KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH"

Transkripsi

1 KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini. Bogor, Januari 2012 Irma Rahmaniah NRP A

3 ABSTRACT IRMA RAHMANIAH. The Perception Imbalance and The Indicator Comprehension of Sustainable Development in Regional Planning of Sukabumi, West Java Province. Under direction of ERNAN RUSTIADI and FREDIAN TONNY NASDIAN The purpose of the development is to increase the society prosperity can t be avoided by the nature resources using: however nature resources exploitation which less attention to the capability and environment support make it s quality decline. Sustainable development must be put as a need and now and future aspiration. Thus, the human right as economy, social and culture right, and development right is able to assist to make the development concept formula orientation continuity clear. The purpose of sustainable development could be achieved if the development planning has been got by the continuity principle of it, beside it should be understood/comprehended by the whole sides because it will participate both in planning and its application. Sukabumi is one of the city which rate growth of population getting increase. The rate of growth population about 1,31% pe annum, so it should be anticipated because the large of Sukabumi is only 4.800,23 Ha. Although Sukabumi is not too large but the population grow fastest. If there is no wise arrangement it will appear the ecological suicide like worried by Simonds (1986). Thus, the generation needed should be anticipated optimally by consideration the future needed. The continuity and balance city planning should be begun from the same perception and stakeholder or society comprehension in Sukabumi. The research purpose are following: 1) identify the perception and the comrehension of sustainable development principle from stakeholder and society in Sukabumi, 2) identify the sustainable development principle in planning document in Sukabumi, 3) analysis the indicator achievement of sustainable development, 4) analysis if there is an imbalance/gaps or not among the research result 1, 2, and 3. The result of research indicated that there is a perception imbalance and comprehension in indicator of sustainable development not only from stakeholder and society but also in planning document in Sukabumi. Imbalance indicated that it should be a performance increased in improving the actual performance, so that it seems like a feedback for getting better on future. The result of research indicated that the sustainable development principle has not become mainstreaming in planning document in sukabumi. However in Sukabumi there was an indicator achievement of sustainable development conspicuous than others city such as in education, health and water resources theme. Keywords : regional planning, sustainable development, indicator of sustainable development, perception, imbalance/gaps

4 RINGKASAN IRMA RAHMANIAH. Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan FREDIAN TONNY NASDIAN. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Karena itu hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan dari suatu pembangunan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya, dimana rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 1,31% tiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya 4.800,23 Ha. Walaupun lahan di Kota Sukabumi tidak begitu luas, namun pembangunan di kota ini berkembang dengan pesatnya. Perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun secara signifikan terus meningkat di Kota Sukabumi. Apabila tidak ada langkah bijaksana dalam pembangunan di kota ini, maka apa yang dikhawatirkan oleh Simonds (1986), yaitu ecological suicides atau bunuh diri ekologis dapat terjadi. Oleh sebab itu, maka mengantisipasi kebutuhan generasi sekarang dengan optimal dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang merupakan pemikiran yang harus dipadukan dalam perencanaan di wilayah ini. Perencanaan wilayah yang bertujuan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan seimbang haruslah dimulai dari adanya persamaan persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi, (2) mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi, (3) menganalisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dan (4) menganalisis ada/tidaknya kesenjangan antara hasil penelitian 1, 2 dan 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat kesenjangan persepsi dan pemahaman dalam indikator pembangunan berkelanjutan baik antara stakeholder dan masyarakat, dalam dokumen perencanaan, maupun dalam realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Kesenjangan merupakan suatu indikasi bahwa haruslah ada peningkatan kinerja dalam memperbaiki kinerja aktual, sehingga hal ini merupakan salah satu umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang.

5 Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan belum menjadi mainstreaming atau pengarusutamaan dalam dokumen perencanaan yang telah dihasikan di Kota Sukabumi. Walaupun demikian terdapat ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang menonjol dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (Provinsi Jawa Barat) yaitu tema pendidikan, tema kesehatan dan tema sumber daya air. Kata kunci: Perencanaan Wilayah, Pembangunan Berkelanjutan, Indikator Pembangunan Berkelanjutan, Persepsi, Kesenjangan.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan lirik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

7 KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH TESIS Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAINS Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir. Laksmi Adriani Savitri, Msi.

9 Judul tesis Nama NRP : Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi : Irma Rahmaniah : A Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Ernan Rustiadi,M.Agr. Ketua Ir. Fredian Tonny,MS. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr. Tanggal Ujian : 24 Januari 2012 Tanggal Lulus : opember 2011

10 Sebuah karya yang kuperuntukkan bagi orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku : Suamiku tercinta Andri Zaenal Sadikin dan kedua putraku tersayang: Muhammad Iqbal Husaini dan Fauzhan Rafa Firdaus, terimakasih atas kesabaran, cinta, kasih sayang dan dukungannya selama ini.

11 PRAKATA Segenap puja dan puji senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hati,mata, lisan dan pikiran kepada manusia. Salam atas semua utusan-nya yang suci, para penyeru tauhid dan keadilan, terutama kepada yang paling mulia diantara mereka, yaitu Khatam al-anbiya Muhamad Al Mustafa beserta keluarganya. Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT semata sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi. Penelitian ini tidak terlepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr.Ir.Ernan Rustiadi,M.Agr. dan Bapak Ir.Fredian Tonny,MS. sebagai dosen pembimbing dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membuka wawasan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 2. Ibu Dr.Ir.Laksmi Adriani Savitri,Msi., selaku dosen penguji luar atas masukan dan sarannya. 3. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis. 4. Pemerintah Daerah Kota Sukabumi yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini. 5. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti studi. 6. Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada suami tercinta Andri Zaenal Sadikin dan kedua anakku tersayang Muhammmad Iqbal Husaini dan Fauzhan Rafa Firdaus beserta seluruh keluarga, atas segala do a, dukungan, kasih sayang, dan pengorbanannya. 7. Rekan-rekan seperjuangan PWL 2010 yang kompak dan bersemangat pantang menyerah. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik moril maupun materiil selama studi dan penulisan tesis ini. Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, oleh sebab itu penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat dan menjadi barokah bagi kita semua.amin Ya Robbal A lamin. Bogor, Januari 2012 Irma Rahmaniah

12 RIWAYAT PENULIS Penulis dilahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1975 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Drs.H.Aan Taqwa Ali Husein dan Ny.Hj.Neneng Siti Arfah (Almarhumah). Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri Nanggeleng I Kota Sukabumi pada Tahun Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri I Kota Sukabumi dan menyelesaikannya pada Tahun Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri I Kota Sukabumi dan pada tahun yang sama melanjutkan studi di Universitas Islam Bandung (Unisba) Kota Bandung. Penulis mengambil jurusan di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Unisba. Penulis lulus dengan menyandang gelar Sarjana Teknik (ST) pada Tahun Dua tahun kemudian, yaitu pada Tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kota Sukabumi, mulai bekerja pada Bulan Maret Tahun 2003 dan ditempatkan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi. Pada Tahun 2009 penulis dipromosikan menduduki jabatan di Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (KPMPT) Kota Sukabumi. Selanjutnya pada tahun berikutnya, Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S2 yang dibiayai oleh Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjan Institut Pertanian Bogor (IPB).

13

14 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran II TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Berkelanjutan sebagai Paradigma Sejarah Lahirnya Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Konsep dalam Pembangunan Berkelanjutan Definisi Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan dalam Pembangunan Definisi Wilayah Indikator Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan yang Berkelanjutan dan Seimbang (Environmentally Sustainable/Ecological Balance Aspek Sosial yang Bertanggungjawab dan Berkembang (Socially Responsible/Social Progres) Pertumbuhan Ekonomi dan Berkelanjutan (Economically Viable/Economic Growth Kelembagaan Berkelanjutan (Institutional Sustainability) Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City) III METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Pengumpulan Data Bagan Alir Penelitian Metode Analisis Data Analisis Deskriftif Statistika Deskriftif Analisis Persepsi dan Pemahaman Analisis Hirarki Proses/Analytic Hierarchy Process (AHP) Substansi Kuisioner untuk Stakeholder Penentuan Struktur Hirarki untuk AHP Analisis Ketercapaian Indikator Berdasarkan Indeks Komposit Indikator Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan Kerangka Kerja Commision Sustainable Development (CSD)Tahun

15 ii Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan pada Penelitian Analisis Isi (Content Analysis) Penerapanan Analisis Isi pada Penelitian Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) dan Pengukuran Kinerja IV PROFIL DAN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI Administrasi Fisik Dasar Wilayah Penggunaan Lahan Sumber Daya Air Perekonomian Daerah Ekonomi Makro Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Internal Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita di Kota Sukabumi Ekonomi tiap Kecamatan di Kota Sukabumi Ekonomi Sektoral Industri Perdagangan Pertanian Wisata Kondisi Aspek Transportasi Sosial dan Kependudukan Kependudukan Ketenagakerjaan Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sukabumi Tahun Visi dan Misi Kebijakan dan Strategi Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Sukabumi Kota Sukabumi Tahun Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis... 96

16 iii V VI VII PERSEPSI STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT DI KOTA SUKABUMI TENTANG PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Persepsi dan Pemahaman Stakeholder di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Pertama Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Kedua Persepsi dan Pemahaman Masyarakat di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM DOKUMEN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTANDI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Kesenjangan Antara Persepsi dan Pemahaman Stakeholder dan Masyarakat, Dokumen Perencanaan dan Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholders dan Persepsi Masyarakat Analisis Kesenjangan Antara Dokumen Perencanaan dengan Kondisi Eksisting di Kota Sukabumi Analisis Kesenjangan dalam Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17 iv DAFTAR TABEL Halaman 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun Pekiraan Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun Jumlah Responden, Teknik Sampling, Metode Pengambilan Data dan Hasil yang diinginkan Tujuan Penelitian,Metode Analisis, Variabel, Sumber Data dan Output Penelitian Hasil Wawancara sebagai Kerangka Acuan Kuesioner Validitas Kuisoner Acuan Skala Kepentingan dalam Analisis Hierarki Proses Tingkat Konsistensi Substansi Kuisioner yang Diujikan Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Penelitian berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan dari Commision Sustainable Development (CSD) Tahapan Prosedur Analisis Isi JumlahDesa dan Kelurahan dikota Sukabumi Tahun Luas Tanah menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kota Sukabumi Tahun 2009 (Ha) PDRB Jawa Barat atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota (Termasuk Minyak dan Gas Bumi) Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Atas Dasar Harga Konstant 2000 Tahun (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Sukabumi Tahun Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang menurut Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun Perkiraan Beban Limbah Cair Industri Skala Menengah dan Besar di Kota Sukabumi Tahun Panjang Jalan menurut Kewenangan di Kota Sukabumi Tahun Perubahan Jumlah Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota SukabumiTahun 2005 dan Tahun Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Sukabumi Tahun 2009 (%) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2009 (persen) Target Indikator Makro Pembangunan Kota Sukabumi Tahun Karateristik Informan Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Pembangunan di Kota Sukabumi

18 v 26 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Dampak Pembangunan di Kota Sukabumi Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang ProgramprogramPembangunan di Kota 101 Sukabumi Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Kebutuhan Generasi Mendatang Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Contoh Kasus Kebutuhan Generasi Mendatang Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan dan Hubungannya dengan Program-program Pembangunan di Kota Sukabumi Definisi Pembangunan Berkelanjutan menurut Informan Hasil Gabungan Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Lingkungan Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Sosial Sintesis Bobot Pertimbangan Tiap Informan dalam AspekEkonomi Sintesis Bobot Pertimbangan Tiap Informan dalam Aspek Kelembagaan Sintesis Bobot Pertimbangan Seluruh Informan Hasil Pengolahan Horizontal AHP Urutan Preferensi Gabungan Informan Distribusi Frekuensi dan Persentase Karateristik Responden di Kota Sukabumi (n = 60) Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan di Kota Sukabumi Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Ketercapaian Pembangunan dan Dampak Pembangunan di Kota Sukabumi Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Kepedulian Akan Masa yang Akan Datang di Kota Sukabumi Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Perencanaan Partisipatif di Kota Sukabumi Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Respon Responden Masyarakat terhadap Pernyataan-pernyataan Dalam Kuisioner Hasil Persepsi Masyarakat Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Hasil Pengkodean Pada Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi Tahun Bahasan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yang Terkait dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

19 51 Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi Tahun Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Hasil Pengkodean Analisis Isi (Content Analysis) pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Bahasan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun yang Terkait dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Nilai Indeks Komposit dari Pencapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan yang Menonjol di Kota Sukabumi terkait dengan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholder dan Persepsi Masyarakat tentang Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Nilai Kesenjangan Antara Target dalam Tahapan Rencana Tahun dengan Kondisi Eksisting Tahun Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun Hasil Output Penelitian vi

20 vii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Penggunaaan Lahan di Kota SukabumiTahun 2005 dan Tahun 2009(Ha) Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat Peta Orientasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat Nilai Investasi PMDN di Kota Sukabumi Tahun Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi Perkembangan PDRB Kota Sukabumi dari Tahun Kerangka Pemikiran The Semantic of Sustainable Development Penjelasan Prinsip Equitas dalam Pembangunan Berkelanjutan Sistematika Konsep-konsep Wilayah Komunitas merupakan Jaringan Interaksi antara Lingkungan, Ekonomi dan Sosial Bagan Alir Tahapan Penelitian Suasana Wawancara untuk Membuat Kerangka Kuisioner Struktur Hirarki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pengukuran Kinerja Pada Analisis Kesenjangan Luas Wilayah Kota Sukabumi menurut Kecamatan (Km 2 ) Tahun Persentase Kontribusi Kota Sukabumi dalam Pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Sukabumi dari Tahun Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Sukabumi Tahun Perkembangan Penduduk Kota Sukabumi Tahun Perbandingan Jumlah Penduduk tiap Kecamatan pada Tahun 2005 Tahun SuasanaPengambilanInformasidenganInforman SuasanaBerlangsungnyaPenyebaranKuisionerterhadapMasyarakatdi KotaSukabumi Kemacetan dan Berkurangnya Kualitas Lingkungan di Kota Sukabumi menjadi Dampak Pembangunan Negatif yang dirasakan oleh Masyarakat Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun Ketercapaian 9 Tema Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat Pengukuran Kinerja Indikator Makro Pembangunan di Kota Sukabumi Tahun

21 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuisioner untuk Stakeholder Kuisioner untuk Masyarakat Perhitungan Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi... 4 Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil Kuesioner Stakeholder... 5 Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil Kuesioner Masyarakat

22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan menurut Kartasasmita (1994) yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang terlebur dalam arus besar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup. Apabila cara pembangunan seperti sekarang ini berlangsung terus, merusak lingkungan, maka kelangsungan pembangunan itu sendiri terancam. Hal ini memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan generasi masa depan juga akan terganggu. Menurut Salim (1987), orang sekarang tidak lagi bicara tentang kecukupan kebutuhan pokok atau pemerataan, tetapi mulai bertanya tentang kualitas hidup apa yang dihasilkan oleh proses pembangunan ini. Kualitas hidup tersebut mencakup baik kualitas lingkungan tempat manusia bermukim, maupun kualitas diri manusia itu sendiri. Rustiadi et al. (2009) menegaskan bahwa di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut : (i) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang diinginkan, (ii) menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan), dan (iv) disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun. Pada awal dekade 1980-an telah berkembang suatu paradigma pembangunan yang disebut paradigma pembangunan berkesinambungan yang kemudian dikenal menjadi pembangunan berkelanjutan. Alasan pengembangan paradigma pembangunan ini yaitu keterbatasan daya dukung sumberdaya alam.

23 2 Adapun definisi pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengertian dari World Commision on Environment and Development (WCED) pada Tahun 1987 yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi sendiri kebutuhan mereka. Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil). Umat manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan ini berkelanjutan (sustainable) - untuk memastikan bahwa pembangunan ini dapat mencukupi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan sejak KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil pada bulan Juni Hasil KTT Bumi tersebut adalah agenda 21 yaitu sebuah program global bagi pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup (World bank, 2001). Konsep pembangunan keberlanjutan diamanatkan pula dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 28 H ayat (1) dan pasal 33 ayat (4). Hal ini mempunyai arti bahwa pasal tersebut menjadi dasar dalam rumusan hukum tertinggi di Indonesia dan menunjukkan bahwa kebijakankebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengacu terhadap prinsip dalam pasal-pasal tersebut. Sebagai katalisator dan monitoring terhadap tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan, maka haruslah ada indikator-indikator untuk mengukurnya Rustiadi et al. (2009) mengartikan bahwa indikator merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan,pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari organisasi atau program yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

24 3 Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negara/kota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable Development : Guidelines and Methodoligies - third edition ( United Nation Publicity, 2007) yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan tersebut (yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United Nations) terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain. Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan. Penelitian yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan telah banyak dilakukan. Purnomo (2002) melakukan pengkajian terhadap penerapan dari model persamaan struktural dalam melihat keterkaitan antar indikator pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa keberlanjutan dan ketidakberlanjutan pembangunan tergantung terhadap kondisi sumberdaya manusia-nya. Lain halnya dengan yang dilakukan Nurmalasari (2003) yang menerapkan metode analisis Procrustes dan autokorelasi spasial dalam melihat hubungan jarak kota dengan indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa autokorelasi spasial mempunyai indikasi yang negatif terhadap sebagian besar pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat. Peneliti dari luar negeri juga banyak yang telah meneliti tentang pembangunan berkelanjutan dan pencapaian indikator-indikatornya. Seperti halnya yang dilakukan Doody et al. (2008) yang menerapkan Q-method sebagai metoda partisipasi publik dalam pemilihan indikator pembangunan berkelanjutan. Lokasi penelitiannya yaitu salah satu kota di Irlandia. Q-method digunakan untuk mengkombinasikan opini publik dengan keahlian teknis dalam menghasilkan daftar indikator yang relevan terhadap publik. Metode ini terdiri dari kumpulan pernyataan, analisis pernyataan tersebut, Q-sort dan analisis Q-sort. Hasil dari

25 4 penelitian ini yaitu daftar pernyataan dan kerangka kerja yang efektif tentang indikator keberlanjutan dari para ahli berbagai bidang yang dikombinasikan dengan persepsi masyarakat yang disesuaikan dengan manfaat yang didapat sesuai kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam aspek yang lain Surd et al. (2011) meneliti tentang solusi geo-spasial terhadap visi stratejik dan konsep perencanaan wilayah dan pembangunan berkelanjutan di Rumania. Adapun penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pengembangan dan implementasi konsep kemitraan strategis perencanaan wilayah (baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang) identifikasi solusi geospasial yang sesuai, merupakan kunci faktor yang mendasari pelaksanaan kebijakan daerah yang diperlukan untuk menjamin kerangka kerja bagi pengembangan pembangunan berkelanjutan dan seimbang. Counsell dan Haughton (2006) dalam penelitian yang lain menyebutkan bahwa penilaian keberlanjutan (sustainability appraisal) merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan dari pembangunan berkelanjutan dalam suatu perencanaan wilayah. Penilaian keberlanjutan sekarang telah dipadukan dengan proses perencanaan wilayah dan bahkan prakteknya, hal ini merupakan refleksi dari perhatian pemerintah terhadap regulasi perencanaan menurut pandangan masing-masing terhadap pembangunan berkelanjutan. Menurut kedua peneliti tersebut, dengan penilaian berkelanjutan akan membantu dalam sistem perencanaan dengan transparansi dan partisipasi yang lebih besar. Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki konflik ekonomi, sosial maupun lingkungan merupakan bukti ketidaktercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Seperti kota-kota lain di Indonesia, Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi selama kurun waktu lima Tahun (Tahun ) yaitu ratarata sebesar 1,31% tiap tahunnya (lihat Tabel 1). Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya 4.800,23 Ha yang berarti bahwa pada Tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 5.879,75 jiwa/km. Peningkatan jumlah penduduk dapat menambah tekanan pada sumberdaya dan memperlambat peningkatan taraf hidup di daerah-daerah yang kemelaratan sudah

26 5 tersebar luas. Meskipun masalahnya bukanlah semata-mata jumlah penduduk namun adalah distribusi sumberdaya; pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai bila pembangunan demografi selaras dengan perubahan potensi produktif ekosistem (WCED, 1987). Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk bukan hanya merupakan modal akan tetapi penduduk dapat menjadi beban pembangunan apabila tidak diarahkan kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan syarat penting tidak hanya untuk mengumpulkan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga untuk menciptakan nilai-nilai baru untuk membantu individu dan bangsa keseluruhan dalam mengatasi realitasrealitas sosial, lingkungan dan pembangunan yang berubah cepat. Tabel 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun No. Tahun Jenis Kelamin LPP Lakilaki Perempuan Jumlah (%) (Jiwa) , , , , ,31 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, di Kota Sukabumi juga terjadi perubahan penggunaan lahan secara signifikan. Selama 5 (lima) tahun terdapat kenaikan luas lahan pekarangan dan rumah sebesar 5% sedangkan penggunaan lahan lainnya mengalami penurunan. Perbandingan penggunaan lahan antara Tahun 2005 dan Tahun 2009 di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

27 Luas Lahan (Ha) Pekarangan & Rumah Tegal/kebun Lain-lain Kolam/tebat/e mpang tahun tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Gambar 1 Penggunaaan lahan di Kota Sukabumi Tahun 2005 dan Tahun 2009 (Ha) 1.2 Perumusan Masalah Kota Sukabumi berada pada posisi strategis karena berada diantara pusat pertumbuhan megaurban JABOTADEBEK dan BANDUNG RAYA, sehingga merupakan salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat (RTRW Jawa Barat) yang berpotensi selain memacu perkembangan wilayahnya juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland). Untuk lebih jelas batas administrasi dan posisi Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Sukabumi No.8 Tahun 2002 tentang RTRW Kota Sukabumi Tahun disebutkan bahwa terdapat 8 (delapan) fungsi Kota Sukabumi yaitu perumahan/permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi, parawisata, pusat pengembangan industri, pusat pendidikan dan pusat. Sesuai dengan visi pembangunan Kota Sukabumi Tahun seperti yang termuat dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yaitu : Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang

28 7 pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa, maka kota ini termasuk salah satu tujuan investasi dari luar daerah. Nilai investasi di Kota Sukabumi relatif terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada Gambar , ,00 Nilai Investasi (Rp.) , , , , ,00 0, Investasi Per Tahun (Rp) Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Gambar 4 Nilai Investasi PMDN Di Kota Sukabumi Tahun Investasi yang ditanamkan di suatu kota berkaitan erat dengan meningkatnya pembangunan fisik di kota tersebut., hal ini sesuai dengan kondisi di Kota Sukabumi, dimana pembangunan fisiknya terus meningkat (Gambar 5). Jumlah IMB Triwulan 1 Triwulan 2 Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Triwulan 3 Triwulan 4 Tahun Tahun Gambar 5 Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi

29 8 Gambar 2 Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat Gambar 3 Peta Orientasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat

30 9 Aspek ekonomi adalah salah satu aspek terpenting dalam menentukan indikator pembangunan wilayah. Diantara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di suatu wilayah merupakan indikator yang terpenting. Salah satu ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic Product (GDP). Walaupun Redclift (1990) menyebutkan bahwa PDRB mempunyai keterbatasan, dimana ukurannya aktivitas produktif yang disebutkan didalamnya berarti sempit, termasuk didalamnya aktivitas produktif dari rumah tangga karena banyak diantaranya dikerjakan oleh wanita dan anak-anak. PDRB merupakan ukuran dari aktivitas sektor formal, meskipun dalam sektor utama (seperti pertanian) atau dalam industri dan jasa. Sedangkan sektor informal, dimana pasar eksis tetapi tidak sepenuhnya dilaporkan secara statistik, dan dengan apa masyarakat menghasilkan untuk konsumsi mereka sendiri tidak diperlihatkan dalam gambaran PDRB. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi dalam Buku tentang PDRB Kota Sukabumi Per Kecamatan Tahun 2009 menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada Tahun 2009 mencapai 6,14 persen sedangkan pada Tahun 2008 sebesar 6,11 persen. Kondisi tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada tahun tersebut masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yaitu sebesar 4,29 persen. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan riil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode ke periode sebelumnya. Adapun pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam nilai PDRB di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi tersebar dalam pembentukan PDRB di Kota Sukabumi. Hal ini sesuai dengan lapangan

31 10 usaha yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk terbanyak di Kota Sukabumi, yaitu sebagai buruh dan pedagang (setelah proporsi yang terbesar yaitu pelajar dan mahasiswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. (Lapangan Usaha) JASA-JASA KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI PERDAGANGAN,HOTEL DAN BANGUNAN LISTRIK,GAS DAN AIR BESIH INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN,PETERNAKAN,KEHUTAN , , ,00 Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 6 Perkembangan PDRB Kota Sukabumi Dari Tahun Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kecamatan Mata Pencaharian Baros Citamiang Warudoyong Gunung Puyuh Cikole Lembur Situ Cibeureum Jumlah P e t a n i Pegawai Negeri Pegawai Swasta TNI + POLRI Pensiunan Pedagang B u r u h Pelajar/Mhs Lainnya Jumlah Th Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Pada dasarnya Kota Sukabumi memiliki sumberdaya alam yang terbatas, namun demikian kondisi alam yang ada menjadi salah salah satu modal dasar dalam pembangunan disamping sumber daya manusia (SDM) Kota Sukabumi. Kondisi alam yang dimiliki tetap dipertahankan agar tidak mengalami degradasi

32 11 kualitasnya yang tentunya dapat merugikan Kota Sukabumi di masa-masa yang akan datang. Kegiatan transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan sumber utama penyebab terjadinya pencemaran udara di Kota Sukabumi yaitu dengan dihasilkannya gas buangan berupa CO, NO 2, Hidrokarbon dan SO 2 yang merupakan parameter-parameter penting akibat aktivitas ini. Unsur-unsur tersebut adalah bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh, paru-paru, susunan saraf pusat dan pembuluh darah juga menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Meskipun kualitas udara di Kota Sukabumi pada tiga titik lokasi pengujian masih dibawah ambang batas yang disyaratkan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3, akan tetapi hal ini tetaplah harus diantisipasi, sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari. Tabel 3 Pekiraan Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun 2009 No. Sektor Energi Pengguna Konsumsi Energi Emisi CO 2 (Ton/Tahun) 1. Transportasi Industri Rumah Tangga Total Sumber : Buku Satuan Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Sukabumi Tahun 2009 Menurut Buku Resume RPJMD Kota Sukabumi Tahun , kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam hal ini sungai di Kota Sukabumi kondisinya semakin memprihatinkan, terutama pada pemukimanpemukiman padat di sepanjang bantaran sungai. Masyarakat Kota Sukabumi banyak yang masih membuang sampah dan tinja ke sungai. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab banjir pada musim hujan. Perilaku membuang sampah dan membuang tinja ke sungai memperlihatkan bahwa sebanyak 13,8% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kota Sukabumi

33 12 mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Kondisi ini salah satunya disebabkan pula oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di lokasi-lokasi tertentu di kota. Terkait dengan pembangunan perkotaan, maka kota yang menganut paradigma pembangunan berkelanjutan dalam rencana tata ruangnya merupakan suatu kota yang nyaman bagi penghuninya, dimana akses ekonomi dan sosial budaya terbuka luas bagi setiap warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan interaksi sosial warganya serta kedekatan dengan lingkungannya. Simonds dalam Budiharjo dan Sujarto (1999) mengingatkan bahwa kita agar berhati-hati dalam mengelola kota dan lingkungan binaan manusia. Disebutkan bahwa para pengelola kota bersama kalangan pengusaha, dan masyarakat luas sedang bersama-sama melakukan apa yang disebutnya dengan ecological suicide atau bunuh diri ekologis. Prakiraan tentang anatomi kota masa depan memang sulit dilakukan, mengingat banyaknya aktor-aktor pembangunan yang terlibat. Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) kota masa depan yang diinginkan yaitu wajah kota yang humanopolis. Kota humanopolis yaitu pembangunan kota dengan wajah kota yang ditentukan sendiri sepenuhnya oleh warganya. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan kota yang berwajahkota yang berwajah manusia tidak sekadar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi, tetapi sudah sampai pada tahap citizen power. Rakyatlah yang lebih menentukan wajah kota masa depan. Kota yang berkelanjutan adalah suatu daerah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan ekonomi global dan mampu merpertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingkungan. Keberlanjutan pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip, dan pandangan masa depan. Konsep kota yang berkelanjutan merupakan suatu konsep global yang kuat yang diekspresikan dan diaktualisasikan secara lokal. Menurut Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) konsep kota yang berkelanjutan merupakan konsep yang bersifat holistik yang mengkategorisasikan

34 13 adanya jenis capital stock yaitu natural capital stock (berupa segala sesuatu yang disediakan oleh alam); human-made capital stock (antara lain dalam wujud investasi dan teknologi); human capital stock (berupa sumberdaya manusia dengan segenap kemampuan, keterampilan dan perilakunya); dan social capital stock (berupa organisasi sosial, kelembagaan atau institusi. Konsep kota yang berkelanjutan haruslah sudah dipikirkan oleh segenap pelaku pembangunan yang terlibat dalam pembangunan perkotaan. Kota harus berkembang terus secara berkelanjutan, melalui saling kebergantungan dan saling mendukung secara resiprokal antara elemen alam dan elemen buatan manusia. Untuk mewujudkan impian menjadi kota yang berkelanjutan, maka persepsi dan pemahaman segenap pelaku pembangunan termasuk masyarakat tentang prinsip pembangunan berkelanjutan itu sendiri haruslah sama. Apabila prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipahami oleh pelaku pembangunan dengan proses perencanaan partisipatif atau bersama-sama, maka dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyusunan bersama pelaku pembangunan pun akan terjiwai oleh prinsip pembangunan berkelanjutan. Tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan pada suatu daerah dapat diukur melalui ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut. Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi sebagai pelaku pembangunan mengenai pembangunan berkelanjutan serta mengkaji pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Penelitian ini juga akan melihat sejauhmana prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjiwai terhadap dokumen perencanaan wilayah yang telah ada. Dari penelitian tersebut diharapkan dapat menganalis apakah terjadi kesenjangan/gap antara persepsi stakeholder dan masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan, ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan eksisting serta dokumen perencanaan wilayah yang telah dihasilkan dari Kota Sukabumi.

35 14 Memperhatikan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, ada beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan? 2. Sejauhmana prinsip pembangunan berkelanjutan telah diterapkan pada dokumen perencanaan di wilayah Kota Sukabumi? 3. Sampai sejauh mana ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi? 4. Sampai sejauh mana kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya? 1.3 Tujuan Penelitian Apabila membaca uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan. 2. Mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi (khususnya draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun ). 3. Menganalisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. 4. Menganalisis ada tidaknya kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya.

36 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota Sukabumi dalam perumusan perencanaan pembangunan di wilayahnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Oleh sebab itu, maka hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan mencakup keempat aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Perencanaan wilayah yang disusun dengan proses perencanaan partisipatif yang dilakukan secara bersamasama stakeholder terkait dan masyarakat dengan prinsip-prinsip dalam pembangunan berkelanjutan akan menghasilkan perencanaan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

37 16 Gambar 7. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan Wilayah Pembangunan Yang Seimbang dan Berkelanjutan Economic Growth Social Progress Ecological Balance Institutional Sustainability Perencanaan Partisipatif Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan Stakeholder dan masyarakat Persepsi tentang Pembangunan Berkelanjutan Gambar 7 Kerangka Pemikiran

38 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Berkelanjutan sebagai Paradigma Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti model, kerangka kerja, patern atau pun contoh. Menurut Kuhn dalam Bratakusumah (2011). Paradigma adalah suatu kerangka kerja dari asumsi dasar ; termasuk standar-standar untuk menentukan validitas dari aturan pengetahuan berdasarkan bukti dan penarikan kesimpulan, dan merupakan prinsip dasar dari penyebab dan efek yang dibagi oleh komunitas ilmiah. Hal ini kemudian disimpulkan oleh Bratakusumah (2011) bahwa paradigma merupakan pola pikir yang menjadi landasan bagi setiap kegiatan dalam mencapai tujuan. Paradigma merupakan serangkaian asumsi, ide, pemahaman dan nilai-nilai (umumnya tidak tertulis) yang menghimpun aturan-aturan tentang apa yang relevan dan yang tidak relevan, apa pertanyaan yang harus diajukan dan apa yang tidak, apa pengetahuan yang dipandang legitimate, dan apa praktek-praktek yang dianggap benar (Nasdian, 2011). Pergeseran paradigma muncul dari proses penciptaan sosial kolektif yang global. Logika yang dominan dari paradigma ini adalah mengenai suatu ekologi manusia yang seimbang dengan sumber daya informasi dan prakarsa kreatif. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan manusia yang didefinisikan sebagai perwujudan yang lebih tinggi dari potensi manusia. Gran dalam Korten (1998) menyebutkan bahwa Paradigma ini memberi peran kepada individu bukan sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Paradigma dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah tidak hanya pembangunan yang berorientasikan kepada produksi semata, tetapi membangun sebuah kawasan secara keseluruhan yang meliputi juga aspek sosial dan lingkungan. Paradigma pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan perpaduan dari kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, pencapaian tujuan-tujuan ekonomi

39 18 harus selaras dengan tujuan sosial maupun kepentingan lingkungan. Selain itu, kepentingan antar kelompok masyarakat dan antar generasi mendapat perhatian besar (WCED, 1987). Ada dua unsur untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dalam perspektif Sosiologis. Pertama, adanya konsep yang mengatur tata kelola organisasi dalam kehidupan budaya, hubungan sesama manusia dan sumberdaya alam. Dari unsur pertama tersebut diharapkan menghasilkan social organization (organisasi sosial). Kedua, adanya teknik sosial yang tepat untuk mengkoordinasikan tindakan sosial untuk mencegah kerusakan prilaku dan mempercepat perkembangan pembentukan modal sosial. Modal sosial dapat terbentuk pada setiap individu dalam organisasi. Organisasi yang diinginkan adalah yang dapat meningkatkan kapasitas sosial setiap individu sehingga lebih berdaya dan tindakannya lebih terorganisir dalam melaksanakan kegiatan pembangunan (Carnea, 1993). Salah satu kerangka strategi untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan adalah kelembagaan. Kerangka kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan ini adalah: a) suatu sistem dengan fungsi yang mempunyai hubungan dengan lingkungannya, b) adanya struktur organisasi dan prosedur yang mengatur tugas, produk, masyarakat, sumberdaya serta tujuan organisasi tersebut, c) menyiapkan ketahanan organisasi terhadap perubahan sumberdaya akibat hubungan ekonomi dan politik. 2.2 Sejarah Lahirnya Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature andnatural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10 Tahun gerakan lingkungan dunia ( ) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang istimewa

40 19 tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan, Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari PBB, pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul Our Common Future (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada Tahun Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di dalam konsep tersebut terkandung dua gagasan penting. Pertama, gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia yang harus diberi prioritas utama. Kedua, gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. 2.3 Konsep dalam Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang didefinisikan oleh Lele dalam Nasdian (2010), terbagi menjadi dua definisi yaitu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan (development). Adapun pembagian definisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Dalam Gambar 8, Lele membagi konsep keberlanjutan dan pembangunan menjadi lima konotasi. Adapun konotasi keberlanjutan/sustainability terbagi menjadi keberlanjutan secara harfiah/literal, keberlanjutan secara ekologis/ecological dan keberlanjutan secara sosia/social.

41 20 Sumber : Lele,1991 Gambar 8 The Semantic of Sustainable Development Sedangkan konotasi pembangunan/development terbagi menjadi pembangunan sebagai proses/process dan pembangunan sebagai obyektifitas/objectives. Penelitian yang dilakukan adalah mencoba untuk mengkaji pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dilihat dari konsep keberlanjutan dan pembangunan yang telah dilaksanakan di kota tersebut. Peneliti mencoba menggali konotasi keberlanjutan baik secara secara sosia (mempertahankan dasar sosial dari kehidupan manusia), keberlanjutan secara harfiah maupun secara ekologis (mempertahankan dasar ekologis dari kehidupan manusia) dengan kebutuhan utama (basic needs) masyarakat sebagai obyektifitas dari pembangunan.

42 Definisi Pembangunan Berkelanjutan WCED (1987) menegaskan bahwa pada dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang didalamnya eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil). George (2000) memandang kedua hal tersebut merupakan prinsip dari pembangunan berkelanjutan, intra-generational equity merupakan kondisi yang penting untuk keberlanjutan, sedangkan inter-generational equity merupakan kondisi yang penting untuk pembangunan, dimana kedua prinsip tersebut dijelaskan dalam Gambar 9. Dalam inter generational equity, prinsip equitas dalam keberlanjutan ditekankan kepada konservasi terhadap modal/kapital dalam bentuk alam, sosial maupun ekonomi sehingga tetap bernilai dan bermanfaat untuk generasi yang akan datang. Sedangkan dalam intra generational equity, prinsip equitas dalam keberlanjutan ditekankan kepada kesetaraan lokal, kesetaraan nasional maupun kesetaraan secara global. Adapun yang dimaksud kesetaraan disini adalah setara dalam terpenuhinya kebutuhan sebagai akibat adanya pengaruh distribusi, perubahan biodiversitas dan perubahan sosial. Tujuan pembangunan berkelanjutan terfokus pada ketiga aspek yaitu keberlanjutan pertumbuhan yang tinggi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan yang adil dan merata (social progress), serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance). Selanjutnya aspek tersebut bertambah dengan adanya aspek kelembagaan yang berkelanjutan (institutional sustainability). Adapun guna mencapai tujuan dimaksud, maka strategi pembangunan harus memenuhi persyaratan seperti: sistem politik yang menjamin secara efektif dan inovasi teknologi yang menghasilkan surplus secara berkesinambungan; sistem sosial yang menyediakan cara pemecahan secara efektif terhadap

43 22 permasalahan karena ketidakharmonisan dalam pelaksanaan pembangunan; dan sistem internasional dengan pola berkelanjutan dalam pengelolaan keuangan serta perdagangan. Hal itu diharapkan dapat dicapai dengan cara bertahap (reformasi) dari pemerintahan yang kini ada menuju pemerintahan baru yang lebih baik (good governance). Sustainable Development Inter-generational equity Intra-generational equity Conservation of capital Precautionary principle ecological risk Social impact assesment Local equity Public participation Conservation of natural capital Zero impact of full mitigation in kind Conservation of natural+social+econo mic capital Valuation of natural capital Conservation of the capital into which it is converted National equity Distributional effects Global equity Biodiversity change: Different criteria apply for high and low income countries, to allow for different past contributions to impacts Sumber : George, 2000 Gambar 9 Penjelasan prinsip equitas dalam pembangunan berkelanjutan 2.5 Perencanaan dalam Pembangunan Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur yang belum ada (Rustiadi, 2009). Paling tidak menurut Todaro (2000) pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan

44 23 pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustainance), memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Todaro berpendapat bahwa pembangunan harus dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,sikap-sikap masyarakat,dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan ini harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spritual. Long dalam Nasdian (2010) menyebutkan bahwa pembangunan dari perspektif sosiologi dan antropologi adalah perubahan yang sudah direncanakan, sebagai pemahaman pola pembangunan dan perubahan menyangkut jenis pendekatan yang digunakan oleh pemerintah dan perwakilannya untuk memulai pembangunan ekonomi dan perubahan sosial. Di dunia ketiga peran pemerintah sangat besar dalam menata masyarakat sesuai sasaran politik dan ekonomi tertentu. Jika di negara maju sasaran lebih utama pada bidang sosial dan ekonomi maka di negara berkembang lebih banyak ke arah perencanaan negara yang terpusat dengan mendapat bantuan luar yang banyak. Menurut Korten (1998) perbedaan pembangunan yang berpusat pada rakyat dengan berpusat pada industri adalah bahwa pembangunan yang berpusat pada rakyat secara rutin menempatkan kebutuhan-kebutuhan rakyat diatas kebutuhankebutuhan sistem produksi sedangkan pembangunan yang berpusat pada sistem produksi secara konsisten menempatkan kebutuhan-kebutuhan sistem produksi di atas kebutuhan-kebutuhan rakyat. Conyers (1994) menyebutkan bahwa perencanaan sosial bukan semata dokumen perencanaan tetapi lebih kepada bagaimana perencanaan sosial menjadi arahan bagi tujuan perencanaan itu sendiri. Perencanaan adalah istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Para perencana sering berfikir bahwa mereka sudah mengetahui arti kata ini dengan

45 24 baik karena berkenaan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Namun dalam prakteknya para perencana melakukan pekerjaan yang sangat beragam, sehingga mereka mengartikan hal-hal yang berbeda dengan kata istilah tersebut. Menurut Hall (2002), menyimpulkan bahwa arti perencanaan adalah proses aktivitas yang bertahap yang ditujukan untuk tercapainya suatu atau beberapa tujuan. Adapun teknis penyusunannya yang utama adalah berupa pernyataan-pernyataan (statements) tertulis, yang dapat saja dilengkapi dengan proyeksi-proyeksi statistik yang relevan, formulasi-formulasi matematis, evaluasi kuantitatif dan ilustrasi-ilustrasi diagram yang mendeskrifsikan keterkaitan komponen-komponen dari perencanaan yang disusun, dan bisa saja tanpa disertai cetak biru representasi fisik atas obyek-obyek perencanaan sama sekali. Perencanaan merupakan cara yang rasional dalam menghadapi masa depan, secara tipikal melibatkan pengumpulan data dan analisis data, mempelajari kemungkinan trend di masa depan, mempertimbangkan skenario-skenario alternatif, beberapa darinya menganalisis berapa keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan, memilih skenario yang disarankan dan merencanakan bagaimana mengimplementasikannya ( Kelly dan Becker, 2000). Lain halnya menurut Rustiadi et al. (2009) yang menyebutkan bahwa secara umum terdapat dua unsur penting dalam perencanaan, yaitu hal yang ingin dicapai, dan cara untuk mencapainya. Dalam proses perencanaan, kedua unsur tersebut baik secara eksplisit maupun implisit dimuat pada berbagai nomenklatur seperti; visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, proyek, aktivitas dan lain sebagainya. Proses perencanaan sebenarnya bagian dari proses capacity building, yakni membangun kapasitas kelembagaan suatu institusi (Rustiadi et al., 2009). Implementasi dari suatu perencanaan diharapkan mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan (goals) yang diharapkan, seperti melalui proses monitoring dan evaluasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang ditetapkan. Hal ini diperjelas oleh Friedman dalam Korten (1998) yang menyebutkan bahwa perencanaan itu tidak sekedar sebuah pembuatan rencana tetapi lebih berarti sebagai proses belajar bersama, tidak memberi tekanan pada dokumen tetapi pada dialog, dan hasilnya lebih bergantung pada hubungan timbal balik pribadi-

46 25 pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga yang abstrak. Sehingga dia menamakan gaya perencanaan ini sebagai transaktif dan model yang mendasarinya sebagai social learning. 2.6 Definisi Wilayah Pengertian wilayah menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdsasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Isard dalam Rustiadi et al. (2009) menganggap pengertian suatu wilayah pada dasarnya bukan sekadar area dengan batas-batas tertentu. Menurutnya wilayah adalah suatu area yang memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada didalamnya sedemikian rupa, sehingga ahli regional memiliki interest dalam menangani permasalahan tersebut, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial-ekonomi. Dengan cara yang lain Murty dalam Rustiadi et al. (2009) mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat, yang dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik (kabupaten) dan perdesaan. Tetapi suatu wilayah pada umumnya tidak sekedar merujuk suatu tempat atau area, melainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi, politik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian. Dalam mendefiniskan konsep wilayah terdapat keragaman, hal ini terjadi karena perbedaan dalam permasalahan ataupun tujuan pembangunan wilayah yang dihadapi. Kenyataannnya tidak ada konsep wilayah yang benar-benar diterima secara luas. Para ahli cenderung melepaskan perbedaan-perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai fokus masalah dan tujuan-tujuan pengembangan wilayah. Konsep wilayah yang paling klasik dalam Rustiadi et al. (2009) mengenai tipologi wilayah, membagi wilayah kedalam tiga kategori: (1) wilayah homogen (uniform atau homogeneous region), (2) wilayah nodal, dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Cara klasifikasi konsep wilayah diatas ternyata kurang mampu menjelaskan keragaman konsep wilayah yang ada.

47 26 Blair dalam Rustiadi et al. (2009) memandang konsep wilayah nodal terlalu sempit untuk menjelaskan fenomena yang ada dan cenderung menggunakan konsep wilayah fungsional (functional region), yakni suatu konsep wilayah yang lebih luas, dimana konsep wilayah nodal hanyalah salah satu bagian dari konsep wilayah fungsional. Lebih lanjut Blair cenderung mengistilahkan wilayah perencanaan sebagai wilayah administratif (administrative region). Menurut pendapat Rustiadi et al. (2009), kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah: (1) wilayah homogen (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region). Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem. Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanan, terdapat konsep wilayah administratifpolitis dan wilayah perencanaan fungsional. Gambar 10 berikut mendeskrifsikan sistematis pembagian dan keterkaitan berbagai konsep-konsep wilayah. 2.7 Indikator Pembangunan Berkelanjutan Hart (2010) menyebutkan bahwa indikator merupakan strategi dalam melakukan katalisasi dan monitoring terhadap kemajuan suatu daerah menuju daerah yang lebih sustainable atau berkelanjutan. Sejumlah indikator yang inti memberikan pijakan dalam mengukur kemajuan tercapai atau tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan. Lebih jauh lagi disebutkan oleh Hart (2010), bahwa penetapan indikator merupakan kunci komitmen terutama untuk pemerintah dalam pencapaian prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan indikator-indikator yang jelas maka pergerakan ke arah yang jelas dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (dalam bentuk tingkat kepuasan) dapat disesuaikan dengan kebijakan dan tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah.

48 27 Konsep Alamiah Homogen Sistem Sederhana Nodal (Pusat-Hinterland) Budaya-Lindung Wilayah Sistem/fungsional Desa-Kota Sistem Ekonomi Kawasan Produksi Kawasan Industri Sistem Komplek Sistem Ekologi:DAS, Hutan,Pesisir Sistem Sosial-Politik:Kawasan Adat, Wilayah Etnik Perencanaan/Pengelolaa Wilayah Perencanaan Khusus : Jabodetabekjur,KAPET Wilayah Administratif Politik :Provinsi,Kabupaten,Kota Konsep Non Alamiah Sumber : Rustiadi et al. (2009). Gambar 10 Sistematika Konsep-konsep Wilayah Menurut Hart (2010) indikator adalah sesuatu yang membantu kita untuk mengerti dimana kita, arah mana yang akan kita tempuh dan sejauh mana kita dari apa yang kita inginkan. Suatu indikator yang baik akan memberikan isyarat kepada kita tentang adanya masalah sebelum bertambah buruk dan membantu kita menyadari apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki masalah tersebut. Indikator keberlanjutan suatu komunitas menunjukkan daerah mana dalam keterkaitan antara ekonomi, lingkungan dan sosial yang lemah. Hart (2010) menegaskan bahwa indikator memberikan kepada kita dimana terjadinya masalah tersebut dan membantu menggambarkan cara untuk memperbaikinya. Indikator keberlanjutan mencerminkan kenyataan bahwa tiga segmen tersebut sangat erat dan saling berhubungan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 11.

49 28 Selanjutnya Hart (2010) menambahkan bahwa indikator adalah sesuatu yang menunjukkan poin dari isu atau kondisi yang terjadi. Indikator bertujuan memperlihatkan kepada kita sebaik apa suatu sistem berjalan. Apabila terjadi masalah, indikator dapat membantu menentukan arah untuk mengatasi isu tersebut. Kualitas Air Keuntungan Pemegang Saham Pendidikan Kualitas Udara Sumberdaya Alam Bahan Produksi Lapangan Pekerjaan Kejahatan Kesehatan Kemiskinan Sumber: Hart, 2010 Gambar 11 Komunitas merupakan jaringan interaksi antara lingkungan, ekonomi dan sosial Indikator tersebut bermacam-macam sebagaimana jenis sistem yang dimonitor, bagaimanapun juga terdapat karakteristik tertentu yang dipunyai oleh indikator efektif yaitu : 1. Indikator yang efektif adalah saling berhubungan (relevant); memperlihatkan tentang sistem yang ingin diketahui, 2. Indikator yang efektif dapat mudah dimengerti (easy to understand), bahkan oleh orang yang bukan ahli, 3. Indikator yang efektif adalah dapat dipercaya (reliable), kita dapat mempercayai informasi yang diberikan indikator tersebut, dan 4. Indikator yang efektif berdasarkan data yang mudah didapatkan (accessible data); informasi tersebut tersedia atau dapat dikumpulkan pada saat masih terdapat waktu untuk bertindak.

50 29 Rustiadi et al. (2009) mengartikan bahwa indikator merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari organisasi atau program yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja pembangunan berkelanjutan di daerah menurut pedoman teknis Peringkat Kinerja Pembangunan Berkelanjutan Daerah yang diterbitkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Tahun 2001 menyebutkan bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada tiga prinsip yaitu Environmentally sustainable/ Ecological Balance, Socially responsible/social Progress dan economically viable/ Economic Growth dan dijabarkan sebagai berikut; Lingkungan yang Berkelanjutan dan Seimbang (Environmentally Sustainable/Ecological Balance) Environmentally sustainable merupakan prioritas pertama prasayarat tercapainya pembangunan berkelanjutan. Kelestarian lingkungan adalah suatu necessary condition tetapi bukan sufficient condition karena belum memasukkan dimensi sosial dan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan secara ekologi saja, belum mencakup sebab-sebab terjadinya unsustainable development atau pembangunan yang tidak berkelanjutan. Untuk memahaminya perlu perspektif yang lebih luas yaitu internalisasi humanisme ke dalam ekosistem. Pembangunan harus lestari secara ekologi, tetapi untuk mewujudkan hal tersebut, pembangunan juga harus socially and economically sustainable. Dua krtiteria environmentally sustainable yang dikembangkan yaitu : 1. Terjaminnya ketersediaan dan fungsi sumberdaya alam. a. Sumberdaya alam terbarui; laju eksploitasinya harus sesuai dengan kapasitas regenarisnya.

