BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses produksi. Kegiatan produksi yang menghasilkan produk dalam jumlah banyak atau menghasilkan barang dalam ukuran besar terkendala oleh keterbatasan tenaga manusia sebagai penyedia produk sehingga berkaitan pada keefektivitasan waktu produksi. Maka untuk mempermudah kerja manusia, diciptakanlah mesin-mesin atau alat-alat produksi sehingga produk dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat dan tenaga manusia yang tidak terlalu besar. Manusia hanya berperan sebagai operator/pengguna dan mesin yang akan menghasilkan produk. Tenaga/energi dari mesin tidak seluruhnya digunakan dalam proses produksi tetapi ada yang berubah bentuk menjadi panas dan bunyi yang tersebar ke lingkungan sebagai hasil sampingan. Dalam jumlah yang tinggi, hasil sampingan tersebut dapat dikategorikan sebagai polusi/noise. Panas yang dihasilkan dari mesin akan membuat suhu di sekitar akan meningkat beberapa derajat Celsius. Sedangkan hasil sampingan suara yang berlebihan dapat dikategorikan sebagai kebisingan. (Greiner dkk, 1997) Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dalam suatu proses kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan orang sekitar sebagai pendengarnya. Dari segi kesehatan, kebisingan sangat berpengaruh pada kerusakan fungsi pendengaran manusia. Pada lingkungan produksi yang menggunakan mesin, resiko kerusakan fungsi pendengaran pada pekerja disebabkan oleh terpapar intensitas bising yang tinggi dan dalam waktu kumulatif paparan yang berlebihan. Kerusakan fungsi pendengaran yang rentan diderita oleh pekerja industri atau orang yang berhubungan dengan mesin-mesin 1

2 2 adalah pergeseran ambang batas pendengaran yang ditandai dengan meningkatnya ambang dengar dan berkurangnya sensitivitas pendengaran secara temporer atau permanen. Hal terburuk yang dapat terjadi akibat terpapar bising dalam intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama adalah menyebabkan ketulian. (Saputra, 2007) Di beberapa industri besar telah terstandarisasi dan terkontrol secara ketat memiliki Standar Operasional dan aturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menjamin keamanan para pekerjanya. Untuk meminimalisasi bunyi bising yang didengar, para pekerjanya diberikan alat pelindung berupa penutup telinga selama menjalankan mesin. Namun tidak demikian di kebanyakan industri menengah rumah tangga, tidak terdapat aturan aturan khusus yang mengatur Kesehatan dan Keselamatan Kerja para pekerjanya sehingga selama menjalankan mesin-mesin tersebut para pekerja hanya menggunakan pakaian biasa tanpa perlengkapan pelindung. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja di Indonesia seharusnya telah terjamin dengan adanya peraturan pemerintah tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) Situasi yang terjadi di industri pemotongan/penggergajian kayu di sekitar daerah Kalasan Yogyakarta adalah para pekerja yang mengoperasikan mesin pemotong kayu tidak dilengkapi dengan peralatan ataupun pakaian yang menunjang keamanan dan keselamatan pekerja. Tidak terlihat para pekerja menggunakan pelindung tangan ataupun penutup telinga sementara pada saat proses penggergajian/pemotongan kayu itu para pekerja berhubungan dengan ketelitian menggunakan mesin gergaji dan suara bising yang ditimbulkan selama proses tersebut. Rata-rata pekerja di industri pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta berusia antara tahun dan memiliki jam kerja

3 3 mulai hari Senin Minggu selama 7-8 jam per hari atau sekitar 48 jam per minggu. Sementara itu, telah ada peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur tentang batas ambang kebisingan suatu wilayah berdasarkan kategori tertentu. Peraturan peraturan tersebut antara lain Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP- 51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja yaitu sebesar 85 db(a) bagi tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam sehari (Menteri Tenaga Kerja, 1999). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI/1987 tentang baku kebisingan lingkungan Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya yaitu maksimum sebesar 70 db(a) (Menteri Kesehatan, 1987) dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep-48/MENLH/II/1996 tentang baku mutu sumber kebisingan yang diijinkan untuk tempat perdagangan dan jasa juga untuk tempat industri maksimum sebesar 70 db(a) (Menteri Lingkungan Hidup, 1996). Melihat keadaan yang terjadi di penggergajian/pemotongan kayu tersebut dan mengacu pada peraturan peraturan tentang ambang batas kebisingan pada lingkungan kerja yang telah dikeluarkan pemerintah, maka perlulah dilakukan penelitian untuk mengukur taraf intensitas kebisingan yang terjadi di lingkungan pemotongan/penggergajian kayu. Sebagai sampel dipilihlah 2 buah tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta, yaitu UD. Kayu Glugu dan Bahan Bangunan Langkah Usaha dan UD Kayu Glugu. Dalam pengukuran taraf intensitas ini menggunakan perangkat lunak Visual analyser 2011 yang diunduh secara gratis dari internet dan kemudian diinstall di notebook (laptop) serta menggunakan Sound level meter merk Lutron seri SL Dengan hasil akhir perhitungan perangkat lunak visual analyser 2011 dibandingkan dengan hasil pengukuran Sound level meter SL-4012 sehingga dapat ditemukan adanya faktor kesetimbangan dari kedua metode pengukuran tersebut.

4 4 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa nilai koefisien kesetaraan bagi perangkat lunak Visual analyser 2011 sehingga hasil perhitungan taraf intensitas kebisingan dengan metode itu memberikan hasil yang sesuai dengan pengukuran langsung menggunakan menggunakan Sound level meter? 2. Seberapa tinggi taraf intensitas kebisingan (dalam db(a)) yang diperoleh dari pengukuran serta perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak visual analyser dan pengukuran menggunakan sound level meter di tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta? 3. Apakah taraf intensitas kebisingan di tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta yang diperoleh dari 2 metode pengukuran tersebut melebihi ambang batas yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan, Menteri Lingkungan Hidup serta Menteri Tenaga Kerja? 4. Pada kisaran frekuensi berapakah diperoleh taraf intesitas yang tinggi untuk tiap tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta? 1.3 Tujuan penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Dapat menunjukkan nilai taraf intensitas kebisingan berdasarkan hasil perhitungan dari data yang diperoleh perangkat lunak Visual analyser dan hasil pengukuran menggunakan Sound level meter serta memperoleh faktor kesetimbangan di antara keduanya untuk mendapatkan nilai taraf intensitas di dua tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta. 2. Mengukur tingkat intensitas kebisingan sinambung (L Aeq ± L Aeq ) di beberapa tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta menggunakan perangkat lunak Visual analyser dan Sound level meter. 3. Menunjukkan bahwa taraf intensitas kebisingan 2 tempat pemotongan / penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta ada pada batas aman atau

5 5 tidak seperti yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan, Menteri Lingkungan Hidup serta Menteri Tenaga Kerja. 4. Mengetahui pada kisaran frekuensi berapa diperoleh intensitas tertinggi di 2 tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta sehingga dapat diketahui kategori mana potensi terhadap kerusakan fungsi pendengarannya. 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menunjukkan bahwa dengan menggunakan perangkat lunak Visual analyser yang terkalibrasi dengan Sound level meter, dapat mengukur taraf intensiitas kebisingan seperti mengukur menggunakan Sound level meter. 2. Dari penelitian ini dapat diketahui seberapa tinggi taraf intensitas kebisingan yang terjadi di industri pemotongan/penggergajian kayu melalui hasil pengukuran pada sampel dua tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta. 3. Dari penelitian ini dapat diterangkan bahwa taraf intensitas kebisingan tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta berada pada batas aman atau tidak seperti yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan, Menteri Lingkungan Hidup serta Menteri Tenaga Kerja. 4. Dari penelitian ini diketahui kisaran frekuensi berapa saja yang menghasilkan intensitas tertinggi, sehingga dapat mengantisipasi potensi kerusakan fungsi pendengaran yang rentan diderita pekerja di industri pemotongan / penggergajian kayu. 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian ini sesuai dengan masalah pokok dan lebih terarah, maka perlu memiliki batasan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini mencakupi: 1. Tempat penelitian dipilih di dua tempat pemotongan/penggergajian kayu Glugu di daerah Kalasan Yogyakarta yaitu UD. Kayu Glugu dan Bahan

6 6 Bangunan Langkah Usaha di jalan raya Jogja-Solo km.12,5 dan UD Kayu Glugu di di jalan raya Jogja-Solo km.11. Pengambilan data dilakukan di satu titik di tiap tempat yakni berada di samping mesin gergaji dengan jarak yang tetap setiap pengambilan data. 2. Pengambilan data menggunakan perangkat lunak Visual analyser 2011 dilakukan 1 jam tiap harinya. Dalam 1 jam tersebut, data diambil tiap interval 3 menit sehingga diperoleh 20 data. Pengambilan data dilakukan tiap pagi hari di UD. Kayu Glugu, sementara di UD. Kayu Glugu dan Bahan Bangunan Langkah Usaha dilakukan pada siang hari. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari. Pengambilan data menggunaka Sound level meter dilakukan selama 10 menit dengan interval pengambilan data tiap 30 detik dan dilakukan sebanyak 5 kali dalam 1 hari. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari di UD.Kayu Glugu dan pada siang hari di UD. Kayu Glugu dan Bahan Bangunan Langkah Usaha 3. Metode pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 buah alat, notebook (laptop) dengan perangkat lunak Visual analyser 2011 yang telah terinstall dan terkalibrasi dengan perangkat Sound level meter type SL Data hasil perolehan pengukuran menggunakan Sound level meter type SL-4012, dijadikan patokan sebagai nilai taraf intensitas yang sesungguhnya.dalam penelitian ini tidak memperhitungkan faktor suhu dan kelembaban lingkungan lokasi penelitian, karena berdasarkan persamaanuntuk menentukan tingkat kebisingan sinambung (L Aeq ± L Aeq ) tidak terdapat variabel suhu maupun kelembaban. 5. Hasil analisa tingkat kebisingan sinambung pada 2 tempat pemotongan / penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja, Menteri Kesehatan dan Menteri Lingkungan Hidup. 6. Menentukan kisaran frekuensi yang menghasilkan intensitas tertinggi dianalisis dari data hasil pengambilan perangkat lunak Visual analyser Frekuensi dilihat secara ststistik pada rentang berapa saja yang sering memunculkan intensitas intensitas tertinggi.

7 7 7. Kondisi bunyi bising yang dihasilkan setiap saat pada waktu operasional dianggap sama. 8. Efek bising hanya ditujukan untuk pekerja yang ada di tempat pemotongan kayu pada jarak kurang dari 5 meter. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang dilakukan dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab I mencakupi pendahuluan mengenai penelitian ini, meliputi latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka mencantumkan berbagai penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. 3. Bab III Dasar Teori Dasar Teori memuat berbagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Baik yang digunakan secara langsung maupun yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Bab IV Metode Penelitian Metode penelitian diuraikan pada Bab IV, meliputi bahan dan peralatan yang digunakan, lokasi penelitian, serta langkah kerja penelitian. 5. Bab V Hasil Penelitian, dan Pembahasan Hasil penelitian yang sudah dilakukan di dua tempat pemotongan / penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta dimuat dan kemudian dibahas di Bab V. 6. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab VI memuat kesimpulan serta saran dari hasil penelitian mengenai taraf intensitas kebisingan di dua tempat pemotongan/penggergajian kayu di daerah Kalasan Yogyakarta.