EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING ERIK KURBANIANA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 EFFECTIVENESS OF COCONUT SHELLS CHARCOAL AND BOKASHI MANURE ON THE GROWTH OF LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) SEEDLING AT TAILING MEDIUM 1 Erik Kurbaniana 2 dan Basuki Wasis 3 Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB ABSTRACT The addition of coconut shell charcoal and bokashi manure to improve the quality of the tailings as a growing medium in order to increase the growth of Eucalyptus deglupta and the disclosure of potential life in the tailings has not been done. Research conducted in the greenhouse of Silviculture and influence of forest IPB laboratory, with tailings sampling locations in PT. Antam UPBE Pongkor and chemical properties of soil analysis performed in the faculty of agriculture IPB laboratory. This research uses an experimental method with a completely randomized design (CRD) factorial pattern, the first factor of coconut shell charcoal, that is: Not given charcoal (A0), 2,5% charcoal (A1), 5% charcoal (A2), 7,5% charcoal (A3), and 10% charcoal (A4); The second factor of bokashi manure, that is: Not given bokashi (B0), 20 g bokashi (B1), 40 g bokashi (B2), and 60 g bokashi (B3). Each of treatment was repeated as many as 3 replications. The descriptive data analysis done by the parameters of measuring height, diameter, total wet weight, total dry weight ratio of top and root of Eucalyptus deglupta seedlings that have grown during 3 months. The results indicate that the addition of coconut shell charcoal concentrations up to 10% and bokashi manure up to 60 grams into the media of tailings can increase significantly the growth of Eucalyptus deglupta seedlings and able to improve nutrient availability in the tailings. Key word : tailing, Eucalyptus deglupta, coconut shells charcoal, bokashi manure 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian, Monday 28 May 2012 ( WIB), di Ruang Seminar ABT-2, Faculty of Forestry IPB 2 Student at Silviculture Departement, Faculty of Forestry IPB (NIM. E ) 3 Dosen Pembimbing in Silviculture Departement, Faculty of Forestry IPB (Dr. Ir. MS.)

3 EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING 1 Erik Kurbaniana 2 dan Basuki Wasis 3 Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB ABSTRAK Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang untuk meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan serta pengungkapan potensi hidup Eucalyptus deglupta di tailing belum banyak dilakukan. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca bagian Silvikultur dan laboratorium pengaruh hutan, dengan lokasi pengambilan sampel tailing di PT. Antam UPBE Pongkor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, faktor pertama arang tempurung kelapa, yaitu: Tidak diberi arang (A0), Arang 2,5% (A1), Arang 5% (A2), Arang 7,5% (A3), dan Arang 10% (A4); faktor kedua bokashi pupuk kandang, yaitu: Tidak diberi bokashi (B0), Bokashi 20 g (B1), Bokashi 40 g (B2), dan Bokashi 60 g (B3). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan parameter pengukuran tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total dan nisbah pucuk akar bibit Eucalyptus deglupta yang telah ditumbuhkan selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi arang tempurung kelapa sampai dengan 10% dan bokashi pupuk kandang sampai dengan 60 gram ke media tailing dapat meningkatkan secara nyata pertumbuhan bibit Eucalyptus deglupta serta mampu memperbaiki ketersediaan hara di tailing. Kata Kunci: tailing, Eucalyptus deglupta, arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandang 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian, Senin 28 Mei 2012 ( WIB), di Ruang Seminar ABT-2, Fakultas Kehutanan IPB 2 Mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB (NIM. E ) 3 Dosen Pembimbing di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB (Dr. Ir. MS.)

4 EFEKTIFITAS ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DI MEDIA TAILING ERIK KURBANIANA Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ii

5 RINGKASAN ERIK KURBANIANA. Efektifitas Arang Tempurung Kelapa dan Bokashi Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Leda (Eucalyptus deglupta Blume) di Media Tailing. Dibimbing oleh BASUKI WASIS. Pengungkapan potensi hidup Eucalyptus deglupta di tailing belum banyak dilakukan, dimana tailing merupakan limbah hasil pengolahan tambang yang berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga tanaman sulit untuk tumbuh, sedangkan Eucalyptus deglupta merupakan fast growing species yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan tailing, contohnya kesuburan tanah. Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang diharapkan dapat meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan Eucalyptus deglupta. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan bibit leda (Eucalyptus deglupta Blume), serta memperoleh informasi mengenai keefektifannya sebagai pembangun kesuburan tanah pada media tailing tambang emas. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca bagian Silvikultur dan laboratorium pengaruh hutan Fakultas Kehutanan IPB, dengan lokasi pengambilan sampel tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan analisis unsur hara dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, faktor pertama arang tempurung kelapa, yaitu: Tidak diberi arang (A0), Arang 2,5% (A1), Arang 5% (A2), Arang 7,5% (A3), dan Arang 10% (A4); faktor kedua bokashi pupuk kandang, yaitu: Tidak diberi bokashi (B0), Bokashi 20 g (B1), Bokashi 40 g (B2), dan Bokashi 60 g (B3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan parameter pengukuran tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total dan nisbah pucuk akar bibit Eucalyptus deglupta yang telah ditumbuhkan selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang tempurung kelapa sampai dengan 10% dan bokashi pupuk kandang sampai dengan 60 gram ke media tailing dapat meningkatkan secara nyata tinggi, diameter, berat basah total, dan berat kering total bibit Eucalyptus deglupta, namun tidak dapat meningkatkan secara nyata nilai nisbah pucuk akar. Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang juga mampu memperbaiki ketersediaan hara di tailing. Kata kunci: tailing, Eucalyptus deglupta, arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandang iii

