Utang Budiwan MO Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Utang Budiwan MO Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam"

Transkripsi

1 ANALISA PAPARAN BISING DI LINGKUNGAN JALAN SLAMET RIYADI, JALAN Prof.Dr.R.SUHARSO, DAN JALAN ADI SUCIPTO SURAKARTA MENGGUNAKAN METODE PENGUKURAN BISING SINAMBUNG SETARA Utang Budiwan MO2949 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Telah dilakukukan pengukuran traffic noise selama 24 jam di jalan Slamet Riyadi, jalan Prof.Dr.R.Suharso, dan jalan Adi Sucipto, berdasarkan metode paparan bising sinambung setara pada tanggal 5 September 2005, dengan menggunakan seperangkat Sound Level Meter Extech RS-232/datalogger. Tingkat kebisingan siang-malam L SM di jalan Slamet riyadi yaitu di lokasi RS. Ortopedi sebesar 73,8 db( dan PUSLITBANG UNS sebesar 77,1 db(. Di jalan Prof.Dr.R.Suharso, di lokasi Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru DepKes RI sebesar 68,2 db( dan Gardu Induk PLN sebesar 74,1 db(. Di Jalan Adi Sucipto bagian utara sebesar,2 db( dan Jalan Adi Sucipto bagian selatan sebesar 72 db(. Hasil pengukuran di ketiga ruas jalan tersebut melebihi baku mutu yang berlaku menurut KEP- 48/MENLH/11/1996 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/Per/XI/87. Kata Kunci : traffic noise, Sound Level Meter, L SM, bising I. PENDAHULUAN Kebisingan lingkungan merupakan bentuk gangguan kenyamanan yang belum mendapat perhatian serius di Indonesia. Pengukuran tingkat kebisingan lingkungan yang kontinyu penting dilakukan untuk mendapatkan pola karakteristik tingkat kebisingan lingkungan yang telah ditetapkan baku mutunya berdasarkan Kep MenLH no. 48/MenLH/11/1996 pada masing-masing kawasan peruntukan. Banyak sekali sumber-sumber yang dapat menimbulkan bising, salah satunya adalah jalan raya. Kebisingan yang ditimbulkan di jalan raya (traffic noise) akibat adanya lalu lintas bisa sangat mengganggu lingkungan sekitar, terutama bagi pemukiman yang berada di pinggir-pingir jalan. Semakin padat arus lalu lintas suatu jalan raya semakin besar pula paparan bising yang dihasilkan. Sumber traffic noise antara lain adalah suara mesin, suara knalpot, maupun suara ban yang bergesekan dengan jalan. Jalan raya Slamet Riyadi, jalan raya Suharso, dan jalan raya Adi Sucipto yang berada di kota Surakarta merupakan jalan yang berlalu lintas padat. Hampir semua jenis kendaraan bermotor mulai dari kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, truk sedang, truk besar, bus, sampai truk kontainer melewati tiga ruas jalan tersebut. Sedangkan di lingkungan sekitar jalan-jalan tersebut terdapat rumah penduduk, sarana umum seperti rumah sakit, dan juga kantor-kantor, sehingga tidak terhindarkan terkena paparan bising yang disebabkan oleh arus lalu lintas yang padat tersebut. Karena tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas jalan raya berubah-ubah (fluktuatif) selama selang waktu tertentu, maka untuk mengukur traffic noise digunakan metode tingkat tekanan suara sinambung setara. Dengan alasan di atas, maka dipandang penting untuk melakukan survei paparan bising di lingkungan sekitar jalan raya Slamet Riyadi, jalan raya Suharso, dan jalan raya Adi Sucipto, sedemikian sehingga diharapkan akan diperoleh informasi teruji dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan bahan acuan untuk menindak lanjuti jika kebisingan yang dihasilkan tidak sesuai dengan baku mutu yang berlaku di Indonesia. II. DASAR TEORI 2.1. Regulasi Bising Kebisingan merupakan gangguan yang bersifat subjektif. Di dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/11/1996, kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/Per/XI/87, kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. No Zona Tingkat kebisingan db( Maksimum yang dianjurkan Maksimum yang diperbolehkan 1 A B 45 3 C 4 D Tabel 2.1 Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/Per/XI/87 (Anonim, 1987). PERUNTUKAN KAWASAN /LINGKUNGAN KEGIATAN a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang terbuka hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan fasilitas umum 7. Rekreasi 8. Khusus Bandar Udara *) Stasiun Kereta Api *) Pelabuhan Laut Cagar Budaya *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya TINGKAT KEBISINGAN db(

