelompok 206- Adrianus Wisnu Kurnawan 120400005X Thesis : Sociological Paradigms and Organisational Analysis, Element of the Sociology of Corporate life Oleh Gibson Burrell dan Gareth Morgan Hak Cipta:
Lebih terperinciKelompok 165 Kelas Seminar B Tahun 2006
Sociological Paradigm and Organisational Analysis Elements of the Sociology of Corporate Life By Gibson Burrell and Gareth Morgan Heineman 1979 Chap. 1-3 pp. 1-37 Masalah : Penulisan paper ini dipicu oleh
Lebih terperinciSosiological paradigm and organization analysis
Kelompok 201 Agus Anang, Muhammad Azani Hz Sosiological paradigm and organization analysis Element of the sociology of corperate life Gibson Burrell and Gareth Morgan Heinemann, London, 1979, ch. 1-3 Keyword:
Lebih terperinciKelompok 3 : 1. Anggraini Widjanarti ( ) 2. Annisa Utami ( ) 3. Maria Gracia Deita ( Y)
Kelompok 3 : 1. Anggraini Widjanarti (1201000148) 2. Annisa Utami (1201000156) 3. Maria Gracia Deita (120100066Y) Judul Buku : Sociological Paradigms and Organisational Analysis Bab : 1. Assumptions about
Lebih terperinciA. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian
A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang banyak digunakan sebagai batu pijakan dalam mengembangkan ilmu. Filsafat ilmu menurut Sumantri (1998)
Lebih terperinciPARADIGMA INTERPRETIVISME
PARADIGMA INTERPRETIVISME Salah satu paradigma non positivisme adalah paradigma interpretif. Paradigma ini dikenal juga dengan sebutan interaksionis subyektif (subjective interactionist). Pendekatan alternatif
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciMEMAHAMI SOSIOLOGI. Drs. Yulius Slamet, MSc PhD. Universitas Sebelas Maret
MEMAHAMI SOSIOLOGI Drs. Yulius Slamet, MSc PhD Universitas Sebelas Maret Di dalam filsafat ilmu pengetahuan kita mengenal tiga perkara: 1. Ontologi 2. Epistemologi 3. Aksiologi PENGERTIAN ONTOLOGI Didalam
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivisme Paradigma Kritis Paradigma Positivis Positivisme dibidani
Lebih terperinciPengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak
Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciPendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4
Pendekatam Teoritik dalam Memahami Sistem Sosial Budaya Indonesia Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-4 STRUKTURAL FUNGSIONAL Asumsi Dasar: MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. 4/23/2013 Paradigma/ Perspektif/ Cara Pandang/ World view Mempengaruhi persepsi Mempengaruhi tindakan Paradigma
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008
31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
Lebih terperinciKajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D
Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi Rachmat Kriyantono, Ph.D Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi Sejauh mana manusia membuat pilihan-pilihan nyata? - apakah pilihan nyata adalah mungkin? a. Kaum determinis:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sains bersifat naturalistis juga bersifat empiristis. Dikatakan bersifat naturalistis dalam arti penjelasannya terhadap fenomena-fenomena alam selalu berada dalam wilayah
Lebih terperinciPosisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran
Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran Paradigma Memandang Realitas : Sebuah Fondasi Awal Pemahaman semiotika tidak akan mudah terjebak pada urusan-urusan yang teknik metodologi,
Lebih terperinciBAB III. Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciproses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.
BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya
Lebih terperinciBAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah
BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis
Lebih terperinciGagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciPENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF Adalah jenis-jenis rancangan penelitian yang menetapkan prosedur-prosedur khusus dalam penelitian Tugas individual Carilah penelitian kualitatif (bisa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciMASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa
Lebih terperinciMemahami Akar dan Ragam Teori Konflik
Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga
Lebih terperinciBagan 3.1 Desain Penelitian
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah sosiologi ilmu tidak lain adalah sejarah dari pelimpahan warisan metafisika perkemabangan filsafat ilmunya. Terbentang dari tradisi keilmuan China, Yunani, dan kemudian
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI = SOCIOLOGY= Socius
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciBAHAN AJAR PEMBELAJARAN VIII
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VIII 1. Nama Mata KuIiah : Filsafat Komunikasi 2. Kode/SKS : F1F 349/2SKS 3. Waktu Pertemuan : 1. x pertemuan (2 x 50 menit) 4. Pertemuan : VIII 5. Tujuan Pembelajaran a. Umum Setelah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2009), pemilihan pendekatan kuantitatif
Lebih terperinciKuliah 3 KPM 398-MPS
Kuliah 3 KPM 398-MPS 1 Walter Wallace (1971) The Wheel of Science 2 Paradigma adalah sudut pandang atau cara memandang suatu realita atau fenomena. Sementara teori dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu
Lebih terperinciDASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO
DASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO by Stephen K. Sanderson KETERKAITAN antara sosiologi mikro dengan sosiologi makro akhir-akhir ini banyak menarik perhatian para sosiolog dari berbagai aliran. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari
Lebih terperinciRingkasan Paper Minggu 4 Abdul Muttaqien Kelompok 311
Ringkasan Paper Minggu 4 Abdul Muttaqien 1205000029 Kelompok 311 Judul Paper: The Nature of Theory in Information System Penulis: Shirley Gregor Tahun: 2006 Kata Kunci: Theory, theory taxonomy, theory
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,
Lebih terperinciMetodologi Penelitian Kuantitatif
Modul ke: Metodologi Penelitian Kuantitatif Proses dan Unsur-unsur Penelitian 1 Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Proses dan Unsur-unsur Penelitian
Lebih terperinciini. TEORI KONTEKSTUAL
TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciKuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi
Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa
Lebih terperinciMETODE-METODE DALAM PENELITIAN ILMU SOSIAL
METODE-METODE DALAM PENELITIAN ILMU SOSIAL 1. Metode Penelitian Sosial (Social Research Method) Mahasiswa selalu dihadapkan pada permasalahan teoritis dan metodologis dalam proses penulisan tugas akhir
Lebih terperinciMASUKNYA PARADIGMA INTERPRETIF PADA KAJIAN ILMU AKUNTANSI
MASUKNYA PARADIGMA INTERPRETIF PADA KAJIAN ILMU AKUNTANSI Rosalina Yuri Anggraini Universitas Brawijaya Rosalina.yuri@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang keberadaan paradigma interpretif
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Pengetahuan dan kebenaran. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Pengetahuan dan kebenaran Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Teori kebenaran Teori kebenaran merupakan suatu kondisi bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan lain dan sekaligus berperan untuk membantu perkembangan ilmu tersebut (Suherman, 2012).
