PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA
|
|
- Lanny Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA Iman Santoso 1 Abstrak Dalam dunia filsafat bahasa dikenal seorang filsuf kebangsaan Inggris bernama Alfred Jules Ayer yang menganut paham positivisme logis. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kelompok filsuf yang tergabung dalam lingkaran Wina (Wiener Kreis) sebagai pengusung utama positivisme logis. Pandangan pokok dari A.J. Ayer berkenaan dengan sebuah prinsip yang disebut prinsip verifikasi. Berdasarkan prinsip ini, sebuah proposisi dikatakan bermakna jika dapat diverifikasi secara empiris. Pandangan ini memunculkan konsekuensi berupa eliminasi metafisika dan etika. Kata Kunci: Prinsip verifikasi, elminasi metafisika, etika emotif. Pendahuluan Alfred Jules Ayer adalah salah satu filsuf dari Inggris yang digolongkan pada penganut positivism logis dalam filsafat bahasa. Ayer yang dilahirkan pada tahun 1910, menjalani pendidikan tingginya di Eton dan Oxford University. Kemudian ia melanjutkan kuliah di University of Vienna dibawah bimbingan Schlick dan Carnap. Dua orang filsuf ini merupakan anggota lingkaran Wina yang cukup berpengaruh. Lingkaran Wina (Wiener Kreis) merupakan sekelompok filsuf yang beraliran positivisme logis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Ayer memilih konsentrasi aliran filsafat positivisme logis ketika kuliah di Wina, Austria. Pada tahun 1933 hingga 1940 Ayer menjadi dosen filsafat di Christ Church (College), Oxford. Pada tahun 1936 ia menghasilkan karya yang terkenal yaitu Language, Truth and Logic. Pada tahun 1946 ia menjadi Profesor dalam bidang logika. Buku yang ditulis oleh Ayer tersebut merupakan salah satu buku yang berpengaruh di dunia filsafat abad 20, dan dengan sangat gamblang menggambarkan pandangannya yang radikal. Pada edisi kedua yang terbit tahun L946, Ayer merevisi beberapa pendapatnya, namun dari sisi esensi tidaklah berubah. Ayer menyebut pandangan filosofinya sebagai empirisme logis yang merupakan varian dari positivisme logis. Dia sangat dipengaruhi oleh pemikiran beberapa filsuf terdahulu, diantaranya adalah pemikiran Bertrand Russel tentang analisis logis, pemikiran Ludwig Wittgenstein periode pertama, dan terutama pemikiran pelopor empirisme yaitu George Berkeley dan David Hume. Menurut Kaelan (1998:137), Ayer memiliki corak pemikiran tersendiri untuk menciptakan klarifikasi dan ketelitian dalam bidang filsafat. Pemikiran Ayer mengintrodusir positivisme logis dari lingkungan Wina dan disintesakan dengan 1 Penulis adalah dosen Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta. Kontak Persona: Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, iman.sant@gmail.com dan iman_santoso@uny.ac.id 74 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014
2 metode yang digunakan oleh Moore dan Russel. Seperti telah diketahui, lingkaran Wina menaruh perhatian besar pada peran ilmu pengetahuan dan matematika dalam filsafat dan menentang hal-hal yang metafisis. Mereka ingin menetapkan sebuah norma yang jelas yang dapat membedakan ungkapan-ungkapan yang bermakna dari yang tidak bermakna. Jadi bagi mereka kriteria untuk menilai sebuah ungkapan bukanlah dari benar atau tidak benar, melainkan dari bermakna atau tidak bermakna. Dari sinilah kemudian diajukan prinsip yang dengan prinsip verifikasi. Prinsip verifikasi inilah yang kemudian menjadi salah satu poin penting dari pemikiran Ayer. Pokok-pokok pemikiran Ayer termasuk mengenai prinsip verifikasi- selanjutnya akan dibahas dalam subbab berikut. Pembahasan Setelah dipaparkan sedikit mengenai latar belakang kemunculan pandangan filosofis dari Ayer, berikut ini akan disampaikan beberapa prinsip penting dari pemikiran Ayer. Prinsip Verifikasi Dalam buku Language, Truth and Logic sangat jelas terlihat doktrin Ayer yang utama adalah mengenai prinsip verifikasi. Kemunculan prinsip ini dapat ditelusuri mulai dari tahap awal kemunculan filsuf yang berpaham positivistik. Para filsuf ini terpesona oleh metode sains dalam dunia fisika baru yang mengkritik fisika klasik Newtonian. Dalam konsep ilmu fisika seperti yang diajukan oleh Einstein - "waktu yang absolut" hanya akan memilliki makna jika dapat diverifikasi melalui operasi eksperimental. Dalam konteks ini konsep fisika dapat dijelaskan dalam kerangka operasi fisis atau melalui prosedur yang akan memverifikasinya. Definisi semacam ini disebut sebagai definisi operasional (Charlesworth, 1956:130). Prinsip inilah yang kemudian mempengaruhi pandangan penganut positivisme logis. Menurut mereka "the meaning of propositions consists in its verification Schlick (Charlesworth, 1956:131) menerjemahkan verifikasi sebagai observasi empiris secara langsung. Hal ini membawa konsekuensi hanya proposisi yang mengandung (menunjuk) objek yang bisa diamatilah yang bermakna. Proposisi seperti ini oleh Schlick disebut sebagai protocol sentences. Lalu bagaimana dengan proposisi yang mengacu pada kejadian di masa lalu atau prediksi mengenai masa depan? Mengacu pada prinsip verifikasi tersebut, bisa dipastikan bahwa proposisi semacam itu bagi penganut positivisme logis dinilai tidak bermakna. OIeh karena itu, penting kiranya untuk mendefinisikan verifikasi dalam makna luas atau yang oleh Ayer disebut 'lunak'yaitu jikalau suatu proposisi mengandung suatu kemungkinan bagi pengalaman atau pengalaman yang memungkinkan. Berbeda dengan verifikasi dalam arti ketat, yaitu sejauh kebenaran suatu proposisi itu didukung oleh pengalaman secara nyata (Kaelan, 1998:139). Proposisi mengenai kejadian masa lalu dapat digolongkan sebagai proposisi yang dapat diverifikasi secara lunak. Ayer kemudian memperkenalkan adanya proposisi empiris dan analitis. Kedua konsep tersebut perlu dipahami, karena dalam kenyataanya terdapat proposisi atau ungkapan yang tidak berdasar pada data empiris, sepefti proposisi Iman Santoso, Prinsip Verifikasi 75
3 matematika dan logika. Sebagai contoh adalah proposisi yang menyatakan bahwa bujursangkar memiliki empat sisi yang sama, atau = 4. Proposisi semacam ini dapat dibutikan kebenarannya tanpa harus melalui proses verifikasi empiris. Proposisi inilah yang disebut sebagai proposisi analitis, yaitu proposisi yang tidak memiliki referensi faktual, tetapi benar dan bermakna secara definisi dan memverifikasi diri sendiri (Charlesworth, 1959:131). Proposisi seperti ini bersifat tautologis. Penentuan kebenaran di dalamnya sangat tergantung pada makna simbol bahasa yang digunakannya. Sebaliknya proposisi empiris adalah proposisi yang dapat dibuktikan kebermaknaannya karena merupakan pernyataan yang mengandung realitas inderawi atau dapat diverifikasi melalui pengamatan empiris. Ayer mengakui adanya batas-batas yang berlaku untuk prinsip verifikasi. Pertama, ungkapan bahasa tidak perlu harus diverifikasi secara langsung, namun dapat pula melalui kesaksian seseorang yang dapat dipercaya. Kedua, ungkapan bahasa itu disebut bermakna tidak harus diverifikasi secara faktual, namun jika ungkapan bahasa itu secara prinsip memiliki kemungkinan untuk diverifikasi. Ketiga, verifikasi juga dapat dilakukan sebagian saja. Hal ini banyak dilakukan di bidang ilmu alam dan fisika (Kaelan, 1999:140). Dari ulasan yang telah dipaparkan sebelumnya terlihat bahwa prinsip verifikasi melalui pembuktian berdasarkan pengalaman inderawi ini merupakan pokok pikiran utama dari Ayer. Hal ini kemudian membawa konsekuensi bahwa ungkapan-ungkapan metafisis adalah tidak bermakna, sehingga Ayer berpandangan negatif (bahkan menolak) ungkapan metafisik. Eliminasi Metafisika Seperti yang telah diketahui, bahwa berdasarkan prinsip verifikasi, suatu proposisi dikatakan bermakna jika secara empiris dapat diverifikasi atau mengandung sebuah definisi bahasa. Konsekuensi utama yang timbul akibat prinsip verifikasi adalah apa yang disebut oleh Ayer sebagai eliminasi metafisika. Sebagai contoh, proposisi mengenai objektivitas pengatahuan manusia, atau tentang keabadian jiwa, atau bahkan eksistensi tuhan, dinilai tidak dapat diverifikasi secara empiris dan juga secara analitis, karena tidak ada keadaan (state of affairs) yang relevan untuk menjadikannya benar atau salah. Proposisi metafisik menurut Ayer tidak bermakna atau nonsense. Pandangan Ayer yang bersifat empiristik yang hanya mengacu pada akal sehat telah membuatnya anti terhadap sesuatu yang bersifat non-sense. Metafisika, etika, teologi dan estetika dinyatakan tidak dapat diobservasi lebih lanjut untuk diverifikasi (Pablo, 2012). Dari sini kemudian muncul pernyataan, bahwa pandangan filosofis Ayer merupakan filsafat tanpa metaflsika (Charlesworth, 1956: 136). Tugas utama dari filsafat salah satunya adalah untuk memaparkan dan mengeliminasi kebingungan metafisis yang ada pada pemikiran manusia sehari-hari dan terutama pada pemikiran ilmiah. Menurut Ayer, pertentangan antara kaum realis dan idealis yang selama in terjadi sebagai sesuatu yang fiktif karena melibatkan interpretasi yang bersifat metafisis. Cara yang bisa digunakan untuk memecahkan kebuntuan tersebut adalah dengan menggunakan analisis terhadap struktur bahasa yang digunakan. 76 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014
4 Bagi Ayer sangat jelas bahwa filsafat tidak hanya berkepentingan untuk menunjukan adanya ketaksaan dari bahasa biasa dan sains, tetapi yang lebih penting adalah untuk mereformasinya dengan memformulasikan definisi operasional. Selanjutnya Ayer mengaskan bahwa tujuan dari analisis filosofis adalah untuk membimbing kita kepada pandangan positivistik terhadap dunia. Dengan kata lain filsafat mempersiapkan jalan bagi pandangan ilmiah terhadap dunia. Teori Etika Emotif Pandangan filosofis Ayer menentang hal-hal yang bersifat metafisik melalui prinsip verifikasinya. Hal ini membawa konsekuensi juga terhadap kemungkinan untuk mengeliminasi etika, karena proposisi yang terkait dengan etika menjadi tidak bermakna (meaningless) jika mengacu pada prinsip verifikasi. Proposisi yang mengandung nilai-nilai etis sulit untuk diuji menggunakan prinsip verifikasi. Proposisi semacam ini bersifat normatif atau non-indikatif serta tidak bersifat deskriptif melainkan preskriptif. Terkait dengan persoalan etika ini, lalu Ayer mengajukan teori emotif etika. Ayer sendiri sebenarnya bukan ahli etika, namun ia 'terpaksa' untuk juga memikirkan hal tersebut karena jika tidak prinsip verifikasinya bisa gugur. Menurut teori ini, proposisi etis tidak memiliki makna deskriptif melainkan mengandung makna emotif. Proposisi seperti ini mengekpresikan sikap/perilaku dari penutur dan akan merangsang munculnya sikap/perilaku yang sama pada mitra tuturnya. Proposisi etis haruslah mengandung makna faktual. Menurut pandangan Ayer (Suseno, 2000) kata-kata moral itu tidak memiliki makna kognitif, melainkan bersifat emotif. Kata-kata itu mengungkapkan suatu perasaan dan ingin menghasilkan perasaan yang sama pada orang lain. Namun ini menuai kritik, karena teori ini tidak menyediakan kriteria untuk membedakan antara sikap moral dengan sikap lainnya Kritik terhadap Positivisme Logis Positivisme logis yang dianut oleh Ayer tidak lepas dari berbagai kritik yang datang dari beberapa filsuf lain. Kritik pertama datang dari W. V Quine yang mengajukan teori ketidabertentuan makna. Teori ini mengatakan bahwa makna suatu kata tidak bisa ditentukan oleh pengamatan empiris, karena tidak ada persetujuan yang bersifat apriori-universal melainkan terbatas pada spasio-temporal (Pablo, 2009). Kritik berikutnya datang dari Karl Popper terutama mengenai masalah garis batas antara pernyataan yang bermakna dan pernyataan yang tidak bermakna. Popper menekankan bahwa prinsip verifikasi bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk menentukan kebenaran-kebenaran yang bersifat umum, terutama dalam ilmu pengetahuan. Menurutnya, suatu ungkapan metafisis bukan saja bermakna, tetapi dapat juga benar meskipun baru menjadi ilmiah kalau sudah diuji dan dites. Popper mengajukan prinsip falsifikasi sebagai lawan dari prinsip verifikasi. Prinsip dari Popper terdiri atas dua prinsip utama, yaitu testability dan falsifiability. Prinsip pertama menyatakan bahwa pernyataan ilmiah harus bisa diuji kebenarnya melalui metode empiris. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pernyatan tersebut bisa dibuktikan kesalahannya atau tidak. Inilah yang membedakan Popper dengan filsuf di Iman Santoso, Prinsip Verifikasi 77
5 lingkaran Wina - termasuk Ayer - yang menggagas prinsip verifikasi (Iduyasa, 2012). Kritik berikutnya datang dari ahli linguistik strukturalis, Ferdinand de Saussure. Ia berpendapat bahwa suatu pernyataan harus memiliki hubungan korespondensi antara konsep linguistik dengan realitas ekstralinguistik (Pablo, 2009). Dengan kata lain de Saussure tidak sependapat bahwa kebermaknaan hanya ditentukan oleh verifikasi secara empiris. Penutup A.J. Ayer merupakan salah satu tokoh yang dipengaruhi oleh lingkaran Wina, dan menyebarkan paham positivisme logis di luar Austria. Sebagai turunan dari paham yang dianut oleh lingkaran Wina, Ayer menyebut pandangan filosofisnya sebagai empirisme logis. Pokok pikiran utama dari pemikiran Ayer adalah sebuah prinsip yang digunakan untuk menentukan kebermaknaan suatu proposisi melalui observasi empiris atau pengalaman inderawi yang disebut dengan prinsip verifikasi. Proposisi yang tidak dapat diverifikasi secara empiris diklaim sebagai proposisi yang tidak bermakna. Di sini harus dibedakan antara proposisi yang bermakna dengan kriteria benar atau salah. Berdasarkan pandangan inilah, Ayer tidak menyatakan bahwa proposisi yang bersifat metafisik tidak memiliki makna, karena tidak dapat diverifikasi secara empiris. Daftar Pustaka Charlesworth, Maxwell John " A. J. Ayer: The Verification Principle" dalam Philosophy and Linguistic Analysis. Pittsburg : Duquesne University. Iduyasa, Emkamujib. 2Al2. "Konjektur dan Falsifikasi Karl Popper" dalam blog Kabrasa, diakses dari falsifrkashkarhpooper.html. pada tanggal 5 Pebruari Kaelan, M.S Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma. Pablo, Bona "Positivisme Logis Alfred Jules Ayer" dalam blog Aqidah Filsafat Surabaya, diakes dari pada tanggal 5 Januari Suseno, Franz Magnis Tokoh Etika Abad 20. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Diakses dari q=12+tokoh+etika+abad+20&hl=de&sa=x&ei=hdltvnioicodugsmv4hy Ag&redir_esc=y#v=onepage&q=12%20Tokoh%20Etika%20Abad%2020&f=f alse pada tanggal 5 Januari Alfred Jules Ayer Biography, diakses dari pada tanggal 21 Desember Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014
PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN
PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN Iman Santoso 1 Abstrak Bahasa sejak dahulu kala telah menjadi perhatian para filsuf, karena mereka menyadari betapa pentingnya peran
Lebih terperinciBAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7)
BAB VI FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7) 1. Bahasa dan Filsafat Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Oleh karena itu, ia sensitif
Lebih terperinciFilsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU
RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman
Lebih terperinciANALITIK (1) Analitik:
ANALITIK (1) Analitik: Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Perhatian ini telah menyebabkan perkembangan semantik atau penyelidikan tentang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN
PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN Oleh: Iman Santoso Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah: Filsafat Bahasa Lanjut Program Studi Linguistik (S3) Sekolah Pasca
Lebih terperinciPeranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa
Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan
Lebih terperinciPERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA
PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1
Lebih terperinciAkal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)
Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang filsuf sekaligus pula seorang fisikawan terkenal, yakni Moritz Schlik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1. Permasalahan Penelitian Pada tahun 1925 muncul sebuah gerakan filsafat baru yang dipelopori oleh seorang filsuf sekaligus pula seorang fisikawan
Lebih terperinciPRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH
PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya
Lebih terperinci1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;
IDEALISME Arti kata IDEALIS secara umum: 1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; 2. Seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU
MAKALAH FILSAFAT ILMU Makalah Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas semester dua mata kuliah filsafat ilmu Disusun Oleh Nama : Verdico Arief NPM : 170110070078 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS
Lebih terperinciPara Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan
Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan
Lebih terperinciLOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga
LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga Dari tahun ke tahun, bulan Oktober telah kita jadikan bulan bahasa. Dan pada setiap bulan bahasa, kita mengadakan temu bicara untuk membahas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah
BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Bertrand Russell (1872-1970 M) Bertrand Russell dilahirkan di Cambridge pada abad ke-19 M dia dilahirkan setahun sebelum kematian John Stuart Mill. Ibunya adalah anak Lord
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciSuatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu
CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan
Lebih terperinciIDEALISME (1) Idealis/Idealisme:
Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK A Pendahuluan Seiring dengan perkembangan filsafat, abad XX ini ditandai dengan adanya suatu tema pemikiran tentang bahasa yang disebabkan oleh adanya situasi politik, ekonomi,
Lebih terperinciSek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara
Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)
Lebih terperinciThe Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th
The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?
Lebih terperinciMetodologi Ekonomi Positivisme *)
Metodologi Ekonomi Positivisme *) Agus Sugiyono **) Abstrak Dalam dunia ilmiah dikenal tiga metodologi yaitu: apriori, aposteriori dan reduksionis dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kesemua itu merupakan
Lebih terperinciAYER DAN KRITIK LOGICAL-POSITIVISM: STUDI METAFISIKA KETUHANAN
AYER DAN KRITIK LOGICAL-POSITIVISM: STUDI METAFISIKA KETUHANAN Husna Amin Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia Email: amin_husna@yahoo.com.com Diterima tgl, 12-03-2015,
Lebih terperinciPEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER
PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER Muh. Iffan Gufron (Dosen Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon) Abstrak Sebagai salah satu tema terpenting
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Pada abad modern (abad 20), para filsuf banyak mencurahkan perhatian kepada beragam tema dan pokok pembicaraan. Ada yang boleh disebut masalah-masalah pribadi
Lebih terperinciPengetahuan dan Kebenaran
MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan
Lebih terperinciDeskripsi Mata Kuliah
Minggu ke Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini menyajikan bahasan tentang: manusia dan hakekatnya, arti filsafat dan Kristen, manusia dan filsafat, manusia dan, aliran-aliran filsafat, filsafat Kristen,
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 04Fakultas Dr. PSIKOLOGI METODE FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Filsafat Metode Zeno: reduction ad absurdum Metode
Lebih terperinciTEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI
TINJAUAN MENYELURUH TEORI AKUNTANSI DIANA RAHMAWATI TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TEORI Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering dinamakan dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi
Lebih terperinciETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS
Lebih terperinciFilsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciSATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH NOMOR KODE/SKS WAKTU PERTEMUAN : FILSAFAT UMUM : 02085201/ 2 SKS : 2 x 45 Menit PERTEMUAN KE : 1 A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi : Diharapkan mahasiswa mampu
Lebih terperinciWITTGENSTEIN Siska Nurfitri
WITTGENSTEIN Siska Nurfitri Ludwig Josef Johann Wittgenstein dilahirkan di Wina pada tanggal 26 April 1889. Ayah Ludwig: Karl Wittgenstein adalah seorang insinyur konstruksi baja, konglomerat keturunan
Lebih terperinciKONTRIBUSI FILSAFAT TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU BAHASA
KONTRIBUSI FILSAFAT TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU BAHASA Zainuddin Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Sepanjang sejarah peradaban manusia, filsafat telah menjadi sebuah ilmu sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah sosiologi ilmu tidak lain adalah sejarah dari pelimpahan warisan metafisika perkemabangan filsafat ilmunya. Terbentang dari tradisi keilmuan China, Yunani, dan kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir
Lebih terperinciKRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH
1 KRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH Dr. Ir. Harry Hikmat, MSi Staf Ahli Bidang Dampak Sosial KRISIS ILMU BARAT SEKULER Konsep sentral Kuhn ialah paradigma. Menurutnya, Ilmu yang sudah matang
Lebih terperinciMATA KULIAH ETIKA BISNIS
MATA KULIAH ETIKA BISNIS [KODE/SKS : IT023270/ 2 SKS] BISNIS DAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA Mitos Bisnis Amoral Mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan
Lebih terperinciPRAGMATISME (1) Pragmatisme:
Pragmatisme: PRAGMATISME (1) Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang mencerminkan sifat-sifat kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan nama seperti Charles S. Peirce (1839-1934),
Lebih terperinciBAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu
37 BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ A. Teori Fenomenologi Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank mulai berkenalan
Lebih terperinciSebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika
Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada
Lebih terperinciSPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti
SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti Istilah filsafat berasal dari Bahasa Arab (falsafah), Inggris (philosophy), Latin (philosophia). Istilah-istilah tersebut bersumber dari Bahasa Yunani philosophia.
Lebih terperinciTUTURAN DAN TINDAKAN BAHASA MENURUT JOHN L. AUSTIN (SUATU ANALISIS MAKNA BAHASA SEHARI-HARI) Purwo Husodo Universitas Andalas Padang ABSTRACT
TUTURAN DAN TINDAKAN BAHASA MENURUT JOHN L. AUSTIN (SUATU ANALISIS MAKNA BAHASA SEHARI-HARI) Purwo Husodo Universitas Andalas Padang ABSTRACT In his research, Austin focused to daily language. Austin divided
Lebih terperinciTinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman.
Tinjauan Buku Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tesis utama Plantinga dalam buku ini ialah bahwa konflik
Lebih terperinciFilsafat Manusia (PERKULIAHAN)
Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Manusia mengakui diri dan yang-lain sebagai substansi dan subjek Fakultas Psikologi Firman Alamsyah Ario Buntaran Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU & LOGIKA. Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto
FILSAFAT ILMU & LOGIKA Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto 1. Tujuan Mata Kuliah : 1.1 Agar Mhs Mempunyai Falsafah dari Ilmu yang Telah Dimilikinya. 1.2 Agar Mhs Memahami Tentang Apa yang Disebut dengan
Lebih terperinciFILSAFAT BAHASA SEBAGAI FUNDAMEN KAJIAN BAHASA. Basyaruddin
Makalah Bahas FBS-Unimed Edisi Januari Maret 2015 FILSAFAT BAHASA SEBAGAI FUNDAMEN KAJIAN BAHASA Oleh Basyaruddin JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan
Lebih terperinciPenutup BAB Kesimpulan
BAB 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Perkembangan filsafat yang sampai pada pemahaman bahwa perlunya perkembangan pemikiran yang menitikberatkan pada wilayah sosial, membawa filsafat akan perlunya pemahaman solidaritas
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivisme Paradigma Kritis Paradigma Positivis Positivisme dibidani
Lebih terperinciEPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT
EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan
Lebih terperinciKE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian
Lebih terperinciDISKURSUS, Volume 15, Nomor 1, April 2016:
DISKURSUS, Volume 15, Nomor 1, April 2016: 91-102 91 Paul Livingston and Andrew Cutrofello The Problems of Contemporary Philosophy: A Critical Guide for the Unaffiliated Cambridge (UK) and Malden (USA:
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan
BAB IV KESIMPULAN Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan terhadap pandangan moral masyarakat pada abad ke-20. Selain itu, dipaparkan pula alasan mengapa pengarang mengangkat
Lebih terperinciPenelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.