2 3. Tempat ibadah atau sejenisnya Tabel 2.2 Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep- 48/MENLH/11/1996 (Anonim, 1996) 2.2. Gelombang Bunyi Gelombang bunyi didefinisikan sebagai gelombang mekanik longitudinal berfrekuensi 20 Hz 20 khz yang menjalar melalui medium padat, cair, dan gas, yang dapat ditangkap oleh indra dengar manusia. Jangkauan frekuensi ini disebut sebagai jangkauan pendengaran atau audible range (Haliday dan Resnik, 1996) Intensitas Bunyi Intensitas bunyi adalah daya yang dirambatkan gelombang melalui satuan luas permukaan tegak lurus arah rambatannya atau dalam bentuk persamaan dapat dinyatakan sebagai : E I (2.1) At dengan E adalah sejumlah energi yang dirambatkan melalui permukaan, dinyatakan dalam Joule. A adalah luas permukaan yang tegak lurus arah rambat gelombang, dinyatakan dengan meter 2, dan t adalah waktu yang dibutuhkan untuk merambat, dinyatakan dalam sekon. Sehingga Intensitas bunyi dinyatakan dalam Joule/m 2 s, atau Watt/m Perambatan Bunyi di Udara Sebagaimana halnya dengan setiap gelombang longitudinal, bunyi merambat melalui medium yang memiliki massa dan elastisitas, melalui mekanisme perapatan dan peregangan pertikel-partikel medium itu (dalam hal ini adalah udara). Pertikel-partikel udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normalnya, tetapi hanya bergeser diposisi setimbangnya. Ruang tempat bergeraknya bunyi disebut medan bunyi. Dalam medan bunyi partikel-partikel pada medium menunjukan gerakan-gerakan bolak-balik di sekitar posisi kesetimbangan seperti terlihat pada Gambar 2.2. Gerakan bolak-balik inilah yang menyebabkan terjadinya rambatan gelombang (Dodi Rusjadi, 2005). Maksimum perpindahan (negative) Posisi partikel ditengah Maksimum perpindahan (positif) Satu putaran udara, suara mesin, suara kawasan industri, atau sebuah mobil dapat dikatakan sebagai sumber titik. Sumber garis Suatu sumber garis dapat memancarkan radiasi yang kontinyu. Sumber garis dapat terdiri dari beberapa sumber titik yang saling berdekatan sehingga emisi suara yang dihasilkan dapat dianggap sebagai pancaran secara terus menerus dari suatu garis khayal yang menghubungkan sumber titik tersebut. Sumber bidang Misalkan suatu medium berbentuk tabung, dengan jari-jari tertentu, dan panjangnya sama dengan jarak yang ditempuh oleh gelombang suara dalam satu detik 2.5. Pemantulan Bunyi Ketika gelombang bunyi mengenai suatu permukaan, sebagian energinya akan dipantulkan, sebagian ditransmisikan, dan sebagian ada yang diserap. Gejala pemantulan bunyi ini hampir sama dengan pemantulan cahaya, yaitu memenuhi hukum pemantulan. Hukum pemantulan bunyi mengatakan bahwa gelombang bunyi datang, garis normal bidang, dan gelombang pantul terletak pada satu bidang datar, sudut gelombang bunyi datang sama dengan sudut gelombang bunyi pantul. Namun harus diingat bahwa panjang gelombang bunyi jauh lebih besar dari pada panjang gelombang sinar cahaya, dan hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran permukaan pemantul (Doelle,1993) Penyerapan Bunyi Setiap gelombang bunyi mengenai suatu permukaan, sebagian kecil energinya akan hilang karena diserap oleh permukaan itu. Penyerapan gelombang bunyi oleh suatu permukaan merupakan fungsi dari beberapa parameter antara lain kekasaran permukaan, porositas, kelenturan permukaan, dan dalam beberapa kasus melibatkan besaran-besaran resonansi. Efisiensi suatu penyerapan bunyi dinyatakan dengan angka 0 dan 1, yang disebut koefisien penyerapan. Angka 0 menunjukan tidak ada penyerapan, atau dengan kata lain terjadi pemantulan sempurna. Sedangkan angka 1 menunjukan penyerapan sempurna (Hassall and Zaveri,1988). Penyerapan bunyi juga merupakan perubahan energi bunyi menjadi bentuk lain (biasanya berupa panas) ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan (Doelle, 1993). Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini sangat kecil, sedang kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan tersebut Hamburan bunyi Difraksi atau hamburan bunyi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan di sekitar suatu penghalang. Gambar 2.1. Pergerakan partikel bunyi pada medium (Dodi Rusjadi, 2005) Sumber bunyi dibedakan menjadi tiga tipe yaitu (Hassall and Zaveri,1988): Sumber titik Suatu sumber bunyi dikatakan sumber titik jika ukuran sumber bunyi itu lebih kecil dari pada jarak sumber ke pendengar. Sumber bunyi seperti suara kapal Gambar 2.2. Efek dari hamburan pada frekuensi rendah (Hassall and Zaveri,1988)

3 Gambar 2.3. Efek dari hamburan pada frekuensi tinggi (Hassall and Zaveri,1988) 2.8. Integrating Sound Level Meter Untuk melakukan pegukuran kebisingan digunakan suatu alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Dewasa ini terdapat berbagai jenis SLM yang diproduksi oleh berbagai negara mulai dari model yang paling sederhana hingga modern dengan berbagai fasilitas pengukuran yang sangat lengkap Skala Desibel ) Bunyi terlemah yang dapat diterima telinga manusia adalah 20 µpa atau 20 per juta Pascal, artinya kali lebih kecil dari tekanan atmosfer. Perubahan sebesar 20 µpa ini sangatlah kecil, sehingga menyebabkan selaput dalam telinga manusia hanya bergerak dengan jarak kurang dari garis tengah sebuah atom. Respon telinga manusia tidak secara linier, melainkan secara logaritmik. Dengan alasan ini telah ditemukan besaran lebih praktis untuk menyatakan parameter akustik sebagai perbandingan logaritmik menyangkut nilai yang terukur kepada suatu nilai acuan. Ini mengurangi jumlah manageabel proporsi dan hasil unit, yang disebut Bel (berasal dari Allexander Graham Bell) yang digambarkan sebagai logaritma dasar kesepuluh dari dua tenaga akustik, atau intensitas. Tetapi ternyata satuan ini masih terlalu besar, sehingga satuan 1/10 Bel, decibel ), lebih sering digunakan (Hassall and Zaveri,1988). Ketika intensitas bunyi sebanding dengan kuadrat tekanan bunyi p, suatu skala untuk perhitungan akustik yang didefinisikan sebagai Sound Pressure Level (SPL) dapat dinyatakan sebagai : p p Sound PressurLevel L p 10log 20log p 0 p0 (2.2) Dimana p adalah tekanan bunyi yang dihitung, p 0 adalah tekanan bunyi referensi, nilai referensi untuk udara adalah 20µPa atau setara dengan W/m 2, merupakan tekanan suara pada ambang pendengaran. SPL dinyatakan dalam satuan decibel ). Jika pada persamaan di atas dimasukan nilai p dengan 2x10-5 N/m 2 dan dengan 2x10 2 N/m 2 maka didapat nilai 0 db pada ambang dengar dan 140 db pada ambang sakit Jaringan Pembobotan Alasan dilakukan pengukuran kebisingan lebih didasarkan pada reaksi manusia dari pada penelitian bunyi sebagai fenomena fisika. Telinga manusia memiliki kepekaan yang berbeda dalam penerimaan bunyi dengan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu dibuat suatu tapis dalam alat pengukuran kebisingan yang berfungsi membedakan daerah-daerah frekuensi. Daerahdaerah frekuensi ini dinotasikan dengan abjad kapital, yang disebut sebagai jaringan pembobotan (weighting network). Jaringan pembobotan dasar dikeluarkan oleh 2 American Nasional Stanard Institute (ANSI) adalah pembobotan A, B, dan C (Doelle,1993). A weighting atau yang biasa yang ditulis dengan db( digunakan untuk simulasi yang paling sesuai dengan respon telinga manusia (pada 40 phon) dan digunakan sebagai alat prediksi kehilangan pendengaran karena paparan bising. SLM secara umum, personal sound exposure meter, dan noise dosimeter menggunakan A weighting untuk menentukan dampak bising terhadap manusia. B weighting digunakan untuk simulasi telinga manusia pada aras phon. Bilangan ini jarang digunakan. Sedangkan C weighting memiliki kurva mendatar pada hampir semua jangkauan pendengaran manusia dan menurun senilai 3 db pada frekuensi 31,6 Hz dan 8 Hz. Karena memiliki kurva yang demikian, C weighting banyak digunakan untuk perkiraan emisi akustik mesin. Disamping itu juga digunakan untuk spesifikasi hearing protector serta mengukur puncak SPL. Besaran lain adalah D weighting yang digunakan untuk mengukur bising mesin jet pesawat terbang Parameter Kebisingan Komunitas Perekaman secara kontinyu terhadap kebisingan di suatu tempat memungkinkan untuk membuat statistik kebisingan dalam suatu komunitas. Dari hasil rekaman SLM dapat dibuat histogram maupun distribusi komulatif kebisingan. Berikut kuantitas atau besaran yang digunakan dalam pengukuran kebisingan (Kinsler,1982) : 1. Equivalent Continous Sound Level atau tingkat kebisingan sinambung setara (Leq), yaitu tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama selang waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan yang tetap (steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya adalah db(. Persamaan untuk L eq dapat ditulis sebagai berikut (Hassall and Zaveri,1988) : t 1 T p A Leq LAeqT dt T p 10 log (2.3) 0 0 dimana : T = total waktu pengukuran (detik) p A (t) = tekanan bunyi sesaat (Pa) p 0 = tekanan bunyi referensi (20 µpa) 2. Day-Night average sound level (L ND ) : Leq 24 jam yang diperoleh setelah penambahan 10 db( pada pembacaan dari jam x-percentile-exceeded sound level (L x ) : db( yang nilainya sama atau melampaui x persen dari waktu pencacahan (respon cepat). Yang paling banyak dipakai adalah L 10, L, dan L. 4. Noise exposure level (L ex ) : (atau disebut juga Sound exposure level, SEL) adalah db( yang diperoleh dari normalisasi (integral dari kuadrat hasil pembacaan pada waktu yang ditentukan) mengacu pada (1 detik)x(20 µpa) 2. dalam kalimat berbeda dapat dikatakan sebagai pembacaan konstan selama 1 detik yang memiliki jumlah energi akustik yang sama dengan suara asli. 2

4 III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Survei Pemeriksaan Pembuatan Denah Pengecekan Fungsi Alat Ukur Pengecekan fungsi dilakukan untuk mengetahui apakah SLM yang digunakan penunjukannya masih benar atau tidak. Untuk melakukan pengecekan fungsi SLM digunakan calibrator, dengan memasukan mikrofon pada lubang (plug) yang terdapat pada calibrator, setelah itu menyalakan calibrator, kemudian memperhatikan penunjuk SLM. Calibrator menghasilkan level 94 db pada frekuensi 0 Hz, jika SLM tidak menunjukan angka 94 db, atur gain adjustment pada SLM sampai pembacaan tepat pada angka 94 db. Pengecekan Kalibrasi Alat Pengambilan Data Pengolahan Data L S, LM, L SM, L 10, L, Perbandingan Dengan Selesai Gambar 3.1 Diagram Blok Metode Penelitian 3.2. Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua set SLM Extech RS-232 / datalogger, SLM ini termasuk SLM type 2, sebuah acoustical calibrator , dan dua buah tripod Tempat dan Penelitian Pengambilan data dilakukan di jalan Adi Sucipto, jalan Prof.Dr.R.Suharso, dan jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada tanggal 9 September Tahap Pengambilan data Pengecekan Survei Lapangan Sebelum pengambilan data perlu dilakukan survey lapangan terlebih dahulu. Survey ini dilakukan untuk menentukan titik-titik pengukuran dan penggambaran denah lokasi yang akan diukur paparan bisingnya Pemeriksaan Instrumen Pemeriksaan instrument meliputi pemeriksaan baterai SLM dan calibrator, serta aksesoris seperti wind screen, rain cover, tripod dan lain-lain. Dalam keadaan pengukuran dilakukan dengan kontrol komputer, maka harus diperhatikan bahwa semua perangkat keras dan perangkat lunak bekerja dengan baik Proses Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di jalan Adi Sucipto, jalan Suharso, dan jalan Slamet Riyadi, Surakarta, menggunakan seperangkat alat Sound Level Meter Extech RS-232/datalogger. Menurut Surat Keputusan bernomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Menteri Negara Lingkungan Hidup, waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (L SM ) dengan pembagian waktu pada siang hari tingkat aktifitas paling tinggi selama 16 jam (L S ) pada selang waktu WIB WIB dan aktifitas malam selama 8 jam (L M ) pada selang WIB WIB. Data di ambil dengan rentang waktu 5 detik dalam waktu 10 menit yang mewakili 1 jam selama 24 jam. Setiap pengukuran harus mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit empat waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit tiga waktu pengukuran. Pembagian waktu pengukuran sebagai berikut : L eq1 diambil pada jam WIB mewakili jam WIB - 0 WIB L eq2 diambil pada jam WIB mewakili jam 0 WIB WIB L eq3 diambil pada jam WIB mewakili jam WIB WIB L eq4 diambil pada jam 0 WIB mewakili jam WIB WIB L eq5 diambil pada jam WIB mewakili jam WIB WIB L eq6 diambil pada jam WIB mewakili jam WIB WIB L eq7 diambil pada jam WIB mewakili jam WIB WIB 3.5. Pengolahan Data Pembacaan data Sound Level Meter Extech RS- 232/datalogger menggunakan perangkat lunak data aquisisi extech model ver.5.3. Data yang diperoleh kemudian di hitung besarnya L S, L M, L SM, L eq, L 99, L, dan L 10. Kemudian disajikan dalam bentuk grafik distribusi dan komulatif L eq dan grafik pencacahan runtun waktu (). Pembuatan grafik menggunakan Microsoft Office Exel. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran traffic noise dilakukan di tiga lokasi yaitu di jalan Slamet Riyadi, jalan Prof.Dr.R.Suharso, dan jalan Adi Sucipto. Untuk ruas jalan Slamet Riyadi diambil data di depan Rumah Sakit Ortopedi dan di depan PUSLITBANG UNS, untuk ruas jalan Prof.Dr.R.Suharso diambil data di depan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Departemen Kesehatan RI dan depan Gardu Induk PLN, sedangkan ruas jalan Adi Sucipto data diambil di kedua sisi ruas jalan sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah.

5 Jalan Slamet Riyadi Pada lokasi ini pengukuran traffic noise dilakukan selama selama 24 jam sehingga didapatkan data terekam dari SLM yang kemudian data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel ke dalam bentuk yang ditunjukan seperti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Selanjutnya data terekam dikelompokan dengan resolusi 1 db, kemudian dihitung persentase tingkat kebisingan sinambung setara (L eq ) kumulatif (Lampiran I) dan distributif (Lampiran II), diplotkan dalam bentuk seperti pada Gambar 4.3 dan Gambar Leq Cum Leq Dist Gambar 4.4. di depan PUSLITBANG UNS selama 24 jam 9:05:51 9:07:46 9:09:41 9:11:36 9:13:31 9:15:26 14:48:38 14::33 14:52:28 14:54:23 14:56:18 16:05:23 16:07:18 16:09:13 16:11:08 16:13:03 20:49:09 20:51:04 20:52:59 20:54:54 Gambar 4.1. depan Rumah Sakit Ortopedi selama 24 jam 20:56:49 23:46:45 23:48:40 23::35 23:52:30 23:54:25 23:56:20 2:44:15 2:46:10 2:48:05 2::00 2:51: 5:10:52 5:12:47 5:14:42 5:16:37 5:18:32 Dari Gambar 4.3 pada lokasi depan RS. Ortopedi didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 51,6 db( sampai 91,3 db(, karena ada estimasi jarak antara titik pengukuran dengan RS. Ortopedi, terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 6 db (Lampiran IV), maka tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 45,6 db( sampai,3 db(. Sedangkan untuk lokasi di depan PUSLITBANG UNS, dari Gambar 4.4 didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 51,6 db( sampai 99,1 db(, karena estimasi jarak maka terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 4,8 db (Lampian IV) sehingga tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 46,8 db( sampai 94,6 db(. 105 Jalan Prof.Dr.R.Suharso Pada lokasi ini diambil data di depan Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru dan depan PLN. Hasil berupa Time history Graph dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Grafik persentase tingkat bising sinambung setara (L eq ) kumulatif (Lampiran I) dan distributif (Lampiran II) berupa dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 9:11:36 9:13:31 9:15:26 9:17:21 9:19:16 9:21:11 14:49:33 14:51:28 14:53:23 14::18 14:57:13 16:05:31 16:07:26 16:09:21 16:11:16 16:13:11 20:51:52 Gambar 4.2. depan PUSLITBANG UNS selama 24 jam 20:53:47 20::42 20:57:37 20:59:32 23:48:01 23:49:56 23:51:51 23:53:46 23::41 23:57:36 2:45:02 2:46:57 2:48:52 2::47 2:52:42 5:11:43 5:13:38 5:15:33 5:17:28 5:19: :56:24 9:58:19 10:00:14 10:02:09 10:04:04 10:05:59 14:27:37 14:29:32 14:31:27 14:33:22 14:35:17 16:32:23 16:34:18 16:36:13 16:38:08 16:40:03 21:12:09 21:14:04 21:15:59 21:17:54 21:19:49 23:27:43 23:29:38 23:31:33 23:33:28 23:35:23 23:37:18 2:19:58 2:21:53 2:23:48 2:25:43 2:27:38 5:30:37 5:32:32 5:34:27 5:36:22 5:38:17 Gambar 4.5. di depan PLN selama 24 jam Leq Cum Leq Dist Gambar 4.3. di depan Rumah Sakit Ortopedi selama 24 jam :49:20 9:51:15 9:53:10 9::05 9:57:00 9:58: 14:28:40 14:30:35 14:32:30 14:34:25 14:36:20 16:32:05 16:34:00 16:35: 16:37: 16:39:45 21:13:30 21:15:25 21:17:20 21:19:15 21:21:10 23:28: 23:30: 23:32:45 23:34:40 23:36:35 23:38:30 2:21:58 2:23:53 2:25:48 2:27:43 2:29:38 5:31:46 5:33:41 5:35:36 5:37:31 5:39:26 Gambar 4.6. di depan Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru selama 24 jam

6 :19:07 10:21:02 10:22:57 10:24:52 10:26:47 10:28:42 14:06:53 14:08:48 14:10:43 14:12:38 14:14:33 16::16 16:52:11 16:54:06 16:56:01 16:57:56 21:30:54 21:32:49 21:34:44 21:36:39 21:38:34 23:10:32 23:12:27 23:14:22 23:16:17 23:18:12 23:20:07 2:05:15 2:07:10 2:09:05 2:11:00 2:12: 5:48:21 5::16 5:52:11 5:54:06 5:56:01 Leq Cum Leq Dist Gambar 4.7. di depan PLN selama 24 jam Gambar 4.9. di jalan Adi Sucipto sebelah utara sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah selama 24 jam Leq Cum Leq dist Gambar 4.8. di depan Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru selama 24 jam 10:10:58 10:12:53 10:14:48 10:16:43 10:18:38 10:20:33 14:06:45 14:08:40 14:10:35 14:12:30 14:14:25 16::07 16:52:02 16:53:57 16::52 16:57:47 21:33:05 21:35:00 Gambar di jalan Adi Sucipto sebelah selatan sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah selama 24 jam 21:36: 21:38: 21:40:45 23:12:06 23:14:01 23:15:56 23:17:51 23:19:46 23:21:41 2:05:58 2:07:53 2:09:48 2:11:43 2:13:38 5:49:29 5:51:24 5:53:19 5::14 5:57:09 Dari Gambar 4.7 pada lokasi depan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 49,9 db( sampai 92,8 db(, karena ada estimasi jarak antara titik pengukuran dengan Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru, terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 6 db (Lampiran IV), maka tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 43,9 db( sampai 86,8 db(. Sedangkan untuk lokasi di depan Gardu Induk PLN, dari Gambar 4.8 didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 51 db( sampai 101,1 db(, karena estimasi jarak maka terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 3 db (Lampian IV) sehingga tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 48 db( sampai 98 db(. Jalan Adi Sucipto Pada lokasi ini diambil data di kedua ruas jalan sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah. Hasil berupa Time history Graph dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar Grafik persentase tingkat bising sinambung setara (L eq ) kumulatif (Lampiran I) dan distributif (Lampiran II) berupa dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar Leq Cum Leq Dist Gambar di jalan Adi Sucipto sebelah utara sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah selama 24 jam Leq Cum Leq Dist Gambar di jalan Adi Sucipto sebelah selatan sebelum persimpangan perumahan Fajar Indah selama 24 jam

7 Dari Gambar 4.11 pada lokasi sebelah utara jalan Adi Sucipto didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 51 db( sampai 87 db(, karena ada estimasi jarak antara titik pengukuran dengan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru, terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 3 db (Lampiran IV), maka tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 48 db( sampai 84 db(. Sedangkan untuk lokasi sebelah selatan jalan Adi Sucipto, dari Gambar 4.12 didapat bahwa traffic noise yang dihasilkan berkisar antara 52,8 db( sampai 96,4 db(, karena estimasi jarak maka terjadi pengurangan tingkat kebisingan sebesar 3 db (Lampian IV) sehingga tingkat kebisingan pada lokasi ini berkisar antara 49,8 db ( sampai 93,4 db (. Dengan pertimbangan bahwa pada malam hari orang lebih sensitif dari pada siang hari, maka pada malam hari energi suara disetarakan dengan siang hari ditambah 5 db. Koereksi tersebut berdasarkan bukti empiris dimana di Amerika dan Eropa koreksi ini sebesar 10 db dan pembagian waktupun berbeda. Menurut Surat Keputusan bernomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Menteri Negara Lingkungan Hidup, waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (L SM ) dengan pembagian waktu pada siang hari tingkat aktifitas paling tinggi selama 16 jam (L S ) pada selang waktu WIB WIB dan aktifitas malam selama 8 jam (L M ) pada selang WIB WIB. Setelah didapat data terukur di setiap lokasi kemudian dihitung besarnya paparan bising siang-malam (L SM ), dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 4 1 L i 10 L log 10 eq siang LS jam t (4.1) i L L eq eq malam L 8 jam M log 8 i1 7 i5 t siang malam L 24 jam 10log 0,1xLS 16x10 0,1x LM 5 8x10 SM i Setelah dikurangi dengan estimasi jarak maka didapat hasil seperti pada tabel berikut : Lokasi L S Li 10 L M L SM L 10 L L Jalan Slamet Riyadi - RS Ortopedi 74,4 67,3 73,8 73,9 58,5,5 - PUSLITBANG UNS 78 69, ,8,4,7 2. Jalan Prof.Dr.R.Suharso - Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru DepKes RI 68,1 63,3 68,2 72,5,9 45,4 - PLN 74,6 67,9 74,1 74,2 54,1 48,2 3. Jalan Adi Sucipto - Sebelah Utara,6 69,3,2,5 49,5 - Sebelah Selatan 73,1 68, ,7,2 52,5 Tabel 4.1 Hasil perhitungan parameter bising Hasil paparan bising siang-malam (L SM ) yang diperoleh sangat jauh di atas ambang batas yang ditetapkan yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/Per/XI/87 dan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Surat Keputusan bernomor : KEP-48/MENLH/11/1996. Untuk di depan RS Ortopedi didapat nilai L SM sebesar 73,8 db (, lokasi di jalan Slamet Riyadi ini termasuk Zona A (Tabel 2.1). Untuk zona A maksimal paparan bising yang diperbolehkan yaitu 45 db (, sedangkan menurut KEP- 48/MENLH/11/1996 (Tabel 2.2) untuk rumah sakit paparan bising yang diperbolehkan db (, nilai ini sangat jauh di atas ambang batas yang diperbolehkan. Untuk lokasi PUSLITBANG UNS, yang termasuk zona A, didapat nilai L SM sebesar 77,1 db (, nilai ini pun sangat jauh dibandingkan dengan baku mutu yaitu 45 db( dan db(. Pada lokasi ke dua yaitu Jalan Prof.Dr.Suharso, termasuk zona A, terdapat Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru dan Gardu Induk PLN. Untuk di depan lokasi Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Depertemen Kesehatan RI, nilai L SM yang didapat yaitu sebesar 68,2 db(, dan di depan Gardu Induk PLN nilai L SM yang didapat sebesar 74,1 db(, nilai ini pun sangat jauh di atas ambang batas. Untuk lokasi ke tiga yaitu di Jalan Adi Sucipto, di lokasi ini terdapat perumahan penduduk sehingga termasuk zona B, ambang batas untuk zona B yaitu db(, sedangkan nilai L SM yang diperoleh untuk bagian jalan sebelah utara sebesar,2 db( dan sebelah selatan sebesar 72 db(, nilai ini pun sangat jauh dibanding dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Dilihat dari, nilai paparan bising yang tinggi yaitu sekitar jam 0 sampai 17.00, pada jam ini aktifitas lalu lintas di ketiga jalan itu sangatlah padat, tercatat lebih dari 3000 kendaraan perjam yang melewati ruas jalan Slamet Riyadi dan Jalan Adi Sucipto, sedangkan lebih dari 1300 kendaraan perjam yang lewat ruas jalan Prof.Dr.R.Suharso. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Didapat hasil traffic noise di jalan Slamet Riyadi untuk lokasi di depan RS. Ortopedi yaitu berkisar antara 51,6 db ( sampai 91,3 db dan depan PUSLITBANG UNS yaitu berkisar antara 51,6 db( sampai 99,1 db(. Untuk jalan Prof.Dr.R.Suharso, pada lokasi di depan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru DepKes yaitu berkisar 49,9 db( sampai 92,8 db(, sedangkan untuk lokasi depan Gardu Induk PLN berkisar antara 51 db( sampai 101,1 db(. Untuk jalan Adi Sucipto bagian utara traffic noise berkisar antara 51 db( sampai 87 db(, dan pada bagian selatan berkisar antara 52,8 db( sampai 96,4 db(. 2. Paparan bising siang-malam (L SM ) masingmasing lokasi sebagai berikut : a. RS. Ortopedi sebesar 73,8 db( b. PUSLITBANG UNS sebesar 77,1 db( c. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru DepKes sebesar 68,2 db( d. Gardu Induk PLN sebesar 74,1 db( e. Jalan Adi Sucipto bagian utara sebesar,2 db( f. Jalan Adi Sucipto bagian selatan sebesar 72 db( 5.2. Saran 1. Dapat dilakukan penambahan waktu pengukuran sebagai pembanding dengan pengukuran yang telah dilakukan. 2. Pengukuran memperhitungkan parameterparameter lain yang dapat mempengaruhi hasil perhitungan seperti kecepatan kendaraan, kecepatan angin, arah angin, populasi kendaraan.

8 DAFTAR PUSTAKA Anonim Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/11/1996. Tentang Baku Kebisingan. Jakarta. Anonim Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/Per/XI/87. Tentang Kriteria Pendaerahan. Jakarta. Dodi Rusjadi TE Konsep Dasar Akustik dan Teori Kebisingan. Puslit KIM-LIPI. Jakarta Doelle, LL Akustik Lingkungan. Terjemahan Lea Prasetyo. Erlangga. Jakarta. Haliday and Resnick Fisika. Jhon Wiley and Son. New York Hassall, J. R., and Zaveri, K Acoustic Noise Measurements. 5 th edition. Brüel & Kjær. K. Larsen and Sons. Denmark. Kinsler, L.E., Frey, A. R., Coppens, A. B. and Sanders, J. V Fundamental of Acoustics. 3 rd edition. John Wiley and Sons. Singapore. Sincero, Arcadio P, and Sincero, Gregoria A Enviromental Engineering, A Desain Approach, Prentice Hall, Inc, United State of Amerika. Tri Lestari Analisis Paparan Bising di Lingkungan Rumah Sakit Triharsi Surakarta. Laporan Tugas Akhir S1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Widia Etna Ratnaningsih Pengukuran dan Analisa Tingkat Kebisingan di Beberapa Tempat di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Laporan Tugas Akhir S1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Wisnu Eka Yulyanto, Pramana Budi Purwaka, Taufik, Widhi Handoko Pengkajian Kharakteristik Tingkat Kebisingan Lingkungan Diberbagai Kawasan Peruntukan KEP- 48/MENLH/11/

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja ICS 13.140 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2 PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 176 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 176 TAHUN 2003 KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 76 TAHUN 2003 TENTANG BAKU TINGKAT GETARAN, KEBISINGAN DAN KEBAUAN DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup agar dapat bermanfaat

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA SEMINAR TUGAS AKHIR PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA Masmulki Daniro J. NRP. 3307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Semakin pesatnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

KAJIAN KEPMEN LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996 DARI HASIL PENGUKURAN KEBISINGAN LINGKUNGAN TAHUN 2009

KAJIAN KEPMEN LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996 DARI HASIL PENGUKURAN KEBISINGAN LINGKUNGAN TAHUN 2009 KAJIAN KEPMEN LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996 DARI HASIL PENGUKURAN KEBISINGAN LINGKUNGAN TAHUN 2009 REVIEW OF MINISTER LIVING ENVIRONMENT NO. 48/1996 USING RESULTS OF ENVIRONMENTAL NOISE MEASUREMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang ISSN 1410-9840 KAJIAN DAMPAK PENINGKATAN KEBISINGAN AKIBAT OPERASINALISASI JALUR GANDA KERETA API (STUDI KASUS PEMBANGUNAN JALAN KA PARTIAL DOUBLE TRACK BREBES LOSARI CIREBON) Evi Setiawati Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI Khoerul Anwar 1, Binandika Arya Wangsa 2, Furqon Vaicdan 3 1 Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057;

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH-PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Anugra Setiawan Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

GELOMBANG YUSRON SUGIARTO

GELOMBANG YUSRON SUGIARTO GELOMBANG YUSRON SUGIARTO OUTLINE Gelombang Klasiikasi Gelombang Siat gelombang Gelombang Suara Eek Doppler GELOMBANG KLASIFIKASI GELOMBANG Gelombang menurut arah perambatannya: Gelombang Longitudinal

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT Novi Suryanti 1), Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG.

STUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG. STUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG. SUSANTO ATMADJA NRP : 9721007 NIRM : 41077011970244 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir.

Lebih terperinci

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH- PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Nyimas Septi Rika Putri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Sahrullah Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG Hendrik Pristianto Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong ABSTRAK Kebisingan merupakan polusi

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN TUANKU TAMBUSAI PEKANBARU

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN TUANKU TAMBUSAI PEKANBARU PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN TUANKU TAMBUSAI PEKANBARU Bima Anggraini 1, Rahmi Dewi 2, Juandi 3 E-mail: bimaanggraini23@yahoo.com 1 Mahasiswi Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak Pengukuran Bising Lingkungan Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak by : Zoel 06 Tidak dalam kondisi hujan Kecepatan angin 20 km/jam Mikrofon dilengkapi wind screen untuk menghindari pengaruh getaran

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S NRP : 9821040 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan Elysa

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Rudhi Andreas Komang ), Aryo Sasmita 2), David Andrio 3) ) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3)

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length dilakukan penggandaan jarak antara pendengar dengan sumber bunyi [4]. Dalam kehidupan sehari-hari sumber bunyi garis menjadi tidak menguntungkan karena hanya mengalami penurunan sebesar 3 db saat penggandaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang akan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan Menimbang : MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, 1. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa kemajuan pada bidang transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks membutuhkan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( ) ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK Disusun Oleh: Suksmandhira H (13307011) FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 A. Latar

Lebih terperinci

Diajukan: 3 Agustus 2011, Dinilaikan: 5 Agustus 2011, Diterima: 10 Oktober Abstrak

Diajukan: 3 Agustus 2011, Dinilaikan: 5 Agustus 2011, Diterima: 10 Oktober Abstrak Jurnal Standardisasi Vol. 3, No. 3 Tahun 20: 76-83 KAJIAN METODE SAMPING PENGUKURAN KEBISINGAN DARI KEPUTUSAN MENTERI INGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 996 Study Sampling Method of Environment Noise From The

Lebih terperinci

ARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT.

ARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. ARDHINA NUR HIDAYAT (3308100066) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. Evaluasi Perubahan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan Dengan Tata Guna Lahan Di Kawasan Dharmawangsa

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

Dasar II Tahun : 2007 GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC)

Dasar II Tahun : 2007 GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC) Matakuliah Dasar II Tahun : 2007 : K0252 / Fisika GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC) Dalam pertemuan ini pembahasan akan meliputi macam-macam bunyi, kualitas bunyi yang meliputi amplitudo tekanan ; tingkat

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C MAKALAH AKUSTIK TF3204 Oleh : Rakhmat Luqman Ghifari 13305040 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, diperoleh data yang diuraikan pada Tabel 4. Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

Getaran, Gelombang dan Bunyi

Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN

BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN BAB 6. SATUAN UKURAN KEBISINGAN 6.1. LEVEL DAN DESIBEL Respon manusia terhadap suara kira-kira sebanding dengan logaritma intensitas suara. Tingkat logaritmik (diukur dalam desibel atau db), di Akustik,

Lebih terperinci

TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI. Jumingin

TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI. Jumingin TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI Jumingin e-mail: juminginpgri@gmail.com Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang ABSTRACT

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA

RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA RANGKUMAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA Getaran A. Pengertian getaran Getraran adalah : gerak bolak-balik benda secara teratur melalui titik keseimbangan.salah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS Muhammad Fayyadl M 7 Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di kabin penumpang dan kabin masinis,

Lebih terperinci

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Kompetensi dasar : Memahami Konsep Dan Prinsip-Prinsip Gejala Gelombang Secara Umum Indikator : 1. Arti fisis getaran diformulasikan 2. Arti fisis gelombang dideskripsikan

Lebih terperinci

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI BAB I GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Kompetensi dasar : Memahami Konsep Dan Prinsip Prinsip Gejala Gelombang Secara Umum Indikator Tujuan 1. : 1. Arti fisis getaran diformulasikan

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK MASJID SALMAN ITB: ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB Disusun Oleh: NAMA: FIKRI FERDIANA

Lebih terperinci

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH- PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) NyimasSepti Rika Putri FakultasTeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06-24 Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure

Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure Ahmad Su udi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unila Bandar Lampung 14 E-mail: suudi@unila.ac.id, suudi74@yahoo.com Abstract 10 Noise is one

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan volume transportasi dari waktu ke waktu terus berkembang sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor sebesar 5 persen sebagaimana

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGUKURAN BISING * Iwan Yahya **

DASAR-DASAR PENGUKURAN BISING * Iwan Yahya ** 66 Bab V. Metode Pengukuran Akustik # Pengantar Akustik by: Iwan Yahya Grup Riset Akustik & Fisika Terapan (iarg) Jurusan Fisika FMIPA UNS iwanyy@yahoo.com DASAR-DASAR PENGUKURAN BISING * Iwan Yahya **

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Adanya Ancaman zat zat dan kondisi lingkungan yang berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi dan mencegah pekerja dari dampak buruk yang dapat

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014 1. Perhatikan pengukuran benda menggunakan 4. Sebuah benda bergerak melingkar dengan neraca o-hauss berikut ini! kecepatan 240 putaran per menit. Apabila jarijari lintasan 20 cm, maka besar kecepatan π

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3)

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3) 1. Simpangan terjauh pada suatu benda bergetar disebut. a. Amplitudo c. Periode b. Frekuensi d. Keseimbangan 2. Berikut ini adalah sebuah contoh getaran. a. Roda yang berputar pada sumbunya b. Gerak buah

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN Galuh Renggani Wilis Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas pancasakti Tegal Email : galuhrw@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU

ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU Abd. Kudus Zaini Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Email:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

Gelombang. Rudi Susanto

Gelombang. Rudi Susanto Gelombang Rudi Susanto Pengertian Gelombang Gelombang adalah suatu gejala terjadinya perambatan suatu gangguan (disturbane) melewati suatu medium dimana setelah gangguan ini lewat keadaan medium akan kembali

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci