DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014"

Transkripsi

1 DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS Versi 1.5; Oktober 2014 Penting: Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan Kelompok Kerja Petani RSPO dan selanjutnya direstrukturisasi oleh ProForest. Dokumen ini menyajikan komentar/saran dari para anggota Kelompok Kerja Petani RSPO. Dokumen ini akan disampaikan untuk konsultasi publik dan tidak dapat dianggap sebagai bentuk akhir. Komentar dapat disampaikan menggunakan format (template) yang terlampir.

2

3 Daftar Isi BAGIAN 1 PENDAHULUAN, MAKSUD DAN RUANG LINGKUP Pendahuluan Tujuan Ruang Lingkup Penerapan terhadap Berbagai Situasi Global Model Rantai Suplai yang berlaku Kapan Dokumen Ini Digunakan Istilah-istilah dan definisi Definisi Petani Sawit (smallholder) dan outgrower Tinjauan Sistem Sertifikasi Kelompok Entitas Kelompok Keanggotaan Kelompok Manajer Kelompok Sistem Manajemen (disesuaikan dari ISO 9000) Sistem Kontrol Internal (ICS) Audit Internal Unit Sertifikasi Akreditasi dan Sertifikasi Sertifikasi Kelompok Sertifikat Kepatuhan RSPO Panduan yang Diperlukan Dokumen Pengganti Bahan-Bahan Acuan Jadwal Pemberlakuan BAGIAN 2. PERSYARATAN SERTIFIKASI KELOMPOK Unsur 1 (U1): Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok U1.1 Entitas Kelompok harus dibentuk sesuai ketentuan hukum yang berlaku U1.2 Kelompok harus dikelola oleh satu Manajer Kelompok U1.3 Kelompok harus memiliki rencana kelola usaha Kelompok Unsur 2 (U2): Sistem Kontrol Internal (ICS) Kebijakan dan Pengelolaan U2.1 Sistem Kontrol Internal Kelompok harus berisi kebijakan dan prosedur yang terdokumentasikan yang mengatur pengelolaan operasional Hal. 1

4 2.3. Unsur (U3): Sistem Kontrol Internal (ICS) Kegiatan Operasional U3.1 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup prosedur pengoperasian standar (SOP) untuk Kelompok tersebut U3.2 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup prosedur untuk penilaian dampak sosial dan lingkungan U3.3 Sistem Pengelolaan RSPO harus mencakup Prosedur untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan persyaratan-persyaratan pelatihan, di mana sistem ini dikomunikasikan dan dilaksanakan secara efektif, dan efektivitasnya akan dimonitor U3.4 Sistem Pengelolaan RSPO harus mencakup Prosedur untuk berkomunikasi para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, di mana prosedur ini dikomunikasikan dan dilaksanakan dalam RSPO secara efektif dan efektivitas tersebut dimonitor U3.5 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup sistem yang sudah disiapkan agar Tandan Buah Segar (TBS) bersertifikat RSPO yang dihasilkan oleh Kelompok dapat diperdagangkan Unsur 4 (U4): Pengelolaan Kelompok untuk Penanaman Baru U4.1 Manajer Kelompok harus memastikan dilakukannya PENANAMAN BARU sesuai persyaratan RSPO BAGIAN 3 PANDUAN UNTUK KEPATUHAN TERHADAP P & C RSPO Prinsip 1: Komitmen terhadap Transparansi Prinsip 2: Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan yang Relevan Prinsip 3: Komitmen terhadap Viabilitas Keuangan dan Ekonomis Jangka Panjang Prinsip 4: Penggunaan Praktik-Praktik Terbaik oleh Pengusaha Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit Prinsip 5: Tanggung Jawab Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati Prinsip 6: Pertimbangan Bertanggung Jawab atas Pekerja Serta Individu dan Komunitas Yang Terpengaruh Oleh Kegiatan Pekebun dan Pabrik Kelapa Sawit Prinsip 7: Pengembangan Penanaman Baru yang Bertanggung Jawab Prinsip 8: Komitmen Terhadap Perbaikan Terus Menerus Dalam Area-area Kegiatan Utama Hal. 2

5 Persyaratan untuk Sistem Pengelolaan dan Panduan Sertifikasi Kelompok untuk Produksi TBS Draf 1.5 Oktober2014 Bagian 1 Pendahuluan, Maksud dan Ruang Lingkup 1.1 Pendahuluan Pekebun kecil menanam kelapa sawit cara yang sama perkebunan besar. Perbedaan paling utama antara pekebun besar dan kecil adalah pada cara pengorganisasiannya. Jika pekebun kecil dapat diorganisasi ke dalam kelompok-kelompok, mereka akan memiliki akses yang lebih baik terhadap sarana produksi pertanian, sehingga akan membantu dalam melaksanakan dan mempertahankan Praktik Budi Daya Terbaik (Best Agricultural Practice/( BAP ) yang akhirnya mengarahkan mereka untuk mengembangkan dan menerapkan Praktik Manajemen Terbaik (Best Management Practice/ BMP ). Hal ini akan menjamin bahwa operasi dilakukan sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku serta menjunjung standar kehandalan yang tinggi, memperlakukan pekerja hormat dan bermartabat, serta mengurangi dampak negatif lingkungan hidup. Penerapan BAP dan pengembangan BMP akan meningkatkan hasil panen dan produksi, mengurangi gagal panen dan meningkatkan pendapatan para pekebun kecil. Dengan mengorganisasi petani kecil dalam sebuah asosiasi atau kelompok, maka hal ini dapat: 1. menyediakan kerangka kerja agar pekebun kecil dapat menerapkan BAP dan mengembangkan BMP secara sistematis; 2. meningkatkan akses pekebun kecil terhadap sarana produksi pertanian; 3. memungkinkan terjadinya Ekonomi Skala; dan 4. mengembangkan lingkungan untuk perbaikan berkesinambungan di bidang keberlanjutan, keamanan, lingkungan, hak asasi manusia dan etika Sertifikasi kelompok bagi pekebun kecil, baik secara perorangan maupun yang yang terorganisasi dalam suatu asosiasi, koperasi atau plasma, memungkinkan masing-masing anggota kelompok mendapatkan manfaat dari ekonomi skala karena menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar serta membuat sertifikasi menjadi lebih terjangkau karena biaya yang berkaitan sertifikasi dapat ditanggung bersama. 1.2 Tujuan Akses menuju sertifikasi bagi semua produsen dari berbagai ukuran merupakan hal yang penting untuk mencapai Tujuan, Visi dan Misi RSPO. Prinsip dan Kriteria (Principles and Criteria atau P&C ) RSPO tahun 2013 dapat diterapkan untuk semua pekebun kelapa sawit termasuk pekebun kecil. Perbedaan ketika menerapkan P&C RSPO 2013 pada pekebun besar dan kecil adalah kesesuaian dan tingkatan P&C yang harus dipatuhi oleh pekebun kecil. Beberapa pekebun kecil perorangan memiliki sumber daya untuk menerapkan P&C RSPO 2013 secara mandiri. Artinya, sebagian besar pekebun kecil perorangan tidak dapat menerapkan BAP secara efektif atau menetapkan BMP. Terlepas dari apakah seorang pekebun kecil benar-benar mandiri atau tergabung dalam suatu asosiasi atau skema Hal. 3

6 plasma (misalnya melalui kontrak), metodologi penting untuk mendapatkan sertifikasi terletak pada formasi kelompok yang bersangkutan dan manajemen para anggotanya. Untuk memfasilitasi akses bagi semua pekebun kecil yang hendak menyertifikasi Tandan Buah Segar ( TBS ) mereka, maka dikembangkanlah dokumen ini memuat persyaratan sistem pengelolaan dan panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS. Dokumen ini memberikan panduan bagi Manajer Kelompok dalam merancang, mendokumentasikan dan menerapkan suatu sistem manajemen berdasarkan P&C untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan tahun 2013 yang telah Disahkan oleh Badan Eksekutif RSPO dan Diterima pada Sidang Umum Luar Biasa Anggota RSPO tanggal 25 April Ruang Lingkup Dokumen ini dapat diterapkan bagi semua pekebun kecil, baik itu petani kemitraan, petani swadaya, petani kerja sama (associated smallholder) atau outgrower, maupun anggota kelompok di mana ruang lingkup sertifikasi dibatasi untuk produksi TBS. Unit sertifikasinya adalah kelompok tersebut dan 100% anggotanya. Setiap keberadaan Pabrik Kelapa Sawit perlu disertifikasi terpisah berdasarkan P&C untuk Produksi Minyak Sawit yang Berkelanjutan Dalam sertifikasi kelompok, semua anggota resmi suatu kelompok harus mematuhi persyaratan tertentu kelompoknya serta standar RSPO yang terkait. Standar dimaksud adalah: P&C untuk Produksi Minyak Sawit yang Berkelanjutan 2013 Yang Disahkan oleh Badan Eksekutif RSPO dan disetujui pada Sidang Umum Luar Biasa Anggota RSPO pada tanggal 25 April 2013; Sistem Sertifikasi RSPO yang disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 26 Juni 2007; Persyaratan Akreditasi dan Sertifikasi RSPO untuk Sertifikasi Kelompok pada tanggal 26 Agustus 2010; dan Standar Sistem Sertifikasi Rantai Suplai RSPO: Sebagaimana disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 25 November 2011 Dokumen ini memberi panduan bagi Manajer Kelompok untuk menerapkan keempat dokumen tersebut, termasuk juga panduan bagi anggota kelompok perorangan. Saat menggabungkan untuk sertifikasi kelompok, dokumen ini mengadopsi pendekatan berbasis proses membawa Manajer Kelompok melewati suatu rangkaian logis dalam mendirikan suatu entitas Kelompok, mengatur kegiatan operasional, serta mempertahankan pengendalian dan perbaikan yang terus menerus Penerapan terhadap Berbagai Situasi Global Kelapa Sawit dapat dibudidayakan oleh perkebunan, petani kerja sama/kemitraan, petani swadaya dan outgrower. RSPO sebelumnya tidak mengizinkan diikutsertakannya outgrower ke dalam sistem sertifikasi. Dokumen ini mengakui peran outgrower pada berbagai situasi di seluruh dunia dan dapat diterapkan bagi para petani kerja sama/kemitraan, petani swadaya dan outgrower. Hal. 4

7 Keempat tipe produsen ini dapat berdiri sendiri dan dapat pula bergerak dalam berbagai gabungan (Tabel 1), dan disebut sebagai pekebun kecil. Tabel 1: Calon skenario sertifikasi yang mencakup kebun dan pabrik kelapa sawit, petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya berkelompok dan outgrower Kebun / Estate Non Estate 1 Estate + Pabrik Petani kemitraan Petani swadaya Outgrower Kelapa Sawit 2 Estate + Pabrik Petani kemitraan Petani swadaya Kelapa Sawit 3 Estate + Pabrik Petani kemitraan Outgrower Kelapa Sawit 4 Estate + Pabrik Petani kemitraan Kelapa Sawit 5 Estate + Pabrik Petani swadaya Outgrower Kelapa Sawit 6 Estate + Pabrik Petani swadaya Kelapa Sawit 7 Estate + Pabrik Outgrower Kelapa Sawit 8 Estate + Pabrik Kelapa Sawit 9 Petani kemitraan Petani swadaya Outgrower 10 Petani kemitraan Petani swadaya 11 Petani kemitraan Outgrower 12 Petani kemitraan 13 Petani swadaya Outgrower 14 Petani swadaya 15 Outgrower Di beberapa negara, petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya dan outgrower dapat muncul tercampur (kombinasi) Pabrik Kelapa Sawit Mandiri (Tabel 2). Tabel 2: Calon skenario sertifikasi potensial mencakup petani swadaya, petani kerja sama (associated smallholder) /petani kemitraan, petani swadaya berkelompok dan outgrower 16 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri 17 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri 18 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri 19 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri Non Estate Petani kerja sama/kemitraan Petani swadaya Outgrower Petani kerja sama/kemitraan Petani swadaya Petani kerja sama/kemitraan Outgrower Petani kerja sama/kemitraan Hal. 5

8 20 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri 21 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri 22 Pabrik Kelapa Sawit Mandiri Petani swadaya Petani swadaya Outgrower Outgrower Oleh karena itu, terdapat 22 skenario untuk menerapkan persyaratan sistem dan panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS, bahkan lebih. Namun demikian, disadari bahwa beberapa skenario sangat kecil kemungkinannya untuk bisa diterapkan atau hanya mungkin diterapkan pada situasi atau kondisi geografis yang unik Model Rantai Suplai yang berlaku Ada empat pilihan dalam rantai suplai, yaitu Penjagaan Identitas (Identity Preserved), Segregasi, Keseimbangan Massa (Mass Balance) dan Pesanan & Klaim (Book & Claim) seperti yang ditawarkan oleh GreenPalm. (Catatan: TBS bersertifikat saat ini hanya bisa diperdagangkan mengikuti sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim). Saat ini sedang diusahakan dimasukkannya opsi TBS bersertifikat dalam rantai suplai fisik) Kapan Dokumen Ini Digunakan Jika Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/ CPO ) akan disertifikasi pada pabrik kelapa sawit tanpa melibatkan petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya atau kelompok outgrower, maka cukup menggunakan panduan dalam P&C RSPO 2013 (lihat bagian A pada Tabel 3 di bawah). Jika CPO yang akan disertifikasi berasal dari gabungan antara estate dan petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya dan kelompok outgrower (lihat bagian B pada Tabel 3 di bawah ini), maka pilihan berikut dapat dilakukan: secara seragam menerapkan panduan dalam P&C RSPO 2013 untuk 100% TBS; atau menerapkan panduan P&C RSPO 2013 untuk Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit dan menerapkan panduan dalam dokumen ini untuk TBS yang bukan berasal dari perkebunan, akan tetapi kemudian menghubungkan semua TBS melalui Standar Sertifikasi Rantai Suplai RSPO Jika hanya TBS yang disertifikasi, yaitu tanpa adanya pabrik kelapa sawit atau perkebunan, maka semua panduan yang diperlukan ada dalam dokumen ini (lihat C pada Tabel 3 di bawah). Skenario yang tidak mungkin terjadi dalam menyertifikasi hanya CPO dari pabrik dan perkebunan kelapa sawit dan secara terpisah menyertifikasi TBS dari sumber-sumber non-estate (lihat bagian D pada Tabel 3 di bawah) menggunakan panduan dari P&C RSPO 2013 untuk sertifikasi CPO dan dokumen ini untuk sertifikasi TBS, akan tetapi ini memerlukan operasi dua rantai suplai yang terpisah. Hal. 6