TUJUAN Mahasiswa dapat : menjelaskan pentingnya kegiatan penelitian membedakan metode penelitian dan metodologi penelitian menjelaskan logika konvensional menjelaskan logika modern membedakan pendekatan
Lebih terperinciTugas Resume Filsafat Ilmu. (the Philosophy of Strategy)
Tugas Resume Filsafat Ilmu (the Philosophy of Strategy) Disusun oleh : Pisciessha Q. Auliya 071211131005 Chyntya Putri P 071211131020 Bagas Rekawana 071211133003 Ria Imarotuz Z 071211133035 Ayu Karina
Lebih terperinciSILABUS : FILSAFAT ILMU
SILABUS MK FILSAFAT ILMU Fakultas : SENI PERTUNJUKAN ProgramStudi : SENI TARI Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU Kode Mata Kuliah : MKK 03108 Bobot : 2 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Setelah menyelesaikan
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciJENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN
JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Di masa perkembangannya, ilmu telah mengalami banyak kemajauan. Kini telah banyak ditemukan berbagai macam bentuk pengetahuan maupun jenis penerapan ilmu yang ada.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER ( RPKPS )
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER ( RPKPS ) Nama mata kuliah : D.22.2/Filsafat&Etika Kesehatan Revisi : 0 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : - Jumlah jam Kuliah dalam seminggu : 100
Lebih terperinciFilsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN
PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan.
Lebih terperinciFILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd
FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Pengetahuan dan kebenaran. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Pengetahuan dan kebenaran Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Teori kebenaran Teori kebenaran merupakan suatu kondisi bahwa
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum
EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah
Lebih terperinciMata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari
1 Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari (i.e. keperawatan, kedokteran, biologi, antropologi,
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Dilaksanakan oleh : Imam Amirrulah ( 2011-31-014 ) JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sains bersifat naturalistis juga bersifat empiristis. Dikatakan bersifat naturalistis dalam arti penjelasannya terhadap fenomena-fenomena alam selalu berada dalam wilayah
Lebih terperinciDASAR-DASAR LOGIKA 1
DASAR-DASAR LOGIKA 1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Pertemuan ke : 1 (satu) Tujuan Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mampu mengenal aluralur berpikir dalam kegiatan keilmuan dan mencoba menerapkannya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan
Lebih terperinciSatuan Acara Perkuliahan (SAP)
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) A. Identitas Mata Kuliah dan : Nama Mata Kuliah : Filsafat Bahasa Jurusan : Aqidah Filsafat Kode/Status MK : B037/Kompetensi Utama SKS : 2 sks/ 90 Menit Hari/Jam/Ruang :
Lebih terperinciPengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012
Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciPENALARAN PADA PARADOKS KEBOHONGAN
PENALARAN PADA PARADOKS KEBOHONGAN Nikolaus Indra - 13508039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10, Bandung e-mail: if18039@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciHubungan Sains dan Agama
Hubungan Sains dan Agama Pendahuluan Di akhir dasawarsa tahun 90-an sampai sekarang, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci).
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James)
ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James) Oleh: Muhammad Hasmi Yanuardi Dosen Jurusan Sejarah FIS UNJ Abstrak.
Lebih terperinciSAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS
MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Akademik Oleh Deki Zulkarnain 130910202062 Program Studi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu
METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu
Lebih terperinciDrs. Rudi Susilana, M.Si. -
Keterkaitan antara Masalah, Teori dan Hipotesis Kegiatan penelitian dimulai dari adanya masalah, dan penelitian itu sendiri merupakan salah satu upaya menemukan jawaban atau pemecahan masalah dengan menggunakan
Lebih terperinciDEFINISI TEORI, HIPOTESIS, MODEL, KONSTRUK, HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP. Jenis-Jenis Belajar. Belajar dan Survival. Studi Sistematis Terhadap Belajar
Tugas MK. Teori Belajar dan Pembelajaran DEFINISI TEORI, HIPOTESIS, MODEL, KONSTRUK, HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP Oleh: Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Belajar dan Perubahan Perilaku Menurut Kimble (1961:6),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti
Lebih terperinciMAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA
Lebih terperinci$ [8] [176] Lusiana Darmawan Suryamita Harindrari
Thesis: Sociological Paradigms and Organisational Analysis. Elements of the Sociology Corporate Life oleh Gibson Burrell and Gareth Morgan Diterbitkan oleh Heinemann, London, 1979, chapter 1-3. Hak Cipta:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan terpaan kapitalisme global dalam sistem dunia, hukum liberal juga semakin mendominasi kehidupan hukum dalam percaturan global. Negara-negara developmentalis,
Lebih terperinci