Lebih terperinciMODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Telaah Terhadap Sosiologi Komunikasi Massa DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Dimana paradigma meliputi tiga elemen yaitu epistemologi, mengajukan pertanyaan
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta
MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka
Lebih terperinciPARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL
PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,
Lebih terperinciDisajikan untuk Workshop Metodologi Penelitian dan EndNote, Mei Universitas Muhammadiyah Malang
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DALAM RISET AKUNTANSI: DARI IMAN MENUJU PRAKTIK Ari Kamayanti Universitas Brawijaya arikamayanti@ub.ac.id Abstract This article aims to explain that a qualitative method
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciPendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,
Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono, 2003). Desain Penelitian ini harus memuat segala sesuatu
Lebih terperinciPENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian
PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada
Lebih terperinciPARADIGMA POSITIVIS : SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGI PENELITIAN EKONOMI
PARADIGMA POSITIVIS : SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGI PENELITIAN EKONOMI Indrawati Yuhertiana UPN Veteran Jawa Timur Abstrak Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana pengaruh paradigma positivis
Lebih terperinciParadigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3
Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3 3 Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif Paradigma penelitian kualitatif Penyusunan teori dan persoalan generalisasi
Lebih terperinci3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian
3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu: 1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak.
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciIlmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi
Ilmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi Dewi Triwahyuni Matakuliah: Metode Penelitian Hubungan Internasional Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM 2012 Page
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan
Lebih terperinciThe Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th
The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Metodologi III METODOLOGI PENELITIAN Catton dan Dunlap (1978) menemukan dua tradisi utama dalam sosiologi kontemporer dalam melihat realitas sosial, yaitu realisme dan konstruktivisme. Tradisi
Lebih terperinciMULTI PARADIGMA DALAM PENELITIAN AKUNTANSI ; SUATU TINJAUAN KONSEP
MULTI PARADIGMA DALAM PENELITIAN AKUNTANSI ; SUATU TINJAUAN KONSEP Oleh Arif Hartono Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak: Secara umum dalam dunia akuntansi dikenal
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS
MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS Walaupun teori adalah suatu abstraksi dari realitas, penting disadari akan hubungan antara keduanya. Teori bukanlah murni abstrak, tanpa berdasarkan pengalaman yang nyata.
Lebih terperinciBerpikir Kritis (Critical Thinking)
Berpikir Kritis (Critical Thinking) What Is Critical Thinking? (Definisi Berpikir Kritis) Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di antaranya berdasarkan pada dua hal utama, yaitu 1) Opini masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal
BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal menghargai keanekaragamaan budaya dan agama yang ada di dalamnya. Pancasila ini menjadi inti dari tindakan masyarakat
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU ( PHS 101 )
FILSAFAT ILMU ( PHS 101 ) Strategic Management and the Philosophy of Science, The Case for a Constructivist Methodology oleh: Gilang Permana F. A. 071211132010 Shantika Mutiasari 071211131003 Natasia Novita
Lebih terperinciBAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mempelajari dinamika atau permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti
Lebih terperinciNATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme
NATURALISME Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik
Lebih terperinciTEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL- JAKARTA
TEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL- JAKARTA MATA KULIAH TEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME Drs. Fathurin Zen, SH., M.Si
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma yang menentukan pandangan dunia peneliti sebagai bricoleur, atau menentukan world view yang dipergunakan dalam mempelajari
Lebih terperinciDesain Model Penelitian Kuantitatif Oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd.
Desain Model Penelitian Kuantitatif Oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. 1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi asumsi-asumsi hingga metode-metode
Lebih terperinciPendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ishafit http://ishafit.pfis.uad.ac.id Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Lebih terperinciKelompok 202 Rimphy Darmanegara Tunggul Fardiaz
Ringkasan Penelitian Mengenai Pentingnya Knowledge Dan Knowledge Management System Berbasis IT Beserta Dampak- Dampak Yang Ditimbulkannya Pada Organisasi I. Pendahuluan Knowledge merupakan bagian vital
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, penelitian ini menggunakan pendekatan interpretif. Pendekatan interpretif (interpretive) melihat kebenaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku
Lebih terperinciOleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya
Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya untiludigdo@ub.ac.id; masunti@gmail.com Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi di Universitas Lampung, 24-26 Agustus 2016 Seperangkat
Lebih terperinciTEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI
Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian
Lebih terperinciTEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI
Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Teori Pendekatan
Lebih terperinciMULTI METODOLOGI Oleh Yulius Slamet, PhD
MULTI METODOLOGI Oleh Yulius Slamet, PhD Diskusi Bulanan Jurusan 20/03/2012 SOSIOLOGI - FISIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET http://sosiologi.fisip.uns.ac.id Pengantar Apakah penelitian kuantitatif maupun penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PARADIGMA Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigma
Lebih terperinci