IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Propinsi Maluku Utara, memiliki luas wilayah sebesar 14.22,2 km 2 yang terdiri dari daratan 6.56,2 km 2 (46%), dan lautan 7.695,82 km 2 (54%). Secara geografis wilayah Halmahera Timur terletak di bagian timur Pulau Halmahera, dan berada pada posisi 1º 4' - º 4' LS dan 126º 45' - 13º 3' BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Halmahera Timur berbatasan dengan; (a) Teluk Kao di sebelah utara (Wilayah Kabupaten Halmahera Utara), (b) Teluk Buli di sebelah timur, Laut Halmahera dan Samudra Pasifik, (c) sebelah selatan kecamatan Patani dan kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, (d) sebelah barat Teluk Kao (Wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Kota Tidore Kepulauan. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur pada awal pembentukannya tahun 23 hanya memiliki 4 kecamatan, yaitu kecamatan Wasile, Wasile Selatan, Maba dan Maba Selatan. Kemudian pada tahun 27 dilakukan pemekaran desa dan kecamatan, sehingga saat ini jumlah kecamatan menjadi 1 (Tabel 7) dan desa menjadi 73. Selain itu, wilayah Halmahera Timur juga memiliki 27 buah pulau, dan sampai tahun 29 pulau-pulau tersebut belum dihuni masyarakat. Pada Tabel 7 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki luas wilayah paling luas dan memiliki jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Wasile Selatan dan Wasile Utara. Luasnya wilayah pada kedua kecamatan ini tentu akan berdampak pada panjangnya proses pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu dalam upaya mengefektifkan sistem pelayanan dan pengawasan pemerintah kepada masyarakat, sekaligus percepatan pembangunan, perlu adanya suatu kebijakan untuk memperpendek rentang kendali pelayanan dan pengawasan tersebut. Salah satunya adalah melalui kebijakan pemekaran kecamatan, khususnya kecamatan Wasile Selatan dan Wasile Utara.

2 Tabel 7. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Halmahera Timur No Kecamatan Luas wilayah Ibukota (Km 2 Jumlah desa ) Kecamatan 1 Maba Buli 2 Kota Maba Maba Sangaji 3 Maba Tengah Wayamli 4 Maba Selatan Bicoli 5 Maba Utara Dorosago 6 Wasile Utara Labi-labi 7 Wasile Tengah Lolobata 8 Wasile Timur Dodaga 9 Wasile Subaim 1 Wasile Selatan Nusa Jaya Kab. Halmahera Timur ,1 73 Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka, Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Sosial Kondisi sosial penduduk Halmahera Timur dapat dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dan struktur penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, asal suku (etnis), dan pekerjaan. Penduduk kabupaten Halmahera Timur sejak dimekarkan pada tahun cenderung mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 5,76%. Hal tersebut terlihat dari jumlah penduduk sebanyak jiwa pada tahun 23, meningkat menjadi jiwa pada tahun 29. Perkembangan penduduk di Kabupaten Halmahera Timur, bila dilihat menurut penyebaran penduduk pada setiap kecamatan, maka kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak sampai tahun 29 adalah kecamatan Wasile Selatan, kemudian kecamatan Wasile dan Wasile Timur, sedangkan kecamatan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah kecamatan Wasile Utara dan Kota Maba. Untuk tingkat kepadatan penduduk Halmahera Timur, wilayah yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi terdapat pada kecamatan Wasile dan Wasile Timur, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat pada kecamatan Kota Maba dan Maba Selatan yang secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 8.

3 Tabel 8. Perkembangan dan Kepadatan Penduduk Tahun 29 No Kecamatan Luas Wilayah Laki- Laki Perempuan Jumlah Kepadatan Rasio 1 Maba Selatan ,146 2,935 6, Kota Maba ,749 3,159 6, Maba ,892 4,231 9, Maba Tengah ,663 2,354 5, Maba Utara ,526 3,144 6, Wasile Utara ,23 1,84 3, Wasile Tengah ,389 2,283 4, Wasile Timur ,387 4,7 8, Wasile ,592 4,212 8, Wasile Selatan ,423 4,894 1, Jumlah ,98 31,985 69, Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka Tahun 29 (data diolah) Agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Halmahera Timur meliputi agama Islam, Kristen, dan Hindu. Mayoritas penduduk di kabupaten Halmahera Timur adalah memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Kristen baik Protestan maupun Katholik, serta beragama Hindu. Pada tahun 29 penduduk yang beragama Islam sebanyak 65,5%, Kristen Protestan 34,31%, Kristen Katolik,18%, dan Hindu,2%. Lebih jauh penyebaran penduduk menurut agama yang di anut pada 1 kecamatan di Halmahera Timur sampai dengan tahun 29 terdapat 6 (enam) kecamatan yang penduduknya mayoritas beragama Islam (diatas 5%) diantaranya kecamatan Maba Selatan, Kota Maba, Maba Utara, Wasile Timur, dan Wasile. Sedangkan kecamatan yang penduduknya mayoritas beragama Kristen (diatas 5%) terdapat pada 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu kecamatan Maba, Wasile Utara, Wasile Tengah, dan Wasile Selatan yang secara lengkap ditampilkan pada Tabel 9. Penduduk di kabupaten Halmahera Timur berasal dari berbagai suku bangsa (etnis) seperti lokal (Halmahera Timur), Maluku Utara, Jawa, Sulawesi, dan lainlain (NTT, Maluku, Sumatera, Kalimantan dan Papua). Dari total jumlah penduduk tahun 29 sebanyak orang, sebagian besar adalah penduduk (suku) lokal yaitu sekitar 54,92%, suku Jawa 23,7%, Maluku Utara 12,68%,

4 Sulawesi 7,4%, Cina,24%, dan lainnya 2,5% secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 4. Tabel 9. Penyebaran Pemeluk Agama Tahun 29 No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Jumlah 1 Maba Selatan Kota Maba Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka Tahun 29 (data diolah). Persentase Penduduk Menurut Suku Tahun Lokal Malut Jawa Sulawesi Cina Lainnya Gambar 4. Persentase Penduduk Menurut Suku (Etnis) Tahun 29 Sumber: Data diolah dari 1 Kecamatan, Tahun 29. Keterangan: Suku Lainnya: NTT/NTB, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan Suku bangsa (etnis) penduduk sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4 berada pada semua kecamatan (1 kecamatan) dalam Wilayah Halmahera Timur. Berdasarkan data pada tahun 29, mayoritas penduduk lokal umumnya berada

5 pada 7 (tujuh) kecamatan yaitu kecamatan Maba Selatan, Kota Maba, Maba, Maba Tengah, Maba Utara, Wasile Utara, Wasile Tengah. Kemudian pada kecamatan Wasile dan Wasile Timur mayoritas penduduknya merupakan etnis (suku) Jawa. Sedangkan pada kecamatan Wasile Selatan keberagaman etnis (suku) sangat menonjol. Tingkat penyebaran penduduk menurut suku (etnis) secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa`penduduk suku (etnis) Jawa sebagian besar berada pada kecamatan Wasile, Wasile Timur, Wasile Selatan, Maba Tengah dan Maba Utara. Hal ini disebabkan karena kecamatan-kecamatan tersebut dulunya merupakan kecamatan penerima program transmigrasi. Suku (etnis) Cina dan lainnya menyebar pada semua kecamatan dengan persentase yang relatif kecil. Tabel 1. Persentase Penyebaran Suku (Etnis) Tahun 29 No Kecamatan Lokal Malut Jawa Sulawesi Cina Lainnya Jumlah 1 Maba Selatan Kota Maba Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber:Data diolah dari 1 Kantor Camat Tahun 29.

6 Tingkat pendidikan penduduk di kabupaten Halmahera Timur sampai tahun 29 umumnya didominasi oleh pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 43,98%, pendidikan menengah yang terdiri pendidikan menengah pertama (SMP) Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Tdk/Blm SD SD Menengah Tinggi dan pendidikan menengah atas (SMA) sebesar 25,62%, pendidikan tinggi yang meliputi Diploma, S1, dan S2 sebesar 1,97%, sedangkan yang belum sekolah maupun tidak menamatkan pendidikan SD sebanyak 28,43% secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 5. Gambar 5. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Tahun 29. Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka (Data diolah) Penduduk di Kabupaten Halmahera Timur umumnya bekerja dan berusaha di sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, jasa kemasyarakatan, dan lainnya (pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan). Berdasarkan data tahun 29 dari jumlah penduduk yang sudah bekerja sebanyak orang, sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu 7,77%, kemudian industri pengelohan 4,2%, perdagangan, hotel dan restoran 6,97%, jasa kemasyarakatan 4,5%, lainnya 14,1% secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 6.

7 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Hotel & Restoran Jasa Kemasyarakatan Lainnya Gambar 6. Persentase Penduduk Bekerja Tahun 29. Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka (data diolah) Budaya (Nilai dan Tradisi) Wilayah Kabupaten Halmahera Timur yang dulunya (sebelum kemerdekaan) sebagai bagian dari wilayah pemerintahan Kesultanan Tidore, memiliki beragam budaya, adat istiadat dan tradisi masyarakat seperti mari torang baku bantu, bari/marong (tolong menolong/gotong royong), dan ngaku se rasai, budi se bahasa yang merupakan ekspresi dari kesantunan dalam bersikap, dan kehalusan bertutur kata, dan menghargai/menghormati orang yang lebih tua usianya dengan yang lebih muda, dan dianggap berjasa. Disamping itu, terdapat budaya atau kebiasaan masyarakat yang bersifat ritual baik dikalangan umat muslim (Islam), maupun nasrani (Kristen). Acara ritual dikalangan umat muslim seperti Mauludan dan Gisbayu. Mauludan adalah ritual perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam bentuk lantunan bacaan riwayat Nabi yang disemarakkan oleh sajian berbagai jenis makanan untuk dikonsumsi bersama, dan Gisbayu yaitu ritual magis yang dilaksanakan rutin setiap bulannya atau berdasarkan kebutuhan tertentu oleh sekelompok warga yang segaris keturunan (Bappeda, 25). Sedangkan dikalangan umat nasrani seperti makan-makan tahun baru (makan bersama), acara ini biasanya diselenggarakan pada waktu akhir tahun dan menyambut tahun baru (bulan Desember-Januari). Bentuk acaranya biasanya dimulai dengan ibadahibadah ritual, diselingi dengan sajian makanan-makanan khas untuk dikonsumsi bersama dan disemarakan dengan lagu-lagu dan tarian.

8 Dari berbagai macam adat istiadat dan tradisi di atas, tradisi yang sampai saat ini masih menonjol dan terus dipelihara dalam kehidupan sosial masyarakat Halmahera Timur yang sudah semakin dinamis dan majemuk adalah mari torang baku bantu, dan mari torang baku bawa bae-bae. Tradisi ini sangat nampak dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti kerja bakti membersihkan kampong (desa), membangun rumah, hajatan kawinan (orang kawin) dan sunatan (khitanan) anak, hajatan mendoakan orang meninggal (tahlilan), dan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi seperti membersihkan kebun (ladang), panen hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Tradisi atau budaya mari torang baku bantu, dan mari torang baku bawa bae-bae yang sangat kuat dan menonjol, dalam kehidupan sosial masyarakat, maka oleh pemerintah daerah Halmahera Timur sejak dibentuk pada tahun 23, mengformulasikan substansi dari kearifan lokal tersebut dalam kalimat LIMABOT FAIFIYE (mari torang baku bawa bae-bae dan saling bantu). Filosofi ini mengajak kepada semua penduduk yang ada di Halmahera Timur tanpa memandang suku bangsa (etnis), budaya dan agama, untuk selalu hidup rukun dan damai, yang dilandasi dengan semangat persaudaraan dan saling membantu dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. LIMABOT FAIFIYE saat ini menjadi spirit yang melandasi tata pergaulan sosial masyarakat, dan berbagai aktifitas pemerintah, sehingga masyarakat Halmahera Timur yang majemuk, hidup dengan rukun, damai, dan penuh persaudaraan, serta dapat berkompetisi secara fair dalam bidang ekonomi dan politik. Bahkan dalam bidang politik, siapa saja dapat menjadi pemimpin politik di daerah ini, seperti menjadi anggota DPRD dan Bupati. Hal ini memberikan gambaran bahwa Halmahera Timur merupakan daerah yang memiliki budaya toleran, santun, dan terbuka kepada semua suku (etnis) dan agama untuk hidup bermasyarakat dalam wilayah Halmahera Timur sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9 4.3. Prasarana dan Sarana Wilayah Prasarana Wilayah a. Jaringan Jalan Prasarana jaringan jalan di Kabupaten Halmahera Timur setelah dilakukan pemekaran wilayah menunjukkan peningkatan. Hal tersebut terlihat pada tahun 25 dari perkiraan panjang ruas jalan kurang lebih 334,4 km, baru 7,4 km jalan beraspal, dan 15, km jalan sirtu, selebihnya merupakaan jenis tanah (belum dibangun). Kemudian sampai tahun 29, perkiraan pembangunan panjang jalan mengalami peningkatan menjadi kurang lebih 654,92 km. Dari perkiraan panjang jalan tersebut, telah diaspal 153,58 km, sirtu 236,21 km, jalan tanah 11,3 km, dan sisa yang belum dibangun (dibuka jalan baru) 163,83 km. Ruas jalan di wilayah kabupaten Halmahera Timur sampai tahun 29 belum ada jalan negara, yang ada hanya ruas jalan yang berstatus jalan propinsi kurang lebih 23,1 km, dan kabupaten km (lihat Tabel 11). Tabel 11. Pembangunan Jalan di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 29. No Nama Ruas Jalan Status Ruas jalan Aspal Jenis Permukaan (Km) Jalan Belum Sirtu Tanah dibuka Panjang Ruas Jalan 1 Ekor-Subaim Propinsi Buli-Subaim Propinsi Buli-Maba Propinsi Maba-Sagea Jumlah Subaim-Lolobata Kabupaten Lolobata-Labi2 Kabupaten Labi2-Bololo Kabupaten Bololo-Patlean Kabupaten Patlean -Lolasita Kabupaten Lolasita-Miaf Kabupaten Miaf-Wayamli Kabupaten Wayamli-Lapter Kabupaten Lapter-Buli Kabupaten Maba-Bicoli Kabupaten Dalam Kota Maba Kabupaten Jumlah Sumber : DPPK dan Dinas PU Kab.Halmahera Timur

10 b. Pelabuhan Laut dan Udara Sarana dan prasarana dibidang transportasi udara, sejak tahun 24 bandara udara Buli telah dimanfaatkan, dan sampai tahun 29 telah beroperasi 3 (tiga) armada penerbangan yaitu Wings Air, Express Air, dan Trigana Air, yang melayani rute Buli-Ternate-Manado, dengan rata-rata penerbangan 1 (satu) hari 3 (tiga) kali penerbangan. Kemudian sejak tahun 27 telah dibangun dermaga (pelabuhan) Samudera di ibukota kabupaten, sedangkan untuk pelabuhan rakyat di kota Maba, Buli, Subaim, dan Wayamli telah aktif melakukan kegiatan bongkar muat barang dan penumpang. c. Listrik, Telekomunikasi dan Air Bersih Pembangunan jaringan listrik, telekomunikasi, dan air bersih di Kabupaten Halmahera Timur semakin membaik. Wilayah Halmahera Timur yang telah memiliki jaringan listrik yang dikelola PLN Cabang Ternate dan Soa Sio, sampai tahun 29 baru terdapat pada 4 kecamatan, yaitu Buli (Ibukota Kecamatan Maba), Bicoli (Ibukota Kecamatan Maba Selatan), Subaim (Ibukota Kecamatan Wasile), dan Lolobata (Ibukota Kecamatan Wasile Tengah). Sedangkan pada ibukota kabupaten di Maba dan Nusajaya (kecamatan Wasile Selatan) masih dikelola oleh pemerintah daerah. Jaringan komunikasi di wilayah Halmahera Timur terdapat tiga jaringan komunikasi antara lain SSB (alat komunikasi satu arah), Wartel (Warung telepon) dan telepon seluler (handphone). Kemudian untuk penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan di wilayah Kabupaten Halmahera Timur, sampai tahun 29 telah memiliki jaringan air bersih dengan sistem perpipaan yang telah menjangkau hampir sebagian besar ibukota kecamatan dan desa-desa dan sebagian desa lainnya masih menggunakan air sumur Sarana Wilayah a. Fasilitas Perkantoran (Fasilitas Pelayanan Umum) Fasilitas perkantoran di pusat ibukota kabupaten Halmahera Timur, sampai tahun 29 telah dibangun dan digunakan bangunan kantor DPRD, Kantor Bupati, 16 kantor Dinas, 7 kantor badan. Kemudian di pusat pemerintahan 1 kecamatan, sampai tahun 29 telah dibangun 1 kantor camat, dan terus dilakukan

11 peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana di pusat pemerintahan kecamatan, termasuk telah dibangun kantor desa pada 73 desa, dan sebagian besar desa telah dibangun pula kantor BPD dengan menggunakan dana yang bersumber dari alokasi dana desa (ADD). b. Fasilitas Pendidikan Ketersediaan fasilitas pendidikan mulai TK, SD, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK di Kabupaten Halmahera Timur setelah pemekaran wilayah secara agregate semakin meningkat. Pada tahun 24 jumlah sekolah TK sebanyak 12 buah, SD 78 buah, SMP/MTs 16 buah, dan SMA/MA/SMK 9 buah, meningkat pada tahun 29 untuk TK menjadi 28 buah, SD 79 buah, SMP/MTs 36 buah, dan SMA/MA/SMK 16 buah (Gambar 7) TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK Gambar 7. Perkembangan Fasilitas Sekolah Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Halmahera Timur, 29. Perkembangan sekolah khusunya sekolah SD sampai tahun 29 sudah merata pada semua desa (73 desa) di 1 kecamatan dalam wilayah kabupaten Halmahera Timur. Kemudian sekolah TK belum merata pada 73 desa. Sedangkan untuk sekolah SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK walaupun belum seluruhnya merata pada desa-desa, namun untuk skala kecamatan seluruh kecamatan sudah memiliki sekolah SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK (lihat Tabel 12).

12 Tabel 12. Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Tahun 29 No Kecamatan Jumlah Desa TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK 1 Maba Selatan Kota Maba Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka Tahun 29 (data diolah) Peningkatan fasilitas sekolah di Kabupaten Halmahera Timur, diikuti pula dengan penambahan jumlah tenaga pengajar (guru) TK, SD, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, yang selama tahun cenderum mengalami peningkatan secara lengkap di tampilkan dalam Gambar 8. TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK Gambar 8. Perkembangan Jumlah Guru di Kab.Halmahera Timur Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Halmahera Timur, 29. Distribusi guru (tenaga pengajar) pada semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Timur sampai tahun 29, untuk sekolah SD secara kuantitas dipandang cukup merata, sedangkan TK, SMP/MTs, dan

13 SMA/MA/SMK secara kuantitas belum merata, secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Guru Menurut Tingkat Pendidik Tahun 29 No Kecamatan TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK 1 Maba Selatan Kota Maba Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka (Data diolah) Pertambahan jumlah sekolah dan guru selama tahun 24-29, diharapkan dapat memberikan pelayanan pada siswa (murid) yang lebih baik, karena setiap tahun jumlah siswa mulai TK, SD, SMP/MTs dan SMA/MK/SMK terus mengalami peningkatan secara lengkap ditampilkan pada Gambar TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK Gambar 9. Perkembangan Jumlah Murid Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Halmahera Timur, 29 Pada Gambar 11 terlihat pada tahun 24 jumlah siswa (murid) TK sebanyak 692 orang, SD 9.83 orang, SMP/MTs 2.82 orang, SMA/MA/SMK

14 1.6 orang, kemudian meningkat untuk TK menjadi orang, SD orang, SMP/MTs orang, SMA/MA/SMK orang pada tahun 29. Perkembangan jumlah murid pada semua jenjang pendidikan terjadi pada semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Pada tahun 29 jumlah murid terbanyak untuk TK terdapat pada kecamatan Maba dan Wasile Selatan, kemudian murid SD dan SMP/MTs terbanyak terdapat di kecamatan Wasile Selatan, Maba, dan Maba Selatan, sedangkan untuk murid SMA/MA/SMK terbanyak terapat di kecamatan Kota Maba dan Wasile (Tabel 14). Tabel 14. Jumlah Murid Tahun 29 No Kecamatan TK SD SMP/MTs SMA/MA/SMK 1 Maba Selatan 75 1, Kota Maba 151 1, Maba 2 1, Maba Tengah 5 1, Maba Utara 3 1, Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur 199 1, Wasile 187 1, Wasile Selatan 2 1, Jumlah , Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka (Data diolah) c. Fasilitas Kesehatan Penyediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terdapat di kabupaten Halmahera Timur terdiri atas rumah sakit, puskesmas kecamatan puskesmas pembantu, dan poskesdes selama tahun cenderum mengalami peningkatan secara lengkap ditampilkan pada Gambar 1.

15 RS Puskesmas Pustu Poskesdes Gambar 1. Perkembangan Fasilitas Kesehatan Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Halmahera Timur (data diolah), 29 Peningkatan fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Timur selama tahun 25-29, disertai pula dengan peningkatan tenaga dokter PNS, dokter PTT, Bidan, dan perawat selama tahun lebih lengkap ditampilkan pada Gambar 11. Dokter Bidan Perawat Gambar 11. Perkembangan Jumlah Tenaga Medis. Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Halmahera Timur, 29. Penyebaran fasilitas kesehatan dan tenaga medis (kesehatan) di semua kecamatan dalam wilayah kabupaten Halmahera Timur sampai tahun 29 sudah mulai membaik. Hal tersebut dapat diamati dari 1 ibukota kecamatan yang di wilayah Halmahera Timur semuanya telah memiliki puskesmas, dan untuk Pustu

16 dan Poskesdes juga sudah mulai merata pada semua desa dalam 1 kecamatan, sedangkan untuk rumah sakit (RS) saat ini hanya terdapat di ibukota kabupaten (Maba), dan mulai tahun 21 dibangun 1 (satu) buah rumah sakit (RS) tipe D di ibukota kecamatan Wasile (Subaim). Untuk tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat sampai tahun 29 sudah mulai tersedia pada 1 kecamatan, secara lengkap disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Tahun 29 No Kecamatan RS Puskesmas Pustu Poskesdes Dokter Perawat Bidan 1 Maba Selatan Kota Maba Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Jumlah Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka d. Fasilitas Perekonomian Fasilitas perekonomian di kabupaten Halmahera Timur mencakup pasar, pertokoan, bank, KUD, restoran/rumah makan, toko/kios, warung dan pedagang kaki lima. Fasilitas perekonomian ini sampai dengan tahun 29, terdiri dari bank 4 buah (Bank Mandiri di Buli, dan Bank BRI di Buli, Subaim dan Kota Maba), KUD 3 buah, toko/kios 597 buah, pasar Pemda/Desa 5 buah PDRB dan PDRB per Kapita Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Timur atas dasar harga konstan selama tahun cenderum mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat pada tahun 25 nilai PDRB sebesar Rp. 175,56.88, meningkat menjadi Rp. 235, pada tahun 29. Peningkatan PDRB Halmahera Timur telah mendorong pula peningkatan PDRB per kapita Halmahera Timur yang pada tahun 25 sebesar Rp. 3,79 menjadi Rp. 5,89 pada tahun

17 29. Peningkatan PDRB per kapita Halmahera Timur selama tahun secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 16. Tabel 16. Perkembangan PDRB dan PDRB per Kapita Tahu n Perkembangan PDRB Halteng Tidore Haltim Propinsi Halten g PDRB Per Kapita Tidor e Halti m , , , ,211, ,635 3,91 3, , , , ,332, ,76 3,24 3, , , , , , , , , , ,478, ,351 3,552 4,351 2,628, ,289 4,68 5,151 2,81, ,211 5,1 5,89 Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka, Halmahera Tengah Dalam Angka, Kota TidoreKepulauan Dalam Angka, Propinsi Maluku Utara Dalam Angka. Besarnya peningkatan nilai PDRB dan PDRB per kapita Halmahera Timur tahun 25-29, bila dibandingkan dengan kota Tidore Kepulauan dan daerah induk Halmahera Tengah pada tahun yang sama, berada pada urutan ke-2 (lihat Tabel 16) Pendapatan dan Belanja Daerah. Pendapatan daerah bersumber PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan data Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Halmahera Timur, realisasi pendapatan daerah mengalami pertumbuhan dari target yang ditetapkan, rata-rata per tahun dalam tahun sebesar 27,32% lebih rinci ditampilkan dalam Gambar 12. Pertumbuhan pendapatan daerah dalam tahun 25-29, disebabkan adanya peningkatan sumber-sumber pendapatan daerah, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan (DP), dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 13.

18 45,,, 4,,, 35,,, 3,,, 25,,, 2,,, 15,,, 1,,, 5,,, Target Realisasi 426,613,593,36 39,985,7, ,246,88, 297,885,295, ,473,833,71 247,9,87,931 29,,, 238,471,383,86 95,186,898,533 86,884,4, Gambar 12. Perkembangan Pendapatan Daerah Sumber: Buku LKPJ Bupati dan APBD Halmahera Timur PAD Dana Perimbangan Lain-Lain PD yg sah 35,,, 3,,, 25,,, 2,,, 15,,, 1,,, 5,,, PAD 1,552,7,2 3,855,83,5 3,94,848,2 23,974,844, 9,55,213,3 Dana Perimbangan 89,797,548, 242,65,4 268,28,447 32,686, ,753,38 Lain-Lain PD yg sah 3,837,28, 1,17,, 25,7,, 61,745,893, 69,355,, Gambar 13. Perkembangan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah Sumber: Buku LKPJ Bupati tahun Peningkatan pendapatan daerah kabupaten Halmahera Timur selama tahun 25-29, secara langsung telah mendorong peningkatan belanja daerah. Pada tahun 25 total jumlah belanja daerah sebesar Rp.29 milyar, meningkat menjadi Rp. 64,363,69,47 pada tahun 29 secara lengkap ditampilkan Gambar 14.

19 7,,, 6,,, 5,,, 4,,, 3,,, 2,,, 1,,, Gambar 14. Perkembangan Belanja Daerah Sumber:Buku APBD Halmahera Timur Keterangan: TBD=Total belnja Daerah, BM=Belanja Modal, BBJ=Belanja Barang dan Jasa, BP=Belanja Pegawai, BL=Belanja lain-lain 4.6. Kelembagaan Pemerintahan Daerah Pada masa sebelum kemerdekaan, wilayah Halmahera Timur adalah bagian dari wilayah Kesultanan Tidore. Pada masa kemerdekaan wilayah Halmahera Timur masuk dalam wilayah distrik Maba yang merupakan salah satu distrik dari 3 (tiga) distrik (Maba, Weda dan Patani), yang berada dibawah wilayah autonomi pemerintahan Kesultanan Tidore yang beribukota di Kota Tidore. Kemudian pada akhir tahun 1962 ibukota pemerintahan Irian Barat di Soasioa (Tidore), ditarik kembali ke Jayapura (Papua), status wilayah autonomi Kesultanan Tidore berubah menjadi daerah administratif Halmahera Tengah yang beribukota di Soa Sio Tidore, sedangkan wilayah distrik seperti Maba, Patani dan Weda menjadi kecamatan. Selanjutnya pada tahun 1999 wilayah administrasi Halmahera Tengah ditetapkan menjadi kabupaten defenitif yang membawahi kecamatan Tidore, Weda, Patani, Maba, dan Wasile. TBD BM BBJ BP BL TBD 113,54, ,281,44 338,764, ,6,38 64,5,269 BM 41,2,767, 139,391,28 177,551,435 36,11, ,662,787 BBJ 26,446,416, 66,965,48, 67,376,33, 98,354,523, 13,562,913 BP 39,59,913, 39,59,913, 43,183,126, 57,558,222, 75,959,39, BL 6,446,335, 31,334,197, 5,654,15, 76,37,2, 64,315,178, Pada tahun 23 dilakukan pemekaran wilayah Halmahera Tengah menjadi 3 (tiga) daerah otonom, yaitu Kabupaten Halmahera Tengah (kabupaten induk), Kota Tidore Kepulauan dan Halmahera Timur berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 23. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur (dulunya distrik Maba) pada saat menjadi kabupaten defenitif membawahi 4 (empat) kecamatan yaitu

20 kecamatan Maba, Maba Selatan, Wasile dan Wasile Selatan, yang kemudian pada tahun 26 dimekarkan menjadi 1 kecamatan. Pemerintahan daerah Halmahera Timur setelah dimekarkan menjadi kabupaten defenitif pada tahun 23, dipimpin oleh penjabat Bupati yang diangkat oleh Gubernur Propinsi Maluku Utara atas nama Menteri Dalam Negeri RI. Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, penjabat Bupati membentuk struktur organisasi pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah dan sekretariat DPRD dengan Surat Keputusan Nomor 4 tahun 23, dan 11 dinas daerah dengan Surat Keputuasn Nomor 5 Tahun 23, serta 2 badan dan 1 kantor dengan Surat Keputusan Nomor 6 tahun 23. Pada tahun 24 dibentuk DPRD yang pertama melalui Pemilu tahun 24, dengan jumlah anggota 2 orang (kursi). Dari 2 orang anggota DPRD tahun 24, yang terbanyak berasal dari partai Golkar yaitu 35% (7 kursi), kemudian Demokrat 2% (4 kursi), PDIP 1%, PAN 1%, sedangkan PPP, PKS, PSI, PBR dan PDS masing-masing 5%, secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 15. Pada Pemilu 29 dilakukan pemilihan DPRD yang kedua dengan kursi yang diperebutkan masih tetap 2 kursi, karena jiwa pilih di Kabupaten Halmahera Timur masih dibawah 1 ribu. Hasil Pemilu 29, partai Golkar masih tetap menjadi pemenang pertama dengan perolehan jumlah kursi sebesar 2%, pemenang kedua PDIP 15%, dan Demokrat, PAN, PPP masing-masing 1%, serta PKS, PDK, PBR, PPRN, PKDI, Patriot, Hanura masing-masing 5 % secara lengkap ditampilkan pada Gambar 16. Persentase Anggota DPRD Hasil Pemilu 24 menurut Parpol Golkar Demokrat PDIP PPP PAN PKS PSI PBR PDS Gambar 15. Persentase Anggota DPRD Hasil Pemilu 24

21 Sumber: Sekretariat DPRD Halmahera Timur Persentase Anggota DPRD Hasil Pemilu 29 Menurut Parpol Golkar Demokrat PDIP PAN PPP PKS PDK PBR PPRN PKDI Patriot Hanura Gambar 16. Persentase Anggota DPRD Hasil Pemilu 29 Pada tahun 25 dilakukan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati yang pertama secara langsung. Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai visi dan misi, maka Bupati/Wakil Bupati bersama DPRD merubah dan membentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diantaranya sekretariat daerah, sekretariat DPRD, 15 dinas, 7 badan, 1 kantor, dan 6 bagian, serta 1 kantor camat. Jumlah aparatur Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada seluruh SKPD maupun guru dan tenaga medis sampai tahun 29 berjumlah 2266 orang.

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa pembentukan desa adalah wujud tindak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PENILAIAN SYARAT TEKNIS I. FAKTOR DAN INDIKATOR DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 81 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kebijakan dan Indikator Pemekaran Kabupaten Raja Ampat Dalam pelaksanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah Desa Rambah terbentuk pada tahun 2000. Dimekarkan dari Desa induk, yaitu Desa Rambah Hilir. Nama Desa Rambah diambil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Benai terletak antara 0000-10 00 LS dan 1010 02-1010 55 BT dengan luas wilayah 249,36 km2 atau sekitar 3,26% dari keseluruhan luas Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung 34 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah adalah jenis data sekunder dalam runtun waktu (time series), yaitu tahun 2006-2010 yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA AMBON MALUKU KOTA AMBON ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Ambon merupakan ibukota propinsi kepulauan Maluku. Dengan sejarah sebagai wilayah perdagangan rempah terkenal, membentuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan Puji dan Syukur yang tak terhingga atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 telah selesai disusun dan menjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Wilayah enam desa secara administratif berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera Utara (Pemkab Halut). Di bagian utara, berbatasan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU www. luwukpos.blogspot.co.id I. PENDAHULUAN Otonomi daerah secara resmi telah diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Pada hakekatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Tamiang : Karang Baru : Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Aceh Timur & Kota Langsa Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo lues

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG ------------------------------ I. PENDAHULUAN Kunjungan Lapangan Komisi II DPR RI ke Calon Daerah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BANGKINANG KOTA KECAMATAN BANGKINANG. Kampar, dan merupakan Kelurahan induk dan telah dimekarkan,

BAB II GAMBARAN UMUM BANGKINANG KOTA KECAMATAN BANGKINANG. Kampar, dan merupakan Kelurahan induk dan telah dimekarkan, BAB II GAMBARAN UMUM BANGKINANG KOTA KECAMATAN BANGKINANG A. Geografi dan Demografi 1. Geografi Kelurahan Bangkinang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Bangkinang yang juga merupakan Ibu kota Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1617 Katalog BPS : 1101002.5314041 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan 38 BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan pengumpulan data pada objek yang diteliti. Data yang digunakan dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR LAUT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR LAUT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.051 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GEOGRAFI 1. Letak Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, sekaligus sebagai pusat perdagangan dan jasa terbesar di propinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 22 4 GAMBARAN UMUM LOKASI Kabupaten Halmahera Timur Kabupaten yang terbentuk sejak tahun 2003 ini, beribukota Maba dan pada tahun 2009 kabupaten ini dibagi menjadi 10 kecamatan dan 73 desa. Kecamatan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

M E M B A N G U N HALMAHERA TIMUR YANG MAJU, SEJAHTERA DAN DAMAI I. PENDAHULUAN

M E M B A N G U N HALMAHERA TIMUR YANG MAJU, SEJAHTERA DAN DAMAI I. PENDAHULUAN M E M B A N G U N HALMAHERA TIMUR YANG MAJU, SEJAHTERA DAN DAMAI I. PENDAHULUAN Suksesi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati seara langsung dilaksanakan secara serentak pada bulan Desember 2015, merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 26/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KOTA SEBATIK SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Geografi Indonesia Sumber: Tiara Agustin, 2012 GAMBAR 4.1. Peta Geografi Indonesia Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Ba b 3 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 3.1. Kecamatan Kuala Kampar 3.1.1. Administrasi Kecamatan Kuala Kampar terbentang seluas 1.000,39 km 2. Secara administrasi wilayah Kecamatan Kuala Kampar berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG 44 BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG 3.1 Kondisi Geografis dan Demografis Kota Padang Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera dan berada antara 0 44'

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan kawasan pegunungan yang terpisah dari rangkaian utama barisan pegunungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 4.1 Sejarah Kota Sibolga Kota Sibolga dahulunya merupakan bandar kecil di teluk Tapian Nauli dan terletak di pulau Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa wilayah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa wilayah yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan pengertian desa

Lebih terperinci