9 Tabel 3: Ulasan terhadap Opsi-Opsi dan Panduan Sertifikasi Tujuan Sertifikasi Panduan Situasi (dari Tabel 1 dan 2) Pilihan Rantai Suplai yang tersedia A Untuk sertifikasi CPO saja Terapkan panduan P&C RSPO Hanya situasi 8 Fisik - Identity (Pabrik Kelapa Sawit Preserved, Segregasi Estate) atau Keseimbangan Massa Virtual - Sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim) B Untuk sertifikasi CPO Terapkan panduan P&C RSPO Situasi 1-8 dan Fisik - Identity (Estate + Pabrik dan nonestate) 2013 secara seragam terhadap Preserved, Segregasi semua estate, pabrik kelapa sawit, pekebun kecil atau Massa Keseimbangan dan outgrower. Virtual - Sistem Pesanan & Klaim (Book Atau & Claim) Terapkan panduan P&C RSPO 2013 terhadap semua estate dan pabrik kelapa sawit yang ada, dan terapkan dokumen ini terhadap TBS non-estate yang masuk ke pabrik kelapa sawit. Hubungkan semua TBS melalui Standar Sertifikasi Rantai Suplai RSPO (Dokumen Akhir sebagaimana Disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO tanggal 25 November 2011). C Untuk sertifikasi FFB saja (Situasi non-estate) Terapkan panduan dalam dokumen ini. Situasi 9-15 Virtual - Sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim) Saat ini TBS bersertifikat hanya bisa diperdagangkan mengikuti sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim). Saat ini sedang diusahakan untuk memasukkan opsi TBS bersertifikat berdasarkan rantai suplai fisik. D Untuk sertifikasi CPO dan FFB yang terpisah (kombinasi Estate + Pabrik Kelapa Sawit dan nonestate atau dalam hal adanya pabrik kelapa sawit mandiri dan non-estate) Terapkan panduan P&C RSPO 2013 terhadap estate dan/atau Pabrik Kelapa Sawit untuk CPO. Terapkan panduan dalam dokumen ini untuk TBS dari Situasi 1-8 dan di mana rantai suplainya terpisah. Untuk CPO fisik - Identity Preserved, Segregasi atau Keseimbangan Massa Virtual - Sistem Pesanan & Klaim (Book Hal. 7

10 sumber non-estate. Jangan gabungkan rantai suplai. & Claim) Untuk FFB Virtual - Sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim) 1.4 Istilah-istilah dan definisi Definisi Petani Sawit (smallholder) dan outgrower Interpretasi Nasional ( IN ), Interpretasi Lokal dan IN Negara Produsen Kecil (sesuai Lampiran 1 dan 1A Sistem Sertifikasi RSPO) akan menentukan bagaimana dokumen ini dapat diterapkan pada petani swadaya, petani kerja sama (associated smallholder) dan petani kemitraan, serta pada outgrower di lokasi masing-masing. Definisi umum di bawah ini dapat digunakan sebagai panduan. Sebagai bagian dari proses IN (termasuk di dalamnya Interpretasi Lokal dan IN Negara Produsen Kecil), maka definisi kerjanya perlu diatur. Jika diperlukan, petani sawit (smallholder) dapat dibagi menjadi petani swadaya (independent smallholder), petani kemitraan (scheme smallholder), atau_petani kerja sama (associated smallholder). Proses IN juga perlu menentukan suatu batas maksimal jumlah petani sawit yang dapat bergabung dalam satu kelompok tunggal. Selain itu, proses IN juga perlu menentukan batasan-batasan terkait apa yang disebut sebagai outgrower yang memenuhi syarat untuk bisa dimasukkan ke dalam pengaturan/persyaratan Sistem Pengelolaan ini beserta dokumen panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS, yaitu melalui pengaturan ambang batas maksimal luasan hektar, di mana jika batas tersebut dilewati maka panduan P&C RSPO 2013 harus diterapkan. Jika IN tidak mengatur Outgrower, maka dokumen ini akan berlaku bagi Outgrower yang mengolah kebun luasan maksimum 500 hektar. Untuk Outgrower yang mengolah lahan luasan di atas 500 hektar, maka akan tunduk pada P&C Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Berikut ini adalah beberapa prinsip pemandu yang mungkin akan membantu mengatur dan mendefinisikan sub kelompok dalam petani sawit (smallholder). Outgrower Petani yang penjualan TBS-nya dilakukan melalui kontrak eksklusif kepada pekebun/pengusaha pabrik kelapa sawit. Outgrower bisa merupakan petani sawit. Outgrower bisa merupakan satu ataupun kumpulan/beberapa outgrower. Petani Sawit (smallholder) Petani yang menanam kelapa sawit, terkadang disertai produksi bahan pangan lain untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Tenaga kerjanya sebagian besar adalah Hal. 8

11 keluarga, dan kebun merupakan sumber utama penghasilan mereka. Lahan yang ditanami kelapa sawit umumnya kurang dari dari 50 hektar. Adapun petani sawit yang tidak memiliki perjanjian yang mengikat dalam bentuk kontrak pabrik kelapa sawit mandiri adalah: Petani Swadaya (independent smallholder) Meski beragam, kondisi petani mandiri dicirikan oleh: kebebasan untuk menentukan pemanfaatan lahan mereka sendiri, komoditas apa yang akan ditanam beserta pengelolaannya. Pengaturan, pengelolaan dan pendanaannya dilakukan secara mandiri dan tidak terikat kontrak pabrik kelapa sawit tertentu. Akan tetapi mereka dapat tergabung dalam asosiasi dan/atau menerima bantuan atau penyuluhan dari dinas pemerintahan atau organisasi lain. (catatan: dalam konteks petani swadaya, kontrak pabrik kelapa sawit untuk mengirimkan hasil panennya tidak dilihat sebagai perjanjian kontrak yang sepenuhnya terikat pabrik kelapa sawit melainkan hanya perjanjian bisnis semata, bukan perjanjian utang piutang) Petani Kerja Sama (Associated Smallholder, konsep di Papua Nugini) Di Papua Nugini, petani kerja sama didefinisikan sebagai berikut: Memiliki kesamaan karakteristik produsen petani swadaya, seperti dalam hal pemanfaatan lahan dan keputusan pengelolaan, akan tetapi berkaitan sangat dekat pabrik kelapa sawit ekstraksi tertentu untuk pemasaran dan layanan tambahannya. Sementara petani sawit yang memiliki perjanjian yang mengikat dalam bentuk kontrak pabrik kelapa sawit mandiri adalah: Petani Kontrak (Contracted Smallholder) [juga sering disebut petani kerja sama (associated smallholder)] Walaupun juga sangat beragam, petani jenis ini dicirikan sebagai petani sawit yang memiliki hubungan pabrik kelapa sawit suatu kontrak atau perjanjian yang mengatur penjualan TBS-nya. Pabrik kelapa sawit dimaksud dapat menyediakan beberapa layanan tambahan kepada para petani sawit jenis ini. Petani kemitraan (scheme smallholder) Meski juga sangat beragam, petani kemitraan dicirikan sebagai petani sawit yang secara struktural terikat kontrak, perjanjian utang/kredit atau perencanaan pabrik kelapa sawit tertentu, dan tidak memiliki kebebasan memilih komoditas yang akan ditanam. Hal. 9

12 1.4.2 Tinjauan Sistem Sertifikasi Kelompok Beberapa pekebun kecil dapat memperoleh sertifikasi RSPO sebagai satu kelompok jika mereka secara resmi mendaftar untuk bergabung dalam sebuah kelompok dan oleh Manajer Kelompok dianggap telah memenuhi Standar RSPO yang relevan untuk Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan. Hal ini berlaku juga untuk Outgrower sebagaimana diatur pada bagian yang ingin menerapkan Standar Kelompok. Anggota kelompok resmi menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan persyaratan kontrak atau yang mengikat mereka Manajer Kelompok yang mengatur rinci komitmen mereka terhadap standar tersebut dan mengizinkan dilakukannya penilaian. Suatu kelompok dapat dipertimbangkan mengikuti sertifikasi RSPO jika: 1. semua anggota resminya memenuhi Standar Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan RSPO yang relevan; dan 2. Manajer kelompoknya memenuhi persyaratan yang diminta untuk sertifikasi kelompok dalam dokumen ini. Tinjauan diagram skematik untuk persyaratan sistem pengelolaan dan panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS disajikan pada Gambar 1. Entitas Kelompok Manajer Kelompok Kemungkinan adalah orang yang sama Auditor Internal P&K RSPO 2013 Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal Audit eksternal memeriksa anggota grup terpilih tbs uang atau Rantai Pasokan Fisik PKS uang cpo Konsumen Rantai pasokan Rantai pasokan virtual Proses audit internal GreenPalm Rantai pasokan Konsumen Keanggotaan uang Anggota Kelompok Formal Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal Anggota Kelompok Potensial Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal Hanya pemeriksaan internal Pemeriksaan eksternal Pemeriksaan internal dan eksternal Gambar1: Diagram skematik untuk Persyaratan Sistem Pengelolaan dan panduan RSPO untuk sertifikasi Kelompok produksi TBS Badan sertifikasi akan mengkaji apakah mekanisme untuk memastikan kepatuhan semua anggota kelompok resmi yang memiliki persyaratan kelompok sudah berjalan baik dan efisien, ketika dikelola oleh Manajer Kelompok. Pengkajian ini dilakukan memverifikasi sistem pengelolaannya (mencakup kebijakan, dokumentasi, prosedur dan proses terkait) terhadap P&C RSPO 2013, termasuk di dalamnya melakukan kajian berdasarkan pengambilan sampel anggota kelompok untuk menentukan konsistensi dalam pelaksanaan P&C RSPO (lihat bagian untuk pengambilan sampel). Hal. 10

13 Entitas Kelompok Entitas Kelompok merupakan organisasi yang didirikan berdasarkan hukum sebagaimana diatur di negara tempat organisasi tersebut didirikan, yang juga sekaligus merupakan anggota RSPO. Entitas kelompok membentuk kelompok, di mana kelompok ini, sebagai contoh, dapat berbentuk perorangan, pabrik kelapa sawit, perusahaan pengelola, koperasi, asosiasi pekebun kelapa sawit, perserikatan, atau siapa pun yang hendak membentuk sebuah kelompok Keanggotaan Kelompok Anggota kelompok adalah Pekebun Kecil Kelapa Sawit dan Outgrower (sebagaimana diatur di bagian 1.4.1) yang secara tertulis setuju untuk mengikuti Peraturan Struktur Kelompok berdasarkan panduan Entitas Manajemen Kelompok dan arahan Manajer Kelompok, sesuai Sistem Kontrol Internal (Internal Control System atau ICS ) tertulis. Kelompok dapat terdiri dari berapa pun anggota selama Manajer Kelompok dapat menunjukkan kemampuan dan sumber daya yang mencukupi untuk mengelola kelompok tersebut, akan tetapi tetap berada dalam koridor IN dan/atau Interpretasi Lokal dan batasan ukuran untuk Outgrower Manajer Kelompok Manajer kelompok ditunjuk oleh Entitas Kelompok dan bertanggung jawab untuk melakukan pelatihan dan pengawasan terhadap semua anggota kelompok dan untuk memastikan bahwa pengelolaan kelapa sawit anggota dilakukan sesuai persyaratan P&C RSPO 2013 yang disesuaikan skala operasional di negara asalnya. Manajer Kelompok harus mendokumentasikan dan menerapkan prosedur untuk menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan P&C RSPO Manajer Kelompok mengajukan permohonan mendapatkan sertifikat kepada Badan Sertifikasi yang terakreditasi ASI, mewakili semua anggota kelompok. Badan Sertifikasi melakukan dan pengambilan sampel Anggota Kelompok sesuai persyaratan standar ini dan persyaratan dari: Sistem Sertifikasi RSPO Dokumen Akhir disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 26 Juni 2007; Persyaratan Akreditasi dan Sertifikasi RSPO untuk Sertifikasi Kelompok pada tanggal 26 Agustus 2010 dan revisi setelahnya; dan Dokumen Akhir Sistem Sertifikasi Rantai Suplai RSPO yang disetujui Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 25 November Sistem Manajemen (disesuaikan dari ISO 9000) Seperangkat yang saling berkaitan atau berhubungan dari suatu organisasi untuk membuat kebijakan dan tujuan, serta proses untuk mencapai tujuan tersebut. Catatan 1: Suatu sistem pengelolaan dapat mengatasi satu atau beberapa bidang, yaitu P&C RSPO, Keselamatan, dan Lingkungan. Catatan 2: Unsur- sistem ini mencakup struktur organisasi, peran dan tanggung jawab, perencanaan, operasional, dsb. (penanaman, pemanenan, penyemprotan, dan pengangkutan). Catatan 3: Ruang lingkup suatu sistem manajemen dapat mencakup keseluruhan organisasi, fungsi dan bagian organisasi yang spesifik dan teridentifikasi, atau sekurangnya satu fungsi lintas kelompok organisasi. Misalnya Sertifikasi Kelompok. Hal. 11

14 Sistem Kontrol Internal (ICS) ICS adalah seperangkat prosedur dan proses terdokumentasi yang mendefinisikan cara kerja suatu kelompok; memastikan pengelolaan catatan; mencatat audit internal anggota dan menjelaskan kewajiban anggota dan staf ICS. ICS mengatur indikator yang dapat diterapkan bagi anggota dan cara penanganan ketidakpatuhan terhadap indikator mengacu pada serangkaian prosedur dan tindakan. Sebagai tambahan, ICS menentukan metodologi untuk ukuran contoh pada audit internal. Dalam mengembangkan ICS, disarankan agar Manajer Kelompok melakukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi dan menangani risiko yang dapat mempercepat atau memperlambat pencapaian tujuan seluruh P&C RSPO, sehingga tindakan penanganan risiko yang relevan dapat dilakukan. Hal ini akan memastikan agar kelompok tersebut mematuhi persyaratan P&C RSPO dan memenuhi keseluruhan tujuan RSPO. Harus dicatat bahwa risiko adalah efek dari ketidakpastian terhadap tujuan. Panduan lebih lanjut dapat diperoleh dari ISO 31000: 2009 Pengelolaan Risiko Prinsip dan Petunjuk Audit Internal Kunci ICS adalah kajian terhadap Anggota Kelompok mengenai kemampuan mereka memenuhi standar P&C RSPO Audit internal adalah proses yang sistemik dan terdokumentasi, dilakukan oleh auditor internal tanpa memiliki hubungan subyek audit (bersih dari konflik kepentingan), untuk menilai kinerja anggota kelompok dan menentukan efektivitas Sistem ICS yang dijalankan Kelompok. Kajian contoh harus selalu menyertakan wawancara anggota Kelompok yang lokasinya sedang dikaji. Manajer Kelompok diharuskan untuk melakukan kajian risiko terhadap para anggota Kelompoknya. Penilaian risiko membantu Manajer Kelompok mengidentifikasi intensitas pengambilan sampel yang sesuai dari anggota kelompoknya untuk penilaian terhadap sertifikasi. Kajian risiko harus mempertimbangkan keragaman anggota Kelompok (yaitu kisaran ukuran, struktur manajemen, ragam lahan, dsb.) dan risiko apapun yang berhubungan kegiatan yang sedang dilakukan (contohnya seberapa banyak penanaman kembali atau perluasan yang dilakukan, berapa banyak anggota yang baru dan, untuk kajian lanjutan, apakah ada catatan mengenai ketidakpatuhan). Sebagai tambahan, kajian risiko harus mempertimbangkan risiko yang berhubungan kapasitas Manajer kelompok dalam melakukan tugasnya baik (contohnya perubahan manajemen, angka pergantian staf yang tinggi, atau jumlah staf yang sangat sedikit dibandingkan ukuran Kelompok yang dikelola). Semakin beragam suatu Kelompok dan semakin banyak faktor risiko yang berkaitan Kelompok atau Manajer Kelompok, maka risikonya semakin tinggi, sehingga perlu menambah ukuran sampel. Kelompok berisiko rendah adalah kelompok yang relatif homogen secara geografis maupun sosioekonomi, dan kelompok yang sedang tidak melakukan kegiatan penanaman kembali, tidak memiliki perluasan, tidak ada anggota baru, Kelompok dan Manajernya sudah terbentuk baik dan, untuk kajian lanjutan, tidak memiliki catatan ketidakpatuhan. Sementara kelompok berisiko tinggi adalah kelompok yang sangat heterogen (terpisah secara geografis, memiliki lahan yang sangat berbeda, tingkat pengalaman yang berbeda dalam budi daya kelapa sawit, ukuran perkebunan yang sangat beragam, kondisi sosio-ekonomi yang beragam antar Hal. 12

15 anggota, dsb.), terdapat perluasan atau penanaman kembali yang baru dilakukan, dan/atau manajemen Kelompok baru mengalami perubahan. Adapun kelompok berisiko sedang adalah kelompok yang sebagian homogen namun tidak seragam. Tidak ada kegiatan penanaman kembali dan/atau perluasan, akan tetapi manajemen Kelompok memiliki catatan adanya ketidakpatuhan. Panduannya adalah, tingkat risiko harus ditetapkan pada Tingkat 1 risiko rendah, Tingkat 2 risiko sedang, Tingkat 3 - risiko tinggi. Ukuran contoh harus ditentukan oleh rumus (0.8 y) x (z), di mana z adalah pengganda yang ditetapkan oleh kajian risiko. Pengganda ditetapkan sebagai berikut: Risiko rendah = pengganda 1, risiko sedang = pengganda 1.2, risiko tinggi = pengganda 1.4 (lihat Tabel 4). Tabel 4: Contoh ukuran pengambilan sampel untuk anggota kelompok dalam kajian internal Jumlah anggota Minimum Tingkat 1 Risiko Tingkat 2 Risiko Tingkat 3 Risiko kelompok = y = 0.8 y rendah = (0.8 y) x (1) sedang = (0.8 y) x (1.2) tinggi = (0.8 y) x (1.4) Catatan: Ukuran sampel selalu dibulatkan ke atas (misal: 2,4 dibulatkan menjadi 3). Pembulatan dilakukan pada tahap akhir perhitungan. Contoh skenario: Contoh 1 Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota: Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan terletak di lembah yang sama bentuk lahan datar. Semua pohon kelapa sawit berumur antara 6 hingga 15 tahun dan tidak ada anggota kelompok yang memiliki pinjaman atau utang, dan semua lahan berada dalam sistem kepemilikan berdasarkan garis ibu (matriarkis). Hal ini mencerminkan kondisi berisiko rendah di mana semuanya memiliki faktor risiko sebesar 1. Oleh karena itu, jumlah anggota kelompok yang diambil sebagai sampel adalah 8 dari 100 anggota. Contoh 2 Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota: Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan terletak di lembah yang sama bentuk lahan datar. Sebanyak 80 anggotanya memiliki sawit berumur antara 6 dan 15 tahun, namun 20 anggota sisanya sedang melakukan penanaman kembali. Tidak ada anggota kelompok yang mempunyai pinjaman atau utang, dan semua lahan berada dalam sistem kepemilikan berdasarkan garis ibu (matriarkis). Hal ini mencerminkan kondisi berisiko rendah untuk 80 anggota kelompok yang memiliki sawit berumur antara 6 dan 15 tahun (faktor risiko Hal. 13

16 sebesar 1, sehingga tingkat pengambilan sampel adalah 7 dari 80 anggota kelompok). Kondisi berisiko tinggi dihadapi oleh 20 anggota lainnya yang tengah melakukan penanaman kembali (faktor risiko 3, sehingga tingkat pengambilan sampelnya adalah 5 dari 20 anggota kelompok yang berasal dari sub kelompok yang melakukan penanaman kembali berisiko tinggi). Contoh 3 Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota: Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan terletak di lembah yang sama bentuk lahan datar. Sebanyak 80 dari anggotanya memiliki sawit berumur antara 6 dan 15 tahun, sementara 20 anggota baru saja bergabung. Tidak ada anggota kelompok yang mempunyai pinjaman atau utang, dan semua lahan berada dalam sistem kepemilikan berdasarkan garis ibu (matriarkis). Dari 80 anggota yang memiliki pohon kelapa sawit berumur antara 6 dan 15 tahun, 40 di antaranya memiliki catatan ketidakpatuhan. Hal ini mencerminkan situasi risiko rendah untuk 40 anggota yang tidak memiliki catatan ketidakpatuhan (faktor risiko sebesar 1 dan tingkat pengambilan sampel 5 dari 40). Sementara risiko sedang adalah untuk 40 anggota lain yang memiliki catatan ketidakpatuhan dan memiliki faktor risiko 2, sehingga tingkat pengambilan sampelnya adalah 6 dari 40 anggota. Terdapat kondisi risiko tinggi terhadap 20 anggota yang baru bergabung ( faktor risiko sebesar 3), sehingga memiliki tingkat pengambilan sampel 5 dari 20 anggota yang berasal dari sub kelompok ini Unit Sertifikasi Manajer Kelompok dan 100% anggota Kelompok Akreditasi dan Sertifikasi Prosedur Sertifikasi Kelompok RSPO yang disarankan pada dasarnya sesuai persyaratan proses akreditasi dan sertifikasi pada Sistem Sertifikasi RSPO 2007 dan revisi lanjutannya. Namun demikian, perbedaan berikut perlu dipertimbangkan oleh badan sertifikasi dan badan akreditasi: Sertifikat kepatuhan RSPO diberikan pada Entitas Kelompok. Pedagang TBS yang menangani TBS antara anggota kelompok dan pabrik kelapa sawit haruslah disertifikasi secara mandiri untuk Standar Sertifikasi Rantai Suplai RSPO, atau jika tidak harus merupakan bagian dari struktur Kelompok rantai sistem penjagaan yang berada di bawah kontrol manajer Kelompok sesuai bagian-bagian yang dapat diterapkan dari Standar Rantai Suplai RSPO untuk model rantai suplai IP, SG dan/atau MB. Aturan sertifikasi sebagian tidak berlaku untuk suatu Kelompok. Pengumpulan informasi dan audit anggota Kelompok harus mempertimbangkan variabel signifikan dalam perbedaan skala dan budaya untuk penanaman sawit yang ditemukan di dunia internasional dalam hal penanaman kelapa sawit Sertifikasi Kelompok Keberhasilan sertifikasi RSPO pada Kelompok memerlukan sistem manajemen Kelompok yang diaudit oleh badan sertifikasi yang terakreditasi RSPO. Contoh yang mewakili anggota kelompok dimasukkan ke dalam audit untuk menentukan, apakah sistem manajemen yang diterapkan sudah sesuai persyaratan RSPO untuk sertifikasi Kelompok. Hal. 14

17 Sertifikat Kepatuhan RSPO diberikan kepada Kelompok secara keseluruhan di mana para pekebun perorangan dicantumkan dalam daftar di bagian lampiran, bersama-sama ukuran lahan yang dikelola, tanggal bergabung kelompok dan tanggal keluar dari kelompok (jika ada). Hal ini memungkinkan anggota Kelompok untuk menjual TBS-nya yang bersertifikat RSPO secara kolektif kepada pabrik kelapa sawit, atau mereka dapat menjual sertifikat yang setara jumlah ekuivalen Minyak Sawit Berkelanjutan yang Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Oil atau CSPO) yang dapat dihasilkan dari produksi TBS (berdasarkan laju ekstraksi minyak tetap dan perkiraan) melalui sistem Pesanan & Klaim (Book & Claim) (GreenPalm). Semua perubahan pada jumlah keanggotaan, hektaran atau jumlah volume TBS dapat disesuaikan pada audit pengawasan berikutnya. Menjual Penjualan produk bersertifikat GreenPalm membuat TBS tidak dapat dijual sebagai TBS bersertifikat RSPO dan karenanya mengurangi jumlah CSPO aktual yang memasuki model rantai suplai Identity Preserved (IP), Segregasi (SG) atau Keseimbangan Massa (MB), akan tetapi memiliki keuntungan memberikan keuntungan finansial langsung kepada kelompok secara keseluruhan jika permintaan pasar untuk TBS bersertifikat RSPO tidak mencukupi atau tidak adanya pabrik kelapa sawit bersertifikat RSPO di sekitar mereka. Tentu saja ada pilihan untuk menjual TBS terlebih dahulu kepada pabrik kelapa sawit bersertifikat yang akan memasukkannya ke dalam rantai suplai mereka Sertifikat Kepatuhan RSPO Kelompok akan diberikan satu sertifikat saja (tunggal). Jumlah sertifikat dibagi oleh semua anggota Kelompok, di mana tiap anggota memiliki kode identifikasi yang unik mengikuti nomor sertifikat Kelompok. 1.5 Panduan yang Diperlukan Dokumen ini memberikan panduan untuk: 1. Mendirikan dan mengelola Kelompok pekebun kecil yang secara kolektif ingin menyertifikasi Tandan Buah Segar (TBS) mereka. 2. Menjalankan P&C RSPO 2013 dalam skema sertifikasi Kelompok. Ini berlaku bagi semua pekebun kecil dan dapat diterapkan juga untuk petani swadaya, kerja sama dan petani kemitraan serta outgrower yang ingin menyertifikasi produksi TBS mereka secara gabungan. 1.6 Dokumen Pengganti Dokumen ini menggantikan keberlakuan dokumen-dokumen sebagai berikut: 1) P&C RSPO untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Panduan untuk Petani kemitraan: Disiapkan oleh Kelompok Kerja Petani Sawit tanggal 2 Juli 2009; Hal. 15

18 2) P&C RSPO untuk Panduan Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan untuk Petani Plasma di bawah Sertifikasi Kelompok yang disiapkan oleh Kelompok Kerja Petani Sawit tanggal 19 Juni 2010; 3) Sistem Sertifikasi RSPO (disetujui oleh Badan Eksekutif tanggal 30 Agustus 2011 tentang Prosedur Hasil Revisi untuk Persetujuan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi Nasional di negara produsen kecil) (Lampiran 1A); dan 4) P&C RSPO untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Panduan, Rancangan Panduan Interim Ke-3 mengenai Petani Sawit: Disusun untuk Gugus Tugas Petani Sawit bulan September Bahan-Bahan Acuan 1) Ulasan Panduan RSPO untuk Petani Sawit: Ulasan Dokumen terhadap Draf Panduan Generik dan Interpretasi Nasional Laporan Akhir 15 April 2009 (ProForest). 2) Standar RSPO untuk Sertifikasi Kelompok (versi Akhir) disetujui bulan Juli 2010 (Perubahan bulan April 2013). 3) Sistem Sertifikasi RSPO; dokumen versi Akhir yang disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO tanggal 26 Juni 2007 (disetujui oleh Badan Eksekutif pada tanggal 30 Agustus 2011 mengenai Prosedur Hasil Revisi untuk Pengesahan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi Nasional di Negara Produsen Kecil (Lampiran 1A). 4) Petani Sawit Mandiri dan sistem-sistem suplai RSPO yang berbeda; apa yang perlu diubah? [28 Maret 2012 (AidEnvironment)]. 1.8 Jadwal Pemberlakuan Dokumen ini diberlakukan pada tanggal XX 2014 (tanggal yang diharapkan untuk pengesahan dari Dewan Gubernur RSPO). Kemudian semua Interpretasi Nasional (IN) akan dipenuhi dalam waktu 12 bulan. Semua panduan petani swadaya yang telah ada sebelumnya akan tetap berlaku hingga tanggal XX Bagian 2. Persyaratan Sertifikasi Kelompok Unsur- berikut ini menjelaskan persyaratan-persyaratan untuk Sistem Sertifikasi Kelompok. Unsur 1: Unsur 2: Unsur 3: Unsur 4: Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok Sistem Kontrol Internal - Kebijakan dan Pengelolaan Sistem Kontrol Internal (ICS) Kegiatan Operasional Pengelolaan Kelompok untuk Penanaman Baru Hal. 16

19 2.1. Unsur 1 (U1): Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok U1.1 Entitas Kelompok harus dibentuk sesuai ketentuan hukum yang berlaku U1.1.1 Harus ada dokumen yang membuktikan bahwa Entitas dimaksud memiliki identitas jelas dan sesuai hukum yang berlaku Entitas kelompok harus: merupakan organisasi yang dibentuk sesuai hukum yang berlaku sebagaimana diatur dalam pendaftaran di negara yang bersangkutan; merupakan anggota RSPO; menunjuk satu Manajer Kelompok; menentukan sifat dan struktur administrasi pusatnya. Panduan: Harus ada dokumen yang membuktikan bahwa para anggota Kelompok telah secara formal bergabung Kelompok tersebut (RSPO P&C 2013 ref 1.2). Anggota formal dimaksud harus sudah menandatangani perjanjian Manajer Kelompok berkomitmen mematuhi standar RSPO untuk produksi kelapa sawit yang berkelanjutan. Manajer Kelompok dan masing-masing anggota akan menyimpan salinan perjanjian dimaksud. Salinan ini harus dipegang oleh Manajer Kelompok sekurangnya 5 tahun. U1.1.2 Dokumen yang menunjukkan kepemilikan atau penyewaan yang sah sesuai hukum yang berlaku, sejarah penguasaan lahan, dan pemanfaatan lahan yang sebenarnya sesuai hukum harus sudah ada sebelum bergabung Kelompok yang bersangkutan (Indikator P&C RSPO 2013). U1.1.3 Entitas Kelompok harus memiliki kontrak badan sertifikasi berakreditasi ASI untuk melaksanakan Audit P&C RSPO jika pihaknya telah siap. Panduan: ASI mempublikasikan daftar badan-badan sertifikasi berakreditasi RSPO di laman situsnya. U1.1.4 Entitas Kelompok harus memiliki persyaratan keanggotaan dalam bentuk tertulis untuk keikutsertaan para anggota individual di dalam kelompok di mana hal ini juga mencakup keanggotaan baru. U1.1.5 Harus ada bukti bahwa sifat dan struktur administrasi pusat Kelompok telah disampaikan oleh Manajer Kelompok kepada semua anggota Kelompok sebagaimana mestinya. Hal. 17

20 U1.2 Kelompok harus dikelola oleh satu Manajer Kelompok U1.2.1 Manajer Kelompok yang ditunjuk dapat merupakan suatu entitas berdasarkan hukum yang memiliki identifikasi jelas atau dapat pula perseorangan yang bertindak sebagai suatu entitas berdasarkan hukum. Panduan: Manajer Kelompok bertanggung jawab atas dipastikannya kepatuhan Kelompok terhadap standar ini serta bertanggung jawab atas persiapan dan pelaksanaan Sistem Kontrol Internal. Jika Manajer Kelompok bukan merupakan perseorangan, maka harus ada penjelasan mengenai struktur secara umum dari Manajer Kelompok yang bersangkutan, merinci kedudukan dan tanggung jawab semua personil yang diidentifikasi jelas. Manajer Kelompok dan/atau para personilnya tidak boleh memiliki konflik kepentingan apapun yang dapat mempengaruhi kinerjanya. U1.2.2 Manajer Kelompok harus mampu menunjukkan sumber daya dan kapasitas yang cukup sebagaimana dibutuhkan untuk mengelola sertifikasi Kelompok dan penilaian kinerja berdasarkan Standar ini. Panduan: Manajer Kelompok bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota Kelompoknya sudah mematuhi standar ini beserta Persyaratan RSPO untuk Sertifikasi Kelompok. Manajer Kelompok harus memiliki kapasitas untuk mengendalikan, memonitor dan mengevaluasi semua anggota terkait kepatuhan mereka terhadap standar RSPO ini, termasuk di dalamnya berkomunikasi para anggota tersebut serta datang ke tempat mereka sesering yang diatur. Manajer Kelompok secara khusus harus mampu menunjukkan kemampuan dalam: mengelola Prosedur dan Dokumentasi Kelompok, yang dikenal sebagai Sistem Kontrol Internal (ICS); memiliki kewenangan penuh dalam mengelola Kelompok sebagaimana diarahkan oleh entitas Kelompok; memiliki tanggung jawab untuk merumuskan persyaratan keanggotaan Kelompok; memiliki tanggung jawab untuk memastikan dilaksanakannya semua persyaratan yang menjadi dasar sertifikasi, termasuk segala tindakan perbaikan yang diajukan oleh badan sertifikasi, sepenuhnya; Hal. 18

21 menunjukkan kecukupan sumber daya (yaitu sumber daya manusia, keuangan, fisik dan lainnya yang relevan) agar pengelolaan Kelompok secara teknis dan administratif dapat berjalan efektif dan tidak memihak. Catatan: Jumlah maksimal anggota yang dapat didukung oleh sistem pengelolaan, sumber daya manusia dan kapasitas teknis Manajer Kelompok akan dinyatakan, dan mungkin juga dibatasi oleh proses Interpretasi Nasional (IN), dan dalam hal ukuran hektaran Outgrower. U1.2.3 Manajer Kelompok dan para personilnya harus mampu berkomunikasi menggunakan bahasa setempat atau dalam bahasa yang dapat dipahami pekerja (baik dalam bentuk lisan maupun tertulis). (Indikator P&C RSPO 2013) U1.2.4 Manajer Kelompok dan/atau para personilnya harus mampu menunjukkan kemampuannya dalam: persyaratan produksi kelapa sawit untuk pekebun kecil; P&C RSPO untuk Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan; Standar Sertifikasi Kelompok dalam P&C RSPO; Standar RSPO untuk Sertifikasi Rantai Suplai; prosedur dan kebijakan internal kelompok. U1.3 Kelompok harus memiliki rencana kelola usaha Kelompok U1.3.1 Rencana kelola usaha Kelompok harus dibuat untuk sekurangnya 3 tahun dan harus diperbaharui setiap tahunnya. Rencana dimaksud harus mencakup sebagai berikut. Rencana penanaman baru (lihat Kriteria 2.2). Rencana penanaman kembali untuk sekurangnya 5 tahun atau lebih lama jika diperlukan untuk mengatur pengelolaan tanah rapuh (Kriteria 4.3 RSPO 2013). Harus ada bukti telaah tahunan terhadap rencana ini. Produksi TBS. Perhatikan untuk bahan tanam yang berkualitas, penggunaan praktik pertanian terbaik, optimalisasi hasil panen. Perubahan dalam keanggotaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Kriteria 4.7 P&C RSPO 2013). Rencana aksi untuk peningkatan berkelanjutan (Prinsip 8 P&C RSPO 2013). Mencakup, akan tetapi tidak terbatas pada, hal-hal berikut. Pengurangan dalam penggunaan pestisida (Kriteria 4.6 P&C RSPO 2013). Dampak lingkungan (Kriteria 4.3, 5.1 dan 5.2 P&C RSPO 2013). Pengurangan Limbah (Kriteria 5.3 RSPO P&C 2013). Polusi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) (Kriteria 5.6 dan 7.8 P&C RSPO 2013). Dampak sosial (Kriteria 6.1 P&C RSPO 2013). Optimalisasi panen TBS. Hal. 19

22 Panduan: Manajer Kelompok bertanggung jawab untuk memastikan dipertimbangkannya halhal berikut ini dan untuk memutuskan apakah perlu dimasukkan dalam Rencana Pengembangan Usaha Kelompok. Kontribusi pada pembangunan setempat yang berdasarkan atas hasil konsultasi masyarakat setempat harus ditunjukkan. Kontribusi pada pembangunan setempat harus dilakukan berdasarkan hasil konsultasi masyarakat setempat. Lihat Kriteria 6.2. Konsultasi demikian harus didasarkan atas prinsipprinsip transparansi, keterbukaan dan partisipasi, serta harus mendorong masyarakat untuk dapat mengidentifikasi prioritas dan kebutuhannya sendiri, termasuk perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan (Kriteria P&C RSPO 2013). Jika terdapat petani plasma, maka harus ada bukti telah dialokasikannya upaya dan/atau sumber daya untuk meningkatkan produktivitas para petani tersebut (Kriteria P&C RSPO 2013) Unsur 2 (U2): Sistem Kontrol Internal (ICS) Kebijakan dan Pengelolaan U2.1 Sistem Kontrol Internal Kelompok harus berisi kebijakan dan prosedur yang terdokumentasikan yang mengatur pengelolaan operasional U2.1.1 Kebijakan harus didokumentasikan, dikomunikasikan dan dilaksanakan secara efektif untuk mengatur hal-hal berikut. (a) (b) (c) (d) (e) Kode Etik. Keselamatan. Keberlanjutan dan/atau Lingkungan. Buruh atau Hubungan Kerja (hak asasi manusia, kerja paksa, pekerja anak, jam kerja, pelecehan, diskriminasi, kebebasan berserikat). Pelecehan dan tindak kekerasan dalam bentuk seksual dan segala bentuk lainnya. Ini sekurangnya harus berisikan suatu kebijakan tunggal atau serangkaian kebijakan terpisah sebagai berikut. i. Penjabaran dan penegasan pada kode etik dan integritas di semua kegiatan operasional dan transaksi (Indikator P&C RSPO 2013). ii. Kebijakan untuk kesempatan yang sama, termasuk di dalamnya identifikasi kelompok-kelompok yang terkait/terdampak di lingkungan sekitar (Indikator P&C RSPO 2013). Jika calon pekerja memiliki kualitas yang sama, maka yang harus selalu diberikan prioritas adalah warga masyarakat setempat. Diskriminasi dalam arti yang positif tidak akan dianggap bertentangan Kriteria 6.8 (Kriteria 6.11 P&C RSPO 2013). Hal. 20

23 iii. Pencegahan terjadinya pelecehan dan kekerasan dalam bentuk seksual dan segala bentuk lainnya. (Indikator P&C RSPO 2013). iv. Perlindungan terhadap hak-hak reproduksi semua orang, khususnya perempuan (Indikator P&C RSPO 2013). v. Penghargaan terhadap hak asasi manusia (lihat Kriteria 1.2 dan 2.1) (Indikator P&C RSPO 2013). vi. Kebijakan untuk menangani pekerja anak (Kriteria 6.7 P&C RSPO 2013). vii. Kebijakan untuk menangani kerja paksa dan perdagangan manusia (Kriteria 6.12 P&C RSPO 2013). Panduan: Jika terdapat hubungan kerja pekerja temporer atau migran, maka harus dibuat kebijakan pekerjaan secara khusus beserta prosedur terkait untuk dilaksanakan dan dimonitor untuk memastikan dipahaminya kebijakan dan prosedur tersebut (Kriteria P&C RSPO 2013). U2.1.2 Sistem Kontrol Internal (ICS) harus mencakup Prosedur untuk pengambilan keputusan dan harus menjelaskan tanggung jawab dalam kelompok yang bersangkutan. Manajer Kelompok harus menunjukkan kemampuannya dalam mengelola Kelompok secara sistematis dan efektif : i. mengidentifikasi area geografis yang akan ditangani oleh Kelompok; ii. mempersiapkan, mengelola dan mendokumentasikan struktur manajemen Kelompok; iii. mengidentifikasi jelas tanggung jawab semua orang yang dipekerjakan oleh Manajer Kelompok dalam rangka menjalankan Kelompok; iv. mempersiapkan dan mengelola aturan Kelompok, termasuk di dalamnya kriteria untuk keanggotaan; v. menyediakan dokumentasi pembayaran upah dan kondisi hubungan kerja bagi semua karyawan dan subkontraktor (contohnya jam kerja, potongan, lembur, sakit, pemberian libur, cuti melahirkan, alasan-alasan pemecatan, periode pemberitahuan sebelum pemutusan hubungan kerja, dsb.) (Indikator dan P&C RSPO 2013). vi. mengakui hak-hak karyawan, termasuk di dalamnya para pekerja migran dan transmigran, serta pekerja kontrak untuk mendirikan serikat kerja dan melakukan negosiasi kolektif pihak pemberi kerjanya, di mana hal ini harus dihormati sesuai ketentuan Konvensi 87 dan 98 dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) (Kriteria 6.6 RSPO P&C 2013). U2.1.3 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus berisi Prosedur untuk mengelola catatan-catatan untuk semua anggota Kelompok. Manajer Kelompok harus melaksanakan suatu sistem untuk mengelola catatancatatan dan laporan berikut ini. Hal. 21

24 i. Daftar nama, alamat dan detail kontak serta cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi. ii. Peta lokasi. Area tanaman kelapa sawit dalam hektaran. iii. Hak atas tanah/hak pemanfaatan. iv. Salinan deklarasi anggota yang telah ditandatangani. v. Detail kontak secara penuh. vi. Tanggal keanggotaan. vii. Sub kode yang diberikan untuk mengikuti nomor sertifikat. viii. Tanggal penandatanganan deklarasi oleh anggota sebagaimana dinyatakan dalam Persyaratan Keanggotaan Kelompok. ix. Tanggal keluar dari Kelompok jika ada, beserta alasannya. x. Produksi TBS hasil perkiraan dan yang aktual dalam satuan metrik ton per tahun. xi. Catatan monitoring dan pelatihan. xii. Segala tindakan korektif yang diajukan dan tindakan yang diambil untuk memenuhi persyaratan kepatuhan. Panduan: Catatan-catatan harus dijaga agar selalu terbaharui sepanjang waktu untuk semua anggota Kelompok: Catatan Kelompok harus diarsipkan selama sekurangnya 5 tahun menggunakan sistem keamanan yang semestinya. U2.1.4 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus berisi Prosedur untuk mengeluarkan anggota dari Kelompok. Manajer Kelompok harus menerapkan suatu sistem untuk mengeluarkan anggota dari Kelompok. Panduan: Manajer Kelompok harus menyatakan jelas kewenangan mengeluarkan anggota dari cakupan sertifikat jika persyaratan keanggotaan Kelompok atau segala tindakan perbaikan sebagaimana diminta oleh badan sertifikasi atau Manajer Kelompok tidak dipatuhi. Buat aturan untuk kondisi tidak dipatuhinya persyaratan keanggotaan Kelompok. Buat aturan untuk kondisi tidak dipatuhinya tindakan perbaikan yang diminta oleh Manajer Kelompok atau badan sertifikasi. Kelola catatan-catatan dan Bukti untuk tindakan-tindakan yang dilakukan. U2.1.5 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup informasi terkait penentuan harga TBS dan harus menyampaikan informasi dimaksud secara efektif kepada semua anggota Kelompok. Manajer Kelompok harus menjalankan: Hal. 22

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Disahkan oleh Dewan Gubernur tanggal 7 Maret 2016 Maret 2016 RSPO-GUI-T06-008 V1.0 IND Halaman 1 dari 64 Daftar

Lebih terperinci

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...

Lebih terperinci

Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011

Dokumen ini menggantikan Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 Diadopsi oleh Dewan Eksekutif RSPO pada 30 November, 2011. Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 RSPO will transform

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE)

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE) Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE) Versi 4-10 Februari 2012 (versi akhir) 1 1.Pendahuluan Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok Indorama Ventures Public Company Limited dan anak perusahaan / afiliasi (secara kolektif disebut sebagai Perusahaan) berkomitmen

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO 26 Juni 2007 Disetujui oleh Dewan Eksekutif Pada 30 Agustus,2011 pada Revisi Prosedur untuk Pengesahan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMASOK KODE ETIK PEMASOK

KODE ETIK PEMASOK KODE ETIK PEMASOK KODE ETIK 16 December 2016 i DAFTAR ISI KOMITMEN ANZ 2 KOMITMEN PARA KAMI 2 HAK ASASI MANUSIA DAN HUBUNGAN DI TEMPAT KERJA 3 Hak Asasi Manusia 3 Gaji, Tunjangan & Kondisi dan Syarat Kerja 3 Kerja Paksa

Lebih terperinci

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN SERTIFIKASI KONSULTAN LAKTASI INTERNASIONAL (INTERNATIONAL BOARD OF LACTATION CONSULTANT EXAMINERS) Disetujui 15 September 2017 Nama Perusahaan ini adalah: PASAL I Nama dan

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian

Lebih terperinci

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2017 KEMEN-KP. Sertifikasi HAM Perikanan. Persyaratan dan Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Sesuai yang disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO

Sesuai yang disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO Dokumen Final Sesuai yang disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO 25 November 2011 RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN 1. Pendahuluan... 3 2. Cakupan... 4 3. Cara menggunakan

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis KODE ETIK PEMASOK Weatherford telah membangun reputasinya sebagai organisasi yang mengharuskan praktik bisnis yang etis dan integritas yang tinggi dalam semua transaksi bisnis kami. Kekuatan reputasi Weatherford

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

Audit sertifikasi pertama akan dimulai pada tanggal 11 September 2017 hingga 15 September 2017.

Audit sertifikasi pertama akan dimulai pada tanggal 11 September 2017 hingga 15 September 2017. From l Control Union (Malaysia) Sdn. Bhd. Subject Pengumuman publik atas sertifikasi pertama di Pt. Guntung Idamannusa GIN 2 POM l Date l 08-08-17 Dear Sir/Madam, PT Guntung Idamannusa merupakan perusahaan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola BP 2013 Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis 1. Pendahuluan Kami mengirimkan energi kepada dunia.

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Identitas Grup Pirelli menurut sejarahnya telah terbentuk oleh seperangkat nilai-nilai yang selama bertahun-tahun telah kita upayakan dan lindungi. Selama bertahuntahun,

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI MISI NILAI-NILAI GRUP PIRELLI PENDAHULUAN PRINSIP-PRINSIP PERILAKU KERJA - SISTEM KONTROL INTERNAL PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN Pemegang saham, investor, dan komunitas

Lebih terperinci

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif

Lebih terperinci

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar

Lebih terperinci

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0 ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA Versi 3.0 II Pemberitahuan Hak Cipta 2017 ISCC System GmbH Dokumen ISCC ini dilindungi oleh hak cipta. Dokumen ini tersedia secara gratis di situs web ISCC atau

Lebih terperinci

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009 Document final Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani Tanggal: 2 Juli 2009 Page 1 1/11/2012 Pendahuluan: Dokumen ini menampilkan versi akhir pedoman Generik RSPO untuk Petani Plasma. Dokumen ini

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil FACTSHEET RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil Sejarah Pada tahun 2001, WWF mulai menjajaki kemungkinan pembentukan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Hasil dari penjajakan ini adalah dibentuknya

Lebih terperinci

Penggunaan Merek Dagang dan Panduan RSPO

Penggunaan Merek Dagang dan Panduan RSPO Penggunaan Merek Dagang dan Panduan RSPO Table ronde sur l huile de RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Penggunaan Merek Dagang dan Panduan RSPO Pada 1 Juni 2011, RSPO telah

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler 2 Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler Pendahuluan Daimler mengakui tanggung jawab sosialnya dan ke-10 prinsip yang menjadi dasar dari gerakan Global Compact. Untuk mencapai tujuan bersama ini, Daimler

Lebih terperinci

Marine Stewardship Council. Standar MSC Chain of Custody: Versi Default

Marine Stewardship Council. Standar MSC Chain of Custody: Versi Default Marine Stewardship Council Standar MSC Chain of Custody: Versi Default Versi 4.0, 20 Februari 2015 Tentang Marine Stewardship Council Marine Stewardship Council (MSC) merupakan sebuah organisasi global

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Standar Tanggung Jawab untuk Para Pemasok

Standar Tanggung Jawab untuk Para Pemasok Standar Tanggung Jawab untuk Para Pemasok 2017 PENGADAAN GLOBAL Keyakinan Kami Kami percaya bahwa tanggung jawab kami yang pertama adalah terhadap para dokter, perawat dan pasien; para ibu dan bapak dan

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Anggota

Lebih terperinci

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Dipersiapkan oleh Taskforce untuk Petani Tanggal: 19 Juni 2010 Pendahuluan: Dokumen ini menetapkan Pedoman Umum RSPO untuk

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014 Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014 Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v2.0 12 Mei 2014 1 Dokumen ini merumuskan Indikator

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci