KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)"

Transkripsi

1 KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PADA BAGIAN TATA USAHA PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION JAWA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA OLEH : PESERTA No. 04/Diklatpim III/VIII/DIY/2013 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN VIII YOGYAKARTA

2 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini pemerintah sedang berusaha untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government) dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan hal tersebut harus didukung oleh sistem administrasi pemerintahan yang efektif, akuntabel, dan transparan. Dalam melaksanakan administrasi pemerintahan, setiap aparatur mesti bersinggungan dan bergelut dengan urusan arsip dan dokumen. Oleh karena itu, dalam sistem administrasi pemerintahan, manajemen kearsipan dan memiliki posisi dan peran strategis meskipun selama ini belum mendapatkan perhatian yang proporsional. Jika tidak ada arsip (dokumen), maka tidak akan ada administrasi. Sebaliknya tidak ada administrasi tanpa kehadiran arsip dan dokumen. Arsip dan administrasi ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lainnya saling berkontribusi. Administrasi dapat berjalan dengan baik dengan adanya dukungan arsip. Sebaliknya, arsip dan dokumen akan tercipta seiring dengan aktivitas organisasi. Makin besar aktivitas sebuah organisasi maka makin tinggi volume arsip dan dokumen yang diciptakan. Pertumbuhan ini terjadi sejalan dengan semakin kompleknya tugas dan fungsi suatu organisasi dan unit-unit kerjanya. Oleh karena itu, peningkatan sistem manajemen pengelolaan arsip dan menjadi syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan tata kelola administrasi pemerintahan yang baik. Sesuai Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media

3 3 sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selanjutnya dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan kearsipan dilaksanakan dengan berasaskan: 1. kepastian hukum; 2. keautentikan dan keterpercayaan; 3. keutuhan; 4. asal usul (principle of provenance); 5. aturan asli (principle of original order); 6. keamanan dan keselamatan; 7. keprofesionalan; 8. keresponsifan; 9. keantisipatifan; 10. kepartisipatifan; 11. akuntabilitas; 12. kemanfaatan; 13. aksesibilitas; dan 14. kepentingan umum. Sistem manajemen pengelolaan arsip dan dapat dikatakan baik apabila dapat berfungsi sebagai bagian dari sistem informasi manajemen yang terukur dengan penyajian yang tepat waktu, tepat informasi, tepat guna, tepat sasaran dan dapat memenuhi kebutuhan bagi pelaksana tugas maupun sebagai bahan pengambilan keputusan oleh pemimpin, sekaligus arsip dan

4 4 dokumen sebagai bukti otentik pelaksanaan kegiatan, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mencapai sasaran tersebut tentu harus didukung dengan SDM, sumber dana, peralatan/sarana dan prasarana serta sistem yang benar (metode). Penyelenggaraan pengelolaan kearsipan dan saat ini secara umum belum berjalan secara tertib sebagaimana yang diharapkan. Lemahnya urusan kearsipan dan dipengaruhi dan berpangkal dari lemahnya pengetahuan dan kesadaran aparatur terhadap masalah kearsipan. Berpangkal dari hal tersebut akhirnya bermuara ke banyak sisi antara lain : 1. Arsip dan dokumen hanya dilihat dari sisi fisik bukan dari sisi informasi. Dampaknya pengelola arsip dan merasa dan dianggap sebagai penjaga gudang kertas yang seolah hanya bisa mendapat tambahan penghasilan dengan cara menjual kertas-kertas bekas. Hadirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) setidaknya telah menunjukkan esensi dasar sebuah arsip. Arsip dan yang selama ini tenggelam oleh aspek fisik mulai dilihat dari sisi informasi. 2. Sumber daya manusia terampil di bidang kearsipan dan yang sangat terbatas. 3. Kurangnya perhatian dan apresiasi organisasi terhadap urusan kearsipan dan. Arsip baru dianggap penting dan sangat dibutuhkan saat organisasi mengalami kesulitan menemukan arsipnya. 4. Kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang pengelolaan arsip dan. Dengan kondisi demikian maka tidak mengherankan bahwa masih banyak instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah yang belum dapat

5 5 menata arsip dan dokumennya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kinerja instansi bersangkutan, terutama dalam pengambilan kebijakan dan pelayanan kepada masyarakat maupun pelayanan kepada instansi lainnya. B. Isu Aktual Isu aktual yang saat ini dihadapi oleh Bagian Tata Usaha pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia antara lain: 1. Rendahnya kinerja pegawai pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup. 2. Rendahnya kemampuan pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup. 3. Kurangnya sarana prasarana arsip dan pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup. Dari ketiga isu aktual tersebut, Bagian Tata Usaha berfokus pada isu aktual kedua yaitu masalah pengelolaan arsip dan yaitu mulai dari tahap penciptaan surat, pendistribusian, pengklasifikasian informasi arsip dan, penggunaan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pengelolaan, dan penyusutan arsip-arsip. Penyelenggaraan pengelolaan arsip dan di Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia saat ini belum berjalan secara tertib sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan berbagai masalah dan hambatan antara lain kurangnya sarana kearsipan dan. Dengan kondisi yang demikian, suatu dokumen laporan atau data yang diperlukan

6 6 sewaktu-waktu sebagai bahan rencana tindak lanjut terkadang sulit ditemukan atau memerlukan waktu yang cukup lama. Hal lain yang menyebabkan kurang tertibnya pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan staf yang menangani arsip dan untuk mengelola dan menata arsip dengan baik dan tertib sehingga perlu pembinaan yang intensif. Kondisi kurang tertibnya pengelolaan arsip dan tersebut berpengaruh pada proses perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan bagi pimpinan akibat tidak tersedianya dukungan data dan informasi yang lengkap. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam organisasi serta tema Diklat Pim III Angkatan VIII Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 yaitu Membangun World Class Governance Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Pembangunan Berkelanjutan dan Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Berbudaya, penyusunan Kertas Kerja Perseorangan ini mengambil judul yaitu RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PADA BAGIAN TATA USAHA PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION JAWA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA. C. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi Visi adalah gambaran masa depan yang akan dicapai berupa keadaaan yang lebih baik dari kondisi sekarang. Pengertian visi menurut

7 7 Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI) adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Visi ditetapkan dengan tujuan untuk mengarahkan organisasi pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam Rencana Strategis Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Tahun telah ditetapkan visi organisasi yang ingin dicapai yaitu Mewujudkan Lingkungan Hidup Berbasis Ekoregion Jawa. Maksud dari visi tersebut adalah dengan adanya peran Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa diharapkan status lingkungan hidup di pulau Jawa akan semakin membaik. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap sektor terkait telah mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan melalui sinergitas kesatuan ekosistem/ekoregion. 2. Misi Visi Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang diharapkan agar seluruh anggota organisasi, semua pemangku kebijakan dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenali keberadaan, peran dan fungsi Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa. Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI), misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang telah dipilih. Adapun misi Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia adalah :

8 8 a. Mewujudkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Ekoregion Jawa; b. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola lingkungan hidup dan sarana prasarana pendukung Ekoregion Jawa. D. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup, disebutkan pada Pasal 555 bahwa Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan kegiatan perlindungan dan pengelolaan wilayah ekoregion Jawa. Sedangkan dalam Pasal 558 dan 559 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tersebut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi Bagian Tata Usaha pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa sebagai berikut (tabel 1) : No Tabel 1. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup (L. 1) Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok : Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, keuangan, administrasi umum, dan kepegawaian. Fungsi: a. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. Pelaksanaan urusan keuangan; dan c. Pelaksanaan urusan persuratan, arsip dan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, hubungan masyarakat, dan protokol.

9 9 E. Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang dirumuskan berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bagian Tata Usaha serta visi dan misi Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Oleh karena itu peran, fungsi dan kedudukan yang melekat pada Bagian Tata Usaha tidak bisa lepas dari tugas pokok dan fungsi tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tujuan jangka panjang (L.2) yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut (Tabel 2): No Tabel 2. Tujuan Jangka Panjang Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup (L. 2) Tujuan Jangka Panjang 1. Meningkatkan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian pada Bagian Tata Usaha 2. Meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan pada Bagian Tata Usaha 3. Meningkatkan kualitas penyusunan perencanaan program kegiatan dan anggaran pada Bagian Tata Usaha Untuk memilih tujuan jangka panjang prioritas tersebut maka digunakan Teknik Analisis Manajemen (TAM) yaitu teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) yang dilakukan dengan cara menentukan skor tiap tujuan berdasarkan urgensi, tingkat keseriusan masalah dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut: 1. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi 2. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi 3. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi 4. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah 5. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah

10 10 Hasil analisis USG untuk memilih tujuan jangka panjang prioritas tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 3): Tabel 3. USG Tujuan Jangka Panjang Prioritas Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup No Tujuan Jangka Panjang U S G Total 1. Meningkatkan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian pada Bagian Tata Usaha 2. Meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan pada Bagian Tata Usaha Meningkatkan kualitas penyusunan perencanaan program kegiatan dan anggaran pada Bagian Tata Usaha Tujuan prioritas : nomor 1 Meningkatkan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian pada Bagian Tata Usaha Dari hasil analisis USG tersebut di atas dapat dilihat bahwa tujuan jangka panjang prioritas yang ingin dicapai oleh Bagian Tata Usaha adalah nomor urut 1 dengan total nilai USG 14, sedangkan di urutan kedua adalah nomor urut 2 dengan total nilai USG 12, dan urutan ketiga adalah nomor 3 dengan total nilai USG 11. Pemilihan tujuan jangka panjang prioritas tersebut juga didasarkan pada pertimbangan bahwa pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan kepegawaian pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia memiliki dampak yang cukup besar bagi peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan namun saat ini kinerjanya masih belum optimal sehingga perlu untuk terus ditingkatkan lagi di masa mendatang.

11 11 F. Tujuan Jangka Pendek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi 1. Tujuan Jangka Pendek Tujuan jangka panjang yang sudah ditetapkan tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek tersebut harus dapat direalisasikan dalam periode 1 (satu) tahun mendatang yaitu sebagai berikut (Tabel 4) : No Tabel 4. Tujuan Jangka Pendek Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup (L. 3) Tujuan Jangka Pendek 1. Meningkatnya pengelolaan arsip dan 2. Meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian 3. Meningkatnya pelayanan urusan rumah tangga dan perlengkapan Untuk menentukan prioritas tujuan jangka pendek, digunakan teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan cara menentukan skor tiap tujuan berdasarkan urgensi masalahnya, keseriusan masalahnya dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai dari 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut: a. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi b. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi c. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi d. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah e. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah Hasil analisis USG tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 5):

12 12 Tabel 5. USG Tujuan Jangka Pendek Prioritas Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup No Tujuan Jangka Pendek U S G Total 1. Meningkatnya pengelolaan arsip dan 2. Meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian 3. Meningkatnya pelayanan urusan rumah tangga dan perlengkapan Tujuan prioritas : Nomor 1 Meningkatnya pengelolaan arsip dan Berdasarkan analisis USG di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan jangka pendek nomor 1 yaitu Meningkatnya pengelolaan arsip dan memperoleh skor USG tertinggi sehingga menjadi tujuan jangka pendek prioritas. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa dengan semakin meningkatnya kegiatan dan aktivitas Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup maka dibutuhkan pengelolaan arsip dan yang optimal sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan, namun saat ini kinerja pengelolaan arsip dan tersebut belum terlaksana dengan baik sehingga hal ini menjadi prioritas untuk segera ditingkatkan. 2. Indikator Kinerja Untuk mengetahui dan mengukur sasaran prioritas dibutuhkan standar / tolok ukur atau sering disebut sebagai indikator. Indikator adalah satuan, variabel, besaran-besaran yang dapat dikuantitatifkan sebagai petunjuk alat ukur yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian

13 13 tujuan. Indikator bisa berupa jumlah, persentase, frekuensi, waktu dan lainlain menurut satuan ukuran tertentu. Penggunaan indikator kinerja harus memiliki syarat SMART antara lain yaitu S = Specific artinya bersifat khusus/khas dan sederhana, M = Measurable artinya dapat diukur, A = Achievable artinya dapat dicapai/dikerjakan, R = Relevant artinya bersifat logis/masuk akal sesuai dengan ketentuan peraturan dan T = Time Related artinya dimensi waktunya jelas. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut: a. Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan dan Indikator ini digunakan untuk menunjukkan jumlah pegawai yang dianggap memiliki kompetensi memadai di bidang kearsipan dan dilihat dari latar belakang pendidikan dan diklat / pelatihan / bimbingan teknis tentang pengelolaan arsip dan yang pernah diikuti oleh pegawai, satuan ukuran indikator kinerjanya adalah orang. b. Pembinaan petugas pengelola arsip dan Indikator ini digunakan untuk menunjukkan kegiatan pembinaan kearsipan dan kepada petugas pengelola arsip yang ada di Bagian Tata Usaha, satuannya adalah kali. Pembinaan tersebut dapat berupa pembinaan internal oleh pejabat struktural (Kepala Bagian / Kepala Sub Bagian) maupun pembinaan eksternal oleh Lembaga Diklat/ instansi lain.

14 14 c. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan arsip dan sesuai kebutuhan Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan yang dibutuhkan, satuan indikator kinerjanya adalah %. d. Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen Salah satu tujuan dari pengelolaan arsip dan adalah untuk mempermudah / mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam penemuan kembali arsip dan dokumen yang dibutuhkan. Jika pengelolaan dan penataan arsip dan sudah terlaksana dengan baik maka waktu temu kembali arsip dan dokumen akan dapat dipersingkat, sebaliknya jika arsip dan dokumen tidak terkelola dengan baik maka waktu temu kembali arsip menjadi lebih lama. Satuan indikatornya adalah menit yang menyatakan jumlah waktu (rata-rata) dalam menit yang diperlukan untuk menemukan arsip dan dokumen yang dicari. 3. Perolehan Informasi Dari rumusan Tukadek (L.3.A), kemudian akan dirumuskan prioritas tukadek, indikator kinerja, satuan ukuran dan perolehan informasi (L.3.B) dengan menganalisis atau membahas dengan mencoba menguraikan hubungan sebab dan akibat dari fakta-fakta yang diselidiki dan disimpulkan melalui indikator kinerja (performance indicators). Tujuan jangka pendek, indikator kinerja dan satuan ukurannya serta diperolehnya informasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 6) :

15 15 No Tabel 6. Prioritas Tukadek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi Pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia ( L. 3B ) Prioritas Tukadek 1. Meningkatnya pengelolaan arsip dan Indikator Kinerja a. Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan dan Satuan Ukuran Orang Perolehan Informasi Diperoleh Di Bagian Tata Usaha Dicari Di Lembaga Diklat b. Pembinaan petugas pengelola arsip dan Kali Bagian Tata Usaha Lembaga diklat c. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan arsip dan sesuai kebutuhan % Bagian Tata Usaha - d. Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen Menit Bagian Tata Usaha Unit kerja terkait

16 BAB II GAMBARAN KEADAAN A. Keadaan Tingkat Kinerja Sekarang 1. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup, pada pasal 554 disebutkan bahwa Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa adalah unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Sekretaris Kementerian. Adapun struktur organisasi Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia adalah sebagai berikut: a. Kepala; b. Kepala Bagian Tata Usaha, membawahi: 1) Subbagian Program; 2) Subbagian Keuangan; dan 3) Subbagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Inventarisasi dan Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan Hidup, membawahi: 1) Subbidang Inventarisasi Lingkungan Hidup; 2) Subbidang Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan Hidup. d. Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya Alam, membawahi: 1) Subbidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang; 16

17 17 2) Subbidang Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam. e. Bidang Peningkatan Kapasitas, membawahi: 1) Subbidang Pendidikan dan Pelatihan; 2) Subbidang Peningkatan Kapasitas Laboratorium Daerah. f. Kelompok Jabatan Fungsional. 2. Sumber Daya Manusia Jumlah SDM di Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa saat ini berjumlah 94 orang terdiri dari 43 orang PNS dan 51 orang PTT. Komposisi pegawai berdasarkan eselon dan jabatan adalah sebagai berikut: a. Eselon II : 1 orang b. Eselon III : 3 orang c. Eselon IV : 9 orang d. Staf : 60 orang (30 PNS, 30 PTT) e. Satpam : 7 orang (PTT) f. Pramubakti : 7 orang (PTT) g. Pengemudi : 7 orang (PTT) Jika dilihat dari latar belakang pendidikan maka komposisi pegawai adalah sebagai berikut: a. Doktoral S3 : 1 orang (PNS) b. Pasca Sarjana S2 : 9 orang (7 PNS, 2 PTT) c. Sarjana S1 : 51 orang (30 PNS, 21 PTT) d. Diploma 3 : 8 orang (2 PNS, 6 PTT) e. Diploma 1 : 1 orang (PTT) f. SLTA / sederajat : 19 orang (2 PNS, 17 PTT) g. SLTP / sederajat : 5 orang (1 PNS, 4 PTT)

18 18 Sedangkan komposisi pegawai berdasarkan pangkat / golongan adalah sebagai berikut: a. Golongan IV : 6 orang b. Golongan III : 32 orang c. Golongan II : 4 orang d. Golongan I : 1 orang Adapun jumlah SDM yang khusus berada di Bagian Tata Usaha yaitu sebanyak 23 orang yang terdiri dari: a. Subbagian Program : 6 orang b. Subbagian Keuangan : 8 orang c. Subbagian Umum dan Kepegawaian : 9 orang 3. Sarana dan Prasarana Untuk kelancaran pencapaian tujuan/hasil tidak lepas dari sarana dan prasarana yang berfungsi untuk mendukung kinerja SDM pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Adapun sarana dan prasarana kerja yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Tanah Bangunan Kantor : m2 b. Genset : 2 buah c. Mobil : 8 buah d. Sepeda Motor : 2 buah e. Sepeda : 3 buah f. GPS : 1 buah g. Mesin Tik Elektronik : 7 buah h. Lemari Besi : 15 buah

19 19 i. Lemari Kayu : 6 buah j. Filing Kabinet Besi : 10 buah k. Filing Kabinet Kayu : 15 buah l. LCD Proyektor : 8 buah m. Meja Kerja Kayu : 78 buah n. Kursi Kayu : 49 buah o. Handycam : 10 buah p. Kamera Elektronik : 9 buah q. Kamera Digital : 23 buah r. Komputer : 48 unit s. Laptop : 65 unit t. Printer : 50 unit u. Scanner : 3 unit 4. Anggaran Jumlah anggaran kegiatan (DIPA) Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa tahun anggaran 2012 adalah sejumlah Rp ,- dengan serapan sebesar Rp atau 89,78% dari total anggaran dengan rincian berdasarkan output kegiatan sebagai berikut: a. Dokumen informasi lingkungan hidup Ekoregion Jawa sebesar Rp ,- b. Laporan pelaksanaan pengelolaan Ekoregion Jawa sebesar Rp ,- c. Laporan pelaksanaan bimbingan teknis dan monev Ekoregion Jawa sebesar Rp ,- d. Layanan perkantoran Ekoregion Jawa sebesar Rp ,-

20 20 5. Tingkat Kinerja Sekarang Tingkat kinerja sekarang dalam upaya peningkatan kinerja pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut : a. Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan dan Dalam pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, peranan dan fungsi dari pegawai khususnya petugas pengelola arsip dan sangat penting. Tingkat keberhasilan dalam pengelolaan arsip dan sangat ditentukan oleh tingkat kompetensi dan pemahaman pegawai terhadap ketentuan dan peraturan di bidang kearsipan dan. Kondisi yang ada saat ini menunjukkan bahwa tingkat kompetensi dan pemahaman pegawai di bidang kearsipan dan masih kurang memadai. Dilihat dari latar belakang pendidikan, saat ini hanya ada 1 (satu) orang pegawai pada Bagian Tata Usaha yang berpendidikan diploma (D3) kearsipan. b. Pembinaan petugas pengelola arsip dan Untuk mengelola arsip dan dengan baik maka dibutuhkan wawasan dan pengetahuan memadai terhadap peraturanperaturan serta pedoman pengelolaan arsip dan. Oleh karena itu, pembinaan petugas pengelola arsip dan harus terus ditingkatkan, baik berupa pembinaan internal maupun pembinaan eksternal melalui pelatihan/diklat di bidang kearsipan dan. Saat ini pembinaan terhadap petugas pengelola arsip dan

21 21 melalui pengiriman pegawai mengikuti diklat kearsipan telah dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali. c. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan arsip dan sesuai kebutuhan Tujuan utama pengelolaan arsip dan adalah untuk mengatur penyimpanan dan penyusunan arsip dan dokumen secara rapi dan teratur dengan maksud menyelamatkan arsip dan dokumen sebagai sumber informasi dan melancarkan penemuan kembali arsip tersebut secara tepat dan cepat. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan sarana/tempat penataan dan penyimpanan arsip dan yang memadai seperti almari dan filing cabinet, hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan kegiatan pengarsipan dapat berjalan tertib dan semua data arsip dan dokumen dapat dengan mudah dicari cukup dengan membuka nomor dan kode arsip. Sarana dan prasarana penyimpanan arsip dan dokumen merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi penataan arsip. Penyediaan ruangan/tempat penyimpanan arsip dan dokumen akan sedikit banyak dapat digunakan menilai adanya kemungkinan terawat tidaknya arsip tersebut, walaupun hal itu masih tergantung pada faktor manusia yang menanganinya. Karena dalam pekerjaan kearsipan dan yang diperhatikan terutama keadaan fisik arsip, maka dalam menata ruangan penyimpanan arsip dan dokumen perlu diperhatikan apakah rak-rak atau lemari-lemari penyimpanan arsip dan dokumen tersebut sudah bebas hama dan disesuaikan dengan kebutuhan. Juga perlu diperhatikan besar kecilnya boks-boks yang akan digunakan atau bentuk file arsip yang bagaimana yang diperlukan,

22 22 apakah perlu menyediakan sampul foto yang bebas asam atau lemari peta dan lain-lain. Besar kecilnya ruangan tidak menjadi masalah, yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan ruangan yang ada atau lemari-lemari arsip, maka perlu dibuat denah yang memberikan petunjuk di mana suatu kelompok arsip dan dokumen disimpan. Saat ini sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan kearsipan dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa masih belum memadai, diantaranya yaitu rak / almari arsip, filing cabinet, dan ruang khusus penyimpanan arsip dan dokumen yang belum tersedia sehingga secara rata-rata ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan yang dibutuhkan baru mencapai 80%. d. Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen Arsip dan dokumen memiliki kelemahan yaitu bersifat pasif, sehingga pengguna arsip harus mencari dimana arsip dan dokumen tersebut dapat ditemukan. Disinilah pentingnya pengelolaan arsip dan yang baik dengan sistem tertentu, sehingga temu kembali arsip dan dokumen dapat dengan mudah, cepat dan akurat. Untuk mempermudah penemuan kembali (temu balik) arsip dan dokumen, diperlukan peralatan dan perlengkapan yang sanggup menjalankan fungsi setiap sistem dan metode kearsipan dengan sebaik-baiknya. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam menata dan menyimpan arsip dan dokumen akan secara langsung mempengaruhi keberhasilan manajemen kearsipan. Waktu yang dibutuhkan untuk menemukan kembali arsip dan dokumen tidaklah sama antara satu arsip dengan arsip lainnya. Jika

23 23 arsip dan dokumen yang dicari relatif baru maka waktu yang diperlukan lebih cepat karena masih dapat diingat dengan mudah. Namun untuk arsip-arsip dan dokumen lama, waktu yang dibutuhkan pun relatif lama. Secara rata-rata, waktu yang diperlukan untuk menemukan kembali arsip dan dokumen yang dibutuhkan yaitu 20 menit. B. Keadaan Tingkat Kinerja yang Diinginkan Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, bahwa salah satu dari tujuan penyelenggaraan kearsipan adalah untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah dan menjamin terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari uraian keadaan tingkat kinerja sekarang, maka keadaan tingkat kinerja yang diharapkan di Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa dalam upaya meningkatkan kinerja pengelolaan arsip dan sesuai dengan tujuan jangka pendek dan indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan dan Saat ini pegawai yang memiliki kompetensi memadai dalam pengelolaan arsip dan sebanyak 1 (satu) orang, diharapkan pada tahun mendatang (2014) melalui pelaksanaan diklat maupun bimbingan teknis kearsipan kepada pegawai maka jumlah tersebut akan dapat ditingkatkan menjadi 3 (tiga) orang.

24 24 2. Pembinaan petugas pengelola arsip dan Pembinaan terhadap petugas pengelola arsip dan sampai saat ini telah dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali, diharapkan pada tahun mendatang akan dapat ditingkatkan menjadi 4 (empat) kali. 3. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan arsip dan sesuai kebutuhan Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan yang dibutuhkan saat ini baru terpenuhi 80% dari kebutuhan, diharapkan pada tahun mendatang akan dapat meningkat menjadi 95%. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengusulkan penambahan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan seperti lemari arsip dan ruang penyimpanan arsip. 4. Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen saat ini memerlukan waktu rata-rata selama 20 menit, diharapkan pada tahun mendatang (2014) waktu yang diperlukan untuk menemukan kembali arsip dan dokumen yang dibutuhkan akan menjadi lebih singkat yaitu 5 menit. Hal ini dapat dicapai dengan penataan arsip dan dokumen sesuai dengan juknis serta pemanfaatan teknologi informasi untuk mengelola kearsipan. Untuk lebih jelas mengenai tujuan jangka pendek, indikator kinerja, tingkat kinerja sekarang dan tingkat kinerja yang diinginkan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa dapat dilihat berikut ini (Tabel 7) :

25 25 Tabel 7. Tujuan Jangka Pendek, Tingkat Kinerja Sekarang dan Tingkat Kinerja Yang Diinginkan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia ( L. 4 ) Tukadek Meningkatnya pengelolaan arsip dan Indikator Kinerja a. Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan dan b. Pembinaan petugas pengelola arsip dan c. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan arsip dan sesuai kebutuhan d. Kecepatan waktu menemukan kembali arsip dan dokumen Satuan Tingkat Kinerja Tingkat Kinerja Yang Diinginkan (Thn 2014) Ukuran Sekarang (2013) bln bln bln 12 bln Orang Kali % Menit

26 BAB III IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, tidak terlepas dari adanya kekuatan penghambat yang akan menghalangi pencapaian tujuan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan akan muncul harus dapat diantisipasi sedini mungkin. Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja yang diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, maka dapat disampaikan beberapa faktor yang menjadi kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut. Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama (L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weaknesses) dan 3 (tiga) ancaman (Threats). Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut sumber daya manusia, prosedur, sarana dan prasarana, mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L. 5) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 8): 26

27 27 No H1 H2 H3 H4 H5 H6 Tabel 8. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup ( L. 5 ) Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Belum diterapkannya SOP dalam pengelolaan arsip dan Masih tersebarnya pengelolaan arsip dan di masingmasing unit kerja Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi surat-menyurat Terbatasnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang pengelolaan arsip dan Terbatasnya anggaran untuk menunjang pengelolaan arsip dan 2. Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek. Analisis tersebut dapat disajikan sebagai berikut : H.1 Belum diterapkannya SOP dalam pengelolaan arsip dan Untuk mengelola arsip dan dengan baik dan benar maka dibutuhkan pedoman dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan arsip dan. Saat ini SOP tersebut sudah tersedia namun dalam penerapannya masih belum optimal karena kurangnya komitmen dari petugas serta masih lemahnya sistem pengawasan dalam pengelolaan arsip dan.

28 28 H.2 Masih tersebarnya pengelolaan arsip dan di masingmasing unit kerja Pengelolaan arsip dan di Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa saat ini masih tersebar di masing-masing unit kerja (Subbagian dan Subbidang) dan belum tersentralisasi pada Bagian Tata Usaha. Hal ini mengakibatkan adanya kesulitan dalam pengawasan dan pengendalian arsip dan serta memungkinkan adanya perbedaan persepsi dalam pengelolaan arsip dan di masing-masing unit kerja. H.3 Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan Sarana dan prasarana penunjang untuk pengelolaan arsip dan sangat penting dan mutlak diperlukan. Saat ini sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan arsip dan pada Bagian Tata Usaha masih belum memadai, khususnya prasarana berupa ruangan khusus untuk penyimpanan arsip dan yang belum tersedia. H.4 Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi surat-menyurat Sistem paperless merupakan efisiensi dalam penggunaan kertas terutama dalam hal urusan administrasi dan surat menyurat seperti pengiriman surat dapat digantikan dengan sehingga lebih murah, cepat, efektif dan tersedia 24 jam. Namun demikian masih banyak instansi pemerintah dalam kegiatan surat-menyurat dengan Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa yang menggunakan sistem manual yaitu menggunakan kertas sehingga membutuhkan tempat penyimpanan arsip yang lebih banyak.

29 29 Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi pemerintahan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan kertas sebagai media tulis dianggap lebih praktis dan dalam jumlah kecil hemat biaya, proses digitalisasi menggunakan sistem paperless membutuhkan keahlian tertentu, khususnya keahlian di bidang teknologi informasi, dan tingkat kepercayaan publik kepada dokumen kertas lebih besar. H.5 Terbatasnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang pengelolaan arsip dan Pegawai yang bertugas mengelola arsip dan pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa secara umum kualitasnya masih belum memadai. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang kearsipan dan yang dilaksanakan oleh lembaga diklat. H.6 Terbatasnya anggaran untuk menunjang pengelolaan arsip dan Saat ini belum ada alokasi anggaran yang dikhususkan untuk pengelolaan arsip dan di Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa. Hal ini tentu akan berdampak pada kinerja pengelolaan arsip dan karena pada dasarnya untuk kelancaran suatu kegiatan guna mencapai tingkat kinerja tertentu memerlukan dukungan anggaran yang memadai. 3. Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Setelah kekuatan penghambat diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran pemecahan kekuatan penghambat utama dalam

30 30 rangka pencapaian Tukadek. Untuk menentukan dampak relatif dan mudahnya memecahkan (L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian dianalisis dengan memberikan nilai terhadap 2 (dua) hal yaitu: a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat) sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat). b. Besarnya tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (hambatan sangat mudah dipecahkan) sampai angka 1 (sangat sukar dipecahkan). Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak relatif kekuatan penghambat terhadap tujuan jangka pendek maka perlu dilakukan penilaian dengan skala ukuran kuantitatif sebagai berikut : a. Angka 5 : Menyatakan dampak sangat kuat menghambat b. Angka 4 : Menyatakan dampak kuat menghambat. c. Angka 3 : Menyatakan dampak cukup kuat menghambat. d. Angka 2 : Menyatakan dampak kurang kuat menghambat. e. Angka 1 : Menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat. Skala penilaian kuantitatif terhadap mudahnya pemecahan kekuatan penghambat dapat digunakan skala penilaian/bobot sebagai berikut : a. Angka 5 : Menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan. b. Angka 4 : Menyatakan hambatan mudah dipecahkan. c. Angka 3 : Menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan. d. Angka 2 : Menyatakan hambatan sukar dipecahkan. e. Angka 1 : Menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan.

31 31 No H1 Hasil analisis tersebut menjadi Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya (L.6) yang dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 9) : Tabel 9. Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya Pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 6 ) Kekuatan Penghambat Dampak Relatif Kemudahan Pemecahannya Belum diterapkannya SOP dalam pengelolaan arsip dan 3 3 H2 H3 H4 H5 H6 Masih tersebarnya pengelolaan arsip dan di masing-masing unit kerja 5 3 Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan 5 3 Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi suratmenyurat 3 2 Terbatasnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang pengelolaan arsip 4 2 dan Terbatasnya anggaran untuk menunjang pengelolaan arsip dan 4 3 B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, juga terdapat sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam rangka peningkatan kinerja yang diinginkan. Kekuatan pendorong tersebut berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kekuatan (Strengths) dan 3 (tiga) peluang (Opportunities). Hasil identifikasi kekuatan pendorong selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kekuatan pendorong yang dapat dijadikan kekuatan kunci.

32 32 Adapaun hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dalam upaya peningkatan pengelolaan kearsipan dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel.10) : No D1 D2 D3 D4 D5 D6 Tabel 10. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 7 ) Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Adanya kewenangan dalam pengelolaan arsip dan Semakin bertambahnya arsip dan Tersedianya pegawai dalam jumlah yang cukup Adanya koordinasi dengan pihak terkait Adanya peraturan tentang pengelolaan arsip dan Adanya perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan arsip dan 2. Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut: D.1 Adanya kewenangan dalam pengelolaan arsip dan Kewenangan yang dimiliki Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa dalam pengelolaan arsip dan tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa salah satu tupoksi Bagian Tata Usaha dalah pelaksanaan urusan persuratan, arsip dan.

33 33 D.2 Semakin bertambahnya arsip dan Seiring dengan kegiatan administrasi pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa setiap tahun yang mencakup surat-menyurat, kepegawaian, dan administrasi umum lainnya maka jumlah arsip dan yang dikelola juga semakin meningkat. Hal ini menjadi pendorong untuk mewujudkan pengelolaan arsip dan yang tertib sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik. D.3 Tersedianya pegawai dalam jumlah yang cukup Jumlah pegawai yang saat ini ada di Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa yaitu sebanyak 94 orang, sedangkan jumlah pegawai yang ada di Bagian Tata Usaha sebanyak 23 orang. Dengan tersedianya pegawai tersebut maka hal ini menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki untuk mewujudkan pengelolaan arsip dan yang baik dan benar. D.4 Adanya koordinasi dengan pihak terkait Dalam upaya pengelolaan arsip dan di Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa tentu ditemukan permasalahanpermasalahan yang perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait, misalnya dengan Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI). Dengan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik maka diharapkan pengelolaan arsip dan menjadi lebih optimal. D.5 Adanya peraturan tentang pengelolaan arsip dan Dalam pengelolaan arsip dan dibutuhkan pedoman dalam bentuk peraturan-peraturan yang terkait dengan arsip dan, diantaranya yaitu:

34 34 a. UU Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan b. UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik c. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 43 tahun 2009 tentang Kearsipan d. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip e. Keppres No.105 tahun 2004 tentang Pengelolaan Arsip Statis f. Perka ANRI No. 06 TAHUN 2005 tentang Pedoman Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara D.6 Adanya perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan arsip dan Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat telah memunculkan adanya sistem pengelolaan arsip dan berbasis teknologi informasi dengan menggunakan komputer sebagai media pengolah dan penyimpan arsip dalam bentuk digital. Aplikasi pengelolaan arsip dan berbasis teknologi informasi tersebut merupakan peluang bagi Bagian Tata Usaha untuk mengimplementasikannya dalam pengelolaan arsip dan sehingga menjadi lebih mudah, cepat dalam temu kembali dan akuntabel dalam pelaporan. 3. Dampak Relatif dan tingkat Kendali Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Untuk menganalisis Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Kendali (L.8) berdasarkan Kekuatan Pendorong Utama (L.7), dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu :

35 35 a. Besarnya dampak relatif terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat mendorong) sampai angka 1 (dampak sangat kurang mendorong) sebagai berikut : 1) Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat mendorong. 2) Angka 4 : menyatakan dampak kuat mendorong. 3) Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat mendorong. 4) Angka 2 : menyatakan dampak kurang mendorong. 5) Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang mendorong. b. Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sebagai berikut : 1) Angka 5 : menyatakan seluruhnya di bawah kendali. 2) Angka 4 : menyatakan sebagian besar di bawah kendali. 3) Angka 3 : menyatakan sebagian di bawah kendali. 4) Angka 2 : menyatakan sebagian kecil di bawah kendali. 5) Angka 1 : menyatakan seluruhnya di luar kendali. Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali (L.8) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 11) :

36 36 No D1 D2 D3 D4 Tabel 11. Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 8 ) Kekuatan Pendorong Dampak Relatif Tingkat Kendali Adanya kewenangan dalam pengelolaan arsip dan 5 4 Semakin bertambahnya arsip dan 4 4 Pihak Lain Yang Berpengaruh Kementerian LH Instansi terkait Tersedianya pegawai dalam jumlah yang cukup 3 3 BKN Adanya koordinasi dengan pihak terkait 4 2 ANRI D5 D6 Adanya peraturan tentang pengelolaan arsip dan Adanya perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan arsip dan DPR, Pemerintah Pusat Pasar TI C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat. Dalam menetapkan kekuatan relatif, penilaiannya didasarkan logika, sistematika berpikir dan pengalaman, sehingga pada langkah ini akan tergambar satu perangkat kekuatan yang menghalangi gerakan menuju tingkat kinerja yang diinginkan dan satu perangkat lainnya menopang gerakan menuju ketingkat kinerja yang diinginkan. Untuk membobot tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) dipergunakan pengukuran dengan skala interval angka 5 sampai angka 1 sebagai berikut :

37 37 Angka 5 : mewakili tingkat kekuatan relatif sangat kuat. Angka 4 : mewakili tingkat kekuatan relatif kuat. Angka 3 : mewakili tingkat kekuatan relatif cukup kuat. Angka 2 : mewakili tingkat kekuatan relatif lemah. Angka 1 : mewakili tingkat kekuatan relatif sangat lemah. Dalam menetapkan tingkat kekuatan relatif penilaiannya didasarkan atas professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan profesional yang sejalan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relatif pendorong dan penghambat (L.9) dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 12) : No Tabel 12. Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 9 ) Kekuatan Pendorong D1 Adanya kewenangan dalam pengelolaan arsip dan. D2 Semakin bertambahnya arsip dan Tingkat Kekuatan Relatif D3 Tersedianya pegawai dalam jumlah yang cukup 3 D4 Adanya koordinasi dengan pihak terkait D5 Adanya peraturan tentang pengelolaan arsip dan D6 Adanya perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan arsip dan No Kekuatan Penghambat H1 Belum diterapkannya SOP dalam pengelolaan arsip dan H2 Masih tersebarnya pengelolaan arsip dan di masingmasing unit kerja H3 Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan H4 Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi surat-menyurat H5 Terbatasnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang pengelolaan arsip dan H6 Terbatasnya anggaran untuk menunjang pengelolaan arsip dan Tingkat Kekuatan Relatif

38 38 D. Diagram Medan Kekuatan Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, perlu dibuat dalam bentuk diagram medan kekuatan. Untuk menggambarkan diagram dengan menggunakan pengukuran interval angka 1 sampai angka 5 sesuai dengan nilai tingkat kekuatan. Garis tegak lurus pada titik 0 (nol) menggambarkan kinerja saat ini. Gambaran diagram medan kekuatan dapat disajikan pada gambar sebagai berikut (Gambar 1): Arah Yang Diinginkan D1-5 D2-4 D3-3 D4-3 D5-4 D6-3 H1-3 H2-4 H3-4 H4-2 H5-3 H D = 22 H = 19 Gambar 1. Diagram Medan Kekuatan Bagian Tata Usaha Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 10 )

39 39 E. Keterkaitan Antar Kekuatan Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat dengan kekuatan penghambat lainnya. Keterkaitan antar kekuatan akan memberikan gambaran terhadap kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambatan-hambatan serta memanfaatkan kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud. Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternatif untuk menanggulangi dampak negatif atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai pembobotan sebagai berikut : Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya. Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya. Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya. Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya. Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat adalah sebagai berikut ( Gambar 2 ) :

40 40 D1 Adanya kewenangan dalam pengelolaan arsip dan D2 Semakin bertambahnya arsip dan D3 Tersedianya pegawai dalam jumlah yang cukup D4 Adanya koordinasi dengan pihak terkait Adanya peraturan tentang pengelolaan arsip dan D Adanya perkembangan teknologi informasi dalam D6 pengelolaan arsip dan Belum diterapkannya SOP dalam H1 pengelolaan arsip dan Masih tersebarnya pengelolaan arsip dan di masing-masing unit H2 kerja Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan arsip dan H Belum membudayanya sistem paperless dalam kegiatan administrasi suratmenyurat H Terbatasnya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat tentang pengelolaan H5 arsip dan Terbatasnya anggaran untuk menunjang pengelolaan arsip H6 dan. Jumlah Nilai Keterkaitan D1 D2 D3 D4 D5 D6 H1 H2 H3 H4 H5 H6 Gambar 2. Keterkaitan Antar Kekuatan Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 ( L. 11 )

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA APARATUR DALAM PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH PADA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN OLEH : PESERTA No. 33 / Diklatpim III

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA SDM DALAM PEMBINAAN PELAKU SARANA DISTRIBUSI ALKES PADA BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA OLEH :

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA TIM PELAKSANA DAN POKMAS DISTRIBUSI RASKIN TINGKAT DUSUN OLEH BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, - 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR 1299 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT KEARSIPAN PADA PERANGKAT DAERAH, BADAN USAHA MILIK DAERAH DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN I. UMUM. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR SALINAN Menimbang Mengingat BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, : a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN I. UMUM Bahwa arsip yang dimiliki daerah merupakan sumber informasi dan bahan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH A. STRUKTUR ORGANISASI Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari Kepala Sekretariat Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Sub Bagian Keuangan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 6 2013 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Oleh : Dra. Anna Nunuk Nuryani

Oleh : Dra. Anna Nunuk Nuryani KEWAJIBAN PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DI PEMERINTAH DAERAH Oleh : Dra. Anna Nunuk Nuryani ( Arsiparis Madya BPAD DIY) Pendahuluan Arsip dinamis merupakan rekaman informasi yang masih digunakan sebagai berkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan untuk mengelola segala dokumen-dokumen yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan untuk mengelola segala dokumen-dokumen yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan kearsipan pada dasarnya merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk mengelola segala dokumen-dokumen yang ada dalam suatu organisasi atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 2017 KEMENKES. Akses Arsip Dinamis. Sistem Klasifikasi Keamanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM KLASIFIKASI KEAMANAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BAB II RENCANA STRATEGIS GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH A. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri diatur dalam Peraturan daerah Kabupaten Wonogiri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KLASIFIKASI KEAMANAN DAN AKSES ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014 BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, MARET 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... i ii iii BAB I PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH 1 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Muara Teweh Tahun 2015-2019.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

-1- BAB I PENDAHULUAN

-1- BAB I PENDAHULUAN -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Biro Umum dan Hubungan Masyarakat merupakan bagian dari organisasi tingkat Eselon II Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Program Sekretariat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà Menimbang PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NON KEPEGAWAIAN DI KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN EVALUASI KEARSIPAN TAHUN ANGGARAN 2018

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN EVALUASI KEARSIPAN TAHUN ANGGARAN 2018 KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN EVALUASI KEARSIPAN TAHUN ANGGARAN 2018 A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Arsip mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu organisasi dan pemerintahan, karena arsip sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KLASIFIKASI KEAMANAN DAN AKSES ARSIP KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa arsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN Mohon masukan dan saran dapat disampaikan melalui email : hukum@anri.go.id atau hukumperundangundangan@yahoo.com draft tim perumus 16 Maret 2011 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling gemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntuan gencar yang dilakukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN NASIONAL SADAR TERTIB ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN NASIONAL SADAR TERTIB ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN NASIONAL SADAR TERTIB ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KEWENANGAN LEMBAGA KEARSIPAN PROPINSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 Oleh Rusidi*

KEWENANGAN LEMBAGA KEARSIPAN PROPINSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 Oleh Rusidi* KEWENANGAN LEMBAGA KEARSIPAN PROPINSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 Oleh Rusidi* A. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 organisasi kearsipan terdiri dari unit kearsipan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BPMPD KAB. SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM BPMPD KAB. SIAK BAB II GAMBARAN UMUM BPMPD KAB. SIAK Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 15 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Siak, menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Kedudukan Pusat Data dan Informasi sesuai Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PER. KBSN-01 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.724, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.724, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.724, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba No. 427, 2016 Keamanan. Juklak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Arsip Dinamis. Akses. Klasifikasi PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.894, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Arsip. Dokumentasi. Informasi Publik. Pengelola. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terempa, 18 Februari 2015 a.n. KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL SEKRETARIS HERYANA, SE NIP

KATA PENGANTAR. Terempa, 18 Februari 2015 a.n. KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL SEKRETARIS HERYANA, SE NIP IKHTISAR EKSEKUTIF Tujuan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, seperti yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis 2011-2015 adalah: 1. Untuk mewujudkan tertib administrasi di seluruh bidang sebagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIG. Arsip. Klasifikasi Keamanan. Hak Akses. Sistem.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIG. Arsip. Klasifikasi Keamanan. Hak Akses. Sistem. No.327, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIG. Arsip. Klasifikasi Keamanan. Hak Akses. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM KLASIFIKASI KEAMANAN DAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan dilakukan untuk melihat kompleksitas permasalahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG Jalan Panji No. 70 Kelurahan Panji Telp. (0541) 661322. 664977 T E N G G A R O N G 75514 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : 600.107/ BAP-I/IV/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI 7 Oleh: Rahmawati Halim 17 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013 BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, MARET 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... IKHTISAR EKSEKUTIF... i ii BAB I PENDAHULUAN.... 1 1. Umum... 1 2. Kedudukan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan ------------------------------- 6 Gambar 2.1 Struktur Organisasi -------------------- 9 Hal ii DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Jumlah pegawai berdasarkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016 1 PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan

Lebih terperinci

EKSISTENSI KEARSIPAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EKSISTENSI KEARSIPAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA EKSISTENSI KEARSIPAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Endar Hidayati, Dra Sekretaris BPAD Provinsi DIY A. PENDAHULUAN Keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM Kantor Pengadilan Tinggi Jakarta yang terletak di Jalan Letnan Jendral Suprapto, Jakarta Pusat diresmikan pada tanggal 26 Pebruari 1983 oleh Menteri Kehakiman RI. Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA PAGARALAM PEMERINTAH KOTA PAGARALAM JL. LASKAR WANITA MINTARJO KOMPLEK PERKANTORAN GUNUNG GARE iii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT,

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

transparansi, partisipasi, penegakan hukum, dan akuntabilitas

transparansi, partisipasi, penegakan hukum, dan akuntabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat reformasi telah mewarnai Pemerintah daerah/ Organisasi aparatur negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta No.1401, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Tata Kearsipan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Pengadilan Agama Pasuruan merupakan lingkungan Peradilan Agama di bawah. keadilan. Pengadilan Agama Pasuruan sebagai kawal depan Mahkamah Agung

Pengadilan Agama Pasuruan merupakan lingkungan Peradilan Agama di bawah. keadilan. Pengadilan Agama Pasuruan sebagai kawal depan Mahkamah Agung BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Reformasi sistem peradilan membawa perubahan yang mendasar bagi peran Pengadilan Agama Pasuruan dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya, dibidang Administrasi, Organisasi,

Lebih terperinci