51 30 b. Sumberdaya alam tak terbarui; laju pengurangannya tidak boleh melebihi laju sustained income atau substitusi terbarukan yang dikembangkan melalui intervensi manusia dan manusia. 2. Rendahnya tingkat pencemaran a. Emisi pencemar tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan untuk menyerap Aspek Sosial yang Bertanggungjawab dan Berkembang (Socially Responsible/Social Progress ) Aspek sosial merupakan bagian integral dari lingkungan hidup, dan secara kolektif mencakup manusia, baik orang-perorangan maupun kelompok, kepranataan serta interaksi yang terjadi antar komponen tersebut. Berbagai pemasalahan sosial yang kemudian timbul menuntut berbagai kuantifikasi dan kualifikasi yang spesifik dan rumit. Masalah-masalah sosial (social problems) acapkali disebut intangible, susah diukur secara konkrit/kuantitatif. Masalah-masalah sosial tidak tunduk pada ukuran-ukuran (measurements) yang menyandang derajat akurasi/presisi yang tinggi. Berbeda dengan komponenkomponen lingkungan hidup hayati dan geo-fisik yang untuk pengukurannya memiliki baku mutu (quality standars) yang jelas, baku mutu sosial tidak mudah dimantapkan karena sulit menangkap tingkat ambang batasnya, disamping sangat rentan terhadap fluktuasi waktu dan dinamika masyarakat (perubahan sosial). Oleh karena itu, yang diukur adalah gejalanya, yang kemudian secara teknis diartikan sebagai indikator. Berbagai indikator sosial yang diuraikan berikut ini yang terkait dengan penentuan peringkat kinerja pembangunan berkelanjutan daerah ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan konsep pembangunan berkelanjutan, sifat data (kuantitatif), sumber atau ketersediaan data, dan metodologi pengumpulan data. Ciri-ciri socially responsible : a. Adanya keikutsertaan dari berbagai pihak yang masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab tertentu dan jelas. Hal ini didasarkan pada prinsip partisipatif, setara dan bertanggungjawab,

52 31 b. Hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan tingkat ekonomi dan pendapatan masyarakat yang layak, tempat tinggal dan permukiman yang sehat dan aman, serta adanya kesempatan berusaha, dan c. Adanya pengakuan (hukum) terhadap hak-hak masyarakat serta kearifan lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Hal ini ditandai dengan adanya perlindungan hukum atas hak intelektual warga maupun kelompok masyarakat, misalnya melalui paten, serta perlindungan terhadap hak-hak ulayat/adat masyarakat lokal (misalnya melalui peraturan daerah yang mengakomodasi perlindungan atas hak-hak masyarakat lokal) Pertumbuhan Ekonomi dan Berkelanjutan (Economically Viable/Economic Growth) Pertumbuhan ekonomi merupakan aspek yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Salah satu dari prinsip dasar pembangunan berkelanjutan adalah Economically Viable, yang terdiri dari empat kriteria, yaitu : 1. Pendapatan; 2. Tenaga Kerja; 3. Investasi; dan 4. Pajak dan Retribusi. Keempat faktor tersebut sebaiknya masing-masing mempunyai karakteristik sebagai berikut, yaitu : 1. Pendapatan dengan pertumbuhan yang tinggi, kontribusi yang lebih menitikberatkan pada sektor-sektor non-resources based, dan distribusi secara merata; 2. Tenaga kerja dalam kondisi yang diharapkan economically viable adalah kondisi tenaga kerja yang secara jumlah dapat memenuhi kebutuhan

53 32 lapangan kerja dengan pertumbuhan yang optimal dan produktivitas tinggi; 3. Investasi yang diharapkan adalah investasi yang selalu tumbuh berkembang secara positif dan seimbang pada sektor-sektor non resources based dan resources based. Disamping itu juga efisiensi yang ditunjukkan dengan sejauhmana investasi tersebut bisa bermanfaat bagi pemanfaatan ekonomi, pemertaaan, dan kesetaraan antara sektor resources based dengan non resources based, dan 4. Pajak dan retribusi sebagai sumber dana pmasukan pemerintah daerah yang berasal dari kutipan setiap sektor aktivitas ekonomi, diharapkan dapat meningkat dan dialokasikan kembali sebagai input bagi pembentukan produk atau proses produksi (kegiatan ekonomi). Selain ketiga prinsip tersebut, sekarang telah berkembang prinsip keempat yaitu Kelembagaan Berkelanjutan (Institutional Sustainability) yang dijelaskan sebagai berikut: Kelembagaan Berkelanjutan (Institutional Sustainability) Kelembagaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan dan mandiri tergantung kepada kekuatan dan kualitas lembaga/institusi negara. Kelembagaan berkelanjutan adalah kelembagaan yang memberikan kenyaman dan jaminan pada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan minimumnya dalam volume yang stabil. Kerangka untuk memahami kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan adalah : 1) looking inward (melihat kedalam), yaitu melihat kompleksitas dalam kelembagaan itu, 2) looking outward (melihat keluar) yaitu melihat hubungan kelembagaan tersebut dengan lingkungannya, 3) institutionals strategy (strategi kelembagaan), dengan dua cara yaitu pertama, bertindak dan belajar, sedangkan kedua fokus pada masalah internal dan eksternal.implikasi dari pembangunan kelembagaan : a) adanya partisipasi stakeholders, b) adanya keberhasilan program (success sells/performance), c) sering kali kompleksitas

54 33 tidak bisa dihindari, dan d) kemerosotan hokum (Brinkerhoff dan Goldsmith, 1992). Menurut Spencer (1989), kelembagaan yang berhasil ditentukan oleh: 1) adanya komunikasi yang formal dan informal, 2) kerjasama tim, 3) kemampuan anggota, 4) rasa memiliki terhadap organisasinya, dan 5) adanya kepemimpinan yang baik yang bisa berfungsi sebagai fasilitator. Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negara/kota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable Development:Guidelines and Methodoligies - third edition ( United Nation Publicity, 2007) yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan tersebut (yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United Nations) terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain. Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan. 2.8 Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City) Istilah pembangunan berkelanjutan telah melampaui batas-batas ilmu pengetahuan dan pembangunan bisnis maupun perdagangan termasuk pembangunan manusia, nilai-nilai dan budaya yang berbeda. Buktinya, beberapa organisasi mengacu terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan (sustainable human development) sebagai lawan dari pembangunan berkelanjutan dalam rangka menekan isu-isu seperti pentingnya kesetaraan gender, partisipasi dalam proses pembuatan keputusan serta akses terhadap pendidikan dan kesehatan (Regional Environmental Center, 2011). Kota-kota telah menjadi titik utama dari komponen tersebut sebagai konsumen dan distributor utama dari barang dan jasa. Bagaimanapun juga banyak kota cenderung menjadi konsumen barang dan jasa dan tergantung yang paling besar ketika terjadi pengurasan sumberdaya dari daerah lain. Sebagai hasil dari

55 34 meningkatnya konsumsi dari sumberdaya tersebut serta meningkatnya ketergantungan terhadap perdagangan, pengaruh secara ekologi dari kota semakin melampaui lokasi geografis kota tersebut. Seiring dengan hal tersebut maka kemudian berkembang keinginan untuk membuat kota yang berkelanjutan. Berdasarkan pengertian dari Regional Environmental Center (2011), maka komunitas yang berkelanjutan (Sustainable communities) didefinisikan sebagai kota yang telah mengambil langkah-langkah untuk tetap sehat dalam jangka waktu yang panjang. Komunitas yang berkelanjutan memiliki perasaan memiliki yang kuat. Mereka memiliki visi yang dianut dan secara aktif dipromosikan oleh seluruh sektor-sektor kunci masyarakat, termasuk pelaku bisnis, kelompok yang kurang beruntung, ahli lingkungan hidup, asosiasi kemasyarakatan, lembaga pemerintah, dan organisasi keagamaan. Komunitas yang berkelanjutan menempatkan dan membangun aset mereka serta berani untuk menjadi inovatif. Masyarakat ini menilai ekosistem yang sehat, menggunakan sumberdaya secara efisien, dan secara aktif berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan ekonomi berbasis lokal. Ada semangat relawan yang meluas dan dihargai oleh hasil yang nyata. Kemitraan antara pemerintah, sektor bisnis, dan organisasi nirlaba yang umum. Perdebatan publik dalam masyarakat tersebut adalah menarik, inklusif, dan konstruktif. Tidak seperti pendekatan pengembangan masyarakat tradisional, strategi keberlanjutan menekankan: seluruh komunitas (termasuk kelompok yang tidak menguntungkan); perlindungan ekosistem; masyarakat berbasiskan partisipasi yang berarti dan luas serta kemandirian ekonomi. Kota yang berkelanjutan dapat disebut sebagai kota yang ideal. Menurut Santoso (2009), untuk masa sekarang, Kota Ideal yang menjadi impian paling sering dikaitkan pada dua hal. Pertama adalah dikaitkan dengan pengertian kota sebagai sebuah sistem ekologis perkotaan yang berkelanjutan, dan yang kedua adalah dengan pengertian kota yang mampu berkembang secara berkelanjutan bukan hanya dalam pengertian ekologis (Eco-City), tetapi juga yang berkembang secara berkeadilan (Justice-City), dan kota yang ekonominya tumbuh secara berkelanjutan (Growth-City) dan yang secara kultural mampu mengembangkan identitas lokal yang kuat (Urban Cultural Identity).

56 35 Bagaimana pun impian mengenai Kota Ideal dari sebuah masyarakat selalu terikat pada tempat dan waktu. Kota yang menjadi impian sebuah masyarakat disatu pihak selalu berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku pada saat itu, dan di lain pihak sangat erat terkait dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada saat itu. Pertanyaan mengenai kota impian bagi kita di Indonesia tidak bisa lepas dari kriteria tersebut. Ada dua pertanyaan yang terkait dengan hal itu; pertanyaan pertama adalah masalah-masalah pokok mana yang sedang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, sedangkan pertanyaan kedua adalah mengenai sistem nilai yang akan jadikan dasar untuk mendefinisikan Kota Ideal yang kita impikan. Dari sistem nilai inilah sebenarnya yang akan menjiwai roh dari kota impian kita. Berangkat dari sistem nilai tersebut akan lahir prinsipprinsip dasar yang akan dijadikan acuan dalam usaha mengantisipasi ke-empat masalah pokok yang dihadapi oleh kota-kota kita saat ini. Jadi, sistem nilai inilah juga yang akhirnya akan sangat menentukan wujud fisik, ekonomi, sosial dan budaya sebuah kota yang dianggap ideal. Selanjutnya Santoso (2009) menyebutkan kriteria dan ciri-ciri dari kota ideal tersebut yaitu : 1) Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi Dalam arti kata mampu menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi semua penghuninya. Hal ini bisa tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas dan fasilitas perkotaan dilakukan secara berkeadilan. Distribusi dari pemakaian tanah dan sumberdaya urban lainnya harus dilakukan secara berkeadilan dengan tujuan bisa menampung berbagai tingkat kegiatan ekonomi urban mulai dari ekonomi kampung, ekonomi urban, ekonomi regional maupun ekonomi global. Secara sosial ini berarti kota tersebut mampu mengembangkan sebuah komunitas urban baru (new urban community) yang bertumpu pada kehidupan kolektif (coexistance) yang kuat. Dari segi spasial ini berarti kita harus melakukan reorganisasi dari satuansatuan ruang (spatial entity) baik di dalam kota maupun di pinggiran kota yang mampu mewadahi lahirnya komunitas urban yang kolektif tersebut. Dari segi perumahan, kota yang ideal harus mampu menyediakan perumahan bagi semua golongan sosial masyarakat yang walaupun mempunyai standard yang berbeda

57 36 tetapi dapat memenuhi standar kualitas yang minimal. Kota Ideal harus melindungi rumah yang ada, mengusahakan penambahan jumlah rumah (housingstock) sesuai dengan pertambahan penduduk dan secara bertahap membantu mereka yang kurang mampu untuk meningkatkan kualitas rumah mereka. Bagi mereka yang tidak mampu memiliki rumah atau bagi mereka yang hanya ingin tinggal di kota untuk sementara, maka kota perlu mengembangkan kemampuan untuk menyediakan. 2) Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of sustainable development Dalam pengertian mampu menjadi pemacu perkembangan ekonomi nasional dalam rangka proses transformasi masyarakat Indonesia secara keseluruhan dari negara berkembang menjadi negara yang mampu bersaing secara global, demokratis dan bermartabat. Dalam kaitannya dengan itu Kota Ideal harus mampu mengatasi struktur ekonomi urban yang sangat lemah dalam menghadapi dominasi ekonomi global dengan cara memperkuat ekonomi lokal dan global. Peningkatan ekonomi urban yang bertumpu pada hubungan regional yang kuat dengan wilayah di sekeliling kota harus di dasari pada prinsip keadilan dalam mendistribusikan nilai tambah yang dihasilkan dari kerjasama tersebut. Pengembangan legalinstitusional dan manajemen pemerintahan yang baik akan membantu terjaminnya keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal dan regional tanpa harus mengorbankan integrasi ekonomi urban tersebut pada pasar global. 3) Kota yang secara sosial dan kultural harus menjadi bagian terintegrasi secara lokal-regional, Bukan sebagai agen perantara yang secara sepihak mendukung kepentingan politik negara-negara adikuasa dan secara berat sebelah hanya berfungsi sebagai penyebar kultur universal yang bersifat generik di kota kota di Indonesia. Kota-kota Indonesia harus mampu berkembang menjadi kota yang secara sosial-budaya terintegrasi dalam pergaulan antar kota-kota dunia disatu pihak, tanpa kehilangan ciri lokalnya yang spesifik dilain pihak. Kemampuan ini hanya mungkin dikembangkan bila Kota Ideal kita ini mempunyai akar yang kuat (embeded) baik secara ekonomi, sosial maupun kultural di wilayah dimana dia berada.

58 37 4) Terakhir adalah, bahwa Kota Ideal yang kita impikan adalah sebuah kota yang mempunyai ketahanan yang kuat atau kemampuan yang tinggi untuk menetralisasiproses perubahan iklim dengan segala dampak dan akibatnya. Masalah yang harus mampu diatasi oleh Kota Ideal yang kita impikan adalah datangnya ancaman dalam bentuk perubahan sistem ekologis. Kota yang ideal dalam pengertian ini adalah kota yang mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan suhu bumi seperti perubahan, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, banjir, dan seterusnya. Jadi sebuah kota yang ideal tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk menurunkan dampak lingkungan dari aktivitas perkotaannya. Kota yang ideal juga tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk membangun kota secara lebih sustainable dengan menerapkan yang dinamakan green technology, tetapi kota yang ideal harus mengembangkan kemampuannya untuk melindungi kota dan penduduk kotanya dari berbagai ancaman lingkungan (environmental threat).

59 38

60 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sukabumi terletak di bagian selatan tengah Provinsi Jawa Barat, pada koordinat 106 o Bujur Timur, 6 o Lintang Selatan. Berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango dengan ketinggian 584 meter dpl. Lamanya penelitian yang dilakukan yaitu selama lima bulan dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan November 2011 meliput i tahap persiapan, pengumpulan data, pengecekan lapangan, analisis, dan penulisan. 3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Studi literatur dan data sekunder Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini semaksimal mungkin menggunakan data sekunder yang ada. Data ini bisa diperoleh dari berbagai lembaga atau departemen yang terkait seperti BPS, Bappeda Kota Sukabumi, kantor kecamatan dan instansi-instansi terkait lainnya. b. Pengambilan data primer Pemahaman dan persepsi stakeholder dan masyakarakat di Kota Sukabumi tentang pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuisioner. Adapun teknik pengambilan samplingnya yaitu dengan teknik sampling purposif (Purposive Sampling) dan Multi Stage Random Sampling. Teknik sampling purposif. Teknik disebut juga judgemental sampling atau sampel pertimbangan bertujuan. Dasar penentuan sampelnya adalah tujuan penelitian dan umum digunakan jika memerlukan sumber data yang memiliki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus dan tidak semua populasi bisa dideteksi dengan jelas dimana keberadaannya. Multi Stage Random Sampling merupakan pengambilan sampel gugus bertahap yang diambil berdasarkan asumsi populasi berada pada satuan

61 40 geografis yang luas dan tidak ada kerangka sampling dalam satuan geografis tersebut. Dalam metode ini prosedur pengambilan sampel dilakukan dalam unit analisis yang dikelompokkan ke dalam gugus yang merupakan satuan sampel yang akan diambil bertahap secara acak. Adapun jumlah responden, teknik sampling yang digunaan, metode pengambilan datanya dan hasil yang diinginkan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Responden/Informan, Teknik Sampling, Metode Pengambilan Data, dan Hasil yang diinginkan Identifikasi No. Responden/ Informan 1. Stakeholder terkait yang berperan sebagai expert judgement Jumlah Responden/ Informan 12 orang Teknik Sampling Sampling purposif Metode Pengambilan Data Wawancara Hasil yang Diinginkan Kerangka Sampling pertanyaan/pernyataan yang akan diajukan dalam kuisioner. 2. Masyarakat di Kota Sukabumi 7 orang Sampling purposif 60 orang Multi stage random sampling Penyebaran kuisioner Penyebaran kuisioner Acuan dalam mendapatkan persepsi dan pemahaman stakeholder tentang pembangunan berkelanjutan serta priotitas dan preferensi pada tujuan pembangunan berkelanjutan Acuan untuk mendapatkan persepsi dan pemahaman masyarakat Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan. 3.3 Bagan Alir Penelitian Penelitian yang telah dilakukan yaitu : 1) melakukan wawancara dengan stakeholder terkait sebagai informan dalam menghasilkan kerangka acuan daftar pertanyaan/pernyataan yang akan diujikan kepada stakeholder/informan dan masyarakat. Kemudian mengadakan penyebaran kuisioner untuk menguji daftar pertanyaan/pernyataan terhadap stakeholder/informan yang berperan sebagai expert judgement dan masyarakat di Kota Sukabumi mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis persepsi dan AHP. 2) melakukan identifikasi terhadap ada tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan wilayah Kota Sukabumi (khususnya

62 41 dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun ) dan draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dengan Analisis Isi (Content Analysis). 3) mengidentifikasi indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi dan mengkaji sejauhmana ketercapaian indikator-indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Adapun ketercapaian tersebut terutama dianalisis dengan analisis ketercapaian indikator komposit, sehingga dapat diketahui indikator pembangunan berkelanjutan yang menjadi penciri utama/menonjol di Kota Sukabumi dan perbandingannya dengan wilayah yang lebih luas (Provinsi Jawa Barat), dan 4) menganalisis ada tidaknya kesenjangan/gap yang terjadinya antara persepsi dan pemahaman stakeholder dengan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, dokumen perencanaan wilayah di Kota Sukabumi (khususnya dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun ), dan realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutannya. Adapun mengenai hubungan antara tujuan penelitian, metode analisis, variabel, sumber data dan output yang diharapkan, dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada bagan alir tahapan penelitian pada Gambar Metode Analisis Data Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk mengetahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya. Menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan masing-masing bagiannya.pengertian "analisis" ini memberikan petunjuk kepada kita apa yang menjadi tujuan pokok analisis. Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diangkat. Beberapa metode analisis yang dipakai antara lain: Analisis Deskriftif Analisis ini yaitu berupa penjelasan (explanatory) mengenai sesuatu hal dalam bentuk narasi.

63 42 Tabel 5 Tujuan Penelitian, Metode Analisis, Variabel, Sumber Data dan Output Penelitian Tujuan No Penelitian 1. Mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat tentang prinsip pembangunan berkelanjutan Metode Analisis Analisis Deskriftif, & Statistika deskriftif Analisis Hirarki Proses (AHP) Analisis Persepsi Statistika Deskrifti Variabel/ Parameter Pembangunan, keberlanjutan dan prinsip pembangunan berkelanjutan Persepsi & Pemahaman stakeholder tentang pembangunan berelanjutan di Kota Sukabumi Persepsi masyarakat Data Dan Sumber Data Wawancara Penyebaran kuisioner Output Penelitian Kerangka sampling dan daftar pertanyaan/pernyataan yang akan diuji dengan kuisioner Persepsi & Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan serta pembobotan preferensi/urutan prioritas struktur hirarki AHP Persepsi masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan Penyebaran kuisioner 2. Mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan pada dokumen perencanaan wilayah di Kota Sukabumi 3. Mengidentifikasi ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi 4. Menganalisis kesenjangan/gap antara output penelitian 1, 2 dan 3 Analisis deskriftif Analisis Isi (Content Analysis) Analisis Deskriftif, Statistika Deskriftif Analisis Ketercapaian Indikator dengan Indeks Komposit Analisis deskriftif Statistika deskriftif Analisis kesenjangan (gap analysis) Prinsip pembangunan berkelanjutan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kesenjangan antara output penelitian 1, 2 dan output penelitian Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun RPJPD Kota Sukabumi Tahun BPS, Bappeda, KLH Hasil penelitian tahap 1, 2 dan 3. Ada tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan pada dokumen perencanaan wilayah di Kota Sukabumi Ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan eksisting Ada tidaknya kesenjangan/gap antara hasil penelitian tahap1,2 dan 3. Jenis penelitian deskriptif sendiri dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif maka disebut penelitian deskriptif kualitatif, (2) apabila dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka disebut deskriptif asosiatif, dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan maka disebut deskriptif komparatif.

64 Statistika Deskriftif Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan (Walpole, 1995). Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data Analisis Persepsi dan Pemahaman Persepsi adalah pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulan yang diterima oleh panca indera, sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu, oleh sebab itu apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi terhadap stimulus dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Persepsi dipengaruhi oleh perasaan, kemampuan berpikir serta pengelaman individu yang berbeda satu dengan yang lain Daviddoff dalam Sagala (2009).

65 Gambar 12 Bagan Alir Tahapan Penelitian 44

66 45 Adapun pengertian pemahaman menurut Suharsimi dalam Abidin (2011) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi dalam Abidin (2011) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Stakeholder mempunyai pengertian sebagai aktor/institusi yang bisa/mampu mempengaruhi proses pencapaian hasil dan tujuan program ataupun pihak-pihak yang terkena dampak dari implementasi program Sebelum melakukan penyebaran kuisioner baik untuk stakeholder yang berperan sebagai expert judgement maupun penyebaran kuisioner untuk masyarakat, maka peneliti melakukan wawancara terhadap 12 (dua belas) orang stakeholder di Kota Sukabumi. Stakeholder tersebut berperan sebagai informan, yaitu sumber informasi yang memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada peneliti khususnya tentang Kota Sukabumi. Adapun tugas peneliti adalah mendeskripsikan, memilah dan menarik kesimpulan terhadap hasil wawancara tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk membuat kerangka acuan dalam menyusun pertanyaan maupun pernyataan yang akan diberikan dalam kuisioner yang akan diujikan. Adapun hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

67 46 Tabel 6 Hasil Wawancara sebagai Kerangka Acuan Kuisioner No. Karateristik Informan Kesimpulan Hasil Wawancara Acuan dalam Kuisioner 1. 6 informan dari unsur pemerintahan dan 6 informan dari unsur nonpemerintahan Menurut semua informan, masyarakat Kota Sukabumi masih sedikit yang berpikir tentang kebutuhan generasi yang akan datang, ; banyak yang berpikir tentang apa yang ada di depan mata saja tidak berpikir untuk masa yang akan datang. 2 informan menyebutkan bahwa pembangunan di Kota Sukabumi harus melalui perencanaan yang bertahap dengan skala prioritas, sumber daya, anggaran yang berbeda dengan memperhitungkan keadaan yang ada di masa yang akan datang. 3 informan menyebutkan terjadinya kesenjangan antara usulan masyarakat dengan anggaran yang ada di Kota Sukabumi sehingga perlu dipikirkan prioritas pembangunan yang mengacu kepada visi-misi Kota Sukabumi. Semua informan menyebutkan bahwa pemda Kota Sukabumi harus mengoptimalkan pembangunan dengan kendala yang ada. Menurut semua informan, Pemerintah Kota Sukabumi telah mencoba untuk menghimpun partisipasi masyarakat Dalam perencanaan. informan menyebutkan bahwa persentase perencanaan dengan melibatkan masyarakat sekitar 70-80% dimana usulan dari masyarakat banyak yang sudah direalisasikan.walaupun menurut semua informan tersebut perencanaan yang berasal dari masyarakat di Kota Sukabumi belum optimal. 2 informan menyebutkan adanya kekhawatiran tentang menurunnya lahan pertanian di Kota Sukabumi sekitar 10% setiap tahunnya yang beralih menjadi pemukiman ataupun tempat usaha. Semua informan menyebutkan bahwa indikator pencapaian dalam pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang paling menonjol dan dinilai baik yaitu aspek pendidikan, aspek kesehatan dan aspek kelembagaan. 5 informan menyebutkan prinsip keberlanjutan sudah ada secara eksplisit dalam produkproduk perencanaan di Kota Sukabumi. Pembangunan di Kota Sukabumi belum menyentuh esensi kebutuhan masyarakat Kota Sukabumi. Apabila dilihat dari visi dan misi Kota Sukabumi sebagai Pusat pelayanan jasa di bidang perdagangan,pendidikan dan kesehatan sebenarnya berindikasi terhadap keamanan dan kenyamanan Sejauh ini yang terasa kenyamanan masih jauh dari yang diharapkan, terutama bertambahnya kemacetan di Kota Sukabumi, Sehingga manajemen transportasi yang bijaksana merupakan hal yang tidak terbantahkan lagi untuk diterapkan di Kota Sukabumi. Visi dan misi Kota Sukabumi memang ada kesinambungannya, akan tetapi aspek sosialnya terabaikan, yang otomatis aspek lingkungan juga terkena dampaknya. Kepedulian terhadap masa yang akan datang. Pembangunan di Kota Sukabumi. Perencanaan parsisipatif Dampak pembangunan di Kota Sukabumi Ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan

68 47 Lanjutan Tabel 6 No. Karateristik Informan Kesimpulan Hasil Wawancara Acuan dalam Kuisioner Sumber : Hasil Survey,,2011 Program dan prosedur dari Pemda itu sudah benar, akan tetapi selalu pada akhirnya selalu berbelok arah, apalagi apabila ada hubungannya dengan dana. Adanya kekhawatiran tentang maraknya pembangunan ruko, retail dan toserba di Kota Sukabumi dengan investor pendatang dengan modal besar. Hal ini memberikan pertanyaan, penduduk Kota Sukabumi apakah hanya menjadi konsumen saja? Sedangkan lahan di kota ini terbatas. Sehingga penduduk dengan mata pencaharian petani berkurang lahannya. Hal ini merupakan efek dari mendatangkan investor dari luar kota yang digemborgemborkan pemerintah kota. Belum adanya perhatian dan concern dari penduduk Kota Sukabumi, termasuk dari anggota DPRD Kota Sukabumi tentang pembangunan berkelanjutan.kebanyakan hanya memikirkan untuk kebutuhan hari ini saja. Belum terlihat adanya dokumen produk perencanaan yang visioner yang memuat visi yang visioner juga. Harusnya dalam dokumen tersebut, misal RTRW diharapkan memuat naskah akademik.rtrw itu harus berprinsip pembangunan berkelanjutan. Pentingnya stakeholder dalam pembangunan yaitu Bussiness (B), Government (G) dan Society (S) yang harus tetap dijaga untuk selalu dalam segitiga kesetimbangan (equlibrium). Apabila dilihat dari indikator pembangunan berkelanjutan,maka ketercapaiannya di Kota Sukabumi yang paling menonjol yaitu aspek pendidikan dan aspek kesehatan serta aspek kelembagaan. Pembangunan di Kota Sukabumi Prinsip-prinsip dalam pembangunan berkelanjutan Adapun berlangsungnya wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat dilihat pada Gambar 13. Sumber : Hasil Survey, Gambar 13 Suasana Wawancara untuk Membuat Kerangka Kuisioner

69 48 A. Uji Validitas Kuisioner untuk Responden Masyarakat. Kerangka pernyataan kuisioner dibuat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari wawancara berkisar tentang lima aspek utama. Lima aspek tersebut yaitu pembangunan di Kota Sukabumi, ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi dan dampak yang dirasakan masyarakat, kepedulian tentang masa yang akan datang, perencanaan partisipatif dan pembangunan berkelanjutan. Peneliti membuat 27 pernyataan yang dimuat dalam lembar kuisioner yang akan diajukan pada masyarakat Kota Sukabumi berdasarkan pengambilan sampel acak. Uji kuisioner telah dilakukan peneliti untuk mengetahui validitas pernyataan-pernyataan yang telah disusun dalam lembar kuisioner. Uji kuisioner dilakukan terhadap 10 responden terpilih sehingga dapat diketahui bagaimana respon responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam lembar kusioner. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan rumus kooefisien korelasi product moment. Item pernyataan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Validitas Kuisoner No. Aspek Utama Pernyataan Dalam Kuisioner Banyaknya Item Pernyataan Item Pernyataan Keterangan 1. Pembangunan di Kota Semua Valid Sukabumi 2. Ketercapaian pembangunan dan Semua Valid dampaknya 3. Kepedulian tentang masa yang Semua Valid akan datang 4. Perencanaan partisipatif Semua Valid 5. Pembangunan berkelanjutan Semua Valid Sumber : Hasil Analisis, Analisis Hirarki Proses/Analytic Hierarchy Process (AHP) Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke

70 49 dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana. Freeman dalam Abdiprojo (2010) mendefenisikan stakeholders sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan dalam Abdiprojo (2010) secara singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana dikemukakan Freeman dalam Abdiprojo (2010), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap issu. Dalam penelitian ini salah satu obyek penelitiannya yaitu stakeholder. Analisis yang digunakan dalam menentukan preferensi stakeholder yang terpilih sebagai informan adalah metode AHP. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty, 1993). Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Pemilihan kriteria-kriteria

71 50 pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. d. Minimum Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap.

72 51 Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni: a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umu dalam penyusunan skala kepentingan, saat menggunakan patokan pada Tabel 8. Tabel 8 Acuan Skala Kepentingan Dalam Analisis Hirarki Proses Intensitas Definisi kepentingannya 1 Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang elemen lainnya. Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Satu elemen lebih penting ketimbang elemen yang lainnya. Nilai-nilai diantara dua 2,4,6,8 pertimbangan yang berdekatan. Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan Kebalikan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingan dengan aktivitas i Sumber : Mahoneys,2008. Penjelasan Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya. Satu lemen dengan kuat disokong, dan dokumennya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan.

73 52 Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Oleh karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu Substansi Kuisioner untuk Stakeholder Pada penelitian ini susbstansi kuisioner terbagi menjadi dua bagian. Pertama, susbstansi kuisioner dengan pertanyaan terbuka tentang hal-hal yang diangkat dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua, substansi kuisioner yang akan diujikan terhadap responden untuk mengetahui pertimbangan dan keputusan stakeholder terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada susbstansi kuisioner pertama, peneliti mengajukan pertanyaan yang terbuka meliputi :

74 53 a. Pengetahuan istilah yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan berkelanjutan; b. Pemahaman tentang pembangunan di Kota Sukabumi; c. Pemahaman tentang dampak pembangunan di Kota Sukabumi; d. Pengetahuan tentang program-program pembangunan di Kota Sukabumi; e. Kepedulian tentang masa yang akan datang; f. Pemahaman tentang kebutuhan generasi yang akan datang dan pemberian contoh kasus terpenting; g. Pengetahuan tentang adat istiadat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan cara untuk melestarikannya; h. Pemahaman produk perencanaan di Kota Sukabumi yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan; i. Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan dan ketercapaiannya. j. Perencanaan partisipatif; k. Definisi pembangunan berkelanjutan. Model kuisioner yang akan diajukan kepada stakeholder terpilih untuk substansi kuisoner pertama didasarkan pada struktur hirarkinya, sehingga setiap level terbagi menjadi level-level berikutnya Penentuan Struktur Hirarki Untuk AHP Sebelum melakukan penyebaran kuisioner untuk stakeholder terpilih, yang selanjutnya disebut informan, peneliti menyusun struktur hirarki substansi sesuai dengan prinsip dasar dalam Analitycal Hierarchy Process (AHP). Sesuai yang disebutkan oleh Falatehan (2009), bahwa dalam memecahkan persolan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yaitu prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas dan prinsip konsistensi. Untuk membuat hirarki tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (identifikasi sistem), peneliti membagi dimensi/aspek menjadi empat aspek dalam pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek kelembagaan. Selanjutnya peneliti menetapkan faktor-faktor

75 54 pendukung terhadap aspek-aspek tersebut sehingga membentuk struktur hirarki seperti pada Gambar 14. Sumber: Berbagai Sumber, Gambar 14 Struktur Hirarki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan A. Tingkat Konsistensi Informan Menurut Falatehan (2009) dalam persoalan pengambilan keputusan, kita perlu mengetahui tingkat konsistensinya, karena bisa jadi suatu pengambilan keputusan memiliki tingkat konsistensi yang rendah. Padahal konsistensi sempurna sulit dicapai. Konsistensi sampai pada tingkatan tertentu dapat menetapkan prioritas untuk elemen-elemen yang berkenaan dengan beberapa kriteria diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan keadaan di dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio suatu konsistensi. Nilai rasio konsistensi paling tinggi 10 persen (nilai 0,1) jika lebih maka pertimbangan yang telah dilakukan perlu diperbaiki.

76 55 Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistensian jawaban dari informan yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil kuisioner. Dalam penelitian ini, perhitungan konsistensi dilakukan pada faktor-faktor pendukung terhadap 4 (empat) aspek/dimensi pembangunan berkelanjutan. Setelah melakukan perhitungan maka didapatkan hasil bahwa konsistensi rasio (Consistensy ratio) faktor-faktor yang diujikan terhadap informan nilainya berkisar 0,0009 0,005. Hasil ini memberikan arti bahwa tingkat konsistensi terhadap substansi kuisioner diujikan dalam penelitian ini ketidakkonsistennya dibawah nilai 0,1 (10%) sehingga pertimbangan yang telah diberikan informan tidak perlu lagi diperbaiki atau diulang. Untuk lebih jelasnya tingkat konsistensi dari substansi kuisoner yang telah diujikan terhadap informan terpilih dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Tingkat Konsistensi Substansi Kuisioner yang Diujikan No. Aspek/Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1. Lingkugan a. Potensi Sumberdaya Alam (SDA) b. Degradasi Lingkungan c. Neraca SDA dan Lingkungan 2. Sosial a. Keadilan b. Kesetaraan c. Rasa Aman d. Mengahargai Perbedaan 3. Ekonomi a. Pendapatan Masyarakat b. Kesempatan Kerja c. Investasi d. Pendapatan Daerah 4. Kelembagaan a. Komunikasi dan Koordinasi b. Partisipasi dan Hak-hak Publik c. Kepemimpinan Nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index)/CI Nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio)/CR Sumber : Hasil Analisis, Analisis Ketercapaian Indikator Berdasarkan Indeks Komposit Ket. 0,0005 0,0009 Konsisten 0,005 0,006 Konsisten 0,004 0,005 Konsisten 0,0007 0,001 Konsisten

77 56 Secara khusus untuk memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dapat menggunakan indeks komposit. Penerapan analisis ini pada mulanya digunakan oleh Saleh et al. (2009) untuk menganalisis pencapaian MDGs di Kabupaten Sulawesi Barat. Menurut Saleh et al. (2009) dengan tersedianya indikator-indikator di setiap tujuan dari hasil survei di tingkat kecamatan di kabupaten tersebut maka dapat dibuat Indikator Komposit MDGs (IK-MDGs). Indikator komposit ini dapat menunjukkan kinerja pencapaian MDGs di setiap kecamatan dan kabupaten. IK-MDGs merupakan indeks komposit yang memberikan bobot sama terhadap masing-masing tujuan. Dalam penghitungannya pada tahap awal dipilih terlebih dahulu indikator-indikator yang memungkinkan dari setiap tujuan. Indikator-indikator tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan MDGs. Indeks komposit MDGs merangkum temuan-temuan utama dari analisis pencapaian MDGs. Apabila divisualisasikan dalam bentuk grafik laba-laba, maka masing-masing sudut diagram menunjukkan kelompok yang dicakup dalam analisis pencapaian tujuan. Garis-garis dari pusat/tengah ke masing-masing sudut mempresentasikan suatu skala 0 sampai 1, yang mengukur tingkat pencapaian di masing-masing kelompok tujuan. Titik-titik pada skala mencerminkan situasi pencapaian indikator saat ini yang dipresentasikan sebagai nilai indeks gabungan untuk masing-masing kelompok. Titik-titik dihubungkan untuk menunjukkan gambaran keseluruhan dari kecamatan atau kabupaten dengan mengilustrasikan di kelompok mana yang telah dicapai secara lebih baik dibanding kelompok lainnya. Masing-masing indeks kelompok juga merupakan komposit indikator dari indeks MDGs di masing-masing kecamatan atau kabupaten. Sebuah indeks merupakan nilai bebas satuan antara 0 dan 1, yang memungkinkan berbagai indeks yang berbeda ditambahakan/dijumlahkan. Ada tiga langkah untuk sampai pada indeks komposit MDGs (IK-MDGs) : Langkah 1 : Hitung indeks dari indikator tertentu. Pada umumnya menggunakan rumus berikut untuk menghitung indeks indikator tertentu.

78 57 Iix = Cix - mini = Dix maxi mini Ri Dimana : Iix : Indeks tunggal (single index) dari indikator ke i di kec/kab x Cix : nilai indikator ke i di kec/kab X saat ini Maxi : nilai maksimum indikator ke i Mini : nilai minimum indikator ke i Langkah 2: tahapan indeks suatu indikator. Indeks suatu indikator khusus dapat diperoleh dengan mengikuti tahapantahapan sebagai berikut : 1. Untuk masing-masing kelompok indikator, identifikasikan nilai maksimum dan nilai minimun disetiap indikatornya dari angka indikator setiap kabupaten/kecamatan. Maxi = angka tertinggi dari indikator untuk tingkat kabupeten/kecamatan Mini = angka terendah dari indikator untuk tingkat kabupaten/kecamatan 2. Hitung rentang/kisaran masing-masing indikator dengan mengurangkan nilai maksimum dengan nilai minimun. Jadi Ri merupakan kisaran indikator ke- i yang ditentukan dengan : Ri = maxi - mini 3. Kurangkan nilai minimun dari nilai saat ini dari indikator ke i di kabupaten/kecamatan X Jadi hasilnya adalah perbedaan nilai yang ditunjukkan oleh Dix. Bila Cix merupakan nilai kini dari indikator ke i di kabupaten/kecamatan X, maka Dix ditentukan dengan : Dix = Cix minix Langkah 3: visualisasi dalam bentuk grafik laba-laba. Dari hasil perhitungan IK-MDGs, selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk grafik laba-laba dengan tujuh sudut tujuan. Analisis grafik laba-laba dimulai dari tingkat kabupaten, dilanjutkan untuk masing-masing kecamatan.

79 Indikator Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Kerangka Kerja Commision Sustainable Development (CSD) Tahun 2007 Menurut Rustiadi et al. (2009) indikator adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang relah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selanjutnya Rustiadi et al.(2009) menjelaskan bahwa secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi untuk (1) memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan suatu kegiatan pembangunan dilaksanakan, (2) menciptakan konsesus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interprestasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya, dan (3) membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit kerja. Beberapa pertimbangan untuk indikator pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut : 1) Kesederhanaan: Indikator akhir harus sederhana, 2) Skop: Indikator harus meliputi seluruh aktivitas manusia yang terkait dengan ekonomi dan lingkungan, dan overlap antar masing-masing indikator harus seminimal mungkin, 3) Kuantifikasi: Elemennya harus dapat diukur, 4) Pengukuran: Elemen harus dapat dipantau untuk menunjukkan kecenderungan, 5) Sentivitas: Indikator yang terpilih cukup sensitif terhadap perubahan penting dalam karateristik lingkungan, dan 6) Batas waktu: frekuensi dan lingkup elemen harus dapat menunjukkan identifikasi waktu dari kecenderungan yang ada. Indikator didefinisikan sebagai alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukkan kondisi, perbandingan, kecenderungan, atau perkembangan suatu hal yang diamati. Indikator diturunkan dari perhitungan-perhitungan statistik,

80 59 dapat berupa jumlah, proporsi, persentase, angka/tingkat atau rate, ratio maupun indeks (Saleh et al., 2008) Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji ketercapaian indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi (berdasarkan ketersediaan datanya). Menurut Buku Indikator Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Agenda 21 ( hasil Konferensi Tingkat Tinggi Tahun 1992 di Rio de Janeiro) mempunyai kewajiban menyajikan indikator atau variabel yang disarankan dan direkomendasikan oleh United Nation Commision on Sustainable Development (UNCSD). Setiap indikator terpilih dari framework CSD (Commision Sustainable Development) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang merupakan revisi dari indikator pembangunan berkelanjutan oleh CSD pada Tahun Indikator CSD berkaitan dengan indikator Millenium Development Goals (MDGs) walaupun kedua indikator tersebut mempunyai tujuan umum yang berbeda. Indikator CSD hanya dimaksudkan memberikan referensi untuk digunakan di berbagai negara untuk melacak kemajuan nasional dalam mencapai tujuannya. Disisi lain indikator MDGs dikembangkan untuk pemantauan kemajuan global terhadap pertemuan internasional sesuai tujuannya. Hasil indikator CSD yang direvisi terdiri dari 14 tema (kemiskinan, kepemerintahan, kesehatan, pendidikan, demografi, bencana alam, atmosfir, lahan, laut dan pesisir, air, keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, kerjasama ekonomi global dan konsumsi serta pola produksi), 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain. Berikut ini akan dijelaskan tentang pentingnya setiap indikator terpilih dari framework CSD yang sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. 1. Jumlah dan persentase penduduk miskin. 2. Distribusi pembagian pengeluaran per kapita dan indeks gini. 3. Persentase rumah tangga dengan penampungan akhir tinja tangki septik. 4. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih. 5. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan bukan listrik. 6. Persentase rumah tangga yang bahan bakar memasaknya kayu bakar.

81 60 7. Jumlah keberadaan pemukiman kumuh. 8. Jumlah kasus korupsi yang sudah diselesaikan. 9. Jumlah kasus pembunuhan. 10. Angka kematian bayi. 11. Angka harapan hidup saat lahir. 12. Persentase penduduk yang berobat jalandi puskesmas dan puskesmas pembantu. 13. Persentase balita yang diimunisasi. 14. Persentase wanita usia tahun yang menggunakan alat KB. 15. Status gizi balita. 16. Jumlah penderita malaria,kumulatif kasus AIDS dan jumlah kasus penyakit TB paru. 17. Prevalansi perokok saat ini. 18. Jumlah kasus bunuh diri. 19. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang tamat pendidikan dasar (SMP). 20. Angka partisipasi Murni SD dan SMP. 21. Persentase penduduk usia tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimal SMA. 22. Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas. 23. Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk. 24. Angka kelahiran total. 25. Angka beban ketergantungan. 26. Jumlah desa menurut jenis bencana dan upaya antisipasi bencana. 27. Jumlah korban dan kerusakan rumah akibat bencana alam. 28. Emisi gas rumah kaca. 29. Impor komidit bahan yang mengandung zat perusak ozon. 30. Rata-rata bulanan hasil pengukuran konsentrasi gas SO2 dan NO Luas lahan sawah. 32. Persentase luas hutan. 33. Luas kebakaran hutan. 34. Jumlah dan persentase desa pesisir.

82 Sebaran kawasan konservasi laut. 36. Luas dan kondisi terumbu karang. 37. Produksi dan distribusi air bersih. 38. Kandungan BOD dan COD dalam air. 39. Kawasan konservasi daratan. 40. Spesies satwa dan tumbuhan yang dilindungi. 41. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. 42. Laju inflasi. 43. Rasio pinjaman luar negeri terhadap produk nasional bruto (PNB). 44. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja. 45. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang rentan kehilangan pekerjaannya. 46. Rata-rata upah per bulan pekerja wanita di sektor non pertanian. 47. Persentase rumah tangga yang mengakses internet. 48. Nilai impor. 49. Posisi pinjaman luar negeri. 50. Pemakaian energi. 51. Jumlah kendaraan bermotor Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Pada Penelitian Berdasarkan ketersediaan data yang ada maka peneliti telah menetapkan beberapa indikator pembangunan berkelanjutan yang akan di analisis ketercapaiannya di Kota Sukabumi dengan rujukan dari indikator pembangunan berkelanjutan CSD (2007). Adapun pemilihan indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel Analisis Isi (Content Analysis) Ekomadyo (2006) menyebutkan bahwa Analisis Isi (Content Analysis) secara sederhana diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah teks. Teks dapat berupa kata-kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis Isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah

83 62 teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan. Sesuai tujuannya, maka metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks. Tabel 10 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Penelitian Berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Dari Commision Sustainable Development (CSD) No. Thema Sub Thema Indikator 1. Poverty/Kemiskinan Income Poverty/Pendapatan Penduduk Miskin Income Inequality/Ketidaksamaan pendapatan Sanitation/Sanitasi Drinking water/air minum Jumlah dan persentase penduduk miskin. Garis kemiskinan. Distribusi pembagian pengeluaran per kapita dan indeks gini. Persentase rumah tangga dengan penampungan akhi tinja/ tanki septik tank. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih. 2. Health/Kesehatan Mortality/Kematian Angka kematian bayi. Angka harapan hidup saat lahir. 3. Education/Pendidikan Education Level/Tingkat pendidikan Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat pendidikan dasar (SD dan SMP). Angka partisipasi murni SD dan SMP. Persentase penduduk usia tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimaln SMA. Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas. 4. Demographic/Kependudukan Population/Populasi Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk. Angka beban ketergantungan. 5. Atmosphere/Atmosfer Air Quality/Kualitas udara Perkiraan emisi CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor. 6. Land/Lahan Agriculture/Pertanian Forest/Hutan 7. Fresh water/sumber daya air Water quantity/kuantitas air Water quality /Kualitas air 8. Economic Development/Pembangunan Ekonomi 9. Consumption and production patterns/bentuk produksi dan konsumsi Macroeconomic performance/tampilan makroekonomi Employment/Ketenagakerj aan Information and comunication technologies/teknologi informasi dan komunikasi Energi use/penggunaan energi Luas lahan sawah Persentase luas hutan terhadap luas wilayah Produksi dan distribusi air. Kandungan BOD dan COD dalam air. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Laju inflasi. Persentase penduduk usia 15 tahun yang bekerja. Persentase rumah tangga yang memiliki telepon dan telepon selular. Jumlah kendaraan bermotor Sumber : Indicators of Sustainable Development:Guidelines and metdhologies, 2007.

84 63 Ada beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu: 1) Pertanyaan tentang prioritas/ hal penting dari isi teks, seperti frekuensi, dimensi,aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari peristiwa yang direpresentasikan. 2) Pertanyaan tentang bias informasi dalam teks, seperti komparasi relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan dalam berbagai representasi. 3) Perubahan historis dalam modus representasi. Prosedur Analisis Isi Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap temuan harus memiliki relevansi teoretis Neuman dalam Ekomadyo (2006) menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan sampling, (3) menentukan variabel dan menyusun kategori pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan. Bell (2001) lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin berita). Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai kelas yang sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis Isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) dapat

85 64 digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/ isi. Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas sebenarnya menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, hanya varian yang bisa diterapkan dengan menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, Ekomadyo (2006) menegaskan langkah-langkah umum dalam metode Analisis Isi yang akan dikembangkan dalam suatu penelitian penelitian, yaitu: 1) menentukan topik penelitian, 2) menentukan objek yang akan diteliti dan sampel penelitiannya, 3) menetukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara terukur. Hipotesis sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang berlaku, 4) menenentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan), 5) Analisis secara kuantitatif tiap variabel dan nilainya, dan 6) Penyimpulan, interpretasi dari hasil kuantitatif. Reliabilitas dan Validitas Analisis Isi Menurut Bell (2001) pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk metode Analisis Isi, memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat diulang (replicble) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Tingkat keandalan (reliablility) metode Analisis Isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode (coders) dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik. Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk butir yang relevan, oleh pengkode yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti harus: 1) Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin bahwa semua pengkode dapat memahami definisi ini dalam cara yang sama.

86 65 2) Melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai. 3) Mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih pengkode menerapkan 4) Kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa. 5) Analisis Isi tidak berpotensi untuk menunjukkan bagaimana pengamat memahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar. Analisis Isi hanya menunjukkan apa yang diberikan prioritas atau dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas pada Analisis Isi ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas merujuk pada konsistensi internal dari metode Analisis Isi, maka validitas merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait. Analisis Isi bisa menyajikan deskripsi dimensidimensi kuantitatif dan representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map) dari representasi teks itu. Setelah menggunakan Analisis Isi, Philip Bell menyarankan peneliti dapat menginterpretasikan teks dengan metode kualitatif, seperti metode Semiotik atau interpretasi teks individual (Bell, 2001: 24) Penerapan Analisis Isi pada Penelitian Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan yang dipilih tersebut yaitu Analisis Isi (Content Analysis), Analisis isi dipilih karena telah sesuai dengan syarat-syarat penerapannya yaitu data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi,ada keterangan pelengkap sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut dan peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah data yang dikumpulkan karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik Penelitian ini menggunakan Analisis Isi untuk mendeskriftifkan isi-isi komunikasi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan pada dokumen perencanaan terpilih. Menemukenali isi-isi komunikasi ini dilakukan dengan

87 66 memperbandingan pesan sehingga dapat memberikan kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi. Menurut Yuris (2009) terdapat pada tahapan proses Penelitian Analisis Isi terdapat tiga langkah strategis yaitu, pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kaitmengait dengan faktor-faktor lain. Selanjutnya Yuris (2009) menjelaskan tahapan prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh. Adapun prosedur tahapan Analisis Isi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) Analisis kesenjangan (gap analysis) adalah suatu proses membandingkan dua hal dalam menentukan perbedaan atau gap yang ada diantaranya. Setelah kesenjangan/gap tersebut dipahami, maka langkah berikutnya untuk menjembatani kesenjangan tersebut dapat ditentukan.

88 67 Tabel 11 Tahapan Prosedur Analisis Isi Pertanyaan Penelitian Apakah ada pesan/isi yang berkaitan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan? Sumber Data Terpilih Kategori Analisis Pengkodean Dokumen perencanaan di Kota Sukabumi yaitu : 1. RPJPD Kota Sukabumi Tahun Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun ) Prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang terdiri dari empat aspek: 1. Aspek Lingkungan; a. Degradasi lingkungan b. Potensi SDA c. Neraca SDA dan lingkungan 2. Aspek Sosial; a. Keadilan b. Rasa aman c. Menghargai perbedaan d. Kesetaraan 3. Aspek Ekonomi; a. Pendapatan masyarakat b. Kesempatan kerja c. Investasi d. Pendapatan daerah 4. Aspek Kelembagaan a. Partisipasi dan hak-hak publik b. Kepemimpinan c. Komunikasi & koordinasi Sumber : Analisis Isi (Content Analysis) dalam Yuris, Kode 1 ; Kode 1a Kode 1b Kode 1c Kode 2 ; Kode 2a Kode 2b Kode 2c Kode 2d Kode 3 Kode 3a Kode 3b Kode 3c Kode 3d Kode 4 Kode 4a Kode 4b Kode 4c Skala/Item Berdasarkan kriteria tertentu Skala Nominal Apabila terdapat prinsip pembangunan berkelanjutan dalam text bernilai 1 dan apabila tidak terdapat prinsip pembangunan berkelanjutan dalam text bernilai 0. Analisi kesenjangan dapat dilakukan pada: 1. Suatu sistem gambaran yang ada dalam sistem sekarang dibandingkan dengan gambaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang. 2. Antar muka sistem (System interface) data sekarang yang disediakan oleh suatu sistem untuk antar muka dibandingkan dengan data yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang. 3. Proses bisnis kegiatan dan langkah-langkah proses bisnis saat ini dibandingkan kegiatan dan langkah-langkah yang akan mendukung proses bisnis di masa depan.

89 68 4. Tujuan suatu bisnis dan metriknya; seberapa baik bisnis memenuhi tujuan dan ukuran/metrik sekarang dibandingkan dengan tujuan dan metrik yang ditargetkan di beberapa titik di masa depan. Model yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Wakhinudin (2009) ini memiliki lima gap (kesenjangan), yaitu: 1) kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan ekspektas konsumen akan pelayanan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan, 2) kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan penjabaran persepsi tersebut menjadi spesifikasi kualitas pelayanan atau standar pelayanan, 3) kesenjangan antara standar pelayanan tersebut dan pelayanan yang diberikan, 4) kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan informasi eksternal yang diberikan kepada konsumen atau pelayanan yang dijanjikan kepada konsumen, dan 5) kesenjangan antara tingkat pelayanan yang diharapkan oleh konsumen dengan kinerjapelayanan aktual. Kesenjangan 1 sampai kesenjangan 4 merupakan potensi kegagalan di pihak penyedia jasa, sementara kesenjangan 5 potensial terjadi di pihak konsumen Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) dan Pengukuran Kinerja Menurut Wakhinudin (2009) Analisis Kesenjangan (Gap analysis) adalah suatu metode/alat membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan performansi potensi. Operasionalnya dapat diungkapkan dengan dua pertanyaan berikut: Dimana kita sekarang? dan Dimana kita inginkan?. Tujuan analisis gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Analisis Kesenjangan membantu organisasi/lembaga dalam mengungkapkan yang mana harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman keinginan dan kapabilitas (sekarang). Analisis Kesenjangan (Gap analysis) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah daerah, khususnya dalam upaya penyediaan pelayanan publik. Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang

90 69 akan datang. Selain itu, analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga. Secara harafiah kata gap mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya. Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh institusi tersebut. Secara singkat, gap analysis bermanfaat untuk: 1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan. 2. Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut, 3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yangdibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan. Wakhinudin (2009) menyebutkan bahwa dalam Analisis Kesenjangan yang digunakan dalam menganalisis pelayanan publik, apabila nilai kesenjangan (G) > 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat lebih tinggi daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat. Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik. Sedangkan apabila G< 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat lebih rendah daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat, pemerintah dianggap telah memberikan pelayanan yang baik.

91 70 Apabila G = 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat sama dengan kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dianggap telah memberikan pelayanan yang baik namun tetap perlu ditingkatkan. Adapun pengukuran kinerja pada hasil Analisis Kesenjangan dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber : Wakhinudin, Gambar 15 Pengukuran Kinerja pada Analisis Kesenjangan

92 71 BAB IV PROFIL DAN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI 4.1 Administrasi Kota Sukabumi secara geografis terletak di bagian selatanprovinsi Jawa Barat pada koordinat Bujur Timur dan Bujur Timur, Lintang Selatan, dan Lintang Selatan,di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter diatas permukaan laut, dan berjarak 120 Km dari Ibukota Negara (Jakarta)atau 96 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). Batas-batas wilayah Kota Sukabumi meliputi: Sebelah utara Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi Sebelah selatan Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi Sebelah barat Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi Sebelah timur Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi Suhu udara Kota Sukabumi berkisar antara 15º-30º celsius, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi Tahun 2009 terjadi pada Bulan Desember dengan curah hujan 386 mm (14 hari hujan, rata-rata curah hujan 28 mm), sedangkan terendah pada Bulan Agustus dengan curah hujan 0 mm (0 hari hujan, rata-rata curah hujan 0 mm), atau dengan kata lain tidak terjadi hujan pada bulan tersebut. Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,0023 Km² terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 desa/kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Baros, dan Kecamatan Cibeureum. Pada Tahun 2009 Kota Sukabumi terdiri dari 7 Kecamatan, meliputi 33 kelurahan, RT, dan 349 RW. Adapun jumlah desa dan kelurahan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 12.

93 72 Tabel 12 JumlahDesa dan Kelurahan di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kecamatan Desa Kelurahan Baros 0 4 Lembursitu 0 5 Cibeureum 0 4 Citamiang 0 5 Warudoyong 0 5 Gunung Puyuh 0 4 Cikole 0 6 Sumber:Kota SukabumiDalam Angka Tahun 2010 Berdasarkan luasan wilayah, maka Kecamatan Lembursitu merupakan kecamatan terluas di Kota Sukabumi yaitu 8,77 Km 2 sedangkan luas kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Citamiang yaitu 4,04 Km 2. Luas wilayah Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 16. Cikole; 7,08 Baros; 6,11 Gunung Puyuh; 5,5 Warudoyong ; 7,6 Citamiang; 4,04 Lembursitu; 8,9 Cibeureum; 8,77 Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 16Luas Wilayah Kota Sukabumi menurut Kecamatan (Km 2 ) Tahun Fisik Dasar Wilayah Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Sukabumi dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah (lahan kering). Lahan bukan sawah (lahan kering) sendiri

94 73 dibedakan atas lahan pekarangan/rumah, tegal/kebun, kolam/tebat/empang dan lahan lain-lain. Luas wilayah Kota Sukabumi adalah Ha. Menurut penggunaannya, dari seluruh wilayah sebesar sebesar Ha ( 38,73%)digunakan untuk tanah sawah dan sisanya seluas Ha (50,35%) merupakan tanah kering dan lainlain.adapun luas tanah menurut penggunaannya dapat dilhat pada Tabel 13. Fenomena yang terjadi didaerah perkotaan menunjukkan luas lahan sawah akan semakin berkurang sejalan dengan banyaknya pembangunan di bidang perumahan, perdagangan ataupun industri sehingga fungsi lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan bukan pertanian. Tabel 13 Luas Tanah Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kota Sukabumi Tahun 2009 (Ha) Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Lainlain Jumlah B a r o s Citamiang Warudoyong Gunung Puyuh C i k o l e Lembursitu Cibeureum Jumlah Tahun Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun Sumber Daya Air Kota Sukabumi memiliki ± 29 sungai dengan sungai utamanya yaitu Sungai Cimandiri, Sungai Cipelang dan Sungai Cisuda. Kondisi air tanah di wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari secara umum cukup tersedia. Sumbernya berasal dari air tanah dan mata air. Sebaran akuifer dengan produktivitas tinggi terdapat di sekitar Kota Sukabumi dengan sebaran paling dominan mulai dari barat hingga ke timur. Di bagian utara merupakan zona air tanah dengan akuifer berproduktifitas sedang dan penyebaran luas. Bagian selatan merupakan zona akuifer yang produtivitasnya rendah hingga langka.

95 Perekonomian Daerah Ekonomi Makro Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah yang tidak terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan pembangunan ekonomi yang lebih luas tersebut. Kota Sukabumi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga berlaku pada Tahun 2008 sebesar Rp ,06 yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar 0,62 % terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun Untuk lebih jelasnya perkembangan kontribusi Kota Sukabumi terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Internal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomiandi suatu daerah, dimana PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga berlaku Tahun 2009 mencapai 4,39 trilyun rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai 1,81 trilyun rupiah (lihat Tabel 15). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan kontribusi terhadap perekonomian di wilayah Kota Sukabumi, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu mencapai 45,70%. Urutan terbesar kedua dan ketiga adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa yang masing-masing membertikan kontribusi sebesar 15,89% dan 14,71%. Sedangkan sektor yang kontribusinya paling kecil terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya 0%.

96 75 Tabel 14PDRB Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota (Termasuk Minyak dan Gas Bumi)Tahun No. Kabupaten/Kota *) 2008**) 1 Kab. Bogor , , ,43 2 Kab. Sukabumi , , ,65 3 Kab. Cianjur , , ,63 4 Kab. Bandung , , ,44 5 Kab. Garut , , ,52 6 Kab. Tasikmalaya , , ,41 7 Kab. Ciamis , , ,76 8 Kab. Kuningan , , ,57 9 Kab. Cirebon , , ,45 10 Kab. Majalengka , , ,83 11 Kab. Sumedang , , ,44 12 Kab. Indramayu , , ,15 13 Kab. Subang , , ,16 14 Kab. Purwakarta , , ,89 15 Kab. Karawang , , ,29 16 Kab. Bekasi , , ,24 17 Kab. Bandung Barat , , ,09 18 Kota Bogor , , ,96 19 Kota Sukabumi , , ,06 20 Kota Bandung , , ,84 21 Kota Cirebon , , ,67 22 Kota Bekasi , , ,30 23 Kota Depok , , ,04 24 Kota Cimahi , , ,04 25 Kota Tasikmalaya , , ,59 26 Kota Banjar , , ,27 Jumlah 26 Kab/Kota , , ,72 Jawa Barat , , ,35 Sumber : Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2008 persentase 0,63 0,62 0,62 0,61 0,61 0,60 0,60 0,59 Persentase kontribusi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun ,61 0,60 0,62 Sumber : Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2008 Gambar 17Persentase Kontribusi Kota Sukabumi dalam Pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita di Kota Sukabumi Pada dasarnya PDRB per kapita atau lebih jamaknya digunakan istilah pendapatan per kapita adalah rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap

97 76 penduduk. Meskipun seringkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk, namun komponen ini sebenarnya masih terlalu kasar untuk digunakan sebagai indikator riil kesejahteraan penduduk Besarnya PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Sukabumi Tahun 2009 adalah Rp ,89. Sedangkan besarnya PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 Kota Sukabumi Tahun 2009 adalah Rp ,74. Untuk lebih jelasnya perkembangan PDRB per kapita Kota Sukabumi dari Tahun 2006 Tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar Ekonomi tiap Kecamatan di Kota Sukabumi Kinerja perekonomian Kota Sukabumi dipengaruhi oleh kinerja perekonomian wilayah kecamatannya. Berputarnya roda penggerak perekonomian di masing-masing kecamatan maka akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di tingkat kota. Dengan demikian, pengukuran kinerja perekonomian sampai tingkat kecamatan dapat memberikan pijakan yang kuat dalam pembangunan ekonomi Kota Sukabumi. PDRB Kecamatan ini dapat pula dipergunakan untuk keterbandingan pertumbuhan dan struktur ekonomi kecamatan di Kota Sukabumi. Pada Tabel 18 disajikan PDRB atas dasar harga berlaku maupun kontribusinya terhadap PDRB Kota Sukabumi Tahun 2007 sampai Tahun Analisis terhadap distribusi PDRB menurut kecamatan dapat memberikan gambaran kontribusi PDRB masing-masing kecamatan terhadap PDRB Kota Sukabumi. Adapun kontributor terbesar PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kota Sukabumi pada Tahun 2009 adalah kecamatan Cikole yaitu sebesar 27,26 persen dengan nilai 1, milyar. Kontributor terendah adalah kecamatan Baros yaitu sebesar 5,40 persen dengan nilai milyar. Demikian pula kecamatan Cibeureum dan Lembursitu masing-masing memberikan kontribusi sebesar 5,44 persen dan 7,40 persen.

98 77 Tabel 15Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Atas Dasar Harga Konstant 2000 Tahun (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA *) 2009**) (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 68, , , , a. Tanaman bahan makanan 28, , , , b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya 37, , , , d. Kehutanan e. Perikanan 1, , , , PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi (migas) b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN 80, , , , a. Industri migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 80, , , , LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 18, , , , a. Listrik 14, , , , b. Gas Kota c. Air bersih 3, , , , B A N G U N A N 94, , , , PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 640, , , , a. Perdagangan Besar dan Eceran 583, , , , b. H o t e l 4, , , , c. Restoran 53, , , , PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 248, , , , a. Pengangkutan 202, , , , ) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 173, , , , ) Angkutan Laut ) Angk. Sungai, Danau dan Penyeberangan ) Angkutan Udara ) Jasa Penunjang Angkutan 29, , , , b. Komunikasi 45, , , , Pos dan Telekomunikasi 45, , , Jasa Penunjang Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 142, , , , a. B a n k 40, , , , b. Lembaga keuangan tanpa Bank 29, , , , c. Jasa Penunjang Keuangan c. Sewa Bangunan 35, , , , d. Jasa Perusahaan 36, , , , JASA-JASA 216, , , , a. Pemerintahan Umum 139, , , , Adm. Pemerintahan & Pertahanan 85, , , Jasa Pemerintahan Lainnya 54, , , b. S w a s t a 76, , , , ) Sosial Kemasyarakatan 32, , , , ) Hiburan dan Rekreasi 4, , , , ) Perorangan dan Rumahtangga 40, , , , PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1,509, ,607, ,705, ,810, **) Angka Sangat Sementara *) Angka Sementara Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 (Rp.) Tahun 2006 Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 PDRB per Kapita Gambar 18Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Sukabumi dari Tahun

99 78 Apabila dicermati pada Tabel 16 terlihat bahwa dominasi perekonomian masih diberikan oleh wilayah Ciciwagu (Citamiang, Cikole, Warudoyong dan Gunungpuyuh) sedangkan wilayah Bacile (Baros, Cibeurem dan Lembursitu) belum mampu mengejar wilayah Ciciwagu. Hal ini mengindikasikan, bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar diantara kedua wilayah tersebut. Tabel 16Produk Domestik Regional Bruto KecamatanAtas Dasar Harga Berlaku Di Kota Sukabumi Tahun Kecamatan Tahun *) 2009**) PDRB PDRB PDRB Kontrib Kontrib (Milyar (Milyar (Milyar usi (%) usi (%) Rp) Rp) Rp) Kontri busi (%) Baros ,24 5,40 Lembursitu ,54 7,40 Cibeureum ,23 5,44 Citamiang ,89 19,34 Warudoyong ,76 20,30 Gunungpuyuh ,85 14,86 Cikole ,21 27,26 Jumlah 3, , , Sumber : Produk Domestik Regional Bruto per Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2009 Catatan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Ekonomi Sektoral Industri Sektor industri merupakan sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang kuat agar tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Pada Tahun 2009 jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kota Sukabumi sebanyak 22 perusahaan yang terdiri dari 6 perusahaan industri besar dan 16 perusahaan industri sedang dengan menyerap tenaga kerja sebanyak orang pekerja. Jumlah industri di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 17. Dari Tabel 17 dapat terlihat bahwa jumlah industri terbanyak berada di Kecamatan Warudoyong (9 perusahaan), sedangkan jumlah industri terkecil berada di Kecamatan Gunung Puyuh dan Kecamatan Lembursitu (1 perusahaan).

100 79 Tabel 17 Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Kecamatan di Kota SukabumiTahun 2009 Kecamatan Industri Besar Sedang Jumlah B a r o s Citamiang Warudoyong Gunung Puyuh 1-1 C i k o l e Lembursitu 1-1 Cibeureum Jumlah Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Tidak dapat dipungkiri bahwa industri merupakan penyumbang dari adanya dampak lingkungan. Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah industri ternyata telah memberikan dampak serius mengancam satu atau lebih unsur lingkungan: jangkauan pencemar dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat limbah,jenis, volume limbah, frekuensinya dan lamanya limbah berperan. Dampak pencemaran semula tidak begitu kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang relatif panjang, dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan,mengalami perubahan kehidupan habitat. Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi gersang dan digantikan dengan tanaman lain. Jenis binatang tertentu yang semula berkembang secara wajar beberapa tahun kemudian menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain. Oleh sebab itu antisipasi terhadap dampak pencemaran harus dilakukan sedini mungkin, sehingga kerusakan lingkungan yang lebih buruk dapat dihindarkan dari masa sekarang. Alam merupakan titipan generasi masa yang akan datang, sehingga harus memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Dampak pencemaran di Kota Sukabumi mulai terasa oleh penduduk Kota Sukabumi, salah satunya dengan adanya perubahan kualitas air sungai di kota ini. Perkiraan beban limbah cair dari industri skala menengah dan besar di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 18.

101 80 Tabel18 Perkiraan Beban Limbah Cair Industri Skala Menengah dan Besar di Kota Sukabumi Tahun 2009 No. Jenis Industri Beban Limbah Cair (kg/tahun) BOD COD TSS Nitrit Fenol Total Amonia Nitrat (NO 2 Nitrogen (NH 3 ) (NO3) ) 1. PT. Midix Graha 126,72 177,12 108,00 * 0,14 5,98 * * Farma (Farmasi) 2. PT. Graha Tama 93,60 120,96 79,20 * 0,14 9,72 * * Wisesa (Farmasi) 3. Kecap Samyu PD. 93,60 142,27 227,52 * * * 2,91 * Alam Aroma 4. PD. Pangan 109,44 122,54 93,60 0,29 * * * * Sejahtera (Tauco) 5. PT. Saga Multi Industri (Tabung 50,40 112,32 93,60 * * * * * Pompa Air) 6. RPH. Kota Sukabumi (Pemotongan 115,20 173,52 221,76 1,58 * * * * Hewan) 7. RPH. PD. Bersaudara (Pemotongan 172,80 226,08 172,80 1,77 * * * * Hewan) 8. RPH. PD. Mapat (Pemotongan 74,88 93,60 50,40 0,42 * * * * Hewan) 9. RPH. PD. Arromah 126,72 172,80 172,80 3,02 * * * * 10. PT. Cikusanto 112,32 128,16 266,40 0,14 * * * * Minatani (Peternakan Sapi Perah) 11. King Grass (Peternakan Sapi 128,16 180,13 223,20 1,22 * * * * Perah) 12. TPA. Cikundul 13,87 29,30 21,90 0,09 * * 0,16 0,22 Total 1.217, 1.678, 1.731, ,54 0,28 15,70 3,06 0,22 Sumber: Buku Satuan Lingkungan Hidup Kota Sukabumi Tahun 2010 Keterangan : * Tidak dilakukan pengujian Perkiraan beroperasi 24 hari per bulan dengan air limbah yang dihasilkan dalam 1 hari ± 5 m 3 sedangkan Air lindi yang dihasilkan oleh TPA. Cikundul ± 0,5 m 3 perhari selama 365 hari Perdagangan Sektor Perdagangan merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Sukabumi yaitu mencapai 45,70 % pada Tahun 2009.Dari Buku Sukabumi Dalam Angka Kota Sukabumi pada Tahun 2009, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar 9,04 % yaitu dari perusahaan pada Tahun 2008 menjadi perusahaan pada Tahun Dari perusahaan yang memiliki SIUP

102 81 tersebut terdiri dari 124 perusahaan besar, 450 perusahaan menengah dan perusahaan kecil.jumlah perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kota Sukabumi meningkat setiap Tahunnya seperti yang digambarkan pada Gambar Besar Menengah Kecil Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 19 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Sukabumi Tahun Pertanian Pembangunan pertanian tanaman pangan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. Pembangunan di bidang ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini diupayakan melalui peningkatan produksi pangan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kegiatan sektor pertanian yang diusahakan oleh masyarakat Kota Sukabumi adalah; (1) sub sektor pertanian tanaman pangan yang meliputi padi sawah, palawija, hortikultura, sayur-sayuran, tanaman hias serta tanaman obat, dan 2) peternakan Wisata Kota Sukabumi tidak memiliki obyek wisata terutama wisata alam yang banyak.hanya ada satu obyek wisata alam yang ada di Kota Sukabumi yaitu

103 82 Pemandian Air Panas Cikundul yang terletak di Kelurahan Cikundul Kecamatan Lembursitu Kondisi Aspek Transportasi Aspek transportasi secara umum menguraikan mengenai arus lalu-lintas dan prasarana transportasi di Wilayah Kota Sukabumi. Sarana transportasi merupakan sarana untuk melakukan pergerakan yaitu kendaraan, baik angkutan umum maupun pribadi. Sarana angkutan umum merupakan sarana terpenting bagi penduduk di wilayah Kota Sukabumi. Sarana Transportasi yang ada di wilayah Kota Sukabumi hanya terdiri dari sarana transportasi darat, sehingga transportasi darat memegang peranan yang cukup penting dalam sistem perekonomian, khususnya di wilayah Kota Sukabumi, kemacetan lalu-lintas yang sering terjadi di setiap kawasan pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi, salah satunya disebabkan oleh kepemilikan kendaraan yang tinggi dan intensitas pergerakan serta jumlah bangkitan lalu lintas yang dari tahun ke tahunnya terus berkembang, sementara sarana jaringan jalan tidak mengalami peningkatan. Jenis angkutan transportasi di wilayah Kota Sukabumi adalah sepeda motor, angkot/mikrolet, mobil pribadi dan becak. Sistem jaringan transportasi yang ada di wilayah Kota Sukabumi dapat menghubungkan dengan wilayah sekitarnya yang ada di Kabupaten Sukabumi. Jalan utama Kota Sukabumi merupakan jalan lintasan pergerakan yang menghubungkan antara Kabupaten Cianjur Kabupaten Sukabumi Kabupaten Bogor Kota Bogor hingga ke wilayah DKI Jakarta, Jabodetabek, dan Banten. Secara garis besar kondisi prasarana jalan sebagai salah satu indikator tingkat kemudahan dari dan ke berbagai wilayah kabupaten/ kota pada umumnya menunjukan kualitas cukup baik dengan status jalan untuk hubungan antar kota, adalah jalan nasional/negara dan jalan provinsi. Untuk lebih jelasnya kondisi aspek transportasi dapat dilihat pada Tabel 19.

104 83 Tabel 19Panjang Jalan Menurut Kewenangan di Kota Sukabumi Tahun 2010 No. Jenis Panjang Jalan (Km) Kewenangan 1. Jalan Nasional 8,95 2. Jalan Provinsi 15, Jalan 0 Kabupaten 4. Jalan Kota 124,622 Sumber : Buku Satuan Lingkungan Hidup Dasar (SLHD) Kota Sukabumi Tahun Sosial dan Kependudukan Pada dasarnya bahasan tentang sosial kependudukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal utama, yaitu kependudukan dan ketenagakerjaan Kependudukan Pada akhir Tahun 2009 berdasarkan hasil registrasi penduduk jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki (50,56%) dan penduduk perempuan (49,44%). Berdasarkan data tersebut maka sex ratio (perbandingan penduduk lakilaki dengan perempuan) Kota Sukabumi sebesar 102,26%. Berdasarkan jumlah penduduk setiap kecamatan, diketahui bahwa Kecamatan Cikole memiliki jumlah penduduk paling banyak ( jiwa), sedangkan Kecamatan Baros merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya ( jiwa).kepadatan penduduk rata-rata per Km 2 di Kota Sukabumi adalah 5.879,75. Dimana kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Citamiang dengan kepadatan penduduk ,62 jiwa per Km². Hal ini dimungkinkan karena luas wilayah Kecamatan Citamiang paling kecil diantara kecamatan yang lain dan merupakan wilayah yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Sedangkan yang terendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Cibeureum dengan kepadatan penduduk 3.446,86 jiwa per Km². Jumlah penduduk di Kota Sukabumi semakin meningkat setiap tahunnya, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 20.

105 84 Jumlah penduduk (jiwa) Perkembangan Jumlah penduduk Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Gambar 20Perkembangan Penduduk Kota Sukabumi Tahun Apabila dilihat lima tahun ke belakang, maka jumlah penduduk di Kota Sukabumi mengalami perubahan lebih dari 7%. Kecamatan Lembursitu merupakan kecamatan dengan kenaikan jumlah penduduk tertinggi (15,66%). Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 21. Jumlah penduduk (jiwa) Baros Citamia ng Warudo yong Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Gunung Puyuh Cikole Lembur situ Cibeure um Tahun Tahun Gambar 21 Perbandingan Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Pada Tahun 2005Tahun 2010 Penduduk Kota Sukabumi menurut mata pencaharian (selain yang masih sekolah dan lainnya) diketahui bahwa penduduk yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta merupakan yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar orang. Di urutan kedua adalah penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak orang. Sedangkan yang paling sedikit jumlahnya

106 85 adalah penduduk yang bekerja sebagai TNI dan POLRI yakni hanya orang. Apabila dibandingkan dengan data Tahun 2005 maka proporsi mata pencaharian penduduk sebagai petani yang paling banyak menurun terutama di Kecamatan Baros. Sedangkan proporsi jumlah penduduk menurut mata pencaharian sebagai PNS yang paling banyak bertambah terutama di Kecamatan Cikole seperti diperlihatkan pada Tabel 20. Tabel 20Perubahan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2005 dan Tahun 2009 Perubahan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian (%) Kecamatan Baros (77) 18,74 85,83 18,18 17,45 227,92 (40,99) 8,17 25,83 Citamiang (31) 0,32 11,30 (10,06) (35,08) 47,37 (16,63) (1,09) 6,75 Warudoyong 5 6,50 5,05 7,53 8,87 5,09 22,95 7,82 (2,27) Gunung Puyuh 8 12,38 37,26 122,30 112,18 (29,56) 12,51 16,94 5,61 Cikole (1) (13,15) 202,11 8,97 8,15 (3,80) (46) 2,90 7,42 Lembursitu 4 4,23 13,66 78,13 1,90 17,70 16,21 5,21 6,15 Cibeureum (9) 58,29 23,34 161,54 21,74 (39,59) (16,39) (55,25) 81,44 Kota Sukabumi (14) (16) 2 14 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Keterangan : 1 : Petani 2 : PNS 3 : Pegawai Swasta 4 : TNI/POLRI 5 : Pensiunan 6 : Pedagang 7 : Buruh 8 : Pelajar/Mahasiswa 9 : Pengangguran / Ibu Rumah Tangga Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. a. Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah sebagian penduduk yang berusia 15 Tahun ke atas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap

107 86 oleh pasar kerja digolongkan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak atau belum terserap oleh pasar kerja tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan digolongkan sebagai penganggur (terbuka). Sementara itu yang bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah, atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan. Untuk lebih jelasnya pada Tabel21ditampilkan kondisi ketenagakerjaan di Kota Sukabumi sebagai berikut : Tabel 21Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Sukabumi Tahun 2009 (%) No. Kegiatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan I Angkatan Kerja 77,54 40,68 57, Bekerja 64,81 33,58 48, Mencari Pekerjaan 12,73 12,22 9,71 II Bukan Angkatan Kerja 19,48 63,74 42, Sekolah 11,81 7,86 9, Mengurus Rumah 0,42 46,00 24,82 Tangga 3 - Lain-lain 10,23 5,54 7,67 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Sakernas 2009 b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)merupakan perbandingan angkatan kerja terhadap penduduk berusia 15 Tahun ke atas. TPAK tersebut dapat menggambarkan partisipasi penduduk 15 Tahun keatas yang bekerja dan mencari pekerjaan. Atau dengan kata lain, keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang memasuki pasar tenaga kerja, dan mereka itu adalah penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan dan disebut tingkat partisipasi angkatan kerja. Gambaran TPAK Kota Sukabumi Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 22. Dari data di atas, TPAK pada Tahun 2007 sebesar 56,91 persen, artinya proporsi penduduk yang produktif untuk bekerja yang harus terserap oleh pasar tenaga kerja sebanyak 56,91 persen. Pada Tahun 2009 terjadi peningkatan TPAK menjadi 57,81 persen. Jika dilihat secara gender, TPAK laki-laki lebih banyak

108 87 dibanding TPAK perempuan, yaitu 77,54 persen berbanding 40,68 persen. Tingginya TPAK laki-laki ini dipengaruhi oleh penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 67,48 persen sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 13,04 persen Tabel 22Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2009 (persen) No. Indikator Ketenagakerjaan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan I Tahun 2007 TPAK 80,52 36,26 56,91 TPT 16,20 33,70 22,15 II Tahun 2009 TPAK 77,54 40,68 57,81 TPT 16,41 16,45 16,80 Sumber : Sakernas Kebijakan Dalam penelitian ini akan melihat sejauh mana prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi. Oleh sebab itu dalam sub bahasan ini kebijakan yang akan dipaparkan adalah: (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun , (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sukabumi Tahun , dan (3) Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Sukabumi adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sukabumi untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pemberian pelayanan masyarakat serta sekaligus sebagai acuan bagi seluruh pelaku

109 88 pembangunan di Kota Sukabumi. Berdasarkan kondisi keunggulan dan kelemahan Kota Sukabumi pada saat ini, tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki yaitu sumber daya manusia, reformasi politik, sumber daya alam, sumber daya sosial, ekonomi serta budaya, maka Kota Sukabumi menetapkan visi pembangunan Tahun sebagai berikut : Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas bidang Pendidikan, Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat Berlandaskan Iman dan Taqwa Visi tersebut mengandung konsekuensi bahwa Kota Sukabumi harus dapat memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkualitas di bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan kepada seluruh masyarakat untuk mencapai kesejahteraan yang diindikasikan dengan tingkat pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Visi tersebut mengandung makna dan tujuan bahwa Kota Sukabumi sangat memandang bahwa kapasitas dan kapabilitas civil society serta birokrat dalam memenuhi tantangan lokal, nasional dan internasional akan menentukan peningkatan investasi di segala bidang, selain itu Kota Sukabumi juga memandang kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu faktor penentu daya saing suatu daerah. Selain penduduk, lembaga pendidikan dan pelayanan kesehatan serta balai latihan yang dimiliki baik yang berskala lokal maupun regional merupakan potensi bagi perkembangan regional melalui upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Kota Sukabumi. Dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Sukabumi tersebut, terdapat 6 (enam) misi yang akan dilaksanakan dalam membangun Kota Sukabumi pada periode yaitu sebagai berikut : 1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Beriman, Bertaqwa dan Berbudaya. 2. Mewujudkan Pelayanan Pendidikan Yang Berkualitas. 3. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas.

110 89 4. Mewujudkan Pengembangan Perdagangan dan Sektor Lapangan Usaha Lainnya Yang Berdaya Saing Tinggi. 5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dengan Aparatur Pemerintah Daerah Yang Profesional Dan Amanah. 6. Mewujudkan Kota Sukabumi Yang Nyaman dan Indah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sukabumi Tahun Visi dan Misi RPJMD Kota Sukabumi Tahun mempunyai visi : Dengan Iman dan Taqwa Mewujudkan Pemerintahan yang Amanah Berparadigma Surgawi Menuju Kota Sukabumi yang Cerdas, Sehat dan Sejahtera (dilandasi nilai filosofis shidiq, amanah, fatanah, tabligh). Pemerintahan yang amanah dan berparadigma surgawi mengandung konsekuensi bahwa segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Sukabumi harus diarahkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat dan memiliki pola pikir dan pola tindak yang didasarkan pada norma-norma agama, hukum dan sosial. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka terdapat 3 (tiga) misi yang akan dilaksanakan dalam membangun Kota Sukabumi pada periode yaitu sebagai berikut : 1. Mewujudkan Pengamalan Nilai-Nilai Agama, Sosial dan Budaya Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan sosial masyarakat yang ditandai dengan semakin eratnya kerukunan antar umat beragama sehingga pertikaian antar agama dapat dihindari, meningkatnya kepedulian sosial masyarakat, menurunnya tindak kriminalitas, makin banyaknya aktifitas yang bernuansa apresiasi budaya, berkurangnya angka penangguran, terpenuhinya kebutuhan pelayanan publik bagi penduduk miskin yang disertai angka kemiskinan yang semakin dapat ditekan.

111 90 2. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Dan Aparatur Yang Profesional dan Religius (Good Governance and Clean Government) Misi ini bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih serta Berwibawa yang ditandai dengan menurunnya kasus penyalahgunaan wewenang dan KKN, tidak adanya pengaduan masyarakat atas kinerja pemerintahan yang tidak ditindaklanjuti dan meningkatnya kemampuan keuangan daerah dimana pendapatan daerah meningkat pada setiap tahun. 3. Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik Dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan dan Sektor Lainnya. Misi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kota Sukabumi yang dibarengi oleh peningkatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi ini merupakan prioritas pembangunan jangka menengah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah dirumuskan.adapun arah kebijakan dan strategi yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun yaitu : A. Arah Kebijakan Umum (AKU) Tahun Berdasarkan Visi dan Misi Walikota masa jabatan yang tercantum dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun , diambil beberapa kebijakan umum untuk mewujudkan visi dan misi tersebut yang meliputi : 1. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diselaraskan dengan program pemerintah dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs), 2. Meningkatkan daya saing Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas melalui optimalisasi basis pertumbuhan ekonomi kota dan potensi kewilayahan,

112 91 3. Mewujudkan Kota Sukabumi yang aman, nyaman dan tertib, dalam rangka mendukung Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan, 4. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan berkelanjutan, dan 5. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat Kota Sukabumi. B. Strategi Dalam menghadapi tantangan pembangunan yang dihadapi pada lima tahun ke depan, disusun strategi sebagai berikut : Misi - 1, Mewujudkan Pengamalan Nilai-Nilai Agama Dalam Melaksanakan Kehidupan Sosial dan Budaya, Strategi yang ditetapkan adalah : a) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan toleransi antar umat beragama guna mewujudkan masyarakat yang religius, b) Meningkatkan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok, mengembangkan budaya yang berlandaskan nilai-nilai luhur dan meningkatkan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas gunamewujudkan kehidupan sosial yang kokoh dengan berlandaskan pada budaya dan kearifan lokal, dan c) Meningkatkan pendapatan per kapita mencapai Rp ,daya beli mencapai Rp , guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tujuan pada akhir Tahun Misi 2, Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Dan Aparatur Yang Profesional dan Religius (Good Governance and Clean Government) Strategi yang ditetapkan diantaranya adalah: meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pemerintah guna mewujudkan pemerintahan dengan kualitas pelayanan yang prima pada masyarakat yang ditandai dengan tidak adanya pengaduan dan permasalahan yang tidak ditindak lanjuti serta tidak adanya aparatur yang divonis melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

113 92 Misi 3, Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik Dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan Dan Sektor Lainnya Berbagai upaya dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan dapat menjadikan pendidikan di Kota Sukabumi mempunyai standar kualitas tinggi dan terkemuka di tingkat nasional, mempunyai keunggulan kompetitif dan kompetensi yang berdaya saing tinggi. Program pembangunan kesehatan di Kota Sukabumi diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Upaya peningkatan investasi di Kota Sukabumi diarahkan untuk mendukung terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan reformasi kelembagaan yang berkaitan dengan pelayanan investasi yang mampu mengurangi praktik ekonomi tinggi serta memperbaiki kebijakan investasi, serta merumuskan reformasi kelembagaan penanaman modal sebagai lembaga fasilitasi dan promosi investasi yang berdaya saing. Adapun target indikator makro pembangunan Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun Dalam Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun sub bab yang dianggap penting diuraikan sebagai berikut ; Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Sukabumi Kota Sukabumi Tahun Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Sukabumi merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota. Dalam mewujudkan ruang wilayah Kota Sukabumi yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dan mendukung Kota Sukabumi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan pusat pelayanan berkualitas bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat, maka disusunlah kebijakan penataan ruang wilayah di Kota Sukabumi.

114 93 Tabel 24 Target Indikator Makro Pembangunan Kota Sukabumi Tahun No INDIKATOR Target Target Target Target Target Target Target 1. Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi a. Jumlah Penduduk 282, , , , , , ,908 b. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP / %) c. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE / %) d. Inflasi (%) Asumsi e. Ketimpangan Kemakmuran (Gini Ratio) f. Pendapatan Perkapita (Rp.) / tahun 11,662,690 12,012,571 12,372,948 12,744,136 13,126,460 13,520,254 13,925,862 g. Daya Beli (Rp.ribu) per jiwa / bulan Kesejahteraan Sosial Pendidikan a. Angka Melek Huruf (AMH / %) b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS / tahun) c. Angka Partisipasi Murni (APM / tahun) - SD / MI / Paket A SMP / MTs / Paket B SMU / MA / Paket C d. Angka Partisipasi Kasar (APK / tahun) - SD / MI / Paket A SMP / MTs / Paket B SMU / MA / Paket C Kesehatan a. Angka Usia Harapan Hidup (AHH / tahun) b. Angka Kematian Bayi (AKB / kelahiran hidup) Kemiskinan a. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 67,610 66,596 65,597 64,613 63,644 62,689 61,749 a. Persentase Penduduk Miskin (%) 23.90% 22.99% 22.12% 21.29% 20.49% 19.73% 19.01% 5 Ketenaga Kerjaan a. Angka Partisipasi Angkatan Kerja (%) Keuangan Daerah a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 52,184,455,000 53,319,776,000 54,455,487,229 55,615,389,107 56,799,996,895 58,009,836,829 59,245,446,353 b. Dana Perimbangan 332,093,704, ,340,263, ,214,081, ,829,067, ,307,102, ,778,599, ,383,101,251 c. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 33,361,814,000 36,697,995,400 40,367,794,940 44,404,574,434 48,845,031,877 53,729,535,065 59,102,488,572 d. APBD 478,572,641, ,455,000, ,357,341, ,709,732, ,525,766, ,819,444, ,605,192,010 7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber : Perda No.8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sukabumi Tahun

115 94 Adapun kebijakan tersebut yaitu: 1. Membentuk struktur ruang wilayah Kota Sukabumi sebagai kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. 2. Membentuk pola ruang wilayah kota yang meliputi fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 3. Memberikan arahan pemanfaatan ruang wilayah kota sebagai upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun. 4. Memberikan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota sebagai ketentuan yang diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang Rencana Struktur Ruang Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Sukabumi dibagi menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu wilayah yang secara geografis berada dalam satu pusatpelayanan pusat sekunder. Adapun pembagian BWK di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut : 1. BWK 1 dengan pusat BWK di Kelurahan Karangtengah, mencakup sebagian Kelurahan Gunung Parang, Kelurahan Selabatu, Kelurahan Gunung Puyuh, Kelurahan Karamat, sebagian Keluran Karang Tengah, Kelurahan Sriwedari. 2. BWK 2 dengan pusat BWK di Kelurahan Subangjaya, mencakup Kelurahan Cikole, sebagian Kelurahan Cisarua, sebagian Kelurahan Gunung Parang, sebagian Kelurahan Kebonjati, sebagian Kelurahan Subangjaya. 3. BWK 3 dengan pusat BWK di Kelurahan Cibeurem Hilir, mencakup sebagian Kelurahan Jayamekar, sebagian Jayaraksa, sebagian Sudajahilir, sebagian babakan, sebagian Limusnunggal, sebagian Cisarua, sebagian Gunung Parang, sebagian Subangjaya, sebagian Cikondang, sebagian Kelurahan Citamiang, sebagian Kelurahan

116 95 Gedongpanjang, sebagian Kelurahan Nanggelang, sebagian Kelurahan Tipar, sebagian Kelurahan Sindangsari. 4. BWK 4 dengan pusat BWK di Kelurahan Sukakarya, mencakup sebagian Kelurahan Karang Tengah, sebagian Kelurahan Cipanengah, Kelurahan Dayeuhluhur, Kelurahan Nyomplong, Kelurahan Sukakarya, Kelurahan Warudoyong. 5. BWK 5 dengan pusat BWK di Kelurahan Sindangpalay, mencakup kelurahan sebagian Kelurahan Baros, sebagian Kelurahan Babakan, sebagian Kelurahan Cibeurem Hilir, sebagian Kelurahan Limusnunggal, sebagian Kelurahan Sindang Palay. 6. BWK 6 dengan pusat BWK di Kelurahan Baros, mencakup kelurahan sebagian Kelurahan Baros, sebagian Kelurahan Jayamekar, sebagian Kelurahan Jayaraksa, sebagian Kelurahan Sudajahilir, Kelurahan Cikundul, sebagian Kelurahan Cipanengah, sebagian Kelurahan Sindangsari. 7. BWK 7 dengan pusat BWK di Kelurahan Lembur Situ, mencakup kelurahan sebagian Kelurahan Cipanengah, sebagian Kelurahan Situmekar. Adapun pusat pelayanan Kota Sukabumi terdiri dari : 1) Pusat Pelayanan Kota Wilayah Utara, dan 2) Pusat Pelayanan Kota Wilayah Selatan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Sukabumi dibagi menjadi (1) Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung dan (2) Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya. A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Jenis kawasan lindung di Kota Sukabumi meliputi: kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan rawan bencana.

117 96 Kawasan perlindungan setempat di Kota Sukabumi adalah sempadan sungai. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai. B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Rencana pola ruang kawasan budi daya terdiri dari rencana untuk perumahan, perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan kesehatan, kawasan pendidikan, pemerintahan dan perkantoran, kawasan parawisata, kawasan pertanian, kawasan BBPBAT, kawasan pergudangan dan kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal Kawasan Strategis Penetapan kawasan strategis Kota Sukabumi yang merupakan bagian wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kawasan strategis kota berfungsi: a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan; c. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota; dan d. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.

118 97 Kawasan strategis Kota Sukabumi adalah sebagai berikut : 1. Kawasan pusat kota, 2. Kawasan perdagangan dan jasa, 3. Kawasan industri, 4. Kawasan perkantoran dan fasilitas Umum, dan 5. Kawasan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT).

119 BAB V PERSEPSI STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT DI KOTA SUKABUMI TENTANG PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Persepsi adalah pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulan yang diterima oleh panca indera, sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Hasil persepsi terhadap stimulus dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Persepsi dipengaruhi oleh perasaan, kemampuan berpikir serta pengalaman individu yang berbeda satu dengan yang lain (Daviddoff,1981 dalam Sagala,2009). 5.1 Persepsi dan Pemahaman Stakeholder di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Stakeholder dipilih berdasarkan metode pengambilan sampelpurposif yang merupakan sampel non-probabilitas. Selanjutnya stakeholder yang terpilih tersebut akan disebut sebagai informan. Sampel tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa informan yang dipilih mempunyai kredibilitas dalam bidangnya, peduli terhadap perkembangan di Kota Sukabumi, berlatarbelakang pendidikan yang tinggi serta dianggap mempunyai pemahaman terhadap kuisioner yang akan diajukan.jumlah informan yaitu 7 (tujuh) orang yang berasal dari pemerintahan dan non pemerintahan.adapun karakteristik informan yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24Karateristik Informan No. Pekerjaan Asal Instansi/lembaga/Jabata n 1. Pegawai Negeri Sipil Setda Kota Sukabumi / (PNS) Kepala Bidang 2. Pensiunan Tokoh Masyarakat/ Kepala LMD Usia Informan Pendidikan Terakhir 43 tahun Pasca Sarjana 61 tahun Sarjana 3. Praktisi Konsultan / Tenaga Ahli 31 tahun Pasca Sarjana 4. Pegawai Negeri Sipil Bappeda Kota Sukabumi/ 40 tahun Pasca Sarjana (PNS) Kepala Bidang 5. Dosen UMMI / Sekretaris LPM 35 tahun Pasca Sarjana 6. Pegawai Negeri Sipil Bappeda Kota Sukabumi/ 38 tahun Pasca Sarjana (PNS) Kepala Bidang 7. Dosen DPRD Kota Sukabumi/ Anggota Komisi 69 tahun Pasca Sarjana Sumber : Hasil Survey,2011.

120 Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Pertama Pada bagian ini, terdapat 16 pertanyaan yang diajukan kepada informan yang berisi 10 hal yang diangkat dari hasil wawancara peneliti sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan diuraikan sebagai berikut : a. Persepsi dan pemahaman informan tentang pembangunan dikota Sukabumi Pada umumnya informan memandang pembangunan di Kota Sukabumi harus diarahkan dalam peningkatan ekonomi, sosial, fisik /infrastruktur kota serta kualitas pelayanan yang telah ada. Walaupun demikian dampak negatif yang mungkin dihasilkan oleh pembangunan itu haruslah diantisipasi sedini mungkin, sehingga pembangunan di Kota Sukabumi memenuhi kaidah keberlanjutan. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 26. b. Persepsi dan pemahaman informan tentang dampak pembangunan di Kota Sukabumi Pembangunan yang telah berlangsung di Kota Sukabumi menurut pandangan informan mengakibatkan dampak negatif seperti kemacetan, pemukiman kumuh, alih fungsi lahan dan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya. Akan tetapi walaupun demikian, pembangunan di Kota Sukabumi memberikan dampak positif terutama dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.adapun hasil persepsi dan pemahaman informan tentang dampak pembangunan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Pembangunan di Kota Sukabumi No. Pelaku Persepsi 1. Setda Peningkatan sumberdaya manusia dan ekonomi 2. Bappeda 1 Peningkatan ekonomi, sosial dan fisik kota 3. Bappeda 2 Peningkatan dalam bidang pelayanan berkualitas 4. Unsur Legislatif Diarahkan dalam kaidah berkelanjutan 5. Praktisi / Konsultan Antisipasi dampak negatif pembangunan 6. Akademisi Peningkatan dalam bidang pelayanan berkualitas sebagai kota jasa 7. Masyarakat Peningkatan ekonomi, infrastruktur dan pendidikan Sumber : Hasil Analisis, 2011.

121 101 Tabel 26Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Dampak Pembangunan di Kota Sukabumi No. Pelaku Persepsi 1. Setda Peningkatan dalam bidang perdagangan 2. Bappeda 1 Kemacetan akibat berkembangnya perdagangan 3. Bappeda 2 Peningkatan di bidang perdagangan,pendidikan dan kesehatan 4. Unsur Legislatif Kemacetan dan pemukiman kumuh 5. Praktisi/ Konsultan Waktu perjalanan menjadi lama dan maraknya pembangunan ruko 6. Akademisi Terpenuhinya kebutuhan jasa, namun belum seimbang dengan kebutuhan riil masyarakat 7. Tokoh Masyarakat Tingkat pendidikan masyarakat meningkat Sumber : Hasil Analisis, c. Persepsi dan pemahaman informan tentang program-program pembangunan di Kota Sukabumi Informan memandang bahwa program-program pembangunan di Kota Sukabumi lebih menekankan pada peningkatan kualitas pelayanan dalam bidang pendidikan dan kesehatan, program bantuan/stimulan terhadap masyarakat, pendistribusian keramaian terutama terhadap pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah perluasan. Program-program pembangunan di Kota Sukabumi yang diketahui informan sebatas yang dikemukakan Pemerintah Kota Sukabumi pada forum-forum pertemuan. Adapun hasil persepsi dan pemahaman informan tentang program-program pembangunan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang ProgramprogramPembangunan di Kota Sukabumi No. Pelaku Persepsi 1. Setda Peningkatan kualitas pelayanan dalam bidang pendidikan dan kesehatan 2. Bappeda 1 Program bantuan / stimulan terhadap masyarakat 3. Bappeda 2 Distribusi keramaian terutama pada wilayah perluasan 4. Unsur Legislatif Desentralisasi keramaian dan pusat pertumbuhan 5. Praktisi/ Konsultan Tidak tahu 6. Akademisi Sebatas yang dipublikasikan Pemerintah Kota Sukabumi pada forum-forum 7. Tokoh Masyarakat Sebatas yang dipublikasikan Pemerintah Kota Sukabumi pada forum-forum Sumber : Hasil Analisis, 2011.

122 102 d. Persepsi dan pemahaman informan tentang kebutuhan generasi masa yang akan datang Informan memandang bahwa ada beberapa aspek yang penting dalam memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Aspek tersebut yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek kelembagaan. Aspek lingkungan tersebut mencakup lingkungan hidup yang berkualitas, konsistensi kawasan hijau maupun potensi sumberdaya alam. Selanjutnya informan memandang bahwa aspek sosial yang merupakan kebutuhan generasi yang akan datang yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar, akhlak, dan pendidikan. Perekonomian yang bersumber pada potensi daerah dipandang sebagai kebutuhan generasi yang akan datang dari aspek ekonomi. Sedangkan kelembagaan pemerintah, keterkaitan antar wilayah serta penegakan hukum merupakan kebutuhan generasi yang akan datang dalam aspek kelembagaan. Adapun hasil persepsi mengenai kebutuhan generasi yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Kebutuhan Generasi Mendatang No. Pelaku Persepsi 1. Setda Lingkungan yang baik dan berkualitas, pendidikan yang berkualitas, kesehatan yang berkualitas dan pemenuhan kebutuhan dasar. 2. Bappeda 1 Kebutuhan akan air, kebutuhan akan udara dan kebutuhan akan tanah. 3. Bappeda 2 Lingkungan hidup,kualitas sumber daya manusia, kelembagaan pemerintah daerah dan keterkaitan antar wilayah (internal kota dan juga antar kota). 4. Unsur Legislatif Konsistensi kawasan hijau, pembatasan kepemilikan lahan, konsistensi pemanfaatan lahan dan ruang, pengendalian alih fungsi lahan. 5. Praktisi/ Konsultan Kualitas lingkungan hidup,pendidikan yang berkualitas,ekonomi yang bersumber dari potensi daerah, dan penegakan hukum. 6. Akademisi Jaminan ketersediaan lapangan kerja, jaminan pemenuhan hak-hak dasar warga kota, jaminan pemeliharaan lingkungan yang kondusif untuk kehidupan dan jaminan keberlangsungan usaha warga kota. 7. Tokoh Masyarakat Akhlak, pendidikan, lapangan kerja, dan perekonomian / kesejahteraan. Sumber : Hasil Analisis, 2011.

123 103 e. Persepsi dan pemahaman informan tentang contoh kasus kebutuhan generasi mendatang Pada umumnya informan memandang bahwa contoh kasus kebutuhan generasi masa yang akan datang yaitu mencakup aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Adapun hasil persepsi informan tentang contoh kasus kebutuhan generasi masa yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Contoh Kasus Kebutuhan Generasi Mendatang No. Pelaku Persepsi 1. Setda Kebutuhan air bersih yang terus meningkat. 2. Bappeda 1 Tingkat pencemaran lingkungan yang meningkat. 3. Bappeda 2 Kekeringan dan keterbatasan lahan. 4. Unsur Legislatif Lahan produktif yang beralih fungsi sehingga meningkatnya jumlah kemiskinan. 5. Praktisi/ Konsultan Siklus air yang tidak terkendali, degradasi moral dan ketergantungan ekonomi terhadap wilayah lain. 6. Akademisi Lapangan kerja yang tidak mencukupi kebutuhan, ketidakadilan pemenuhan hak-hak dasar warga kota, tidak adanya kemudahan usaha bagi masyarakat. 7. Tokoh Masyarakat Terjadinya tawuran, premanisme, banyaknya pengemis sehingga berkurangnya rasa keamanan. Sumber : Hasil Analisis, f. Persepsi dan pemahaman informan tentang pewarisan prinsip pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi Hampir sebagian besar informan (71,42%) menyebutkan bahwa generasi terdahulu di Kota Sukabumi telah mewariskan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terutama dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup serta cara untuk hidup bermasyarakat, walaupun pada prakteknya mulai tidak terlihat di Kota Sukabumi. Cara atau konsep untuk melestarikan adat istiadat atau budaya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut yaitu pamali atau tidak boleh. g. Persepsi dan pemahaman informan tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi Informan menyebutkan bahwa bidang jasa pelayanan kesehatan, pendidikan dan perdagangan merupakan indikator pembangunan berkelanjutan yang

124 104 ketercapaiannya menonjol di Kota Sukabumi seperti yang diperlihatkan pada Tabel 30. Tabel 30Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi No. Pelaku Persepsi 1. Setda Bidang jasa pelayanan kesehatan 2. Bappeda 1 Bidang jasa pelayanan pendidikan, perdagangan dan kesehatan 3. Bappeda 2 Bidang jasa pelayanan perdagangan 4. Unsur Legislatif Pendidikan 5. Praktisi/ Konsultan Tidak tahu 6. Akademisi Bidang jasa pelayanan kesehatan 7. Tokoh Masyarakat Pendidikan Sumber : Hasil Analisis, h. Persepsi dan pemahaman informan tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan dan hubungannya dengan program-program pembangunan di Kota Sukabumi Respon informan mengenai ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan dan hubungannya dengan program-program pembangunan di Kota Sukabumi bermacam-macam. Ada yang memandang bahwa indikator pembangunan berkelanjutan dapat tercapai apabila program pemerintah ditekankan pada program lingkungan hidup, sistem perijinan dan peraturan yang diperketat, sertifikasi pelayanan, manajemen transportasi maupun penekanan pada program pemerintah dalam bidang pendidikan. Adapun persepsi informan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31. i. Persepsi dan pemahaman informan tentang pelibatan masyarakat (perencanaan partisipatif) Informan menyebutkan (57,14%) bahwa masyarakat sudah dilibatkan dalam proses perencanaan, akan tetapi belum maksimal. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa di Kota Sukabumi perlu diadakannya public hearing, memperbanyak ruang yang memungkinkan proses partisipasi terjadi, memperbanyak kesempatan dan waktu untuk terjadinya perencanaan yang partisipatif. Proses perencanaan partisipatif di Kota Sukabumi belum dipraktekan

125 105 secara menyeluruh sehingga perlu diperluas keterlibatan pihak lain dan harus sering dilakukannya turun ke lapangan. Tabel 31Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan dan Hubungannya dengan Programprogram Pembangunan di Kota Sukabumi No. Pelaku Persepsi 1. Setda Program peningkatan kualitas lingkungan hidup dan program pengelolaan persampahan. 2. Bappeda 1 Sistem perijinan yang diperketat, Koordinasi antar SKPD melalui kantor yang menangani perijinan. 3. Bappeda 2 Antisipasi kesenjangan antara prioritas usulan masyarakat dalam pembangunan dengan anggaran daerah yang tersedia. 4. Unsur Legislatif Beberapa kawasan dipertahankan untuk tidak dialihfungsikan. 5. Praktisi/ Konsultan Manajemen transportasi. 6. Akademisi Terkait dengan program pembangunan daerah karena ISO Manajemen mutu menjamin keberlanjutan. 7. Tokoh Masyarakat Adanya program pendidikan s/d kelas 12 Sumber : Hasil Analisis, j. Persepsi dan pemahaman informan tentang definisi pembangunan berkelanjutan Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan menekankan definisi pembangunan berkelanjutan menurut pemahaman mereka sendiri pada proses tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan dan hasil dari tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut. Untuk lebih jelasnya definisi pembangunan berkelanjutan menurut informan dapat dilihat pada Tabel 32. k. Hasil gabungan persepsi dan pemahaman informan tentang prinsip pembangunan berkelanjutan Adapun hasil gabungan persepsi dan pemahaman informan tentang prinsip pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 33.

126 106 Tabel32 Definisi Pembangunan Berkelanjutan menurut Informan No. Pelaku Persepsi 1. Setda Pembangunan berkelanjutan tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup ataupun konservasi lingkungan hidup, tapi juga pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan yang jelas (tahunan/5 tahun) secara konsisten untuk menuju misi dan visi kota.pembangunan berkelanjutan harus juga concern pada aspek sosial,iptek, budaya dan ekonomi. 2. Bappeda 1 Pembangunan yang memperhatikan dampak-dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga dampak yang akan merugikan dapat diantisipasi. 3. Bappeda 2 Pembangunan yang dilakukan saat ini harus memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang. 4. Praktisi/konsultan Proses pembangunan yang memperhatikan kebutuhan masa depan generasi, yang tidak tercerabut dari potensi daerahnya, yang selalu diwariskan kepada generasi penerusnya dengan prinsip partisipasi. 5. Akademisi Pembangunan yang terencana untuk mencapai target yang telah ditetapkan, memperhatikan aspek lingkungan dan menjamin tetap menyediakan ruang pengembangan untuk generasi mendatang. 6. Unsur Legislatif Pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan untuk mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang. Perencanaannya harus seluas mungkin dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan misalnya dengan public hearing. 7. Tokoh Masyarakat Untuk menata supaya Kota Sukabumi lebih tertata baik dan masyarakat sejahtera baik lahir maupun bathin. Sumber : Hasil Analisis, Tabel 33 Hasil Gabungan Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Prinsip Pembangunan Berkelanjutan No. Aspek Faktor-faktor yang mempengaruhi 1. Lingkungan 1. Lingkungan hidup yang berkualitas 2. Kebutuhan akan air, udara dan tanah 3. Konsistensi kawasan hijau 4. Jaminan pemeliharaan lingkungan yang kondusif 2. Sosial 1. Akhlak 2. Kesehatan yang berkualitas 3. Pendidikan yang berkualitas 4. Sumberdaya manusia yang berkualitas 5. Kesejahteraan rakyat 3. Ekonomi 1. Ekonomi yang bersumber pada daerah 2. Jaminan ketersediaan lapangan pekerjaan 3. Pendapatan masyarakat 4. Jaminan keberlangsungan warga kota 4. Kelembagaan 1. Kelembagaan pemerintah daerah 2. Keterkaitan antar wilayah 3. Pengendalian alih fungsi lahan 4. Penegakan hukum 5. Jaminan pemenuhan hak-hak dasar warga kota Sumber : Hasil Analisis, 2011.

127 Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Kedua Proses hirarki analitik (AHP) merupakan suatu pendekatan yang biasanya diguanakan untuk menganalisis kebijakan. Saaty (dalam Faletehan, 2009) mengemukakan bahwa tahapan analisis data sebagai berikut: (1) identifikasi sistem,(2) penyusunan hirarki,(3) membuat matriks perbandingan/komparasi berpasangan,(4) menghitung matriks pendapat individu,(5) menghitung pendapat gabungan, (6) pengolahan horizontal,(7) pengolahan vertikal dan (8) revisi.adapun hasil analisis pada penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan. Bobot pertimbangan (preferensi) masing-masing informan berbeda satu sama lainnya.nilai bobot preferensi terbesar yaitu 0,5 yang berarti persentase preferensi yang diberikan yaitu sebesar 50%. Sedangkan bobot preferensi yang terkecil yaitu 0,05 yang berarti persentase persentase yang diberikan hanyalah sebesar 5%. Untuk lebih jelasnya bobot pertimbangan tiap informan terhadap faktor-faktor pendukung aspek pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 34. Dari Tabel 34 terlihat bahwa prioritas tertinggi faktor-faktor yang mempengaruhi aspek lingkungan pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan persepsi pelaku dari Bappeda 1 dan Setda yaitu degradasi lingkungan, pelaku dari Bappeda 2 yaitu faktor neraca sumberdaya alam, pelaku dari akademisi, praktisi, unsur DPRD dan tokoh masyarakat justru memilih potensi sumberdaya alam sebagai bobot preferensi tertinggi. Tabel 35 menunjukkan bahwa pemberian bobot tertinggi dalam penentuan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi aspek sosial cenderung sama. Pelaku dari Bappeda 1, Bappeda 2, akademisi, praktisi dan unsur legislatif memilih keadilan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap aspek sosial dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.sedangkan pelaku dari Setda memilih faktor menghargai perbedaan sebagai bobot pertimbangan tertinggi. Berbeda dengan pelaku dari tokoh masyarakat yang memilih rasa aman merupakan faktor yang mempunyai bobot tertinggi.

128 108 Tabel 34 Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Lingkungan No. Pelaku Faktor-faktordalam Aspek Lingkungan 1. Bappeda 1 Degradasi Lingkungan Neraca SDA dan Lingkungan Potensi SDA 2. Bappeda 2 Neraca SDA dan Lingkungan Potensi SDA Degradasi Lingkungan 3. Setda Degradasi Lingkungan Potensi SDA Neraca Sumberdaya Alam dan Lingkungan 4. Akademisi Potensi Sumberdaya Alam Neraca SDAdan Lingkungan Degradasi Lingkungan 5. Praktisi Potensi SDA Degradasi Lingkungan Neraca SDAdan Lingkungan 6. DPRD Potensi SDA Neraca SDAdan Lingkungan Degradasi Lingkungan 7. Tokoh Masyarakat Sumber : Hasil Analisis,2011. Potensi SDA Degradasi Lingkungan Neraca SDAdan Lingkungan Bobot Preferensi 0,50 0,33 0,17 0,43 0,33 0,24 0,56 0,33 0,29 0,38 0,33 0,29 0,38 0,33 0,29 0,43 0,37 0,33 0,33 0,33 0,33 Prioritas Tabel 35Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Sosial No. Pelaku Faktor-faktor dalam Aspek Sosial 1. Bappeda 1 Keadilan Rasa Aman Menghargai Perbedaan Kesetaraan 2. Bappeda 2 Keadilan Menghargai Perbedaan Rasa Aman Kesetaraan 3. Setda Menghargai Perbedaan Rasa Aman Keadilan Kesetaraan 4. Akademisi Keadilan Kesetaraan Rasa Aman Menghargai Perbedaan Bobot Preferensi 0,47 0,32 0,16 0,05 0,38 0,29 0,20 0,009 1,00 0,71 0,42 0,14 0,26 0,26 0,26 0,23 Prioritas

129 109 Lanjutan Tabel 35 No. Pelaku Faktor-faktor dalam Aspek Sosial 5. Praktisi Keadilan Rasa Aman Menghargai Perbedaan Kesetaraan 6. DPRD Keadilan Rasa Aman Kesetaraan 7. Tokoh Masyarakat Sumber : Hasil Analisis,2011. Menghargai Perbedaan Rasa Aman Keadilan Kesetaraan Menghargai Perbedaan Bobot Preferensi 0,29 0,25 0,25 0,14 0,41 0,32 0,23 0,04 0,38 0,27 0,20 0,12 Prioritas Tabel 36 Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informandalam Aspek Ekonomi No. Pelaku Faktor-faktor dalam Aspek Ekonomi 1. Bappeda 1 Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Pendapatan Daerah Investasi 2. Bappeda 2 Pendapatan Masyarakat Pendapatan Daerah Investasi Kesempatan Kerja 3. Setda Kesempatan Kerja Investasi Pendapatan Masyarakat Pendapatan Daerah 4. Akademisi Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Investasi Pendapatan Daerah 5. Praktisi Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Pendapatan Daerah Investasi 6. DPRD Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Investasi 7. Tokoh Masyarakat Sumber : Hasil Analisis,2011 Pendapatan Daerah Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Pendapatan Daerah Investasi Bobot Preferensi 0,36 0,26 0,22 0,13 0,31 0,29 0,20 0,13 0,44 0,31 0,25 0,06 0,27 0,27 0,24 0,24 0,28 0,25 0,25 0,21 0,35 0,29 0,20 0,12 0,35 0,29 0,20 0,12 Prioritas Dari Tabel 36 terlihat bahwa hampir sebagian besar informan memberikan bobot pertimbangan terbesar pada pendapatan masyarakat sebagai faktor yang

130 110 berpengaruh pada aspek ekonomi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan pelaku dari Setda memilih kesempatan kerja sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap aspek sosial dalam pembangunan berkelanjutan. Tabel 37Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Kelembagaan No. Pelaku Faktor-faktor dalam Aspek Kelembagaan 1. Bappeda 1 Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Kepemimpinan 2. Bappeda 2 Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Kepemimpinan 3. Setda Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Kepemimpinan 4. Akademisi Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Kepemimpinan 5. Praktisi Kepemimpinan Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi 6. DPRD Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Kepemimpinan 7. Tokoh Masyarakat Sumber : Hasil Analisis,2011. Kepemimpinan Partisipasi dan hak-hak publik Komunikasi dan koordinasi Bobot Preferensi 0,50 0,33 0,17 0,41 0,33 0,25 0,37 0,33 0,29 0,33 0,33 0,33 0,36 0,32 0,32 0,43 0,33 0,22 0,53 0,29 0,18 Prioritas Dari Tabel 37 terlihat bahwa lima informan memilih partisipasi dan hakhak publik sebagai faktor yang mempunyai bobot pertimbangan yang besar. Sedangkan dua responden lainnya memilih faktor kepemimpinan sebagai unsur terpenting karena diberi bobot pertimbangan yang besar. 2. Sintesis Bobot Pertimbangan Seluruh Informan Tujuan dari perhitungan pendapat seluruh informan atau pertimbangan gabungan adalah untuk membentuk suatu matriks yang mewakili matriks-matriks pendapat individu yang ada.menurut Faletehan (2009) matriks gabungan merupakan trik baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio konsistensinya (CR) memenuhi

131 111 syarat yang telah disebutkan pada bahasannya sebelumnya.adapun sintesis bobot pertimbangan seluruh responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Sintesis Bobot Pertimbangan Seluruh Informan No. Aspek Faktor-faktor yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan Neraca SDAdan 1. Lingkungan Lingkungan Potensi SDA Keadilan Kesetaraan 2. Sosial Rasa Aman Menghargai Perbedaan Pendapatan Masyarakat 3. Ekonomi Kesempatan Kerja Investasi Pendapatan Daerah Komunikasi dan koordinasi 4. Kelembagaan Partisipasi dan hakhak publik Kepemimpinan Sumber : Hasil Analisis, Bobot Preferensi Seluruh Responden 0,52 0,31 0,34 0,32 0,15 0,29 0,20 0,31 0,27 0,20 0,19 0,31 0,38 0,31 Persentase Preferensi (%) 52,17 31,29 33,59 32,13 14,68 29,10 20,38 31,01 27,45 20,49 19,86 30,88 37,96 31,16 Prioritas Dari Tabel 38 terlihat bahwa apabila bobot pereferensi informan digabungkan dan dibagi dengan jumlah keseluruhan informan (7 informan) akan menghasilkan persentase bobot yang berbeda dengan bobot persentase tiap individu. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi aspek lingkungan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan ternyata persentase bobot preferensi informan sebesar 52,17% memilih degradasi lingkungan sebagai prioritas pertama. Sedangkan untuk faktor yang mempengaruhi aspek sosial dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, bobot preferensi hampir merata, akan tetapi faktor keadilan merupakan prioritas tertinggi dengan persentase preferensi sebesar 32,13%. Menurut pendapat responden secara keseluruhan dengan persentase preferensi sebesar 31,01%, faktor pendapatan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi tujuan pembangunan berkelanjutan.sedangkan dalam aspek

132 112 kelembagaan, perhitungan bobot preferensi seluruh responden memberikan bobot terbesar (37,96%) pada faktor partisipasi dan hak-hak publik sebagai faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. 3. Pengolahan Horizontal Pekerjaan selanjutnya dari analisis AHP yaitu adanya pengolahan horizontal yang digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada hirarki keputusan yang dilakukan dengan empat tahap. Adapun empat tahap tersebut yaitu perkalian baris(z),perhitungan vektor prioritas atau eigen vektor, perhitungan nilai eigen max dan perhitungan nilai indeks konsistensi. Teknomo dkk (1999) menyebutkan jika aij mewakili derajat kepentingan faktor iterhadap faktor j dan ajk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k,maka agar keputusan menjadi konsisten,kepentingan dari faktor i terhadap faktor k harussama dengan aij.ajkatau jika aij.ajk= aikuntuk semua i,j,k maka matrix tersebut konsisten. Permasalahan didalam pengukuran pendapat manusia, konsistensi tidak dapat dipaksakan. Jika A>B (misalnya 2 > 1) dan C>B (misalnya 3>1), tidak dapat dipaksakan bahwa C>A dengan angka 6>1 meskipun hal itu konsisten. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidakkonsistensi jawaban yang diberikan informan. Walaupun demikian, terlalu banyak ketidakkonsistensi juga tidak diinginkan. Pengulangan wawancara pada sejumlah informan yang sama kadang diperlukan apabila derajat tidak konsistennya besar.selanjutnya Teknomo menjelaskan bahwa apabila nilai Indeks Konsistensi bernilai 0, berarti matriks tersebut konsisten. Adapun batas ketidakkonsistenan dalam AHP telah ditetapkan oleh Saaty dengan Rasio Konsistensi (CR) yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random. Adapun Indeks konsistensi pada penelitian ini untuk setiap faktor-faktor yang mempengaruhi aspek pembangunan berkelanjutan mempunyai nilai 0, sehingga dapat dikatakan jawaban dari semua informan konsisten.hasil perhitungan dari peneleitian ini dapat dilihat pada Tabel 39.

133 113 Tabel 39 Hasil Pengolahan Horizontal AHP No. Aspek 1. Lingkungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Potensi SDA Degradasi Lingkungan Neraca SDA dan Lingkungan Perkalian baris ( nilai z) 1,95 2,01 1,90 Vektor Prioritas (eigen vektor) 0,33 0,34 0,32 Nilai Eigen max Indeks Konsistensi (CI) 3,00 0, Sosial 3. Ekonomi Keadilan Kesetaraan Rasa Aman Menghargai Perbedaan Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Investasi Pendapatan Daerah 1,67 1,37 1,66 1,60 1,62 1,57 1,46 1,45 0,26 0,21 0,26 0,25 0,26 0,25 0,24 0,24 4,02 0,005 4,01 0, Kelembagaan Komunikasi dan koordinasi Partisipasi dan hakhak publik Kepemimpinan 1,89 2,03 1,99 0,32 0,34 0,32 3,00 0,0006 Sumber : Hasil Analisis, Prioritas Keputusan Menurut Barnad (2011) keputusan merupakan perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relatif dan dapat dikatakan bahwa pengertiantingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan. Sekaitan dengan hal tersebut Terry (2011) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Tujuan akhir dari sub bab penelitian ini adalah mengetahui keputusan akhir dari ketujuh responden dalam menentukan urutan prioritas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keempat aspek/dimensi tujuan pembangunan berkelanjutan. Walaupun nilai-nilai preferensi gabungan dalam pengolahan horizontal memperlihat nilai yang perbedaannya sangat kecil, namun penelitian menunjukkan bahwa preferensi responden (lihat Tabel 39) untuk keempat aspek yaitu :

134 Aspek Lingkungan, preferensi informan memilih faktor degradasi lingkungan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. 2. Aspek Sosial, preferensi informan memilih faktor keadilan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. 3. Aspek Ekonomi,preferensi informan memilih faktor pendapatan masyarakat sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. 4. Aspek Kelembagaan, preferensi informan memilih faktor partisipasi dan hak-hak publik sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Adapun urutan prioritas dari gabungan preferensi informandan suasana pemberian informasi dari informan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 40 dan Gambar 22. Tabel 40 Urutan Preferensi Gabungan Informan No. Aspek Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengolahan Horizontal Urutan Prioritas 1. Lingkungan Degradasi Lingkungan Potensi SDA Neraca SDA dan Lingkungan 2. Sosial Keadilan Rasa Aman Menghargai Perbedaan Kesetaraan 3. Ekonomi Pendapatan Masyarakat Kesempatan Kerja Investasi Pendapatan daerah 4. Kelembagaan Partisipasi dan Hak-hak Publik Kepemimpinan Komunikasi dan Koordinasi Sumber : Hasil Analisis, ,01 1,94 1,90 1,67 1,66 1,60 1,37 1,62 1,57 1,46 1,45 2,03 1,89 1,

135 115 Sumber : Hasil Survey, Gambar 22 Suasana Pengambilan Informasi dengan Informan 5.2 Persepsi dan Pemahaman Masyarakat di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan Pada penelitian ini usia mayoritas responden cenderung merata pada rentang usia yang ada. Persentase usia terbesar yaitu usia 60 tahun keatas yaitu 16,67%. Responden dengan jenis kelamin laki-laki mendominasi persentase keseluruhan responden yaitu sebesar 66,67%, sesuai dengan data pada Bab IV yang menyebutkan bahwa persentase penduduk laki-laki di Kota Sukabumi lebih besar. Dari data agama yang dianut responden hampir semua menganut agama islam (95%). Sedangkan dari latar belakang pendidikan responden, hampir setengah dari jumlah keseluruhan responden (40%) merupakan lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dan persentase terkecil yaitu responden dengan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 13%. Mata pencaharian responden sebagian besar (43,33%) merupakan wiraswasta/pedagang sedangkan persentase terkecil yaitu responden dengan mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebesar 6,67%.Adapun untuk lebih jelasnya karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 41.

136 116 Tabel41Distribusi Frekuensi dan Persentase Karateristik Responden di Kota Sukabumi (n = 60) No. Karateristik Responden Frekuensi Persentase %) 1. Kelompok Umur : tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 60 ke atas 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Agama : Islam Katolik Protestan Budha Hindu 4. Latar Belakang Pendidikan SD SMP SMU Akademi/Perguruan Tinggi 5. Jenis Mata Pencaharian : PNS Pegawai Swasta Wiraswasta/Pedagang lain-lain Sumber : Hasil Survey, ,67 6,67 10,00 15,00 5,00 5,00 15,00 15,00 5,00 16,67 66,67 33,33 95,00 1,67 3, ,00 13,33 40,00 21,67 6,67 11,67 43,33 38,33 Pada penelitian ini sama halnya dengan stakeholder, maka masyarakat pun menjadi responden yang penting menjadi objek penelitian. Seperti yang disebutkan Akil (2003), bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan perencanaan tata ruang yang partisipatif perlu terus didorong untuk melibatkan masyarakat dengan pendekatan community driven planning dengan harapan: 1) Terciptanya kesepakatan dan aturan main (rule of the game) di masyarakat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial disebabkan program perencanaan tata ruang yang disusun sesuai dengan aspirasinya. 2) Mewujudkan masyarakat madani yang dapat memenuhi dan mengupayakan pemenuhan kebutuhannya sendiri seiring dengan proses pembelajaran berpartisipasi yang terkandung dalam pendekatan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

137 117 3) Terciptanya sistem kelembagaan perencanaan tata ruang yang mampu meningkatkan legitimasi program pembangunan di daerah karena disepakati secara bersama-sama yang pada akhirnya dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam penelitian ini ada lima aspek utama dalam mengidentifikasi persepsi masyarakat Kota Sukabumi tentang prinsi-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu Pembangunan di Kota Sukabumi, Ketercapaian pembangunan dan dampak pembangunan, Kepedulian terhadap masa yang akan datang, Perencanaan partisipatif dan Pembangunan berkelanjutan. 1. Persepsi masyarakat Kota Sukabumi mengenai pembangunan di Kota Sukabumi Dalam aspek pembangunan di Kota Sukabumi, peneliti mengajukan tiga pernyataan yang berhubungan dengan Visi Kota Sukabumi Tahun , kesesuaian visi kota dengan pembangunan di Kota Sukabumi serta kaitannya dengan kemampuan Pemerintah Kota Sukabumi dalam mengimplementasikan visi kota tersebut. Responden memberikan respon yang positif terhadap bunyi dari Visi Kota Sukabumi Tahun Sebesar 70,49% responden setuju terhadap visi tersebut bahkan responden lainnya (29,51%) memberikan respon sangat setuju.untuk lebih jelasnya respon responden terhadap aspek pembangunan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel Persepsi masyarakat Kota Sukabumi mengenai ketercapaian pembangunan dan dampak pembangunan Dalam aspek mengenai ketercapaian pembangunan dan dampak pembangunan di Kota Sukabumi, peneliti mengajukan tujuh pernyataan berkaitan dengan aspek tersebut. Sebesar 65,57% responden telah merasakan adanya dampak positif dari pembangunan di Kota Sukabumi. Sedangkan 27,87% responden tidak merasakan adanya dampak positif tersebut. Tabel 42Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan di Kota Sukabumi

138 118 No. Pernyataan 1. Visi Kota Sukabumi Tahun adalah Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas bidang Pendidikan, Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat Berlandaskan Iman dan Taqwa 2. Pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota Sukabumi telah sesuai dengan visi Kota Sukabumi. 3. Pemda Kota Sukabumi telah mampu mengimplementasikan visi Kota Sukabumi. Sumber : Hasil Analisis,2011. Sangat Setuju Persentase Respon Responden (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju setuju Tidak Tahu/ Netral 29,51 70, ,92 65,57 29, ,56 55,74 32, Sebesar 60,66% responden menyetujui bahwa ketercapaian pembangunan di Kota sukabumi yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan. Sebesar 59,02% responden menyetujui bahwa ketercapaian pembangunan tersebut terkait dengan program-program pembangunan yang direncanakan Pemerintah Kota Sukabumi, sedangkan 32,70% lainnya tidak menyetujui adanya keterkaitan tersebut. Untuk lebih jelasnya respon responden terhadap aspek ketercapaian pembangunan dan dampak pembangunan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel Persepsi masyarakat Kota Sukabumi mengenai kepedulian terhadap masa yang akan datang Dalam aspek tentang kepedulian masyarakat terhadap masa yang akan datang, peneliti mengajukan tiga item pernyataan yang berkaitan dengan ada tidaknya pemikiran tentang kebutuhan generasi masa yang akan datang, keharusan adanya pemikiran tentang kebutuhan generasi masa yang akan datang dari produk perencanaan yang disusun oleh Pemerintah Kota Sukabumi dan tanggapan terhadap perencanaan yang baik. Tabel 43 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Ketercapaian Pembangunan dan Dampak Pembangunan di Kota Sukabumi

139 119 No. Pernyataan 1. Masyarakat sudah merasakan dampak positif dari pembangunan di Kota Sukabumi. 2. Ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan. 3. Ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi terkait dengan program-program pembangunan yang direncanakan Pemda Kota Sukabumi. 4. Peningkatan aktivitas ekonomi di Kota Sukabumi merupakan hal yang menggembirakan. 5. Dampak negatif dari pembangunan di Kota Sukabumi yang paling menonjol yaitu kemacetan. 6. Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan di Kota Sukabumi. 7. Dalam pembangunan di Kota Sukabumi, keterbatasan lahan merupakan hal yang harus dikhawatirkan. Sumber : Hasil Analisis,2011. Sangat Setuju Persentase Respon Responden (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju setuju Tidak Tahu/ Netral 6,56 65,57 27,87 0 1,64 18,03 60,66 21, ,28 59,02 37, ,92 54,10 40, ,84 67,21 22, ,56 78,69 13,11 0 1,64 13,11 65,57 21, Sebesar 55,74% responden menyetujui bahwa masyarakat di Kota Sukabumi sudah cukup memikirkan tentang kebutuhan generasi yang akan datang. Walaupun responden lainnya (29,51%) menganggap bahwa masyarakat di Kota Sukabumi belum memikirkan tentang hal tersebut. Sebagian besar responden (77,05%) menyetujui bahwa produk perencanaan yang disusun oleh Pemerintah Kota Sukabumi haruslah memikirkan kebutuhan generasi masa yang akan datang, responden yang lainnya (29,51%) sangat menyetujui hal tersebut. Untuk lebih jelasnya respon responden terhadap aspek kepedulian tentang masa yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Kepedulian akan Masa yang akan Datang di Kota Sukabumi

140 120 No. Pernyataan 1. Masyarakat sudah cukup memikirkan tentang kebutuhan generasi di masa yang akan datang. 2. Produk perencanaan Kota Sukabumi yang disusun oleh Pemda Kota Sukabumi harus memikirkan kebutuhan generasi masa yang akan datang. 3. Perencanaan yang baik yaitu harus memikirkan nasib generasi yang akan datang dan keberlanjutannya Sumber : Hasil Analisis,2 Sangat Setuju Persentase Respon Responden (%) Setuju Tidak Sangat Setuju Tidak setuju Tidak Tahu/ Netral 11,48 55,74 29,51 3, ,95 77, ,98 57,38 1, Persepsi masyarakat Kota Sukabumi mengenai perencanaan partisipatif Dalam aspek tentang perencanaan partisipatif, peneliti mengajukan empat pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan masyarakat tentang programprogram pembangunan daerah yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Sukabumi, keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi serta koordinasi antar stakeholder dalam proses perencanaan. Lebih dari setengah dari jumlah responden (57,38%) tidak mengetahui program-program pembangunan daerah yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Sukabumi.Sedangkan 37,70% responden lainnya telah mengetahui tentang hal tersebut. Sebesar 49,18% responden menyebutkan bahwa ternyata masyarakat belum dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi, meskipun 39,34% responden lainnya mengakui sudah adanya pelibatan masyarakat. Masyarakat haruslah dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi, sebagian besar responden (68,85%) menyetujui tentang hal tersebut. Adapun respon responden terhadap aspek perencanaan partisipatif dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Perencanaan Partisipatif di Kota Sukabumi No. Pernyataan Persentase Respon Responden (%)

141 Masyarakat telah mengetahui program-program pembangunan daerah yang direncanakan Pemda Kota Sukabumi. 2. Masyarakat sudah dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi. 3. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi. 4. Dalam proses perencanaan, pemerintah harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan pihak swasta. Sumber : Hasil Analisis,2011. Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Tidak Tahu/ Netral 3,28 37,70 57,38 1,64 0 6,56 39,34 49,18 4, ,79 63,93 1,64 0 1,64 29,51 68,85 1, Persepsi masyarakat Kota Sukabumi mengenai pembangunan berkelanjutan Dalam aspek pembangunan berkelanjutan, peneliti mengajukan sepuluh item pernyataan yang berkaitan dengan pengertian pembangunan berkelanjutan, tujuan pembangunan berkelanjutan, empat dimensi dalam pembangunan berkelanjutan, kota berkelanjutan, pentingnya pembangunan berkelanjutan dan ada tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan yang diwariskan nenek moyang melalui adat istiadat dan tradisi. Sebagian besar responden (73,13%) menyetujui pengertian pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengankeseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang.untuk pengertian pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sebesar 73,77% menyetujuinya, bahkan responden yang lain (16,39%) sangat menyetujuinya. Adanya pembagian tujuan pembangunan yang betkelanjutan menjadi empat aspek disetujui oleh 68,85% responden. Bahkan sebesar 27,87% responden lainnya sangat menyetujuinya.pembagian aspek lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari potensi sumber daya, degradasi lingkungan serta neraca atau keseimbangan disetujui oleh 75,41% responden. Untuk pembagian aspek lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari keadilan, kesetaraan, rasa aman dan menghargai perbedaan, sebesar 78,69% responden menyetujuinya. Bahkan 19,67% responden lainnya sangat menyetujui tentang hal tersebut. Aspek ekonomi dalam pembangunan

142 122 berkelanjutan yang terdiri dari pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, investasi dan pendapatan daerah mendapatkan respon positif dengan disetujuinya oleh 77,05% responden dan 16,39% responden lainnya bahkan sangat menyetujuinya. Pembagian aspek kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari komunikasi dan koordinasi, partisipasi dan hak-hak publik serta kepemimpinan disetujui oleh 75,41% responden dan sangat disetujui oleh 18,03% responden lainnya. Menurut lebih dari setengah jumlah responden keseluruhan (68,85%) Kota Sukabumi merupakan kota yang sudah memikirkan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan dan bisa menjadi kota yang berkelanjutan. Responden yang lain sebesar 16,39% bahkan sangat menyetujui tentang gagasan tersebut.sebesar 68,85% responden setuju bahwa pengertian tentang pembangunan berkelanjutan harus dipahami oleh seluruh masyarakat di Kota Sukabumi. Untuk lebih jelasnya respon responden terhadap pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi No. Pernyataan 1. Pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang. 2. Pembangunan yang berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. 3. Tujuan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada empat aspek yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek kelembagaan. Sangat Setuju Persentase Respon Responden (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju setuju Tidak Tahu/ Netral 22,95 72,13 3,279 1, ,39 73,77 9, ,87 68,85 3, Lanjutan Tabel 46 No. Pernyataan Sangat Setuju Persentase Respon Responden (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju setuju Tidak Tahu/ Netral

143 Aspek lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari potensi sumber daya, degradasi lingkungan serta neraca sumber daya alam dan lingkungan. 5. Aspek sosial dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari keadilan, kesetaraan, rasa aman dan menghargai perbedaan. 6. Aspek ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, investasi dan pendapatan daerah. 7. Aspek kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari komunikasi dan koordinasi, partisipasi dan hak-hak publik serta kepemimpinan. 8. Kota Sukabumi merupakan kota yang sudah memikirkan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan dan bisa menjadi kota yang berkelanjutan. 9. Pengertian tentang pembangunan berkelanjutan harus dipahami oleh seluruh masyarakat di Kota Sukabumi. 10. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah diwariskan nenek moyang melalui adat istiadat dan tradisi. Sumber : Hasil Analisis, ,03 75,41 6, ,67 78,69 1, ,39 77,05 6, ,03 75,41 6, ,39 73,77 6,557 1,64 1,64 29,51 68,85 1, ,11 68,85 18, Respon dari masyarakat apabila dibagi menjadi respon negatif atau tidak menyetujui terhadap pernyataan dalam kuisioner dan respon positif atau menyetujui terhadap pernyataan dalam kuisioner yang diajukan dapat disimpulkan pada Tabel 47. Tabel 47Respon Masyarakat terhadap Pernyataan-pernyataan dalam Kuisioner No. Aspek Utama Respon Masyarakat 1. Pembangunan di Kota Sukabumi 2. Ketercapaian pembangunan dan dampaknya Lanjutan Tabel 47 Masyarakat memberikan respon positif terhadap pembangunan di Kota Sukabumi dan mengakui adanya keterlibatan Pemda Kota Sukabumi dalam menerapkan visi dan misi kota. Masyarakat memberikan respon positif terhadap ketercapaian dampak pembangunan di Kota Sukabumi serta mengakui adanya keberhasilan program pembangunan dari Pemda kota.walaupun demikian masyarakat memberikan respon negatif tentang dampak pembangunan yaitu kemacetan, menurunnya kualitas lingkungan dan keterbatasan lahan. No. Aspek Utama Respon Masyarakat 3. Kepedulian tentang masa Masyarakat memberikan respon positif tentang masa yang akan datang termasuk perencanaan yang harus disusun dengan

144 124 yang akan datang 4. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan (Perencanaan partisipatif) 5. Pembangunan berkelanjutan Sumber : Hasil Analisis,2011. pemikiran akan kebutuhan generasi mendatang sehinggga menghasilkan produk perencanaan yang berkelanjutan. Masyarakat memberikan respon negatif tentang tidak adanya pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan, sehingga program-program perencanaan dari Pemda Kota Sukabumi tidak diketahui masyarakat. Masyarakat menekankan bahwa pelibatan masyarakat merupakan keharusan dalam proses perencanaan di suatu daerah. Masyarakat memberikan respon positif tentang pembangunan berkelanjutan termasuk aspek/dimensi pembangunan berkelanjutan serta faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Apabila dihubungkan dengan dimensi/aspek yang ada dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, maka masyarakat di Kota Sukabumi lebih memberikan respon terbanyak kepada aspek sosial. Masyarakat menyetujui bahwa faktor-faktor keadilan, kesetaraan, rasa aman dan menghargai perbedaan merupakan faktor-faktor yang penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Adapun hasil dari persepsi masyarakat Kota Sukabumi yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 48. Tabel 48Hasil Persepsi Masyarakat Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan No. Urutan Dimensi/Aspek dalam Pembangunan Berkelanjutan Menurut Masyarakat Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1. Sosial 1. Keadilan 2. Kesetaraan 3. Rasa Aman 4. Menghargai Perbedaan 2. Ekonomi 1. Pendapatan Masyarakat 2. Kesempatan Kerja 3. Investasi 4. Pendapatan Daerah Respon Masyarakat (%) 78,69 77,05 Lanjutan Tabel 48

145 125 Urutan Dimensi/Aspek dalam Pembangunan No. Berkelanjutan Menurut Masyarakat 3. Lingkungan Kelembagaan Sumber : Hasil Analisis,2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1. Potensi SDA 2. Degradasi Lingkungan 3. Neraca SDA & Lingkungan 1. Komunikasi & Koordinasi 2. Partisipasi & Hakhak Publik 3. Kepemimpinan Respon Masyarakat (%) 75,41 75,41 Gambar-gambar berikut merupakan suasana pada saat berlangsungnya penyebaran kuisioner terhadap masyarakat di Kota Sukabumi yang telah dilakukan peneliti. Sumber : Hasil Survey, Gambar 23 Suasana Berlangsungnya Penyebaran Kuisioner terhadap Masyarakat di Kota Sukabumi

146 126 Sumber : Hasil Survey, Gambar 24 Kemacetan dan berkurangnya kualitas lingkungan di Kota Sukabumi menjadi dampak pembangunan negatif yang dirasakan oleh masyarakat

147 127 BAB VI PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM DOKUMEN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI Rustiadi etal. (2009) menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih langkah-langkah untuk mencapainya (Kay dan Alder,1999). Dari berbagai pendapat dan definisi perencanaan yang telah dikembangkan maka terlihat secara umum hampir selalu terdapat dua unsur penting dalam perencanaan, yakni (1) unsur hal yang ingin dicapai dan (2) unsur cara untuk mencapainya. Dalam penjabarannya, didalam proses perencanaan dikenal berbagai nomenklatur-nomenklatur seperti visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, proyek, aktivitas dan lain-lain. Selanjutnya Rustiadi etal. (2009) menekankan bahwa terdapat berbagai cara atau pendekatan didalam melakukan perencanaan, namun beberapa elemen, yang hampir selalu ada di setiap bentuk perencanaan, yakni: (1) pengumpulan data, (2) analisis data, (3) menetapkan kebijakan (policy making), (4) implementasi dan (5) monitoring. Pendekatan perencanaan maupun proses perencanaan dalam manajemen pemerintahan dituangkan ke dalam bentuk dokumen-dokumen perencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Strategis (Renstra),Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan lainnya. Penelitian ini mencoba akan membahas mengenai dua dokumen perencanaan yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Sukabumi yaitu RPJPD Kota Sukabumi Tahun dan draft RTRW Kota Sukabumi Tahun yang merupakan revisi dari RTRW Kota Sukabumi sebelumnya. Dua dokumen tersebut dipilih karena melihat adanya kesamaan rentang waktu yang panjang (20 tahun) sehingga kaitannya dengan pembangunan

148 128 berkelanjutan yang merupakan kebutuhan generasi masa yang akan datang diasumsikan ada. 6.1 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Sukabumi adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sukabumi untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025 yang ditetapkan melalui peraturan daerah. Pada akhir Tahun 2025 diharapkan di Kota Sukabumi dapat terwujud sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Hal ini ditandai oleh sumber daya manusia yang berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif danberakhlak mulia. Kegiatan usaha yang berdaya saing antara lain ditandai oleh berkembangnya usaha dan investasi di Kota Sukabumi. Sejalan dengan itu pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai. Pendapatan per kapita pada Tahun 2025 mencapai kesejahteraan setara dengan daerah berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka yang semakin rendah dan jumlah penduduk miskin yang makin dapat ditekan. Selanjutnya pelayanan pendidikan yang berkualitas dengan pelaksanaan manajemen pendidikan yang maju, peningkatan kualitas pendidikan secara kompetitif dan terpadu, pelayanan kesehatan yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya pelayanan kesehatan pada semua akses serta pelayanan kesehatan yang dikekola secara profesional, terpadu dan kompetitif. Mewujudkan Kota Sukabumi nyaman dan indah ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan efisien dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh. RPJPD Kota Sukabumi Tahun merupakan dokumen perencanaan yang terdiri dari Peraturan Daerah Kota Sukabumi beserta lampirannya.dalam dokumen perencanaan ini, peneliti mencoba mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada di dalamnya. Adapun hasil Analisis Isi (Content Analysis) dari RPJPD Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel 49.

149 129 Tabel49Hasil Pengkodean Pada Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi Tahun Bahan/Materi Yang Di Kode 1 Kode 2 Kode 3 Kode 4 Analisis a b c a b c d a b c d a b c Jml Bab I Pendahuluan Bab 2 Kondisi,Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Kota Sukabumi Bab 3 Visi Tahun dan Misi Kota Sukabumi Bab 4 Arah,Tahapan dan prioritas Pembangunan jangka Panjang Daerah Tahun Bab 5 Penutup Jumlah Sumber : Hasil Analisis,2011. Dari Tabel 49 terlihat bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan di RPJPD Kota Sukabumi Tahun banyak di ulas pada Bab 4 tentang Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun (31,88%),Bab 2 Kondisi,Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Kota Sukabumi, dan Bab 1 tentang Pendahuluan. Apabila setiap bab yang ada dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun dihubungkan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka terlihat bahwa tidak semua bab yang dibahas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yang mengulas prinsip pembangunan berkelanjutan. Walaupun demikian, penyusun dokumen ini telah berusaha mengulas prinsip pembangunan berkelanjutan pada Bab IV tentang Arah, Tahapan, Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun Ulasan prinsip pembangunan berkelanjutan pada bab ini ditekankan kepada aspek sosial dalam pembangunan berkelanjutan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 50.

150 130 Tabel 50Bahasan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yang Terkait dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan No. Bahasan dalam RPJPD Kota Sukabumi Urutan Aspek Pembangunan Berkelanjutan Faktor-faktor dalam Pembangunan Berkelanjutan yang Banyak Diulas 1. Bab I Pendahuluan 1. Kelembagaan 2. Bab II Kondisi, Analisis, dan Predikasi Kondisi Umum Kota Sukabumi 3. Bab III Visi Tahun dan Misi Kota Sukabumi 4. Bab IV Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang daerah Tahun Sosial Ekonomi 3. Lingkungan 1. Sosial 2. Kelembagaan 3. Ekonomi 4. Lingkungan 1. Ekonomi 2. Sosial 3. Kelembagaan 1. Sosial 2. Ekonomi 3. Kelembagaan 4. Lingkungan 5. Bab V Penutup 1. Kelembagaan Sumber : Hasil Analisis, Ekonomi 1. Kepemimpinan 2. Komunikasi & Koordinasi 3. Partisipasi & Hak-hak Publik Keadilan dan Menghargai Perbedaan Pendapatan masyarakat, Kesempatan kerja, Investasi dan pendapatan Daerah Degradasi lingkungan dan Neraca SDA& Lingkungan 1. Menghargai Perbedaan 2. Keadilan dan Rasa Aman 3. Kesetaraan 1. Kepemimpinan 2. Komunikasi dan Koordinasi 1. Kesempatan kerja dan Investasi 2. Pendapatan Masyarakat 3. Pendapatan Daerah 1. Degradasi Lingkungan dan Neraca SDA& Lingkungan 2. Potensi SDA 1. Pendapatan Masyarakat 2. Investasi dan Pendapatan Daerah 1. Keadilan dan Menghargai Perbedaan 1. Komunikasi dan Koordinasi serta Kepemimpinan 1. Menghargai Perbedaan 2. Kesetaraan 3. Keadilan 4. Rasa aman 1. Pendapatan Masyarakat 2. Kesempatan Kerja dan Pendapatan daerah 3. Investasi 1. Komunikasi dan Koordinasi 2. Partisipasi dan Hak-hak Publik 3. Kepemimpinan 1. Neraca SDA 2. Degradasi Lingkungan 1. Partisipasi dan Hak-hak Publik 2. Komunikasi dan Koordinasi 1. Pendapatan Masyarakat dan Pendapatan Daerah Muatan pesan yang berkaitan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan hanya sedikit sekali di ulas pada Bab 5 tentang Penutup (3,62%).Perbedaan persentase isi pesan yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Gambar 25.

151 131 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 11,6 Bab I 44,2 31,9 8,7 3,6 Bab II Bab III Bab IV Bab V Persentase Pesan Yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Gambar 25 Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun Keterangan : Bab I : Pendahuluan Bab II : Kondisi, Analisis, dan Predikasi Kondisi Umum Kota Sukabumi Bab III : Visi Tahun dan Misi Kota Sukabumi Bab IV : Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang daerah Tahun Bab V : Penutup Adapun dilihat pada faktor yang mempengaruhi aspek/dimensi dari pencapaian pembangunan berkelanjutan, maka faktor degradasi dalam aspek/dimensi lingkung yang paling banyak diulas dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun (24,55%). Sedangkan untuk setiap aspek maka hasil interprestasi pada Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel 51. Apabila ditelaah lebih lanjut, urutan aspek pembangunan berkelanjutan yang ada dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yang banyak diulas yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, aspek kelembagaan dan aspek lingkungan. Adapun faktor-faktor pendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan yang banyak diulas pada dokumen ini yaitu faktor menghargai perbedaan pada aspek sosial, faktor komunikasi dan koordinasi pada aspek kelembagaan, faktor pendapatan masyarakat pada aspek ekonomi dan faktor neraca SDA pada aspek lingkungan.

152 132 Untuk lebih jelasnya urutan faktor-faktor pendukung tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan yang banyak diulas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel 52. Tabel51Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi Tahun No. Kode Perincian Kode 1. Kode 1 Kode 1a Kode 1b Kode 1c 2. Kode 2 Kode 2a Kode 2b Kode 2c Kode 2d 3. Kode 3 Kode 3a Kode 3b Kode 3c Kode 3d 4. Kode 4 Kode 4a Kode 4b Kode 4c Sumber : Hasil Analisis,2011. Persentase (%) 24,55 3,64 12, ,82 0,91 4,55 7,27 0,91 4,55 8, ,91 10 Interprestasi Pada aspek lingkungan dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor degradasi lingkungan paling banyak di ulas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Pada aspek sosial dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor keadilan untuk masyarakat di Kota Sukabumi paling banyak di ulas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Pada aspek ekonomi dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor pendapatan daerah paling banyak di ulas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Pada aspek kelembagaan dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor partisipasi & hak-hak publik serta Koordinasi & Komunikasi paling banyak di ulas dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun Tabel 52Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun No. Urutan Aspek Pembangunan Berkelanjutan Faktor-faktor dalam Pembangunan Berkelanjutan yang Banyak Diulas 1. Sosial 1. Menghargai Perbedaan 2. Keadilan 3. Kesetaraan 4. Rasa Aman 2. Ekonomi 1. Pendapatan Masyarakat 2. Pendapatan Daerah 3. Kesempatan Kerja 4. Investasi 3. Kelembagaan 1. Komunikasi dan Koordinasi 2. Kepemimpinan 3. Koordinasi dan Hak-hak Publik 4. Lingkungan 1. Neraca SDA dan Lingkungan 2. Degradasi Lingkungan 3. Potensi SDA Sumber : Hasil Analisis,2011.

153 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Dalam Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di sebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.sedangkan perencanaan tata ruang merupakan suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Mengacu pada pasal 25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kota yang disusun, secara sistematik harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Pedoman Dan Petunjuk Pelaksanaan Bidang Penataan Ruang dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun Dokumen perencanaan penataan ruang wilayah ini seperti halnya dokumen perencanaan lainnya harus memenuhi konsep-konsep perencanaan yang partisipatif, teknokratis, bottom up dan top down serta didukung oleh proses politik yang demokratis dan bertanggungjawab. Sehubungan dengan hal tersebut pada Tahun 2008 Kota Sukabumi telah melakukan evaluasi (peninjauan kembali) terhadap pelaksanaan RTRW Kota Sukabumi Tahun Berdasarkan hasil evaluasi, RTRW Kota Sukabumi termasuk dalam Tipologi II yaitu Rencana Tata Ruang (RTR) sah, simpangan kecil faktor eksternal. Maksud dari adanya revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi Tahun adalah : 1. Memperbaiki, meninjau ulang (revisi) RTRW Kota Sukabumi Tahun Melakukan pengembangan dan penetapan kembali Arah Kebijakan Umum Penataan Ruang Kota Sukabumi untuk sampai dengan Tahun Hasil Analisis Isi (Content Analysis) tentang prinsip pembangunan berkelanjutan pada draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel 53.

154 134 Tabel 53Hasil Pengkodean Pada Analisis Isi (Content Analysis) Pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Bahasan Kode 1 Kode 2 Kode 3 Kode 4 Jml a b c a b c d a b c d a b c Bab I Pendahuluan Bab 2 Tujuan,Kebijakan &Strategi Bab 3 Rencana Struktur Ruang Bab 4 Rencana Pola Ruang Bab 5 Penetapan Kawasan Strategis Bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Bab 7 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Jumlah Sumber : Hasil Analisis,2011. Dari Tabel 53 terlihat bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan di draft RTRW Kota Sukabumi Tahun banyak di ulas pada Bab 2 tentang Tujuan kebijakan dan strategi (25,45%),bab 4 tentang Rencana Pola Ruang dan di Bab 1 Pendahuluan.Muatan pesan yang berkaitan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan hanya sedikit sekali di ulas pada Bab 6 tentang Arahan Pemanfaatan Ruang (2,72%). Apabila setiap bab yang ada dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dihubungkan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka terlihat bahwa tidak semua bab yang dibahas dalam draft RTRWKota Sukabumi Tahun yang mengulas prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam dokumen ini, prinsip pembangunan berkelanjutan tidak diulas secara proporsional. Seharusnya bab yang paling penting mengulas prinsip pembangunan berkelanjutan adalah dari Bab III sampai dengan Bab VII yang berkaitan erat dengan rencana di masa yang akan datang. Pada kenyataannya, bab yang paling mengulas prinsip pembangunan berkelanjutan adalah pada Bab II tentang Tujuan, Kebijakan dan Strategi yang nota bene hanya merupakan kutipan dari dokumen perencanaan yang sudah ada ( RPJPD Kota Sukabumi Tahun ).

155 135 Adapun bahasan setiap bab dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun yang berkaitan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 54. Gambar 26 memperlihat persentase isi pesan yang berkaitan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan pada RTRW Kota Sukabumi Tahun Tabel 54 Bahasan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun yang Terkait dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan No. Bahasan dalam draft RTRWKota Sukabumi Tahun Urutan Aspek Pembangunan Berkelanjutan Faktor-faktor dalam Pembangunan Berkelanjutan yang Banyak Diulas 1. Bab I Pendahuluan 1. Lingkungan 2. Bab II Tujuan, Kebijakan dan Strategi 3. Bab III Rencana Struktur Ruang 4. Bab IV Rencana Pola Ruang 5. Bab V Penetapan Strategis 6. Bab VI Arahan Ruang 7. Bab VII Ketentuan Ruang Kawasan Pemanfaatan Pengendalian Sumber : Hasil Analisis, Kelembagaan 3. Sosial 4. Ekonomi 1. Lingkungan 2. Ekonomi 3. Sosial Kelembagaan 1. Ekonomi 2. Sosial 3. Kelembagaan 1. Lingkungan Sosial 2. Kelembagaan 1. Ekonomi 2. Lingkungan 3. Sosial Kelembagaan 1. Ekonomi 2. Kelembagaan 1. Lingkungan Kelembagaan 2. Sosial Ekonomi 1. Neraca SDA 2. Potensi SDA 3. Degradasi Lingkungan 1. Komunikasi dan Koordinasi 2. Kepemimpinan 1. Keadilan 2. Kesetaraan 1. Investasi 1. Potensi SDA 2. Neraca SDA & Lingkungan 3. Degradasi Lingkungan 1. Pendapatan Masyarakat dan Pendapatan Daerah 2. Investasi 1. Menghargai Perbedaan 2. Keadilan dan Rasa Aman 1. Komunikasi dan Koordinasi 1. Pendapatan Masyarakat 2. Investasi dan Pendapatan Daerah 1. Keadilan dan Menghargai Perbedaan 1. Komunikasi dan Koordinasi serta Kepemimpinan 1. Potensi SDA 2. Degradasi Lingkungan & Neraca SDA 1. Keadilasn dan Menghargai Perbedaan 1. Kepemimpinan 2. Komunikasi dan Koordinasi 1. Pendapatan Daerah 2. Pendapatan Masyarakat dan Kesempatan Kerja 1. Potensi SDA 1. Keadilan 1. Kepemimpinan 1. Investasi 2. Pendapatan Daerah 1. Komunikasi dan Koordinasi 1. Potensi SDA 2. Neraca SDA & Lingkungan 1. Komunikasi & Koordinasi dan Kepemimpinan 1. Kesetaraan 1. Pendapatan Masyarakat

156 136 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 20,0 25,5 13,6 20,9 8,2 2,7 9,1 Persentase Pesan Yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan 0,0 Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Gambar 26Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun Keterangan : Bab I : Pendahuluan Bab II : Tujuan, Kebijakan dan Strategi Bab III : Rencana Struktur Ruang Bab IV : Rencana Pola Ruang Bab VI: Penetapan Kawasan Strategis Bab VI : Arahan pemanfaatan Ruang Bab VII : Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Adapun dilihat pada faktor yang mempengaruhi aspek/dimensi dari pencapaian pembangunan berkelanjutan, maka faktor kesetaraan dalam aspek/dimensi sosial yang paling banyak diulas dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun (14,49%). Sedangkan untuk setiap aspek maka hasil interprestasi pada Analisis Isi Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dapat dilihat pada Tabel 55. Tabel 55 Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun No. Kode Perincian Kode Persentase (%) Interprestasi 1. Kode 1 Kode 1a Kode 1b Kode 1c 2. Kode 2 Kode 2a Kode 2b Kode 2c Kode 2d 1,45 4,35 9,42 7,97 5,07 3,62 14,49 Pada aspek lingkungan dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor neraca SDA dan lingkungan paling banyak di ulas dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun Pada aspek sosial dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, faktor kesetaraan paling banyak di ulas dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan menurut Kartasasmita (1994) yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN 138 BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN

Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN 162 Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah DYAH KUSUMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KABUPATEN NGAWI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KABUPATEN NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kota Bogor 4.1.1 Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (STUDI KASUS DI DI DESA BABAKANPARI, KECAMATAN CIDAHU, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa

KATA PENGANTAR. skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN LALU LINTAS SEBAGAI ARAHAN PUSAT-PUSAT KEGIATAN WILAYAH KOTA BOGOR DEWI ANNISA RIZKI

ANALISIS PERGERAKAN LALU LINTAS SEBAGAI ARAHAN PUSAT-PUSAT KEGIATAN WILAYAH KOTA BOGOR DEWI ANNISA RIZKI ANALISIS PERGERAKAN LALU LINTAS SEBAGAI ARAHAN PUSAT-PUSAT KEGIATAN WILAYAH KOTA BOGOR DEWI ANNISA RIZKI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci