BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian ini usia responden adalah usia tahun sebanyak 43 responden (53,75%), tahun sebanyak 33 responden (41,25%), dan usia tahun sebanyak 4 responden (5%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa usia pekerja di PT. Flambindo Cortama termasuk ke dalam kelompok usia yang produktif untuk kerja. Usia produktif adalah usia antara tahun. Usia tahun merupakan golongan usia muda. Pada usia tersebut merupakan usia yang masih memiliki tingkat ketahanan fisik yang kuat dan tingkat kecekatan dalam bekerja yang masih baik. Pada usia tahun merupakan golongan usia menengah. Pada usia tersebut tingkat ketahanan fisik dan tingkat kecekatan dalam bekerja mulai menurun. Sedangkan pada usia tahun merupakan golongan usia tua. Pada usia tersebut tingkat ketahanan fisik dan tingkat kecekatan dalam bekerja sangat rendah dan sangat terbatas. 97

2 98 Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lechman (1972) bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Dengan bertambahnya usia, kecekatan, kekuatan fisik dan kesehatan akan ikut mengalami kemunduran. Di PT. Flambindo Cortama memiliki usia pekerja terbanyak pada kisaran usia tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di PT. Flambindo Cortama memiliki pekerja yang mempunyai ketahanan fisik dan kecekatan dalam bekerja yang baik. 2. Status Pernikahan Status pernikahan menjadi salah satu pertanyaan di dalam penelitian ini, karena menurut Attwood, Joseph, dan Danz-Reece (2004) shift kerja akan mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial pekerja, salah satunya adalah aktivitas sosial bersama keluarga. Hal ini disebabkan terkadang pekerja tidur saat kegiatan sosial berlangsung, sehingga pekerja sulit memberikan waktunya pada keluarga, berkumpul dengan teman atau berinteraksi dengan masyarakat untuk mendapatkan nilai sosial yang besar. Dalam penelitian ini, dari 80 responden, 72 responden (90%) berstatus menikah. 3. Pengalaman Kerja Poin lain dalam penelitian ini adalah pengalaman kerja. Responden yang dipilih adalah pekerja yang mempunyai pengalaman kerja minimal 1 tahun. Dari responden yang ada, sebanyak 52 responden (65%) memiliki pengalaman kerja antara 1-5 tahun, 22 responden (27,5%) memiliki pengalaman kerja antara 5-10 tahun, dan 6 responden (7,5%) memiliki pengalaman kerja selama lebih dari 10 tahun. Sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja 1-5 tahun, sedangkan yang lainnya memiliki

3 99 pengalaman kerja 5-10 tahun lebih. Watjana (1971) menyatakan bahwa tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang cukup lama akan membantu dalam pelaksanaan tugas sehingga diharapkan produktivitas akan naik. Selain itu dalam penelitian ini, lamanya pengalaman kerja dapat dijadikan sebagai acuan bahwa responden telah berpengalaman dengan sistem shift kerja dan memahami serta merasakan keluhan-keluhan yang terjadi selama bekerja dengan sistem shift kerja. 4. Tingkat Pendidikan Poin berikutnya adalah tingkat pendidikan responden di PT. Flambindo Cortama. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam bekerja. Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan mencerminkan kecerdasan dan keterampilan tertentu sehingga kesuksesan kerja dapat diperkirakan dari latar belakang pendidikan seseorang yang akan berpengaruh terhadap penampilan kerja. Menurut As ad (1987) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin cenderung sukses dalam bekerja. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja di bagian produksi adalah lulusan SMP. Hal ini dikarenakan pada bagian produksi ini, perusahaan lebih mementingkan keterampilan dibanding tingkat pendidikan.

4 Dampak Shift Kerja Terhadap Performansi, Kesehatan dan Psikososial Menurut Attwood, Joseph, dan Danz-Reece (2004) shift kerja berdampak pada performansi, kesehatan, dan psikososial. 1. Performansi Kerja Berkurangnya jumlah dan kualitas tidur pekerja malam mengacu pada berkurangnya performansi pekerja. Pada beberapa pekerjaan, interaksi yang terjadi pada kondisi tubuh dengan kesulitan tidur dapat menimbulkan penurunan performansi dan keselamatan pekerja malam secara signifikan. 2. Kesehatan dan Keselamatan Pekerja Suatu sistem syaraf manusia biasanya memiliki daya tolak yang luar biasa terhadap perubahan yang tiba-tiba. Jadi, penjadwalan kerja seharusnya diatur sehingga tidak mengganggu sistem syaraf tersebut secara berlebihan. Biasanya hal ini dilakukan dengan memberikan perubahan yang bersifat sementara dan berikutnya pekerja dikembalikan pada kondisi normalnya. Misalnya, seorang pekerja hanya menjalani satu shift malam dalam dalam satu minggunya. Cara lain, adalah dengan memberikan perubahan yang permanen pada pekerja, hingga ia terbiasa dengan keadaan tersebut. Contoh, pekerja tersebut melakukan shift malam terus menerus tanpa diselingi oleh shift yang berlainan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pekerja yang mengalami gangguan kesehatan, seperti kesulitan pencernaan dan sulit tidur, biasanya dipengaruhi negatifoleh shift malam.

5 Interaksi sosial Kebutuhan seseorang pasti berbeda-beda. Permasalahan pokok yang berhubungan dengan shift kerja adalah terkadang pekerja tidur saat kegiatan sosial berlangsung. Hal ini menyebabkan pekerja sulit memberikan waktunya pada keluarga, berkumpul dengan teman atau berinteraksi dengan masyarakat untuk mendapatkan nilai sosial yang besar. Sedangkan kegiatan harian lain seperti hobi, olah raga, belanja atau menonton televisi sebagai hiburan dapat dilupakan Dampak Shift Kerja Terhadap Performansi Performansi kerja seseorang dapat berpengaruh dikarenakan kelelahan atau kurangnya istirahat. Dalam kasus ini, performansi seseorang terpengaruh karena pergantian shift kerja yang terjadi pada tiap minggunya. Seorang pekerja yang bekerja pada shift pagi dan minggu berikutnya bekerja pada shift malam, maka pekerja tersebut akan melakukan adaptasi pada lingkungan sekitar setiap minggunya. Permasalahan yang banyak terjadi adalah adaptasi setiap orang berbeda-beda, banyak diantaranya memerlukan waktu lama untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru. Keluhan responden shift pagi yang berpengaruh terhadap performansi kerja pekerja adalah responden menyatakan biasa saja dalam melakukan pekerjaan dengan kecepatan yang sama tiap jamnya. Keluhan tersebut disebabkan kurangnya konsentrasi yang diakibatkan oleh rasa kantuk. Rasa kantuk tersebut diakibatkan karena pergantian shift. Pekerja yang sebelumnya bekerja pada shift malam akan sulit beradaptasi untuk bekerja pada shift pagi. Berdasarkan

6 102 hasil wawancara, pekerja dapat beradaptasi pada jam kerja shift pagi setelah hari ke 3 shift pagi. Bagi pekerja yang bekerja dengan sistem shift rotasi, fungsi tubuh mereka terus beradaptasi dengan lingkungan sekitar setiap minggunya. Menurut Kuswadji (1997), tubuh manusia sebenarnya mudah menyesuaikan dengan keadaan luar, sebagaimana dengan keluar masuknya matahari. Perbedaan dengan siklus tubuh manusia hanya satu jam per hari. Itu adalah masa maksimal. Pada pekerja shift ada perbedaan selama 8 jam. Ini tentu saja memerlukan penyesuaian selama 8 hari. Dengan kata lain jika seorang pekerja sudah bekerja malam selama satu minggu, maka dia sudah menjadi manusia malam. Jika setelah itu diubah lagi menjadi pekerja siang, dia perlu penyesuaian seminggu pula. Sedangkan keluhan pada performansi yang dirasakan oleh responden shift malam adalah sebagai berikut: 1. Responden menyatakan tidak mampu untuk melakukan suatu tindakan dengan tepat jika terjadi masalah dalam pekerjaan, 2. Responden menyatakan tidak dapat melakukan tindakan yang cepat jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan, 3. Responden menyatakan tidak dapat menerima arahan pekerjaan dari atasan dengan baik, 4. Responden menyatakan terkadang tidak dapat mengingat tugas yang diberikan dengan benar, 5. Responden menyatakan terkadang tidak mampu menyampaikan informasi pekerjaan terhadap rekan kerja dengan benar, dan 6. Responden menyatakan terkadang tidak mampu melakukan perencanaan dalam pekerjaan.

7 103 Keluhan yang dirasakan pada shift malam lebih banyak dirasakan oleh responden. Hal ini disebabkan karena tuntutan bekerja shift menyebabkan gangguan pada circadian rhythm dan pada metabolisme tubuh kita. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan sistem kerja shift. Kerja shift membutuhkan banyak sekali penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu makan dan waktu berkumpul bersama keluarga. Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber daya (energi). Itulah sebabnya mengapa orang yang bekerja pada shift malam sering merasa mengantuk dan kelelahan saat bekerja. Kelelahan dan insomnia adalah keluhan yang umum bagi para pekerja shift. Kelelahan ini akan menurunkan daya konsentrasi, motivasi, daya ingat dan reaksi mental yang dapat mempengaruhi semua aspek kinerja. Selain itu, pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan dan tugas monoton lainnya juga akan terpengaruh, karena pada saat bekerja malam hari, seseorang tidak dapat mempertahankan kewaspadaan dan perhatiannya. Menurut Singleton (1972) pada shift malam, konsentrasi atau konsistensi menurun dari waktu ke waktu karena perubahan dari shift pagi ke shift malam. Tubuh pekerja masih memerlukan adaptasi maksimal selama 8 hari akibat bekerja dari shift pagi. Penurunan konsentrasi ini terjadi karena selama malam fungsi fisiologi tubuh benilai rendah. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja pada malam hari dan maksimum terjadi pada shift malam.

8 Dampak Shift Kerja Terhadap Kesehatan Shift kerja menunjukan keterkaitan langsung dengan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah gangguan kesehatan mental dan fisik. Pada gangguan kesehatan mental akan berpengaruh terhadap emosi, motivasi kerja dan mood kerja. Sedangkan pada gangguan kesehatan fisik akan berpengaruh terhadap nafsu makan, pencernaan, dan kualitas dan kuantitas tidur. Pada penelitian ini terdapat persamaan keluhan dampak shift kerja terhadap kesehatan antara shift pagi dan shift malam, persamaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Terkadang merasa mudah marah, 2. Terkadang mudah tersinggung dan 3. Pernah kehilangan nafsu makan. Pada shift pagi dan shift malam terdapat persamaan keluhan. Hal ini menunjukkan bahwa pada shift pagi maupun shift malam pekerja mengalami keluhan mental. Keluhan mental yang dimaksud adalah adanya rasa cemas, sedih, marah, kesal, khawatir, rendah diri, kurang percaya diri dan lainlain. Hal ini dapat diakibatkan dari ketidakpuasan pekerja karena kurangnya sosialisasi bersama keluarga yang diakibatkan perputaran shift kerja, atau kurangnya waktu istirahat setelah terjadinya pergantian shift kerja dan jenis kerja yang monoton yang membuat pekerja merasa bosan, mudah tersinggung dan mudah marah. Sedangkan keluhan lainnya yang hanya dirasakan pada shift malam diantaranya adalah : 1. Tidak bisa berusaha bekerja keras untuk mencapai hasil kerja yang baik, 2. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu,

9 Tidak senang dalam melakukan pekerjaan, 4. Tidak dapat tidur nyenyak, dan 5. Tidur kurang dari 8 jam. Keluhan yang dirasakan pada shift malam lebih banyak dirasakan oleh responden dibandingkan pada shift pagi. Emosi akan meningkat dan motivasi kerja akan menurun bagi pekerja yang bekerja di malam hari. Menurunnya motivasi kerja ini disebabkan kelelahan yang timbul karena kurangnya istirahat. Bagi para pekerja giliran malam, masalah timbul pada kebiasaan tubuh. Pekerja malam mengakali dengan tidur di pagi hingga siang hari untuk mengganti kebutuhan tidur 8 jam perhari. Masalahnya, tubuh harus dibuat melawan siklus alami yakni bekerja berdasar cahaya terang dan beristirahat saat gelap malam. Pekerja yang bekerja pada shift malam terpaksa harus istirahat pada siang hari, ketika kondisi tubuhnya terbangun, dan begitu juga sebaliknya. Tidur pada siang hari biasanya lebih pendek dibandingkan dengan tidur pada malam hari, dan kualitas tidur pada siang hari tidak sebaik tidur pada malam hari karena pengaruh cahaya matahari dan kebisingan. Dampak dari rendahnya kualitas dan kuantitas tidur ini dapat memicu kantuk pada saat bekerja. Pada saat seseorang mengantuk, maka ia akan dengan mudah kehilangan konsentrasi sehingga dapat memicu emosi dan motivasi kerja seseorang. Hal lain yang harus diwaspadai adalah akumulasi dari dampak kantuk yang akan terasa setelah beberapa hari. Bukti dari para ahli menunjukkan pengalihan jam tubuh alami mempengaruhi ritme jantung, sehingga memicu perubahan hormonal dan metabolisme. Pengalihan itu ternyata meningkatkan resiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

10 Dampak Shift Kerja Terhadap Psikososial Faktor-faktor psikososial dapat mempengaruhi performansi kerja dan kepuasan kerja. Masalah dan gangguan pada umumnya terkait dengan tiga faktor: jadwal shift kerja, perbedaan individu, dan kehidupan pribadi dan sosial pekerja. Dengan adanya pergeseran jadwal shift kerja, kehidupan pribadi dan kehidupan sosial seorang pekerja akan terganggu. Pada peneilitan ini terdapat persamaan keluhan dampak shift kerja terhadap psikososial antara shift pagi dan shift malam, persamaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Terkadang tidak memiliki waktu untuk melakukan hobi, 2. Terkadang tidak memiliki kesempatan berkumpul dengan keluarga, 3. Terkadang tidak memiliki waktu untuk berekreasi, 4. Terkadang tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan rekan kerja yang berbeda shift, dan 5. Terkadang tidak dapat ikut serta dalam kegiatan sosial. Pada shift pagi keluhan yang dirasakan responden memiliki persamaan dengan keluhan yang dirasakan pada shift malam. Namun tingkat keluhan yang dirasakan lebih besar pada shift malam. Hal tersebut diakibatkan dari perputaran shift kerja yang memberi pengaruh terhadap pekerja baik pada shift pagi maupun pada shift malam. Ketika para pekerja adalah bagian dari sistem perputaran jadwal shift, mereka merasa sulit untuk mengembangkan dan mempertahankan interaksi sosial dengan teman-teman yang kebetulan berada di pergeseran berbeda karena proses rotasi. Oleh karena itu, pekerja tersebut dapat mengalami isolasi sosial. Selain itu, perputaran shift kerja mempengaruhi terhadap tingkat sosialisasi pekerja karena interaksinya

11 107 terhadap lingkungan menjadi terganggu, seperti aktivitas sosial bersama keluarga, teman serta berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi, pendidikan, dan masyarakat. Dampak sosial tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja pekerja. Sedangkan keluhan lainnya pada shift malam yang tidak dirasakan pada shift pagi adalah responden tidak memiliki waktu untuk mengobrol dengan keluarga seusai bekerja. Pada shift malam, pekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk melakukan interaksi sosial. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pekerja shift terkadang tidur saat kegiatan sosial berlangsung. Hal ini menyebabkan pekerja sulit memberikan waktunya pada keluarga, berkumpul dengan teman atau berinteraksi dengan masyarakat untuk mendapatkan nilai sosial yang besar. 5.3 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Fisik Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme. Kelelahan terjadi karena beberapa hal, misalnya melakukan aktifitas monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan psokologis dan keadaan gizi. Sebagian besar kecelakaan kerja ada kaitannya dengan kelelahan kerja. Untuk meminimasi kelelahan, ada baiknya memperhatikan kondisi kerja terlebih dahulu, terutama pada saat shift malam. Lama shift kerja tidak terlalu panjang, dan penyiapan yang baik sebelum tugas malam dengan memperhatikan kondisi kerja, agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat menurun.

12 108 Keluhan fisik yang sering dirasakan pekerja setelah bekerja adalah sebagai berikut : 1. Responden sering merasa sakit di bagian lengan atas kanan 2. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan tangan kiri 3. Responden sering mearsa sakit di bagian pergelangan tangan kanan 4. Responden sering merasa sakit di bagian paha kiri 5. Responden sering merasa sakit di bagian paha kanan 6. Responden sering merasa sakit di bagian betis kiri 7. Responden sering merasa sakit di bagian betis kanan 8. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan kaki kiri 9. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan kaki kanan 10. Responden sering merasa sakit di bagian kaki kiri Berdasarkan hasil identifikasi terhadap nordic body map kuesioner, responden merasakan keluhan fisik pada segmen tubuh yang sama baik pada shift pagi maupun pada shift malam. Hal ini menunjukkan bahwa shift kerja tidak mempengaruhi permasalahan pada keluhan fisik, namun dapat diakibatkan dari jenis pekerjaan dan beban kerja pada shift pagi maupun shift malam adalah sama. Dari keluhan-keluhan yang dirasakan responden diatas, berdasarkan nilai persentase diatas 50%, keluhan yang paling banyak dirasakan responden adalah pada bagian betis kiri dan betis kanan dan juga pada bagian kaki kiri dan kaki kanan. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan yang mengharuskan responden berdiri selama melakukan pekerjaannya. Departemen produksi yang mengharuskan pekerja berdiri secara terus-menerus diantaranya adalah

13 109 pada bagian press, cutting, welding, turret. Keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja tersebut sebaiknya diatasi dengan memperbaiki posisi kerja pekerja. Pihak perusahaan harus dapat meminimasi keluhan yang dirasakan pekerja. Keluhan tersebut apabila dibiarkan akan menjadi rasa sakit yang berkepanjangan bagi pekerja. Khususnya pada shift malam, dimana fungsi fisiologi sedang mengalami pemulihan, sehingga pekerja shift malam sangat rentan terhadap keluhan fisik. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan mengatur cara kerja dan posisi kerja pekerja. Untuk dapat melakukan perbaikan ini maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut sehingga dapat membantu meringankan cara kerja pekerja di PT. Flambindo Cortama. 5.4 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Denyut Nadi Pengukuran denyut nadi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelelahan kerja bagi pekerja shift. Rata-rata denyut nadi seorang pekerja yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat kelelahan dan beban kerja yang dialami pekerja tersebut tinggi. Secara umum semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Kondisi melemahnya fungsi tubuh ini, ditambah dengan tuntutan tanggung jawab pekerjaan yang menumpuk dapat mengakibatkan kelelahan. Selain itu, kemungkinan adanya lingkungan fisik yang terlalu menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan akibat melemahnya fungsi tubuh dan kurangnya hubungan interpersonal skill pada shift malam menjadi penyebab melemahnya fungsi tubuh.dalam penelitian ini, pengukuran denyut nadi dilakuan pada saat sebelum bekerja, saat bekerja,

14 110 dan saat setelah bekerja. Hasil pengukuran denyut nadi tersebut kemudian diuji hipotesis ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat pebedaan signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam. 1. Pengukuran Denyut Nadi Saat Sebelum Bekerja Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam saat sebelum bekerja. Meskipun demikian, bila dilihat secara grafik rata-rata denyut nadi pada shift malam masih menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan shift pagi. Hal ini disebabkan pada saat sebelum bekerja, khususnya pada shift malam pekerja telah melakukan aktifitas diluar pekerjaan sebelum ia mulai bekerja. Hal lainnya juga dapat disebabkan dari perbedaan lingkungan yang terjadi di pagi hari dan di malam hari, atau dapat diakibatkan dari keadaan mental pekerja yang tidak siap untuk bekerja pada malam hari. 2. Pengukuran Denyut Nadi Saat Bekerja Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam saat bekerja. Pada umumnya, tubuh manusia bersistirahat pada malam hari sehingga denyut nadi mengalami penurunan untuk recovery, namun bagi pekerja shift yang bekerja pada malam hari menyebabkan pengaturan sirkulasi dalam tubuh manusia untuk bekerja lebih pada malam hari yang menyebabkan denyut nadi pada shift malam mengalami peningkatan karena memaksakan untuk bekerja. Pada shift malam, tingkat kelelahan saat bekerja lebih tinggi, hal tersebut dapat dilihat pada grafik denyut nadi bahwa rata-

15 111 rata denyut nadi pada shift malam lebih besar dari pada rata-rata denyut nadi pada shift pagi. Intensitas lamanya bekerja juga dapat mempengaruhi kerja denyut nadi. Oleh karena itu, perancangan jadwal shift kerja yang baik perlu dilakukan. 3. Pengukuran Denyut Nadi Saat Setelah Bekerja Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam saat setelah bekerja. Rata-rata denyut nadi pada saat setelah bekerja pada shift pagi maupun shift malam menunjukkan hasil yang hampir mendekati ratarata denyut nadi pada saatsebelum bekerja. Bila dilihat secara grafis, ratarata denyut nadi pada shift pagi dan shift malam cukup berdekatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada shift pagi maupun pada shift malam, pekerja mempunyai tingkat recovery yang sama. Dari hasil pengukuran denyut nadi, baik pada saat sebelum bekerja, saat bekerja, dan saat setelah bekerja, bila dilihat secara grafik denyut nadi pada shift malam lebih besar dibandingkan dengan denyut nadi pada shift pagi. Hal ini menunjukkan bahwa pada malam hari fungsi fisiologi tubuh manusia tidak dapat melakukan pekerjaan seperti halnya pada saat pagi atau siang hari. Selain itu pengaruh-pengaruh dari luar menjadi fakor penyebab denyut nadi di malam hari labih tinggi dibandingkan di pagi hari ataupun siang hari. Seperti pengaruh dari lingkungan, kondisi kesehatan, dan kondisi psikis menjadi salah satu faktor penyebab denyut nadi di malam hari lebih besar dibandingkan di pagi hari. Namun, meski secara grafik menunjukkan bahwa denyut nadi pada

16 112 shift malam lebih besar dari pada denyut nadi pada shift pagi, rata-rata denyut nadi ini menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan responden masih dalam kategori pekerjaan ringan hingga sedang yaitu berada diantara detak/menit (suma mur, 1989). Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang ada masih bisa diterima oleh fisik pekerja baik pada shift pagi maupun pada shift malam. 5.5 Usulan Perbaikan Shift Kerja di PT. Flambindo Cortama Berdasarkan hasil pembahasan di atas, tidak menunjukkan adanya beban kerja yang berat bagi pekerja shift. Tapi apabila merujuk kepada hasil kuesioner dampak shift kerja, terdapat keluhan- keluhan yang mengindikasikan bahwa sistem shift kerja di PT. Flambindo Cortama perlu dilakukan perbaikan. Keluhan-keluhan yang banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada variabel kesehatan dan psikososial. PT. Flambindo Cortama memiliki 2 jadwal shift kerja, yaitu shift pagi dan shift malam. Perputaran jadwal shift kerja dilakukan setiap satu minggu. Jumlah jam kerja yang tersedia adalah 8 jam kerja per harinya, namun terkadang dengan jadwal yang tidak pasti, pekerja dikenakan lembur sehingga jam kerja yang diterima oleh pekerja melebihi dari 8 jam kerja. Dengan jadwal shift kerja tersebut, pekerja shift di PT. Flambindo Cortama akan mengalami kesulitan beradaptasi pada lingkungan kerja setiap minggunya. Ketika mereka sudah terbiasa dengan pekerjaan pada malam hari, mereka akan mengalami kesulitan ketika berpindah pada shift pagi pada minggu berikutnya. Jadwal shift kerja lama dapat dilihat pada Tabel 5.1.

17 113 Tabel 5.1 Jadwal Shift Kerja Lama No Nama Pagi Malam Off Total Shift S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R 1 Grup 1 P P P P P O M M M M M M O O P P P P P O M M M M M M O O P P P Grup 2 M M M M M O O P P P P P O M M M M M M O O P P P P P O M M M M Keterangan : P (Pagi) M (Malam) O (Off) Perbaikan yang diberikan adalah mencoba mengusulkan perubahan jadwal shift kerja menjadi 3 shift kerja dengan pola (Pola Metropolitan), dengan jadwal jam kerja shift pagi dimulai pada pukul dan berakhir pada pukul 15.00, jadwal jam kerja shift sore dimulai pada pukul dan berakhir pada pukul 23.00, jadwal jam kerja pada shift malam dimulai pada pukul dan berakhir pada pukul Dengan jumlah pekerja yang ada di PT. Flambindo Cortama memungkinkan untuk membuat jadwal shift kerja menjadi 3 shift kerja. Diharapkan dengan jadwal shift kerja yang baru tersebut dapat mengurangi keluhan-keluhan dari dampak shift kerja. Dengan pergantian jadwal shift kerja yang dilakukan setiap 2 hari sekali dan diberikan libur setelah bekerja pada shift malam, memungkinkan pekerja untuk dapat berisitrahat dengan cukup setelah melakukan aktivitas di malam hari. Selain itu, dengan sistem shift kerja tersebut tidak perlu lagi diberikan jam kerja lembur karena proses produksi telah berlangsung selama 24 jam sehingga dengan demikian secara tidak langsung juga dapat mengurangi upah pekerja. Usulan jadwal shift kerja dapat dilihat pada Tabel 5.2

18 114 Tabel 5.2 Usulan Jadwal Shift Kerja Baru No Nama Total S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R Pagi Sore Malam Off Shift 1 Grup 1 P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O Grup 2 S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P Grup 3 M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S Keterangan : P (Pagi) M (Malam) O (Off) Dipilihnya jadwal shift kerja dengan pola (Pola Metropolitan) adalah untuk mempersingkat sisitem rotasi shift kerja. Dengan mempersingkat rotasi shift kerja maka dapat mempersingkat pula tingkat adaptasi pekerja ketika dilakukan pergantian jadwal shift kerja dari malam ke pagi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menurut Kuswadji (1997), perbedaan siklus tubuh manusia hanya satu jam per hari. Itu adalah masa maksimal. Pada pekerja shift ada perbedaan selama 8 jam. Ini tentu saja memerlukan penyesuaian selama 8 hari. Dengan kata lain jika seorang pekerja sudah bekerja malam selama satu minggu, maka dia sudah menjadi manusia malam. Jika setelah itu diubah lagi menjadi pekerja siang, dia perlu penyesuaian seminggu pula. Dengan diberlakukannya pola shift kerja 2-2-2, pekerja dapat melakukan penyesuaian pada saat libur setelah bekerja malam. 5.6 Usulan Perbaikan Cara Kerja Terhadap Kondisi Fisik Pekerja Berdiri merupakan salah satu postur alami manusia yang sebenarnya tidak menimbulkan bahaya kesehatan tertentu. Tapi jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama hal ini akan mempengaruhi kondisi tubuh, sama

19 115 seperti halnya bahaya terlalu lama duduk. Bekerja dalam posisi berdiri untuk jangka waktu panjang secara teratur bisa menyebabkan kaki sakit, pembengkakan kaki, varises, kelelahan otot umum, nyeri pinggang serta kekakuan pada leher dan bahu. Hal ini karena tubuh dipengaruhi oleh pengaturan daerah kerja sehingga membatasi posisi-posisi tubuh pekerja dalam beraktivitas. Akibatnya tubuh pekerja hanya memiliki sedikit kebebasan bergerak dan menjadi lebih kaku. Kurangnya fleksibilitas tubuh akan menyebabkan masalah kesehatan. Bekerja dalam posisi berdiri pada jangka panjang akan menimbulkan ketidaknyamanan dan akhirnya jika berlangsung terus menerus bisa mengakibakan masalah kesehatan yang parah dan kronis. Terlalu lama berdiri membuat otot menjadi kaku sehingga secara efektif bisa mengurangi suplai darah ke otot-otot. Akibatnya aliran darah berkurang sehingga mempercepat timbulnya kelelahan dan menyebabkan nyeri pada otot-otot punggung, kaki dan leher (otot-otot ini digunakan untuk mempertahankan posisi tubuh). Pekerja tidak hanya merasakan ketegangan otot tapi juga ketidaknyamanan lainnya seperti berkumpulnya darah di kaki, serta berdiri terlalu lama mengakibatkan radang pembuluh darah. Peradangan ini dari waktu ke waktu berkembang menjadi varises kronis dan menyakitkan. Selain itu juga bisa menyebabkan sendi di tulang belakang, pinggul, lutut dan kaki menjadi seperti terkunci yang nantinya memicu terjadinya penyakit rematik degeneratif akibat kerusakan pada tendon dan ligamen (struktur yang mengikat otot tulang). Meski begitu beberapa hal bisa dilakukan pekerja untuk mengurangi dampak yang tidak menyenangkan, yaitu sebagai berikut

20 116 a. Menggunakan alas kaki yang nyaman. b. Jika memang harus menggunakan sepatu bertumit sebaiknya pilihlah tinggi sepatu yang kecil atau di bawah 5 cm. c. Usahakan untuk duduk disela-sela waktu kerja atau setidaknya ketika ada waktu istirahat melakukan peregangan secara teratur misalnya setidaknya 30 menit atau 1 jam, peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan pada kaki, bahu, leher dan kepala. 3. Untuk dapat merumuskan strategi sistem shift kerja yang baik, maka perlu ditentukan kriteria perancangan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a. Waktu kerja tiap hari tidak boleh lebih dari 8 jam b. Jumlah shift kerja malam yang berurutan untuk seorang pekerja, harus ditekan sekecil mungkin c. Setiap shift malam harus diikuti dengan waktu libur stidaknya 24 jam d. Tiap perencanaan shift kerja mesti meliputi akhir pekan, paling tidak 2 hari berurutan. e. Untuk pekerja malam dan sore hari, tingkat penerangan tinggi harus tersedia. Selain itu, stimulant bagi pekerja agar pekerja tetap terjaga dan waspada perlu dilaksanakan, seperti pemutaran music, penyediaan minuman berkafein dan makanan panas. f. Berdasarkan hasil penelitian, didapat strategi perbaikan, yaitu strategi perbaikan shift kerja. Strategi tersebut adalah merubah sistem shift kerja menjadi 3 shift dengan sistem rotasi cepat atau dengan pola 2-2-2

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO (2003), setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Guwatirta Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang UTRA. Dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja Kerja shift jika dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh pihak perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries *) **) Findi Purbonani *), Daru Lestantyo **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

Pola Tidur Diabetasi Efektif dan Konsisten

Pola Tidur Diabetasi Efektif dan Konsisten Pola Tidur Diabetasi Efektif dan Konsisten Yang Pola Tidur Diabetasi Yang Efektif dan Konsisten. Tidur merupakan kebutuhan yang diperlukan tubuh kita sebagai mahkluk hidup. Setiap orang memiliki rutinitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, Desica Natalia Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta E-mail: iwayansukania@tarumanagara.ac.id,

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit).

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit). BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kelelahan (Fatigue) Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh manusia. Kelelahan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu isu ergonomi kesehatan semakin banyak diminati, mengingat setiap aktivitas kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga istirahat pada semua orang akan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak

Lebih terperinci

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) Muchlison Anis *, Mufti Hidayat 2, Mila Faila Sufa 3,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang atas penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan pada tugas akhir. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole BAB II LANDASAN TEORI A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Manusia dalam melakukan pekerjaan kerap kali mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti pekerjaan yang dapat menimbulkan efek terhadap sistem rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Atlet Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti : Tegar Rizky Nur Maulidha NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negatif timbulnya gangguan perilaku seperti gangguan tidur atau insomnia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negatif timbulnya gangguan perilaku seperti gangguan tidur atau insomnia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di berbagai aspek kehidupan, maka tantangan hidup yang akan dihadapi manusia akan semakin berat dan kompleks. Akibat dari hal tersebut,

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci