BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu karya budaya yang melekat di hati masyarakat adalah sastra. Sastra, sejak dahulu telah ada hampir di seluruh daerah di Indonesia dalam berbagai bentuk dan versi. Sastra tersebut ada yang berwujud lisan dan tulis. Sastra lisan disebarkan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun. Sastra lisan tersebut dikenal dengan sebutan sastra lama. Pada awalnya, sastra lama yang berbentuk lisan menggunakan bahasa daerah tempat sastra itu lahir. Akibat menerima pengaruh dari kebudayaan lain, muncullah sastra dalam bentuk tulis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa nasional sehingga disebut sastra modern. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ratna, (2010: 12) bahwa Khazanah sastra Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu: sastra lama dan sastra modern. Sastra lama disebut juga sastra nusantara, tersebar di seluruh Indonesia, menggunakan bahasa-bahasa daerah. Sastra modern atau sastra nasional, juga tersebar di seluruh Indonesia, tetapi menggunakan bahasa Indonesia. Secara historis sastra lama mulai sejak berakhirnya masa prasejarah, sejak manusia mengenal kebudayaan, dengan hasil konkret berupa pepatah, dongeng, dan tradisi lisan lain, yang kemudian dilanjutkan dengan kebudayaan Hindu dan Islam, hingga awal abad ke-20. Sastra modern mulai sejak awal abad ke-20, sejak terbitnya Azab dan Sengsara (Merari Siregar) dan kumpulan puisi Tanah Air (M. Yamin) hingga sekarang.

2 2 Sastra tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat sastra itu lahir. Sastra lahir, tumbuh, dan beredar dalam masyarakat, sehingga sastra tersebut menjadi milik masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Semi, (1989: 58) bahwa Antara masyarakat, kebudayaan, dan sastra merupakan suatu jalinan yang kuat yang satu dengan yang lainnya saling memberi pengaruh, saling membutuhkan, dan saling tentu-menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam masyarakat lama, setiap anggota masyarakat melakukan kegiatan bersama-sama dan untuk kepentingan bersama pula. Bagi masyarakat lama, sastra merupakan ekspresi dan perwujudan budaya yang mencerminkan sistem sosial, ide, dan nilainilai yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, bagi masyaraka, sastra merupakan salah satu hasil budaya milik bersama. Salah satu bentuk karya sastra lama Indonesia adalah prosa klasik. Prosa klasik yang tertua dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia adalah cerita rakyat. Sebagaimana dikemukakan oleh Yuwono (2007: 27) bahwa Prosa klasik yang tertua di Indonesia ditemukan dalam bentuk cerita rakyat. Cerita rakyat yang dalam bahasa umum disebut juga dongeng, adalah salah satu jenis kesusastraan rakyat yang disampaikan dari mulut ke mulut. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa cerita rakyat merupakan bentuk prosa klasik tertua di Indonesia. Cerita rakyat diceritakan dari mulut ke mulut. Penceritaan tersebut berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun. Karena itulah, nama pengarang cerita rakyat tersebut tidak dikenal orang bahkan oleh masyarakat pemilik cerita rakyat sendiri.

3 3 Oleh masyarakat pemiliknya, cerita rakyat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan dan mewariskan nilai-nilai dan ajaran-ajaran moral yang berhubungan dengan perilaku dan budaya kepada masyarakat. Rusyana (1997: 9) mengemukakan bahwa Sastra lisan, termasuk cerita rakyat merupakan warisan budaya nasional dan masih mempunyai nilai-nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, antara lain dalam hubungan dengan pembinaan apresiasi sastra. Satra lisan juga telah lama berperan sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Bahkan, sastra lisan telah berabadabad berperan sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam arti yang berdasarkan lisan akan lebih mudah digauli karena adanya unsur yang dikenal dalam masyarakat. Pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian tersebut adalah sebagai berikut. Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang mengandung nilai-nilai atau ajaran-ajaran moral yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut memegang peranan yang sangat berharga dalam kehidupan baik masa kini atau pun yang akan datang. Sastra berperan pula sebagai wahana pewarisan tatanilai yang berkembang dalam masyarakat, seperti; sopan santun, norma-norma, kepercayaan, adat kebiasaan, dan lain-lain. Selain itu, sastra lisan dijadikan sebagai alat komunikasi antara penciptanya dan masyarakat. Karya sastra, termasuk cerita-cerita rakyat mengandung ajaran moral. Nurgiyantoro (2010: 321) mengatakan bahwa Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa sebagai karya sastra

4 4 cerita rakyat mengandung nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut merupakan pandangan pengarang tentang baik atau buruk yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan. Nilai-nilai moral itulah yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Ratna (2009: 124) mengatakan bahwa Karya sastra memiliki fungsi yang menentukan dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, fungsi karya sastra sangat dominan. Sastra bukan hanya memiliki fungsi estetis, juga fungsi etis yang meliputi: pendidikan, kepercayaan, norma-norma, adat-istiadat, dan lainlain. Dalam masyarakat sekarang pun, fungsi sastra (cerita rakyat) memegang peranan yang sangat menentukan. Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Semi (1989: 56) yang mengatakan bahwa Sebagaimana juga dengan karya seni yang lain, sastra mempunyai fungsi sosial dan fungsi estetika. Fungsi sosial sastra adalah keterlibatan sastra dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, etik, kepercayaan, dan lain-lain. Fungsi estetika sastra adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan rasa keindahan bagi pembacanya. Berdasarkan uraian tersebut, sastra bagi masyarakat memiliki fungsi etis dan estetis. Dengan kata lain, sastra memiliki fungsi sosial dan estetis. Fungsi etis atau sosial sastra berkaitan dengan keterlibatan sastra dalam berbagai bidang kehidupan, seperti: kepercayaan, norma-norma, adat-istiadat, ekonomi, politik, dan lain-lain. Adapun Fungsi estetis sastra berkaitan dengan sastra itu sendiri sebagai karya seni. Sebagai karya seni, sastra menampilan keindahan yang dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan bagi pembacanya. Dengan demikian, sastra tidak hanya memberikan manfaat bagi pembaca juga mengandung unsur keindahan.

5 5 Dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra, Rusyana (1982: 6-8) mengemukakan bahwa Tujuan pengajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran sastra bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra. Pengalaman sastra mencakup pengalaman dalam berapresiasi dan berekspresi. Pengalaman bersastra diperoleh siswa melalui berbagai kegiatan seperti: membaca, mendengarkan, atau menulis. Adapun pengetahuan sastra mencakup: sejarah, teori, dan kritik sastra. Tujuan memperoleh pengetahuan sastra tersebut dikembangkan dari pengalaman bersastra yang telah diperolehnya. Banyak manfaat yang diperoleh peserta didik dari pembelajaran sastra. Rahmanto (1993: 15) mengatakan bahwa Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat. Selanjutnya, Rahmanto (1993: 16) mengatakan bahwa Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membentuk ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Guru sastra harus memiliki bekal awal yang memadai. Guru sastra dituntut memiliki kemampuan profesional, baik sebagai pribadi, pendidik, atau pun masyarakat. Rusyana (1982: 9-12) mengemukakan bahwa... guru pengajar sastra dituntut pula oleh hal-hal yang berhubungan dengan bidang studinya. Untuk menjadi guru sastra yang baik, beberapa tuntutan harus pula dipenuhi. Oleh

6 6 karena itu, secara khusus ia mengemukakan beberapa hal yang harus dimiliki guru atau pengajar sastra berhubungan dengan bidang studinya. Pertama, seorang guru sastra harus mempunyai semangat yang berhubungan dengan pengajarannya. Kedua, guru sastra harus mempunyai apresiasi yang baik terhadap sastra. Ketiga, guru sastra harus bisa memberikan pengaruh yang tepat terhadap kelasnya pada waktu ia melaksanakan pengajaran. Keempat, guru sastra harus mempunyai keahlian menilai hasil sastra atau melakukan kritik sastra. Guru sastra harus mampu memilih dan menyajikan bahan ajar sastra sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ketepatan memilih bahan ajar akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru harus mampu pula menyajikan bahan ajar dengan menarik sehingga peserta didik dapat terlibat secara optimal. Rahmanto (1993: 27) mengatakan bahwa Tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa. Indramayu memiliki beragam budaya. Salah satu hasil budaya adalah cerita rakyat. Cerita-cerita rakyat Indramayu berbentuk lisan dan menggunakan bahasa lama. Sebagai akibatnya, cerita-cerita rakyat Indramayu sulit dipahami. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat Indramayu kurang dikenal oleh masyarakat sendiri apalagi masyarakat daerah lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusyana (2000: 2) bahwa Karena menggunakan bahasa daerah, sastra daerah sulit dikenal dan dipahami oleh masyarakat di luar komunitas daerah itu, termasuk oleh masyarakat daerahnya sendiri.

7 7 Sebagai sastra daerah, cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan mengandung nilai-nilai moral yang hampir sama dengan sastra Indonesia pada umumnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusyana (1997: 6) bahwa Dalam sastra-sastra daerah terkandung muatan nilai-nilai moral. Dalam sastra-sastra daerah, dalam wujud ekspresi estetik itu tersaji pula nilai-nilai etik. Dari percobaan terhadap cerita rakyat, berupa mite, legenda, dan dongeng, kita dapat mengapresiasi nilai-nilai moral yang terpadu secara halus di dalamnya. Begitu pula dalam hikayat, syair, pantun serta jenis sastra lama lainnya serta selanjutnya dalam novel, cerita pendek, drama, dan puisi modern. Nilai-nilai moral itu terungkap. Cerita-cerita rakyat Indramayu terdiri atas beragam bentuk dan isi. Bentuk cerita-cerita rakyat Indramayu ada yang berupa mitos, legenda, dan dongeng. Cerita-cerita rakyat Indramayu berisi cerita tentang hal-hal yang wajar, luar biasa, istimewa, dan tidak masuk akal. Cerita-cerita rakyat Indramayu pun mempunyai fungsi dan manfaat yang tidak berbeda dengan cerita-cerita rakyat daerah lain. Di samping itu, cerita-cerita rakyat Indramayu mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang bermanfaat bagi pembacanya. Sebagai karya sastra lama, cerita-cerita rakyat Indramayu berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan. Sebagai media pendidikan, cerita-cerita rakyat Indramayu dijadikan sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Cerita-cerita rakyat Indramayu berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai: budaya, moral, adat-istiadat, kepercayaan, norma-norma, sopan santun, dan lainlain. Sebagai media hiburan, cerita-cerita rakyat Indramayu mengandung unsurunsur keindahan. Dengan keindahan tersebut, cerita-cerita rakyat Indramayu mampu menyuguhkan kenikmatan dan kepuasan bagi pembaca.

8 8 Cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi. Hal tersebut sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama Bahasa Indonesia (BSNP, 2006: 1). Terdapat tiga butir yang memberikan kewenangan kepada guru, sekolah, dan daerah untuk menentukan bahan ajar dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan bagi peserta didik. Ketiga butir tersebut yaitu sebagai berikut. 1) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. 2) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia. 3) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Kenyataannya, cerita-cerita rakyat Indramayu kurang dikenal dan diminati oleh masyarakatnya sendiri. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal berikut ini. Pertama, cerita-cerita rakyat yang sudah dalam bentuk naskah ditulis dalam aksara Jawa kuno yang sulit dipahami masyarakat. Kedua, kaderisasi alamiah tampaknya terputus karena generasi tua sibuk dengan urusan pekerjaan sehari-hari. Ketiga, belum ada cerita-cerita rakyat Indramayu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan menjadi buku bacaan umum. Keempat, pemerintah Indramayu belum melakukan upaya serius untuk melestarikan cerita-cerita rakyat Indramayu. Akibatnya, banyak masyarakat Indramayu yang tidak mengenal cerita-cerita rakyat daerahnya apalagi masyarakat daerah lain.

