V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi
|
|
- Siska Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata. Berdasarkan Sensus Penduduk dan Survei Penduduk Antar Sensus yang diperlihatkan pada Tabel 8 dan Tabel 9, tidak ada satu pulaupun yang tidak mengalami migrasi penduduk, baik migrasi masuk maupun migrasi keluar. Bab ini memaparkan arus migrasi seumur hidup di Indonesia dan melihat perkembangannya selama periode Arus Migrasi Masuk Tabel 8 memperlihatkan jumlah dan rata-rata pertumbuhan migrasi masuk seumur hidup menurut pulau tahun Tabel tersebut memperlihatkan adanya peningkatan jumlah migrasi masuk pada setiap pulau dari tahun ke tahun. Arus migrasi masuk terbanyak menuju ke Pulau Jawa yaitu sekitar persen dari total migran masuk seumur hidup pada setiap pulau di Indonesia, selanjutnya menuju ke Sumatera yaitu 33 persen. Tingginya jumlah migrasi masuk ke Jawa disebabkan oleh pola migrasi di Indonesia yang bersifat Jawa sentris, artinya sebagian besar migran dari seluruh wilayah Indonesia menuju ke Jawa dan sebagian besar migran dari Jawa juga menuju ke wilayah Pulau Jawa juga, terutama terpusat ke kota-kota besar (kota metropolitan). Selain itu tingginya arus migrasi ke Jawa juga disebabkan tingginya perkembangan pembangunan ekonomi, teknologi dan infrastruktur di
2 132 pulau tersebut. Kondisi ini ditambah lagi dengan berkembangnya fasilitas pendidikan, kesehatan, pariwisata dan aspek sosial lainnya di pulau tersebut, sehingga menjadi dayatarik yang cukup kuat bagi penduduk luar Jawa untuk migrasi ke pulau tersebut (Firman, 2000). Tabel 8. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Masuk Seumur Hidup Menurut Pulau Tahun Pulau Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Pulau Lain Migrasi Masuk (000 Orang) Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Masuk (%) Sumber : Depnakertrans dan BPS (diolah) Perubahan pola mobilitas pada masa yang akan datang sangat tergantung pada perkembangan wilayah di luar Jawa. Bila dimasa yang akan datang wilayahwilayah tersebut dapat mengembangkan kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya, maka diharapkan dapat menjadi penarik bagi mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, seperti Riau dan Kalimantan Timur atau Irian Jaya diharapkan dapat menyeimbangkan mobilitas penduduk yang selama ini sangat terpusat pada kota-kota besar di Pulau Jawa. Hal ini tidak terjadi secara otomatis, sangat bergantung pada keberhasilan pengembangan wilayah dan kota (permukiman). Oleh karena itu untuk mencapai mobilitas penduduk yang lebih seimbang, sangat tergantung pada program pengembangan wilayah dan perkotaan di luar Jawa (Firman, 2000). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Tabel 8 memperlihatkan meskipun jumlah migrasi masuk terus meningkat, tetapi rata-rata angka pertumbuhan
3 133 migrasi masuk pada setiap pulau selama periode mengalami penurunan. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan pembangunan, yang memberi dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja pada masing-masing pulau, sehingga menurunkan keinginan migran untuk migrasi ke daerah lain. Ditinjau berdasarkan pertumbuhan setiap periode lima tahunan, pada periode 1995 hingga 2000 pertumbuhan migrasi masuk ke Sumatera dan Jawa mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar 1.69 persen dan 0.51 persen. Pertumbuhan yang negatif ini disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada periode tersebut. Sumatera dan Jawa merupakan pulau yang cukup besar terkena dampak krisis tersebut. Banyak industri-industri kecil dan menengah mengalami penurunan produksi dan bahkan ada yang harus berhenti beroperasi, akibatnya terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang menganggur pada kedua pulau tersebut. Kondisi ini menurunkan keinginan migrasi masuk ke pulau tersebut. Pada periode , pertumbuhan migrasi masuk ke Jawa dan Sumatera kembali mengalami peningkatan, hal ini berkaitan pula dengan proses pemulihan kondisi ekonomi yang semakin membaik setelah krisis ekonomi. Menurut Warsono (2005), pasca tahun 1998 pada awal terjadinya krisis ekonomi, sejenak terjadi trend arus balik migrasi, yaitu dari kota ke desa dan sebagian lagi ke luar Jawa. Mereka kembali pada kegiatan bertani atau back to nature, banyak orang kota yang berbisnis pertanian. Pola demikian tidak berlangsung lama, karena setelah pertumbuhan ekonomi global dan regional mulai membaik atau stabil, pola kaum migran kembali pada kecenderungan lama, yaitu dari daerah pedesaan ke perkotaan, dari daerah agraris ke daerah industri dan jasa.
4 134 Pada periode tersebut pertumbuhan migrasi masuk terbesar juga terjadi di Pulau Jawa yaitu 3.88 persen, kemudian diikuti Pulau Lain sebesar 2.28 persen. Sedangkan pertumbuhan migrasi masuk terkecil terjadi di Sulawesi yaitu sebesar 0.38 persen Arus Migrasi Keluar Tabel 9 memperlihatkan perkembangan jumlah dan rata-rata pertumbuhan migrasi keluar seumur hidup dari setiap pulau selama periode Tabel tersebut memperlihatkan jumlah migrasi keluar terbanyak juga berasal dari Jawa dan Sumatera. Tingginya jumlah migrasi keluar dari Pulau Jawa umumnya disebabkan oleh kebijakan transmigrasi yang ditetapkan pemerintah untuk mengatasi masalah ketimpangan distribusi penduduk di Indonesia. Sebaliknya tingginya jumlah migran keluar dari luar Jawa disebabkan oleh beberapa faktor penarik di daerah tujuan, khususnya Pulau Jawa. Tabel 9 memperlihatkan rata-rata pertumbuhan migrasi keluar terbanyak dari Sumatera dan Sulawesi terjadi pada periode yaitu sebesar 4.75 persen dan 3.32 persen. Sedangkan dari Jawa dan Kalimantan pertumbuhan migrasi keluar terbanyak terjadi pada periode Pada periode jumlah migrasi keluar dari Jawa dan Sulawesi mengalami pertumbuhan yang negatif, masing-masing persen dan persen. Sama halnya dengan migrasi masuk, pertumbuhan negatif migrasi keluar pada periode ini disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun Sedangkan pertumbuhan migrasi keluar negatif pada Pulau Lain justru terjadi pada periode
5 135 Tabel 9. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar Seumur Hidup Menurut Pulau Tahun Pulau Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Pulau Lain Migrasi Keluar (000 Orang) Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar (%) Sumber : Depnakertrans dan BPS (diolah) Jika dibandingkan antara pertumbuhan migrasi masuk yang diperlihatkan pada Tabel 8 dengan pertumbuhan migrasi keluar yang diperlihatkan pada Tabel 9, maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan migrasi masuk ke Jawa lebih besar dari pertumbuhan migrasi yang keluar dari Jawa, kecuali pada periode , dimana pada periode tersebut pertumbuhan migrasi masuk sama dengan pertumbuhan migrasi keluarnya Migrasi Internasional Rendahnya penyerapan tenaga kerja di dalam negeri telah mendorong tenaga kerja untuk mencari dan memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri, karena tingkat upah yang ditawarkan biasanya lebih baik dibandingkan dengan upah pekerjaan sejenis di dalam negeri. Selain itu, tekanan untuk mencari kerja di luar negeri makin diperkuat dengan kenyataan bahwa surplus tenaga kerja unskilled kian meningkat. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung dan menjadi pilihan para pencari kerja sepanjang kondisi perekonomian Indonesia masih belum mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang ada.
6 136 Kenyataannya sulit untuk menemukan angka pasti jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja diluar negeri, terlebih besarnya jumlah pekerja ilegal. Namun dapat dipastikan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 10 menunjukkan jumlah dan pertumbuhan tenaga kerja migran dari setiap pulau di Indonesia yang bekerja di Malaysia, Singapura, Hongkong, Arab Saudi dan negara-negara tujuan lainnya. Tabel 10 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja migran setiap pulau yang bekerja di luar negeri selama periode Dilihat dari negara tujuan, maka negara tujuan yang paling diinginkan oleh migran internasional Indonesia adalah Malaysia, kemudian Arab Saudi. Menurut Darwis (2004), banyak faktor yang menentukan negara Malaysia menjadi pilihan pekerja migran Indonesia. Secara geografis, Malaysia merupakan negara tetangga terdekat Indonesia. Hubungan transportasi lebih mudah, murah dan cepat. Beberapa pelabuhan di Indonesia merupakan pintu gerbang keluar masuk pekerja Indonesia untuk mencapai daerah tujuan di Malaysia, seperti Batam dan Tanjung Pinang di Sumatera, Entikong di Kalimantan Barat serta Nunukan di Kalimantan Timur. Disamping itu masyarakat kedua negara samasama berasal dari rumpun suku Melayu dengan bahasa yang mirip dan sejak dulu sudah memiliki hubungan sosial budaya yang erat, sehingga memudahkan dalam berinteraksi. Tenaga kerja migran yang bekerja ke Timur Tengah, meskipun memiliki agama yang sama, tetapi menghadapi masalah adaptasi karena perbedaan bahasa dan latar belakang sosial budaya yang mencolok. Jika ditinjau dari jumlah tenaga kerja migran berdasarkan daerah asal, Tabel 10 memperlihatkan bahwa tenaga kerja migran internasional terbesar berasal dari Pulau Jawa, kemudian disusul oleh Kalimantan dan Sumatera. Tetapi
7 137 jika dilihat dari pertumbuhannya selama periode 1985 hingga 2005, peningkatan pengiriman jumlah migran internasional terbesar berasal dari Sumatera, dengan persentase pertumbuhannya sebesar persen. Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional Menurut Pulau dan Negara Tujuan Tahun Pulau Sumatera Tahun Malaysia (Orang) Singapura (Orang) Negara Tujuan Hongkong Arab (Orang) Saudi Negara Lain (Orang) Total (Orang) (Orang) r (%) Jawa r (%) Kalimantan r (%) Sulawesi r (%) Pulau Lain r (%) Indonesia r (%) Keterangan : r adalah rata-rata pertumbuhan migran pertahun Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
8 138 Berbeda dengan pulau di luar Jawa, negara tujuan migran internasional paling diminati oleh tenaga kerja migran internasional asal Jawa adalah Arab Saudi. Rata-rata lebih dari 63 persen dari total migran internasional asal Jawa setiap periode bekerja di Arab Saudi, bahkan pada periode 1985, sekitar 99 persen dari migran ini bekerja di negara tersebut. Karakteristik tenaga kerja migran asal Jawa yang bekerja di Arab Saudi umumnya didominasi oleh pekerja perempuan sebagai penata laksana rumah tangga. Kalimantan merupakan negara pengirim tenaga kerja migran terbanyak setelah Jawa. Negara tujuan yang paling diminati oleh migran asal Kalimantan adalah Malaysia dengan pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar persen, kemudian Hongkong, Singapura dan arab Saudi dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya masing-masing persen, persen dan 5.60 persen. Tingginya minat masyarakat Kalimantan untuk menjadi tenaga kerja migran di Hongkong disebabkan oleh tingginya upah pekerja di Hongkong dibandingkan upah di negara lain. Sulawesi merupakan daerah yang paling sedikit mengirim tenaga kerja migran. Umumnya tenaga kerja migran asal Sulawesi ini berasal dari Makasar. Tetapi jika dilihat dari persentase pertumbuhan jumlah migran internasional asal Sulawesi (Tabel 10), jumlah migran internasional asal daerah tersebut meningkat cukup cepat, dimana rata-rata pertumbuhannya ke Malaysia, Singapura, Hongkong dan Arab Saudi masing-masing persen, persen, persen, dan 5.60 persen. Persentase pertumbuhan tersebut memperlihatkan bahwa Malaysia merupakan negara tujuan utama migran internasional asal Sulawesi. Demikian juga halnya dengan migran internasional asal Pulau Lain, negara tujuan migran asal pulau tersebut juga Malaysia, dengan persentase pertumbuhan
9 139 rata-rata pertahun sebesar persen. Sedangkan Hongkong merupakan negara yang kurang diminati oleh tenaga kerja migran asal Pulau Lain, dimana pertumbuhan pertahun sebesar 5.60 persen. Pengiriman tenaga kerja migran internasional akan memberikan sumbangan devisa yang besar bagi negara melalui remittances yang dikirimkan tenaga kerja tersebut kepada keluarganya. Berdasarkan Tabel 11 diperlihatkan bahwa selama periode , peningkatan jumlah migran internasional setiap pulau diikuti pula dengan meningkatnya jumlah penerimaan devisa pada masingmasing pulau tersebut. Jumlah sumbangan devisa tertinggi diperoleh dari kiriman remittances migran internasional asal Jawa, dimana pada tahun 2005, jumlah remittancess yang dikirim oleh migran asal Jawa sebesar 1.7 milyar US dollar yang diperoleh dari orang migran. Pada tahun yang sama, migran internasional asal Kalimantan mampu mengirim remittances sebesar juta US dollar dari orang migran. Sedangkan Sumatera dan Pulau Lain mengirim remitancess sebesar 361 juta US dollar dan juta US dollar. Diantara lima pulau besar di Indonesia, Sulawesi merupakan pengirim migran internasional paling sedikit, dimana pada tahun 2005, Sulawesi hanya mengirim 1454 orang migran dengan perolehan devisa dari migran tersebut sebesar 8.9 juta US dollar. Oleh karena itu Indonesia memperoleh manfaat dari migran internasional sebesar 2.9 milyar US dollar. Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah sebaiknya memberi perhatian khusus kepada migran internasional atas jasa yang mereka berikan pada perekonomian Indonesia. Menurut Irawan (2002), pertumbuhan ekonomi positif Indonesia saat ini terjadi karena kontribusi terbesar dari konsumsi domestik, dimana dana remittances yang langsung atau tidak langsung digunakan untuk
10 140 konsumsi domestik, telah membantu pertumbuhan ekonomi positif Indonesia pada era reformasi. Artinya, tenaga kerja migran secara tidak langsung telah membantu pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif melalui komponen konsumsi, pada saat komponen pertumbuhan lain seperti investasi dan ekspor sedang menurun. Tabel 11. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional dan Penerimaan Devisa (Remittances) Menurut Pulau Tahun Pulau Tahun Jumlah TKI (Orang) Sumatera Jumlah Devisa (000 US $) r (%) Jawa r (%) Kalimantan r (%) Sulawesi r (%) Pulau Lain r (%) Indonesia r (%) Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
11 141 Setiap tahun pemerintah menargetkan untuk meningkatkan jumlah pengiriman dan penempatan tenaga kerja migran di luar negeri yang bertujuan untuk menambah devisa negara. Dalam program Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah , pemerintah menargetkan peningkatan ekspor tenaga kerja migran menjadi 1 juta orang per tahun hingga Demikian pula target negara tujuan bakal diperluas dari 11 negara menjadi 25 negara. Adapun perolehan devisa ditargetkan meningkat dari sekitar Rp 186 triliun tahun 2009.Namun upaya dan target peningkatan ekspor tenaga kerja migran ini tidak diimbangi dengan perbaikan sistem layanan pengiriman, penempatan dan perlindungan TKI oleh negara (Subkhan, 2007) Subkhan (2007) juga menyatakan lemahnya perlindungan tenaga kerja tersebut di luar negeri disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pertama pemerintah belum membuat nota kesepahaman G to G (Goverment to Goverment) dengan negara-negara tujuan. Dari 16 negara penerima TKI pada tahun 2006, Indonesia baru menandatangani MoU dengan lima negara, yakni Malaysia, Korea, Kuwait, Taiwan, dan Jordania. Sementara dengan negara lain, termasuk Arab Saudi yang menjadi negara tujuan terbesar tenaga kerja migran, belum ada. Sebagai perbandingan, Filipina pada tahun 2004, sudah memiliki perjanjian dengan 12 negara tujuan pekerja migrannya, termasuk dengan negara-negara Timur Tengah dan negara maju, seperti Swiss, Inggris, dan Norwegia. Adanya MoU antara dua negara bisa menjadi dasar bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan tindakan yang diperlukan jika ada tenaga kerja yang mendapatkan perlakuan tidak adil di negara tujuan. Kedua, minimnya perhatian pemerintah, khususnya kedutaan besar dalam memberikan perlindungan pada tenaga kerja migran. Kurangnya perhatian
12 142 tersebut ditunjukkan oleh tidak adanya atase ketenagakerjaan di negara tujuan. Keberadaan atase ketenagakerjaan memang sangat membantu, tetapi juga tidak otomatis menyelesaikan masalah. Pengiriman tenaga kerja migran umumnya dilakukan agen perorangan dan PJTKI yang lebih mengutamakan keuntungan dibandingkan kesejahteraan tenaga kerja tersebut. Akibatnya, tenaga kerja yang dikirim hanya dilengkapi paspor dan visa kunjungan, tanpa adanya visa kerja seperti disyaratkan bagi setiap pekerja asing. Selanjutnya minimnya penyadaran, pengawasan, dan penegakan hukum dari berbagai instansi terkait terhadap mereka yang melakukan pelanggaran selama perekrutan hingga pengiriman tenaga kerja migran tersebut. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja migran juga merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pemerintah memperhatikan tenaga kerja migran tersebut, karena mereka tidak memahami hak dan kewajibannya sebagai pekerja asing di luar negeri. Jika pemerintah ingin melindungi tenaga kerja migran, yang dapat dilakukan adalah: pertama, melakukan pembenahan sejak proses perekrutan. Pada tahap ini sebaiknya dilakukan penertiban terhadap agen tenaga kerja yang beroperasi dari desa ke desa. Perekrutan tenaga kerja migran hanya boleh dilakukan petugas resmi PJTKI. Kedua, PJTKI diwajibkan memberikan pelatihan terhadap setiap tenaga kerja migran yang akan dikirim ke luar negeri, termasuk melakukan perjanjian kerja sama dengan perusahaan di luar negeri yang membutuhkan mereka. Ketiga, pemerintah sebaiknya juga melakukan penyederhanaan dan perampingan birokrasi penempatan tenaga kerja tersebut di luar negeri.
13 Perkembangan Migrasi Internal dan Internasional dan Angkatan Kerja Indonesia Berbagai masalah ketenagakerjaan di Indonesia dimulai dari masalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja. Kondisi surplus tenaga kerja di Indonesia sebenarnya telah terjadi sejak sebelum krisis ekonomi. Sebagai konsekuensi terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan, penawaran tenaga kerja (tenaga kerja baru dan pengangguran) meningkat cepat dibandingkan dengan permintaan yang semakin menurun. Penawaran tenaga kerja baru dapat berasal dari jumlah angkatan kerja penduduk setempat yang terus meningkat, dapat juga disebabkan oleh jumlah migran yang masuk ke daerah tersebut. Migrasi merupakan penyebab pasar kerja berjalan tidak normal. Kondisi yang dihadapi adalah berlebihnya tenaga kerja yang tersedia sedangkan kesempatan kerja sangat terbatas, akibatnya tenaga kerja yang ada akan keluar dari wilayah tersebut. Sebaliknya apabila tenaga kerja yang tersedia sangat terbatas sedangkan kesempatan kerja sangat besar akan menyebabkan masuknya tenaga kerja dari wilayah lain. Migrasi keluar terdapat pada darah-daerah industri yang mengalami stagnasi atau daerah-daerah kurang berkembang. Tabel 12 memperlihatkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja di Sumatera pada periode dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 2.77 persen. Ditinjau dari persentase jumlah migrasi masuk terhadap jumlah angkatan kerja di pulau tersebut, dapat dilihat adanya penurunan persentase migrasi masuk terhadap angkatan kerja. Tahun 1985, sekitar 25.2 persen dari angkatan kerja merupakan migran masuk, kemudian persentasenya terus menurun hingga tahun 2005, dimana 17.8 persen dari jumlah tenaga kerja di Sumatera adalah migran masuk.
14 144 Tabel 12. Jumlah Migran Internal dan Internasional, Angkatan Kerja Menurut Pulau di Indonesia Tahun Pulau Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Tahun Migran Internal (000 Orang) Migrasi Migrasi Masuk Keluar Migran Internasional (Orang) Angkatan Kerja (Orang) Persentase Migran Masuk terhadap Angkatan Kerja (%) Persentase Migran Keluar Terhadap Angkatan Kerja (%) Persentase Migran Internasional terhadap Angkatan Kerja (%)
15 145 Tabel 12. Lanjutan Pulau Pulau Lain Indonesia Tahun Migran Internal (000 Orang) Migrasi Migrasi Masuk Keluar Migran Internasional (Orang) Angkatan Kerja (Orang) Persentase Migran Masuk terhadap Angkatan Kerja (%) Persentase Migran Keluar Terhadap Angkatan Kerja (%) Persentase Migran Internasional terhadap Angkatan Kerja (%) Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
16 146 Kondisi berbeda terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Pulau Lain, dimana persentase migran masuk terhadap angkatan kerja masing-masing pulau mengalami peningkatan. Tabel 12 menunjukkan pada tahun 1985 persentase jumlah migran masuk ke Jawa, Kalimantan, dan Pulau Lain terhadap jumlah angkatan kerja masing-masing pulau tersebut sebesar 11.4 persen, 21.8 persen, dan 7.4 persen. Tetapi pada tahun 2005, persentase jumlah migran masuk ke masing-masing pulau tersebut terhadap angkatan kerjanya berturut-turut sebesar 16.8 persen, persen, dan 9.7 persen. Tabel 12 juga memperlihatkan persentase jumlah migrasi keluar terhadap angkatan kerja pada masing-masing pulau. Migrasi keluar akan mempengaruhi jumlah angkatan kerja masing-masing pulau, dimana semakin tinggi jumlah migran yang keluar dari masing-masing pulau, maka akan mengurangi jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa persentase migran keluar terhadap angkatan kerja pada periode mengalami penurunan pada Pulau Jawa dan Sulawesi, dimana tahun 1985 persentase migran keluar dari Jawa dan Sulawesi terhadap angkatan kerjanya masing-masing 9.1 persen dan 15.3 persen. Sedangkan tahun 2005 persentase tersebut mengalami penurunan menjadi 8.9 persen untuk Jawa dan 12.4 persen untuk Sulawesi. Alisadono et al. (2006) menyatakan bahwa penurunan persentase migran keluar dari Jawa terhadap angkatan kerja disebabkan pada tahun tersebut adanya program pemerintah untuk memberangkatkan 750 ribu kepala keluarga transmigran. Sementara untuk pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Lain, persentase migrasi keluar terhadap jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut pada periode , hanya sedikit mengalami perubahan. Kondisi ini
17 147 menunjukkan peningkatan jumlah migran yang keluar seiring dengan peningkatan angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut. Migrasi internasional merupakan salah satu cara bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah pengangguran dalam negeri. Tabel 12 memperlihatkan pada periode , persentase migran internasional terhadap jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat peningkatan persentase migran internasional asal Kalimantan terhadap angkatan kerjanya yang lebih besar dibandingkan pulau-pulau lainnya. Kondisi ini menunjukkan migrasi internasional di Kalimantan dapat mengatasi masalah pengangguran di Kalimantan Perkembangan Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional dan Perekonomian Indonesia Pendapatan migran baik internal maupun internasional akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Menurut Carling (2004), pendapatan migran akan digunakan oleh keluarganya untuk konsumsi pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Carling juga menyatakan jika pendapatan migran tersebut tidak seluruhnya dikonsumsi, maka bagian pendapatan tersebut akan digunakan untuk investasi atau ditabung. Pendapatan yang ditabung pada lembaga-lembaga keuangan formal, akan dimanfaatkan investor untuk melakukan investasi. Akhirnya peningkatan konsumsi dan investasi ini akan berpengaruh terhadap peningkatan produk domestik regional bruto. Tabel 13 memperlihatkan perkembangan pendapatan migran internal, devisa dari migran internasional, dan persentasenya terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik regional bruto masing-masing pulau di Indonesia.
18 148 Tabel tersebut memperlihatkan pada periode , persentase pendapatan migran internal di Sumatera terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik regional bruto di pulau tersebut mengalami penurunan. Tahun 1985 persentase pendapatan migran internal terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 20.4 persen, dan terhadap produk domestik regional bruto sebesar 9.24 persen. Sedangkan pada tahun 2005 turun menjadi 11.4 persen untuk konsumsi rumah tangga dan 8.2 persen untuk produk domestik regional bruto. Sebaliknya persentase devisa dari migran internasional terus meningkat terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik regional bruto di Sumatera, dimana pada tahun 1985 sebesar 0.08 persen terhadap konsumsi rumah tangga, dan 0.04 persen terhadap produk domestik regional bruto. Pada tahun 2005 persentase tersebut meningkat masing-masing menjadi 0.94 dan 0.67 persen. Dari kelima pulau yang diteliti, pendapatan migran internal di Kalimantan cukup berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik regional bruto di pulau tersebut. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya nilai persentase pendapatan migran internal terhadap kedua variabel makroekonomi tersebut dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Demikian juga halnya dengan devisa dari migran internasional di pulau tersebut. Tabel 13 juga memperlihatkan persentase pendapatan migran internal dan internasional di Jawa terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik regional bruto pulau tersebut mengalami peningkatan pada periode Persentase pendapatan migran internal terhadap konsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada tahun 1995, yaitu sebesar persen. Sedangkan persentase devisa dari migran internasional terhadap konsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 1.15 persen.
19 149 Tabel 13. Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional, Konsumsi Rumah Tangga dan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pulau di Indonesia Tahun Pulau Tahun Pendapatan Migran Internal (Milyar Rupiah) Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Devisa Migran Internasional (Milyar rupiah) Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rp) Produk Domestik Regional Bruto (Milyar Rp) Persentase Pendapatan Migran Internal Terhadap Konsumsi Rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto (%) Konsumsi PDRB Rumah Tangga Persentase Devisa Migran Internasional terhadap Konsumsi Rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto (%) Konsumsi PDRB Rumah Tangga
20 150 Tabel 13. Lanjutan Pulau Tahun Pendapatan Migran Internal (Milyar Rupiah) Pulau Lain Indonesia Devisa Migran Internasional (Milyar Rupiah) Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto (Milyar Rupiah) Persentase Pendapatan Migran Internal Terhadap Konsumsi Rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto (%) Konsumsi PDRB Rumah Tangga Persentase Devisa Migran Internasional terhadap Konsumsi Rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto (%) Konsumsi PDRB Rumah Tangga Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
21 151 Secara keseluruhan, persentase pendapatan migran internal di Indonesia terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik bruto mengalami fluktuasi, dimana persentase tersebut mengalami penurunan pada periode 1990 dan 1995, tapi kemudian meningkat kembali pada periode 2000 dan Persentase devisa dari migran internasional Indonesia terhadap konsumsi rumah tangga dan produk domestik bruto mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2000, dimana persentase devisa dari migran internasional terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia sebesar 2.76 persen, sedangkan terhadap produk domestik bruto sebesar 1.84 persen. Namun pada tahun 2005, persentase devisa dari migran internasional terhadap konsumsi dan produk domestik bruto mengalami penurunan, tetapi persentase penurunannya masih berada diatas persentase devisa pada periode
I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan
300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Negara (AKAN)
Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciLembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN
Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN Oleh: Chitrawati Buchori dan Mia Amalia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan sesuai dengan Undang-undang
Lebih terperinciBAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)
104 BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN 4.1. Keadaan Umum Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) dan 98-100 o Bujur Timur (BT), merupakan bagian dari
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan
41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang sangat besar, hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang menduduki peringkat ke empat di dunia dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciKemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro
Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Pendahuluan Kemandirian ekonomi semestinya didefinisikan secara fleksibel dan bersifat dinamis. Kemandirian lebih dilihat dari kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan stabilnya kondisi harga dan terbukanya kesempatan peningkatan pembangunan yang luas, baik berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,
Lebih terperinciGrafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara
RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi
Lebih terperinciBab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian
12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciperan menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi di suatu daerah. Secara umum penduduk berperan sebagai input produksi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciMASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. X, 1 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Arus globalisasi ekonomi dan proses liberalisasi perdagangan merupakan kenyataan yang saat ini semakin berkembang dari segi globalisasi produksi sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 23/05/73/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 19/04/73/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 42/08/73/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan efisiensi produksi. Hal ini berarti pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 54/10/73/Th. X, 3 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciP D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membuat perekonomian di berbagai negara menjadi terbuka. Keluar masuknya barang atau jasa lintas negara menjadi semakin mudah dan hampir tidak ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. pada dewasa ini, tentunya kita ketahui bahwa MEA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi merupakan faktor utama yang menuntut dunia agar dapat bersaing dalam berbagai aspek, baik teknologi, perekonomian, ilmu pengetahuan, dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
Lebih terperinci