6 SUMMARY ERIK KURBANIANA. Effectiveness of Coconut Shells Charcoal and Bokashi Manure on the Growth of Leda (Eucalyptus deglupta Blume) Seedling at Tailing Medium. Supervised by BASUKI WASIS. The disclosure a potential life of Eucalyptus deglupta at tailings has not been much done, where tailings are result of processing mine waste that could potentially reduce of soil fertility rates so that the plant is difficult to grow, while Eucalyptus deglupta is a fast growing species which have properties inversely proportional to tailings, such as soil fertility. The addition of coconut shell charcoal and bokashi manure expected to increase the the quality of tailings as a growing medium in order to increase growth of Eucalyptus deglupta. Research was conducted to analyzing effect of giving coconut shell charcoal and bokashi manure on the growth of Leda (Eucalyptus deglupta Blume) seedling, and obtain a information about their effectiveness as a soil fertility builders on gold mine tailings medium. Research conducted in the Silviculture greenhouse and forest of influence laboratory Faculty of Forestry IPB, with the location of tailings sampling conducted at PT. Antam UPBE Pongkor and nutrient analysis conducted in Department of Soil Science and Land Resources laboratory Faculty of Agriculture, IPB. This research uses an experimental method with a completely randomized design (CRD) factorial pattern, the first factor of coconut shell charcoal, that is: Not given charcoal (A0), 2,5% charcoal (A1), 5% charcoal (A2), 7,5% charcoal (A3), and 10% charcoal (A4); the second factor of bokashi manure, that is: Not rated bokashi (B0), 20 g bokashi (B1), 40 g bokashi (B2), and 60 g bokashi (B3). Each treatment was repeated as many as 3 replication. Descriptive data analysis done by measuring the parameters height, diameter, total wet weight, total dry weight, ratio of top and root of Eucalyptus deglupta seedling that have grown during 3 months. The results showed that the addition of coconut shell charcoal up to 10% and bokashi manure up to 60 grams into tailings medium can significantly increase high, diameter, total wet weight and total dry weight of Eucalyptus deglupta seedling, but could not significantly increase value of the top and root ratio. The addition of coconut shell charcoal and bokashi manure also able to improve nutrient availability at tailings. Key word: tailing, Eucalyptus deglupta, coconut shells charcoal, bokashi manure iv

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas Arang Tempurung Kelapa dan Bokashi Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Leda (Eucalyptus deglupta Blume) di Media Tailing adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Erik Kurbaniana NIM. E v

8 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM : Efektifitas Arang Tempurung Kelapa dan Bokashi Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Leda (Eucalyptus deglupta Blume) di Media Tailing : Erik Kurbaniana : E Menyetujui: Dosen Pembimbing Dr. Ir. Basuki Wasis, MS NIP Mengetahui: Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP Tanggal Lulus: vi

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Efektifitas Arang Tempurung Kelapa dan Bokashi Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Leda (Eucalyptus deglupta Blume) di Media Tailing. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, semoga hasil yang dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Bogor, Juni 2012 Erik Kurbaniana vii

10 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir tanpa henti kepada penulis. 3. Sajida atas semangat, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis. 4. Seluruh tenaga kependidikan di Departemen Silvikultur yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. 5. Teman-teman Mayor Silvikultur Angkatan 45 (Hanny, Haridha, Ikhsan, Rizky, Umar, Nursyamsi, Yolan) dan semua mahasiswa SVK yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. 6. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Ari, Hafiizh dan Isminanda), terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Teman-teman PKP PT. SBA Wood Industries Palembang (Cecep, Dhisa, Fitri) atas suka, duka, semangat, hiburan dan pelajaran hidup selama ini. 8. Rekan-rekan di Tree Grower Community, Hendri dan kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan semuanya. Terimakasih atas dukungan, semangat, pengertian dan pengalaman yang berharga ini. 9. Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Kehutanan IPB. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. viii

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Juni 1990 dari pasangan Mansyur Miftah dan Endah Rosidah. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di TK Anniz Bogor dan pada tahun 1996 melanjutkan di SDN Purbasari 3 Bogor, setelah itu pada tahun 2002 melanjutkan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Studi Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi Music Agricultural X pression (MAX!!) sebagai anggota divisi Event Organizer and Artist periode Selain itu, penulis juga aktif di himpunan profesi Tree Grower Community (TGC) sebagai staf bidang divisi Information and Communication periode dan Selama perkuliahan, penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum mata ajaran Ekologi Hutan (2010/2011 dan 2011/2012) dan Pengaruh Hutan (2011/2012). Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) yang bertempat di TN Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweung Sancang. Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan telah menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di PT. SBA Wood Industries, Palembang selama 2 bulan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Efektifitas Arang Tempurung Kelapa dan Bokashi Pupuk Kandang tehadap Pertumbuhan Bibit Leda (Eucalyptus deglupta Blume) pada Media Tailing di bawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. ix

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tailing Leda (Eucalyptus deglupta Blume) Arang Tempurung Kelapa Bokashi Pupuk Kandang... 5 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian... 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Tinggi Bibit Pertumbuhan Diameter Bibit Berat Basah Total Berat Kering Total Nisbah Pucuk Akar Analisis Unsur Hara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Sifat kimia arang (Siregar 2004) Komposisi kimia dan mikroba bokashi pupuk kandang (Purwani et al. 1998) Ringkasan hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap parameter yang diamati Data analisis unsur hara pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap media yang digunakan xi

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa (A) dan pengaruh pemberian bokashi pupuk kandang (B) terhadap pertumbuhan diameter bibit E. deglupta Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat basah total bibit E. deglupta Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap berat kering total bibit E. deglupta Kondisi bibit E. deglupta setelah 3 bulan pengamatan pada media tailing (A0B0), tailing+arang (A4B0), tailing+bokashi (A0B3) dan tailing+arang+bokashi (A4B2) xii

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap tinggi (A), diameter (B), berat basah total (C), berat kering total (D) dan nisbah pucuk akar (E) bibit E. deglupta Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemberian arang tempurung kelapa (A), bokashi pupuk kandang (B) dan interaksi arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang (C) terhadap pertumbuhan bibit E. deglupta Hasil analisis unsur hara pengaruh pemberian arang dan bokashi pupuk kandang terhadap media yang digunakan xiii

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan umumnya dilakukan dengan cara pembukaan hutan, pengikisan lapisan-lapisan tanah, pengerukan ataupun penimbunan. Hilangnya lapisan tanah atas, pemadatan tanah, penurunan unsur hara, toksisitas unsur-unsur tertentu dan hilangnya biodiversitas mikroba merupakan fenomena umum yang muncul pada lahan bekas tambang. Dalam Penambangan emas sering meninggalkan limbah berupa tanah bekas penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing). Tailling yaitu berupa bubuk batuan yang berasal dari batuan mineral yang telah digerus sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di pabrik pengolahan (Boul 1981, diacu dalam Fauziah 2009). Tailing merupakan salah satu bentuk limbah yang dihasilkan dalam jumlah banyak pada kegiatan pertambangan emas. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan menyebabkan keracunan bagi tanaman, sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh. Guna meningkatkan keberhasilan pertumbuhan tanaman pada tailing, dibutuhkan jenis tanaman yang mampu beradaptasi dan upaya-upaya perbaikan seperti membangun kembali sifat fisik tanahnya, dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah. Leda (Eucalyptus deglupta Blume) atau rainbow Eucalyptus termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species) terutama pada waktu muda, sehingga memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai tanaman industri maupun reboisasi. E. deglupta tumbuh baik pada tanah bertekstur ringan atau sedang, dengan ph masam atau netral, tidak tergenang air dan menyukai tanah subur (Webb et al. 1984, diacu dalam Hendromono 1987). Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan sifat-sifat di dalam tailing, contohnya kesuburan tanah dan sampai saat ini, pengungkapan potensi hidup leda di tailing belum banyak dilakukan. Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang untuk memperbaiki sifat tailing belum banyak dilakukan. Arang merupakan salah satu bahan organik yang dapat menyimpan hara bagi tanaman dan di dalam tanah

17 2 berfungsi sebagai kondisioner yang dapat memperbaiki aerasi, meningkatkan ph, juga meningkatkan kapasitas tukar kation (Siregar et al. 2003). Sedangkan, bokashi dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Nuryadin 2009). Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang diharapkan dapat meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan bibit leda (Eucalyptus deglupta Blume) di media tailing tambang emas; serta 2. Memperoleh informasi mengenai keefektifan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang sebagai pembangun kesuburan tanah pada media tailing tambang emas. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi dalam hal efektifitas arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang sebagai pembangun kesuburan tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit leda (Eucalyptus deglupta Blume) di media tailing tambang emas sehingga dapat memberikan alternatif metode reklamasi lahan bekas tambang, khususnya dalam pemanfaatan tailing tambang emas.

18 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tailing Menurut Boul (1981), diacu dalam Fauziah (2009), penambangan emas menghasilkan sisa pengolahan bahan tambang atau sering disebut tailing, yaitu berupa bubuk batuan yang berasal dari batuan mineral yang telah digerus sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di pabrik pengolahan. Sifat fisik tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya. Menurut USDA ukuran partikel tailing relatif kecil dan seragam berupa pasir halus berukuran 0,25 0,10 mm. Selain itu, sifat kimia tailing seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Boul 1981, diacu dalam Fauziah 2009). Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, sehingga pertumbuhannya tetap kerdil dan merana (Fauziah 2009). 2.2 Leda (Eucalyptus deglupta Blume) Leda atau rainbow Eucalyptus termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species) terutama pada waktu muda, sehingga memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai tanaman industri maupun reboisasi. Sistem perakaran E. deglupta yang masih muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah dan intensitas penyebaran akar ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping (Suhendi dan Djapilus 1978, diacu dalam Hendromono 1987).

19 4 Umumnya, E. deglupta tumbuh baik pada tanah bertekstur ringan atau sedang, dengan ph masam atau netral, tidak tergenang air dan menyukai tanah subur (Webb et al. 1984, diacu dalam Hendromono 1987). Sifat-sifat tanaman Eucalyptus tersebut telah dibuktikan dalam penelitian Widiastuti (2011), tentang kesesuaian lahan untuk tanaman Eucalyptus. Menurut Suhendi dan Djapilus (1978), diacu dalam Hendromono (1987), E. deglupta termasuk jenis yang tetap hijau sepanjang tahun dan sangat membutuhkan cahaya, serta tanaman ini dapat bertunas kembali setelah di pangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap. Saat ini, E. deglupta dibudidayakan secara luas di seluruh dunia, terutama untuk pulp (bubur kayu) yang digunakan dalam pembuatan kertas. Pohon ini juga ditanam untuk keperluan pajangan, karena multi-warna garis-garis mencolok yang menutupi bagasi. 2.3 Arang Tempurung Kelapa Arang merupakan padatan berpori mengandung 85 95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan mengandung karbon dengan pemanasan tinggi. Arang selain dapat digunakan sebagai bahan bakar, juga menjadi alternatif absorben. Komponen arang terdiri dari karbon terikat (fixed carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur (Djatmiko et al. 1985). Arang tempurung kelapa digunakan untuk menyerap kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada arang ini adalah mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya (Setyaningsih 1995). Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Saat ini jenis-jenis dari arang banyak dijadikan sebagai absorben dan penyubur/kondisioner tanah. Siregar et al. (2003), Siregar (2004) dan Faridah (1996) telah membuktikan dalam penelitiannya, bahwa arang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa sifat kimia arang menurut hasil penelitian Siregar (2004), dapat dilihat pada Tabel 1. Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik atau kimia pada permukaan yang dipengaruhi oleh suatu reaksi kimia antara adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah padatan atau cairan yang mengadsorpsi sedang adsorbat adalah padatan, cairan atau gas yang diadsorpsi. Jadi proses adsorpsi dapat terjadi antara padatan dengan padatan, gas dengan padatan, gas dengan cairan dan cairan dengan

20 5 padatan (Ketaren 1986). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi. Daya serap arang cenderung dipengaruhi oleh ph larutan, tetapi pengaruh tersebut tidak berbanding luas. Daya serap arang (arang kayu, arang tempurung kelapa dan arang aktif) rata-rata adalah > 60% untuk ion-ion Al 3+, Cr 3+, Ag +, dan Pb 2+. Untuk ion-ion Mn 2+, Fe 3+, Se 4+, Cd 2+, dan Ba 2+ berkisar antara 20 60%. Untuk ion-ion Mg 2+, Na +, Ca 2+, dan Zn 2+ adalah < 20%. Pada umumnya daya serap arang tempurung kelapa lebih kecil dalam larutan ph 4 dibandingkan dengan larutan ph 5 7 (Setyaningsih 1995). Tabel 1 Sifat kimia arang (Siregar 2004) Sifat kimia Besaran ph H 2 O 8,0 KTK (me/100 g) 19,0 KB (%) > 100,0 C-org (%) 55,0 N-Total (%) 0,1 C/N 290,6 P Bray I (ppm) 69,0 K (me/100 g) 17,0 Ca (me/100 g) 28,0 Mg (me/100 g) 8,0 Na (me/100 g) 2,0 2.4 Bokashi Pupuk Kandang Bokashi pupuk kandang adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian kotoran hewan dengan teknologi EM-4 (Effective Microorganisms 4) (Nasir 2008). Keunggulan penggunaan teknologi EM-4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. EM-4 mengandung Azotobacter spp., Lactobacillus spp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergaji. Menurut Nuryadin (2009), bokashi pupuk kandang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil penelitian Pristyaningrum (2010) menunjukkan bahwa pemberian bokashi tidak berpengaruh

21 6 nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman jabon disebabkan adanya perbedaan kandungan unsur hara yang terkandung di dalam masingmasing tanaman sebelum dilakukan pemupukan dan kemampuan masing-masing tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara. Namun, penelitian Purwani et al. (1998), menunjukkan bahwa pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan padi di lahan sawah dan meningkatkan ketersediaan hara. Komposisi kimia dan mikroba dalam bokashi pupuk kandang menurut hasil penelitian Purwani et al. (1998) dapat dilihat pada Tabel 2. Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman. Tabel 2 Komposisi kimia dan mikroba bokashi pupuk kandang (Purwani et al. 1998) Komposisi kimia dan mikroba Jumlah Nitrogen (%) 1,31 Phospor (%) 0,56 Kalium (%) 1,00 C/N (%) 14,00 Populasi Actinomycetes spp. (x10 4 koloni/g tanah) 45,00 Populasi Azotobacter spp. (x10 4 koloni/g tanah) 110,00 Pelarut P (x10 4 koloni/g tanah) 50,00

22 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca bagian Silvikultur dan Laboratorium Pengaruh Hutan Fakultas Kehutanan IPB, pada bulan Agustus 2011 sampai Februari 2012, dengan lokasi pengambilan sampel tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan analisis unsur hara dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, sekop kecil, alat penyiram, neraca analitik, mistar, kaliper, alat tulis, alat hitung, kamera digital, label, polibag (ukuran 20 cm x 20 cm), software Microsoft excel 2007, Minitab versi 14 dan SAS versi Sedangkan, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit leda (Eucalyptus deglupta Blume) berumur ± 2 bulan (tinggi ± 20 cm), tailing tambang emas, arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandang, pupuk daun (Gandasil-D), serta insektisida (Matador). 3.3 Prosedur Penelitian Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, serta rancangan percobaan dan analisis data Persiapan Tahap persiapan meliputi penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah tailing tambang emas PT. Antam UPBE Pongkor yang diambil pada lapisan atas dan sebelum dijadikan media tanam, tailing dalam keadaan kering udara. Tailing ditimbang dan dimasukkan ke dalam polibag, yang masingmasing diisi sebanyak 1 Kg. Media tanam terdiri dari campuran antara tailing, arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang. Arang tempurung kelapa disiapkan dengan takaran 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% dari jumlah tailing yang digunakan; serta bokashi pupuk kandang dengan takaran 0 g, 20 g, 40 g, dan 60 g.

23 Penyapihan Waktu penyapihan dilaksanakan pada sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan pada bibit. Bibit leda disapih dengan cara bola akar (root ball) ke dalam media yang telah dipersiapkan sebelumnya di polibag Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan dan pengendalian terhadap hama. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari serta mempertimbangkan kondisi media tanam di dalam polibag, jika terasa masih basah maka penyiraman tidak dilakukan. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali dengan menyemprotkan pupuk daun Gandasil-D (dosis 1 gram dalam 1 liter air). Pengendalian terhadap hama dilakukan 2 minggu sekali dengan menyemprotkan insektisida Matador (dosis 0,5 ml dalam 1 liter air) Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, nisbah pucuk akar dan analisis unsur hara Pertumbuhan Tinggi Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya dilakukan tiap satu minggu selama 3 bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya (± 1 cm di atas media) hingga titik tumbuh pucuk apikal Diameter Batang Pengukuran diameter tanaman dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada pangkal batang yang telah ditandai sama seperti pada pengukuran tinggi. Pengukuran diameter semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap satu minggu selama 3 bulan Berat Basah Total Berat basah total diukur pada akhir pengamatan (3 bulan) dengan cara memanen bagian akar dan pucuk tanaman. Berat basah akar diperoleh dengan menimbang bagian akar tanaman, sedangkan berat basah pucuk terdiri dari bagian

24 9 batang dan daun kemudian ditimbang. Berat basah total didapatkan dengan menjumlahkan berat basah akar dengan pucuk Berat Kering Total Berat kering diukur setelah bagian tanaman dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 hari (24 jam). Bagian akar dan pucuk tanaman yang telah dioven selanjutnya ditimbang. Berat kering total diperoleh dengan menjumlahkan berat kering akar dengan berat kering pucuk Nisbah Pucuk Akar (NPA) Merupakan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan berat kering bagian akar, dihitung menggunakan rumus: Berat kering pucuk (g) NPA = x 100% Berat kering akar (g) Analisis Unsur Hara Analisis unsur hara dilakukan pada akhir penelitian dengan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 4 (empat). Sampel diambil dari tiap perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan paling baik dan diharapkan dapat mewakili semua perlakuan yang diterapkan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama, yaitu arang tempurung kelapa yang terdiri dari 5 taraf; faktor kedua, yaitu bokashi pupuk kandang yang terdiri dari 4 taraf. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan, sehingga dibutuhkan 60 bibit leda. Masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut: Faktor pemberian Arang Tempurung Kelapa (A) terdiri dari: A0 = Tidak diberi arang A1 = Arang 2,5% (w/w) A2 = Arang 5% (w/w) A3 = Arang 7,5% (w/w) A4 = Arang 10% (w/w)

25 10 Faktor pemberian Bokashi Pupuk Kandang (B) terdiri dari: B0 = Tidak diberi bokashi B1 = Bokashi 20 g/polibag B2 = Bokashi 40 g/polibag B3 = Bokashi 60 g/polibag Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis dengan menggunakan model linear: Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Dimana : Y ijk = Nilai/respon dari pengamatan pada faktor Arang tempurung kelapa taraf ke-i, faktor Bokashi pupuk kandang taraf ke-j dan ulangan ke-k µ = Nilai rataan umum α i β j (αβ) ij ε ijk = Pengaruh perlakuan Arang tempurung kelapa ke-i = Pengaruh perlakuan Bokashi pupuk kandang ke-j = Pengaruh interaksi faktor Arang tempurung kelapa pada taraf ke-i dengan faktor Bokashi pupuk kandang pada taraf ke-j = Pengaruh acak faktor Arang tempurung kelapa pada taraf ke-i dengan faktor Bokashi pupuk kandang pada taraf ke-j dan ulangan ke-k Analisis Data Guna mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika Minitab versi 14 dan SAS versi 9.1.3, jika: a. P sig > 0,05, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yang diuji b. P sig 0,05, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yang diuji. Jika perlakuan memberikan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji lanjut nilai tengah dengan prosedur Duncan`s Multiple Range Test.

26 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali nisbah pucuk akar, serta pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter dan berat basah total, dan tidak berpengaruh nyata pada berat kering total dan nisbah pucuk akar. Sedangkan, interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang hanya berpengaruh nyata pada parameter tinggi dan berat basah total, serta tidak berpengaruh nyata pada parameter lainnya. Hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 1. Tabel 3 Ringkasan hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap parameter yang diamati Perlakuan Arang Bokashi Arang x Bokashi Parameter Tinggi * * * Diameter * * tn Berat Basah Total * * * Berat Kering Total * tn tn Nisbah Pucuk Akar tn tn tn * = Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji 95%, tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata Ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, berat basah total dan berat kering total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2A) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa pada dosis 10% memiliki nilai rataan tertinggi di setiap parameter yang diamati. Jika dilihat secara statistik, pemberian arang tempurung kelapa menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol mulai dari pemberian dosis 5% sampai 10%. Selanjutnya, ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, dan berat basah total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2B) menunjukkan bahwa pemberian bokashi pupuk kandang pada dosis 60 gram memiliki nilai rataan tertinggi di setiap parameter yang

27 12 diamati. Jika dilihat secara statistik, pemberian bokashi pupuk kandang menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol pada dosis 60 gram. Terakhir, ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi dan berat basah total bibit E. deglupta. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2C) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang memiliki nilai rataan lebih tinggi pada parameter yang diamati. 4.1 Pertumbuhan Tinggi Bibit Parameter tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2C menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 1. Gambar 1 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta Gambar 1 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta berbeda-beda pada setiap perlakuan. Namun, dengan

28 13 ditambahkannya arang dan bokashi, pertumbuhan tinggi bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Histogram tersebut menyatakan bahwa kombinasi 2,5% dan 5% arang dengan 20 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun, kombinasi 7,5% dan 10% arang dengan 40 gram dan 60 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pemberian arang dan bokashi menunjukkan adanya perubahan pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan di media tailing. 4.2 Pertumbuhan Diameter Bibit Parameter diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang cukup sulit diukur pada tingkat bibit. Pada usia muda, tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (ke atas), pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotositesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi (Lewenussa 2009). Dengan demikian diduga bahwa pemberian arang 10% dan bokashi 60 gram telah mampu memberikan hara yang lebih pada kebutuhan tanaman. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit dan interaksi antara arang tempurung kelapa dan pupuk bokashi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2A dan 2B menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 2.

29 14 Gambar 2 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa (A) dan pengaruh pemberian bokashi pupuk kandang (B) terhadap pertumbuhan diameter bibit E. deglupta Gambar 2 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana pertumbuhan diameter bibit E. deglupta meningkat seiring presentase yang diberikan terhadap masingmasing perlakuan. Pada dua histogram tersebut dapat diringkas bahwa dengan ditambahkannya arang dan bokashi mengakibatkan pertumbuhan diameter bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Kedua histogram tersebut juga menyatakan bahwa pertumbuhan diameter terbesar diperoleh dari perlakuan A4 (arang 10%) dan B3 (bokashi 60 gram) yaitu sebesar 0,158 cm dan 0,151 cm. Juga dapat dikemukakan bahwa perlakuan A4 dan B3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian dinyatakan bahwa pemberian arang 10% dan bokashi 60 gram telah mampu memberikan hara yang lebih pada kebutuhan tanaman dan semakin besar persentase arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang yang ditambahkan, makin meningkat pula pertambahan diameter bibit E. deglupta. Lebih cepatnya pertumbuhan diameter bibit pada perlakuan A4 dan B3 diduga ada hubungannya dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara N, P, dan K pada media tersebut dibandingkan dengan kontrol, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Menurut Darmawan dan Justika (1983), kandungan N yang rendah pada tanaman, dapat menghambat pertumbuhan karena sel kekurangan protoplasma, dinding sel menjadi tebal dengan kadar karbohidrat yang tinggi. Hal ini berarti bahwa pemberian arang dan bokashi memberikan respon yang lebih dan cukup

30 15 optimal untuk menunjang pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pertumbuhan tanpa arang dan bokashi. 4.3 Berat Basah Total Berat basah total merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air dari tanaman. Menurut Tirta (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi berat basah total adalah panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah tunas. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang pada media tanam berpengaruh nyata terhadap berat basah total bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2C menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan berat basah total E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 3. Gambar 3 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat basah total bibit E. deglupta Gambar 3 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dimana berat basah total bibit E. deglupta berbeda-beda pada setiap perlakuan. Namun, dengan ditambahkannya arang dan bokashi, berat basah total bibit E. deglupta meningkat dan berbeda nyata dengan kontrol. Seperti halnya dengan pertumbuhan tinggi bibit, Gambar 3 juga menyatakan bahwa kombinasi 2,5% dan 5% arang dengan 20 gram bokashi tidak memberikan hasil pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun, kombinasi 7,5% dan 10% arang dengan 40

31 16 gram dan 60 gram bokashi memberikan hasil pertumbuhan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. 4.4 Berat Kering Total Berat kering total merupakan parameter yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena parameter ini dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit. Sedangkan, bokashi pupuk kandang dan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit pada taraf uji 95%. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 2A menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dapat meningkatkan berat kering total bibit E. deglupta seperti hasil yang tersaji juga pada Gambar 4. Gambar 4 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap berat kering total bibit E. deglupta Gambar 4 merupakan histogram hasil uji lanjut Duncan pemberian arang tempurung kelapa dimana berat kering total bibit E. deglupta meningkat seiring presentase yang diberikan terhadap masing-masing perlakuan. Dapat dikemukakan bahwa perlakuan A2, A3, dan A4 tidak bebeda nyata akan tetapi berbeda sangat nyata dengan A0 dan A1. Hal ini berarti masing-masing presentase arang tempurung kelapa mengalami respon yang berbeda pada penigkatan berat kering total tanaman. Biomassa yang tinggi menyebabkan proses metabolisme yang lebih besar pada bagian pucuk tanaman tersebut. Parameter berat kering total

32 17 bibit juga dapat menunjukkan akumulasi kandungan unsur hara pada tanaman. Selanjutnya, nilai dalam parameter ini sekaligus menunjukkan nilai biomassa suatu tanaman. Semakin besar nilai berat kering total maka semakin besar nilai biomassanya dan akan semakin baik pula pertumbuhan bibit. Hal ini dikarenakan tanaman selama hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif (Sitompul dan Guritno 1995). 4.5 Nisbah Pucuk Akar Nisbah pucuk akar merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Lewenussa 2009). Pertumbuhan tanaman yang baik dan normal ditunjukkan dengan nilai nisbah pucuk akar yang seimbang antara bagian di atas tanah berupa batang, cabang, ranting, dan daun dengan bagian di dalam tanah berupa akar. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian pucuk dan akar tanaman akan kokoh dan tidak mudah roboh karena sistem perakaran tanaman mampu menopang pertumbuhan pucuknya (Wibisono 2009). Berdasarkan ringkasan hasil sidik ragam (Tabel 3), pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nisbah pucuk akar dari tanaman pada semua perlakuan pada taraf uji 95%. Hasil ini diduga bagian pucuk tanaman berkembang lebih baik dibandingkan dengan akar tanaman karena akar bibit E. deglupta tidak dapat berkembang dengan baik di media tailing, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak seimbang, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakseimbangan pertumbuhan pucuk dan akar ini yaitu ketersediaan unsur hara yang cukup di media tailing (Tabel 4). Hal ini mengakibatkan akar tidak perlu berkembang untuk mencari unsur hara karena komposisi unsur hara dalam media dalam keadaan seimbang. Selanjutnya, pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata pada peningkatan nilai pucuk akar tanaman, diduga karena pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas meristem

33 18 apikal, sedangkan pertumbuhan akar dipengaruhi oleh kondisi media dan pasokan karbohidrat dari daun (Wibisono 2009). Gambar 5 Kondisi bibit E. deglupta setelah 3 bulan pengamatan pada media tailing (A0B0), tailing+arang (A4B0),tailing+bokashi (A0B3), dan tailing+arang+bokashi (A4B2) 4.6 Analisis Unsur Hara Hasil analisis unsur hara pada akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang cenderung meningkatkan ketersediaan unsur hara di tailing, seperti yang tertera pada Tabel 4 dan Lampiran 3. A0B0 A4B0 A0B3 A4B2 Sifat Tabel 4 Data analisis unsur hara pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap media yang digunakan Perlakuan Tailing Tailing + Arang Tailing + Bokashi Tailing + Arang + Bokashi Standar Sifat Kimia Tanah*) ph H 2 O 7,10 7,40 7,20 7,30 6,60 7,50 KTK (me/100 g) 7,58 9,98 10,78 11,58 17,00 24,00 C-org (%) 0,72 1,12 1,52 1,60 2,01 3,00 N-Total (%) 0,07 0,12 0,14 0,15 0,21 0,50 P Bray I (ppm) 5,70 6,10 7,80 7,90 16,00 25,00 K (me/100 g) 0,66 1,70 1,13 2,45 0,40 0,50 Ca (me/100 g) 28,58 28,14 29,11 27,92 6,00 10,00 Mg (me/100 g) 1,12 1,19 1,68 1,68 1,10 2,00 *) Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983) Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa ph, KTK, C-org dan basabasa yang dapat ditukar (N, P, K, dan Mg) hampir semuanya meningkat sejalan

34 19 dengan aplikasi arang dan bokashi, kecuali Ca yang cenderung menurun. Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan unsur-unsur makro karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Widiastuti (2011), mengungkapkan kesuburan tanah untuk pertumbuhan tanaman Eucalyptus dipengaruhi oleh tersedianya unsur-unsur tersebut dan besarnya peranan unsur ini menjadikannya syarat untuk kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman Eucalyptus. Penambahan arang mampu meningkatkan ketersediaan C, N, P dan K dari tanah (Siregar 2004), dan pemberian bokashi pupuk kandang meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca dan Mg, dimana hal tersebut diduga dengan adanya EM4 akan membantu proses mineralisasi dan dekomposisi yang lebih cepat (Purwani et al. 1998). Kemasaman tanah (ph) mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman, yaitu melalui pengaruh terhadap tersedianya unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai ph perlakuan umumnya tidak terlalu bervariasi, yaitu antara 7,10 7,40. PPT (1983) menyatakan, ph tanah yang optimal untuk tanaman yaitu 6,6 7,5. Dari data tersebut, perubahan ph tanah dipengaruhi oleh aplikasi arang. Siregar et al. (2003) mengungkapkan bahwa aplikasi arang dapat meningkatkan ph tanah, serta sering digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah di daerah tropis karena penambahan arang berfungsi seperti proses pengapuran yaitu arang dapat menetralisir kemasaman tanah. Namun, jika unsur Ca ditemukan berlebih di tailing, arang tersebut akan menyerapnya. Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai KTK berkisar antara 7,58 11,58. PPT (1983) menyatakan, KTK tanah yang optimal untuk tanaman yaitu me/100 g. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang mampu meningkatkan KTK tailing dan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara. Kandungan bahan organik dalam tanah, ditunjukkan dengan nilai C-organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan C-organik tailing berkisar

35 20 antara 0,72 1,60. Kandungan C-organik tersebut belum mencapai standar sifat kimia tanah (PPT 1983), yaitu 2,01 3,00. C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik. Menurut Fauziah (2009), bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Dengan demikian, pemberian arang yang dicampur dengan bokashi lebih baik dibanding tanpa bokashi. Hal ini berarti pemberian arang akan lebih efektif jika dibarengi dengan pupuk. Arang mampu menyerap semua unsur hara, lalu menyimpannya dan memberikannya pada akar tanaman jika unsur hara sudah tidak tersedia lagi karena secara morfologi arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Kondisi ini akan merangsang pertumbuhan akar sehingga penyerapan hara akan lebih efektif (Gusmailina et al. 2003), serta ada hubungannya dengan membaiknya aerasi media dan ketersediaan unsur hara sehingga akan lebih memacu pertumbuhan. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian Siregar (2004) menunjukkan pemberian arang sebanyak 10% dapat meningkatkan pertambahan tinggi, diameter, berat kering total dan nisbah pucuk akar tanaman pada umur 2, 4, dan 6 bulan pada anakan mangium. Hasil penelitian Faridah (1996) menyimpulkan bahwa pemberian arang sebanyak 10% berpengaruh positif terhadap pertumbuhan awal tinggi semai tanaman kapur (Dryobalanops spp.).

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 14-19 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) PADA MEDIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Cici Sriwahyuni 11082202882 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI 110301232 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis dilakukan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI (System of Rice Intensification) SKRIPSI Oleh : SRY MALYANA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H SKRIPSI PEMUPUKAN, KETERSEDIAAN DAN SERAPAN K OLEH PADI SAWAH DI GRUMUSOL untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR LAUT DAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mayz. L) SKRIPSI.

PENGARUH PEMBERIAN AIR LAUT DAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mayz. L) SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN AIR LAUT DAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mayz. L) SKRIPSI Oleh: BENLI MANURUNG 050303003 ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pemberian Bahan Organik Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Application of Organic Rice Straw Compost and Rice Ash to Improve Chemical

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH: 1 PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI DI TANAH ULTISOL SKRIPSI OLEH: RANGGA RIZKI S 100301002 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK PENGARUH TEPUNG CANGKANG TELUR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP ph, KETERSEDIAAN HARA P DAN Ca TANAH INSEPTISOL DAN SERAPAN P DAN Ca PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK 110301002

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN SKRIPSI OLEH : WIDA AKASAH 130301148 AGROTEKNOLOGI ILMU

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER BAHAN ORGANIK DAN MASA INKUBASI TERHADAP BEBERAPA ASPEK KIMIA KESUBURAN TANAH ULTISOL SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER BAHAN ORGANIK DAN MASA INKUBASI TERHADAP BEBERAPA ASPEK KIMIA KESUBURAN TANAH ULTISOL SKRIPSI OLEH : PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER BAHAN ORGANIK DAN MASA INKUBASI TERHADAP BEBERAPA ASPEK KIMIA KESUBURAN TANAH ULTISOL SKRIPSI OLEH : PRENGKI SIREGAR 120301058 AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA APLIKASI PUPUK UREA DAN PUPUK KANDANG KAMBING UNTUK MENINGKATKAN N-TOTAL PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA DAN KAITANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG(Zea mays L.) SKRIPSI OLEH ARFAN DWI PUTRA 090301181/AET

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SENGON BUTO PADA MEDIA TAILING PT ANTAM PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SENGON BUTO PADA MEDIA TAILING PT ANTAM PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SENGON BUTO PADA MEDIA TAILING PT ANTAM PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BOKASHI PUPUK KANDANG ISMINANDA ALKAUTSAR DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI SKRIPSI PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI UIN SUSKA RIAU Oleh: Heri Kiswanto 10982005520 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/100301085 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI

PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae ATU BADARIAH FAUZIAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL S K R I P S I OLEH: HAFSAH WINDA NST 080303004 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Perlakuan bibit pada kondisi tergenang

BAB III METODOLOGI Perlakuan bibit pada kondisi tergenang BAB III METODOLOGI 1.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB selama 4 bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik M. Bagus Pangestu 1, Suwardi 2, dan Widiatmaka 2. 1 Alumni Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PENAMBAHAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PENAMBAHAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 06 No. 2, Agustus 2015, Hal 93-100 ISSN: 2086-8227 PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PENAMBAHAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG

Lebih terperinci

UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN

UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN HASRIL AMRI LUBIS 050308011 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 UJI VARIASI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter batang, panjang buku, jumlah buku, jumlah daun,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI TEMPE DAN RHIZOBIUM UNTUK KETERSEDIAAN HARA N DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill.) DI TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang pertanian, sebab tanah merupakan media tumbuh dan penyedia unsur hara bagi tanaman.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.)

APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.) APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.) SKRIPSI Oleh: NANI APRI LUSY MANULLANG 061202037 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : SARAH VITRYA SIDABUTAR 080301055 BDP-AGRONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE 080301018 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian USU dan di Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk. PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk. SKRIPSI OLEH JULIUS SIMARMATA 091201067 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBERIAN FERMENTASI URIN MANUSIA SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI TANAH INSEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI

PEMBERIAN FERMENTASI URIN MANUSIA SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI TANAH INSEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI PEMBERIAN FERMENTASI URIN MANUSIA SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI TANAH INSEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH : SEFRIANSYAH PUTRA 120301168 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : ANI MEGAWATI SIMBOLON** BDP-AGRONOMI

SKRIPSI OLEH : ANI MEGAWATI SIMBOLON** BDP-AGRONOMI PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR DAN MEDIA TANAM TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN SETEK KAMBOJA JEPANG (Adenium obesum) SKRIPSI OLEH : ANI MEGAWATI SIMBOLON** 040301035 BDP-AGRONOMI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang.

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. 3.2

Lebih terperinci

Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil

Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil 24 JURNAL Supriyanto SILVIKULTUR dan Fidryaningsih TROPIKA Fiona Vol. 01 No. 01 Desember 2010, Hal. 24 28 ISSN: 2086-8227 Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Tambang Batubara PT KPC (Kaltim Prima Coal) khususnya Pit J Swampy bagian Reclamation Department Environmental,

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: JUL BAHORI PANGGABEAN AET - ILMU TANAH

SKRIPSI OLEH: JUL BAHORI PANGGABEAN AET - ILMU TANAH PENGARUH BAHAN MINERAL DAN AIR LAUT TERHADAP SIFAT FISIKA-KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN PADI DI LAHAN GAMBUT DATARAN TINGGI SKRIPSI OLEH: JUL BAHORI PANGGABEAN 090301065 AET - ILMU TANAH PRORGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A

PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A24104092 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

EKO ANDREAS SIHITE AGROEKOTEKNOLOGI

EKO ANDREAS SIHITE AGROEKOTEKNOLOGI PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH, SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN BEBERAPA SUMBER P SKRIPSI Oleh EKO ANDREAS SIHITE

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci