PENGENDALIAN KEBISING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN KEBISING"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA PLANT HYDROGEN DI PT.SAMATOR DRIYOREJO-GRESIK ( Dwi Elly Kurniawan, Dr.Dhany Arifianto, ST, M.Eng, Ir. Zulkifli, Msc) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo,Surabaya Abstrak Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama yang berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik. Sedangkan operator atau karyawan yang mengoperasikan peralatan pabrik merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh disebabkan adanya peningkatan kebisingan. Dari hasil observasi lapangan, diperoleh nilai tingkat tekanan bunyi sebesar 90 dba pada frekuensi over all. Salah satu usaha untuk mengurangi tingkat kebisingan adalah pembuatan enclosure. Tingkat tekanan bunyi yang diperoleh dari perhitungan setelah dipasang enclosure dengan dinding samping kiri, kanan, depan bahan kayu tebal 5 cm dan busa tebal 2.5 cm, atap atau langit langit bahan plywood tebal 2.5 cm, dinding belakang bahan batu bata 10 cm, lantai dengan bahan semen tebal 2.54 cm, dan tambahan kaca 6 mm, maka didapatkan tingkat tekanan bunyi over all didalam ruangan (L p1 ) sebesar 87 dba dan untuk tingkat tekanan bunyi over all diluar ruangan (L p2 ) sebesar 58 dba. Dengan penurunan TTB untuk L P1 didalam ruangan dan L P2 diluar ruangan adalah 29 dba. Tingkat tekanan bunyi yang berada di area plant hydrogen menjadi 61 dba dari yang sebelumnya 90 dba. Kata Kunci : Kebisingan, enclosure, tingkat tekanan bunyi 1.1 Pendahuluan Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama yang berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik. Sedangkan operator atau karyawan yang mengoperasikan peralatan pabrik merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh disebabkan adanya peningkatan kebisingan. Resiko yang timbul akibat kebisingan dengan tingkat tekana bunyi diatas nilai ambang batas pendengaran adalah dapat merusak pendengaran atau gangguan pendengaran. Selain itu Kebisingan juga dapat menggangu percakapan sehingga akan mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung dan kebisingan tersebut juga menggangu konsentrasi karyawan dalam bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja. Menurut teori yang telah di pelajari, dalam upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga elemen yaitu pengendalian bising pada sumber kebisingan, lintasan atau jalur rambat kebisingan dan penerima kebisingan. Jika ketiga elemen tersebut belum bisa menggendalikan kebisingan maka ada cara lain yaitu pengendalian kebisingan secara administratife yaitu pengendalian kebisingan dengan cara mengatur pola kerja. Dalam pengendalian yang dilakukan agar hasilnya efektif maka perlu dilakukan survei atau identifikasi masalah kebisingan di pabrik untuk mengetahui tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan pabrik. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar 85 dba. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata rata yang masih dapat di terima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. 1.2 Permasalahan Bagaimana cara bising pada mesin kompresor dengan TTB 90 dba dapat dikurangi atau turunkan sesuai pada surat keputusan menteri tenaga kerja nomor : KEP- 51/MEN/ Tujuan Dapat menggurangi bising yang pada plant hidrogen sesuai standart menteri tenaga kerja nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang 1

2 Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar 85 dba. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah pengendalian kebisingan hanya pada plant Hydrogen yang meliputi mesin kompresor dan motor tiga fasa yang bekerja selama 24 jam. 1.5 Sistematika Laporan Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima (5) bab. Bab I Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan tugas akhir, metodologi penelitian, dan sistematika laporan. Bab II Teori Penunjang yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Bab III Perancangan Barrier yang membahas segala sesuatu tentang pengukuran data dan metode yang digunakan. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan yang berisi analisis mengenai data-data hasil pengukuran dan bahan-bahan yang digunakan sebagai referensi perancangan barriersesuai data-data sebelumnya. Bab V Kesimpulan dan Saran mengenai tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengerjaan tugas akhir kali ini. 2.DASAR TEORI 2.1 Definisi Kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambat energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambat longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi. Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan dari sebuah lingkungan perindustrian yang tidak hanya mempengaruhi operator mesin dan kendaraan, tetapi juga penghuni lain tempat dalam gedung tempat 2 mesin tersebut beroperasi, para penumpang dalam kendaraan dan terutama komunitas tempat mesin, pabrik, dan kendaraaan tersebut dioperasikan. Peningkatan tingkat kebisingan yang terus-menerus dari berbagai aktivitas manusia pada lingkungan industri dapat berujung kepada gangguan kebisingan. Efek yang ditimbulkan kebisingan adalah 1. Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuat kaget, mengganggu, mengacaukan konsentrasi); 2. Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh lagi akan menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan bekerja. 3. Efek fisis (kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi). Dalam tugas akhir ini mengacu pada standart yang diberikan oleh pemerintah melalui keputusan menteri yaitu Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar 85 dba. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata rata yang masih dapat di terima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berikut ini tabel yang telah di tetapkan oleh mentri tenaga kerja. Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP 51/MEN/1999. Waktu pemajanan per hari Intensitas dalam dba 8 Jam Kebisingan

3 Menit , , , ,12 Detik , , , , , , , , Pengendalian Kebisingan Upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui pengurangan dan pengendalian tingkat kebisingan sumber, pelemahan intensitas dengan memperhatikan faktor alamiah (jarak, sifat media, meknisme rambatan dan vegetasi) serta upaya rekayasa (reduksi atau isolasi getaran sumber, pemasangan penghalang, desain struktur dan pemilihan bahan peredam). Secara teknis pengendalian kebisingan terbagi menjadi 3 aspek yaitu pengendalian kebisingan pada sumber kebisingan, pengendalian kebisingan pada medium propogasi, dan pengendalian kebisingan pada manusia. Pengaruh bising pada manusia mempunyai rentang yang cukup lebar, dari efek yang paling ringan (dissatisfaction = 3 ketidak nyamanan) sampai yang berbahaya (hearing damage = kerusakan pendengaran) tergantung dari intensitas bising yang terjadi secara konseptual. Pengendalian bising bisa dilakukan pada 3 (tiga) sektor penting yaitu: 1. Pengendalian pada sumber bising, yaitu melakukan upaya agar tingkat bising yang dihasilkan oleh sumber dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. 2. Pengendalian pada medium, yaitu melakukan upaya penghalangan bising pada jejak atau jalur propogasinya. Dalam bagian ini dikenal 2 (dua) jalur propogasi bising yaitu propogasi melalui udara (airbone noise) dan melalui struktur bangunan (structure borne noise). 3. Pengendalian pada Penerima, yaitu melakukan upaya perlindungan pada pendengar (manusia) yang terkena paparan bising (noise exposure) dengan intensitas tinggi pada waktu yang cukup lama. Pengendalian Bising di Industri (Industrial Noise Control), dilakukan untuk menanggulangi bising mesin-mesin dan usaha melindungi para pekerja dari efek buruk paparan bising dengan intensitas tinggi. Beberapa teknik pengendalian yang sering digunakan antara lain menutup sumber bising (accoustic enclosure, parsial atau full), Penghalang akustik (accoustic barrier), penahan bising (noise shielding), Peredam Bising (noise lagging). 2.3 Sound level Sound level adalah tingkat tekanan suara yang mempunyai tekanan tertentu menurut grafik atau kurva tekanan atau pembobotan. Pada grafik tekanan, memperkembangkan metode yang lebih baik secara subjektif mempunyai nilai kebisingan yang dapat mempengaruhi pendengaran manusia.

4 Ada tiga tingkatan yaitu A, B, dan C yang sering digunakan. Tingkat kebisingan A untuk level dibawah 55 db, tingkat kebisingan B untuk kebisingan antara 55 sampai 85 db, dan tingkat kebisingan C untuk kebisingan diatas 85 db. Respon frekuensi dan konversi desible, untuk tingkat kebisingan dapat digambarkan pada grafik dibawah ini : 2.5 Rugi Transmisi Keseluruhan Cara penjumlahan nilai tingkat tekanan bunyi secara logaritmik berlaku persamaan sebagai berikut TL overall = 10 log (Σ 10 Lpi/10 ) (2.3) Keterangan : Lp i = nilai rugi transmisi yang ke-i (db) Gambar 2.1 Respon frekuensi dan konversi desible Penggunaan tingkat kebisingan A untuk pengukuran yang berhubungan langsung dengan kebisingan pada manusia, keduanya mempunyai potensi untuk kerusakan dan gangguan pendengaran. Seperti yang ditunjukkan pada SLM. Sound level dilambangkan dengan L dan dengan satuannya dba. Pengukuran tingkat kebisingan B dan C, untuk satuannya dapat menggunakan dbb dan dbc. 2.4 Rugi Transmisi Bunyi (TL) Pengertian rugi transmisi bunyi adalah berkurangnya jumlah desibel energi bunyi datang pada partisi bila melewati struktur. Besarnya TL tergantung pada konstruksi dari partisi dan berubah dengan frekuensi bunyi. TL tidak tergantung pada sifat akustik ruangan yang dipisahkan oleh partisi tersebut. TL partisi ditentukan dari perbedaan antara tingkat bunyi yang diukur di sisi kedua partisi tersebut. Pengertian besarnya rugi transmisi bunyi, dapat juga ditulis sebagai berikut TL = 10 log (W α /W 2 ) (2.1) Keterangan : TL = Rugi Transmisi Bunyi (db). W α = Daya Akustik yang Datang Pada Permukaan Bahan (W). W 2 = Daya Akustik yang Ditransmisikan Ruang acustic Tingkat bunyi (L p ) didalam sebuah bagian dari ruangan adalah perhitungan yang umum digunakan sebagai berikut L P = L W + 10 log ( (Q/4π r 2 )+(4/R) (2.4) L W adalah tingkat daya suara dari sumber bunyi ( db). R adalah diskripsi dari properti akustik dalam ruangan (m 2 ). r adalah jarak dari sumber bunyi dimana tingkat suara diperhitungkan (m). Q adalah perhitungan untuk perencanaan pemantulan yang menyatakan bahwa bentuk sumber dari kebisingan dan untuk model umum yang digunakan sebagai berikut Q Boundary Conditions 1 Sumber bunyi bebas. 2 Sumber bunyi dengan pemantulan tunggal pada plane (lantai) 4 Sumber bunyi diatas lantai dekat langit langit atau dekat dengan dinding vertical. 8 Sumber bising di sudut ruangan : tiga permukaan yang terdiri dari dua dinding dan satu lantai atau langit langit. Jika menggunakan satuan feet (ft), maka persamaannya menjadi L P = L W +10 log((q/4π r 2 )+(4/R))+10.3 (2.5) 2.7 Bahan penyerapan suara

5 Konstanta ruangan disimbulkan dengan R, maka R adalah gabungan sedikit dari perhitungan tetapi properti dari kombinasi penyerapan suara bagian dalam permukaan ruangan. Dalam aplikasi di industri ini juga termasuk daerah dari semua perlengkapan. Konstanta ruangan dapat dirumuskan sebagai berikut R = ((s*ά)/(1- ά) m 2 (2.6) S = total daerah permukaan dalam (m 2 ). ά = koefisien penyerapan rata rata ruangan. Koefisien penyerapan rata rata ruangan dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut n (2.7) i 1 n S i 1 i i S i S = daerah dari permukaan ruangan (m 2 ). α = koefisien penyerapan dari permukaan. 2.8 Reduksi Bising dari Dinding Reduksi bising adalah istilah untuk menyatakan insulasi bunyi antara ruang-ruang. Perhitungan NR dari dinding untuk kondisi yang cenderung kepada tingkat bunyi L P0, maka NR untuk dinding dapat dirumuskan sebagai berikut NR= TL + 10 log (1/4+S w /R) (2.8) TL = transmission loss dari dinding (db) S w = luas area antara dua ruangan (m 2 ) R = ruang konstan penerima. L P0 = TTB pada titik awal dba. Untuk kondisi dasar R yang lebih besar atau luas maka S w /R akan menjadi 0. sehingga NR untuk dinding luar dan atap rumah menjadi NR = TL + 6 db. (2.9) 5 3. METODOLOGI dan PERANCANGAN ENCLOSURE Dengan memepelajari teori teori dasar dari tugas akhir ini maka akan dijelaskan tentang perancangan enclosure dalam menangani kebisingan yang ditimbulkan mesin mesin industri. Langkah awal dalam perancangan enclosure yang dilakukan dengan mengambil data kebisingan pada plant Hydrogen, kemudian dari data data yang diperoleh tersebut dibuat mapping sumber bunyi dengan menggunakan software sufer 8 untuk mengetahui daerah atau area sumber bisingnya. Dari data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure dengan mencari nilai Transmission Loss (TL), kemudian dilanjutkan dengan pendesainan enclosure. Lalu dilanjutkan dengan menghitung nilai tingkat kebisingan yang dienklosure dan menghitung tingkat kebisingan diluar ruangan atau yang diterima oleh pegawai. 3.1 Observasi Lapangan Observasi lapangan merupakan pengamatan yang dilakuakan langsung pada lokasi yang menjadi objek studi yaitu area pengambilan data untuk mendapatkan permasalahan yang akan dibahas. Studi literatur merupakan pencarian referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan pada saat observasi di lokasi, tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori dalam melakukan analisa sehingga hasil yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan. Dari hasil observasi yangtelah dilakukan pada area Plant Hydrogen diperoleh bahwa tingkat kebisingan tertinggi sebesar 90 dba pada pengukuran over all dan standart yang ditetapkan dari pemerintah pada surat keputusan mentri tenaga kerja tingkat ambang batas bising (NAB) yang ditetapkan adalah 85 dba. Jika kebisingan tersebut terpapar secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan yaitu pada gangguan pendengaran. 3.2 Pengumpulan Data Dalam perancangan enclousure membutuhkan data yaitu tingkat kebisingan pada setiap frekuensi, pada mesin yang bekerja

6 24 jam diarea plant. Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui lokasi atau area yang tingkat kebisingannya paling tinggi. Ada beberapa point dalam pengambilan data yaitu sebagai berikut : 1. Pengambilan data dilakukan sesuai dengan layout plant, yang mana di ambil dengan 39 titik dengan titik koordinat x =3 m dan y = 4 m. 2. Membuat mapping atau area kebisingan untuk mengetahui TTB yang paling tinggi. Pengambilan data menggunakan alat ukur SLM (sound level meter) dan software Realtime Analyzer, pertama tama SLM dicalibrasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah itu melakukan pengukuran sesuai dengan letak koordinat yang telah sesuai dengan rencana. Data yang diperoleh berupa decibel A (dba) pada 1 oktaf setiap frekuensi 31.5 Hz, 63 Hz, 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz dan Hz, berikut ini gambar titik titik pengukuran yang telah dilakukan. Pada gambar 3.1 dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan terbesar terjadi pada mesin 1 yang terdapat mesin compressor dan motor 3 fasa yang bekerja 24 jam. Dari data pengukuran yang didapatkan tingkat kebisingan tertinggi untuk over all adalah 90 dba dan dominan pada frekuensi 4000 Hz dengan tingkat kebisingan tertinggi 88 dba. Telinga manusia dapat menangkap suara pada tingkat kebisingan antara 125 Hz sampai 4 KHz. Gambar 3.1 Titik pengukuran dan mapping tingkat kebisingan Pada tingkat tekanan bunyi tersebut jika terpapar terus menerus pada manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yaitu gangguan pada pendengaran karena data tingkat kebisingan tersebut melebihi standart menteri tenaga kerja dengan nomor KEP- 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas dapat dilihat pada tabel Perhitungan dan penentuan bahan Enclosure. Pada langkah pertama sudah didapatkan data dan sumber bunyi kebisingan, dari langkah selanjutnya adalah perancangan enclousure. Dalam perancangan enclousure pertama tama mencari dulu nilai TL dan NR untuk mendapatkan nilai kerapatan massa atau surface density. Dengan data awal yang telah didapatkan dari hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi seperti tampak pada tabel 1.1B pada lampiran. Maka langkah selanjutnya pencarian nilai TL ( Transmission Loss ) jika nilai NR diperkirakan dengan data. 6

7 Dari data NR yang telah diketahui maka pencarian nilai TL dapat dilakukan. Dalam pencarian TL persamaan yang di gunakan adalah persamaan 2.8. NR= TL + 10 log (1/4+S w /R). Untuk kondisi dasar R yang lebih besar atau luas maka S w /R akan menjadi 0. sehingga NR untuk dinding luar dan atap rumah menjadi NR=TL+6 Dengan menggunakan perumusan seperti diatas maka akan didapatkan nilai Transsmision Loss (TL) sebagai berikut Tabel 3.3 Hasil perhitungan TL (Transmission Loss) pada tiap frekuensi. Freku ensi Hz 1K 2K 4K TL enclosure nilai W yang paling tinggi yang dipakai, dan nilai tertinggi pada tabel diatas adalah pada frekuensi 125 Hz dan nilai densitasnya 16 Kg/m 2 /cm. Melihat tabel dengan nilai densitas 16 Kg/m 2 /cm maka bahan yang dapat di gunakan dengan mengacu pada tabel 2.3, maka bahan dapat ditentukan bahan yang akan digunakan adalah kayu, playwood, batu bata, kaca, besi dan busa. 3.4 Desain Enclosure Setelah bahan diketahui langkah selanjutnya adalah desain enclosure, dari perhitungan surface density maka diketahui jenis bahan untuk pembuatan enclosure. Pada bahan bahan tersebut mempunyai nilai absorpsi yang berbeda beda tergantung dari kegunaan dan tebal bahan. Pada desain ini panjang, lebar dan tinggi enclosure adalah P= 7 m, L= 5m, dan T= 8 m. Untuk pemilihan bahan dapat dilihat pada tabel 2.4 dan tabel 1.1 A pada lampiran dengan jarak sumber dengan mesin 2 meter, faktor keterarahan 2 dan S w = 262 m 2. Berikut ini adalah desain enclosure yang akan dibuat. Setelah nilai Transmission Loss telah didapatkan seperti tampak pada tabel diatas maka bahan pembuatan enclousure maka dapat diketahui dengan menggunakan perumusan sebagai berikut TL=20 Log W+20 Log F-47 Dari perhitungan diatas maka didapatkan nilai kerapatan massa suatu bahan, kerapatan massa suatu bahan ini berfungsi untuk menentukan suatu bahan, seperti terlihat pada tabel berikut ini Frekuensi W (Kg/m 2 /cm) Hz K 2K 4K W atau kerapatan massa untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure. Pada pemilihan bahan 7 Gambar 3.4 Desain enclosure tampak atas. Dilihat dari tabel 2.4 dan tabel 1.1 A pada lampiran maka didapatkan bahan yang akan digunakan yaitu Bahan yang digunakan adalah Dinding depan Kayu dengan tebal 5 cm. Busa dengan tebal 2.54 cm. Dinding belakang Batu bata dengan tebal 10 cm. Lantai Semen dengan tebal 2.54 cm Langit-langit atau atap. Playwood dengan tebal 2.5 cm. Tambahan Kaca untuk jendela dengan tebal 6 mm.

8 Ventilasi dengan P=4.8 m dan L = 1.5 m. Besi untuk kerangka tebal 2.5 mm. 3.5 Penentuan nilai TTB setelah di enclosure Setelah bahan sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah perhitungan setelah dienclousure. Pada langkah ini sangat penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat tekanan bunyi yang nantinya dapat diterima oleh pendengar atau orang yang meneriam bising yang ditimbulkan oleh mesin mesin industri, dalam hal ini maka digunakan persamaan 2.8 dengan jarak r = 2 m, faktor keterarahan =2 karena berada diatas lantai, luas area 262 m 2 dan konstanta ruangan disesuaikan dengan nilai dari absorpsi atau penyerapan suatu bahan pada setiap frekuensi. Persamaannya sebagai berikut L P1 L W Q 10log( ) ( 2 4 r 4 ) R Nilai L P1 adalah tingkat tekanan bunyi yang didapat dari perhitungan didalam ruangan mesin yang telah di enclosure, dan L w adalah tingkat kebisingan yang didapat dari pengukuran yang ditimbulkan dari bunyi mesin sebelum di enclosure. 4. ANALISA DATA dan PEMBAHASAN Untuk mengetahui seberapa efektif enclosure yang dirancang maka pada bab ini dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar bahan dapat mengurangi tingkat tekanan bunyi, pada bab ini juga diberikan rekomendasi harga bahan yang akan dibuat enclosure. 4.1 Analisa data Berdasarkan kondisi tempat pengambilan data tugas akhir yang telah dilakukan di PT SAMATOR pada plant Hydrogen, maka didapatkan 39 data yaitu data pengukuran dengan menggunakan alat ukur tingkat tekanan bunyi dan juga menggunakan software realtime analyer untuk mengetahui data per frekuensi. Dari data pengukuran yang didapatkan tingkat kebisingan tertinggi untuk over all adalah 90 dba dan dominan pada frekuensi 4000 Hz dengan tingkat kebisingan tertinggi 88 dba. Kasus pada tugas akhir yang 8 dikerjakan ini adalah membuat enclosure pada mesin kompresor dan motor 3 fasa di plant hydrogen. Dalam perancangan ini untuk niali NR (noise reduction) dan Lp1 satu diketahui, NR dari perumpamaan dan Lp1 dari pengukuran. Karena nilai Lp1 masih dalam bentuk dba (pengukuran bising pada penerima) maka perlu pengkonversian untuk dirubah dalam bentuk dbspl dengan melihat tabel 2.2, setelah dikonversi selanjutnya perhitungan transmission loss (TL) dengan menggunakan rumus sebagai berikut NR=TL-10 log((1/4) +(Sw/R1)) NR = noise Reduction dalam db. TL = transmission Loss dalam db. Sw= luas area dalam m 2. R1= konstanta ruangan dalam m 2. Karena area dengan luas tidak di ketahui maka untuk luas area = 0 dan persamaan untuk NR berubah. Berikut persamaan untuk NR. NR = TL+6 atau TL = NR 6 Setelah nilai TL diketahui selanjutnya mencari nilai dari kerapatan densitas suatu bahan dengan rumus sebagai berikut TL = 20 log W + 20 log F C W=kerapatan densitas bahan dalam Kg/m 2 /cm. F = nilai frekuensi dalam Hz. C = konstanta dengan nilai 47. Dari perhitungan untuk mencari nilai dari kerapatan densitas maka dapat diketahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure, hasil perhitungan untuk menentukan suatu bahan ini dapat diketahui pada tabel 2.3. Pada tabel 2.3 dalam penentuan bahan di pengaruhi nilai kerapatan densitas pada setiap frekuensi dimana nilai kerapatan densitas yang tertinggi digunakan sebagai acuan dalam pemilihan bahan atau material. Pada tabel nilai kerapatan yang paling tinggi pada frekuensi 125 Hz dengan nilai kerapatan densitas adalah 16 kg/m 2 /cm. Setelah bahan sudah diketahui lalu dilanjutkan dengan

9 menghitung L p1 setelah diberi enclousure, dalam perhitungan L p1 ini akan dapat diketahui nilai tingkat tekanan bunyi yang didalam ruangan dengan cara menggunakan perumusan seperti dibawah ini L P1 L W Q 10log( ) ( 2 4 r 4 ) R L P1 = nilai TTB setelah di enclousure (db). L W = TTB pada mesin didalam ruangan (db). Q = faktor keterarahan. r = jarak antara mesin dan dinding dalam m. R adalah konstanta ruangan (m 2 ). Karena niali R belum diketahui maka dalam pencarian R dapat dirumuskan sebagai berikut s R 1 S adalah luas area dinding dalam m 2. ά adalah niali absorbsi rata- rata. Dan untuk niali absorbsi rata rata dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut n i 1 n i 1 S dimana α = nilai absobsi dari bahan atau material. Dari perhitunagan tersebut akan didapat nilai L P1 setelah dikasi enclousure dan nilai L P1 untuk mencari nilai L P2. L P2 ini adalah tingkat tekanan bunyi di luar ruangan enclousure, dengan menggunakan perumusan sebagai berikut L P1 L W i S 1 S 10log( ) ( 4 R Berikut ini adalah hasil perhitungan dari tingkat tekanan bunyi setelah di enclosure i i W 1 ) Lp2 berfungsi sebagai keberhasilan dalam pembuatan enclousure dengan membandingkan pada standart keputusan menteri tenaga kerja. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan nilai sebagai berikut Tabel 4.3 Nilai perhitungan dari L P1 sebelum dan sesudah di enclosure perhitungan dalam satuan db dan pada sumbu x, y dalam meter Tabel 4.2 Tingkat Tekanan Bunyi Setelah di Eclosure tiap frekuensi 9

10 Pada tabel diatas merupakan hasil dari perhitungan dengan menggunakan enclosure, hasil tersebut diperoleh dari pengurangan tingkat tekanan bunyi over all sebelum di beri enclosure dengan tingkat tekanan bunyi sesudah di enclosure. Pengurangan sebelum dan sesudah di enclosure adalah 12 db. Pembuatan enclosure telah melebihi target yang di rencanakan yaitu sebesar 10 db, berikut ini adalah countur mapping dari hasil perhitungan. Dari gambar dibawah terlihat tingkat tekanan bunyi berkurang yang ditunjukkan dengan degradasi warna dimana pada degradasi warna, warna hijau merupakan warna yang ideal untuk kenyamanan, komunikasi dan tidak merusak pendengaran. Bahan yang digunakan dalam enclousur adalah kayu dengan tebal 5 cm, kaca dengan tebal 6 mm, pintu dengan tebal 5 cm, playwood dengan tebal 2.5 cm dan busa dengan tebal 2,54 cm dengan luas P=7 m, L=5 m dan T = 8 m. Berikut ini adalah gambar desain yan telah dibuat 10 Gambar 4.1 Mapping Plant setelah diberi Enclosure Gambar 4.2 Desain enclousure keseluruhan. Gambar 4.3 Desain secara keseluruhan. 4.3 Perincian dana pembuatan enclosure Ada beberapa rincian dana dalam pembuatn enclosure, rincian dana ini dilakukan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan suatu enclosure. Perincian dananya adalah sebagai berikut 65

11 Bahan material Papan kayu dengan panjang 4 x 3 m Batu bata dengan panjang 15 cm tebal 10 cm Play wood dengan tebal 5 mm panjang 4 x 3 m Kaca dengan tebal 6 mm panjang 1 x 1 Busa dengan tebal 1 in p = 2 dan lebar 1 m Besi plat dengan tebal 25mm panjang 4 m Harga per satu Rp Rp. 350 Rp Rp Rp Rp Jumlah Jumlah harga Pembahasan Dari analisa tugas akhir yang telah dikerjakan yaitu pengendalian kebisingan pada Plant Hydrogen di PT SAMATOR Driyorejo Gresik dengan tema tentang pembuatan enclosure ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu pengambilan data, pengolahan data ada 2 perhitungan dengan software excel 2003 dan software CATT_Acustic V8, desain enclosure, dan perincian dana yang di inginkan. Pengambilan data yang dilakukan ada 39 titik pengukuran dimana dari hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi tertinggi adalah 90 dba. Tingkat kebisingan tersebut dapat mengganggu pendengaran jika terkena atau terpapar terus menerus yang dapat mengakibatkan ketulian, maka pembuatan enclosure ini perlu dilakukan. Dari data yang ada maka langkah pertama adalah pencarian untuk nilai TL, dari hasil survei yang dilakukan data yang diperoleh adalah nilai untuk L P1. Nilai dari NR 11 di umpamakan maka nilai TL dapat dicari. Dalam pengambilan data nilai dari L P1 dalam satuan dba maka terlebih dahulu nilai L P1 harus dirubah atau di konversi dalam bentuk db, nilai TL antara dba pada frekuensi 125 sampai 4KHz. Setelah nilai TL diketahui maka nilai W dapat dihitung untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dalam pembuatan enclosure, dari perhitungan nilai W = 16 kg/m 2 /cm pada frekuensi 125 Hz dengan nilai TL sebesar 19 db. Dari nilai W tersebut dapat diketahui bahan yang akan digunakan dan nilai absorpsi bahan dalam pembuatan enclosure nanti dapat diliat pada tabel 2.4. Setelah itu menghitung nilai dari L p1 yang berada didalam ruangan dimana nilai L p1 adalah bunyi yang dikeluarkan oleh mesin ditambah dengan pemantulan dari semua dinding dan barang barang yang berada dalam ruangan. Tingkat tekanan bunyi over all setelah di enclosure adalah 87 dba dan untuk tingkat kebisingan over all diluar tingkat tekanan bunyi di luar enclosure adalah 58 dba maka besar selisih yang terjadi antara tingkat tekanan bunyi didalam ruangan dan diluar ruangan adalah 29 dba. Dari hasil ini selanjutnya mencari nilai TTB di luar dinding dimana TTB di luar dinding ini harus lebih rendah dari pada di dalam dinding dan dari perhitungan TTB di luar dinding adalah 58 dba untuk over all. Pada perhitungan dengan menggunakan software didapatkan nilai tingkat tekanan bunyi diluar ruangan atau bunyi yang diterima oleh pendengar adalah sebesar 78 dba pada frekuensi 1 KHz dan bunyi didalam ruangan sebesar 90 dba untuk over all. Penurunan tingkat tekanan bunyi yang diinginkan adalah 10 db, Sedangkan penurunan yang telah dilakukan untuk perhitungan adalah 29 dba sedangkan untuk penurunan tingkat kebisingan dengan menggunakan software adalah 12 dba. Pengurangan tingkat tekanan bunyi dapat dilihat juga pada counture mapping sebelum di

12 enclosure pada gambar 3.3 dan sesudah di enclosure pada gambar 4.1, pada penggambaran pola penyebaran kebisingan sangat berbeda sekali dengan sebelum di enclosure. Sebelum di enclosure daerah penyebaran berada di daerah mesin 1 dan menyebar sampai area mesin dry ice dimana pada mesin dry ice ini terdapat orang bekerja, pemaparan atau tingkat tekanan bunyi pada area mesin dry ice ini sebesar dba dan pemaparan tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu pada pendengaran, jika tingkat tekanan bunyi tersebut terpapar terus menerus akan mengakibatkan ketulian sementara bahkan juga bisa sampai tuli permanen jika dalam rentang waktu yang cukup lama. 4. Barron, Randall F Industrial Noise Control and Acoustics. Marcel Dekker. New York. 5. Materi Kuliah Akustik dan Getaran Jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya. 6. Irwin, J.D and Graf, E.R Industrial Noise and Vibration Control. New Jersey. 7. Government of Hongkong SAR Guidlines on Design of Noise Barriers. Hongkong. 8. Departement of Defense USA Noise and Vibration Control. USA. 9. Putri M, Ajeng Perancangan Barrier Untuk Mengurangi Tingkat Kebisingan di Kampung Kanginan Surabaya Dengan Menggunakan Metode Nomograph. Teknik Fisika- ITS Surabaya. 5. KESIMPULAN Dari tugas akhir yang telah dikerjakan didapat beberapa kesimpulan yaitu 1. dari perhitungan didapatkan nilai w = 16 kg/m 2 /cm untuk menentukan bahan enclosre. 2. didapatkan nilai TTB di dalam ruang sebesar 105 dba. Sedangkan untuk diluar ruangan sebesar 74 dba. 3. penurunan tingkat tekanan bunyi sebesar 15 dba, melampaui yang telah direncanakan semula yaitu 10 dba. DAFTAR PUSTAKA 1. Mediastika, E Christina Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. Yogyakarta. 2. Doelle, L Leslie Akustik Lingkungan. Erlangga. 3. Harris, M Cyril Handbook of Acoustical Measurements and Noise Control. 12

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH Ajeng Putri Mayangsari Pembimbing I : Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN Ratih Dwilestari Pembimbing I : Ir. Tutug Dhanardono, MT. Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT 1 PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT Avininda Galih M 1),Ir. Tutug Dhanardono, MT 2) Ir Heri Joestiono 3) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology

Lebih terperinci

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu 5 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries Agustina Dwi Jayanti 6507040039 K3-VIII B Latar Belakang Produksi utama yaitu benang dan kain tenun Proses produksi dilakukan

Lebih terperinci

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc Oleh : Jenar Seto/2409105011 Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan sistemik

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS Bising Tingkat kebisingan yang berlebihan Besarnya TTB di ruang sumber dan di titik titik lain

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENCUCI PASIR DI PT. MAHARADIA PRAKARSA REMBANG - JAWA TENGAH

PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENCUCI PASIR DI PT. MAHARADIA PRAKARSA REMBANG - JAWA TENGAH PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENCUCI PASIR DI PT. MAHARADIA PRAKARSA REMBANG - JAWA TENGAH (Novantri Faradilla, Andi Rahmadiansah, ST, MT, Dyah Sawitri, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau 1 Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau Kukuh Darmawan, Ir. Heri Joestiono, MT dan Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

DESAIN BARRIER UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAEKAWA. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri

DESAIN BARRIER UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAEKAWA. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri DESAIN BARRIER UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAEKAWA batas yang telah ditetapkan dalam Peraturan ( Syahid Prima Rakhmawan, Andi Rahmadiansah, Menteri ST, MT, Negara Ir.

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI 3208204001 Latar belakang pelebaran jalan akibat perkembangan kota mengakibatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel aman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel DAFTAR ISI Hal i ii iv v vii x xiii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Batasan masalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN ENCLOSURE PADA POMPA BOILER FEED WATER UNIT UTILITAS BATU BARA SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

PERANCANGAN ENCLOSURE PADA POMPA BOILER FEED WATER UNIT UTILITAS BATU BARA SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN 1 PERANCANGAN ENCLOSURE PADA POMPA BOILER FEED WATER UNIT UTILITAS BATU BARA SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Achmad Fauzi Rizal dan Tutug Dhanardono, Ronny Dwi Noriyati Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA Rilwanu Ahmad P, Wiratno Argo Asmoro, Andi Rahmadiansah Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS Indah Budiar Pratiwi 6506040013 Pembimbing 1. Emie Santoso ST, MT 2. Joko Endrasmono ST, MT Abstrak PT. X merupakan

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU Kukuh Darmawan 2410105001 Pembimbing I Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono, MT : Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc. LatarBelakang Sebagaimana fungsinya,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Kata kunci: Transmission Loss

Kata kunci: Transmission Loss RANCANG BANGUN RUANG PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS MINI DI JURUSAN TEKNIK FISIKA ITS M. Bayu Lazuardy T., dan Andi Rahmadiansah ST, MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN Pendahuluan Apartemen dapat dikatakan sebagai penyatuan banyak bangunan tempat tinggal menjadi satu bangunan berlantai banyak yang terdiri dari beberapa unit

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM Batara Sakti 2408100040 Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Pada Kamar Hotel membutuhkan ketenangan dan kenyamanan

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA Pandu Kartiko 1, Sumaryoto 2, Moh. Muqoffa 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3 pandukartiko@live.com

Lebih terperinci

Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss

Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss Oleh : Edwin Yusrizal NIM. I.1406024 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung Mohammad Romy Hidayat, Andi Rahmadiansah, ST. MT. Jurusan

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Secara umum jalan layang keberadaannya sangat positif dalam menata sistem lalu lintas, guna mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi selain membawa dampak positif dalam kehidupan manusia juga banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan manusia seperti di antaranya polusi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan A. Waktu Dengung (Reverberation Time) Berdasarkan waktu dengung (Reverberation Time), tata akustik ruang kelas musik di Purwacaraka Musik Studio Sriwijaya belum ideal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perancangan interior suatu ruang berfungsi untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik secara fisik maupun non-fisik. Salah satu kenyamanan tersebut adalah kenyamanan

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 TUGAS SARJANA TEKNIK PENGENDALIAN KEBISINGAN MODIFIKASI DESIGN DAN UJI EKSPERIMENTAL SILENCER DENGAN DOUBLE SALURAN PADA KNALPOT TOYOTA KIJANG 7K YANG TERBUAT DARI MATERIAL KOMPOSIT O L E H : NAMA : PANCA

Lebih terperinci

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstraksi : Desain

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR Oleh : Yuniar Syahadhatin / 2407100075 Pembimbing 1 : Andi Rahmadiansah, ST, MT NIP. 19790517 200312 1 002 Pembimbing II :

Lebih terperinci

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Jusma Karbi 1, Defrianto 2, Riad Syech 3 Mahasiswa Jurusan Fisika Bidang Akustik Jurusan Fisika Bidang Fisika Kelautan Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C MAKALAH AKUSTIK TF3204 Oleh : Rakhmat Luqman Ghifari 13305040 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Sekarang ini pembangunan di kota Solo sangat pesat antara lain banyak hotel, mall dan gedung bertingkat yang didirikan di

Lebih terperinci

Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi

Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi Fitri Rachmawati, Andi

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH

AKUSTIKA RUANG KULIAH AKUSTIKA RUANG KULIAH Ruang Kuliah GKU Barat UTS TF 3204 AKUSTIK Akbar Aidil Sardi 13306003 LATAR BELAKANG Setiap ruangan, baik tertutup maupun terbuka, tidak terlepas dari akustik ruang. Akustik ruang

Lebih terperinci

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping 1 Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping Wildan Ahmad MB., Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Ujian Tengah Semester Akustik TF-3204 Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Oleh : Muhamad Reza Hediyono 13306017 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap suara Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap manusia karena dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Namun kemajuan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN

KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN Luciana Kristanto 1, Handoko Sugiharto 2, Remond Okta Wibowo 2, Fenny Harijono 2 1 Program Studi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Proyek 3.1.1. pengertian Akustik Akustik adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bunyi atau suara dan cara mengendalikan bunyi supaya nyaman bagi telinga

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KUALITAS AKUSTIK BERDASARKAN WAKTU DENGUNG DAN BISING LATAR BELAKANG MASJID MASJID BESAR DI SURABAYA Pembimbing I Oleh: Candra Budi S 2409 105 034 : Andi Rahmadiansah, ST. MT

Lebih terperinci

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA 62 LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA Suharyani, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S NRP : 9821040 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM 1 Batara Sakti, Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026 UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026 Disusun oleh Samuel Rivai Sitindaon 13306069 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation 14.4 Isolasi bunyi pada kolong udara dengan partisi double lapis Seperti yang terlihat dari

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE A KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-144 Desain Ulang Meeting Room P3AI ITS untuk Perbaikan Kualitas Akustik Video Conference Danarjati Wisnu Wardhana dan Wiratno

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia mempunyai indera pendengaran. Ketika indera pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan baik. Mendengarkan musik sama halnya

Lebih terperinci

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan Masjid Salman ITB Dibuat sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Akustik TF3204 Disusun oleh : Rianda Adiputra 13306073 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB Nama Rizki Febrian Nim 13307111 Kelas 01 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL STUDI TENTANG ENGARUH ROSENTASE LUBANG ADA DINDING ENGHALANG TERHADA ENGURANGAN SL Efrom Susanti 1, Suryasatriya Trihandaru 1,, Adita Sutresno 1,,* 1 rogram studi endidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER 0101010101 Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si Laboratorium Akustik dan Fisika Bangunan Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

Alexander Christian Nugroho

Alexander Christian Nugroho CLASSROOM ACOUSTICS Alexander Christian Nugroho STUDI KASUS : TVST B Pada tugas Topik Khusus kali ini, peserta kuliah diminta untuk memberikan persepsinya mengenai sebuah ruangan kelas dengan kapasitas

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17 Disusun Oleh: Wymmar 13307045 Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung Bandung

Lebih terperinci

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Oleh : Alfarizki Wuka Nugraha 2408 100 006 Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST,

Lebih terperinci

Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss

Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-175 Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss Fitri Rachmawati, Andi Rahmadiansah, dan Wiratno

Lebih terperinci

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

Keadaan Akustik Ruang TVST 82 Keadaan Akustik Ruang TVST 82 TVST merupakan salah satu gedung di Insititut Teknologi Bandung (ITB) yang rutin dipakai untuk kuliah. Kebanyakan mahasiswa ITB dari jurusan manapun pasti pernah mengalami

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI Khoerul Anwar 1, Binandika Arya Wangsa 2, Furqon Vaicdan 3 1 Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika,

Lebih terperinci