BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Adi Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Beban Kerja (Workload) dan Kelelahan (Fatigue) Sejak zaman dahulu manusia telah mampu menemukan berbagai bentuk sistem yang efisien dan efektif untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Berbagai sistem tersebut diciptakan untuk mempermudah aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, semua produk dan kebutuhan yang diperlukan manusia di desain senyaman, seefektif dan seefisien mungkin dengan tujuan untuk memudahkan dan mengoptimalkan kinerja para penggunanya. Ilmu mengenai pembuatan sistem yang diintegrasikan sesuai dengan kebutuhan manusia disebut ergonomi. Menurut Nordic Ergonomics Society seperti yang dikutip oleh Bernadus Kristyanto pada tahun 1999, ergonomi didefinisikan sebagai ilmu interdisipliner yang aplikasinya mempertimbangkan integrasi pengetahuan dari kebutuhan manusia dan keperluannya dalam interaksi antara manusia, teknologi dan lingkungan serta komponen rancangannya secara teknik dan sistem kerja (Kristyanto, 1999: 14). Sedangkan menurut definisi International Ergonomics Association, ergonomi merupakan disiplin ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, profesi yang berlaku dan berhubungan dengan prinsip-prinsip teoritis, data dan metode untuk desain untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia serta kinerja sistem secara keseluruhan (IEA, 2009). Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menetapkan bahwa penerapan ergonomi bertujuan untuk mencapai kualitas hidup para pekerja hingga ke taraf optimal, baik di tempat kerja, di lingkungan sosial maupun lingkungan kehidupan keluarga (Bakri, 2011: 970). Menurut Manuaba seperti yang disitasi oleh Solichul Hadi A. Bakri pada tahun 2011, untuk mencapai tujuan ergonomi maka harus ada keserasian antara pekerja dengan pekerjaannya sehingga pekerja dapat mengerjakan pekerjaan sesuai dengan batas kemampuan (Bakri, 2011: 970). Pekerjaan yang dilakukan hingga melampaui batas kemampuan dapat menimbulkan berbagai macam dampak, salah satunya adalah gejala fisiologis sederhana yaitu kelelahan. National Transport Commision di tahun 2006 berpendapat bahwa kelelahan yang terus menerus akan mempengaruhi performa bekerja, kesehatan dan keselamatan. Hal ini memerlukan istirahat atau waktu tidur sebagai langkah pemulihan. Terjadinya kelelahan dapat ditandai dengan munculnya berbagai kondisi seperti emosi yang menjadi labil, berkurangnya kemampuan untuk mengingat sesuatu, keinginan untuk terus menerus menguap, tatapan kosong dan masih banyak lagi (IPIEKA, 2007: 4-5). Selain tanda-tanda tersebut, kelelahan juga dapat diindikasikan melalui timbulnya rasa kantuk. Menurut Dement dan Carskadon tahun 1982, kantuk adalah kesulitan untuk tetap berada dalam keadaan terjaga sekalipun ketika seseorang sedang melaksanakan suatu kegiatan (Phillip et al, 2004: 474). Efek yang ditimbulkan dari kelelahan cukup beragam dan berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu lainnya antara lain, berkurangnya konsentrasi, hilangnya kewaspadaan, perubahan perilaku, 6
2 78 menurunnya kepekaan untuk bereaksi, mengantuk saat mengemudi, perubahan suasana hati dan melemahnya daya ingat. Secara umum, kelelahan dianggap sebagai penyebab utama kecelakaan transportasi yang juga mempengaruhi besarnya angka kematian dalam kecelakaan lalu lintas (Horrey et al, 2011: 591). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh beberapa negara di Eropa, kelelahan merupakan faktor terbesar dengan persentase 20% sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas pada kendaraan yang beroperasi secara komersial (Zhao & Rong, 2013: 20). Menurut Saito, kelelahan dapat terjadi karena diakibatkan oleh beban kerja yang berlebihan dan ketidakteraturan dari hubungan siklus siang dan malam dalam kehidupan (Saito, 2009: ). Menurut ILO tahun 1983 seperti yang disitasi oleh Torik Husein dan Ari Sarsono, faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja yaitu sifat monoton pada pekerjaan, adanya intensitas dan durasi kerja di luar batas toleransi, faktor lingkungan kerja, faktor beban mental atau tanggung jawab, adanya penyakit serta nutrisi yang tidak memadai (Husein & Sarsono, 2009: 3). Ketika pengemudi telah mulai mengalami kelelahan, maka tanda-tanda terjadinya kelelahan akan mulai tampak baik melalui pengukuran subjektif (pengamatan kasat mata) maupun pengukuran objektif (tes menggunakan alat ukur untuk mengetahui perubahan keadaan tubuh). Tanda-tanda terjadinya kelelahan yang paling mudah diamati yakni bahasa tubuh yang ditunjukkan pengemudi, misalnya saja pengemudi mulai menguap serta merasakan kantuk, gelisah, melakukan gerakangerakan ringan untuk mengurangi rasa kantuk dan tingkat kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar yang mulai menurun. Setelah tanda-tanda terjadinya kelelahan mulai tampak, maka sebaiknya hal yang dilakukan adalah proses recovery (istirahat) sejenak agar kelelahan tidak menjadi semakin berlarut-larut dan berkepanjangan. Terjadinya kelelahan yang berkepanjangan akan menimbulkan hasil atau output yang merugikan. Hasil yang merugikan dari terjadinya kelelahan tersebut misalnya adalah penurunan kinerja dan tingkat produktivitas pengemudi. Penurunan produktivitas dapat ditandai dengan keterlambatan waktu untuk mencapai suatu jarak tempuh tertentu. Pada keadaan bugar atau tidak kelelahan, pengemudi mampu mencapai jarak tempuh yang sama dengan waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan mengemudi dalam keadaan lelah. Selain hal tersebut, hal lainnya paling fatal lainnya yang dapat terjadi pada pengemudi yang mengalami kelelahan adalah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan ADB yang berjudul Asean Regional Road Safety Strategy and Action Plan ( ) di antara negara-negara kawasan Asia Pasifik, Indonesia merupakan negara dengan peringkat terburuk dalam urusan keselamatan berlalu lintas di jalan (Sutomo et al, 2007 :27). Definisi beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh satu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam suatu jangka waktu tertentu (Dhania, 2010: 16). Beban kerja yang berlebihan ditambah dengan kondisi lingkungan kerja yang monoton dapat menyebabkan terjadinya rasa bosan pada pengemudi. Rasa bosan akibat keadaan lingkungan kerja yang monoton (kurang bervariasi) juga dapat menyebabkan terjadinya kelelahan (Zhao & Rong, 2013 :36). Dengan demikian maka perhitungan beban kerja yang tepat harus dilakukan untuk meminimalkan tingkat kelelahan pada pengemudi karena kelelahan merupakan salah satu faktor yang memicu kerugian-kerugian lainnya seperti
3 89 berkurangnya tingkat konsentrasi pekerja hingga terjadinya kecelakaan saat bekerja. Perhitungan beban kerja merupakan suatu teknik untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan standar prestasi yang sudah ditetapkan (Layanan Hukum dan Organisasi Kemdikbud, 2013). 2.2 Karolinska Sleepiness Scale (KSS) Kelelahan merupakan salah satu penyebab dominan terjadinya kecelakaan transportasi. Untuk mengantisipasi hal ini, maka sangat penting memahami indikator apa saja yang dapat diukur untuk mengetahui apakah seorang pengemudi sedang berada dalam kondisi kelelahan atau tidak. Indikator yang dapat dipahami oleh orang awam sebagai tanda bahwa seseorang mengalami kelelahan adalah rasa kantuk. Salah satu metode pengukuran subjektif yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat kantuk seorang pekerja atau pengemudi adalah Karolinska Sleepiness Scale (KSS). KSS awalnya dikembangkan untuk membentuk suatu dimensi mengenai skala pengukuran tingkat kantuk yang divalidasikan dengan alpha dan tethaelectroenchepalograhic (EEG) dan aktivitas gerak mata lambat pada electrooculographic (EOG) (Kaida et al, 2006: ). Dari segi validasi, terdapat beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Akerstedt dan Gillberg pada tahun 1990 serta Horne dan Baulk tahun 2004 yang membuktikan adanya hubungan yang relatif kuat dan positif antara KSS dan aktivitas alpha tetha pada EEG. Penelitian yang dilakukan Reyner dan Horne pada tahun 2004 juga menunjukkan bahwa kejadian tertidurnya responden ketika melakukan simulasi mengemudi selalu diawali dengan nilai KSS yang meningkat (Kaida et al, 2006: ). Menurut Akerstedt dan Gillberg (1990) seperti yang dikutip oleh Horne, Reyner dan Barrett (2003), KSS memiliki sembilan skala berupa angka satu hingga sembilan untuk menyatakan tingkat kantuk seseorang. Deskripsi skala KSS antara lain: Skala 1: keadaan waspada penuh (extremely alert) Skala 2: keadaan sangat waspada (very alert) Skala 3: keadaan waspada (alert) Skala 4: keadaan cukup waspada (rather alert) Skala 5: antara waspada dan mengantuk (neither alert nor sleepy) Skala 6: munculnya beberapa tanda mengantuk (some sign of sleepiness) Skala 7: rasa mengantuk yang ringan (sleepy, no effort to stay awake) Skala 8: rasa mengantuk yang cukup berat (sleepy, some effort to stay awake) Skala 9: keadaan sangat mengantuk (very sleepy, great effort to keep awake, fighting sleep) 2.3 Visual, Auditory, Cognitive dan Psychomotor (VACP) Berdasarkan hasil pada jurnal Driver s Exposure to Distractions in Their Natural Driving Environment, ditunjukkan bahwa gangguan (distraction) merupakan komponen yang berpengaruh besar dalam konsentrasi pengemudi. Gangguan (distraction) dalam mengemudi melibatkan paling sedikit dua aspek yaitu mempertahankan fokus perhatian serta adanya beban kerja yang berlebihan.
4 10 9 Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan (distraction) selama kegiatan mengemudi adalah menerapkan sistem pengaturan beban kerja. Pengaturan beban kerja tersebut memerlukan beberapa informasi mengenai kapasitas resources pengemudi yang melibatkan dimensi visual, auditory, cognitive dan psychomotor (metode VACP). Metode VACP ditemukan oleh McCraken dan Aldrich (1984). Dalam metode VACP ini, sistem pengolahan informasi pada manusia dibagi ke dalam empat dimensi yaitu dimensi visual, dimensi auditory, dimensi cognitive dan dimensi psychomotor. Keempat dimensi ini kemudian digunakan oleh McCraken & Aldrich (1984) serta Bierbaum et al. (1989) untuk menghitung beban kerja dari suatu tugas yang diberikan. Gambaran VACP yang digunakan dalam menganalisis beban kerja dari suatu tugas dapat dilihat pada tabel 2.1 (Dadashi, Scott, R Wilson & Mills, 2013: 634). Tabel 2.1 Gambaran VACP Visual Auditory Cognitive Psychomotor Detect an image Detect a sound Automatic Speak Read Detect feedback Recognize Actuate one movement (e.g. push) Scan Search Monitor Listen (general) Select alternative Manipulate Inspect Check Interpret (speech) Transform calculate Actuate complex movement (rotate) Discriminate Listen (selection) Assess one element Actuate continuous Trace Follow Discriminate Code Decode Actuate serial (data input) Localize Listen (patterns) Point Sumber: Dadashi, Scott, R Wilson & Mills, 2013 Assess more elements Write Skala Permintaan Visual Menurut McCraken & Aldrich (1984), Permintaan visual didefinisikan sebagai kompleksitas rangsangan visual yang membutuhkan respon. Skala yang dipergunakan untuk menentukan kompleksitas tersebut digambarkan pada tabel 2.2. Skala-skala tersebut membedakan antara pelacakan visual berupa objek, seperti mobil yang bergerak, dan visual yang memonitor objek yang tidak bergerak. Karakteristik utama
5 10 11 skala permintaan visual adalah objek tetap dibandingkan dengan objek yang bergerak, search dengan scanning (sebuah objek atau daerah), pencarian dasar terhadap proses yang kompleks (misalnya: membaca) (Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007: 10). Tabel 2.2 Skala Permintaan Visual Rating Definisi Contoh 0.00 Tidak ada aktivitas visual 1.00 Visually register/mendeteksi gambar Mengamati lampu peringatan ketika dinyalakan 3.70 Visually discriminate (mendeteksi perbedaan visual) Menetapkan lampu lalu lintas mana yang menyala 4.00 Visually inspect/check (inspeksi statis) Mengecek posisi cermin di samping ketika diparkir 5.00 Visually locate/align (selective orientation) Mengubah fokus ke sebuah mobil 5.40 Visually track/follow (Maintain orientation) Menonton sebuah mobil yang bergerak 5.90 Visually read (simbol) Membaca native language 7.00 Visually scan/search/monitor (continous) Melihat melalui laci dasbor Sumber: Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, Skala Permintaan Auditory Skala permintaan auditory merupakan kompleksitas rangsangan pendengaran yang memerlukan respons. Skala-skala yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.3 (Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007: 11) Skala Permintaan Cognitive Permintaan kognitif adalah tingkat pemikiran yang dibutuhkan oleh sopir ketika mengendarai kendaraan. Skala-skala permintaan kognitif dapat dilihat pada tabel 2.4 (Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007: 11).
6 12 11 Tabel 2.3 Skala Permintaan Auditory Rating Definisi Contoh 0.00 Tidak ada aktivitas pendengaran (auditory) 1.00 Mendeteksi/ register suara Memperhatikan ketika lampu utama menyala 2.00 Orientasi terhadap suara (general orientation) Memperhatikan ketika ada suara klakson 4.20 Orientasi terhadap suara (selective attention) Fokus pada satu sumber spesifik dari klakson (possibly out of several) 4.30 Verify umpan balik pendengaran Mendengarkan perputaran mesin 4.90 Interpret semantic content (pidato) Mengerti pidato (bahasa merupakan bahasa asli dari kedua pembicara) 6.60 Membedakan karakteristik suara Menentukan apakah suara mesin buruk 7.00 Interpret pola suara (denyut nadi dan lainlain) Sumber: Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007 Tabel 2.4 Skala Permintaan Cognitive Menentukan seberapa sering atau seberapa kerasnya silinder mesin berbunyi Rating Definisi Contoh 0.00 Tidak ada aktivitas kognitif 1.00 Otomatis (asosiasi sederhana) Menggabungkan lampu rem dengan pengereman 1.20 Pemilihan alternatif Memutuskan untuk memutar ke kiri atau ke kanan (di perempatan yang kosong) 3.70 Mengenali tanda/sinyal Mengenali tanda untuk berhenti (stop sign) 4.60 Evaluasi/penilaian (mempertimbangkan aspek sederhana) Memutuskan kapan untuk berhenti ketika melihat tanda berhenti (di jalan yang kosong dan lurus) 5.30 Encoding/decoding, recall Mengingat plat nomor 6.80 Evaluasi/penilaian (mempertimbangkan beberapa aspek) kendaraan Mempertimbangkan pro dan kontra ketika mengambil jalan pintas (ketika macet, dan lain-lain) 7.00 Estimasi, kalkulasi, konversi Mengubah kecepatan dari mil/jam menjadi km/jam Sumber: Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007
7 Skala Permintaan Psychomotor Menurut Kamus Online Merriam-Webster seperti yang dikutip oleh Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller (2007) bahwa psychomotor yaitu berhubungan dengan gerakan motorik terhadap aktivitas mental. Skala-skala permintaan psychomotor dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Skala Permintaan Psychomotor Rating Definisi Contoh 0.00 Tidak ada aktivitas psychomotor 1.00 Berpidato Berbicara dalam bahasa asli 2.20 Discrete actuation (button, toggle, trigger) Mengaktifkan lampu sen 4.60 Manipulatif Menyesuaikan cermin yang ada di tengah mobil 5.80 Penyesuaian diskrit (rotary, thumbwheel, lever) Mengubah kecepatan dari kipas kaca mobil 6.50 Produksi simbolik (menulis) Menulis dalam bahasa asli 7.00 Serial diskrit manipulation (keyboard entries) Mengetik di full keyboard Sumber: Yee, Nguyen, Green, Oberholtzer & Miller, 2007
8 14
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja
Lebih terperinciANALISIS BEBAN KERJA YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT RUTE JAKARTA BANDUNG
ANALISIS BEBAN KERJA YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT RUTE JAKARTA BANDUNG Melisa 1, Nani 2, Novita 3, Rida Zuraida 4 1 melisawidya@yahoo.com, +62 818 115 892 2 nani.jooance@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyebab antara lain: berasal dari faktor manusia, faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan tingkat kepadatan di jalan raya. Hal ini berakibat pada kemacetan lalu lintas. Kemacetan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Peningkatan Kelelahan dengan VAS
BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisis Peningkatan Kelelahan dengan VAS Simulasi task yang digunakan bertujuan untuk membuat responden merasa lelah. Untuk mengetahui apakah responden tersebut bertambah lelah
Lebih terperinciManajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko
Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI Referensi: -. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 -. Berbagai Sumber
Lebih terperinciMengenal Undang Undang Lalu Lintas
Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan
Lebih terperinciberada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi, merekognisi, menilai, dan mengendalikan suatu bahaya yang berasal atau terdapat di tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Negara berkembang memiliki permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal
Lebih terperinciPENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)
PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2) Kristiana Asih Damayanti 1, Yuke Cantikawati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mempengaruhi pembangunan pada suatu negara dan tidak lepas dari alat transportasi. Karena itu, transportasi
Lebih terperinciPENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC)
PENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC) Ani Umyati 1*, Yayan Harry Yadi 2, Eka Setia Norma Sandi 3 1,2,3 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciDepartemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok Tel: (021) Fax: (021) Abstrak
PENGUKURAN KELELAHAN AKTIVITAS MENGEMUDI MOBIL DENGAN PENDEKATAN FISIOLOGIS, KOGNITIF, DAN SUBJEKTIF Andreas Aristides Simandjuntak 1, Boy Nurtjahyo Moch 2 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi sumber kecelakaan. (EC.,1996) kecelakaan di jalan raya penyebab
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tragedi di Jalan Raya (Lulie, Y.,2005) Jalan raya yang awalnya berfungsi memperlancar pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, akhir-akhir ini menjadi
Lebih terperinciDRIVER MANAGEMENT SYSTEM
DRIVER MANAGEMENT SYSTEM Manajemen Pengemudi merupakan salah satu elemen yang berhubungan dengan para Pengemudi dan kegiatan yang menyangkut didalamnya, yang juga salah satu Pilar kinerja dalam Sistim
Lebih terperinciCRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat
CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT
Lebih terperinciSAFETY DRIVING METHOD CARA MENGEMUDI DENGAN AMAN
SAFETY DRIVING METHOD CARA MENGEMUDI DENGAN AMAN Masjid Al Fath Vila Nusa Indah 3 210505 & 170207 & 060908 Presented by : Achmad Johnny HP 1 Firman Allah SWT dalam Al Qur an Allah-lah yang menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Kelelahan (Fatigue) Kelelahan adalah ketidakmampuan dalam melakukan suatu kegiatan dikarenakan adanya ketidaksiapan dikarenakan kondisi tubuh yang tidak berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Terutama kendaraan sepeda motor juga mengalami peningkatan. Jumlah kendaraan sepada motor pada tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERMODELAN TRANSPORTASI. 1 REKAYASA TRANSPORTASI Copyright 2017 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MM, MT
PERENCANAAN DAN PERMODELAN TRANSPORTASI 1 REKAYASA TRANSPORTASI Copyright 2017 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MM, MT KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN TRANSPORTASI 2 REKAYASA TRANSPORTASI LANGKAH2 UTAMA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan
Lebih terperinciANALISIS KESIAPSIAGAAN SAFETY DRIVING PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI RUTE TOL CIPALI (CIKOPO PALIMANAN)
ANALISIS KESIAPSIAGAAN SAFETY DRIVING PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI RUTE TOL CIPALI (CIKOPO PALIMANAN) Nadya Eka Febriana, Bina Kurniawan, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciNASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK
NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO-SEMARANG (Studi kasus pada Perusahaan Otobus New Ismo) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Karakteristik Pengemudi Karakteristik pengemudi meliputi umur, status gizi atau IMT dan Kondisi Tubuh. Di bawah ini akan ditampilkan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, jumlah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, jumlah populasi kendaraan bermotor akan berbanding lurus. Estimasinya, pertumbuhan terjadi sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dibidang elektronika dewasa ini berkembang sangat cepat dan memberikan pengaruh besar di setiap aspek kehidupan.hal ini berpengaruh pula pada pembuatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah permasalahan lalu
Lebih terperinciBAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.
BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi jalan raya masih menjadi idaman dalam rangka pergerakan dan perpindahan orang maupun barang di Indonesia, khususnya untuk Pulau Jawa walaupun telah tersedia
Lebih terperinciSIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks
Lebih terperinciVI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang
VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per
Lebih terperinciManajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko
Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan
Lebih terperinciFakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat
GAMBARAN COPING STRESS PADA KARYAWAN SWASTA DALAM MENGHADAPI KEMACETAN LALU LINTAS Anes Eka Widya Pertiwi 10509673 Hally Weliangan Spsi, MPsi Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat
Lebih terperinciMUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA
MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA TAHUN 2009 PEMERINTAH MEMPREDIKSI ADA SEKITAR 16,25 JUTA PEMUDIK ATAU NAIK 15% DIBANDINGKAN 2008 SEBANYAK 15,3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah
Lebih terperinciINFORMATION & OPERATION PERTEMUAN 6 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT
INFORMATION & OPERATION PERTEMUAN 6 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Outline Pemahaman Proses Komponen Pengantar Kecelakaan lalu lintas terjadi karena pengemudi lalai menggunakan ponsel ketika
Lebih terperinciUSULAN SAAT ISTIRAHAT BAGI PENGEMUDI YANG KEKURANGAN TIDUR KRONIS PADA JALAN MONOTON DENGAN MEMPERHATIKAN TIPE SIRKADIAN SKRIPSI
USULAN SAAT ISTIRAHAT BAGI PENGEMUDI YANG KEKURANGAN TIDUR KRONIS PADA JALAN MONOTON DENGAN MEMPERHATIKAN TIPE SIRKADIAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa angkutan bus ini merupakan salah satu angkutan darat yang memiliki Frekuensi kerja yang sangat tinggi dengan dibuktikan dijumpainya bus yang melintas di jalan
Lebih terperinciPEMBUATAN SISTEM PENDETEKSI KANTUK UNTUK PEKERJA SHIFT MALAM DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE MENGGUNAKAN ALAT NEUROSKY MINDWAVE
JURNAL TEKNIK POMITS 1 PEMBUATAN SISTEM PENDETEKSI KANTUK UNTUK PEKERJA SHIFT MALAM DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE MENGGUNAKAN ALAT NEUROSKY MINDWAVE Izzat Aulia Akbar, Febriliyan Samopa, Hatma Suryotrisongko
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan pola penyakit. Penyakit yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non infeksi atau
Lebih terperinciDosen. Utami Dewi Widianti
Dosen. Utami Dewi Widianti Perangkat Keras (Hardware) Sistem Komputer Perangkat Lunak (Software) Manusia (Brainware) Aspek Perangkat Keras (Hardware). Serangkaian unsur-unsur yang terdiri dari beberapa
Lebih terperinciANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX
ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Studi Kasus di PT. PAHALA KENCANA Cabang Bandung) Hilman Akbar Email: Hilmanakbar01@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPenentuan Durasi Istirahat Bagi Pengemudi yang Mengalami Keterjagaan Panjang dan Berkendara pada Kondisi Jalan Monoton
Penentuan Durasi Istirahat Bagi Pengemudi yang Mengalami Keterjagaan Panjang dan Berkendara pada Kondisi Jalan Monoton Jesslyn Setiawan 1*, Daniel Siswanto 2 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI
ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku agresivitas yang dilakukan oleh remaja. Masa remaja merupakan masa di mana seorang individu
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP - 481 Oleh: RULIANTO HARTOPO L2D 099 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah kecelakaan Tahun
Jumlah kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara merupakan aktivitas rutin bagi sebagian orang untuk mempermudah proses berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang tidak asing lagi. Kecelakaan lalu lintas jalan raya merupakan permasalahan yang semakin lama menjadi semakin majemuk dan semakin
Lebih terperinciDisusun Oleh: Daniel Siswanto, ST., MT Ceicalia Tesavrita, ST., MT
Perjanjian No: III/LPPM/2015-02/17-P EVALUASI KELELAHAN DAN TINGKAT STRES PENGEMUDI TRAVEL DAN MASINIS KERETA API BERDASARKAN PENGUKURAN TINGKAT KANTUK DAN DENYUT JANTUNG Disusun Oleh: Daniel Siswanto,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan emosional (Colten & Altevogt, 2006). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,
Lebih terperinci1. Masuk ke dalam file explorer atau file commander pada smartphone. 2. Cari file Mojo.apk kemudian pilih file Mojo.apk.
1. Masuk ke dalam file explorer atau file commander pada smartphone. 2. Cari file Mojo.apk kemudian pilih file Mojo.apk. 1 2 3. Pilih button install jika yakin ingin meng-install atau pilih cancel jika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciTujuan penggunaan ambulance
pengertian Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengevakuasi/mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Biasanya ambulance adalah kendaraan bermotor. Tujuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kerja Pengertian atau definisi dari kerja adalah semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang lazim ditemui di dunia hukum. Demikian halnya dengan proses penegakan suatu perundang-undangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi 2.1.1 Definisi Waktu Reaksi Waktu reaksi merupakan jarak waktu antara diberikannya stimulus dengan kontraksi otot pertama setelah stimulus diberikan. 4,5 Waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Suatu perusahaan yang baik tentunya akan memiliki sumber daya manusia yang baik pula (Simanjuntak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, maka internet menjadi salah satu media yang paling mudah dan murah untuk digunakan. Sejalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan inspeksi menjadi hal penting dalam sebuah produksi. Karena kegiatan
1111 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan inspeksi menjadi hal penting dalam sebuah produksi. Karena kegiatan inspeksi ini yang nantinya menyimpulkan nilai kualitas suatu produk baik atau tidak (masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada batita merupakan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal yang seharusnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak faktor yang menjadi penyebab batita menjadi susah tidur. Padahal, tidur pada batita merupakan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal yang seharusnya bisa
Lebih terperinciEvaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur
Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur Etika Muslimah, Cita Zulfa Rokhima, Akhmad Kholid Alghofari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety
Lebih terperinciBUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI
B A B A K T I S H U A D A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI A K T I S H U A D KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI DITJEN PENGENDALIAN
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dan memberikan manfaat serta kemudahan bagi manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan
Lebih terperinciTEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK
TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciSARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI
1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri
Lebih terperinciKERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN
VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menggantikan Undang Undang lama Nomor 14 Tahun 1992, telah membawa perubahan penting
Lebih terperinciKURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS
KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%
Lebih terperinciSmart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien
BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar
Lebih terperinci