Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat

Transkripsi

1 GAMBARAN COPING STRESS PADA KARYAWAN SWASTA DALAM MENGHADAPI KEMACETAN LALU LINTAS Anes Eka Widya Pertiwi Hally Weliangan Spsi, MPsi Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat

2 PENDAHULUAN Fenomena kemacetan merupakan permasalahan yang hingga sekarang belum terpecahkan oleh pemerintah dan masih menjadi sumber stres bagi warga kotanya. Jakarta memiliki tingkat stres paling tinggi dibanding kotakota lainnya. Salah satu hal yang menyebabkan tingginya tingkat stres di Jakarta adalah masalah kemacetan, selain dinilai sangat mengganggu juga menimbulkan masalah-masalah psikologis maupun fisiologis yang dapat menurunkan produktivitas individu (Ihsani, 2013). Dampak negatif yang merugikan adalah terjadinya TSS (Traffic Stress Syndrom atau sindrom stres akibat macet) Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami TSS (Traffic Stress Syndrom atau sindrom stres akibat macet) akan memperlihatkan gejala stres dalam waktu 3-5 menit, sedangkan yang tidak mengalami TSS baru memperlihatkan gejala stres sesudah menit.

3 KASUS A Seorang karyawan swasta laki-laki berumur 36 tahun yang bekerja di daerah Tanjung Priok selalu merasakan stres saat pergi dan pulang kerja. Ia pergi kerja pada pukul WIB dan pulang pukul WIB. Ketika pulang kantor, sebelum melaju kendaraannya pulang si A merasa penat melihat kondisi jalanan macet di depan kantornya. Kondisi tersebut sesekali berdampak pada gangguan kesehatan fisik seperti lelah dan pegal-pegal. Kondisi ini membuatnya harus melalukan coping stress seperti berangkat lebih awal agar tidak terlalu merasakan kemacetan yang amat panjang dan mencari informasi terlebih dahulu tentang jalan yang akan dilewati. Saat pulang kerja dia lebih memilih mencari alternatif jalan lain walaupun memutar, tetapi setidaknya dia tidak merasakan kemacetan panjang yang bahkan sampai tak bergerak. Kemacetan yang dialami tidak membuatnya menurunkan kinerja di kantor.

4 KASUS B Seorang karyawan swasta perempuan berumur 28 tahun yang bekerja di daerah MT. Haryono. Ia selalu menggunakan mobil pribadinya untuk berangkat bekerja. Jalan menuju kantornya merupakan kawasan yang memiliki kemacetan yang padat pada pukul WIB dan sekitar pukul WIB saat orang-orang pulang kerja. Ini membuatnya harus mengatur jadwal agar tidak merasakan kemacetan yang membuatnya stres. Si B sering merasakan kesal dengan pengguna jalan lain yang tibatiba muncul untuk mendahului bahkan menyenggol mobilnya. Jika si B terjebak kemacetan, ia sering merasakan pegal-pegal pada kaki dan punggungnya akibat terlalu lama mengemudikan mobil. Coping stress yang dilakukannya saat menghindari bahkan terjebak dalam situasi macet bisa seperti mencari jalan alternatif agar terhindar dari macet dan menjadwalkan keberangkatannya agar tidak terlalu mengalami kemacetan panjang dan ia akan menyalakan musik dimobilnya dalam volume sedang agar tidak terlalu bosan saat kemacetan terjadi dan mengistirahatkan diri jika kelelahan.

5 TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Pengertian coping stress Coping stress yaitu sebagai penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju keadaan yang lebih baik, mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan-tuntutan yang ada yang mengakibatkan stres (Radley, 1994). 2. Jenis-jenis coping stress Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress B. Kemacetan 1. Pengertian kemacetan C. Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa awal 2. Tahap-tahap perkembangan Dewasa awal

6 METODE PENELITIAN Studi ini menggunakan metode penelusuran kepustakaan (literatur). Penulis mengkaji kasus-kasus dan jurnal-jurnal ilmiah psikologi yang terkait dengan coping stress dan kemacetan.

7 Hasil Pembahasan Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat disimpulkan coping yang digunakan dari masing- masing kasus Kasus A menggunakan problem focused coping kasus B menggunakan dua bentuk coping yaitu problem focused coping dan emotional focused coping Pemilihan coping stress dipengaruhi oleh situasi yang sedang terjadi, kedua cara tersebut dapat digunakan secara bersamaan oleh individu, namun tidak semua coping stress ini dapat dilakukan oleh individu.

8 KESIMPULAN Dari data di atas maka dapat di simpulkan bahwa kasus di atas tidak menetapkan coping stress yang sama. Dalam pemilihan coping stress dipengaruhi oleh situasi yang sedang terjadi. Individu yang cenderung menggunakan problem focused coping dalam menghadapi kondisi kemacetan dapat dikontrol atau ketika individu memiliki persepsi bahwa pemicu stressor dapat diubah. Sebaliknya individu akan menggunakan emotion focused coping ketika menghadapi kondisi kemacetan yang sulit untuk dikontrol dengan emosi saat terjebak macet.

9 SARAN Berdasarakan apa yang diuraikan di atas, diajukan beberapa saran 1. Bagi karyawan pengguna jalan Diharapkan untuk mengurangi stres dapat melakukan coping stres dengan problem focused coping seperti berangkat lebih awal, mencari informasi terlebih dahulu tentang jalan yang akan dilewati dan saat pulang kerja dia lebih memilih mencari alternatif jalan lain walaupun memutar atau emotion focused coping seperti menyalakan musik dalam volume sedang agar tidak terlalu bosan sesuai situasi yang sedang terjadi. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat mengkaji kajian mengenai coping stress dengan subjek yang berbeda. Disarankan juga mengembangkan dengan metode kualitatif atau kuantitatif penelitian lain yang masih berkaitan antara bidang psikologi dan kemacetan misalnya pada bidang psikologi sosial.