BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan menurut Kartasasmita (1994) yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang terlebur dalam arus besar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup. Apabila cara pembangunan seperti sekarang ini berlangsung terus, merusak lingkungan, maka kelangsungan pembangunan itu sendiri terancam. Hal ini memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan generasi masa depan juga akan terganggu. Menurut Salim (1987), orang sekarang tidak lagi bicara tentang kecukupan kebutuhan pokok atau pemerataan, tetapi mulai bertanya tentang kualitas hidup apa yang dihasilkan oleh proses pembangunan ini. Kualitas hidup tersebut mencakup baik kualitas lingkungan tempat manusia bermukim, maupun kualitas diri manusia itu sendiri. Rustiadi et al. (2009) menegaskan bahwa di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut : (i) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang diinginkan, (ii) menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan), dan (iv) disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun. Pada awal dekade 1980-an telah berkembang suatu paradigma pembangunan yang disebut paradigma pembangunan berkesinambungan yang kemudian dikenal menjadi pembangunan berkelanjutan. Alasan pengembangan paradigma pembangunan ini yaitu keterbatasan daya dukung sumberdaya alam.

2 2 Adapun definisi pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengertian dari World Commision on Environment and Development (WCED) pada Tahun 1987 yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi sendiri kebutuhan mereka. Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil). Umat manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan ini berkelanjutan (sustainable) - untuk memastikan bahwa pembangunan ini dapat mencukupi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan sejak KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil pada bulan Juni Hasil KTT Bumi tersebut adalah agenda 21 yaitu sebuah program global bagi pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup (World bank, 2001). Konsep pembangunan keberlanjutan diamanatkan pula dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 28 H ayat (1) dan pasal 33 ayat (4). Hal ini mempunyai arti bahwa pasal tersebut menjadi dasar dalam rumusan hukum tertinggi di Indonesia dan menunjukkan bahwa kebijakankebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengacu terhadap prinsip dalam pasal-pasal tersebut. Sebagai katalisator dan monitoring terhadap tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan, maka haruslah ada indikator-indikator untuk mengukurnya Rustiadi et al. (2009) mengartikan bahwa indikator merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan,pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari organisasi atau program yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

3 3 Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negara/kota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable Development : Guidelines and Methodoligies - third edition ( United Nation Publicity, 2007) yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan tersebut (yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United Nations) terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain. Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan. Penelitian yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan telah banyak dilakukan. Purnomo (2002) melakukan pengkajian terhadap penerapan dari model persamaan struktural dalam melihat keterkaitan antar indikator pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa keberlanjutan dan ketidakberlanjutan pembangunan tergantung terhadap kondisi sumberdaya manusia-nya. Lain halnya dengan yang dilakukan Nurmalasari (2003) yang menerapkan metode analisis Procrustes dan autokorelasi spasial dalam melihat hubungan jarak kota dengan indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa autokorelasi spasial mempunyai indikasi yang negatif terhadap sebagian besar pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat. Peneliti dari luar negeri juga banyak yang telah meneliti tentang pembangunan berkelanjutan dan pencapaian indikator-indikatornya. Seperti halnya yang dilakukan Doody et al. (2008) yang menerapkan Q-method sebagai metoda partisipasi publik dalam pemilihan indikator pembangunan berkelanjutan. Lokasi penelitiannya yaitu salah satu kota di Irlandia. Q-method digunakan untuk mengkombinasikan opini publik dengan keahlian teknis dalam menghasilkan daftar indikator yang relevan terhadap publik. Metode ini terdiri dari kumpulan pernyataan, analisis pernyataan tersebut, Q-sort dan analisis Q-sort. Hasil dari

4 4 penelitian ini yaitu daftar pernyataan dan kerangka kerja yang efektif tentang indikator keberlanjutan dari para ahli berbagai bidang yang dikombinasikan dengan persepsi masyarakat yang disesuaikan dengan manfaat yang didapat sesuai kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam aspek yang lain Surd et al. (2011) meneliti tentang solusi geo-spasial terhadap visi stratejik dan konsep perencanaan wilayah dan pembangunan berkelanjutan di Rumania. Adapun penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pengembangan dan implementasi konsep kemitraan strategis perencanaan wilayah (baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang) identifikasi solusi geospasial yang sesuai, merupakan kunci faktor yang mendasari pelaksanaan kebijakan daerah yang diperlukan untuk menjamin kerangka kerja bagi pengembangan pembangunan berkelanjutan dan seimbang. Counsell dan Haughton (2006) dalam penelitian yang lain menyebutkan bahwa penilaian keberlanjutan (sustainability appraisal) merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan dari pembangunan berkelanjutan dalam suatu perencanaan wilayah. Penilaian keberlanjutan sekarang telah dipadukan dengan proses perencanaan wilayah dan bahkan prakteknya, hal ini merupakan refleksi dari perhatian pemerintah terhadap regulasi perencanaan menurut pandangan masing-masing terhadap pembangunan berkelanjutan. Menurut kedua peneliti tersebut, dengan penilaian berkelanjutan akan membantu dalam sistem perencanaan dengan transparansi dan partisipasi yang lebih besar. Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki konflik ekonomi, sosial maupun lingkungan merupakan bukti ketidaktercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Seperti kota-kota lain di Indonesia, Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi selama kurun waktu lima Tahun (Tahun ) yaitu ratarata sebesar 1,31% tiap tahunnya (lihat Tabel 1). Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya 4.800,23 Ha yang berarti bahwa pada Tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 5.879,75 jiwa/km. Peningkatan jumlah penduduk dapat menambah tekanan pada sumberdaya dan memperlambat peningkatan taraf hidup di daerah-daerah yang kemelaratan sudah

5 5 tersebar luas. Meskipun masalahnya bukanlah semata-mata jumlah penduduk namun adalah distribusi sumberdaya; pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai bila pembangunan demografi selaras dengan perubahan potensi produktif ekosistem (WCED, 1987). Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk bukan hanya merupakan modal akan tetapi penduduk dapat menjadi beban pembangunan apabila tidak diarahkan kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan syarat penting tidak hanya untuk mengumpulkan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga untuk menciptakan nilai-nilai baru untuk membantu individu dan bangsa keseluruhan dalam mengatasi realitasrealitas sosial, lingkungan dan pembangunan yang berubah cepat. Tabel 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun No. Tahun Jenis Kelamin LPP Lakilaki Perempuan Jumlah (%) (Jiwa) , , , , ,31 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, di Kota Sukabumi juga terjadi perubahan penggunaan lahan secara signifikan. Selama 5 (lima) tahun terdapat kenaikan luas lahan pekarangan dan rumah sebesar 5% sedangkan penggunaan lahan lainnya mengalami penurunan. Perbandingan penggunaan lahan antara Tahun 2005 dan Tahun 2009 di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

6 Luas Lahan (Ha) Pekarangan & Rumah Tegal/kebun Lain-lain Kolam/tebat/e mpang tahun tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Gambar 1 Penggunaaan lahan di Kota Sukabumi Tahun 2005 dan Tahun 2009 (Ha) 1.2 Perumusan Masalah Kota Sukabumi berada pada posisi strategis karena berada diantara pusat pertumbuhan megaurban JABOTADEBEK dan BANDUNG RAYA, sehingga merupakan salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat (RTRW Jawa Barat) yang berpotensi selain memacu perkembangan wilayahnya juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland). Untuk lebih jelas batas administrasi dan posisi Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Sukabumi No.8 Tahun 2002 tentang RTRW Kota Sukabumi Tahun disebutkan bahwa terdapat 8 (delapan) fungsi Kota Sukabumi yaitu perumahan/permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi, parawisata, pusat pengembangan industri, pusat pendidikan dan pusat. Sesuai dengan visi pembangunan Kota Sukabumi Tahun seperti yang termuat dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun yaitu : Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang

7 7 pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa, maka kota ini termasuk salah satu tujuan investasi dari luar daerah. Nilai investasi di Kota Sukabumi relatif terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada Gambar , ,00 Nilai Investasi (Rp.) , , , , ,00 0, Investasi Per Tahun (Rp) Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Gambar 4 Nilai Investasi PMDN Di Kota Sukabumi Tahun Investasi yang ditanamkan di suatu kota berkaitan erat dengan meningkatnya pembangunan fisik di kota tersebut., hal ini sesuai dengan kondisi di Kota Sukabumi, dimana pembangunan fisiknya terus meningkat (Gambar 5). Jumlah IMB Triwulan 1 Triwulan 2 Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Triwulan 3 Triwulan 4 Tahun Tahun Gambar 5 Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi

8 8 Gambar 2 Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat Gambar 3 Peta Orientasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat

9 9 Aspek ekonomi adalah salah satu aspek terpenting dalam menentukan indikator pembangunan wilayah. Diantara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di suatu wilayah merupakan indikator yang terpenting. Salah satu ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic Product (GDP). Walaupun Redclift (1990) menyebutkan bahwa PDRB mempunyai keterbatasan, dimana ukurannya aktivitas produktif yang disebutkan didalamnya berarti sempit, termasuk didalamnya aktivitas produktif dari rumah tangga karena banyak diantaranya dikerjakan oleh wanita dan anak-anak. PDRB merupakan ukuran dari aktivitas sektor formal, meskipun dalam sektor utama (seperti pertanian) atau dalam industri dan jasa. Sedangkan sektor informal, dimana pasar eksis tetapi tidak sepenuhnya dilaporkan secara statistik, dan dengan apa masyarakat menghasilkan untuk konsumsi mereka sendiri tidak diperlihatkan dalam gambaran PDRB. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi dalam Buku tentang PDRB Kota Sukabumi Per Kecamatan Tahun 2009 menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada Tahun 2009 mencapai 6,14 persen sedangkan pada Tahun 2008 sebesar 6,11 persen. Kondisi tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada tahun tersebut masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yaitu sebesar 4,29 persen. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan riil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode ke periode sebelumnya. Adapun pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam nilai PDRB di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi tersebar dalam pembentukan PDRB di Kota Sukabumi. Hal ini sesuai dengan lapangan

10 10 usaha yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk terbanyak di Kota Sukabumi, yaitu sebagai buruh dan pedagang (setelah proporsi yang terbesar yaitu pelajar dan mahasiswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. (Lapangan Usaha) JASA-JASA KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI PERDAGANGAN,HOTEL DAN BANGUNAN LISTRIK,GAS DAN AIR BESIH INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN,PETERNAKAN,KEHUTAN , , ,00 Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 6 Perkembangan PDRB Kota Sukabumi Dari Tahun Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kecamatan Mata Pencaharian Baros Citamiang Warudoyong Gunung Puyuh Cikole Lembur Situ Cibeureum Jumlah P e t a n i Pegawai Negeri Pegawai Swasta TNI + POLRI Pensiunan Pedagang B u r u h Pelajar/Mhs Lainnya Jumlah Th Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Pada dasarnya Kota Sukabumi memiliki sumberdaya alam yang terbatas, namun demikian kondisi alam yang ada menjadi salah salah satu modal dasar dalam pembangunan disamping sumber daya manusia (SDM) Kota Sukabumi. Kondisi alam yang dimiliki tetap dipertahankan agar tidak mengalami degradasi

11 11 kualitasnya yang tentunya dapat merugikan Kota Sukabumi di masa-masa yang akan datang. Kegiatan transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan sumber utama penyebab terjadinya pencemaran udara di Kota Sukabumi yaitu dengan dihasilkannya gas buangan berupa CO, NO 2, Hidrokarbon dan SO 2 yang merupakan parameter-parameter penting akibat aktivitas ini. Unsur-unsur tersebut adalah bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh, paru-paru, susunan saraf pusat dan pembuluh darah juga menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Meskipun kualitas udara di Kota Sukabumi pada tiga titik lokasi pengujian masih dibawah ambang batas yang disyaratkan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3, akan tetapi hal ini tetaplah harus diantisipasi, sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari. Tabel 3 Pekiraan Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun 2009 No. Sektor Energi Pengguna Konsumsi Energi Emisi CO 2 (Ton/Tahun) 1. Transportasi Industri Rumah Tangga Total Sumber : Buku Satuan Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Sukabumi Tahun 2009 Menurut Buku Resume RPJMD Kota Sukabumi Tahun , kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam hal ini sungai di Kota Sukabumi kondisinya semakin memprihatinkan, terutama pada pemukimanpemukiman padat di sepanjang bantaran sungai. Masyarakat Kota Sukabumi banyak yang masih membuang sampah dan tinja ke sungai. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab banjir pada musim hujan. Perilaku membuang sampah dan membuang tinja ke sungai memperlihatkan bahwa sebanyak 13,8% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kota Sukabumi

12 12 mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Kondisi ini salah satunya disebabkan pula oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di lokasi-lokasi tertentu di kota. Terkait dengan pembangunan perkotaan, maka kota yang menganut paradigma pembangunan berkelanjutan dalam rencana tata ruangnya merupakan suatu kota yang nyaman bagi penghuninya, dimana akses ekonomi dan sosial budaya terbuka luas bagi setiap warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan interaksi sosial warganya serta kedekatan dengan lingkungannya. Simonds dalam Budiharjo dan Sujarto (1999) mengingatkan bahwa kita agar berhati-hati dalam mengelola kota dan lingkungan binaan manusia. Disebutkan bahwa para pengelola kota bersama kalangan pengusaha, dan masyarakat luas sedang bersama-sama melakukan apa yang disebutnya dengan ecological suicide atau bunuh diri ekologis. Prakiraan tentang anatomi kota masa depan memang sulit dilakukan, mengingat banyaknya aktor-aktor pembangunan yang terlibat. Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) kota masa depan yang diinginkan yaitu wajah kota yang humanopolis. Kota humanopolis yaitu pembangunan kota dengan wajah kota yang ditentukan sendiri sepenuhnya oleh warganya. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan kota yang berwajahkota yang berwajah manusia tidak sekadar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi, tetapi sudah sampai pada tahap citizen power. Rakyatlah yang lebih menentukan wajah kota masa depan. Kota yang berkelanjutan adalah suatu daerah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan ekonomi global dan mampu merpertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingkungan. Keberlanjutan pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip, dan pandangan masa depan. Konsep kota yang berkelanjutan merupakan suatu konsep global yang kuat yang diekspresikan dan diaktualisasikan secara lokal. Menurut Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) konsep kota yang berkelanjutan merupakan konsep yang bersifat holistik yang mengkategorisasikan

13 13 adanya jenis capital stock yaitu natural capital stock (berupa segala sesuatu yang disediakan oleh alam); human-made capital stock (antara lain dalam wujud investasi dan teknologi); human capital stock (berupa sumberdaya manusia dengan segenap kemampuan, keterampilan dan perilakunya); dan social capital stock (berupa organisasi sosial, kelembagaan atau institusi. Konsep kota yang berkelanjutan haruslah sudah dipikirkan oleh segenap pelaku pembangunan yang terlibat dalam pembangunan perkotaan. Kota harus berkembang terus secara berkelanjutan, melalui saling kebergantungan dan saling mendukung secara resiprokal antara elemen alam dan elemen buatan manusia. Untuk mewujudkan impian menjadi kota yang berkelanjutan, maka persepsi dan pemahaman segenap pelaku pembangunan termasuk masyarakat tentang prinsip pembangunan berkelanjutan itu sendiri haruslah sama. Apabila prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipahami oleh pelaku pembangunan dengan proses perencanaan partisipatif atau bersama-sama, maka dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyusunan bersama pelaku pembangunan pun akan terjiwai oleh prinsip pembangunan berkelanjutan. Tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan pada suatu daerah dapat diukur melalui ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut. Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi sebagai pelaku pembangunan mengenai pembangunan berkelanjutan serta mengkaji pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Penelitian ini juga akan melihat sejauhmana prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjiwai terhadap dokumen perencanaan wilayah yang telah ada. Dari penelitian tersebut diharapkan dapat menganalis apakah terjadi kesenjangan/gap antara persepsi stakeholder dan masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan, ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan eksisting serta dokumen perencanaan wilayah yang telah dihasilkan dari Kota Sukabumi.

14 14 Memperhatikan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, ada beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan? 2. Sejauhmana prinsip pembangunan berkelanjutan telah diterapkan pada dokumen perencanaan di wilayah Kota Sukabumi? 3. Sampai sejauh mana ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi? 4. Sampai sejauh mana kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya? 1.3 Tujuan Penelitian Apabila membaca uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan. 2. Mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi (khususnya draft RTRW Kota Sukabumi Tahun dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun ). 3. Menganalisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. 4. Menganalisis ada tidaknya kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya.

15 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota Sukabumi dalam perumusan perencanaan pembangunan di wilayahnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Oleh sebab itu, maka hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan mencakup keempat aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Perencanaan wilayah yang disusun dengan proses perencanaan partisipatif yang dilakukan secara bersamasama stakeholder terkait dan masyarakat dengan prinsip-prinsip dalam pembangunan berkelanjutan akan menghasilkan perencanaan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

16 16 Gambar 7. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan Wilayah Pembangunan Yang Seimbang dan Berkelanjutan Economic Growth Social Progress Ecological Balance Institutional Sustainability Perencanaan Partisipatif Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan Stakeholder dan masyarakat Persepsi tentang Pembangunan Berkelanjutan Gambar 7 Kerangka Pemikiran

KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH

KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN 138 BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pengembangan wilayah, perlu dibatasi pengertian wilayah yakni ruang permukaan bumi dimana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan Oleh Dewi Triwahyuni PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN

Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN 162 Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kota Bogor 4.1.1 Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2011-2016 adalah: BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Terwujudnya Kabupaten Kuantan Singingi yang Bersih, Efektif, Religius, Cepat, Aman, Harmonis,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang kota adalah terciptanya

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah Karesidenan Banten - Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui Undang undang No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pendekatan Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa meningkatnya persepsi masyarakat yang melihat adanya hubungan tidak searah antara keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL A. PENGERTIAN ASPEK EKONOMI & SOSIAL Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negative. Dampak posittif dan negative ini akan dapat dirasakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci