Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko"

Transkripsi

1 Manajemen Risiko Kelelahan Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI Referensi: -. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Berbagai Sumber lainnya

2 Strategi Operasional Strategi operasional yang paling umum untuk mengelola kelelahan adalah melalui batas preskriptif. Pada jumlah jam karyawan dapat bekerja, dan jumlah jam dimana karyawan bebas dari pekerjaan dan tersedia kecukupan waktu untuk tidur, istirahat dan rekreasi.

3 Preskriptif Secara historis telah dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, meski tidak secara khusus untuk mengendalaikan kelelahan. Secara alami, batas preskriptif merupakan suatu pendekatan 'satu ukuran sesuai untuk semua' yang tidak mempertimbangkan perbedaan kondisi dimana operator bekerja atau risiko yang dihadapi.

4 fatigue

5 Bekerja pada malam hari Bekerja pada malam hari dan harus tidur pada siang hari secara signifikan dapat lebih melelahkan daripada bekerja pada siang hari dan tidur pada malam hari. Terutama yang disebabkan karena ritme sirkadian manusia dalam kewaspadaan, dan juga karena faktor lingkungan seperti; panas, cahaya dan kebisingan yang dapat mengganggu seseorang yang ingin mencoba untuk tidur pada siang hari.

6 Model Swiss Cheese mengilustrasikan contoh lapisan proteksi terhadap kelelahan yang menyebabkan insiden (Sumber: Reason, 1990)

7 James Reason tentang 'Swiss Cheese' (Reason, 1990) Untuk menggunakan model insiden penyebab dari James Reason tentang 'Swiss Cheese' (Reason, 1990), maka pembatasan jam kerja hanya memberikan suatu lapisan pertahanan tunggal yang tidak sempurna terhadap insiden yang terkait dengan kelelahan. Insiden yang terkait dengan kelelahan biasanya didahului oleh kelelahan yang terkait dengan kesalahan, yang pada gilirannya akan didahului oleh gejala perilaku kelelahan, dan suatu riwayat kerja/tidur individu yang telah menyebabkan kelelahan.

8 Risiko Kelelahan (Dawson dan McCulloch, 2005). Masing-masing tingkat kelelahan yang terkait dengan rangkaian kesalahan memberikan kesempatan tambahan untuk mendeteksi dan mengukur kelelahan dan menerapkan suatu lapisan pertahanan terhadap risiko kelelahan (Dawson dan McCulloch, 2005). Dengan demikian, batas jam kerja harus didukung oleh lapisan tambahan pertahanan, yang berkaitan dengan masing-masing lapisan berikutnya dalam rangkaian insiden.

9 Microsleep Pernah kah anda mengalami situasi di mana anda sedang berkendara tiba-tiba terlelap? Hanya seketika. Hanya beberapa detik.

10 Microsleep MICROSLEEP adalah keadaan dimana badan 'tidur' sesaat. Segala input dari indera penglihatan dan pendengaran tidak dapat diproses otak. "shut down". Durasi microsleep adalah antara 1 hingga 30 detik. Hal ini bisa terjadi walaupun mata masih terbuka. Seperti sebuah komputer, otak telah "shut down".

11 Microsleep Pada kecepatan 70 km/jam, microsleep selama 3 detik menyebabkan kenderaan menyusur tanpa kendali sejauh 200 meter. Dalam jarak 200 meter, nyawa bisa melayang dalam sekejap mata. Bayangkan apa yang terjadi apabila kendaraan berada pada kecepatan 100 km/jam.

12 fight or flight #1 Ada juga yang berpendapat jika kenderaan dipacu kencang, rasa mengantuk akan berkurang, akibat ada hormon 'adrenaline' yang meningkatkan upaya 'fight or flight'. (Fight or flight adalah sitiuasi dimana badan bersedia untuk menghadapi keadaan yang memberhayakan diri: lari atau lawan). Adapula sebahagian orang berpendapat jalan yang berliku seperti kelok 44 dianggap bisa menghilangkan rasa kantuk karena pengendara lebih fokus pada belokannya. Dua fakta di atas hanya mengundang bahaya.

13 fight or flight #2 Kesan 'fight or flight' hanya seketika saja. Sistem badan akan 'burn out' dan akhirnya bisa menyebabkan microsleep yang lebih lama. Jadi, apa yang harus dilakukan? BERHENTI. PARKIR MOBIL DI TEMPAT YANG AMAN TIDUR. Tak perlu tidur lama. Lima menit cukup.

14 Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) adalah suatu rencana atau sistem pengendalian berbasis risiko untuk mengidentifikasi, memonitor, mengelolan risiko kelelahan dengan tujuan untuk memastikan bahwa, karyawan memiliki kinerja dengan tingkat kewaspadaan yang memadai. Suatu MRK harus berbasis pada risiko dan bukti, tetapi juga didasarkan pada pengalaman operasional dan praktis. Hal ini juga harus diintegrasikan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan yang ada.

15 Prinsip-prinsip Pendukung MRK (Manajemen Resiko Kelelahan) MRK harus disesuaikan dengan pekerjaan yang ada di perusahaan. suatu MRK yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengelola risiko kelelahan secara efektif terkait dengan operasi atau pekerjaan secara terus-menerus selama 24 jam, dimana karyawan bekerja beberapa shift malam secara berturut-turut.

16 MRK harus didasarkan pada Penilaian Risiko dan Bukti Manajemen risiko kelelahan melibatkan suatu identifikasi bahaya potensial kelelahan, penilaian risiko yang terkait serta identifikasi dan pelaksanaan strategi mitigasi yang diperlukan. Setelah sarana pengendalian diimplementasikan, maka indikator kinerja harus digunakan untuk memantau efektivitas pengendalian.

17 Individual Fatigue Likelihood Assessment

18 MRK harus dibangun pada suatu prinsip Tanggung Jawab Bersama Oleh karena itu penting untuk melibatkan tenaga kerja dari awal, menjelaskan maksud dan tujuan MRK, melibatkan mereka dalam pengembangan dan implementasi, dan menyediakan pelatihan yang diperlukan yang memungkinkan semua untuk andil dalam mengelola risiko kelelahan secara efektif.

19 MRK harus terintegrasi ke dalam Sistem Manajemen Perusahaan Kelelahan biasanya terjadi sebagai akibat dari suatu interaksi yang kompleks. seorang pekerja yang terlibat dalam suatu insiden terkait dengan kelelahan mungkin telah mengalami peningkatan level kelelahan karena mereka terjaga selama berhari-hari secara berturut-turut sebelum insiden tersebut terjadi. Hal tersebut mungkin diperparah dengan kondisi tidur mereka yang terganggu oleh gangguan nyeri punggung atau gangguan kesehatan lainnya.

20 Cycle of Fatigue

21 Manfaat Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) Manfaat utama dari sebuah MRK adalah tingkat keselamatan kerja dapat ditingkatkan dan pencegahan insiden kelelahan berkaitan dengan insiden dan kecelakaan kerja. Dibandingkan dengan batas preskriptif pada jam kerja dan strategi terisolasi lainnya untuk mengelola kelelahan, pelaksanaan suatu MRK juga memiliki sejumlah keuntungan lain, yaitu:

22 Manfaat Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) #1 MRK adalah suatu pendekatan yang sistematis dan didokumentasikan untuk manajemen kelelahan. Banyak penyebab kelelahan yang berbeda dapat dipertimbangkan. Lebih mengutamakan manajemen Kelelahan berbasis risiko, daripada melibatkan ketergantungan pada penerapan strategi manajemen kelelahan 'satu ukuran sesuai untuk semua'. Melibatkan manajemen risiko baik secara proaktif maupun reaktif.

23 Manfaat Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) #2 Menyediakan set pengendalian kelelahan yang unik di tempat kerja yang dapat dimanfaatkan. Manajemen Kelelahan disesuaikan dengan tempat kerja, daripada mengandalkan strategi manajemen kelelahan secara umum. Tanggung jawab untuk mengelola risiko kelelahan terletak pada perusahaan yang bersangkutan, bukan pada regulator.

24 Penerapan Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) #1 1) Sebuah Komitmen yang didokumentasikan untuk mengelola risiko kelelahan secara sistematis. 2) Sebuah Pernyataan tentang ruang lingkup penerapan rencana. 3) Sebuah Penjelasan secara jelas tentang peran dan tanggung jawab dari berbagai pemangku kepentingan dalam organisasi untuk mengelola kelelahan. 4) Sebuah Pernyataan tentang jam kerja dan batas kerja lembur, menetapkan prosedur yang harus diikuti ketika karyawan dituntut untuk bekerja di luar jam standar. 5) Promosi manajemen risiko Kelelahan melalui program pelatihan, kesadaran dan komunikasi.

25 Penerapan Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK) #2 6) Proses manajemen risiko Kelelahan yang meliputi identifikasi bahaya potensial, penilaian risiko, pengendalian risiko dan evaluasi. 7) Prosedur untuk karyawan agar dapat melaporkan sendiri terjadinya kelelahan yang dialami. 8) Komitmen untuk memastikan bahwa kelelahan dipertimbangkan dalam setiap investigasi kejadian insiden. 9) Manajemen masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kelelahan. 10) Suatu proses untuk audit dan perbaikan secara terus menerus dari PRMK.

26 sekian

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI B A B A K T I S H U A D A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI A K T I S H U A D KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI DITJEN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyebab antara lain: berasal dari faktor manusia, faktor

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyebab antara lain: berasal dari faktor manusia, faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan tingkat kepadatan di jalan raya. Hal ini berakibat pada kemacetan lalu lintas. Kemacetan

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

MANAJEMEN RESIKO K3I

MANAJEMEN RESIKO K3I MANAJEMEN RESIKO K3I Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin banyak aktivitas manusia, maka kemungkinan seseorang mengalami kelelahan semakin besar. Kelelahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Tidur adalah kebutuhan dasar manusia, yang merupakan proses biologi universal yang biasa terjadi pada setiap orang, dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk

I. PENDAHULUAN. Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas instansi mereka. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberlakukan

Lebih terperinci

#11 MANAJEMEN RISIKO K3

#11 MANAJEMEN RISIKO K3 #11 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Dari definisi tersebut, maka dapat dikatakan Manajemen Risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pustaka-pustaka yang mendukung. Pustakapustaka yang digunakan adalah penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam kebutuhan diciptakan dan dikondisikan untuk memenuhi kehidupan manusia, salah satunya adalah energi. Energi merupakan hal esensial dalam seluruh aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Guwatirta Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang UTRA. Dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MODUL E learning Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) & LP2K TTI Seri KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA () Job Safety Analysis (JSA) Oleh : Bidang : Studi : E Learning Kode E Learning Teknik, dll T.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan panca indera manusia yang berfungsi sebagai alat penglihatan. Dengan mata kita dapat melihat sesuatu dan mampu melakukan setiap jenis pekerjaan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan kerja adalah

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Keselamatan Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident)

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING PROSEDUR OPERASI STANDAR (SOP) SOP - HSE - 001 PENGESAHAN NAMA POSISI TANGGAL TANDA TANGAN Dibuat oleh Tejo Prihantoro HSE Superintendent Disetujui Oleh Daan Saputra Project Manager REVISI REV. ALASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya. Namun kini, karena adanya perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. harinya. Namun kini, karena adanya perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak revolusi industri, para tenaga kerja sudah menjalankan pekerjaannya sesuai dengan jadwal kerja dari pagi hingga sore hari dan kemudian beristirahat

Lebih terperinci

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN Oleh : Suharno LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 20 Mei 2005 1. PENDAHULUAN Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan yang tidak stabil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR NAMA PERUSAHAAN : JENIS PEKERJAAN/JASA : BAGIAN 1 : KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN 1. Komitment terhadap K3LL dalam kepemimpinan a) Bagaimanakah secara pribadi manajer-manajer senior terlibat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan

Lebih terperinci

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 Pengantar Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam peningkatan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan infrastruktur transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 PERTEMUAN #8 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC)

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC) PENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC) Ani Umyati 1*, Yayan Harry Yadi 2, Eka Setia Norma Sandi 3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan circadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja

Lebih terperinci

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN, BEBAN KERJA, DAN SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. BATANG HARI TEMBESI KOTA JAMBI TAHUN 2016 Ummu Kalsum 1), Diah Merdekawati 2), Nur Hidayati

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ELEMEN : IMPLEMENTASI (PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 38 TAHUN 2014) TUGAS MATA KULIAH REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG DOSEN : IR.

Lebih terperinci

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

INFORMATION & OPERATION PERTEMUAN 6 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

INFORMATION & OPERATION PERTEMUAN 6 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT INFORMATION & OPERATION PERTEMUAN 6 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Outline Pemahaman Proses Komponen Pengantar Kecelakaan lalu lintas terjadi karena pengemudi lalai menggunakan ponsel ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3 #9 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3 Paul Rankin (1929), mangatakan bahwa 70% dari waktu manusia digunakan untuk komunikasi. Secara terperinci adalah sebagai berikut: Membaca (16%) Menulis (9%) Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentunya akan berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Meskipun kehidupan menjadi semakin maju, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi global yang melanda hampir seluruh Negara di dunia membawa dampak besar terhadap negara berkembang seperti Indonesia. Timbulnya pemutusan hubungan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan karena kualitas sumber daya manusia mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

Fokus kami adalah memberi tahu Anda bila perlu dan membantu mengambil data yang tepat dalam waktu singkat. Analisis Video Pintar

Fokus kami adalah memberi tahu Anda bila perlu dan membantu mengambil data yang tepat dalam waktu singkat. Analisis Video Pintar Fokus kami adalah memberi tahu Anda bila perlu dan membantu mengambil data yang tepat dalam waktu singkat. Analisis Video Pintar Penambahan penginderaan dan struktur Bila memerlukan pengawasan video, yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3 #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3 Paul Rankin (1929), mangatakan bahwa 70% dari waktu manusia digunakan untuk komunikasi. Secara terperinci adalah sebagai berikut: Membaca (16%) Menulis (9%) Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat serta di dukung oleh instansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat serta di dukung oleh instansi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat serta di dukung oleh instansi dan sumber daya yang

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik didalam maupun diluar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahanperubahan

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL Cahyo Sutowo, Ery Diniardi, Sulis Yulianto, Heru Prianto Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak.

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN

PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN Sistematika pedoman peningkatan mutu : 1. Pendahuluan a. Latar belakang b. Tujuan c. Pengertian d. Ruang lingkup 2. Sistem mananejem mutu dan keselamatan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control 148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci