BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas merupakan salah satu bentuk dari proses demografi. Menurut Mantra (2000), terdapat tiga proses demografi yang bersifat dinamis yaitu kelahiran, kematian, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk atau perpindahan dilakukan karena adanya faktor yang mendorong serta menarik terjadinya perpindahan baik dari daerah asal maupun daerah tujuan. Mobilitas penduduk dibedakan menjadi dua macam berdasarkan niatan menetap. Mobilitas dengan niatan menetap atau permanen disebut dengan migrasi sedangkan mobilitas yang dilakukan nonpermanen disebut juga dengan mobilitas sirkuler. Adanya faktor-faktor yang mendorong dari daerah asal dan menarik dari daerah tujuan menjadi bahan pertimbangan bagi pelaku migrasi atau migran untuk melakukan migrasi dengan tujuan menetap di daerah tujuan. Migrasi yang dilakukan oleh migran tidak hanya sebatas dalam negara saja melainkan juga antarnegara atau migrasi internasional. Perilaku migrasi internasional ini lebih sering dilakukan oleh para tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja di luar negeri. Terbatasnya lapangan pekerjaan, kondisi ekonomi yang rendah, serta pendidikan dan keterampilan yang rendah menjadikan daya dorong terjadinya migrasi sedangkan di sisi lainnya seperti gaji tinggi yang ditawarkan di negara tujuan menjadi salah satu daya tarik dari migrasi. Migrasi internasional lebih sering dilakukan oleh masyarakat dari daerah pedesaan sebab daerah pedesaan masih terbatas akses lapangan pekerjaan terutama di sektor formal yang berakibat pada rendahnya perekonomian keluarga. Rendahnya perekonomian keluarga TKI dikarenakan mereka hanya bergantung pada pekerjaan di sektor informal. Adapun faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya migrasi internasional, yaitu pendidikan rendah dari TKI yang berdampak pada rendahnya persaingan untuk memperoleh pekerjaan di sektor formal. Kondisi tersebut menyebabkan mereka memutuskan untuk menjadi TKI di luar negeri guna memperbaiki kondisi ekonomi sebab syarat untuk menjadi TKI 1

2 di luar negeri berdasarkan UU No. 39 Tahun 2004 sekurang-kurangnya telah tamat dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sehingga banyak TKI yang memiliki pendidikan tingkat SLTP. Pendidikan TKI yang rendah dapat diketahui dari data PUSLITFO BNP2TKI (2013) bahwa sebanyak 37,40 persen TKI berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), SD 31,26 persen; dan 24,37 persen untuk tingkat Sekolah Menegah Umum (SMU) dan sisanya adalah Diploma, Sarjana, dan Pasca Sarjana. Meskipun demikian, ditahun 2013 ini menunjukkan adanya pergeseran tingkat pendidikan TKI yang bekerja di luar negeri dengan tingkat pendidikan semakin tinggi. Dampak dari tingkat pendidikan yang semakin tinggi dari migran yang bekerja di luar negeri adalah peningkatan jumlah TKI yang bekerja di sektor formal. Migrasi internasional tentunya memberikan dampak positif untuk migran maupun untuk pemerintah. Dampak positif yang dirasakan pemerintah melalui program kerjasama antarnegara ini adalah menurunnya jumlah pengangguran di Indonesia sedangkan bagi pelaku migran hubungan kerja antarnegara tersebut memberikan manfaat terutama untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Peningkatan ekonomi keluarga dapat terjadi melalui gaji yang lebih tinggi di negara tujuan dibandingkan negara asal. Sehingga, besarnya gaji di negara tujuan merupakan daya tarik bagi pelaku migran untuk melakukan migrasi internasional sebagai tenaga kerja di luar negeri (Supriana & Nasution, 2010). Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab adanya migrasi internasional. Terbukti banyak tenaga kerja yang menyatakan bahwa dengan bekerja di luar negeri akan mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan di dalam negeri. Daya tarik tersebut semakin nyata ketika banyak dari pelaku migran yang kesejahteraan hidupnya meningkat ditunjukkan dari perilaku ekonomi keluarga migran. Selain itu, gaji TKI tahun 2013 di luar negeri terutama di kawasan Asia Pasifik juga menunjukkan peningkatan sebesar 2,30 persen di Hongkong, 15,55 persen di Singapura, dan 9,22 persen di Taiwan (PUSLITFO BNP2TKI, 2013). Besarnya gaji yang diterima setiap migran perempuan tentunya berbeda yang didasarkan oleh lokasi bekerja (Tabel 1.1). Berdasarkan informasi 2

3 tersebut kawasan Asia Pasifik memberikan gaji perbulan yang tergolong tinggi untuk para pekerja informal. Tingginya gaji yang diterima menyebabkan tenaga kerja dari Indonesia banyak yang cenderung memilih kawasan Asia Pasifik. Tabel 1.1 Rata-Rata Upah Pekerja atau Buruh Informal di Luar Negeri Menurut Negara Tujuan Kawasan Negara Gaji perbulan *) Timur Tengah Arab Saudi USD atau Rp 1,7-2,5 juta Kuwait Uni Emirat Arab USD atau Rp 1,7-2,25 juta USD atau Rp 1,7-2,5 juta Asia Pasifik Hongkong HKD atau Rp 4,5-6,5 juta Taiwan Singapura NT atau Rp 5,5-7,42 juta SGD atau Rp 2,5-4,99 juta Malaysia MYR atau Rp 2,5-3,5 juta Sumber : Bank Indonesia, 2009; Survey, 2011; BNP2TKI, 2014 dalam Pitoyo, 2014 *) BNP2TKI menggunakan standar gaji baru pada 2013 Gaji atau upah yang lebih tinggi menyebabkan perempuan ikut serta dalam kegiatan ekonomi untuk membantu perekonomian keluarga yang cenderung kurang. Kondisi ekonomi yang kurang di keluarga migran biasanya disebabkan karena pekerjaan anggota keluarga hanya bertumpu di sektor informal. Gaji dari pekerjaan di sektor informal yang berjumlah sedikit dan terkadang tidak menentu jumlahnya menyebabkan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar menjadi terhambat. Sehingga, pendapatan dari keluarga yang bekerja di sektor informal belum tentu bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan data dari DIY dalam angka 2014, jumlah tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri yang berasal dari kabupaten/kota di Propinsi D.I. Yogyakarta setiap tahunnya selalu lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja laki-laki (Tabel 1.2). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian keluarga yang rendah mengharuskan perempuan turut serta dalam kegiatan ekonomi untuk membantu perekonomian keluarga yang rendah. 3

4 Tabel 1.2 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Menurut Asal Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Kabupaten/ Kota L % P % L % P % L % P % Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta D.I. Yogyakarta Sumber: BPS, 2013; BPS, 2014 Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul merupakan dua kabupaten yang mengirimkan banyak tenaga kerja wanitanya ke luar negeri dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Kabupaten Kulon Progo khususnya di Kecamatan Temon, tepatnya di Desa Jangkaran merupakan salah satu desa kantong TKI yang berangkat ke luar negeri. Menurut Utami & Sukamdi (2012), Desa Jangkaran memiliki lebih dari 200 penduduk sebagai TKI dan 160 di antaranya adalah TKW, dengan 117 TKW berstatus sudah menikah. Peran wanita dalam kegiatan ekonomi di Desa Jangkaran disebabkan karena terbatasnya akses lapangan pekerjaan di sektor formal sehingga menyebabkan kepala rumah tangga bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang rendah. Kondisi ekonomi itulah yang menjadikan perempuan melakukan migrasi internasional. Meskipun perempuan dari Desa Jangkaran nantinya bekerja di sektor informal saat di luar negeri tetapi gaji yang diterima tetap akan lebih tinggi dibandingkan menjadi tenaga kerja sektor informal di daerah asalnya. Peran perempuan dalam kegiatan ekonomi terutama menjadi TKW akan membantu kondisi ekonomi keluarga di daerah asal. Perempuan yang bekerja di luar negeri tentunya memiliki tanggung jawab kepada keluarga terutama dalam pengiriman gaji (Connell, 1980). Gaji yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal disebut dengan remitan yang biasanya dimanfaatkan oleh keluarga migran secara konsumtif. Pemanfaatan tersebut dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Perilaku konsumtif dalam memanfaatkan remitan dapat dicontohkan seperti membangun rumah, membayar hutang, memenuhi kebutuhan sehari-hari, membeli alat elektronik, dan lain sebagainya. Pemanfaatan remitan 4

5 juga dimanfaatkan oleh keluarga TKW untuk pendidikan anak namun sejauh ini belum diketahui seberapa besar pemanfaatan remitan untuk pendidikan anak. Pendidikan anak menjadi penting mengingat akar penyebab dari adanya perilaku migrasi adalah terbatasnya lapangan pekerjaan dan minimnya pekerjaan di sektor formal. Pendidikan dikatakan penting karena dapat berfungsi sebagai solusi dari adanya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan khususnya di sektor formal sehingga akan berdampak pada kondisi ekonomi yang lebih baik. Pendidikan yang dimiliki seseorang tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan saja namun dengan pendidikan seseorang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan tersebut dapat diciptakan melalui pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang telah didapatkannya selama menempuh pendidikan. Selain itu, dengan pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Seperti dalam teori human capital bahwa pendidikan dapat meningkatkan pendapatan (Schultz, 1961). Pendidikan tentunya penting untuk anak mengingat semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dimasa mendatang. Pentingnya pendidikan menjadikan pemanfaatan remitan dari TKW untuk anak perlu diperhatikan. Langkah tersebut tentunya untuk memberikan kehidupan anak yang lebih baik mengingat anak adalah penerus keluarga. Kehidupan anak yang lebih baik dapat diciptakan melalui pendidikan agar anak mampu bersaing untuk dapat bekerja di sektor formal atau bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan di daerah asalnya. Namun, yang tetap perlu diingat bahwa dalam peningkatan pendidikan anak masih ada peran serta orang tua dalam mengalokasikan penggunaan remitan. Oleh karena itu, perlu diketahui pemanfaatan remitan untuk pendidikan anak dan persepsi keluarga migran perempuan dalam menggunakan remitan khususnya untuk pendidikan anak yang lebih tinggi Rumusan Masalah Desa Jangkaran telah diketahui sebagai kantong TKI. Informasi dari pamong di Desa Jangkaran menjelaskan bahwa pengiriman tenaga kerja sudah terjadi sejak tahun Tenaga kerja yang berangkat tidak hanya laki-laki saja 5

6 namun juga melibatkan perempuan. Terlibatnya perempuan dalam kegiatan migrasi internasional terjadi pada tahun 1982 ketika terdapat permintaan tenaga kerja wanita. Pada tahun tersebut tenaga kerja wanita dengan usia 35 tahun ke atas dari Desa Jangkaran dikirimikan ke Timur Tengah, yaitu ke Arab Saudi. Hingga saat ini pengiriman tenaga kerja Indonesia dari Desa Jangkaran masih terus berlangsung dengan cakupan wilayah yang sudah menjangkau negara-negara Asia. Para tenaga kerja dari Desa Jangkaran untuk saat ini banyak yang mengadu nasib seperti di Hongkong, Malaysia, dan Taiwan. Turut sertanya perempuan dalam meningkatkan perekonomian menunjukkan bahwa perempuan telah berperan dalam kegiatan ekonomi keluarga. Kenyataan dari berpartisipasinya perempuan dalam kegiatan ekonomi adalah salah satu dampak dari ketidakberdayaan keluarga migran dari segi ekonomi. Ketidakberdayaan ekonomi pada keluarga TKW ditunjukan dari rendahnya penghasilan ketika harus bekerja di sektor informal di daerah asalnya. Sempitnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan ketidakmampuan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan juga menjadi sebagian alasan mengapa perempuan di Desa Jangkaran turut serta melakukan migrasi internasional. Migrasi internasional yang dilakukannya untuk menjadi TKW di luar negeri merupakan salah satu upaya memperbaiki kondisi ekonomi yaitu melalui gaji yang diterimanya. Gaji yang telah diterima dan dikirimkan kepada keluarga di negara asal atau yang disebut remitan kemudian dijadikan sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga. Namun, remitan sampai saat ini masih cenderung digunakan secara konsumtif. Pemanfaatan remitan bagi sebagian besar dari keluarga TKW Desa Jangkaran digunakan untuk membangun rumah, yang berarti remitan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi gaya hidup. Remitan sebagai sumber ekonomi keluarga sebaiknya dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga keluarga TKW yang potensial tidak harus melakukan migrasi internasional untuk bekerja di sektor informal. Terlebih lagi banyak kasus dari anak TKW yang kemudian mengikuti pengalaman orang tuanya untuk menjadi TKI di luar negeri. Berdasarkan hal tersebut, pedidikan anak TKW menjadi 6

7 penting untuk membentuknya sebagai tenaga kerja yang mampu bersaing terutama di sektor formal. Pentingnya pendidikan anak perlu diketahui dari upaya orang tua ataupun keluarga dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan anak. Pendidikan anak menjadi salah satu hal yang dianalisis melalui pemanfaatan remitan karena pendidikan merupakan modal bagi setiap individu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga dapat dijadikan sebagai investasi jangka panjang dalam keluarga. Namun sayangnya, peran remitan untuk menyongkong kegiatan pendidikan tinggi anak belum terlalu dilaksanakan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor dari keluarga migran maupun dari luar keluarga migran yang mempengaruhi pemanfaatan remitan untuk meningkatkan pendidikan keluarganya. Besar remitan yang dimanfaatkan khususnya untuk pendidikan anak TKW juga perlu diketahui mengingat pendidikan sendiri merupakan modal (human capital) dalam setiap manusia untuk masa depan yang lebih baik. Pemanfaatan ini terutama pada keluarga TKW yang statusnya masih bekerja menjadi TKW di luar negeri, sehingga masih terdapat aliran remitan ke daerah asalnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan remitan yang digunakan untuk pendidikan anak? 2. Bagaimana persepsi keluarga TKW dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan tinggi anak? Melalui latar belakang dan rumusan masalah yang telah dituliskan sebelumnya, maka penelitian ini berjudul PEMANFAATAN REMITAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK PENDIDIKAN ANAK DI DESA JANGKARAN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pemanfaatan remitan TKW yang digunakan untuk pendidikan anak, 7

8 2. Menganalisis persepsi keluarga TKW dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan tinggi anak Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau bacaan mengenai pemanfaatan remitan TKW khususnya untuk pendidikan anak dari sudut pandang keluarga TKW dalam memahami pentingnya pendidikan. Manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai bahan rujukan serta pembanding untuk penelitian selanjutnya yang memiliki tema sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu yang telah diberikan selama di bangku kuliah dan sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai TKW dan remitan. b. Bagi Keluarga TKW Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan anak untuk masa depan dan memberikan pandangan mengenai pemanfaatan remitan keluarga TKW yang selama ini dialokasikan. Sehingga, ke depannya penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam memanfaatkan remitan khususnya untuk pendidikan anak Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Tinjauan Teoritis Migrasi dan Faktor-Faktor Migrasi Kajian pokok bagi ahli bumi (Geographer) salah satunya adalah distribusi penduduk yang berhubungan dengan migrasi dan redistribusi penduduk yang ada di permukaan Bumi. Migrasi sebagai bentuk dari perpindahan yang dilakukan 8

9 penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya diketahui sebagai tipe dari interaksi keruangan atau spatial interaction. Oleh karena itu, migrasi dapat dikatakan sebagai kajian utama bagi ahli bumi dengan menggunakan salah satu pendekatan yaitu pendekatan keruangan (Norris, 1972). Pendekatan keruangan dalam pengaplikasianya menurut Yunus (2008) masih dibagi menjadi sembilan macam. Sama halnya dengan Norris (1972), Yunus (2008) dalam tulisannya memasukkan interaksi antarruang atau migrasi dalam spatial interaction analysis. Kajian interaksi antarruang yang perlu diketahui menurut Yunus adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adanya interaksi antarruang tersebut. Sebelum lebih jauh untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adanya interaksi antarruang maka perlu diketahui terlebih dahulu arti dari migrasi. Pada dasarnya, teori mengenai migrasi telah berkembang seiring berjalannya waktu. Teori migrasi yang bekembang pertama kalinya adalah hukum migrasi dari Ravenstein diabad ke-19 dan bertahan dalam beberapa waktu. Bermula dari hukum Ravenstein, ditahun 1966 Everett S. Lee memunculkan teorinya mengenai migrasi. Lee berupaya untuk mengembangkan teori migrasi dengan menjelaskan migrasi internal dan internasional di antara lokasi yang berkembang dan yang sudah maju dalam periode waktu yang lama. Batasan dari fokus kajian migrasi menurut Lee dibagi menjadi empat faktor yang mempengaruhi keputusan migrasi (Rhoda, 1980). Migrasi menurut Lee (1966), merupakan perpindahan tempat tinggal secara menetap maupun semi menetap. Pengertian migrasi yang telah disebutkan tersebut memiliki syarat di dalamnya, yaitu perpindahan dengan tujuan menetap di daerah tujuannya. Apabila perpindahan yang dilakukan seseorang tanpa ada niatan untuk menetap maka perpindahan tersebut tidak dapat disebut dengan migrasi. Migrasi yang dimaksudkan juga tidak mempermasalahkan jarak, kemudahan maupun kesulitan melainkan adanya daerah asal, daerah tujuan, serta adanya rintangan yang menghambat. Melati & Sujatmoko (2012), juga mengartikan migrasi sebagai kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh penduduk dari suatu tempat menuju tempat lainnya dengan tujuan menetap. Hasil dari kegiatan migrasi ini akan menyebabkan 9

10 berkurang atau bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk berkurang pada daerah yang ditinggalkan sedangkan bertambah pada daerah yang dituju. Migrasi memiliki beberapa bentuk, antara lain emigrasi, imigrasi, transmigrasi, remigrasi, dan urbanisasi. Mantra (1978) dalam Mantra (2000), menyebutkan bahwa terdapat dua jenis mobilitas yaitu secara vertikal dan horisontal. Mobilitas secara vertikal merupakan perubahan status seperti pada perubahan status pekerjaan. Mobilitas horisontal merupakan gerak dari penduduk yang melewati batas wilayah, umumnya batas administratif dalam periode waktu tertentu. Belum ada ketentuan secara pasti mengenai batas wilayah maupun waktu yang dimaksudkan dalam pengertian mobilitas. BPS saat melakukan Sensus Penduduk di Indonesia mengartikan seseorang melakukan migrasi jika berpindah tempat melewati batas propinsi sebagai batas wilayah dan dalam jangka waktu enam bulan atau lebih sebagai batas waktu. Ketika dilakukan sensus yang bersangkutan masih kurang dari enam bulan tetapi bermaksud untuk menetap lebih dari waktu yang ditentukan dari BPS maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai migran (Mantra, 2000). Berdasarkan beberapa teori migrasi di atas dapat diketahui bahwa migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap. Perpindahan yang dimaksudkan adalah perpindahan penduduk yang telah melewati batas administrasi. Perpindahan penduduk tersebut tentunya berdampak pada daerah asal dan daerah tujuan berkaitan dengan pengurangan dan pertambahan jumlah penduduk. Bagi daerah yang ditinggalkan tentunya akan berkurang jumlahnya sedangkan hal sebaliknya terjadi di daerah yang dituju oleh pelaku migrasi. Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan menetap tidak hanya dilakukan dalam satu negara tetapi juga antarnegara yang disebut dengan migrasi internasional. Menurut Melati & Sujatmoko (2012), yang dimaksud dengan migrasi internasional adalah berpindahnya penduduk dari suatu negara ke negara lainnya. Migrasi internasional juga dapat disebut dengan migrasi ekstern. Migrasi internasional menjadi suatu hal yang tidak asing lagi. Jumlah migran untuk migrasi internasional di dunia di antara tahun 1980 hingga

11 mengalami kenaikan dari 100 juta menjadi 175 juta atau naik sekitar 2,8 persen per tahun (Zlotnik, 2005). Migrasi internasional merupakan salah satu hal penting saat ini karena memiliki peran dalam pembangunan dan pengurangan jumlah kemiskinan meskipun telah diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan di dalam migrasi yang bersifat rumit dan sensitif. Migrasi ini bisa terjadi karena sukarela atau karena paksaan, yang biasanya untuk keperluan bekerja maupun karena pernikahan. Terlepas dari hal tersebut masih banyak yang menjadikan migrasi internasional sebagai jalan keluar untuk mendapatkan perekonomian yang lebih baik (United Nations Population Fund (UNFPA), 2006). Migrasi internasional juga dapat diartikan sebagai perpindahan yang termasuk legal maupun ilegal, baik itu permanen maupun dalam waktu tertentu, serta paksaan maupun kehendak sendiri (Hugo, 1990; Kritz, Keely & Tomasi, 1981 dalam Adi, 1996). Adanya migrasi akan memberikan dampak baik kepada pelaku migran sendiri, keluarganya, komunitas, dan lingkungan, serta politik yang berkaitan dengan unit sosialnya. Migrasi internasional ini juga akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga migran melalui remitan (Hugo,1982a, 1985a;Simmons, 1982; Stern, 1988; Appleyard, 1989 dalam Adi, 1996). Migrasi dilakukan bukan karena tidak ada penyebab yang memunculkan proses tersebut. Proses perpindahan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk tujuan menetap dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi migrasi antara lain 1) dikarenakan kondisi pada daerah asal yang mendorongnya untuk melakukan migrasi, 2) faktor dari daerah tujuan atau faktor yang menarik ke daerah tujuan, 3) penghalang antara, dan 4) faktor yang muncul dari individu (Lee, 1966). Faktor tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 1.1 dengan kondisi positif (+) dan negatif (-) yang terdapat di masing-masing daerah asal maupun daerah tujuan dengan adanya faktor penghalang di antara dua daerah seperti halnya jarak yang dapat membatasi perpindahan. 11

12 Tempat / Daerah Asal Tempat / Daerah Tujuan Gambar 1.1 Teori Migrasi Menurut Lee Sumber : Lee, 1966 Migrasi internasional biasanya terjadi pada pekerja yang usianya masih tergolong muda antara 20 hingga 30 tahun dan memiliki pendidikan cenderung rendah. Keputusan untuk menjadi migran demi mendapatkan pekerjaan di luar negeri merupakan dampak dari ketidakcukupan ekonomi dalam keluarga yang hanya bergantung pada sektor pertanian, sebab para migran tersebut dahulunya bekerja sebagai petani. Pelaku migran dalam melakukan migrasi ke luar negeri biasanya hanya seorang diri sebab keluarganya ditinggalkan di daerah asalnya kecuali para migran yang mampu mengajak keluarga dan telah memiliki tempat tinggal (Renard, 1984 dalam Effendi, 1995). Kondisi serupa juga diungkapkan oleh Findley (1987), di dalam tulisannya disebutkan bahwa pengambilan keputusan bermigrasi sebagian besar diperkirakan karena alasan ekonomi. Misalya saja, keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat dimungkinkan untuk melakukan migrasi, terlebih lagi ketika tenaga kerja keluarga tidak dapat terserap dalam pasar kerja. Kondisi ekonomi tidak cukup sebagai satu-satunya alasan terjadinya migrasi karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh faktor lainnya. Faktor tersebut antara lain sejarah migrasi, jumlah orang dewasa, dan status kepemilikan lahan pertanian. Faktor yang diperkirakan Findley dalam penelitiannya dapat mempengaruhi terjadinya migrasi ternyata benar adanya. Melalui penelitiannya di Paoay Lake dapat dibuktikan bahwa kemungkinan terjadinya migrasi dapat 12

13 berkurang dengan tingkat sosial-ekonomi yang tinggi, dalam hal ini direfleksikan dalam kemudahan bagi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan. Hubungan antara keduanya di daerah penelitian adalah kemudahan penduduk dalam mendapatkan pekerjaan menyebabkan mereka lebih memilih untuk tetap tinggal di daerah asalnya. Kemudahan penduduk untuk mendapatkan pekerjaan tentunya tidak terlepas dari program pembangunan daerah. Kondisi ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi juga dikemukakan oleh Harris dan Todaro. Harris dan Todaro (1970), mengansumsikan bahwa migrasi yang dikarenakan kondisi ekonomi merupakan suatu hal yang rasional. Rasional dikarenakan dengan melakukan migrasi maka pelaku migrasi akan mendapatkan perekonomian yang lebih baik dibandingkan pendapatannya sekarang di sektor pertanian. Todaro (1980), menambahkan faktor terjadinya migrasi di samping faktor ekonomi adalah: 1. untuk meningkatkan pendidikan atau keahlian migran, 2. untuk menghindarkan diri dari kehidupan sosial dan budaya hukuman penjara di daerah pedesaan, 3. untuk menghindari kekerasan yang terjadi di pedesaan (Colombia) dan dari ketidakstabilan politik, 4. untuk bergabung dengan keluarga dan teman yang telah melakukan migrasi terlebih dahulu ke daerah perkotaan. Faktor ekonomi ternyata bukan salah satu faktor penentu terjadinya migrasi. Penelitian dari De Jong et al. (1983) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor terjadinya perpindahan penduduk ke Manila. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah faktor pelaku migran yang terdahulu. Indikator selanjutnya adalah hubungan, paksaan, dan kemudahan dari keluarga menjadi penentu dalam pengambilan keputusan bermigrasi. Faktor tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi untuk melakukan migrasi serta kesediaan keluarga atau teman yang dapat memfasilitasi tempat tinggal. Bantuan yang dibutuhkan termasuk juga bantuan untuk mencari pekerjaan di Manila. Selain itu, 13

14 dua hal yang penting adalah status pernikahan serta tingkat pendidikan yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa literatur yang telah dikumpulkan dapat diketahui bahwa faktor ekonomi merupakan faktor dominan mengapa migrasi terjadi. Adanya migrasi diharapkan dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan migran yang pada awalnya memiliki kesejahteraan rendah. Terlebih lagi dari pengalaman pelaku migran terdahulu yang berasal dari daerahnya. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya migrasi adalah keinginan untuk dapat meningkatkan keahlian serta untuk terbebas dari segala konflik di daerah asalnya. Semua hal tersebut tentunya juga tidak terlepas dari faktor dukungan keluarga dan biaya yang digunakan untuk bermigrasi Tenaga Kerja Indonesia dan Tenaga Kerja Wanita Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Kegiatan ke luar negeri untuk mendapatkan upah tidak hanya dilakukan laki-laki saja melainkan juga wanita, yang kemudian disebut dengan tenaga kerja wanita. Undang-Undang No 39/2004 tidak hanya memberikan pengertian mengenai TKI tetapi juga mengamanatkan untuk pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang tertulis pada pasal 94 ayat (1) dan (2). Terbitnya Peraturan Presiden No 81/2006 merupakan saat dimana BNP2TKI terbentuk. Kewenangan yang dimiliki BNP2TKI adalah untuk mengurus penempatan serta perlindungan TKI yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang tetap bertanggungjawab kepada presiden. Program yang dimiliki BNP2TKI adalah penempatan TKI Goverment (G) to Goverment (G) ke Korea dan G to G TKI bersama pemerintah Jepang dibidang keperawatan, untuk perawat rumah sakit maupun perawat lanjut usia (bnp2tki.go.id, 2011). Menurut data dari BNP2TKI (2015), periode tahun 2014 dari awal tahun hingga akhir tahun lima negara 14

15 terbesar dalam penempatan TKI antara lain Malaysia, Taiwan, Saudi Arabia, Hongkong, dan Singapura. Lima negara tersebut menjadi lima negara terbesar dikarenakan gaji yang diterima untuk migran tergolong tinggi (Tabel 1.1). Alasan lainnya juga dapat diperkirakan karena alasan bahwa negara tersebut masih satu rumpun dengan Indonesia sehingga migran merasa lebih nyaman. Proses mengenai kebijakan penempatan dan perlindungan TKI sendiri diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006. Kebijakan dalam Inpres No 6/2006 memuat beberapa kebijakan, antara lain kebijakan penempatan TKI, perlindungan TKI, pemberantasan calo, lembaga penempatan TKI, dan dukungan lembaga perbankan. Setiap kebijakan tersebut memiliki beberapa program dan tindakan dengan penanggung jawab yang berbeda didasarkan pada tindakan dari setiap program kebijakan. Kejadian migrasi di Indonesia jika ditelusur ke belakang ternyata telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Migrasi tenaga kerja ke luar negeri pada masa sebelum kemerdekaan masih dikontrol oleh pemerintah Hindia Belanda. Migrasi tersebut merupakan migrasi buruh kontrak yang dikirim ke Suriname, Amerika Selatan untuk menggantikan pekerja asal Afrika. Kegiatan tersebut berlangsung selama 49 tahun dengan total pengiriman tenaga kerja sejumlah orang (bnp2tki.go.id, 2015). Kemudian di tahun 1960-an dan 1970-an angka kejadiannya meningkat tajam sampai dengan saat ini. Sama halnya dengan para ahli, IOM (2010) juga menyatakan bahwa migrasi terjadi disebabkan oleh beberapa hal. Hal yang menyebabkan terjadinya migrasi termasuk kurangnya peluang kerja di daerah asal, perbedaan gaji, dan kemiskinan. Menurut informasi dari bnp2tki.go.id (2015), sejarah penempatan migrasi sendiri dimulai tahun 1969, selanjutanya dimunculkan Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1970 mengenai program penempatan Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Program penempatan tersebut diciptakan sebagai langkah untuk memudahkan segala proses perekrutan dan penempatan tenaga kerja. Tahun 1986 AKAN diubah menjadi Pusat AKAN yang berada di bawah Sekretariat Jenderal Depnakertrans dan bertugas melaksanakan penempatan TKI ke luar negeri yang dilaksanakan oleh Balai 15

16 AKAN untuk setiap kanwil atau provinsi. Pusat AKAN dibubarkan pada tahun 1994 digantikan oleh Direktorat Ekspor Jasa TKI dan kemudian ditahun 1999 diubah nama menjadi Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN). Tahun 2001 Direktorat PTKLN dibubarkan dan diganti dengan Direktorat Jenderal Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) yang kemudian tudas pelayanan penempatan TKI di tingkat provinsi atau kanwil dijalankan oleh BP2TKI (Balai Pelayanan dan Penempatan TKI). Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri menurut data dari BNP2TKI dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 hingga 2014 didominasi oleh perempuan. Dominasi perempuan dalam penempatan tenaga kerja tampak dari jumlahnya yang selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tabel 1.3). Banyaknya jumlah perempuan dari laki-laki menurut IOM dikenal dengan feminisasi TKI. Feminisasi TKI salah satunya disebabkan karena adanya permintaan yang tinggi terhadap tenaga kerja wanita. Peran wanita dalam hal ini adalah mengisi kekosongan tenaga kerja di sektor domestik dan industri manufaktur (IOM, 2010). Tabel 1.3 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Tahun Jenis Kelamin Total % Total % Total % Total % Laki-Laki Perempuan Total Sumber : PUSLITFO BNP2TKI, 2015 Perpindahan yang dilakukan wanita untuk bekerja di luar negeri merupakan salah satu usaha memperbaiki ekonomi keluarga. Wanita melakukan migrasi selain karena adanya permintaan dari pengguna jasa juga disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, maupun dari komunitas sosial tempat tinggalnya. Faktor pendorong tersebut dapat digambarkan dari kondisi daerah asal serta tanggung jawab wanita terhadap keluarga. Dorongan tersebut semakin kuat ketika komunitas di tempat tinggalnya memberikan pengaruh besar dalam melakukan migrasi, seperti nilai dan budaya dalam lingkungan tempat tinggal yang memberikan kesempatan bagi wanita 16

17 dalam memutuskan untuk melakukan migrasi. Contohnya saja ketika di lingkungan tempat tinggalnya terdapat migran yang telah sukses sehingga memberikan daya tarik sendiri bagi wanita tersebut untuk melakukan migrasi (Boyd & Grieco, 2003 dalam Martin, 2007) Remitan dan Pemanfaatannya Migran yang pergi ke luar negeri untuk bekerja sangat berperan penting untuk keluarganya karena mereka menggantungkan hidupnya dari remitan para migran. Agar remitan yang dikirim berjumlah besar, terkadang migran harus menghemat pengeluaran di daerah tujuan (Effendi, 1995). Studi mengenai remitan memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan, antara lain besarnya remitan, determinan aliran remitan, dan pemanfaatan dari remitan itu sendiri (Rempel & Lobdell, 1978 dalam Connell, 1980). Remitan diartikan sebagai sejumlah uang yang dikirimkan oleh migran ke daerah asalnya sebagai dampak dari kegiatan migrasi internasional. Remitan tersebut dikirimkan oleh para migran saat masih bekerja di negara tujuannya yang nantinya akan dimanfaatkan oleh keluarga migran secara bervariasi. Pemanfaatan remitan umumnya untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari, tabungan, biaya pendidikan anak, membayar hutang, pembelian sawah, modal usaha, maupun untuk memperbaiki rumah (Tamtiari, 1999). Menurut Curson (1981), remitan dirumuskan untuk enam tujuan, antara lain untuk (1) membantu keluarga di daerah asal. Tujuan tersebut menjadikan migran bertanggung jawab untuk memberikan kiriman remitan agar dapat dimanfaatkan oleh keluarga di daerah asal. (2) Remitan digunakan untuk biaya memperingati siklus hidup keluarga, yaitu untuk biaya kelahiran, kematian, pernikahan, dan peringatan lainnya yang diadakan di daerah asal. (3) Membantu migran potensial sehingga orang yang menerima remitan dapat bermigrasi. (4) Membayar hutang yang dimiliki oleh migran ketika hendak berangkat bekerja di luar negeri karena untuk berangkat ke luar negeri dibutuhkan biaya yang cukup besar sehingga untuk memenuhi biaya tersebut harus meminjam uang terlebih dahulu. Migran yang telah berhasil di daerah tujuan berkewajiban untuk 17

18 membayar uang pinjaman tersebut. (5) Berinvestasi rumah, tanah, usaha-usaha kecil sebagai persiapan ketika migran memutuskan untuk berhenti melakukan migrasi. (6) Perencanaan pensiun, yaitu ketika migran sudah merencanakan untuk kembali ke daerah asalnya. Menurut Faist (2008), remitan merupakan pemasukan keluarga migran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan terutama untuk investasi dan juga untuk melepaskan dari kondisi kemiskinan. Remitan dianggap sebagai pemasukan paling utama terlebih lagi bagi keluarga migran yang berada dalam kondisi miskin yang sangat bergantung kepada kiriman remitan migran (Susilo, 2014). Pengiriman remitan dalam penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2014), menunjukkan bahwa remitan di Desa Dungmanten, Kecamatan Tulungagung, Jawa Timur dikirimkan kepada keluarga di daerah asalnya dengan frekuensi dua kali dalam satu tahun atau tiga bahkan empat kali dalam satu tahun. Frekuensi tersebut tentunya berbeda-beda didasarkan kepada keperluan keluarga. Pemanfaatan remitan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari juga dijelaskan dalam Primawati (2011), selain itu remitan juga disebutkan sebagai kiriman untuk biaya pendidikan, membantu kehidupan orang tua, serta untuk kesehatan. Remitan ternyata tidak hanya dikirimkan dalam bentuk uang, tetapi migran terkadang mengirim barang seperti alat elektronik, peralatan rumah tangga, membeli tanah, maupun untuk membuka usaha di desanya. Penelitian di Indramayu menyebutkan terdapat pengiriman remitan sebesar lima milyar setiap bulannya yang dikirim melalui western union maupun melalui bank. Remitan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga. Ditinjau dari sisi positifnya remitan ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga namun sayangnya dalam penggunaan remitan didominasi oleh pembelian produk luar negeri. Hal negatif lainnya adalah kurangnya alokasi remitan untuk tabungan karena habis digunakan membeli barang. Perilaku seperti itu menunjukkan salah satu contoh dari pemanfaatan remitan yang sifatnya jangka pendek (Puspitasari & Salim, 2012). Kondisi yang sama disebutkan dalam penelitian dari Primawati (2011), remitan cenderung untuk hal-hal konsumtif karena digunakan untuk menunjukkan 18

19 keberhasilan mereka di negara tujuan. Remitan yang dikirimkan tidak hanya berbentuk uang tetapi terkadang dikirim dalam bentuk alat elektronik maupun peralatan rumah tangga. Selain itu menurut Haris (1997) dalam Primawati (2011), pemanfaatan yang bersifat konsumtif merupakan gambaran dari kondisi keluarga yang kurang mampu atau pas-pasan. Meskipun terdapat pemanfaatan yang konsumtif tetapi telah disebutkan sebelumnya bahwa remitan juga dimanfaatkan untuk pendidikan anak (Tamtiari, 1999). Pemanfaatan remitan untuk pendidikan menjadi penting karena pendidikan dapat dijadikan sebagai investasi, seperti dalam teori human capital bahwa dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan pendapatan (Schultz, 1961). Menurut Kaufman & Hotchkiss (1999) dalam Atmanti (2005), mengartikan sebuah teori human capital, sebagai teori yang menyatakan bahwa peningkatan pendidikan dapat meningkatkan penghasilan. Seseorang yang melanjutkan pendidikan, setiap tambahan satu tahun sekolah akan memberikan dua efek, pertama dapat meningkatkan kemampuan kerja dan penghasilan, namun di sisi lainnya menunda pendapatan disebabkan mengikuti sekolah selama satu tahun tersebut dan harus membayar. Menyadari hal tersebut investasi pendidikan hendaknya harus dipersiapkan sejak awal, terutama untuk pendidikan anak. Investasi pendidikan adalah semua bentuk pengeluaran yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan dari masyarakat yang diukur menggunakan indikator rata-rata lama sekolah dari penduduk tersebut dalam suatu wilayah (Sulistyowati., dkk., 2010). Bentuk pengeluaran atau biaya pendidikan sebagai investasi pendidikan dapat berupa biaya untuk pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Menurut BPS, pendidikan formal adalah pendidikan berjenjang dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi (PT) sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan di luar pendidikan formal. Pendidikan non formal meliputi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kesetaraan, kursus, pra sekolah, pendidikan untuk peningkatan keterampilan, pelatihan kerja, dan pendidikan lain untuk meningkatkan keahlian peserta didiknya. 19

20 Keikutsertaan anak dalam pendidikan baik formal dan/atau non formal dapat ditinjau dari partisipasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Partisipasi anak dapat dikelompokkan dalam usia sekolah yaitu dari usia 7-18 tahun. Kelompok 7-12 tahun berada pada tingkat SD/MI/sederajat, tahun pada pendidikan SMP/MTs/sederajat, dan tahun pada SMA/SMK/MA/sederajat/PT. Rentang usia tersebut merupakan kelompok usia standar sekolah di Indonesia (BPS, 2011). Remitan sebagai pemasukan keluarga yang dimanfaatkan untuk pendidikan tentunya ditujukan kepada anak. Anak diartikan bagian dari keluarga yang terdapat hubungan darah karena pernikahan, kelahiran, maupun dari kekerabatan, serta dapat melalui proses adopsi atau proses lainnya. Anak yang dimaksudkan juga masih dalam tanggungan kepala keluarga sehingga seluruh kebutuhan hidupnya masih menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Bentuk tanggung jawab dapat berupa ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta urusan lainnya (Saptomo, 2009). Berdasarkan sumber yang sama, yang dimaksudkan keluarga adalah sekelompok orang sedarah atau saudara ipar yang bertempat tinggal dalam satu rumah dan makan dalam satu dapur. Namun, bisa juga tidak tinggal dalam satu rumah. Peningkatan pendidikan pada anak dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan remitan, namun yang perlu diperhatikan adalah terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan tersebut yang bersumber dari anak serta faktor dari lingkungannya. Kondisi anak yang berprestasi dan memiliki keinginan tinggi untuk bersekolah akan berpengaruh pada pemanfaatan remitan untuk pendidikan. Namun, jumlah remitan sebagai pemasukkan dalam keluarga tentunya juga mempengaruhi pemanfaatannya sehingga penyebabpenyebab dari luar kemauan anak sendiri juga perlu diperhatikan. Selain jumlah remitan dan pendapatan orang tuanya, pendidikan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal, serta tingkat pendidikan orang tua yang kemudian membangun persepsi orang tua dalam memandang pentingnya pendidikan anak (Purwanto, 1985 dalam Mustamin, 2013). 20

21 Persepsi dari orang tua sangat mempengaruhi keikutsertaan anak dalam pendidikan formal maupun non formal. Berdasarkan penelitian dari Wati (2014), faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua antara lain pendidikan orang tua yang bersumber dari pengalamannya sendiri. Rendahnya pendidikan orang tua akan berdampak pada terhambatnya pendidikan anak, begitu pula sebaliknya. Faktor kedua adalah pekerjaan orang tua yang menciptakan pendidikan non formal melalui kegiatan dari pekerjaan orang tua, dan faktor ketiga adalah faktor ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk menyekolahkan anaknya dari segi biaya. Pendidikan untuk anak sangatlah penting karena pendidikan dengan kemiskinan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Melalui pendidikan yang diberikan kepada anak maka tingkat kesejahteraan dapat ditingkatkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan salah satunya adalah pendidikan. Jika jumlah penduduk yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah, dapat dipastikan bahwa kesejahteraan daerahnya akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Kemiskinan sendiri diartikan sebagai kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan dan kekurangan dibeberapa segi kehidupan. Kesulitan dan kekurangan yang dimaksud seperti dalam hal kebutuhan sehari-hari, sandang, perumahan, serta akses terhadap kesehatan (Indrastuti, Rochadi, Suryanti, 2010) Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai pemanfaatan atau dampak remitan tenaga kerja telah banyak dilakukan sebelumnya, baik itu tenaga kerja yang melakukan perpindahan di dalam maupun ke luar negeri. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel

22 Tabel 1.4 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang Peneliti (tahun) Judul Lokasi Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian Maria Sri Rahayu (2008) Tutut Gustama Irmayani (2010) Remitan dan Dampaknya dalam Kehidupan Masyarakat Desa Cabawan Kecamatan Margadana Tegal - Jawa Tengah (Dimensi Ekonomi, Sosial dan Budaya) Pola Penggunaan Remitan TKI di Dusun Krajan, Desa Tempuran Duwur, Kabupaten Wonosobo Desa Cabawan Kecamatan Margadana Tegal Jawa Tengah Dusun Krajan, Desa Tempuran Duwur, Kabupaten Wonosobo Mendeskripsikan kuatnya ketergantungan antara penjual makanan dengan keluarga mereka di daerah asal Mengkaji pola penggunaan remitan TKI di Dusun Krajan baik secara konsumtif maupun produktif Metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap para informan Metode kualitatif Remitan dari penjual makanan memiliki peran penting untuk kehidupan di Desa Cabawan dengan kontribusinya yang besar Terdapat dua pola pemanfaatan remitan yaitu produktif dan konsumtif. Pola produktif menggunakan remitan untuk bidang pertanian dan pendidikan. Remitan pola konsumtif digunakan untuk kebutuhan keluarga seperti renovasi rumah dan pembayaran hutang. Aggraeni Primawati (2011) Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja ke Malaysia Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo Mengidentifikasi pemanfaatan remitan sebagai dampak migrasi pekerja Indonesia ke Malaysia Metode kuantitatif dan kualitatif Remitan yang mengalir ke desa membawa dampak tersendiri baik secara positif maupun negatif Evi Rohmawati dan Ketut Prasetyo (2012) Pemanfaatan Remitan dan Alasan Melakukan Mobilitas Internasional Menurut Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Panceng Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik 3. Mengetahui besarnya pengiriman uang remitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga TKI di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Metode survei dengan analisis deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. 1. Rata-rata pengiriman dalam memenuhi kebutuhan keluarga TKI sebesar Rp

23 Lanjutan Tabel 1.4 Kabupaten Gresik 4. Pemanfaatan uang remitan oleh keluarga TKI di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik 5. Faktor yang menentukan besar kecilnya uang remitan yang dihasilkan oleh TKI di Kecamatan Panceng Kab. Gresik Penentuan sampel dengan purposive sampling. 2. Pemanfaatan remitan oleh keluarga TKI antara lain: untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan; untuk memenuhi kebutuhan sekunder, biaya pendidikan anak dan membayar hutang; serta untuk kebutuhan tersier 3. Besar kecilnya remitan ditentukan oleh faktor: frekuensi pengiriman, jangka waktu pengiriman, negara tujuan, dan pendapatan di negara tujuan Endah Ciptaning Puspitasari dan Wilmar A. Salim (2012) Peran Remitan Tenaga Kerja Indonesia dalam Pembangunan Wilayah Perdesaan Kebupaten Indramayu, Jawa Barat Mengidentifikasi peran remitan dalam pembangunan perdesaan sebagai daerah asal TKI Metode kualitatif dengan pengumpulan data snowball sampling, menggunakan teknik wawancara Pemanfaatan secara mikro ditemukan bahwa remitan digunakan untuk peningkatan kondisi kesejahteraan keluarga. Pemanfaatan secara makro, peran remitan untuk pembangunan SDM, ekonomi, dan infrastuktur desa sangat terbatas 23

24 Lanjutan Tabel 1.4 Endah Dwi Astuti dan Sri Rum G. (2013) Singgih Susilo (2014) Peran Remitan TKI Terhadap Peningkatan Kualitas Permukiman di Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo Remittances of the Indonesian Migrant Workers on the Improvement of Family Welfare in their Home Village Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Prop. DIY Desa Dungmanten, Tulungagung, Jawa Timur Menganalisis peran remitan terhadap peningkatan kualitas permukiman Mengetahui kontribusi remitan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga serta proporsi remitan terhadap total pendapatan rumah tangga mereka Metode survei dengan pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur, wawancara mendalam. Analisis data dengan metode kuantitatif dan kualitatif Metode kuantitatif dari data primer dan data sekunder. Penentuan sampel dengan purposive sample Ditemukan adanya perbedaan kualitas permukiman pada rumah tangga sebelum menjadi TKI dan setelah menjadi TKI Remitan TKW digunakan untuk berbagai keperluan di daerah asal mereka, terutama untuk memperluas pertanian Faniza Widya P (2014) Pemanfaatan Remitan Tenaga Kerja Wanita untuk Pendidikan Anak di Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kaabupaten Kulonprogo Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Prop. DIY 1. Mengetahui pemanfaatan remitan TKW yang digunakan untuk pendidikan anak, 2. Menganalisis persepsi keluarga TKW dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan tinggi anak. Metode kualitatif dengan analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dari hasil wawancara mendalam dan observasi. - 24

25 1.6. Kerangka Pemikiran Kebutuhan hidup yang tinggi terkadang tidak mampu terpenuhi oleh masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan muncul dalam kehidupan disebabkan tidak adanya kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan penghasilan secara mencukupi. Persaingan di dunia kerja yang sangat ketat menyebabkan beberapa orang berpendidikan rendah tidak mampu terserap di dalamnya, yang menyebabkan mereka hanya bekerja di sektor informal. Salah satu bentuk jalan keluar dari permasalahan ini adalah dengan menjadi TKI ataupun TKW di luar negeri dengan pendidikan minimal SMP/sederajat. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan sebuah kunci atau modal bagi kehidupan dimasa depan. Pendidikan yang rendah bagi seseorang akan membawanya kepada kehidupan yang tidak diimpikan, seperti hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagai modal untuk masa depan, maka pendidikan harus dipersiapkan sejak awal agar dapat bermanfaat dikemudian hari. Persiapan untuk pendidikan tentunya juga membutuhkan biaya sebagai investasi awal yang harapannya mampu dikembalikan ketika orang tersebut telah memanfaatkan pendidikan yang diperolehnya saat bekerja nanti. Maka, biaya untuk pendidikan juga merupakan unsur penting untuk masa depan. Remitan sebagai salah satu pemasukan dalam keluarga migran perempuan masih banyak yang dimanfaatkan untuk kepentingan jangka pendek yang langsung dapat dirasakan manfaatnya. Terlebih lagi jaman seperti sekarang ini, remitan akan dimanfaatkan untuk pengeluaran konsumtif, terlebih lagi bagi mereka yang tidak menjadikan pendidikan sebagai prioritas. Remitan hanya digunakan untuk memenuhi kepuasan pribadi terutama untuk memenuhi gaya hidup. Kondisi tersebut juga dapat ditemukan di daerah pengirim TKI ataupun TKW ke luar negeri di Desa Jangkaran. Pemanfaatan remitan migran perempuan di Desa Jangkaran perlu dianalisis mencangkup penggunaan remitan saat ini khususnya untuk pendidikan anak yang sekarang sedang ditempuh dan untuk pendidikan anak yang lebih tinggi. Selain itu juga perlu diketahui pula persepsi keluarga migran perempuan 25

26 dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan anak yang lebih tinggi. Penelitian mengenai pemanfaatan remitan untuk pendidikan anak selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 1.2. Tenaga Kerja Wanita Pengiriman remitan Pemanfaatan remitan Pemanfaatan remitan untuk pendidikan anak migran Pemanfaatan remitan selain untuk pendidikan anak migran Bentuk pengeluaran remitan untuk pendidikan anak dan besarnya jumlah yang dikeluarkan Persepsi keluarga migran dalam memanfaatkan remitan untuk pendidikan tinggi anak - Biaya uang gedung - Biaya SPP - Biaya seragam - Peralatan sekolah - Studi wisata - Kendaraan Gambar 1.2 Bagan Kerangka Pemikiran Teoritik Pemanfaatan Remitan Tenaga Kerja Wanita untuk Pendidikan Anak 1.7. Batasan Operasional Batasan operasional memiliki fungsi agar penelitian ini memiliki batasan dalam memberikan penafsiran terhadap objek penelitian. Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Tenaga Kerja Wanita di luar negeri adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja dalam jangka waktu tertentu dan mendapatkan upah (Undang-Undang 26

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak.

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak. PEMANFAATAN REMITAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK PENDIDIKAN ANAK DI DESA JANGKARAN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO Faniza Widya Pangestu fanizapangestu@gmail.com Agus Joko Pitoyo jokokutik@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor penting yang berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang kian hari kian bertambah. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami kenaikan pada periode 2000-2010 dibandingkan periode 1990-2000 dan tampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Migrasi Internasional dan Faktor yang Mempengaruhinya Hasil studi mengenai migrasi yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) oleh Puslitbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia adalah perempuan abad modern ini. Cita-cita para aktifis gerakan feminisme telah terwujud menjadi sosok-sosok perempuan tangguh yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERMIGRASI PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (Kasus di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERMIGRASI PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (Kasus di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo) PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERMIGRASI PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (Kasus di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo) Rizqika Tri Utami Rizqika.triutami@yahoo.com Sukamdi Kamdi_cpps@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang sangat besar, hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang menduduki peringkat ke empat di dunia dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

JADMIKO B

JADMIKO B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG BEKERJA KE LUAR NEGERI (Studi Kasus di PJTKI Surakarta Tahun 2008) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajad

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN Oleh: Chitrawati Buchori dan Mia Amalia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung Letak Geografis Wilayah Kabupaten Tulungagung terletak antara koordinat ( 111 0 43 112 0 07 ) Bujur Timur, ( 7 0 51 8 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN P R O S I D I N G 429 MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR 1) Dian Retno Intan, 2) Yayuk Yuliati 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari

BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE Bab ini akan menjelaskan tentang awal mula munculnya isu buruh migran di Indonesia, pada bab ini penulis akan mencoba memaparkan tentang kondisi buruh migran dan

Lebih terperinci

MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR

MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR MOBILITAS TENAGA KERJA KE MALAYSIA SERTA SUMBANGAN REMITAN TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri merupakan salah satu fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS. Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS. Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk 1.1 Pengertian Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN SESUAI AMANAT SILA KEDUA PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Oleh : Nama : Aula Datun Nafi ah NIM : 11.02.8064 Kelompok : A Program Studi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia terus memberikan sumbangan yang signifikan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Migrasi Penduduk Gerak perpindahan penduduk muncul bersamaan dengan adanya revolusi industri di Eropa pada abad 18 dan 19 yaitu mengundang tenaga kerja dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

2 sendiri karena gaji yang terlalu rendah bagi mereka. Akibatnya beberapa negara mengadopsi kebijakan untuk memfasilitasi migrasi tenaga kerja salah s

2 sendiri karena gaji yang terlalu rendah bagi mereka. Akibatnya beberapa negara mengadopsi kebijakan untuk memfasilitasi migrasi tenaga kerja salah s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat, Ketua Umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) yaitu Bapak Suryo

Lebih terperinci

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA Ir. Djuharsa M.D, MM KEPALA BADAN LITBANG DAN INFOMASI A G E N D A I. PROFIL PEKERJAAN LAYAK INDONESIA II. PERBANDINGAN RTKN DAN PROFIL DW INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kontribusi Dana Remitan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dalam. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kabupaten Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. Kontribusi Dana Remitan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dalam. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kabupaten Tulungagung BAB V PEMBAHASAN Kontribusi Dana Remitan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dalam Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kabupaten Tulungagung Walaupun sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya ditentukan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang hidup mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean lainnya telah memasuki babak baru perekonomian yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke empat di Dunia. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. ke empat di Dunia. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke empat di Dunia. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 255.993.674 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Remitan Dan Alasan Melakukan Mobilitas Internasional Menurut Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

Pemanfaatan Remitan Dan Alasan Melakukan Mobilitas Internasional Menurut Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik PEMANFAATAN REMITAN DAN ALASAN MELAKUKAN MOBILITAS INTERNASIONAL MENURUT KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK 1. Evy Rohmawati 2. Ketut Prasetyo S1 Pendidikan Geografi,

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah latar belakang fomal, bagian kedua adalah latar belakang material. Penjelasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*) PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Oleh: Iwan Setiawan*) ABSTRAKS Indonesia sedang dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan memberikan sumbangan devisa negara yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan memberikan sumbangan devisa negara yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, namun jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia bagi tenaga kerja sangatlah minim. Tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sekarang ini sedang mengalami berbagai persoalan di berbagai bidang kehidupan, di bidang pembangunan yang dibarengi dengan proses perubahan

Lebih terperinci