KAJIAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN TATA GUNA LAHAN DI TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN TATA GUNA LAHAN DI TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA"

Transkripsi

1 KAJIAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN TATA GUNA LAHAN DI TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA Adi Rosadi Karyasiswa Program Magister Teknik Sipil Konsentrasi Pengelolaan Jaringan Jalan Iksanudin Karyasiswa Program Magister Teknik Sipil Konsentrasi Pengelolaan Jaringan Jalan Encep Ferry Nurdiansyah Karyasiswa Program Magister Teknik Sipil Konsentrasi Pengelolaan Jaringan Jalan viana Triwidawaty Karyasiswa Program Magister Teknik Sipil Konsentrasi Pengelolaan Jaringan Jalan Hary Bagia Karyasiswa Program Magister Teknik Sipil Konsentrasi Pengelolaan Jaringan Jalan Tri Basuki Joewono Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Abstract In the regency of Purwakarta, there are three districts (), i.e., and. The accessibility of these regions is very poor. These three districts are less developed compared with other district. Existing condition results an obstacle to economic development, government or social activity. The aim of this study is to identify the land use planning, calculate economic value of the commodity, and estimate of transportation expense. The result shows that in the Purwakarta regency, the development of these three districts are planned to receive benefit from the West Ring Road, as a way to open the isolation. The economic valuation of land use in these areas show a value not less than eight hundred billion or 14,49% from PDRB Purwakarta regency in the year The planned road is estimated will produce a transport cost saving as much as six billion rupiah. Keyword: Economic Valuation, land use PENDAHULUAN Minimnya prasarana transportasi di Kecamatatn, Kabupaten Purwakarta menyebabkan hambatan bagi kegiatan ekonomi, pemerintahan, kegiatan sosial, dan kegiatan lainnya. Sebagai contoh adalah perjalanan melalui air yang harus ditempuh oleh pegawai untuk mencapai kantor kecamatan. Biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan perjalanan menjadi sangat mahal. Akibat prasarana transportasi yang sangat terbatas, masyarakat setempat kesulitan menjual hasil bumi keluar wilayah dan. Di sisi lain, hasil pertanian dan perkebunan milik masyarakat hanya dapat dikonsumsi sendiri oleh masyarakat, sehingga harga jualnya rendah. Di samping sebagai daerah pertanian dan perkebunan, daerah sekitar waduk juga merupakan penghasil pohon bambu. Minimnya prasarana transportasi membuat biaya transportasi jauh lebih mahal dari harga bambunya sendiri. Prasarana jalan sangat diperlukan, tetapi di sisi lain, wilayah merupakan daerah yang perlu dipelihara sebagai daerah konservasi demi menjaga ketersediaan air untuk waduk. 875

2 Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah merencanakan pembangunan jalan yang melintasi,, dan. Nilai ekonomi berdasarkan tataguna lahan yang ada di ketiga kecamatan tersebut adalah merupakan bagian yang menarik untuk dikaji sebagai dasar pengembangan nilai ekonomi dan pengembangan prasarana transportasi di wilayah itu. Adapun tujuan kajian ini adalah: a. Mengidentifikasi Rencana Tata Ruang dan rencana akses yang dibuat Pemerintah Kabupaten Purwakarta. b. Menghitung nilai ekonomi eksisting berdasarkan tata guna lahan di,, dan, yang meliputi: nilai pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan, dan perhutanan. c. Menghitung surplus dan defisit produksi komoditas d. Mengestimasi biaya transportasi nilai ekonomi sektor pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan, dan perhutanan pada kondisi eksisting dan pada kondisi prasarana transportasi dikembangkan. PENATAGUNAAN LAHAN Guna lahan perlu ditata agar antar guna lahan yang berdekatan dapat saling menunjang dan tidak saling menganggu, misalnya industri dekat permukiman; tempat pembuangan sampah akhir dekat permukiman. Penempatan guna lahan tertentu dapat berlokasi lebih tepat, misalnya perdagangan di pusat kota, sedangkan permukiman di sekitarnya agar belanja sama dekatnya dari semua asal perjalanan. Sebaran guna lahan diatur sedemikian rupa, sehingga mempunyai pengaruh terbaik bagi transportasi. Teori guna lahan yang berorientasi pada transportasi (Wingo, 1961) merujuk pada teori ekonomi, yaitu keseimbangan antara kemampuan membayar transportasi dengan nilai lahan (akibat fungsi jarak ke pusat kota). Lokasi yang jauh, maka nilai lahannya menjadi murah tetapi biaya angkutan mahal. Metode penilaian melalui biaya pengadaan hampir sama dengan penilaian melalui biaya perjalanan. Biaya merupakan korbanan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian biaya pengadaan dapat diartikan sebagai korbanan yang dilakukan sebagai usaha untuk mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Korbanan tersebut dapat dijadikan pendekatan dalam menentukan nilai suatu barang atau jasa. Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar (willingness to pay), yang diartikan sebagai jumlah korban yang bersedia dibayarkan konsumen untuk tiap tambahan sesuatu yang dikonsumsi (Davis dan Johnson, 1987). DESKRIPSI DATA Dari segi kebijakan melalui RTRW, Propeda, dan RUJTJ, Pemerintah Kabupaten Purwakarta memandang penting untuk meningkatkan jalan di koridor --. Walaupun kajian yang ada adalah sangat minim, namun rencana Jalan Lingkar barat akan direalisasikan secara bertahap. Hal tersebut dibutuhkan untuk membuka keterisolasian dan dan mengeksplorasi potensi dari tata guna lahan yang ada di koridor --. Analisis nilai ekonomi dari produk tata guna lahan di 876

3 wilayah,, dan menjadi sesuatu yang menarik. Nilai Ekonomi Pertanian dan Perkebunan Setelah menghitung nilai ekonomi masing-masing produksi pertanian yang meliputi padi, palawija, sayur mayur, dan buah-buahan, maka rekapitulasi nilai ekonomi produksi pertanian dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel ini diketahui, nilai ekonomi produksi pertanian di,, dan cukup besar, yaitu mencapai Rp ,00. Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Ekonomi Produksi Pertanian Volume produksi (Ton) Jenis Komoditi Nilai Ekonomi (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1 Padi 7, , , ,775,883, Palawija 14, , , ,984,364, Sayuran 1, , ,003,817, Buah buahan 1, , , ,013,730, Jumlah Total 24, , , ,777,794, Dari sektor perkebunan,, dan merupakan penghasil cengkeh, karet, kelapa, kopi, dll. Nilai ekonomi komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel

4 Jenis Komoditi Tabel 2 Nilai Ekonomi Produksi Perkebunan Volume Produksi *) (Ton) Jumlah Produksi (Ton) Harga**) (Rp /Kg) Jumlah Harga (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3]+[4]+[5] [7] [8] = [6]*[7]* Cengkeh , ,800, Karet , ,253,385, Kelapa , ,560, Kopi , ,560, Aren , ,000, Lada 50, Kapolaga 8 Vanili , ,600, Melinjo , ,480, Kapuk , ,800, Kemiri , ,292, Pala 13 Nilam 14 Jahe , ,300, Kunir , ,120, Kencur , ,050, Jumlah Total ,607,947, *) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, 2007 **) Sumber : BPS, 2007 Nilai Ekonomi Peternakan dan Perikanan Rekapitulasi nilai ekonomi produksi peternakan dan hasilnya adalah seperti pada Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat, nilai ekonomi produksi peternakan mencapai Rp ,00. Tabel 3 Nilai Ekonomi Produksi Peternakan J enis Komoditi Volume Jumlah Jumlah Harga (R p) [1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3]+[4]+[5] [7] 1 Ternak Besar 142,86 103,51 311,09 557, ,00 2 Unggas 409,16 53,80 87,98 550, ,00 3 Telur Unggas 70,65 41,19 107,83 219, ,00 Jumlah Total 622,67 198,50 506, , ,00 *) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2007 **) Sumber : BPS, 2007 Data produksi perikanan yang tercatat hanya dihasilkan dari dan, sementara tidak menghasilkan perikanan. Nilai ekonomi produksi perikanan sangat besar, yaitu mencapai Rp Error! t a valid link.. Besaran nilai ekonomi produksi perikanan disajikan pada Tabel

5 Tabel 4 Nilai Ekonomi Produksi Perikanan. Sawah Volume Produksi Berdasarkan Tempat Pemeliharaan*) (Ton) Jaring Apung Kolam Air Kolam Air Deras Perairan Umum Jumlah (ton) Harga per kg **) (R p) Jumlah Nilai (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]= [ ] [9] [10]=[8]*[9]* , ,00 3,60 0,00 135, , , ,00 2 S ukasari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 0, ,00 0,00 0,00 45, , , ,00 J umlah 0, ,00 3,60 0,00 181, , ,00 *) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan K abupaten Purwakarta, 2007 **) Sumber : BPS, 2007 Nilai Ekonomi Perhutanan Dari PT. Perhutani (Persero) KPH Purwakarta diperoleh data produksi perhutanan kayu sekaligus dihitung nilai ekonominya. Nilai tersebut nampak seperti dijelaskan dalam Tabel 5. Produk perhutanan yang paling dominan adalah pohon bambu. Secara detail, tidak diperoleh data berapa volume yang dihasilkan dari ketiga kecamatan, namun sebagaimana dikatakan berbagai sumber bahwa produksi bambu adalah sekitar 519 per hektare per tahun, maka dari luas hutan rakyat dapat diestimasi nilai ekonomi dari produksi bambu sebagaimana pada Tabel 5. Dari Tabel 6 diperoleh total nilai ekonomi produk perhutanan adalah sebesar Rp Error! t a valid link. Tabel 5 Nilai Produksi Perhutanan Kayu Kayu Pertukangan Kayu Bakar. BKPH Jati (m 3 ) Rimba (m 3 ) Jumlah (m 3 ) Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) Jati (m 3 ) Rimba (m 3 ) Jumlah (m 3 ) Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]= [5]*[6} [8] [9] [10] [11] [12]=[10]*[11] 1 558, , , ,30 125,00 125, , ,00 Jumlah 558, , ,30 30,00 195,00 225, ,00 Jumlah Total Kayu Pertukangan + Kayu Bakar : 783,850 m 3 Rp ,30 Sumber: PT. Perhutani (Persero) KPH Purwakarta,

6 Error! t a valid. Luas Hutan Produksi *) (Ha) Produksi Bambu per hektar per tahun**) (Batang) Jumlah Produksi (Batang) Harga per batang ***) (Rp) Jumlah Nilai (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] , ,740, , ,875, , ,640, Jumlah ,451 1,632,255, link. Keterangan : *) Sumber : Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta, 2007 **) Sumber : ***) Sumber : wawancara dengan aparat setempat Rekapitulasi Nilai Ekonomi Tataguna Lahan Setelah menghitung nilai ekonomi dari bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan perhutanan, maka dibuat rekapitulasi nilai ekonomi tataguna lahan sebagaimana terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Ekonomi Tataguna Lahan Volume Produksi (Ton) Jumlah Jenis Komoditas Nilai Ekonomi (Rp) Produksi (Ton) [1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3]+[4]+[5] [7] 1 Pertanian 24, , , , ,777,794, Perkebunan ,607,947, Peternakan , ,924,339, Perikanan 21, , , ,337,200, Perhutanan *) *) *) 1,869,760, Jumlah Total 46, , , , ,517,043, *) Tidak dicantumkan karena satuannya berbeda dan beberapa produk perhutanan tidak dipisah berdasarkan kecamatan Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa total nilai ekonomi dari tataguna lahan yang meliputi empat komoditas mencapai Rp ,30. Dengan PDRB Kabupaten Purwakarta tahun 2007 sebesar Rp maka nilai ekonomi tataguna lahan,, dan dari bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan perhutanan berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Purwakarta sebesar %. ANALISIS DATA Analisis Selisih Produksi Surplus dan defisit produksi merupakan selisih antara volume produksi dengan volume konsumsi. Volume konsumsi diperoleh dengan cara mengalikan jumlah penduduk berusia 880

7 produktif, yaitu tahun, dengan tingkat konsumsi perkapita per tahun masing-masing komoditas (BPS, 2009). Komoditas yang akan dihitung nilai surplus dan defisitnya adalah produksi pertanian, peternakan, dan perikanan. Sedangkan produksi perkebunan dan perhutanan tidak dihitung karena produknya tidak dapat dikonsumsi langsung dan perlu diolah terlebih dahulu sedangkan di ketiga kecamatan yang dikaji, tidak terdapat industri pengolahan yang memadai. Hasil perhitungan volume surplus dan defisit produk pertanian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 memperlihatkan volume produksi beberapa komoditas lebih kecil dari volume konsumsinya sehingga kecamatan yang bersangkutan mengalami defisit terhadap produk tersebut. Produk yang mengalami defisit terutama beberapa komoditas sayuran dan buahbuahan. Hasil perhitungan volume surplus dan defisit produk peternakan dapat dilihat pada Tabel 9. Dari Tabel tersebut diketahui, produk daging mengalami surplus di ketiga kecamatan yang dikaji. Untuk produk telur, mengalami defisit. Perhitungan selengkapnya volume surplus dan deficit Produksi Perikanan dapat dilihat pada Tabel 10. Dari tabel tersebut diketahui bahwa di dan mengalami surplus, sedangkan di mengalami defisit. Tabel 8 Volume Surplus dan Defisit Produk Pertanian Jenis Komoditi Volume Produksi*) (Ton) Jumlah Konsumsi (Ton) Surplus Produksi (Ton) Defisit Produksi (Ton) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Padi 1 Padi 7.100, , , , , ,68 Jumlah 7.100, , , , , ,87 501, , ,68 Palawija 1 Jagung 1.510,79 606, ,61 163,79 40,88 82, ,99 565, ,09 2 Kedelai 13,00 999,90 17,12 2,05 0,51 1,03 10,95 999,39 16,09 3 Kacang Tanah 132,94 19,97 53,97 40,54 10,12 20,42 92,40 9,85 33,55 4 Kacang Hijau 96,16 101,75 35,81 19,25 4,80 9,70 76,91 96,95 26,11 5 Ubi Kayu , , ,84 372,63 93,00 187, , , ,11 6 Ubi Jalar 652,77 255,38 436,98 155,60 38,84 78,39 497,17 216,55 358,58 Jumlah , , ,32 165,84 41,39 83, , , ,18 Sayuran 1 Cabe Rawit 144,50 61,83 15,43 31,15 113,35 61,83 15,43 2 Kacang panjang 1.082,10 146,10 256,40 155,60 38,84 78,39 926,50 107,26 178,01 3 Cabe Besar 76,00 227,60 60,19 15,02 30,33 60,98 197,27 60,19 4 Tomat 19,00 19,40 85,58 21,36 43,12 66,58 21,36 23,72 5 Terung 103,00 25,20 60,90 142,50 35,57 71,79 39,50 10,37 10,89 6 Ketimun 524,40 185,60 868,70 85,17 21,26 42,91 439,23 164,34 825,79 7 Kangkung 163,50 68,10 39,60 202,28 50,49 101,91 17,61 38,78 62,31 8 Bayam 6,10 12,00 183,04 45,68 92,22 176,94 45,68 80,22 Jumlah 1.898,10 501, , ,73 350, ,42 443,83 92,84 177,14 881

8 Jenis Komoditi Tabel 8 Volume Surplus dan Defisit Produk Pertanian Volume Produksi*) (Ton) Jumlah Konsumsi (Ton) Surplus Produksi (Ton) Defisit Produksi (Ton) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Buah buahan 1 Belimbing 2,50 0,80 2,50 4,26 1,06 2,15 0,35 1,76 0,26 2 Mangga 42,00 63,00 14,91 3,72 7,51 27,09 55,49 3,72 3 Rambutan 513,20 475,10 128,80 244,87 61,12 123,37 268,33 413,98 5,43 4 Duku 5,50 180,99 45,17 91,18 180,99 45,17 85,68 5 Jeruk Siam 0,30 0,30 157,57 39,33 79,38 157,57 39,03 79,08 6 Durian 10,70 78,78 19,66 39,69 78,78 8,96 39,69 7 Jambu Biji 2,60 3,60 17,50 8,60 2,15 4,33 1,45 13,17 6,00 8 Sawo 8,00 16,50 4,26 1,06 2,15 6,94 14,35 4,26 9 Pepaya 4,10 4,60 66,01 16,47 33,26 66,01 12,37 28,66 10 Pisang 387, , ,10 319,39 79,72 160,91 67, , ,19 11 Nanas 0,10 0,80 12,78 3,19 6,44 12,78 3,09 5,64 12 S alak 0,80 44,72 11,16 22,53 44,72 10,36 22,53 13 Manggis 0,60 33,99 8,48 17,12 33,99 8,48 16,52 14 Nangka 13,00 19,60 76,80 8,52 2,13 4,29 4,48 17,47 72,51 15 S irsak 2,10 17,50 33,99 8,48 17,12 0,38 33,99 6,38 16 Melinjo 5,70 16,70 3,00 33,99 8,48 17,12 8,22 28,29 14,12 17 J eruk Besar 42,00 2,10 2,20 33,99 8,48 17,12 8,01 6,38 14,92 18 J ambu Air 1,70 17,03 4,25 8,58 17,03 4,25 6,88 19 Petai 61,70 18,80 66,40 33,99 8,48 17,12 27,71 10,32 49,28 Jumlah 1.070, , ,80 403, , ,15 666,15 148,47 313,73 Jumlah Total , , , , , , ,98 241,31 490,87 *) Sumber : Dinas P ertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, 2007 Jenis Komoditi Tabel 9 Volume Surplus dan Defisit Produk Peternakan Volume Produksi*) (Ton) Jumlah Konsumsi (Ton) Surplus Produksi (Ton) Defisit Produksi (Ton) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] 1 Daging Telur Jumlah Total *) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2007 Jenis Komoditi Tabel 10 Volume Surplus dan Defisit Produk Perikanan Volume Produksi*) (Ton) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] 1 Ikan , ,35 965,96 241,09 486, , ,69 241,09 Jumlah Total , ,35 965,96 241,09 486, , ,69 241,09 *) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2007 Jumlah Konsumsi (Ton) Surplus Produksi (Ton) Defisit Produksi (Ton) Setelah menghitung volume surplus dan defisit produk pertanian, peternakan dan perikanan, maka dibuat pula rekapitulasinya. Rekapitulasi nilai volume surplus dan defisit dapat dilihat pada Tabel

9 Jenis Komoditi Tabel 11 Rekapitulasi Surplus dan Defisit Surplus Produksi (Ton) Defisit Produksi (Ton) [1] [2] [9] [10] [11] [12] [13] [14] 1 Pertanian 3.628, , , ,98 241,31 490,87 2 Peternakan 239,59 85,68 279,15 68,98 3 Perikanan , ,69 241,09 Jumlah , , , ,96 482,40 490,87 Jumlah Total , ,23 *) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, 2007 Dengan adanya beberapa produk mengalami surplus dan sebagian lagi mengalami defisit untuk masing-masing kecamatan, artinya sebagian komoditas dapat diangkut ke luar wilayah untuk mencari pasar yang lebih baik sebagian lagi justru harus didatangkan karena wilayah yang bersangkutan kekurangan akan komoditas tersebut. Perhitungan Biaya Angkutan Satuan Perhitungan biaya angkutan pada jalan yang sudah ditingkatkan adalah seperti Tabel 12. Biaya satuan yang dihasilkan dianggap sama untuk komoditas yang satuannya sama. Dalam kenyataannya, harga angkutan untuk beras mungkin berbeda dengan harga angkutan untuk buah-buahan, namun dalam analisis ini harga satuannya dianggap sama. Untuk angkutan bambu, dari hasil wawancara disebutkan biaya angkut ke pusat kota Purwakarta pada kondisi saat ini adalah sebesar Rp 2500 /batang untuk dan Rp 3000 /batang untuk. Pada kondisi jaringan jalan yang dikembangkan, dengan perhitungan yang sama dengan Tabel 12, biaya angkut bambu seperti pada Tabel 13. Tabel 12 Biaya Angkutan Per Ton Kec Biaya Sewa Mobil Per jam Biaya BBM per jam Biaya kendaraan per jam Jarak Tempuh Kecepatan rata rata kendaraan Waktu tempuh Lama bongkar muat Total waktu sewa Biaya Angkutan per Ton (R p) (R p) (R p) (km) (km/jam) (jam) (jam) (jam) (R p) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]=[6]/[7]x2 [9] [10] [11]=[5] x [10] / , , ,50 8,00 30,00 0,53 2,00 2, ,25 2 S ukasari , , ,50 30,00 30,00 2,00 2,00 4, , , , ,50 41,00 30,00 2,73 2,00 4, ,13 Tabel 13 Biaya Angkutan Bambu Per Batang pada Kondisi Jalan Sudah Dikembangkan Kec Biaya Sewa Mobil Per jam Biaya BBM per jam Biaya mobil per jam Jarak Kecepatan Tempuh rata rata kendaraan Waktu tempuh Lama bongkar muat Total waktu sewa Kapasitas Angkut Biaya Angkutan per Batang (R p) (R p) (R p) (km) (km/jam) (jam) (jam) (jam) (Batang) (R p) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]=[6]/[7]x2 [9] [10] [11] [12]=[5]x[10]/[11] , , ,50 8,00 30,00 0,53 2,00 2, S ukasari , , ,50 30,00 30,00 2,00 2,00 4, , , ,50 41,00 30,00 2,73 2,00 4,

10 Perhitungan Biaya Transportasi Volume yang diangkut adalah volume komoditas yang akan diangkut ke luar wilayah dengan tujuan untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih besar, ditambah volume komoditas yang didatangkan dari luar wilayah karena produksi setempat lebih kecil dari jumlah konsumsi (lihat Tabel 14). Untuk produk pertanian, peternakan, dan perikanan, volume yang diangkut adalah volume surplus produksi ditambah volume defisit produksi. Sedangkan untuk produk perkebunan dan perhutanan, volume yang diangkut adalah volume produksi karena produk perkebunan dan perhutanan diasumsikan diangkut ke luar wilayah untuk diolah mengingat di wilayah kajian tidak terdapat industri pengolahan yang cukup memadai. Setelah menghitung volume barang yang diangkut, maka langkah selanjutnya adalah menghitung biaya transportasi secara keseluruhan pada masing-masing kecamatan. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 15. Dari Tabel 3.15 diketahui jumlah biaya transportasi komoditas baik yang keluar maupun masuk pada kondisi jaringan jalan seperti sekarang mencapai Rp ,20. Sedangkan jika jaringan jalan ditingkatkan maka biaya transportasi menjadi Rp ,06 sehingga terjadi penghematan sebesar Rp ,14 atau sebesar 64.97%. Tabel 14 Volume Komoditas yang Diangkut Volume komoditas yang diangkut Jenis Komoditi Jumlah Produksi Satuan [1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3]+[4]+[5] [7] Komoditas I 1 Pertanian a. Surplus 3, , , , ton b. Defisit 1, , ton 2 Perkebunan ton 3 Peternakan a. Surplus ton b. Defisit ton 4 Perikanan a. Surplus 54, , ton b. Defisit ton Jumlah I 5, , , , Komoditas II *) 1 Perhutanan 151, , , , batang Jumlah II 151, , , , *) Penjumlahan volume surplus dari ketiga kecamatan karena ikan diangkut lewat darat dari Tabel 15 Biaya Transportasi Sebelum Pengembangan Jalan dan Estimasi Sesudah Pengembangan Jalan Volume Komoditas Satuan Sebelum Pengembangan Jalan Biaya Transportasi per ton atau per batang Jumlah Biaya Transportasi Sesudah Pengembangan Jalan Biaya Transportasi per ton atau per batang Jumlah Biaya Transportasi (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) [1] [2] [3] [4] [5] [6] = [3] x [5] [7] [8] = [3] x [7] [9] = [8] [6] 1 5, Ton 67, ,017, , ,017, , Batang 1, ,460, , ,460, , Ton 400, ,170,237, , ,115,877, ,054,360, , Batang 2, ,937, , ,974, ,963, Manis 11, Ton 400, ,789,103, , ,516,411, ,272,692, , Batang 3, ,384, , ,244, ,139, Jumlah 9,803,755, ,434,740, ,369,015, Selisih 884

11 KESIMPULAN Permasalahan aksesibilitas di dan adalah perlunya prasarana jalan. Setelah dilihat dalam RTRW Kabupaten Purwakarta, ternyata wilayah dan termasuk ke dalam daerah yang potensinya akan dikembangkan, dan untuk menunjang kebijakan itu, melalui Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan (RUJTJ) sudah direncanakan pembangunan Jalan Lingkar Barat yang melewati,, sampai ke. Nilai ekonomi tataguna lahan yang meliputi,, dan tersebut mencapai Rp ,30 dan jika dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Purwakarta tahun 2007 yang besarnya 5,7 trilyun rupiah maka nilai ekonomi tersebut dapat menyumbang 14.49%. Beberapa komoditas mengalami surplus seperti padi, kacang panjang, ketimun, atau daging, sedangkan sebagian lagi mengalami defisit, seperti tomat, terung, bayam, atau duku. Pada kondisi eksisting biaya transportasi mencapai Rp ,20 dan pada kondisi jaringan jalan telah dikembangkan biaya transportasi sebesar Rp ,06 sehingga terjadi efisiensi sebesar Rp ,14 atau sebesar 64.97%. Besarnya angka penghematan menunjukkan besarnya manfaat yang akan diperoleh dari segi ekonomi pada produk yang dihasilkan dari tataguna lahan di wilayah kajian jika jaringan jalan ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta, Purwakarta dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta, Purwakarta dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta, Purwakarta dalam Angka, Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten mor 77/KPTS/Db/1990, Jakarta, 1990 Djunaedi, Achmad. Pengenalan Tata Guna Lahan, Bahan Kuliah Universitas Mataram. Davis, L.S. and K.N. Johnson Forest Management. McGraw Hill Book Company. New York. diakses tanggal 6 Juli diakses tanggal 3 Juli diakses tanggal 6 Juli Kamarwan, Dasar-dasar Feasibility Study Jalan Raya, Jakarta Peraturan Pemerintah mor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah mor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Jakarta, 2006 PT Perhutani (Persero) KPH Purwakarta, Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Kabupaten Purwakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta, diakses tanggal 6 Juli Wingo, Transportasi dan Guna Lahan,

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN 1 IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN Benny Oksatriandhi 1, Eko Budi Santoso 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009

Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009 KAJIAN DAMPAK PENINGKATAN AKSESIBILITAS WILAYAH KECAMATAN JATILUHUR, SUKASARI DAN MANIIS AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR BARAT KABUPATEN PURWAKARTA Ida Farida, Gunawan, Oki Jaya Hernanto, Misqal Novio

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari. Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari. Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah 46 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari Kecamatan Batanghari yang merupakan lokasi penelitian ini merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN PELUANG INVESTASI : Ekstensifikasi lahan pertanian di kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Siak, seperti Kecamatan Sungai Apit dan Sungai Mandau; Cetak Sawah Baru (CSB) yang berfungsi mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta Tahun

Figur Data Kota Surakarta Tahun PERTANIAN Agriculture 5 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 132 Tanaman Pangan Produksi tanaman padi di Kota Surakarta pada tahun 2014 terjadi penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya Perikanan Tabel

Lebih terperinci

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

Programa Penyuluhan Kab.Bangka Programa Penyuluhan Kab.Bangka 2013 1 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013 Tim Penyusun, Kepala Bidang Penyuluhan Pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Koordinator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Siantar Marimbun 49,31%

Siantar Marimbun 49,31% Siantar Se 0,22% BAB IX PERTANIAN 9.1. Luas Lahan Secara umum, dari total luas lahan Kota Pematangsiantar, sebesar 2.316 ha at 28,96 persen merupakan lahan sawah, sebesar 2.205 ha atausekitar 27,58 persen

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER Penentuan Komoditi Basis Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura (Achmad Zaini) PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER (Determined bases commodities of

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN GANTI RUGI ATAS TANAMAN PADA TANAH YANG TERKENA PEMBEBASAN UNTUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 23/04/52/Th.IX, 1 April 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN MARET 2016 Penghitungan Nilai

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi

Lebih terperinci

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB V PERTANIAN A. PERTANIAN TANAMAN PANGAN Pembangunan di Sektor Pertanian khususnya Pertanian Tanaman Pangan dari tahun ke tahun terus ditingkatkan untuk dapat memelihara kemantapan swasembada pangan,

Lebih terperinci

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang Email: hamdani_af@ymail.com Abstrak Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kota Palu i STATISTIK PERTANIAN KOTA PALU 2015/2016 Katalog : 5101006.7271 ISSN : 2502-2563 No. Publikasi : 72710.1619 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : x + 39 halaman Naskah

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1102001.6271021 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA 2 RAKUMPIT DALAM ANGKA 2014 2 RAKUMPIT DALAM ANGKA 2014 No. ISSN : 2338-6738 Katalog BPS : 1102001.6271021 No. Publikasi : 62710.1409

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Ratna Nur Prihati, Darsono, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN 4.1 Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten Banyuasin Sektor ekonomi unggulan (basis) merupakan sektor yang memiliki peranan dalam suatu perekonomian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian tahun 1996-2000 merupakan kelanjutan dari seri publikasi sebelumnya, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. Mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Lampiran 1. Spesifikasi alat penggoreng vakum Spesifikasi Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Vacuum fryer Laboratorium BBIA Kapasitas 10 kg/jam 5-5.5 kg/ jam Lama proses Disesuaikan 50-75 menit Tipe

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN No. 06/02/14/Th.XII, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 105,96 atau naik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 1985 SERI B PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR 1 TAHUN 1985 (1/1985) TENTANG PUNGUTAN DAERAH DARI DINAS-DINAS

Lebih terperinci

PROPOSAL DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROPOSAL DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROPOSAL PEMBANGUNAN/REVITALISASI PASAR CPTA MULYA KECAMATAN PUTRI HIJAU, PASAR TANJUNG HARAPAN KECAMATAN ULOK KUPAI DAN PASAR AIR MURING KECAMATAN PUTRI HIJAU KABUPATEN BENGKULU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Wilayah Kabupaten Pohuwato dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No. 6 Tahun 2003

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

:// tp ht.id ps.g o m.b ja ti Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 ISBN : 2407-3164 Nomor Publikasi : 35530.1707 Katalog BPS : 5102001.35 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 29,7 cm : ix halaman

Lebih terperinci

Katalog BPS: 0200.70300 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU UTARA KECAMATAN ENGGANO DALAM ANGKA 206 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU UTARA KECAMATAN ENGGANO DALAM ANGKA 206 ISSN : No. Publikasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH BUPATI MUSI RAWAS TENTANG. dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Rawas;

PERATURAN DAERAH BUPATI MUSI RAWAS TENTANG. dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Rawas; Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMAR: 33 TAHUN 1997 TENTANG RIBUSI PANGKALAN HASIL BUMI DALAM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSU RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 POTENSI SUMBER DAYA PERTANIAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 POTENSI SUMBER DAYA PERTANIAN Tahun 9 POTENSI SUMBER DAYA BAB PERTANIAN VIII Sejak Repelita VI sebagai awal pembangunan jangka panjang, orientasi pembangunan pertanian mengalami perubahan yang mendasar dari orientasi peningkatan produksi

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN No. 20/04/14/Th.XVI, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 97,55

Lebih terperinci