BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN"

Transkripsi

1 BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN 4.1 Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten Banyuasin Sektor ekonomi unggulan (basis) merupakan sektor yang memiliki peranan dalam suatu perekonomian wilayah sehingga kemajuan dan kemunduran sektor ini akan mampu membawa pengaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut. Teori basis ekonomi yang melandasi pemahaman terhadap sektor basis dalam pembangunan wilayah dipergunakan untuk mengetahui potensi atau peranan suatu sektor dala perekonomian wilayah dan efek yang ditimbulkannya (Richardson, 2002) Aktifitas-aktifitas pada sektor basis akan menghasilkan pendapatan basis, sedangkan aktifitas-aktifitas non basis akan menghasilkan pendapatan non basisi. Penjumlahan pendapatan basisi dan non basis merupakan pendapatan total dari daerah/ wilayah yang bersangkutan (Sukirno, 1986) Implikasi dari aktifitas sektor basis adalah dengan bertambahnya aktifitas sektor basis dalam suatu daerah maka akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah tersebut, sehingga peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan sektor basis tersebut akan mengakibatkan peningkatan barang dan jasa pada daerah itu. Kabupaten Banyuasin

2 Richardson (2002), mengemukakan bahwa metode kuosien lokasi paling lazim digunakan dalam mengidentifikasi aktifitas basis dan non basis. Hal ini disebabkan karena metode ini mempunyai beberapa keabaikan, antara lain adalah: 1) modelnya sederhana, 2) memperlihatkan penjualan barang-barang antara, 3) dapat diterapkan untuk data historis guna melihat kecenderungan, 4) mudah diterapkan, dan 5) relatif murah dalam mengoperasikannya. Selain itu juga dapat dipergunakan dengan menggunakan data PDRB atau data produksi, maupun data tenaga kerja di wilayah kajian dari masing-masing sektor/subsektor yang dikaji. Melalui kajian ini dapat diketahui bahwa berdasarkan perbandingan antar sektor dan subsektor di daerah kajian terhadap perbedaan potensi berdasarkan struktur ekonomi yang ada di daerah kajian tersebut. Berikut ini hasil kajian sektor basis di Kabupaten Banyuasin tahun 2012 dengan menggunakan metode LQ: Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 Tinggi rendahnya tingkat kecukupan kebutuhan regional ditinjau dari nilai Location Quetiont (LQ) pada masing -masing sektor. Perekonomian Kabupaten Banyuasin mempunyai penopang utama di sektor primer. Nilai LQ sektor-sektor unggulan di Kabupaten Banyuasin memperlihatkan nilai yang tinggi. Beberapa sektor yang mempunyai nilai LQ diatas 1 (satu) memberikan gambaran bahwa sektor tersebut sebagai sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Banyuasin

3 regional Kabupaten Banyuasin. Secara umum nilai LQ tersebut menggambarkan bahwa sektor yang dominan tersebut merupakan penopang utama dalam men-supply kebutuhan konsumsi output sektor tersebut terhadap permintaan regional. Gambar 4.1 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012* Sumber: BPS, data diolah Nilai LQ lebih besar dari 1 (satu) secara umum berarti bahwa output sektor-sektor tersebut selain dapat mencukupi kebutuhan sendiri juga mencukupi daerah luar Kabupaten Banyuasin. Jika ditinjau berdasarkan nilai ekonomi 9 (sembilan) sektor memperlihatkan bahwa nilai LQ tertinggi berada pada kisaran nilai 1 (satu). Terdapat 3 (tiga) sektor yang mempunyai nilai tinggi atau sebagai sektor basis. Sektor yang mempunyai nilai LQ terbesar Kabupaten Banyuasin

4 pada tahun 2012 adalah sektor pertanian yang sebesar 1,83. Hal ini berarti bahwa output sektor pertanian tersebut selain dapat mencukupi permintaan regional Kabupaten Banyuasin juga diekspor keluar wilayah Banyuasin. Sejalan dengan letak geografis Kabupaten Banyuasin, secara umum sebagian besar hasil pertanian di Kabupaten Banyuasin diekspor ke Kota Palembang. Selain sebagai pusat pertumbuhan di Sumatera Selatan, Kota Palembang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuasin sehingga menjadi tujuan utama ekspor utama. Gambar 4.2 RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PENDUKUNG PELABUHAN TANJUNG API-API Kabupaten Banyuasin

5 Selanjutnya adalah sektor industri yang mempunyai nilai LQ mencapai 1,24. Sektor industri di Kabupaten Banyuasin cenderung maju seiring dengan perkembangan ekonomi regional. Letak geografis Kabupaten Banyuasin sebagai salah satu daerah penyangga Kota Palembang menempatkan Kabupaten Banyuasin sebagai salah satu tujuan investasi baru pada sektor industry. Selain hal itu faktor luas lahan yang masih besar serta keterbatasan luas Kota Palembang dalam pengembangan wilayah perindustrian sehingga menempatkan Kabupaten Banyuasin daerah utama pengembangan lokasi industri. Pembangunan infrastruktur jalan seperti daerah Tanjung api-api yang diusulkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) memberikan dampak pada tumbuh pesatnya sektor industri di daerah tersebut. (Gambar 4.2) Sektor unggulan yang mempunyai nilai LQ diatas 1 (satu) pada tahun 2012 berikutnya adalah sektor bangunan. Sektor bangunan mempunyai nilai lq sebesar 1,14. Secara umum perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari perekonomian daerah sekitarnya. Perkembangan Kota Palembang yang mempunyai kecenderungan bersifat memencar memberikan imbas besar pada pertumbuhan sektor kontruksi di Kabupaten Banyuasin. Salah satu imbasnya yaitu supply tenaga kerja di sektor bangunan berasal dari Kabupaten Banyuasin. Sedangkan beberapa sektor merupakan sektor non basis diperlihatkan dengan nilai LQ kurang dari 1 (satu). Nilai LQ yang kurang dari 1 (satu) Kabupaten Banyuasin

6 memberikan gambaran bahwa output sektor tersebut masih kurang dalam memenuhi permintaan dalam daerah. Sehingga diperlukan impor dari daerah lainnya. Selain 3 (tiga) sektor utama di atas, nilai sektor-sektor lainnya masih kurang dari 1 (satu). Sektor-sektor tersebut adalah sektor perdagangan yang sebesar 0,96 yang berarti bahwa nilai output sektor perdagangan di Kabupaten Banyuasin masih kurang dalam memenuhi kebutuhan dalam regional. Output sektor perdagangan di Kabupaten Banyuasin pada umumnya ditopang dari Kota Palembang. Berikutnya sektor pertambangan yang sekitar 0,68. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian di Kabupaten Banyuasin. Walaupun berkontribusi cukup besar pada perekonomian regional akantetapi nilai LQ sektor tersebut masih kurang dari 1 (satu). Selanjutnya sektor jasa-jasa yang mempunyai nilai LQ sebesar 0,60. Pada sektor-sektor berikutnya mempunyai nilai LQ kurang dari 0,50. Secara umum semakin rendah nilai LQ suatu sektor maka tingkat ketergantungan output sektor tersebut pada daerah lain semakin tinggi. Nilai LQ terendah pada tahun 2012 di kabupaten Banyuasin adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yang hanya sekitar 0,09. Hasil penghitungan statistik dan analisis dengan menggunakan metode LQ diatas, menunjukkan bahwa sektor basis atau unggulan di Kabupaten Banyuasin adalah sektor Pertanian, Sektor Industri dan Sektor Bangunan. Untuk mengetahui subsektor mana yang menjadi basis atau Kabupaten Banyuasin

7 unggulan di tiap sektor, berikut ini hasil analisis subsektor basis ditiap sektor dengan menggunakan metode LQ: Location Quotient (LQ) Sektor Pertanian Kabupaten Banyuasin tahun Perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diperlihatkan dengan tren nilai LQ dalam kurun waktu tertentu. Sektor pertanian di Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu sektor penopang utama. Memiliki nilai tambah bruto terbesar dibandingkan sektor lainnya, menempatkan kontribusi sektor pertanian terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Secara umum kondisi sektor pertanian di Kabupaten Banyuasin disokong oleh ketersediaan lahan yang cukup luas. Sektor pertanian dibentuk oleh beberapa subsektor penting. Sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Banyuasin memberikan dampak pada peran Kabupaten Banyuasin sebagai salah satu lumbung pangan Sumatera Selatan. Sebagai besar komoditi tanaman bahan makanan berasal dari produksi pertanian padi. Selain sektor tanaman bahan makanan, produksi subsektor perkebunan di Kabupaten Banyuasin tergolong besar. Komoditi utama perkebunan di Kabupaten Banyuasin adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Bahkan beberapa perusahaan besar nasional pun mempunyai lahan perkebunan di Kabupaten Banyuasin. Sejalan dengan hal itu, 75 persen Kabupaten Banyuasin

8 wilayah Kabupaten Banyuasin berada pada aliran sungai, memberikan pengaruh pada besarnya potensi kegiatan subsektor perikanan di Kabupaten Banyuasin. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ter akhir yaitu dari tahun 2008 hingga 2012, nilai LQ sektor pertanian di Kabupaten Banyuasin tergolong fluktuatif. Nilai Lq sektor pertanian pada kurun waktu tersebut diatas nilai 1 (satu). Hal memperlihatkan bahwa nilai output sektor pertanian selain mampu memenuhi permintaan dalam regional juga daerah lainnya. Pada tahun 2008 nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,77. Selanjutnya mengalami kenaikan Gambar 4.3 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Sektor Pertanian Tahun * Sumber: BPS, data diolah pada tahu 2009 yang menjadi 1,81, walaupun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 1,74. Salah satu penyebab fluktuasi harga tersebut selain dipengaruhi oleh fluktuasi hasil produksi juga Kabupaten Banyuasin

9 dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditi pertanian. Semakin tinggi nilai produksi dari suatu sektor ekonomi maka berpengaruh pada peningkatan kontribusi sektor tersebut yang selanjutnya berpengaruh pada peningkatan nilai LQ, yang dengan asumsi kondisi ekonomi makro provinsi tetap. Pada tahun 2012 tercatat nilai LQ sektor pertanian tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ter akhir yaitu sebesar 1,83. Nilai tersebut lebih tinggi daripada tahun 2011 yang sebesar 1,79. Hal ini berarti bahwa pergerakan peningkatan produksi sektor pertanian pada tahun 2012 lebih cepat daripada pergerakan sektor pertanian secara agregat Sumatera Selatan Location Quotient (LQ) Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Banyuasin tahun Selain berperan sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Sumatera Selatan, Kabupaten Banyuasin juga merupakan daerah penyokong lumbung energi regional. Secara umum potensi pertambangan migas di Kabupaten Banyuasin relatif besar. Beberapa daerah di Kabupaten Banyuasin merupakan penghasil migas di Sumatera Selatan seperti di Kecamatan Pulau Rimau. Selain komoditi migas, beberapa daerah di Kabupaten Banyuasin merupakan penghasil batu bara di Sumatera Selatan. Secara umum sektor pertambangan dan penggalian dibentuk oleh 3 (tiga) Kabupaten Banyuasin

10 subsektor utama yaitu subsektor pertambangan migas, pertambangan non migas dan penggalian. Secara umum nilai LQ sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Banyuasin masih kurang dari 1 (satu). Hal ini berarti bahwa output sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Banyuasin masih tergantung dengan daerah lainnya. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir memperlihatkan bahwa nilai LQ sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Banyuasin cenderung tetap. Dalam kurun waktu tahun tercatat nilai LQ terbesar pada tahun 2010 yaitu mencapai pada kisaran 0,70. Sedangkan pada periode tahun lainnya pada kisaran 0,68. Gambar 4.4 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun * Sumber: BPS, data diolah Kabupaten Banyuasin

11 Secara umum perekonomian sektor pertambangan dan penggalian mempunyai kecenderungan pada kegiatan padat modal. Sehingga pergerakan kegiatan sektor tersebut berkaitan erat pada tinggal penanaman modal. Sebagian besar kegiatan ekonomi sektor tersebut dikendalikan oleh perusahaan multi nasional Location Quotient (LQ) Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Banyuasin tahun Secara umum sektor industri dibentuk oleh 2 (dua) subsektor utama yaitu subsektor industri migas dan sub sektor industri non migas. Sebagian besar perkembangan industry di Kabupaten Banyuasin pada sub sektor industry non migas, yaitu seperti industri makanan dan minuman, industri karet, industri CPO, hingga industri besi atau baja. Posisi geografis Kabupaten Banyuasin yang berada di sekitar ibukota provinsi memberikan dampak sebagai daerah penyangga perekonomian Kota Palembang. Selain hal itu juga didukung oleh luas wilayah yang cukup besar memberikan gambaran potensi pengembangan sektor industri di Kabupaten Banyuasin relatif besar. Potensi ekonomi sektor tersebut juga diperlihatkan dari nilai LQ pada sektor industri pengolahan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir tercatat nilai LQ sektor industry pengolahan di Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran diatas nilai 1 (satu). Hal ini berarti bahwa output sektor industri Kabupaten Banyuasin

12 di Kabupaten Banyuasin relatif tinggi, selain mampu mencukupi permintaan regional kabupaten juga dapat di ekspor di daerah lain. Dalam kurun waktu tahun nilai LQ sektor industri pengolahan di Kabupaten Banyuasin mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan. Peningkatan nilai LQ memberikan gambaran bahwa pergerakan sektor industry tersebut lebih cepat daripada pergerakan sektor industri secara agregat di Sumatera Selatan. Nilai terendah pada kurun waktu yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,15. Terjadinya krisis ekonomi global dunia memberikan dampak pada fluktuasi sektor industri tersebut. Hal ini disebabkan bahwa komoditi hasil industri di Kabupaten Banyuasin merupakan komoditi unggulan ekspor Sumatera Selatan khususnya karet dan CPO. Khusus industry pertanian tersebut potensi di Kabupaten Banyuasin relatif besar. Hal ini selain ketersediaan lahan pembangunan industri yang cukup besar juga ketersediaan bahan baku yang berasal dari dalam kabupaten yang juga besar. Industri yang berbasis industri pertanian mempunyai potensi yang relatif besar. Selain didukung oleh ketersediaan bahan baku pertanian yang berasal dari dalam regional Kabupaten Banyuasin juga didukung oleh ketersediaan tenaga kerja. Jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin yang merupakan masuk 5 (lima) besar sebagai daerah terbanyak penduduknya di Sumatera Selatan, menjadikan supply tenaga kerja yang relatif besar. Nilai LQ tahun 2012 sektor industri pengolahan di Kabupaten Banyuasin sebesar Kabupaten Banyuasin

13 1,24 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 1,25. Pergerakan nilai LQ tersebut sangat dipengaruhi oleh produktivitas kegiatan ekonomi serta pergerakan harga komoditi sektor industri Location Quotient (LQ) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Kabupaten Banyuasin tahun Sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan salah satu sektor pembentuk sektor sekunder. Kontribusi sektor tersebut pada umumnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang merupakan konsumen terbesar komoditi sektor listrik, gas, dan air bersih. Walaupun pada beberapa daerah yang cenderung maju khususnya di negara-negara maju, pergerakan sektor listrik, gas, dan air bersih berkaitan erat dengan pergerakan kegiatan ekonomi di seluruh sektor atau tingkat investasi pada kegiatan ekonomi baru. Secara umum kegiatan ekonomi pada sektor listrik, gas dan air bersih masih mempunyai kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor lainnya. Persebaran wilayah Kabupaten Banyuasin yang relatif heterogen merupakan kendala utama dalam pemerataan pembangunan sektor listrik, gas dan air bersih. Sekitar 75 persen wilayah geografis Kabupaten Banyuasin berada pada aliran sungai, menjadikan hambatan dalam pemasangang infrastruktur Kabupaten Banyuasin

14 sektor tersebut. Hal tersebut tercermin pada nilai LQ sektor listrik, gas dan air bersih yang masih cenderng rendah yaitu kurang dari 1 (satu). Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun memperlihatkan bahwa nilai LQ sektor listrik, gas dan air bersih berada pada kisaran 0,09 atau relatif jauh dari nilai 1 (satu). Dalam periode 5 (tahun) tersebut nilai LQ tertinggi pada tahun 2012 yang sebesar 0,090. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,087. Tren nilai LQ sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 nilai LQ sektor tersebut sebesar 0,085 dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 menjadi sebesar 0,086. Gambar 4.5 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun * Sumber: BPS, data diolah Kabupaten Banyuasin

15 Secara umum nilai LQ sektor listrik, gas dan air bersih yang masih jauh dibawah nilai 1 (satu)menggambarkan bahwa pemenuhan permintaan komoditi sektor listrik, gas, dan air bersih di Kabupaten Banyuasin masih bergantung dari wilayah lainnya. Pola pembangunan infrastruktur listrik khususnya pembangkit listrik yang mempunyai sistem terpusat menjadi salah satu penyebab ketergantungan pemenuhan permintaan komoditi listrik tersebut. Sedangkan pada sisi kegiatan sub sektor gas kota, yaitu pembangunan infrastruktur tersebut masih terpusat di wilayah perkotaan Location Quotient (LQ) Sektor Bangunan (Kontruksi) Kabupaten Banyuasin tahun Sebagai daerah pemekaran di Sumatera Selatan memberikan pengaruh pada pergerakan kegiatan ekonomi sektor bangunan. Secara umum kegiatan ekonomi sektor bangunan di Kabupaten Banyuasin sejalan dengan kegiatan ekonomi sektor lainnya, khususnya perkembangan investasi pada kegiatan penciptaan ekonomi baru seperti pembangunan infrastruktur jalan hingga pembangunan bangunan industri maupun perluasannya. Pembangunan ekonomi yang bersifat sentrifugal dari Kota Palembang memberikan dampak positif pada perkembangan sektor bangunan di Kabupaten Banyuasin. Secara geografis Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu daerah penyangga utama ekonomi Kota Palembang yang Kabupaten Banyuasin

16 merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. Oleh karena itu terdapat pola pembangunan yang mulai mengarah pada pembangunan sekitar pusat pertumbuhan tersebut. Hal ini juga terjadi pada pola pembangunan perumahan yang mulai bergerak pada luar Kota palembang. Gambar 4.6 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Sektor Bangunan Tahun * Sumber: BPS, data diolah Pergerakan nilai LQ sektor bangunan di Kabupaten banyuasin cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun Tercatat pada tahun 2012 nilai LQ sektor bangunan tersebut sebesar 1,14. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya yaitu tahun 2011 yang sebesar 1,10. Akan tetapi jika Kabupaten Banyuasin

17 dibandingkan dengan nilai LQ lima tahun sebelumnya tahun 2008 lebih tinggi yaitu sebesar 1,21. Secara umum tren penurunan nilai LQ sektor bangunan tersebut menggambarkan bahwa terjadi percepatan peningkatan kebutuhan komoditi sektor bangunan yang tidak sebanding dengan percepatan peningkatan kegiatan ekonomi sektor bangunan di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini mem berikan gambaran bahwa potensi investasi pada sektor bangunan tersebut cukup besar Location Quotient (LQ) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Banyuasin tahun Kabupaten Banyuasin terbagi atas 2 (dua) wilayah, yaitu wilayah perair an sungai dan wilayah daratan. Pada wilayah daratan, secara umum Kabupaten Banyuasin mempunyai potensi pengembangan sektor perdagangan yang cukup besar. Wilayah kabupaten Banyuasin dilalui oleh jalur lalu lintas yang relatif pada. Pergerakan manusia maupun barang pada jalur tersebut relatif tinggi sehingga menjadikan keunggulan Kabupaten Banyuasin dalam pengembangn sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jalur lintas timur Sumatera merupakan salah satu jalur paling pada di Pulau Sumatera dalam lalu lintas barang maupun jasa. Nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Banyuasin dalam periode waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun masih kurang dari 1 (satu). Hal menggambarkan bahwa output sektor Kabupaten Banyuasin

18 perdagangan tersebut belum mampu mencukupi permintaan dalam regional Kabupaten B anyuasin. Secara umum kekurangan pemenuhan permintaan tersebut berasal dari wilayah lain. Pada tahun 2012 nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Banyuasin sebesar 0,957 atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,956. Gambar 4.7 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tahun * Sumber: BPS, data diolah Location Quotient (LQ) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Banyuasin tahun Sektor pengangkutan dan komunikasi dibentuk oleh 2 (dua) sub sektor utama yaitu sub sektor angkutan dan sub sektor komunikasi. Pada Kabupaten Banyuasin

19 perkembangannnya peran masing-masing sub sektor tersebut dalam pergerakan perekonomian regional berkaitan erat dengan pergerakan sektor lainnya. Selain hal itu juga dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur. Letak Kabupaten Banyuasin yang berada jalur lintas timur Sumatera memberikan keuntungan secara letak pada pengembangan sektor angkutan. Secara umum semakin maju pergerakan ekonomi suatu daerah maka semakin tinggi mobilitas manusia maupun barang sehingga dapat memicu percepatan pembangunan pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada perkembangannya, nilai LQ sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Banyuasin masing tergolong rendah yaitu masih pada kisaran 0,1. Hal ini memberikan gambaran bahwa mobiltas manusia maupun barang serta permintaan komoditi sub sektor komunikasi di Kabupaten Banyuasin sebagian besar berasal dari daerah lain. Pada tahun 2012 nilai LQ sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,132. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai LQ sektor tersebut pada tahun 2011 yang sebesar 0,129. Nilai LQ yang cenderung rendah tersebut menjadikan sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Banyuasin merupakan sektor non basis. Kabupaten Banyuasin

20 4.1.9 Location Quotient (LQ) Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Kabupaten Banyuasin tahun Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan salah satu sektor pembentuk sektor tersier. Secara umum semakin maju suatu daerah dapat diindikasikan dari tingkat kemajuan pembangunan sektor tersier. Semakin maju suatu daerah ditandai pergerakan perekonomian regional yang dari sektor primer menuju sektor sekunder ataupun tersier. Gambar 4.9 Location Nilai LQ sektor Quotient keuangan (LQ) Kabupaten di Kabupaten Banyuasin Banyuasin Sektor masih Keuangan, relatif rendah Persewaan, dan Jasa Perusahaan Tahun * yaitu pada kisaran 0,2. Dalam kurun waktu tahun 2008 hingg tahun 2012 tercatat LQ sektor tersebut mengalami penurunan. Pada kurun waktur tersebut tertinggi pada tahun 2008 yang sebesar 0,212. Sedangkan pada kondisi tahun 2012 nilai LQ tersebut mengalami penurunan menjadi 0,201. Hal ini berarti bahwa percepatan pergerakan ekonomi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kabupaten Banyuasin cebderung lebih rendah dibandingkan dengan percepatan pergerakan sektor tersebut di Sumatera Selatan. Sumber: BPS, data diolah Nilai LQ sektor keuangan di Kabupaten Banyuasin masih relatif rendah yaitu pada kisaran 0,2. Dalam kurun waktu tahun 2008 hingg tahun 2012 tercatat LQ sektor tersebut mengalami penurunan. Pada kurun waktur tersebut tertinggi pada tagun 2008 yang sebesar 0,212. Sedangkan pada Kabupaten Banyuasin

21 kondisi tahun 2012 nilai LQ tersebut mengalami penurunan menjadi 0,201. Hal ini berarti bahwa percepatan pergerakan ekonomi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kabupaten Banyuasin cenderung lebih rendah dibandingkan dengan percepatan pergerakan sektor tersebut di Sumatera Selatan Location Quotient (LQ) Sektor Jasa-jasa di Kabupaten Banyuasin tahun Sektor jasa-jasa merupakan salah satu pembentuk sektor tersier. Semakin tinggi peran sektor tersebut menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi suatu daerah semakin maju. Sektor jasa-jasa pada umumnya digerakkan oleh kegiatan pemerintahan. Pada umumnya mesin utama penggerak sektor jasa-jasa berasal dari belanja pemerintah. Pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa nilai LQ sektor jasa-jasa sebesar 0,60. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai LQ tahun sebelumnya yang sebesar 0,59. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 nilai LQ sektor jasa-jasa hanya mengalami peningkatan sekitar 0,03 yaitu nilai LQ pada tahun 2008 sebesar 0,57. Kabupaten Banyuasin

22 Gambar 4.10 Location Quotient (LQ) Kabupaten Banyuasin Jasa-jasa Tahun * Sumber: BPS, data diolah 4.2 Analisis Komoditi / Produk Unggulan Investasi di Kabupaten Banyuasin Berdasarkan analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), diperoleh hasil jenis komoditi/produk/usaha yang menjadi unggulan investasi di setiap kecamatan sesuai dengan sektor ekonomi yang dikaji. Metode Perbandingan Eksponensial adalah metode yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria (Marimin, 2004). Selengkapnya tentang hasil analisis berdasarkan Metode Perbandingan Eksponensial untuk masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Kabupaten Banyuasin

23 Banyuasin menunjukkan adanya komoditi, produk maupun jenis usaha (KPJU) yang bisa menjadi unggulan kecamatan sesuai dengan sektor ekonomi yang ada diuraikan sebagai berikut: Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Rantau Bayur Komoditi dan produk unggulan dapat menjadi andalan dalam mempromosikan suatu daerah. Komoditi dan produk unggulan juga akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya ke daerah tersebut. Untuk Kecamatan Rantau Bayur, sebenarnya hampir semua sektor mempunyai komoditi, produk maupun jenis unggulan. Mulai dari subsektor tanaan pangan sampai sektor jasa-jasa. Untuk sektor pertanian, masih dapat dikembangkan di Kecamatan Rantau Bayur karena ketersediaan lahan masih cukup memadai. Secara umum dalam arahan RTRW Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Rantau Bayur memang diarahkan untuk pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banyuasin, termasuk di dalamnya subsektor perkebunan yang membutuhkan lahan yang cukup luas. Selengkapnya tentang informasi komoditi, produk maupun jenis usaha unggulan di Kecamatan Rantau Bayur dapat dilihat dalam Tabel 4.1. sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

24 Tabel 4.1 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Pulau Gemampo - 2 Ubi kayu Pulau Pejaye - 3 Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang hijau Buah-buahan (ton) Transportasi 1 Mangga 0,2 1 Bus Umum - 2 Jeruk 2,1 2 Bus Tak Umum - 3 Pepaya 0,3 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Sawo 1 4 Truk Umum - 5 Durian 0,4 5 Truk Tak Umum - 6 Duku 0,5 6 Pick Up Tak Umum - 7 Jambu Biji 0, Rambutan 0, Pisang 3, Sayur-sayuran (ton) Pertambangan (ton) 1 Kacang Panjang 2 1 Batu bara Cabe Tomat Terong Ketimun Buncis Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perairan Umum 4.159,73 2 Kerbau 20 2 Budidaya Kolam 89,31 3 Kambing Budidaya Keramba 77,8 4 Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat Kelapa (Kopra) Rakyat 662 Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2011 Kabupaten Banyuasin

25 Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Betung Wilayah Kecamatan Betung memiliki berbagai produk, komoditi dan jenis usaha unggulan investasi mulai dari sektor primer, sekunder bahkan tersier. Bahkan Kecamatan Betung merupakan wilayah yang dicadangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuasin untuk pengembangan sektor pertanian dan perkebunan. Berbagai jenis komoditi, produk maupun jenis usaha yang dapat dikembangan di Kecamatan Betung untuk masing-masing sektor dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Tebenan Indah - 2 Ubi kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang hijau Buah-buahan (ton) Transportasi 1 Nangka/ Cempedak 4 1 Bus Umum - 2 Jambu Biji 8,8 2 Bus Tak Umum - 3 Pepaya 37,8 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Sawo 16,8 4 Truk Umum - 5 Jeruk Truk Tak Umum - 6 Rambutan Pick Up Tak Umum - 7 Pisang Sayur-sayuran (ton) Peternakan (ekor) Kabupaten Banyuasin

26 1 Bayam Sapi Buncis 11 2 Kerbau 14 3 Terong 58 3 Kambing Ketimun 96 4 Domba Kangkung Ayam Pedaging Kacang Panjang 193,7 6 Ayam Buras Cabe Itik Tomat Perikanan (ton) Bangunan dan Kontruksi 1 Perairan Umum 516, Budidaya Kolam 87, Perkebunan Perdagangan/Hotel/Restoran 1 Kelapa Sawit Rakyat Penginapan Tetes Embun - 2 Karet Rakyat Penginapan Ketemu Lagi - 3 Kelapa (Kopra) Rakyat 76 3 Penginapan Tetes Adly - Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Suak Tapeh Kecamatan Suak Tapeh merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Betung, sehingga kondisinya hampir sama dengan kecamatan induknya. Kecamatan Suak Tapeh memiliki komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di setiap sektor. Beberapa komoditi, produk dan jenis usaha yang dapat dikembangkan di Kecamatan Suak Tapeh dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

27 Tabel 4.3 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin Peternakan (ekor) Transportasi No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Sapi Bus Umum - 2 Kambing 42 2 Bus Tak Umum - 3 Ayam Pedaging Mobil Penumpang/Taxi - 4 Ayam Buras Truk Umum Truk Tak Umum Pick Up Tak Umum Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau memiliki hampir seluruh sektor dengan komodit, produk dan jenis usah unggulan. Khusus sektor pertanian, masih dapat dikembangkan di Kecamatan Pulau Rimau karena ketersediaan lahan masih cukup memadai. Dalam arahan RTRW Pemerintahan Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Pulau Rimau diarahkan untuk pengembangan sektor pertanian, termasuk subsektor perkebunan yang membutuhkan lahan yang cukup luas. Adapun komoditi, produk dan jenis usaha yang dapat dikembangkan sebagai unggulan investasi di Kecamatan Pulau Rimau ditampilkan dalam Tabel 4.4 sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

28 Tabel 4.4 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan (ton) No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Pisang 179,2 2 Ubi kayu Nangka/ Cempedak 2,8 3 Ubi Jalar 48 3 Pepaya 0,2 4 Kacang Tanah Kacang hijau Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 22,3 1 Bus Umum - 2 Cabe 20 2 Bus Tak Umum - 3 Terong 38 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Ketimun 67 4 Truk Umum - 5 Kangkung 3 5 Truk Tak Umum - 6 Bayam 3 6 Pick Up Tak Umum - 7 Buncis Peternakan (ekor) Pertambangan (ton) 1 Sapi Minyak Bumi Kerbau Kambing Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perikanan (ton) Perkebunan (ton) 1 Perairan Umum 366,46 1 Karet Rakyat Budidaya Kolam 96,69 2 Kelapa Sawit Rakyat Budidaya Tambak 262,49 3 Kelapa (Kopra) Rakyat Kopi Rakyat 37 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Tungkal Ilir Kecamatan Tungkal Ilir memiliki komoditi, produk dan jenis usaha unggulan investasi yang dapat dikembangkan di sektor sekunder dan tersier (Tabel 4.5) sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

29 Tabel 4.5 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di KecamatanTungkal Ilir Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan (ton) No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Nangka/ Cempedak 1.267,0 2 Ubi kayu Pisang ,0 3 Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Kedelai Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 8,9 1 Spead Boat Kecil - 2 Cabe 6 2 Spead Boat Besar - 3 Terong 11 3 Ketek - 4 Ketimun 9 4 Tongkang - 5 Kangkung 9 5 Jukung - 6 Bayam 8 6 Kapal Nelayan/Pompong - Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perairan Umum 77,89 2 Kerbau 55 2 Budidaya Kolam 75,75 3 Kambing Domba 12 4 Babi Ayam Buras Itik Perkebunan (ton) 1 Karet Rakyat Kelapa Sawit Rakyat Kelapa (Kopra) Rakyat 37 4 Kopi Rakyat 2 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Banyuasin III Kecamatan Banyuasin III merupakan ibukota dari Kabupaten Banyuasin, sehingga sektor sekunder dan tersier menjadi andalan di wilayah ini (Tabel 4.6) sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

30 Tabel 4.6 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Bom Berlian - 2 Ubi kayu Perkebunan Sawit PT.SMS - 3 Ubi Jalar 47 3 Tugu Marga Front Langkan - 4 Kacang Tanah 4 4 Pemancingan Putra Berlian Kolam Renang Delima - Buah-buahan (ton) Transportasi 1 Rambutan 91 1 Bus Umum - 2 Pisang 130,7 2 Bus Tak Umum - 3 Nangka/ Cempedak 13,7 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Jambu Biji 34,2 4 Truk Umum - 5 Durian 75 5 Truk Tak Umum - 6 Duku 24 6 Pick Up Tak Umum - 7 Pepaya 36, Sawo 95, Mangga Sayur-sayuran (ton) Peternakan (ekor) 1 Kacang Panjang 58 1 Sapi Cabe Kerbau Terong 56 3 Kambing Ketimun 30 4 Domba Kangkung 45 5 Ayam Petelur Bayam 50 6 Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perikanan (ton) Perkebunan (ton) 1 Perairan Umum 368,82 1 Karet Rakyat Budidaya Kolam 105,32 2 Kelapa Sawit Rakyat Kelapa (Kopra) Rakyat 65 Perdagangan/Hotel/Restoran No Komoditi Produksi (ton) 1 Penginapan Sari Alam - 2 Rumah Makan Padang Sari Alam - Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2011 Kabupaten Banyuasin

31 Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Sembawa Kecamatan Sembawa merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Banyuasin III sehingga masih banyak data yang tergabung dengan kecamatan induk. Kondisi komoditi, produk dan jenis usaha di Kecamatan Sembawa juga hampir sama dengan kecamatan induknya, dimana semua sektor ekonomi menjadi unggulan investasi (Tabel 4.7). Tabel 4.7 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Peternakan (ekor) Pariwisata 1 Sapi No Komoditi Produksi 2 Kerbau SPP Sembawa - 3 Kambing Perkebunan Karet PT.Melania - 4 Domba Sriwijaya Agro Center/ Ex. Penas - 5 Ayam Buras Pemancingan Putra Berlian - Perdagangan/Hotel/Restoran No Komoditi Produksi (ton) 1 Bus Umum - 2 Bus Tak Umum - 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Truk Umum - 5 Truk Tak Umum - 6 Pick Up Tak Umum - Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2011 Kabupaten Banyuasin

32 Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Talang Kelapa Perkembangan sektor-sektor ekonomi dan dinamikanya di Kecamatan Talang Kelapa sejalan dengan kondisi di Ibukota Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan Banyuasin III. Kecamatan Talang Kelapa merupakan daerah buffer (penyanggah) dari Kota Paelmbang dan Kabupaten Banyuasin. Hal ini menyebabkan berkembangnya kawasan pemukiman penduduk di Kecamatan Talang Kelapa. Seiring berkembangnya kawasan pemukiman penduduk, sektor yang tumbuh dan berkembang di kawasan ini adalah sektor perdagangan dan jasa. Selain itu, untuk menunjang pembangunan pemukiman penduduk, sektor bangunan/ kontruksi terus mengalami pertumbuhan di wilayah ini. Bahkan sektor ini dapat terus meningkat sampai dengan 5 tahun kedepan. Selengkapnya tentang komoditi, produk dan jenis usaha unggulan investasi yabg di miliki oleh Kecamatan Talang kelapa berdasarkan sektor/ subsektor dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Danau Tanah Mas - 2 Ubi kayu Kolam Pemancingan - 3 Ubi Jalar 47 3 Danau Tempayan - 4 Kacang Tanah Kabupaten Banyuasin

33 5 Kacang Hijau Buah-buahan (ton) Transportasi 1 Pepaya 91 1 Bus Umum - 2 Sawo 130,7 2 Bus Tak Umum - 3 Durian 13,7 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Jambu Biji 34,2 4 Truk Umum - 5 Rambutan 75 5 Truk Tak Umum - 6 Pisang 24 6 Pick Up Tak Umum - Sayur-sayuran (ton) Pertambangan 1 Kacang Panjang 58 1 Tanah Urug Cabe Pasir Tomat Terong Kangkung Bayam Buncis Peternakan (ekor) Listrik/Gas/Air Bersih 1 Sapi Kerbau Kambing Babi Ayam Petelur Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perikanan (ton) Bangunan dan Konstruksi 1 Perairan Umum 368, Budidaya Kolam 105, Perkebunan (ton) Industri 1 Karet Rakyat Air Permukaan 2 Kelapa Sawit Rakyat Air Bawah Tanah 3 Kelapa (Kopra) Rakyat Kopi Rakyat 4 5 Kakao 5 Perdagangan/Hotel/Restoran No Komoditi Produksi (ton) 1 Penginapan Twin Star - 2 Penginapan Palapa Permai - 3 Rumah Makan Padang Palapa Permai - Kabupaten Banyuasin

34 4 Rumah Makan Padang Tiga Putra - Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Tanjung Lago Perkembangan semua sektor /sub sektor ekonomi di Kecamatan Tanjung Lago mengalami pergerakkan yang signifikan. Namun kedepan perkembangan sektor primer diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring terbatasnya luas lahan pertanian yang ada di kecamatan ini. Selain itu dalam dokumen perencanaan Pemerintah Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Tanjung Lago diperuntukkan sebagai pusat industri. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Tanjung Lago dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Jeruk - 2 Ubi kayu Sawo - 3 Ubi Jalar Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 5,4 1 Bus Umum - 2 Cabe 6 2 Bus Tak Umum - 3 Terong 5 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Ketimun 1 4 Truk Umum Truk Tak Umum Pick Up Tak Umum - Kabupaten Banyuasin

35 Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perikanan Laut 249,45 2 Kerbau Perairan Umum 871,89 3 Kambing Budidaya Kolam 322,27 4 Babi Budidaya Tambak 1080,64 5 Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat 31 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Banyuasin I Perkembangan semua sektor /sub sektor ekonomi di Kecamatan Banyuasin I mengalami pergerakkan yang signifikan. Sektor Primer, sektor sekunder dan tersier terus mengalami pergerakan yang berarti di wilayah ini.selengakapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Banyuasin I berdasarkan sektor yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung PT. Pertamina/ Sungai - 2 Ubi kayu Gerong - 3 Ubi Jalar Kabupaten Banyuasin

36 4 Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau Buah-buahan (ton) Transportasi 1 Mangga 25,9 1 Bus Umum - 2 Jeruk Bus Tak Umum - 3 Pepaya 7,5 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Sawo 1,6 4 Truk Umum - 5 Durian 19,4 5 Truk Tak Umum - 6 Duku 2,9 6 Pick Up Tak Umum - 7 Nangka/Cempedak 73,6 8 Jambu Biji 47,9 9 Rambutan 172,8 10 Pisang 18,4 Sayur-sayuran (ton) Peternakan (ekor) 1 Kacang Panjang 420,4 1 Sapi Cabe Kerbau 19 3 Tomat Kambing Terong Domba Ketimun Ayam Pedaging Kangkung 42 6 Ayam Buras Bayam 62 7 Itik Buncis Perikanan (ton) Perkebunan (ton) 1 Perairan Umum 88,76 1 Karet Rakyat Budidaya Kolam 137,55 2 Kelapa Sawit Rakyat Budidaya Keramba 5 3 Kelapa (Kopra) Rakyat Kopi Rakyat 59 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Rambutan Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Rambutan terus berkembang seperti di kecamatan lainnya di Kabupaten Banyuasin. Kabupaten Banyuasin

37 Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Rambutan di tampilkan pada Tabel Tabel 4.11 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Mangga 76,8 2 Ubi kayu Jeruk 40,2 3 Ubi Jalar Pepaya 7,7 4 Kacang Tanah 20 4 Sawo 5,5 5 Kacang Hijau 50 5 Durian 80 6 Nangka/Cempedak 76,3 7 Jambu Biji 5,9 8 Rambutan 19 9 Pisang 75,4 Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 9,2 1 Bus Umum - 2 Cabe 9 2 Bus Tak Umum - 3 Tomat 1 3 Mobil Penumpang/Taxi - 4 Terong 2 4 Truk Umum - 5 Ketimun 6 5 Truk Tak Umum - 6 Bayam 1 6 Pick Up Tak Umum - Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perairan Umum 866,29 2 Kerbau Budidaya Kolam 421,72 3 Kambing Budidaya Keramba 2,68 4 Domba Ayam Petelur Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat Kelapa (Kopra) Rakyat Kabupaten Banyuasin

38 3 Kopi Rakyat 16 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Muara Padang Kecamatan Muara Padang merupakan kecamatan perairan yang berada di Kabupaten Banyuasin, dimana seluruh sektor kegiatan ekonomi berjalan baik sektor sekunder maupun sektor tersier. Data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Muara Padang menurut sektor ekonomi selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.12 sebagai berikut: Tabel 4.12 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Mangga 1 2 Ubi kayu Jeruk 38,7 3 Kacang Hijau 12 3 Pepaya 9,7 4 4 Sawo 1,7 5 5 Durian 1,4 6 Duku 0,3 7 Nangka/Cempedak 30 8 Jambu Biji 12,6 9 Pisang 169,6 Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 13,9 1 Spead Boat Kecil - 2 Cabe 18 2 Spead Boat Besar - Kabupaten Banyuasin

39 3 Terong 45 3 Ketek - 4 Ketimun 51 4 Tongkang - 5 Kangkung 68 5 Jukung - 6 Bayam 20 6 Kapal Nelayan/Pompong - 7 Buncis 5 Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perairan Umum 67,87 2 Kerbau 5 2 Budidaya Kolam 74,07 3 Kambing Budidaya Tambak 499,88 4 Domba Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat 32 Kelapa Sawit Rakyat Kelapa (Kopra) Rakyat Kopi Rakyat Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Muara Sugihan Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Muara Sugihan terus berkembang seperti di Kecamatan Muara Padang. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Muara Sugihan di tampilkan pada Tabel 4.13 sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

40 Tabel 4.13 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Hutan Lindung Lebong - 2 Ubi kayu Hitam - 3 Ubi Jalar Buah-buahan Transportasi No Komoditi Produksi 1 Spead Boat Kecil - 1 Mangga 39 2 Spead Boat Besar - 2 Jeruk 74,5 3 Ketek - 3 Pepaya 2 4 Tongkang - 4 Sawo 131,7 5 Jukung - 5 Durian 39,5 6 Kapal Nelayan/Pompong - 6 Duku 5 7 Angkutan Barang Tug Boat 7 Nangka/Cempedak Jambu Biji Rambutan Pisang 251,4 - - Sayur-sayuran (ton) Peternakan (ekor) 1 Kacang Panjang 252,5 1 Sapi Cabe Kambing Tomat Domba Terong Ayam Buras Ketimun Itik Kangkung Bayam Komoditi Perkebunan(ton) Perikanan Laut 4109,22 1 Kelapa Sawit Rakyat 6 2 Perairan Umum 305,85 2 Kelapa (Kopra) Rakyat Budidaya Tambak 3418,34 3 Kopi Rakyat 469 Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2011 Kabupaten Banyuasin

41 Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Makarti Jaya Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Makarti Jaya terus berkembang seperti di Kecamatan Muara Padang dan Muara Sugihan. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Makarti Jaya di tampilkan pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Mangga 25 2 Ubi kayu Jeruk 65,5 3 Ubi Jalar 13 3 Pepaya 2,2 4 Kacang Kedelai 33 4 Sawo 9,7 5 5 Durian 18,8 6 Nangka/Cempedak 19,6 7 Jambu Biji 11,5 8 Rambutan 2 9 Pisang 170 Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 4,3 1 Spead Boat Kecil - 2 Cabe 5 2 Spead Boat Besar - 3 Terong 4 3 Ketek - 4 Tomat 4 4 Tongkang - 5 Ketimun 5 5 Jukung - 6 Kangkung 1 6 Kapal Nelayan/Pompong - 7 Bayam Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi 86 1 Perikanan Laut 9.727,13 2 Kerbau 7 2 Perairan Umum 235,71 3 Kambing Budidaya Kolam 1533,18 Kabupaten Banyuasin

42 4 Domba Budidaya Tambak 630,98 5 Babi Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat 21 2 Kelapa Sawit Rakyat 9 3 Kelapa (Kopra) Rakyat Kopi Rakyat 27 5 Kakao 1,2 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Air Saleh Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Air Saleh terus berkembang seperti di Kecamatan perairan lainnya di wilayah Kabupaten Banyuasin. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Air Saleh di tampilkan pada Tabel 4.15 sebagai berikut: Tabel 4.15 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Air Saleh Kabupaten Banyuasin Pangan Buah-buahan No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Mangga 3,8 2 Ubi kayu Jeruk 7 3 Ubi Jalar Pepaya 13,4 4 Kacang Tanah 3 4 Sawo 1,2 5 Kacang Kedelai 38 5 Durian 1,7 Kabupaten Banyuasin

43 6 Kacang Hijau 3 6 Nangka/Cempedak 14, Jambu Biji 2, Rambutan 105, Pisang 168,6 Sayur-sayuran (ton) Transportasi 1 Kacang Panjang 64,2 1 Spead Boat Kecil - 2 Cabe 51 2 Spead Boat Besar - 3 Tomat 9 3 Ketek - 4 Terong 8 4 Tongkang - 5 Ketimun 24 5 Jukung - 6 Kangkung 10 6 Kapal Nelayan/Pompong - 7 Bayam Peternakan (ekor) Perikanan (ton) 1 Sapi Perairan Umum 33,96 2 Kambing Budidaya Kolam 63,9 3 Domba Ayam Pedaging Ayam Buras Itik Perkebunan No Komoditi Produksi (ton) 1 Karet Rakyat 9 3 Kelapa (Kopra) Rakyat 227 Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Banyuasin II Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Banyuasin III terus berkembang seperti di Kecamatan Air Saleh. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Banyuasin III di tampilkan pada Tabel 4.16 sebagai berikut: Kabupaten Banyuasin

44 Tabel 4.16 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Pangan Pariwisata No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Tugu Sejarah Silk Air - 2 Ubi kayu 705 Perkampungan Nelayan 2 Sugsang - 3 Ubi Jalar Taman Nasional 4 Kacang Kedelai 77 Sembilang - Buah-buahan Transportasi 1 Jeruk 9,2 1 Tongkang - 2 Pepaya 0,1 2 Jukung - 3 Pisang 77,5 3 Kapal Nelayan/Pompong Angkutan Barang Tug Boat - Sayur-sayuran (ton) Peternakan (ekor) 1 Kacang Panjang 2,40 1 Sapi 73 2 Cabe 6,00 2 Kambing Terong 2,00 3 Ayam Buras Ketimun 8,00 4 Itik Perikanan Perkebunan(ton) 1 Perikanan Laut ,09 1 Kelapa (Kopra) Rakyat Perairan Umum 652,95 2 Kopi Rakyat 72 3 Budidaya Kolam 65,13 3 Kakao 1,1 4 Budidaya Tambak 2.969, Sumber : Banyuasin Dalam Angka Komoditi/ Produk Unggulan di Kecamatan Muara Telang Perkembangan sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier beserta sub sektornya dalam perekonomian di Kecamatan Muara Telang terus berkembang seperti di Kecamatan perairan lainnya di wilayah Kabupaten Kabupaten Banyuasin

45 Banyuasin. Selengkapnya data komoditi, produk dan jenis usaha unggulan di Kecamatan Muara Telang di tampilkan pada Tabel 4.17 sebagai berikut: Tabel 4.17 Komoditi, Produk dan Jenis Unggulan Investasi di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin Pangan Sayur-sayuran (ton) No Komoditi Produksi No Komoditi Produksi 1 Jagung Kacang Panjang 112,6 2 Ubi kayu Cabe 68,0 3 Ubi Jalar Tomat 91,0 4 Kacang Kedelai 3 4 Terong 105,0 5 Kacang Hijau 12 5 Ketimun 109, Kangkung 8, Bayam 8, Buncis 6,0 Peternakan (ekor) Transportasi 1 Sapi Spead Boat Kecil - 2 Kerbau 4 2 Spead Boat Besar - 3 Kambing Ketek - 4 Domba 72 4 Tongkang - 5 Babi 85 5 Jukung - 6 Ayam Pedaging Kapal Nelayan/Pompong - 7 Ayam Buras Itik Perikanan (ton) Perkebunan(ton) 1 Perairan Umum 25,36 1 Kelapa (Kopra) Rakyat ,00 2 Perikanan Laut 109,53 2 Kakao 13,21 3 Budidaya Kolam 252, Budidaya Tambak 1.641, Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2011 Kabupaten Banyuasin

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II REALITAS BIOFISIK, SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAAN

BAB II REALITAS BIOFISIK, SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAAN BAB II REALITAS BIOFISIK, SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAAN 2.1. Keadaan Geografis 2.1.1. Letak Geografis Seperti yang telah dimuat di dalam bab sebelumnya bahwa Kabupaten Banyuasin mempunyai wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Potensi Ekonomi Daerah Bagi Pembiayaan Perbankan Di Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR Oleh: Riska Novitasari 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani 3 1,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

BAB II POTENSI DAN REALITAS

BAB II POTENSI DAN REALITAS BAB II POTENSI DAN REALITAS 2.1. Potensi Kewilayahan 2.1.1 Letak Geografis Letak suatu Wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Selain letak wilayah,

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha)

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha) 7. PERTANIAN TANAMAN PANGAN/PERKEBUNAN 48 Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat 2005-2010 (ha) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Luas Lahan Sawah 925.500 926.782 934.845 945.544 937.373 930.268

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI (P2MKT) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: BAB IV PENETAPAN PRODUK UNGGULAN DAERAH (PUD) Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR 1. Ketersediaan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Pertanian Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Suplemen 4. Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung Suplemen 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Salah satu metode dalam mengetahui sektor ekonomi unggulan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci