Tri Murti (Universitas Lambung Mangkurat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tri Murti (Universitas Lambung Mangkurat)"

Transkripsi

1 MEKANISME PERHITUNGAN, PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 22 PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT Tri Murti (Universitas Lambung Mangkurat) Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana perhitungan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dan Untuk mengetahui penyesuaian waktu Penyetoran Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut. Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah Wawancara, dilakukan dengan melalukan tanya jawab dengan pihak-pihak terkait dengan penelitian yaitu Bendahara Pengeluaran, Pembantu Bendahara, terkait dengan penelitian yaitu Bendahara Pengeluaran, Pembantu Bendahara, dan Kasubbag. Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Tanah Laut dan Dokumentasi, dilakukan dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen- dokumen. Penulis menemukan adanya kesalahan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22, adanya kesalahan penempatan dalam hal penarikan pajak yang seharusnya dikenakan tarif Pajak Penghasilan pasal 23 menjadi Pajak Penghasilan 22, adanya kelebihan bayar ataupun kekurangan bayar. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal perhitungan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 di temukan sebagai berikut : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut pada tahun anggaran memungut Pajak Penghasilan pasal 22 sebesar Rp ,- (Enam belas juta seratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus lima puluh enam rupiah), Pajak Penghasilan pasal 22 yang di kenakan tarif 1,5% dan 3%, perhitungan di atas sebanyak 65 pengadaan yang di kenakan Pajak Penghasilan pasal 22, sebanyak 56 pengadaan memakai tarif 3% karena tidak memakai NPWP sebanyak 56 pengadaan memakai tarif 3% karena tidak memakai NPWP Penyedia tetapi mamakai NPWP Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut, dan hanya 9 pengadaan memakai tarif 1,5% dengan Kabupaten Tanah Laut, menggunakan NPWP Penyedia Pekerjaan pengadaan yang seharusnya tidak dikenakan PPN tetap di kenakan PPN, sebanyak 6 pengadaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai belanja Bibit Tanaman ataupun Bibit Ternak tidak dikenakan PPN, berarti Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ternak tidak dikenakan PPN, Tanah Laut kelebihan bayar untuk PPN pengadaan Bibit Tanaman atau bibit ternak sebesar Rp ,- Sebanyak 17 pengadaan yang seharusnya masuk Pajak Penghasilan pasal 23 ternyata masuk ke Pajak Penghasilan 22 seperti : Belanja Cetak, Belanja Pakaian dan belanja umbul-umbul (bila pakaian/umbul-umbul beli jadi maka masuk Pajak Penghasilan pasal 22 dan bila pakaian/umbul-umbul tersebut memesan di penjahit/sablon maka masuk Pajak Penghasilan pasal 23) seharusnya di kenakan tarif 2% atau bila tidak ada NPWP sebesar 4%, hal tersebut mengakibatkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut kekurangan bayar sebesar Rp ,- Beberapa hal yang ditemukan dalam hal pembayaran/penyetoran pajak masih belum sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Pembayaran 55

2 Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain diantaranya : Penggabungan beberapa nota pembelian padahal waktu pembeliannya berbeda bulan hingga mengakibatkan tanggal pembelian untuk pembayaran pajaknya melebihi tanggal 10 bulan berikutnya. Bendaharawan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal penyetoran pajak yang sesuai batas tanggal penyetoran pajak sebanyak 55 dari tanggal nota/kwitansi pembelian sedangkan tangga penyetoran yang melebihi batas penyetoran yaitu tanggal 10 bulan berikutnya sebanyak 36 nota/kwitansi pembelian, penulis menyarankan Untuk perhitungan pemungutan Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut harus lebih sering berkonsultasi kepada KPP Pelaihari agar Tanah Laut harus lebih sering berkonsultasi kepada KPP Pelaihari agar mengetahui tata cara perhitungan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 yang benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010. Penyetoran pajak agar sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor154/PMK.03/2010 yaitu penyetoran pajak paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, diharapkan Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut memperhatikan tanggal pembelian barang agar pajak yang di setor sesuai dengan aturan tersebut diatas Untuk Perhitungan,Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 dari Tahun 2016 harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.010/2016 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. Kata Kunci : Mekanisme Perhitungan, Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 22 56

3 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pencanangan perdagangan bebas membawa konsekuensi pula dalam kebijakan perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat tidak dapat ditolak dan harus menerima keberadaan globalisasi ekonomi serta yang paling penting yaitu mengambil kesempatan yang dapat timbul akibat adanya perubahan ekonomi internasional. Sebagai salah satu perangkat pendukung yang menunjang agar tercapai keberhasilan ekonomi dalam meraih peluang. Pajak mempunyai konstribusi cukup tinggi dalam penerimaan negara nonmigas. Pada beberapa tahun terakhir, penerimaan dari sektor fiskal mencapai lebih dari 70% dari total penerimaan dalam APBN. Berbagai kebijakan dalam bentuk ekstensifikasi dan intensifikasi telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor fiskal. Kebijakan tersebut berdampak pada masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak lain sebagai pembayar/pemotong/pemungut pajak. Self assessment system yang mengharuskan Wajib Pajak untuk secara proaktif menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak sendiri, menuntut pihak-pihak tersebut mampu memahami dan menerapkan setiap peraturan perpajakan. dengan ketentuan yang berlaku di bidang perpajakan, pihak yang melakukan pemotongan dan pemungutan pajak atas pengeluaran yang berasal dari APBN/APBD adalah bendahara pemerintah. Termasuk dalam pengertian bendahara pemerintah adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama. Sebagai pihak yang melakukan pemotongan dan pemungutan pajak, bendahara pemerintah harus mengetahui aspek-aspek perpajakan terutama yang berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan serta Pajak Pertambahan Nilai. Kewajiban bendahara pemerintah sehubungan dengan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai antara lain adalah pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Penghasilan Pasal 23, Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2), dan Pajak Pertambahan Nilai. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang badan-badan tertentu yang berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Ada beberapa jenis Pajak Penghasilan yang salah satunya adalah Pajak Penghasilan pasal 22 yang merupakan salah satu jenis pajak yang pelunasannya dalam tahun berjalan dipungut oleh pihak ketiga. Sebagai pemungut pajak, maka pihak ketiga tersebut dalam tahun berjalan mempunyai kewajiban untuk memotong, menyetor dan melaporkan pajak yang terhutang setiap bulan atau pada masa pajak tersebut. Ada kemungkinan wajib pungut keliru dalam memperhitungkan jumlah Pajak Penghasilan pasal 22 yang dipungut sehingga berpengaruh terhadap pemotongan Pajak Penghasilan pasal 22 yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang baik terhadap tata cara pemungutan dan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 tersebut. 57

4 Permasalahan yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut adalah sebagai berikut : 1) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut pada Tahun Anggaran jumlah yang disetor Pajak Penghasilan pasal 22 sebesar Rp ,- (Enam belas juta seratus enam puluh Sembilan ribu tiga ratus lima puluh enam rupiah), dapat di lihat dari tabel 1.1 di bawah maka adanya kesalahan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22, adanya kesalahan penempatan dalam hal penarikan pajak yang seharusnya dikenakan tarif Pajak Penghasilan pasal 23 menjadi Pajak Penghasilan 22, adanya kelebihan bayar ataupun kekurangan bayar seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Perhitungan PPN dan PPh Pasal 22 pada Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Tahun Anggaran NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) PERHITUNGAN SKPD PPN PPH Keterangan Belanja Penggandaan Belanja ATK Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK Belanja ATK Belanja ATK Belanja ATK Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Bahan Baku Bangunan Belanja Bahan / Bibit Tanaman Belanja Bibit Ternak Tidak sesuai (SKPD Kelebihan bayar) Tidak sesuai (SKPD Kelebihan bayar) Tidak sesuai (seharusnya tidak memakai PPN) Tidak sesuai (seharusnya tidak memakai PPN) 12 Belanja Bahan Obatobatan Belanja Cetak Belanja ATK Belanja Cetak Belanja ATK Belanja Pakaian Kerja

5 Lapangan 18 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 19 Tidak sesuai Belanja Bahan / Bibit (seharusnya tidak Ternak memakai PPN) 20 Belanja Cetak Belanja Cetak Pembelian bahan rumah genset Belanja Kelengkapan Komputer BelanjaPakaian Seragam Hansip 25 Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Penggantian Suku Cadang Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Pembelian Gordyn Belanja ATK Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Tiang Umbul- Umbul Belanja Umbul-Umbul Belanja Peralatan 35 Kebersihan dan Bahan Pembersih 36 Belanja ATK Belanja ATK Belanja Bibit Ternak Tidak sesuai (seharusnya tidak memakai PPN) 39 Belanja Bahan Baku Bangunan Belanja Pakaian Kerja Lapangan 41 Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja ATK Pengadaan Filling Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Penggandaan Belanja Spanduk dan Baliho

6 48 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Penggandaan Belanja ATK Belanja Bibit Ternak Tidak sesuai (seharusnya tidak memakai PPN) 54 Pengadaan Wireless Pakaian Adat Belanja Spanduk Tidak sesuai Belanja Bahan/Bibit (seharusnya tidak Tanaman memakai PPN) 58 Belanja ATK Belanja Penggandaan Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Sepatu Safety Lapangan Belanja Sepatu Safety Lapangan Belanja Sepatu Kerja Belanja Cetak Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pembelian Chainsaw JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2) Bendaharawan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal penyetoran pajak yang melebihi batas penyetoran yaitu tanggal 10 bulan berikutnya sebanyak 36 nota/kwitansi pembelian seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : 60

7 Tabel 1.2 Tanggal Pembelian dan Penyetoran PPN dan PPh Pasal 22 pada Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Tahun Anggaran NO URAIAN PEMBELIAN WAKTU/TANGGAL PENYETORAN Belanja Penggandaan 13 Januari 04 Maret Tidak KET 21 Januari 04 Maret Tidak 26 Januari 04 Maret Tidak 2 Belanja ATK 15 Januari 04 Maret Tidak 3 Belanja Bibit Ternak 02 Januari 20 Februari Tidak 4 Belanja Cetak 04 Februari 24 Maret Tidak 5 Belanja Bahan/Bibit Ternak 11 Maret 16 April Tidak 6 Belanja Cetak 07 April 27 Mei Tidak 7 Belanja Kelengkapan Komputer 17 Maret 27 Mei Tidak 8 Belanja Penggantian Suku Cadang 30 April 27 Mei Tidak 17 April 27 Mei Tidak 9 Belanja Cetak 18 Mei 23 Juni Tidak 29 Mei 23 Juni Tidak 10 Belanja Pembelian Gordyn 25 Mei 15 Juni Tidak 11 Belanja ATK 18 Februari 29 Juni Tidak 12 Belanja ATK 27 Mei 29 Juni Tidak 13 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih 15 Juni 28 Juli Tidak 18 Juni 28 Juli Tidak 14 Belanja ATK 15 Mei 29 Juli Tidak 15 Belanja Bibit Ternak 06 Mei 28 Juli Tidak 04 Juni 28 Juli Tidak 16 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 07 Agustus 16 September Tidak 17 Pengadaan Filling 16 September 15 Oktober Tidak 18 Belanja Cetak 11 Agustus 15 Oktober Tidak 19 Belanja Penggandaan 26 Juni 09 Oktober Tidak 28 Agustus 09 Oktober Tidak 20 Belanja Spanduk dan Baliho 15 September 19 November Tidak 21 Belanja Peralatan Kebersihan dan 18 September Bahan Pembersih 24 November Tidak 22 September 24 November Tidak 22 Belanja Spanduk dan Baliho 19 Agustus 19 November Tidak 61

8 08 Oktober 19 November Tidak 23 Belanja Bibit Ternak 05 Oktober 24 November Tidak 24 Belanja Spanduk 01 Oktober 03 Desember Tidak 25 Belanja Penggandaan 16 September 02 Desember Tidak 21 Oktober 02 Desember Tidak Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun (di olah) Dari tabel 1.1. dan 1.2 diatas diperlukan pemahaman yang baik terhadap mekanisme perhitungan, pemungutan dan penyetoran Pajak Penghasilan pasal 22 tersebut dilaksanakan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut. Dengan memperhatikan alasan dan keterangan diatas,maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul yang dengan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut. Judul yang diangkat penulis sehubungan dengan penulisan Tugas Akhir ini adalah Mekanisme Perhitungan,Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penghasilan(PPh) pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut. 62

9 HASIL PENELITIAN Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar, yaitu : PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN & PPnBM Adapun barang yang di kenakan Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut, yaitu : Belanja Bahan Pakai Habis dan Belanja Modal. Bendahara Pengeluaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut memungut Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang dari setiap transaksi dengan harga pembelian barang di atas Rp dikenakan PPN dan pembelian dengan harga di atas Rp dikenakan Pajak Penghasilan pasal 22 dengan tarif 1,5% dan disetor ke Bank Kalsel pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja APBD/APBN. Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010. Berikut akan disajikan tabel jumlah Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang tahun pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut. 63

10 Tabel 4.1 Pajak Penghasilan pasal 22 Atas Pengadaan Barang Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut TA NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) PERHITUNGAN SKPD PPN PPH Belanja Penggandaan Belanja ATK Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK Belanja ATK Belanja ATK Belanja ATK Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Bahan Baku Bangunan Belanja Bahan/Bibit Tanaman Belanja Bibit Ternak Belanja Bahan Obat-obatan Belanja Cetak Belanja ATK Belanja Cetak Belanja ATK Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Bahan/Bibit Ternak Belanja Cetak Belanja Cetak Pembelian bahan rumah genset Belanja Kelengkapan Komputer Belanja Pakaian Seragam Hansip Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Penggantian Suku Cadang Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Pembelian Gordyn Belanja ATK Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Tiang Umbul-Umbul Belanja Umbul-Umbul

11 35 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK Belanja ATK Belanja Bibit Ternak Belanja Bahan Baku Bangunan Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja ATK Pengadaan Filling Belanja ATK Belanja Cetak Belanja Penggandaan Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Penggandaan Belanja ATK Belanja Bibit Ternak Pengadaan Wireless Pakaian Adat Belanja Spanduk Belanja Bahan/Bibit Tanaman Belanja ATK Belanja Penggandaan Belanja Alat Listrik dan Elektronik Belanja Sepatu Safety Lapangan Belanja Sepatu Safety Lapangan Belanja Sepatu Kerja Belanja Cetak Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pembelian Chainsaw JUMLAH Sumber :Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun Tabel 4.1 menunjukkan perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.154/PMK.03/2010, dari tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut pada tahun anggaran memungut Pajak Penghasilan pasal 22 sebesar Rp ,- (Enam belas juta seratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus lima puluh enam rupiah). 65

12 Tabel 4.2 Hasil Koreksi Pajak Penghasilan pasal 22 Atas Pengadaan Barang Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) PPN HASIL KOREKSI PPH 1,5% 3,0% Belanja Penggandaan 2 Belanja ATK Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK 5 Belanja ATK 6 Belanja ATK 7 Belanja ATK 8 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 9 Belanja Bahan Baku Bangunan 10 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 11 Belanja Bibit Ternak 12 Belanja Bahan Obat-obatan 13 Belanja Cetak 14 Belanja ATK 15 Belanja Cetak 16 Belanja ATK 17 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 18 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 19 Belanja Bahan/Bibit Ternak 20 Belanja Cetak 21 Belanja Cetak 22 Pembelian bahan rumah genset 23 Belanja Kelengkapan Komputer

13 24 Belanja Pakaian Sergama Hansip 25 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 26 Belanja Penggantian Suku Cadang 27 Belanja ATK 28 Belanja Cetak 29 Belanja Pembelian Gordyn 30 Belanja ATK 31 Belanja ATK 32 Belanja Cetak 33 Belanja Tiang Umbul-Umbul 34 Belanja Umbul-Umbul Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK 37 Belanja ATK 38 Belanja Bibit Ternak 39 Belanja Bahan Baku Bangunan 40 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 41 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 42 Belanja ATK 43 Pengadaan Filling 44 Belanja ATK 45 Belanja Cetak 46 Belanja Penggandaan 47 Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Spanduk dan Baliho 50 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 51 Belanja Penggandaan

14 52 Belanja ATK 53 Belanja Bibit Ternak 54 Pengadaan Wireless 55 Pakaian Adat 56 Belanja Spanduk 57 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 58 Belanja ATK 59 Belanja Penggandaan 60 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 61 Belanja Sepatu Safety Lapangan 62 Belanja Sepatu Safety Lapangan 63 Belanja Sepatu Kerja 64 Belanja Cetak 65 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pembelian Chainsaw JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun (diolah) Dari tabel 4.1 dan 4.2 di atas menjelaskan bahwa perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut pada tahun belum semuanya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.154/PMK.03/2010 yang mana pemotongan untuk Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan Ada beberapa koreksi dari penulis, yaitu : 68

15 Tabel 4.3 Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan Barang Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut tahun yang di pungut tarif 1,5% dan 3% PPh Pasal 22 NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) 1,5% (Penyedia yang mempunyai NPWP /memakai NPWP Penyedia) 3% (Penyedia yang tidak mempunyai NPWP /memakai NPWP Bendahara) Belanja Penggandaan 2 Belanja ATK Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK 5 Belanja ATK 6 Belanja ATK 7 Belanja ATK 8 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 9 Belanja Bahan Baku Bangunan 10 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 11 Belanja Bibit Ternak 12 Belanja Bahan Obat-obatan 13 Belanja Cetak 14 Belanja ATK 15 Belanja Cetak 16 Belanja ATK 17 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 18 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 19 Belanja Bahan/Bibit Ternak 20 Belanja Cetak 21 Belanja Cetak 22 Pembelian bahan rumah genset

16 23 Belanja Kelengkapan Komputer 24 Belanja Pakaian Seragam Hansip 25 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 26 Belanja Penggantian Suku Cadang 27 Belanja ATK 28 Belanja Cetak 29 Belanja Pembelian Gordyn 30 Belanja ATK 31 Belanja ATK 32 Belanja Cetak 33 Belanja Tiang Umbul-Umbul 34 Belanja Umbul-Umbul Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja ATK Belanja ATK Belanja Bibit Ternak 39 Belanja Bahan Baku Bangunan Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Alat Listrik dan Elektronik 42 Belanja ATK Pengadaan Filling 44 Belanja ATK Belanja Cetak 46 Belanja Penggandaan 47 Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Penggandaan

17 Belanja ATK 53 Belanja Bibit Ternak 54 Pengadaan Wireless 55 Pakaian Adat 56 Belanja Spanduk 57 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 58 Belanja ATK 59 Belanja Penggandaan 60 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 61 Belanja Sepatu Safety Lapangan 62 Belanja Sepatu Safety Lapangan 63 Belanja Sepatu Kerja 64 Belanja Cetak 65 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pembelian Chainsaw JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun (diolah) Dari tabel 4.3 di atas dapat di lihat Pajak Penghasilan pasal 22 yang di kenakan tarif 1,5% dan 3%, perhitungan di atas sebanyak 65 pengadaan yang di kenakan Pajak Penghasilan pasal 22, sebanyak 56 pengadaan memakai tarif 3% karena tidak memakai NPWP Penyedia tetapi memakai NPWP Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut, dan hanya ada 9 pengadaan memakai tarif 1,5% dengan menggunakan NPWP Penyedia. 71

18 Tabel 4.4 Pekerjaan yang seharusnya tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai pada Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun Anggaran NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) PPN Belanja Bahan/Bibit Tanaman Belanja Bibit Ternak Belanja Bahan/Bibit Ternak Belanja Bibit Ternak Belanja Bibit Ternak Belanja Bahan/Bibit Tanaman JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun (diolah) Pada tabel 4.4 di atas pekerjaan pengadaan yang seharusnya tidak dikenakan PPN tetap di kenakan PPN, sebanyak 6 pengadaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat Strategis yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Belanja Bibit Tanaman ataupun Bibit Ternak tidak dikenakan PPN, berarti Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut kelebihan bayar untuk PPN pengadaan Bibit Tanaman atau bibit ternak sebesar Rp ,- Tabel 4.5 Pekerjaan yang seharusnya dikenakan Pajak Penghasilan pasal 23 pada Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun Anggaran : Perhitungan SKPD NO. URAIAN JUMLAH (Rp ) PERHITUNGAN SKPD PPN PPH Belanja Cetak Belanja Cetak Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Cetak Belanja Cetak Belanja Pakaian Seragam Hansip Belanja Cetak Belanja Cetak Belanja Umbul-Umbul Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Cetak Belanja Spanduk dan Baliho

19 14 Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Spanduk Belanja Cetak JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun Tabel 4.6 Pekerjaan yang seharusnya dikenakan Pajak Penghasilan pasal 23 pada Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun Anggaran : Hasil Koreksi HASIL KOREKSI JUMLAH NO. URAIAN PPN PPH (Rp ) 11 2,0% 4,0% Belanja Cetak Belanja Cetak Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Pakaian Kerja Lapangan Belanja Cetak Belanja Cetak Belanja Pakaian Seragam 7 Hansip Belanja Cetak 9 Belanja Cetak Belanja Umbul-Umbul Belanja Pakaian Kerja 11 Lapangan Belanja Cetak 13 Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Spanduk dan Baliho Belanja Pakaian Kerja 15 Lapangan Belanja Spanduk 17 Belanja Cetak JUMLAH Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Tahun (diolah) 73

20 Pada tabel 4.5 dan 4.6 di atas terlihat adanya 17 pengadaan yang seharusnya masuk Pajak Penghasilan pasal 23 ternyata masuk ke Pajak Penghasilan 22 seperti : Belanja Cetak, Belanja Pakaian dan belanja umbul-umbul (bila pakaian/umbul-umbul beli jadi maka masuk Pajak Penghasilan pasal 22 dan bila pakaian/umbul-umbul tersebut memesan di penjahit/sablon maka masuk Pajak Penghasilan pasal 23) seharusnya di kenakan tarif 2% atau bila tidak ada NPWP sebesar 4%, hal tersebut mengakibatkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut kekurangan bayar sebesar Rp ,- Penyetoran Pajak Penghasilan pasal 22 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut Pembuatan Fomulir penyetoran pajak di lakukan melalui online lewat E-Billink, adapun tata cara penyetoran Pajak Penghasilan pasal 22 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut yaitu bendahara dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut, penyetoran Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Kabupaten Tanah Laut ke Bank Kalsel. Setelah melakukan penyetoran bukti Surat Setoran Pajak (SSP) akan diserahkan kembali oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut sebagai bukti bahwa pajak tersebut telah dilaporkan. Tabel 4.7 Tanggal Pembelian dan Penyetoran PPN dan PPh Pasal 22 pada Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Tahun Anggaran NO URAIAN WAKTU/TANGGAL PEMBELIAN PENYETORAN KET 1 Belanja Penggandaan 13 Januari 04 Maret Tidak 21 Januari 04 Maret Tidak 26 Januari 04 Maret Tidak 04 Februari 04 Maret 10 Februari 04 Maret 2 Belanja ATK 15 Januari 04 Maret Tidak 3 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih 10 Februari 25 Februari 4 Belanja ATK 06 Januari 04 Februari 5 Belanja ATK 17 Februari 04 Maret 6 Belanja ATK 03 Februari 04 Februari 7 Belanja ATK 05 Februari 04 Maret 8 Belanja Alat Listrik dan 09 Februari Elektronik 20 Februari 9 Belanja Bahan Baku Bangunan 18 Februari 23 Februari 10 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 25 Februari 26 Februari 11 Belanja Bibit Ternak 02 Januari 20 Februari Tidak 74

21 12 Belanja Bahan Obat-obatan 13 Belanja Cetak 10 Februari 20 Februari 11 Februari 20 Februari 04 Februari 24 Maret Tidak 02 Maret 24 Maret 14 Belanja ATK 09 Maret 13 Maret 15 Belanja Cetak 01 April 17 April 16 Belanja ATK 04 April 20 April 17 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 08 April 14 April 18 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 09 April 14 April 19 Belanja Bahan/Bibit Ternak 11 Maret 16 April Tidak 02 April 20 Belanja Cetak 26 Mei 27 Mei 21 Belanja Cetak 07 April 27 Mei Tidak 22 Pembelian bahan rumah genset 04 Mei 27 Mei 07 Mei 27 Mei 13 Mei 27 Mei 23 Belanja Kelengkapan Komputer 17 Maret 27 Mei Tidak 24 Belanja Pakaian Seragam Hansip 25 Mei 29 Mei 25 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 08 Mei 27 Mei 26 Belanja Penggantian Suku Cadang 30 April 27 Mei Tidak 17 April 27 Mei Tidak 04 Mei 27 Mei 27 Belanja ATK 10 Juni 15 Juni 28 Belanja Cetak 18 Mei 23 Juni Tidak 29 Mei 23 Juni Tidak 08 Juni 23 Juni 29 Belanja Pembelian Gordyn 25 Mei 15 Juni Tidak 30 Belanja ATK 18 Februari 29 Juni Tidak 31 Belanja ATK 27 Mei 29 Juni Tidak 32 Belanja Cetak 01 Juli 28 Juli 27 Juli 28 Juli 33 Belanja Tiang Umbul-Umbul 28 Juli 29 Juli 34 Belanja Umbul-Umbul 28 Juli 29 Juli 35 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih 15 Juni 28 Juli Tidak 18 Juni 28 Juli Tidak 07 Juli 28 Juli 36 Belanja ATK 30 Juli 30 Juli 37 Belanja ATK 15 Mei 29 Juli Tidak 38 Belanja Bibit Ternak 06 Mei 28 Juli Tidak 04 Juni 28 Juli Tidak 75

22 39 Belanja Bahan Baku Bangunan 20 Agustus 26 Agustus 40 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 07 Agustus 16 September Tidak 41 Belanja Alat Listrik dan 17 September 22 September Elektronik 42 Belanja ATK 14 September 23 September 43 Pengadaan Filling 16 September 15 Oktober Tidak 44 Belanja ATK 08 September 05 Oktober 45 Belanja Cetak 11 Agustus 15 Oktober Tidak 46 Belanja Penggandaan 26 Juni 09 Oktober Tidak 28 Agustus 09 Oktober Tidak 47 Belanja Spanduk dan Baliho 15 September 19 November Tidak 48 Belanja Peralatan Kebersihan dan 18 September 24 November Bahan Pembersih Tidak 18 September 24 November Tidak 22 September 24 November Tidak 49 Belanja Spanduk dan Baliho 19 Agustus 19 November Tidak 08 Oktober 19 November Tidak 50 Belanja Pakaian Kerja Lapangan 20 Oktober 29 Oktober 51 Belanja Penggandaan 19 Oktober 28 Oktober 23 Oktober 28 Oktober 26 Oktober 28 Oktober 52 Belanja ATK 02 November 05 November 53 Belanja Bibit Ternak 05 Oktober 24 November Tidak 06 November 24 November 54 Pengadaan Wireless 01 Desember 03 Desember 55 Pakaian Adat 27 November 03 Desember 56 Belanja Spanduk 01 Oktober 03 Desember Tidak 57 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 02 November 03 Desember 58 Belanja ATK 30 November 03 Desember 59 Belanja Penggandaan 16 September 02 Desember Tidak 21 Oktober 02 Desember Tidak 23 November 02 Desember 76

23 60 Belanja Alat Listrik dan Elektronik 61 Belanja Sepatu Safety Lapangan 62 Belanja Sepatu Safety Lapangan 63 Belanja Sepatu Kerja 64 Belanja Cetak 65 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pembelian Chainsaw 03 Desember 04 Desember 04 Desember 14 Desember 28 Desember 23 Desember Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 07 Desember 07 Desember 07 Desember 16 Desember 28 Desember 28 Desember Pada tabel 4.7 di atas Bendaharawan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal penyetoran pajak yang sesuai batas tanggal penyetoran pajak sebanyak 55 dari tanggal nota/kwitansi pembelian sedangkan tanggal penyetoran yang melebih batas penyetoran yaitu tanggal 10 bulan berikutnya sebanyak 36 nota/kwitansi pembelian. Dalam hal ini Bendaharawan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut melakukan pembayaran dan penyetoran tidak tepat pada waktunya, maka dikenakan sanksi keterlambatan. Pembayaran dan penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. 77

24 KESIMPULAN Pajak Penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badanbadan tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010, pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan,yaitu : 1. Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal perhitungan pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 di temukan sebagai berikut : 1) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut pada tahun anggaran memungut Pajak Penghasilan pasal 22 sebesar Rp ,- (Enam belas juta seratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus lima puluh enam rupiah). 2) Pajak Penghasilan pasal 22 yang di kenakan tarif 1,5% dan 3%, perhitungan di atas sebanyak 65 pengadaan yang di kenakan Pajak Penghasilan pasal 22, sebanyak 56 pengadaan memakai tarif 3% karena tidak memakai NPWP Penyedia tetapi mamakai NPWP Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut, dan hanya 9 pengadaan memakai tarif 1,5% dengan menggunakan NPWP Penyedia. 3) Pekerjaan pengadaan yang seharusnya tidak dikenakan PPN tetap di kenakan PPN, sebanyak 6 pengadaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai belanja Bibit Tanaman ataupun Bibit Ternak tidak dikenakan PPN, berarti Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut kelebihan bayar untuk PPN pengadaan Bibit Tanaman atau bibit ternak sebesar Rp ,- 4) Sebanyak 17 pengadaan yang seharusnya masuk Pajak Penghasilan pasal 23 ternyata masuk ke Pajak Penghasilan 22 seperti : Belanja Cetak, Belanja Pakaian dan belanja umbul-umbul (bila pakaian/umbul-umbul beli jadi maka masuk Pajak Penghasilan pasal 22 dan bila pakaian/umbul-umbul tersebut memesan di penjahit/sablon maka masuk Pajak Penghasilan pasal 23) seharusnya di kenakan tarif 2% atau bila tidak ada NPWP sebesar 4%, hal tersebut mengakibatkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut kekurangan bayar sebesar Rp ,- 1. Beberapa hal yang ditemukan dalam hal pembayaran/penyetoran pajak masih belum sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain diantaranya : 1) Penggabungan beberapa nota pembelian padahal waktu pembeliannya berbeda bulan hingga mengakibatkan tanggal pembelian untuk pembayaran pajaknya melebihi tanggal 10 bulan berikutnya. 2) Bendaharawan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut dalam hal penyetoran pajak yang sesuai batas tanggal penyetoran pajak sebanyak 55 dari tanggal nota/kwitansi pembelian sedangkan tangga penyetoran yang melebihi batas penyetoran yaitu tanggal 10 bulan berikutnya sebanyak 36 nota/kwitansi pembelian. 78

25 DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul, 2014, Perpajakan : Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemenkeu RI Dirjen Pajak (2011), Bendahara Mahir Pajak. Jakarta: Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Kemenkeu RI Dirjen Pajak (2013), Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaanya. Jakarta: Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan keempat atas Peraturan Pemerinah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat Strategis yang di bebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak,dan Tata Cara Pembayaran,Penyetoran dan Pelaporan Pajak,serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.010/2016 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain. Resmi, Siti, 2014, Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Suandy, Erl, 2014, Hukum Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Suharsimi Arikunto, (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 79

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Ketentuan Perpajakan Universitas Airlangga NPWP 00.005.564.0-606.000 APBN 73.773.758.5-619.000 Dana Masyarakat BPPTN Badan Hukum WCU Jenis dan Tarif Pajak : Dana Masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 184/PMK.03/2007 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Oleh Nama : Steven Wu NPM : 48213647 Kelas : 3DA01 Pembimbing : Dr. Untara, SE. MM. Latar Belakang Cara meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya dan adat istiadat. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan) Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB II ` KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 563/KMK.03/2003 TENTANG PENUNJUKAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi merupakan salah satu faktor menuju era globalisasi. Teknologi informasi menawarkan berbagai macam kemudahan,

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.984 10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/PMK.011/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud adalah penciptaan akselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Wuri Rostiani Peninggilan Utara RT 02 RW 07 Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.GKS

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.GKS ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.GKS MELDA NOVITA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969, meldasinagas@gmail.com YUNITA ANWAR Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH BENDAHARAWAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto Pajak Penghasilan PASAL 22 Andi Wijayanto Pengertian Pajak yg dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 05 seri PPh PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 22 1. Analisis Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Berdasarkan sistem self assessment

Lebih terperinci

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA 1. Pembayaran atau Penyetoran Pajak yang Terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa yang Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Judul Permasalahan perpajakan merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI

ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI Kaisar Lafran Abdullah, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl.

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.247, 2015 KEUANGAN. Barang Kena Pajak Tertentu. Dibebaskan Pengenaan PPN. Impor. Penyerahan Barang. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Judul Permasalahan perpajakan merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial

Lebih terperinci

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 03 Tahun 2015

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 03 Tahun 2015 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PENGADAAN BARANG PADA KANTOR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENANAMAN MODAL DAN STATISTIK DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Muh. Ervan R. Tarigan,

Lebih terperinci

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK 1. orang pribadi atau badan sebagai: pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.576, 2014 KEMENKEU. Dana Tambahan. Penghasilan. Guru. PNSD. Pedoman. Alokasi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK.07/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi terbesar pemasukan negara yang digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari sektor pajak paling tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada perusahaan ini memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya telah diatur dalam UU PPh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010 BAB IV ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT PLN (Persero) Area Garut Sebelum membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya penyempurnaan Bagan Perkiraan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Analisis mengenai penerapan e-faktur yang berkaitan dengan PPN dilakukan dengan memeriksa kesesuaian data sebelum melakukan penginputan di e-faktur serta menganalis

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia. Pentingnya pajak bagi negara dapat dilihat dari peran utama pajak sebagai instrumen utama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 433, 2014 KEMENKEU. Tunjangan Profesi. Guru. PNS Daerah. 2014. Alokasi. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan

BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan BAB IV PENUTUP 4.1 Ringkasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018 KEWAJIBAN PAJAK ATAS DANA HIBAH PENELITIAN Walau telah berbasis keluaran, namun kewajiban perpajakan atas

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan aspek yang penting dalam proses pembangunan suatu bangsa khususnya di Indonesia, karena pembangunan bertujuan untuk mewujudkan serta meningkatkan

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara besar yang terdiri dari banyak pulau dan lautan yang membentang luas dari sabang sampai merauke. Wilayah Indonesia

Lebih terperinci

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008 PPH PASAL 22 Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ 2012 PMK No. 253/ PMK.03/ 2008 Definisi 3 Merupakan pajak yang dipungut atas: Aktivitas pembayaran atas penyerahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas

Lebih terperinci