9 9 Ada beberapa kendala dalam menjadikan cerita-cerita rakyat Indramayu sebagai bahan ajar kepada peserta didik. Pertama, naskah cerita-cerita rakyat yang sudah ada ditulis dalam aksara Jawa kuno. Dalam kenyatannya, sangat sedikit peserta didik yang memahami aksara-aksara tersebut. Kedua, karena bahasa yang digunakan adalah Jawa kuno, cerita-cerita rakyat tersebut tidak menarik minat peserta didik. Ketiga, langkanya buku-buku cerita terjemahan dari naskah-naskah asli untuk dijadikan bahan bacaan. Keempat, guru-guru Bahasa Indonesia kurang berminat memilih cerita-cerita rakyat untuk dijadikan sebagai bahan ajar. Kelima, pengajaran bahasa dan sastra di sekolah-sekolah hanya mengarah pada usaha menunjang kemampuan peserta didik untuk dapat lulus Ujian Nasional (UN). Berdasarkan uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa salah satu upaya pelestarian yang harus segera dilakukan adalah penulisan, penerjemahan, dan penerbitan cerita-cerita rakyat Indramayu menjadi buku bacaan umum. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menyuguhkan kepada masyarakat tentang cerita-cerita rakyat Indramayu yang merupakan ekspresi budaya. Upaya penulisan memang sudah dilakukan Pemerintah Daerah Indramayu pada tahun 1977 dengan hasil buku Sejarah Indramayu yang di dalamnya memuat beberapa folklor Indramayu. Namun, buku tersebut belum dipublikasikan untuk umum dan hanya tersimpan di perpustakaan daerah Indramayu. Ada pun upaya penerbitan menjadi buku bacaan untuk umum tampaknya belum dilakukan. Selain upaya tersebut, upaya-upaya positif untuk melestarikan cerita-cerita rakyat Indramayu banyak macamnya. Upaya tersebut misalnya: diadakan pergelaran kesenian daerah dengan lakon cerita-cerita rakyat, lomba mendongeng,

10 10 menerjemahkan cerita-cerita rakyat, diskusi atau seminar, dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung upaya pelestarian cerita-cerita rakyat Indramayu. Upaya melalui jalur pendidikan formal dapat dilakukan dengan cara menjadikan ceritacerita rakyat Indramayu sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Mengingat kedudukan dan perannya yang cukup penting, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap cerita-cerita rakyat Indramayu. Penelitian tersebut penulis anggap sebagai upaya pelestarikan cerita-cerita rakyat Indramayu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini penulis beri judul Nilai-Nilai Budaya dan Moral Cerita- Cerita Rakyat Indramayu (Studi Deskriptif-Analitis terhadap Cerita-Cerita Rakyat Indramayu sebagai Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi di Sekolah Menengah Pertama). 1.2 Fokus Penelitian Permasalahan penelitian harus benar-benar jelas dan tepat. Agar penelitian lebih fokus, permasalahan penelitian perlu dibatasi. Fokus penelitian ini dibatasi pada kajian struktur intrinsik, nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu. Selanjutnya, hasil kajian tersebut penulis hubungkan dengan kemungkinan cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama.

11 11 Dalam penelitian ini penulis merekam sejumlah cerita rakyat Indramayu dari beberapa informan di berbagai tempat di Indramayu. Rekaman tersebut dalam bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan para penutur. Bahasa yang digunakan para penutur adalah bahasa Jawa dialek Indramayu. Oleh karena itu, rekaman tersebut penulis transkripsikan sesuai dengan bahasa yang digunakan para penutur. Transkrip cerita-cerita rakyat tersebut penulis terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Cerita-cerita rakyat Indramayu terjemahan inilah yang penulis analisis. Akan tetapi, tidak semua cerita rakyat yang diterjemahkan penulis analisis. Cerita-cerita rakyat yang penulis analisis adalah sebagai berikut. Pertama, cerita-cerita rakyat yang masih dikenal dekat di hati sebagian masyarakat Indramayu. Kedua, cerita-cerita rakyat tersebut dianggap memiliki kekuatan tertentu oleh sebagian masyarakat Indramayu. Ketiga, cerita-cerita rakyat tersebut masih dianggap suci, benar-benar terjadi, dan diakui sebagai milik sebagian masyarakat Indramayu. 1.3 Asumsi Penelitian Asumsi-asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Cerita-cerita rakyat Indramayu dibangun atas struktur intrinsik dan ekstrinsik. 2) Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan refleksi nilai-nilai budaya masyarakat. 3) Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan refleksi nilai-nilai moral masyarakat. 4) Cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama.

12 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, permasalahan pokok penelitian ini adalah cerita-cerita rakyat Indramayu terbangun atas struktur intrinsik dan mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang merupakan refleksi budaya masyarakat Indramayu. Selain itu, cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama. Masalah pokok penelitian tersebut penulis jabarkan menjadi beberapa rumusan masalah berikut ini. 1) Bagaimanakah bangun struktur intrinsik yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu? 2) Nilai-nilai budaya apakah yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu? 3) Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu? 4) Apakah cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama? 1.5 Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan-rumusan masalah tersebut, secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan penulis ingin beroleh gambaran tentang cerita-cerita rakyat Indramayu memiliki kemungkinan dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama. Tujuan umum tersebut

13 13 penulis jabarkan menjadi beberapa tujuan berikut ini, yaitu penulis ingin memperoleh gambaran tentang: 1) bangun struktur intrinsik cerita-cerita rakyat Indramayu, 2) nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu, 3) nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat Indramayu, dan 4) kemungkinan cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah Menengah Pertama. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sastra. Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru-guru Bahasa Indonesia, sekolah, masyarakat, dan Pemerintah Daerah Indramayu. Manfaat penelitian tersebut selanjutnya penulis jabarkan sebagai berikut. 1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sastra. Penelitian tentang sastra daerah dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi mengenai berbagai aspek kebudayaan dan kehidupan masyarakat pemilik sastra tersebut. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian dengan kajian yang sama.

14 14 2) Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah hasil penelitian dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk kepentingan praktis. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah: guru, sekolah, masyarakat, dan pemerintah daerah. Uraian manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut. a) Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan inspirasi bagi guru-guru Bahasa Indonesia dalam memilih bahan ajar apresiasi prosa fiksi untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Cerita-cerita rakyat Indramayu yang terdapat di daerah tempat guru mengajar dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi. Dengan demikian, guru memiliki kebebasan, keleluasaan, dan kemandirian dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya dengan tidak meninggalkan kepentingan Nasional. b) Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan pihak sekolah. Sekolah dapat menyusun bahan dan sumber belajar kebahasan dan kesastraan sesuai dengan kondisi sekolah, keadaan peserta didik, dan sumber belajar yang tersedia. Sekolah dapat memasukkan cerita-cerita rakyat Indramayu dalam rumusan program penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi.

15 15 c) Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam menumbuhkan pemahaman tentang cerita-cerita rakyat daerahnya. Hal tersebut mengingat cerita-cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang sangat berharga dan bernilai bagi masyarakat. Nilai-nilai budaya dan moral tersebut refleksi kehidupan masyarakat. Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan perwujudan alam pikiran, pandangan hidup, ekspresi keinginan, dan cita-cita bersama masyarakat. Karena itu, cerita-cerita rakyat dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Dengan demikian, masyarakat akan memiliki tanggungjawab untuk memelihara dan melestarikan cerita-cerita rakyat sebagai kekayaan budaya daerah dan khazanah kebudayaan Nasional. d) Bagi Pemerintah Daerah Manfaat hasil penelitian bagi pemerintah daerah antara lain adalah dapat membantu upaya pelestarian kebudayaan daerah dan pembinaan kepribadian masyarakat. Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan kekayaan budaya masyarakat Indramayu. Setiap wilayah di Indramayu mempunyai cerita rakyat tersendiri. Setiap cerita rakyat mempunyai nilai-nilai budaya dan moral yang beragam. Cerita-cerita rakyat yang tersebar di wilayah Indramayu adalah milik masyarakat dan merupakan kekayaan kebudayaan daerah yang harus dilestarikan. Selain dapat mengetahui hasil-hasil kebudayaan daerahnya sendiri, masyarakat dapat mengambil hikmah tentang nilai-nilai budaya dan moral tersebut. Penerapan nilai-nilai budaya dan moral dalam kehidupan sehari-hari akan membantu pembentukan watak, akhlak, dan kepribadian masyarakat.

16 Definisi Operasional Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian perlu diberi batasan atau definisi yang jelas. Hal tersebut dimaksudkan selain agar tidak menimbulkan salah penafsiran, juga merupakan acuan penulis dalam melakukan deskripsi dan analisis data. Berikut ini definisi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1) Struktur Intrinsik Struktur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra secara otonom atau mandiri. Unsur-unsur pembangun tersebut merupakan elemenelemen fiksional yang membangun sebuah cerita fiksi. Dengan demikian, struktur intrinsik adalah struktur yang melekat pada prosa fiksi yang dapat dianalisis. Priyatni (2010: 109) mengatakan bahwa Struktur intrinsik sastra umumnya terdiri atas; tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), suasana (mood dan atmosphere), sudut pandang (point of view) tema, amanat, dan gaya bahasa. 2) Nilai-Nilai Budaya Nilai-nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi tingkah laku manusia. Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dari adatistiadat. Hal itu disebabkan nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting. Nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah, petunjuk, dan orientasi kehidupan masyarakat.

17 17 3) Nilai-Nilai Moral Nilai moral adalah pengertian tentang pandangan nilai-nilai yang baik dan buruk yang diterima umum dan berlaku pada sekelompok masyarakat mengenai perbuatan, sikap, hak, kewajiban, dan sebagainya yang sesuai dengan pandangan hidup manusia dan kebudayaannya. Nilai moral berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan yang bersifat universal. Nilai moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku, norma, tutur kata, dan sopan santun pergaulan. Nilai moral merupakan ajaran moral tertentu yang dapat diambil dan ditafsirkan pembaca melalui cerita. Akan tetapi, ajaran moral tersebut sifatnya relatif, artinya suatu yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat tertentu belum tentu dianggap baik atau buruk oleh masyarakat lain. 4) Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah kisahan atau kesusastraan rakyat yang berbentuk lisan yang berupa kepercayaan masyarakat seperti mitos, legenda, dan dongeng. Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Yuwono (2007: 27) menjelaskan bahwa cerita rakyat yang dalam bahasa umum disebut juga dongeng, adalah salah satu jenis kesusastraan rakyat yang disampaikan dari mulut ke mulut. 5) Deskriptif Analitis Deskriptif analitis adalah proses menggambarkan, memaparkan, dan mendeskripsikan secara jelas dan terperinci suatu bidang kajian dengan cara

18 18 menganalisis atau menguraikan secara objektif. Tujuan proses deskriptif analitis adalah untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat tentang objek. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, deskripsi analitis adalah proses menggambarkan, menguraikan, dan mendeskripsikan struktur intrinsik yang membangun sebuah cerita untuk memperoleh makna menyeluruh yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat Indramayu. 6) Bahan Ajar Bahan ajar adalah materi pokok yang akan dipelajari peserta didik dalam pembelajaran. Bahan ajar digunakan oleh guru dan peserta didik sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu komponen inti yang harus ada dalam setiap kegiatan pembelajaran. Bahan ajar inilah yang perlu dikembangkan oleh guru pada saat menyusun perencanaan pembelajaran (RPP). Dalam memilih bahan ajar kebahasaan dan kesastraan, guru memiliki kemadirian dan keleluasaan asalkan bahan ajar yang dipilih tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan tingkat kemampuan peserta didik. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi media pengucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia semakin kompleks seiring perkembangan zaman. Manusia dilahirkan dengan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya. Perasalahan hidup manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warisan leluhur nenek moyang kita sangat beragam dan banyak. menarik perhatian para ilmuwan, salah satunya berupa hikayat.

BAB I PENDAHULUAN. warisan leluhur nenek moyang kita sangat beragam dan banyak. menarik perhatian para ilmuwan, salah satunya berupa hikayat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peninggalan-peninggalan budaya masa lampau yang merupakan warisan leluhur nenek moyang kita sangat beragam dan banyak menarik perhatian para ilmuwan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan 117 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode sesuai dengan kekhasan sifat karya sastra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi estetika. Apapun bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami perkembangan. Karena itu, agar keberadaan karya sastra dan pengajarannya tetap tegak,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa adalah bahan baku kesusastraan. Karya sastra yang indah bukan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan diuraikan beberapa hal yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Secara rinci hal tersebut diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk menghibur dengan adanya kata-kata yang menjadi komponen penting sastra juga memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Salah satu bentuk pendidikan adalah pendidikan yang berupa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Novel Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan, hidup menjadi lebih bermakna dan terarah. Agar hidup manusia lebih bermakna dan terarah,

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia atau yang diciptakan oleh manusia dengan menggunakan bahasa untuk menghasilkan nilai estetika. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra. NILAI RELIGIUS NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh Leny Dhamayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dhamayanti_cubby@yahoo.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat

Lebih terperinci