PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

Transkripsi

1 PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI Khoerul Anwar 1, Binandika Arya Wangsa 2, Furqon Vaicdan 3 1 Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika, dan Aeroakustika (BBTA3), BPPT, Serpong 2,3 Mahasiswa Fisika Teknik, Universitas Telkom, Bandung Kawasan Puspiptek, Gedung 240, Setu, Tangerang Selatan, Telp (021) ) khoerul.anwar@bppt.go.id Abstrak Kebisingan industri merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan psikologis dan pendengaran pada pekerja di industri serta lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kajian kebisingan di sebuah industri perlu dilakukan. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3), BPPT, memiliki kelompok kerja yang mampu melakukan kajian kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh mesin industri saat beroperasi. Makalah ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisa kebisingan area kerja di sekitar kompressor untuk mengetahui kelayakan kerja. Nilai ambang batas kebisingan di industri telah diatur oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor Kep-51/MEN/1991 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Metoda pengukuran dilakukan berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Pengukuran dilakukan di tiga ruangan sekitar area kompressor, yaitu ruang kerja pegawai, ruang pompa dan ruang kompressor. Nilai intensitas kebisingan hasil pengukuran secara berurutan paling tinggi ada di ruang kompressor sebesar 73.6 db(a), kemudian ruang pompa sebesar 69.5 db(a) dan intensitas kebisingan yang paling rendah di ruang kerja pegawai sebesar 50.6 db(a). Oleh karena nilai intensitas kebisingan tersebut masih di bawah nilai ambang batas kebisingan sebesar 85 db(a) maka pegawai masih boleh bekerja selama 8 jam per hari di area tersebut saat kompressor dan pompa beroperasi. Kata kunci: industri, kebisingan, kesehatan, kompressor, pegawai 1. PENDAHULUAN Dewasa ini, teknologi dalam bidang industri berkembang sangat maju. Mulai dari industri skala kecil, menengah sampai industri skala besar. Tingginya perkembangan industri akan berdampak dengan kehidupan pegawai/karyawan secara khusus dan lingkungan sekitar secara umum. Polusi limbah, polusi udara, getaran dan kebisingan yang diakibatkan oleh adanya mesinmesin yang sedang beroperasi menjadi hal yang mutlak untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Pemerintah melalui Menteri Tenaga Kerja pada tahun 1999 telah mengeluarkan Keputusan Menteri No: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Faktor fisika dalam keputusan tersebut terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Dalam keputusan tesebut, Pasal 1 poin 10 menyebutkan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran sedangkan Pasal 3 poin 1 menjelaskan bahwa NAB (Nilai Ambang Batas) kebisingan ditetapkan sebesar 85 db(a). Untuk kebisingan yang melampaui nilai ambang batas, waktu pemajaman ditetapkan di Lampiran II dalam keputusan tersebut. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3), BPPT memiliki kelompok kerja yang mampu melakukan pengukuran serta analisa kebisingan dan getaran yang terjadi di tempat kerja. Oleh karena itu, kelompok kerja pengukuran dan analisa kebisingan melakukan kajian mengenai kebisingan yang ditimbulkan oleh pompa kompressor yang ada di lingkungan BBTA3 guna menentukan jam kerja pegawai pada saat pompa kompressor tersebut beroperasi. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

2 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori dasar tingkat tekanan bunyi Desibel (db) merupakan besaran yang umum digunakan untuk merepresentasikan tekanan dari gelombang suara. Besaran ini diukur dengan menggunakan referensi tekanan p ref. (p ref = Pa = 20 µpa atau 1 Pa = 1 N/m 2 ). Referensi tersebut merupakan batas minimal tekanan gelombang suara yang dapat didengar oleh manusia. Tingkat tekanan bunyi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : L p = 10 log ( p2 p ref 2 ) = 20 log 10( p p ref ) dimana Lp adalah tingkat tekanan bunyi. Tekanan yang terukur p adalah nilai rms (root mean square) tingkat tekanan bunyi yang berhubungan langsung dengan sumber bunyi. Tekanan bunyi yang sesuai dengan karakteristik manusia adalah tingkat tekanan bunyi bobot-a (db(a)), maka tingkat tekanan bunyi yang dipakai dalam pengukuran adalah tingkat tekanan bunyi db(a). 2.2 Tekanan bunyi sinambung setara Tingkat tekanan bunyi sinambung setara merupakan nilai tingkat tekanan bunyi yang berkesinambung stabil dalam interval waktu tertentu T. Oleh karena tingkat tekanan bunyi di industri tidak berubah-ubah dikarenakan mesin produksi yang beroperasi stabil, maka tingkat tekanan bunyi sinambung setara dapat dihitung dengan persamaan berikut : L Aeq,T = 10 log 10 ( 1 T T i. 10 L pai/10) dimana T adalah interval waktu total dan L pai adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara bobok-a dalam interval waktu T i. 2.3 Nilai ambang batas kebisingan Pemerintah melalui Menteri Tenaga Kerja telah menetapkan nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja pada peraturan Kep-51/MEN/1999. Data nilai ambang batas untuk intensitas kebisingan dalam db(a) yang berhubungan dengan waktu pemajaman per hari disajikan pada Gambar 1. N i=1 282 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

3 Gambar 1. Nilai ambang batas kebisingan 3. METODA PENGUKURAN 3.1 Peralatan pengukuran Peralatan yang digunakan pada saat pengukuran adalah : 1. Microphone 2. Analyzer Bruel & Kjaer tipe Kalibrator 4. Meteran 5. Tripod Gambar 2. Analyzer Bruel & Kjaer tipe 2270 Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

4 3.2 Metoda pengukuran Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara : 1) Cara Sederhana Dilakukan dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik. Metoda pengukuran ini biasanya dilakukan oleh dua orang. Orang pertama memberikan tanda waktu dan pembacaan tingkat kebisingan sesaat setiap 5 detik. Sedangkan orang kedua mencatat tingkat kebisingan yang terjadi. Dari cara sederhana, didapatkan jumlah data tingkat kebisingan sesaat 120 data. Kemudian data tersebut dihitung dalam persamaan : 120 L Aeq,T (10 menit) = 10 log 10 ( L pai/10) dimana L Aeq,T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit. Sedangkan L pai adalah tingkat tekanan bunyi sesaat rata2 dalam waktu 5 menit. 2) Cara Langsung Dilakukan dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran L TM5, yaitu L eq dengan waktu ukur setiap 5 detik dilakukan pengukuran selama 10 menit. Metoda pengukuran ini sangat efisien dan bisa dilakukan oleh satu orang karena nilai. Dari cara langsung ini, nilai L Aeq, T dibaca langsung pada integrating sound level meter. Pengukuran kebisingan di area kompressor menggunakan metoda langsung dengan integrating sound level meter Pengukuran Pengukuran dilakukan di tiga tempat yaitu ruang kerja pegawai, ruang pompa dan ruang kompressor dengan kondisi pompa kompressor menyala. Berikut adalah denah titik pengukuran kebisingan di area kompressor BBTA3. i=1 Gambar 3. Denah titik pengukuran kebisingan di area kompressor BBTA3 Waktu pengukuran dilakukan selama 8 jam mulai dari jam sampai jam Ada 4 kali waktu pengambilan data yaitu : 284 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

5 L 1 diambil pada jam mewakili jam L 2 diambil pada jam mewakili jam L 3 diambil pada jam mewakili jam L 4 diambil pada jam mewakili jam Foto pada saat pengukuran ditampilkan pada Gambar 4. a) Ruang kompressor b) Ruang pompa 4. HASIL DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Hasil pengukuran Gambar 4. Pengukuran kebisingan di area kompressor BBTA3 Hasil pengukuran ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran Titik pengukuran Titik 1. Ruang kerja pegawai Titik 2. Ruang pompa Titik 3. Ruang kompressor Waktu pengukuran (jam) Mewakili (jam) Tingkat kebisingan LAeq (dba) 09: : : : : : : : : : : : Analisa hasil pengukuran Hasil pengukuran disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 5. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

6 Gambar 5. Grafik intensitas kebisingan di area sekitar kompressor BBTA3 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa intensitas kebisingan selama 8 jam paling tinggi ada di ruang kompressor sebesar 73.6 db(a). Sedangkan di ruang pompa, intensitas kebisingan di level 69.5 db(a). Intensitas kebisingan paling rendah adalah di ruang kerja pegawai sebesar 50.6 db(a). Oleh karena nilai intensitas kebisingan tersebut masih di bawah nilai ambang batas kebisingan yang ada di Kep-51/MEN/1999 sebesar 85 db(a) maka pegawai masih boleh bekerja selama 8 jam per hari di area tersebut saat kompressor dan pompa beroperasi. 5. KESIMPULAN Dari kegiatan pengukuran ini dapat disimpulkan bahwa : Nilai intensitas tingkat kebisingan di area kompressor BBTA3, BPPT masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja No.Kep-51/MEN/1999. Pegawai BBTA3 yang bekerja di area kompressor dalam keadaan aman dan diperbolehkan untuk bekerja selama 8 jam per hari. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Lingkungan Hidup. (1996). Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Kebisingan Lingkungan. Jakarta. [2] Kementerian Tenaga Kerja (1999). Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. [3] Rusjadi, D dan Palupi, MR Kajian Metoda Sampling Pengukuran Kebisingan dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48 thn Jurnal Standardisasi. 13(4) : [4] Muller.G, Moser.M Handbook of Engineering Acoustics. London: Springer- Heidelberg. 286 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk