KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)"

Transkripsi

1 KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA TIM PELAKSANA DAN POKMAS DISTRIBUSI RASKIN TINGKAT DUSUN OLEH BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL KABUPATEN BANTUL OLEH : PESERTA No. 30/Diklatpim III/VIII/DIY/2013 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN VIII YOGYAKARTA

2 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang memerlukan penanganan secara serius oleh pemerintah dalam membantu meningkatkan kesejahteraannya. Raskin merupakan program nasional yang cukup strategis dan dikelola secara lintas sektoral, dimana pemerintah daerah mengambil bagian tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program raskin tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sedangkan pemerintah pusat berperan dalam membuat kebijakan. Presiden secara khusus telah memberikan instruksi kepada Perum Bulog untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi masyarakat miskin dengan tujuan untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dan meningkatkan akses dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan. Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011, Tim Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menetapkan jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTS- PM) Tahun Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7/KEP/2013 tentang Penetapan Pagu Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat dan Surat Keputusan Bupati Bantul Nomor 31/Kep.KDH/A/2013 tentang Program Raskin sebanyak RTS-PM, dengan jumlah beras Kg, setiap RTS-PM menerima 15 Kg per bulan, dengan harga tebus Rp ,- per Kg di Titik Distribusi (Desa). Untuk

3 3 pengendalian dan peningkatan efektivitas pelaporan pelaksanaan distribusi program raskin telah ditetapkan indikator kinerja yaitu Tepat Sasaran, Jumlah, Harga, Waktu, Administrasi dan Tepat Kualitas. Dalam implementasinya pelaksanaan program raskin di lapangan menghadapi permasalahan diantaranya adalah ditribusi raskin yang tidak tepat sasaran, jumlah, kualitas dan pembayaran, yang secara spesifik memerlukan kebijakan dan kearifan lokal. Melalui Musyawarah Desa (MUSDES), Pemerintah Desa bersama unsur terkait membangun kesepahaman dan kesepakatan untuk mengatasi permasalahan tersebut yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara MUSDES. Sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengatasi permasalahan sosial dan kemiskinan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 dengan tema Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat. Maka penulis mengambil judul Kertas Kerja Perorangan (KKP) adalah Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Tim Pelaksana dan Pokmas Distribusi Raskin Tingkat Dusun oleh Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul. B. Isu Aktual Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Angkatan VIII Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 mengambil Tema yaitu Membangun World Class Governance melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Pembangunan Berkelanjutan dan Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Berbudaya.

4 4 Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bidang Kesejahteraan Sosial yaitu menyelenggarakan, membina dan mengendalikan kesejahteraan sosial, rehabilitasi tuna sosial dan bantuan sosial, dengan isu strategis pada urusan sosial adalah angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang masih cukup tinggi belum dibarengi dengan penanganan secara intensif dan terintegrasi. Dalam pelaksanaannya di lapangan saat ini menghadapi permasalahan yaitu kinerja pelaksana ditribusi raskin kurang optimal yang menyebabkan penyaluran raskin tidak tepat sasaran dan terjadi keterlambatan pembayaran. C. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi Pengertian visi menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI) adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Visi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun adalah: Terwujudnya Tenaga Kerja, Penyandang Masalah Sosial dan Warga Miskin yang lebih mapan secara ekonomi maupun sosial pada tahun Misi Visi tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang diharapkan agar seluruh anggota organisasi, semua pemangku kebijakan dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui peran dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Misi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul meliputi:

5 5 a. Mengoptimalkan penyelenggaraan sistem ketatausahaan dan kinerja aparatur. b. Meningkatkan kapasitas daya saing tenaga kerja dan penganggur. c. Meningkatkan kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial. d. Meningkatkan kapabilitas warga miskin dan kepesertaan transmigrasi. D. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul nomor 12 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bantul dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 48 tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bantul nomor 20 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial sebagai berikut (tabel 1): Tabel 1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bantul ( L. 1 ) No Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok : Menyelenggarakan, membina dan mengendalikan kesejahteraan sosial, rehabilitasi tuna sosial dan bantuan sosial. Fungsi : a. penyusunan rencana kerja Bidang Kesejahteraan Sosial; b. perumusan kebijakan teknis kesejahteraan sosial, rehabilitasi tuna sosial dan bantuan sosial; c. penyelenggaraan, pembinaan dan pengendalian kesejahteraan sosial; d. penyelengaraan, pembinaan dan pengendalian rehabilitasi sosial; e. penyelenggaraan, pembinaan dan pengendalian bantuan sosial; f. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja bidak kesejahteraan sosial.

6 6 E. Tujuan Jangka Panjang Bantuan raskin yang disalurkan pemerintah sejak beberapa tahun lalu besar manfaatnya bagi keluarga miskin yang penanganannya melibatkan seluruh stakeholder yang prakteknya di lapangan menghadapi kendala dan permasalahan. Sesuai dengan tupoksi Bidang Kesejahteraan Sosial adalah merumuskan kebijakan teknis dalam penyelenggaraan, pembinaan dan pengendalian bantuan raskin, maka tujuan jangka panjang dapat di lihat sebagai berikut (Tabel 2): No Tabel 2. Tujuan Jangka Panjang Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bantul ( L. 2 ) Tujuan Jangka Panjang 1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah/miskin 2. Meningkatkan peran lembaga pelaksana distribusi raskin di tingkat desa 3. Meningkatkan kesadaran dan kebersamaan masyarakat Untuk menentukan prioritas, digunakan analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) yang dilakukan dengan cara menentukan skor tiap tujuan berdasarkan urgensi, keseriusan dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai 1 (satu) sampai 5 (lima) sebagai berikut : 1. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi 2. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi 3. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi 4. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah 5. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah

7 7 Hasil analisis USG tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 3): Tabel 3. USG Tujuan Jangka Panjang Prioritas Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul No Tujuan Jangka Panjang U S G Total 1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah/miskin Meningkatkan peran lembaga pelaksana distribusi raskin di tingkat desa 3. Meningkatkan kesadaran dan kebersamaan masyarakat Tujuan Prioritas : nomor 2 Meningkatkan peran lembaga pelaksana distribusi raskin di tingkat desa Berdasarkan hasil analisis USG tersebut di atas maka yang menjadi tujuan jangka panjang prioritas adalah tujuan yang kedua yaitu Meningkatkan peran lembaga pelaksana distribusi raskin di tingkat desa dengan total skor USG 15, sedangkan di urutan kedua adalah tujuan nomor 3 dengan total nilai skor USG 12, dan di urutan ketiga adalah tujuan nomor 1 dengan total nilai skor USG 11. Pemilihan tujuan jangka panjang prioritas tersebut juga berdasarkan pertimbangan bahwa kinerja lembaga pelaksana distribusi raskin di tingkat desa/dusun sangat berpengaruh terhadap kelancaran distribusi raskin dari titik distribusi ke titik bagi yang mempunyai dampak luas terhadap keberhasilan program raskin di daerah. Dengan demikian tujuan jangka panjang tersebut diharapkan akan dapat mendorong terwujudnya kelancaran distribusi raskin sesuai kriteria Tepat Sasaran, Jumlah, Harga, Waktu,

8 8 Administrasi dan Tepat Kualitas, serta dapat meminimalisir keterlambatan pembayaran. F. Tujuan Jangka Pendek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi 1. Tujuan Jangka Pendek Dengan pembentukan kelompok masyarakat (Pokmas) penerima raskin untuk dapat berperan aktif dalam pendistribusian raskin dari titik distribusi ke titik bagi sesuai dengan tujuan untuk mencapai indikator kinerja yaitu Tepat Sasaran, Jumlah, Harga, Waktu, Administrasi dan Tepat Kualitas maka tujuan jangka pendek yang ingin dicapai adalah sebagai berikut (Tabel 4): No Tabel 4. Tujuan Jangka Pendek Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bantul (L.3) Tujuan Jangka Pendek 1. Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun 2. Meningkatnya kesadaran penerima raskin untuk membayar tepat waktu 3. Meningkatnya monitoring, evaluasi dan pelaporan distribusi raskin Untuk menentukan tujuan jangka pendek prioritas, digunakan teknik analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk mengukur tingkat kepentingan masalah, tingkat keseriusan masalah, dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut : a. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi b. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi

9 9 c. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi d. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah e. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah Hasil analisis USG tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 5): Tabel 5. USG Tujuan Jangka Pendek Prioritas Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul No Tujuan Jangka Pendek U S G Total 1. Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun 2. Meningkatnya kesadaran penerima raskin untuk membayar tepat waktu 3. Meningkatnya monitoring, evaluasi dan pelaporan distribusi raskin Tujuan Prioritas : nomor 1 Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun Berdasarkan analisa USG, prioritas pertama yang ingin dicapai dalam tujuan jangka pendek adalah Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun, dengan tujuan untuk mempercepat tercapainya indikator kinerja, yaitu Tepat Sasaran, Jumlah, Harga, Waktu, Administrasi dan Tepat Kualitas sehingga dapat mempercepat pelaporan hasil distribusi, monitoring dan evaluasi raskin di tingkat desa. 2. Indikator Kinerja Indikator adalah satuan, variabel, besaran-besaran yang dapat dikuantitatifkan sebagai petunjuk alat ukur yang dipergunakan untuk

10 10 mengetahui tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja harus jelas dan mudah dipahami serta memiliki syarat yaitu: - S = Specific artinya bersifat khusus atau sederhana, - M = Measurable artinya dapat diukur, - A = Achievable artinya dapat dicapai, - R = Relevant artinya bersifat sesuai dengan ketentuan perundangan - T = Time Related artinya dimensi waktunya jelas. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan jangka pendek yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Penerima raskin tepat sasaran, satuan indikator kinerjanya adalah keluarga. b. Meningkatnya pokmas distribusi raskin di tingkat dusun, satuan indikator kinerjanya adalah jumlah. c. Berkurangnya keterlambatan pembayaran raskin, satuan ukuran indikator kinerjanya adalah hari. d. Meningkatnya pelaporan distribusi raskin tingkat desa, satuan indikator kinerjanya adalah desa. 3. Perolehan Informasi Dari rumusan Tukadek (L.3.A), kemudian akan dirumuskan prioritas tukadek, indikator kinerja, satuan ukuran dan perolehan informasi (L.3.B) dengan menganalisis atau membahas dengan mencoba menguraikan hubungan sebab dan akibat dari fakta-fakta yang diselidiki dan disimpulkan melalui indikator kinerja (performance indicators).

11 11 No Sumber data berasal dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011, Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat selaku Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Pusat yang di kirim kepada Gubernur DIY., Bupati, yang diteruskan kepada Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Tim Pelaksana Raskin Tingkat Desa. Tujuan jangka pendek, indikator kinerja, satuan ukurannya serta diperolehnya informasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 6) : Tabel 6. Prioritas Tukadek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi Pada Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 3B ) Prioritas Tukadek 1. Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun Keterangan: Indikator Kinerja a. Penerima raskin tepat sasaran b. Meningkatnya pokmas distribusi raskin di tingkat dusun c. Berkurangnya keterlambatan pembayaran raskin d. Meningkatnya pelaporan distribusi raskin tingkat desa Satuan Ukuran Keluarga Jumlah Hari Desa Perolehan Informasi Diperoleh Di Seksi Bansos Seksi Bansos Seksi Bansos Seksi Bansos Dicari Di Desa / dusun Desa / dusun Desa / dusun Tim koordinasi raskin kabupaten Tim Koordinasi Raskin Kabupaten adalah pelaksana Program Raskin di kabupaten yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati..

12 BAB II GAMBARAN KEADAAN A. Keadaan Tingkat Kinerja Sekarang 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 9 tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bantul dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 48 tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bantul nomor 20 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kepala Dinas; b. Sekretariat, terdiri dari : 1). Sub Bagian Umum; 2). Sub Bagian Kepegawaian 3). Sub Bagian Keuangan; 4). Sub Bagian Perencanaan. c. Bidang Tenaga Kerja, terdiri dari : 1). Seksi Pelatihan, Produktivitas, Penempatan dan Perluasan; 2). Seksi Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja; 3). Seksi Pengembangan dan Pengawasan Ketenagkerjaan; dan 4). Seksi Transmigrasi d. Bidang Kesejahteraan Sosial, terdiri dari : 1). Seksi Bina Sosial; 12

13 13 2). Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial; 3). Seksi Bantuan Sosial. e. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Latihan Kerja; f. Kelompok Jabatan Fungsional. 2. Sumber Daya Manusia Secara keseluruhan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul termasuk UPT Balai Latihan Kerja per 30 Juni 2013 berjumlah 107 pegawai dengan rincian sebagai berikut: a. Berdasarkan golongan/ruang 1). Golongan I : 1 orang 2). Golongan II : 14 orang 3). Golongan III : 80 orang 4). Golongan IV : 12 orang b. Berdasarkan jenjang pendidikan 1). SLTP : 7 orang 2). SLTA : 40 orang 3). Sarjana Muda (D3) : 5 orang 4). Sarjana (S1) : 51 orang 5). Pasca Sarjana (S2) : 4 orang c. Berdasarkan jabatan struktural sebanyak 17 orang, yaitu: 1). Eselon II-b : 1 orang 2). Eselon III-a : 1 orang 3). Eselon III-b : 2 orang 4). Eselon IV-a : 11 orang 5). Eselon IV-b : 1 orang

14 14 d. Berdasarkan jabatan fungsional 1). Mediator : 4 orang 2). Pengawas Ketenagakerjaan : 5 orang 3). Pengantar Kerja : 1 orang 4). Instruktur : 28 orang 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki untuk menunjang kegiatan operasional Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul sebagai berikut : a. Gedung kantor : 1 unit b. Gedung BLK : 1 unit c. Kendaraan roda 4 : 6 buah d. Kendaraan roda 2 : 39 buah e. Komputer / laptop : 33 buah f. Printer : 19 buah g. Mesin tik : 14 buah h. Meja / Kursi kerja : 229 buah i. Almari kayu : 22 buah j. Filing cabinet : 32 buah 4. Tingkat Kinerja Sekarang Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul mempunyai tugas yang penting untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan di bidang tenaga kerja dan kesejahteraan sosial. Berdasarkan indikator kinerja dalam pencapaian tujuan jangka pendek yang telah ditetapkan

15 15 yaitu peningkatan kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun maka gambaran tingkat kinerja sekarang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Penerima raskin tepat sasaran Berdasarkan data dari Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TPKD) jumlah Kemiskinan di Kabupaten Bantul sebesar 15,85%, sedangkan menurut data dari BPS sebesar 10,43%. Data yang diterima dari TNP2K, di tetapkan dengan SK Bupati Bantul Nomor 31/Kep.KDH/A/2013 tentang Program Raskin sebanyak keluarga (RTS-PM), sebagai dasar distribusi Raskin di Kabupaten Bantul Tahun Dalam pelaksanaan distribusi raskin di Kabupaten Bantul tahun 2013 masih dijumpai beberapa permasalahan diantaranya tidak Tepat Sasaran, Jumlah beras yang diterima kurang dari 15 Kg, Harga tebus raskin lebih dari Rp 1600,- per kg. Dari jumlah penerima raskin di Kabupaten Bantul sebanyak keluarga tersebut, yang tepat sasaran hanya keluarga. b. Meningkatnya pokmas distribusi raskin di tingkat dusun Pemerintah Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan, 86 Desa, dan Dusun. Dari jumlah dusun sebanyak tersebut, belum semua dusun sudah terbentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang menangani raskin sehingga distribusi raskin menjadi kurang optimal. Saat ini jumlah Pokmas yang sudah terbentuk di Kabupaten Bantul sebanyak 912 Pokmas sehingga masih ada kekurangan Pokmas untuk 300 dusun.

16 16 c. Berkurangnya keterlambatan pembayaran raskin Permasalahan lain yang saat ini dihadapi dalam pelaksanaan distribusi raskin di Kabupaten Bantul yaitu masih seringnya terjadi keterlambatan pembayaran raskin. Sesuai peraturan yang ditetapkan bahwa pelaksanaan pembayaran maksimal selama 3 hari, namun dalam prakteknya seringkali dijumpai pembayaran raskin yang lebih dari batas waktu 3 hari bahkan sampai 10 hari. d. Meningkatnya pelaporan distribusi raskin tingkat desa Laporan distribusi raskin tingkat desa harus segera disusun dan dilaporkan kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten. Namun dalam kenyataannya di lapangan masih banyak dijumpai laporan tim pelaksana distribusi raskin yang tidak segera dibuat / dikirim, tidak tertib administrasi, dan belum semua desa melaksanakan Musdes, sehingga Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, dalam hal ini Bidang Kesejahteraan Sosial sebagai tim koordinasi kabupaten kesulitan dan mengalami keterlambatan dalam menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan. Saat ini pelaporan raskin yang sudah tertib dan tepat waktu baru sebanyak 72 desa dari 86 desa yang ada di Kabupaten Bantul. B. Keadaan Tingkat Kinerja yang Diinginkan Berdasarkan uraian tingkat kinerja sekarang, maka diperlukan adanya tindakan perbaikan yang lebih komprehensif dalam rangka meningkatkan kinerja Tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun di Kabupaten Bantul. Harapan yang diinginkan adalah tercapainya indikator kinerja yaitu Tepat Sasaran, Jumlah, Harga, Waktu, Administrasi dan Tepat

17 17 Kualitas, laporan berjalan sesuai dengan mekanisme yang ditentukan sehingga permasalahan tersebut dapat segera diatasi pada program kerja tahun Deskripsi tentang tingkat kinerja yang diinginkan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penerima raskin tepat sasaran yang saat ini sebanyak keluarga, diharapkan pada tahun mendatang akan dapat meningkat menjadi keluarga. 2. Meningkatnya pokmas distribusi raskin di tingkat dusun yang saat ini baru terdapat 912 pokmas, diharapkan pada tahun mendatang jumlah tersebut akan meningkat menjadi pokmas. 3. Berkurangnya keterlambatan pembayaran raskin yang saat ini hingga mencapai 10 hari, diharapkan dengan semakin meningkatnya pembinaan dan pengawasan maka pembayaran raskin akan semakin tepat waktu yaitu maksimal 3 hari. 4. Meningkatnya pelaporan distribusi raskin tingkat desa yang saat ini sebanyak 72 desa, diharapkan pada tahun mendatang seluruh desa akan dapat dapat melaporkan distribusi rakisn di desa masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan uraian Keadaan Tingkat Kinerja Sekarang dan Kinerja yang Diinginkan (L.4), maka dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 7):

18 18 Tabel 7. Tujuan Jangka Pendek, Tingkat Kinerja Sekarang dan Tingkat Kinerja Yang Diinginkan Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul (L. 4) Tukadek Meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun Indikator Kinerja a. Penerima raskin tepat sasaran b. Meningkatnya pokmas distribusi raskin di tingkat dusun c. Berkurangnya keterlambatan pembayaran raskin d. Meningkatnya pelaporan distribusi raskin tingkat desa Satuan Ukuran Tingkat Kinerja Sekarang (2013) Keluarga rb Tingkat Kinerja Yang Diinginkan (Thn 2014) bln bln bln 12 bln rb 60 rb rb Pokmas Hari Desa

19 BAB III IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun oleh Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul, tidak terlepas dari adanya kekuatan penghambat yang akan menghalangi pencapaian tukadek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan akan muncul harus dapat diidentifikasi dan diantisipasi sedini mungkin. Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja yang diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun maka disajikan beberapa faktor yang menjadi kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut. Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama (L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weaknesses) dan 3 (tiga) ancaman (Threats). Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut dimensinya yang meliputi sumber daya manusia, prosedur, dana, sarana dan prasarana, mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam atau luar organisasi. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 8): 19

20 20 No Tabel 8. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bantul Tahun 2013 ( L. 5 ) Kekuatan Penghambat Utama Kinerja H1 H2 H3 H4 H5 H6 Petunjuk teknis distribusi raskin belum maksimal Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal Data keluarga penerima raskin kurang akurat Peran pokmas di dusun kurang optimal Kurang kesiapannya pembayaran raskin tepat waktu 2. Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek. Analisis tersebut dapat disajikan sebagai berikut: H.1 Petunjuk teknis distribusi raskin belum maksimal Petunjuk teknis distribusi raskin saat ini masih belum maksimal karena belum dapat dipahami dengan baik oleh seluruh aparatur yang terlibat dalam pelaksanaan distribusi raskin. Hal ini mengakibatkan masih adanya pelaksanaan distribusi raskin yang tidak sesuai aturan. H.2 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal Penjadwalan distribusi raskin sering kali molor / terlambat dari yang telah ditetapkan sehingga distribusi raskin kepada masyarakat menjadi terlambat. Keterlambatan jadwal distribusi tersebut antara lain

21 21 disebabkan oleh adanya perubahan data pada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM). H.3 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal Sosialisasi distribusi Raskin adalah kegiatan untuk memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada seluruh pihak terkait dengan Program Raskin secara berjenjang untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program Raskin sehingga dapat mencapai target 6 (enam) Tepat. Sosialisasi distribusi raskin kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya selama ini belum maksimal dan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. H.4 Data keluarga penerima raskin kurang akurat Data keluarga penerima raskin (RTS-PM) di Kabupaten Bantul berasal dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Seringkali data RTS-PM yang diterima tersebut masih kurang akurat sehingga distribusi Raskin menjadi tidak tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah data rumah tangga miskin (RTM) dengan kondisi riil di masyarakat sehingga rawan menimbulkan gejolak dan kecemburuan sosial di masyarakat. H.5 Peran pokmas di dusun kurang optimal Pokmas tingkat dusun merupakan pelaksana distribusi raskin langsung kepada masyarakat. Selama ini peran pokmas tingkat dusun masih kurang optimal dalam pelaksanaan distribusi raskin karena belum meratanya pemahaman anggota pokmas terhadap program raskin. Disamping itu, belum seluruh dusun yang ada di Kabupaten Bantul telah terbentuk pokmas.

22 22 H.6 Kurang kesiapannya pembayaran raskin tepat waktu Berdasarkan pengalaman selama ini, pembayaran raskin masih seringkali terlambat dari ketentuan yang ditetapkan, bahkan banyak yang menunggak. Umumnya keterlambatan pembayaran terjadi di tingkat desa/dusun, sedangkan dari masyarakat tidak ada masalah terkait pembayaran karena pembayaran dari masyarakat diberikan secara langsung (cash and carry). 3. Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat Setelah kekuatan penghambat terhadap pencapaian tujuan diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran akan pemecahan kekuatan penghambat utama dalam rangka pencapaian Tukadek. Pada KKP ini untuk menentukan dampak relatif dan mudahnya memecahkan (L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian dianalisis dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu: a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat) sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat). b. Tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval dari angka 5 (hambatan sangat mudah dipecahkan) sampai angka 1 (sangat sukar dipecahkan). Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak relatif kekuatan penghambat tersebut maka perlu dilakukan penilaian dengan menggunakan skala ukuran kuantitatif sebagai berikut: a. Angka 5 : Menyatakan dampak sangat kuat menghambat

23 23 b. Angka 4 : Menyatakan dampak kuat menghambat. c. Angka 3 : Menyatakan dampak cukup kuat menghambat. d. Angka 2 : Menyatakan dampak kurang kuat menghambat. e. Angka 1 : Menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat. Skala penilaian kuantitatif terhadap mudah tidaknya pemecahan kekuatan penghambat dapat digunakan skala bobot sebagai berikut: a. Angka 5 : Menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan. b. Angka 4 : Menyatakan hambatan mudah dipecahkan. c. Angka 3 : Menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan. d. Angka 2 : Menyatakan hambatan sukar dipecahkan. e. Angka 1 : Menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan. Hasil analisis kekuatan penghambat dan kemudahan pemecahannya tersebut dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 9): No H1 H2 H3 H4 H5 H6 Tabel 9. Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 6 ) Kekuatan Penghambat Dampak Relatif Kemudahan Pemecahannya Petunjuk teknis distribusi raskin belum maksimal 3 3 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal 4 4 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal 4 3 Data keluarga penerima raskin kurang akurat 4 3 Peran pokmas di dusun kurang optimal 4 3 Kurang kesiapannya pembayaran raskin tepat waktu 3 3

24 24 B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek yaitu meningkatnya kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun oleh Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul, juga terdapat sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam pemecahan dalam rangka peningkatan kinerja yang diinginkan. Hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel.10) : No Tabel 10. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kab. Bantul Tahun 2013 ( L. 7 ) Kekuatan Pendorong Utama Kinerja D1 D2 D3 D4 D5 D6 Adanya SOP Distribusi Raskin Dukungan dana distrisbusi raskin dari APBD cukup Adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik Adanya dukungan dari Forum Lintas Pelaku (FLP) Adanya partisipasi warga masyarakat. Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin 2. Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut: D.1 Adanya SOP Distribusi Raskin Dalam pelaksanaan distribusi raskin, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul mengacu pada Standar Operasional dan

25 25 Prosedur (SOP) yang telah ada. Dalam SOP telah diatur mengenai mekanisme pelaksanaan distribusi raskin sejak dari perencanaan sampai dengan pengendalian dan pelaporan. D.2 Dukungan dana distrisbusi raskin dari APBD cukup Untuk menunjang pelaksanaan distribusi raskin maka dibutuhkan dana operasional yang terdiri dari belanja pegawai untuk honor tim dan belanja barang untuk menunjang operasional seperti alat tulis kantor. Dukungan dana untuk distribusi raskin saat ini telah dirasakan cukup memadai. D.3 Adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan distribusi Raskin bertujuan untuk mengetahui ketepatan realisasi pelaksanaan Program Raskin dan permasalahannya. Hasil monitoring dan evaluasi dibahas secara berjenjang sesuai dengan lingkup dan bobot permasalahannya untuk ditindaklanjuti, serta sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan program.monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan metode kunjungan lapangan, rapat koordinasi dan pelaporan. D.4 Adanya dukungan dari Forum Lintas Pelaku (FLP) Forum Lintas Pelaku (FLP) adalah lembaga independen yang memantau pelaksanaan distribusi raskin. Dengan adanya dukungan dari FLP tersebut maka diharapkan pelaksanaan distribusi raskin akan lebih tepat sasaran dan memenuhi target 6 (enam) Tepat. D.5 Adanya partisipasi warga masyarakat Partisipasi warga masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan distribusi raskin dalam rangka mewujudkan target 6

26 26 (enam) Tepat. Masyarakat berperan dalam hal pengawasan dan pelaporan terkait penyimpangan pelaksanaan distribusi raskin. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan raskin, maka Pemerintah Kabupaten Bantul telah menyediakan layanan pengaduan dari masyarakat sehingga masyarakat berani melaporkan kesalahan yang dilakukan oknum dalam penyaluran raskin. D.6 Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin Tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan distribusi raskin kepada masyarakat sehingga keberhasilan program raskin tersebut sangat tergantung pada kinerja dari tim pelaksana dan pokmas. Oleh karena itu kinerja tim pelaksana dan pokmas tersebut harus selalu ditingkatkan sehingga dapat mewujudkan target 6 (enam) Tepat yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Harga dan Tepat Administrasi. 3. Dampak Relatif dan tingkat Kendali Kekuatan Pendorong Untuk menganalisis dampak relatif dan tingkat kendali kekuatan pendorong (L.8) berdasarkan kekuatan pendorong utama (L.7), dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu : a. Besarnya dampak relatif terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat mendorong) sampai angka 1 (dampak sangat kurang mendorong) sebagai berikut: 1) Angka 5 menyatakan dampak sangat kuat mendorong 2) Angka 4 menyatakan dampak kuat mendorong

27 27 3) Angka 3 menyatakan dampak cukup kuat mendorong 4) Angka 2 menyatakan dampak kurang mendorong 5) Angka 1 menyatakan dampak sangat kurang mendorong b. Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong yang ada di bawah pengaruh, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali dan atau pengaruh penyusun) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah kendali) sebagai berikut: 1) Angka 5 menyatakan seluruhnya di bawah kendali 2) Angka 4 menyatakan sebagian besar di bawah kendali 3) Angka 3 menyatakan sebagian di bawah kendali 4) Angka 2 menyatakan sebagian kecil di bawah kendali 5) Angka 1 menyatakan sebagian sangat kecil di bawah kendali Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali dari kekuatan pendorong (L.8) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 11) : Tabel 11. Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 8 ) No D1 D2 D3 D4 D5 D6 Kekuatan Pendorong Adanya SOP Distribusi Raskin Dampak Relatif Tingkat Kendali Dukungan dana distrisbusi raskin dari APBD cukup 3 3 Pihak Lain Yang Berpengaruh 5 4 Bupati DPRD, TAPD Adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik 4 3 Bappeda Adanya dukungan dari Forum Lintas Pelaku (FLP) 4 2 FLP Adanya partisipasi warga masyarakat 4 3 Masyarakat Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin 4 3 Pokmas

28 28 C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat. Dalam menetapkan tingkat kekuatan relatif penilaiannya didasarkan atas professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan profesional yang sejalan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan oleh profesi yang dianut, termasuk di dalamnya pengetahuan dan dengan membandingkan antara tingkat kekuatan penghambat dengan kemudahan pemecahannya dan tingkat kekuatan pendorong dengan besarnya tingkat kendalinya. Untuk membobot tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) dipergunakan pengukuran dengan skala interval mulai dari angka 5 (mewakili kekuatan relatif yang sangat kuat) sampai angka 1 (mewakili kekuatan relatif yang sangat lemah) sebagai berikut: 1. Angka 5 : mewakili tingkat kekuatan relatif sangat kuat 2. Angka 4 : mewakili tingkat kekuatan relatif yang kuat 3. Angka 3 : mewakili tingkat kekuatan relatif cukup kuat 4. Angka 2 : mewakili tingkat kekuatan relatif yang lemah 5. Angka 1 : mewakili tingkat kekuatan relatif sangat lemah Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat tersebut (L.9) dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 12) :

29 29 Tabel 12. Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 9 ) No Kekuatan Pendorong Tingkat Kekuatan Relatif D1 Adanya SOP Distribusi Raskin. 5 D2 Dukungan dana distrisbusi raskin dari APBD cukup 3 D3 Adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik D4 Adanya dukungan dari Forum Lintas Pelaku (FLP) 4 D5 Adanya partisipasi warga masyarakat 4 D6 Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin 4 4 No Kekuatan Penghambat Tingkat Kekuatan Relatif H1 Petunjuk teknis distribusi raskin belum maksimal 3 H2 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal 4 H3 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal 4 H4 Data keluarga penerima raskin kurang akurat 4 H5 Peran pokmas di dusun kurang optimal 4 H6 Kurang kesiapannya pembayaran raskin tepat waktu 3 D. Diagram Medan Kekuatan Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek maka perlu digambarkan besarnya kekuatan-kekuatan penghambat dan kekuatan pendorong tersebut dalam sebuah diagram yang disebut diagram medan kekuatan. Besarnya kekuatan relatif dari masing-masing kekuatan baik kekuatan penghambat maupun kekuatan pendorong digambarkan dengan menggunakan anak panah. Agar anak panah dalam diagram memperlihatkan setiap kekuatan yang panjangnya berbanding dengan kekuatan relatif yang dimiliki, maka penetapan anak panah tersebut ditempatkan secara selang seling, hal ini dimaksudkan untuk menghindari penafsiran bahwa masing-masing kekuatan saling berhadapan. Untuk dapat mengenali dengan cepat dan untuk memperjelas

30 30 diagram pada masing-masing anak panah ditulis kekuatan relatif yang dimiliki. Panjang anak panah menyesuaikan dengan kekuatan relatif yang dimilikinya. Nilai skor / angka 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) pada diagram merupakan gambaran nilai tingkat kekuatan. Sedangkan titik 0 pada garis tegak lurus menggambarkan keadaan kinerja saat ini. Diagram medan kekuatan ini dapat menunjukkan tingkat kekuatan relatif dari setiap kekuatan baik pendorong maupun penghambat. Gambaran diagram medan kekuatan tersebut adalah sebagai berikut (Gambar 1) : Arah Yang Diinginkan D1 = 5 D2 = 3 D3 = 4 D4 = 4 D5 = 4 D6 = 4 H1 = 3 H2 = 4 H3 = 4 H4 = 4 H5 = 4 H6 = D = 24 H = 22 Gambar 1. Diagram Medan Kekuatan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 10 )

31 31 E. Keterkaitan Antar Kekuatan Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat dengan kekuatan penghambat lainnya. Keterkaitan antar kekuatan akan memberikan gambaran terhadap kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambatan-hambatan serta memanfaatkan kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud. Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternatif untuk menanggulangi dampak negatif atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai pembobotan sebagai berikut: Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya. Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya. Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya. Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya. Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat adalah sebagai berikut ( Gambar 2 ) :

32 32 D1 Adanya SOP Distribusi Raskin D2 Dukungan dana distrisbusi raskin dari APBD cukup D3 Adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik D4 Adanya dukungan dari Forum Lintas Pelaku (FLP) D5 Adanya partisipasi warga masyarakat Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi D6 raskin Petunjuk teknis distribusi raskin belum H1 maksimal Penjadwalan distribusi raskin kurang H2 maksimal Sosialisasi distribusi raskin belum H3 maksimal Data keluarga penerima H4 raskin kurang akurat Peran pokmas di dusun H5 kurang optimal Kurang kesiapannya pembayaran raskin H6 tepat waktu. Jumlah Nilai Keterkaitan D1 D2 D3 D4 D5 D6 H1 H2 H3 H4 H5 H6 Gambar 2. Keterkaitan Antar Kekuatan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 ( L. 11 ) F. Kekuatan Kunci Pendorong dan Penghambat 1. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci Dalam proses penentuan kekuatan kunci perlu mempertimbangkan sebagai berikut: a. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relatif pendorong dan penghambat yang lebih besar. b. Apabila tingkat kekuatan relatif sama, maka dipilih berdasarkan tingkat keterkaitan yang lebih besar.

33 33 c. Apabila tingkat keterkaitan sama besarnya, maka dipilih berdasarkan tingkat kendali kekuatan pendorong dan kemudahan pemecahan kekuatan penghambat yang lebih besar. d. Apabila tingkat kendali kekuatan pendorong atau kemudahan pemecahan kekuatan penghambat sama besarnya, maka dipilih yang dampaknya lebih besar. e. Apabila juga masih sama, diserahkan pada pertimbangan sendiri untuk memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki (professional judgement). Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemilihan kekuatan kunci dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 13) : No Kekuatan L.5 & l.7 Tabel 13. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2013 (L. 12A) Dampak L.8 & L.6 Kemudahan Pemecahan L.6 Tk. Kendali L.8 Tk. Kekuatan Relatif L.9 Tk. Keterkaitan L.11 Prioritas Kekuatan Kunci 1. D I 2. D VI 3. D IV 4. D V 5. D III 6. D II 1. H VI 2. H I 3. H III 4. H II 5. H IV 6. H V

34 34 2. Kekuatan Kunci Kekuatan kunci pada dasarnya merupakan kekuatan-kekuatan yang besar dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek atau yang mempunyai pengaruh terhadap kemudahan, serta kekuatan pendorong yang ada di bawah kendali. Dengan mempertimbangkan kembali tingkat kekuatan relatif dan keterkaitan, maka dapat ditentukan Kekuatan Kunci (L. 12. B) sebagai berikut (Tabel 14) : Tabel 14. Kekuatan Kunci ( L. 12B ) Kode Kekuatan Pendorong Kode Kekuatan Penghambat D1 Adanya SOP Distribusi Raskin. H2 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal D6 Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin H4 Data keluarga penerima raskin kurang akurat D5 Adanya partisipasi warga masyarakat H3 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal H5 Peran pokmas di dusun kurang optimal.

35 BAB IV STRATEGI DAN RENCANA KEGIATAN TERKOORDINASI A. Ide-Ide Strategis Setelah kekuatan kunci dipilih, langkah berikutnya adalah menentukan strategi dan rencana aksi yang akan dilakukan agar kinerja yang diinginkan dapat tercapai. Strategi merupakan rencana tindakan yang tepat dan dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan pengaruh kekuatan kunci atau keunggulan organisasi agar terarah pada pencapaian kinerja (tujuan) yang telah ditetapkan. Proses penyusunan strategi dilakukan melalui serangkaian pengembangan visi, misi, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, identifikasi peluang dan kekuatan, dan identifikasi kelemahan dan ancaman, serta menganalisanya guna menentukan kekuatan kunci. Strategi kegiatan ini diarahkan untuk dapat mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat yang ada, serta diharapkan pula dapat memacu kekuatan pendorong. Rumusan strategi dibuat dalam bentuk pernyataan positif atau kalimat yang bersifat operasional, spesifik dan terarah pada indikator kinerja yang ingin dicapai / ditingkatkan. Ada 2 (dua) strategi utama yang dapat ditetapkan terhadap kekuatan kunci organisasi yaitu : 1. Strategi optimalisasi atau efektifitas terhadap kekuatan kunci pendorong yang diandalkan / diunggulkan. 2. Strategi perubahan atau perbaikan atau eliminasi terhadap kekuatan kunci penghambat. 35

36 36 Adapun ide-ide strategis pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul dalam rangka meningkatkan kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 15) : Tabel 15. Ide-Ide Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul ( L. 13 ) No Kode Kekuatan Pendorong dan Penghambat Kunci 1. D1 Adanya SOP Distribusi Raskin Strategi Tingkatkan pelaksanaan distribusi raskin sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan 2. D6 Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin 3. D5 Adanya partisipasi warga masyarakat 4. H2 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal 5. H4 Data keluarga penerima raskin kurang akurat 6. H3 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal 7. H5 Peran pokmas di dusun kurang optimal Tingkatkan kinerja tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin melalui monitoring dan evaluasi secara periodik Manfaatkan partisipasi warga masyarakat untuk meningkatkan pengawasan distribusi raskin melalui penyediaan layanan pengaduan Tingkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penjadwalan distribusi raskin, pelaporan dan pembayaran tepat waktu Tingkatkan akurasi data keluarga penerima raskin melalui Musyawarah Desa (MUSDES) Tingkatkan sosialisasi tentang pelaksanaan distribusi raskin kepada masyarakat Tingkatkan peran pokmas dalam pelaksanaan distribusi raskin melalui pendampingan

37 37 No B. Rencana Kegiatan Terkoordinasi Setelah strategi dan kegiatan-kegiatan diiventarisasi dalam satu format maka langkah selanjutnya menentukan siapa atau unit mana yang akan melaksanakan kegiatan tersebut dan siapa yang akan bertanggung jawab serta menentukan jadwal waktunya. Untuk Rencana Kegiatan Terkoordinasi (L.14) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 16) : Ko de Tabel 16. Rencana Kegiatan Terkoordinasi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tahun 2014 ( L. 14 ) Kekuatan Kunci Pendorong & Penghambat Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) D1 Adanya SOP Distribusi Raskin Kabid Kesejahteraan Sosial Jan Tingkatkan pelaksanaan distribusi raskin sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan a. Mensosialisasi kan SOP distribusi raskin kepada tim pelaksana dan pokmas tingkat dusun b. Melaksanakan pengendalian penerapan SOP distribusi raskin secara rutin Kabid Kesejahteraan Sosial Jan - des 2. D6 Adanya tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin Tingkatkan kinerja tim pelaksana dan pokmas distribusi raskin melalui monitoring dan evaluasi secara periodik a. Melaksanakan monitoring dan evaluasi distribusi raskin secara periodik b. Melaksanakan pembinaan bagi tim pelaksana dan pokmas dalam distribusi raskin Kabid Kesejahteraan Sosial Kabid Kesejahteraan Sosial Jan des Jan - des

38 38 No Ko de Kekuatan Kunci Pendorong & Penghambat Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) D5 Adanya partisipasi warga masyarakat Kabid Kesejahteraan Sosial Jan Manfaatkan partisipasi warga masyarakat untuk meningkatkan pengawasan distribusi raskin melalui penyediaan layanan pengaduan a. Menyediakan layanan pengaduan distribusi raskin melalui surat, sms dan telepon b. Menyusun rencana tindak lanjut setiap pengaduan dari masyarakat Kabid Kesejahteraan Sosial Setiap ada aduan 4. H2 Penjadwalan distribusi raskin kurang maksimal Tingkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penjadwalan distribusi raskin, pelaporan dan pembayaran tepat waktu a. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam penjadwalan distribusi raskin b. Mensosialisasi kan batas waktu pelaporan pelaksanaan distribusi raskin Kabid Kesejahteraan Sosial Kabid Kesejahteraan Sosial Setiap 3 bulan Jan c. Memberikan teguran terhadap keterlambatan pembayaran raskin oleh pemerintah dusun/desa Kepala dinas Jan - des 5. H4 Data keluarga penerima raskin kurang akurat Tingkatkan akurasi data keluarga penerima raskin melalui Musyawarah Desa (MUSDES) a. Memfasilitasi pelaksanaan MUSDES penentuan RTS- PM raskin b. Mengupdate data keluarga penerima raskin sesuai berita acara MUSDES Kabid Kesejahteraan Sosial Kabid Kesejahteraan Sosial Setiap 3 bulan Setiap 3 bulan

39 39 No Ko de Kekuatan Kunci Pendorong & Penghambat Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) H3 Sosialisasi distribusi raskin belum maksimal a. Menyusun jadwal sosialisasi program raskin kepada Kasi Bansos Mar masyarakat 7. H5 Peran pokmas di dusun kurang optimal Tingkatkan sosialisasi tentang pelaksanaan distribusi raskin kepada masyarakat Tingkatkan peran pokmas dalam pelaksanaan distribusi raskin melalui pendampingan b. Melaksanakan sosialisasi distribusi raskin kepada masyarakat a. Mendata pokmas tingkat dusun dalam distribusi raskin b. Melaksanakan pendampingan pokmas tingkat dusun dalam distribusi raskin Kasi Bansos Kasi Bansos Kasi Bansos Mar Feb Feb - Mar

40 BAB V PENGATURAN UNTUK PELAKSANAAN A. Pembentukan Tim Kerja dan Perumusan Peranannya Agar rencana kerja peningkatan kinerja tim pelaksana dan Pokmas distribusi raskin tingkat dusun oleh Bidang Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bantul dapat berjalan dengan lancar dan sukses, maka perlu dibentuk tim kerja yang akan melibatkan Bidang Kesejahteraan Sosial pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul dan seluruh unit kerja terkait lainnya yang diharapkan akan dapat mendukung pencapaian tujuan jangka pendek tersebut. Pembentukan tim kerja dibuat secara sederhana namun disusun seefektif mungkin. Pembentukan tim kerja ini terdiri dari : 1. Susunan Tim Kerja 2. Tugas dan Peran Tim Kerja 3. Jadwal Tim Kerja Untuk Susunan Tim Kerja, Tugas dan Peranannya (L. 15) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 17) : No Tabel 17. Susunan Tim Kerja, Tugas dan Peranannya Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul (L. 15) Jabatan dalam Tim 1. Penanggung jawab Jabatan dalam Dinas Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bantul Tugas dan Peranannya a. Memberikan pengarahan dan pembinaan terhadap rencana kerja dan pengoperasian kerja Tim; b. Melaksanakan koordinasi, pengawasan, pengendalian terhadap program kerja; 40

41 41 No Jabatan dalam Tim Jabatan dalam Dinas 2. Ketua Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Tugas dan Peranannya a. Memimpin rapat b. Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program serta pertanggungjawaban; 3. Sekretaris Kasi Bansos a. Mengkoordinasikan kegiatan administrasi; b. Mengkoordinir pengumpulan data dan laporan; c. Mengkoordinir penyiapan bahanbahan pembinaan tim pelaksana dan pokmas tingkat dusun; d. Menyajikan data perencanaan e. Membuat laporan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi program. 4. Anggota 1). Kasi Rehabilitasi Tuna Sosial 2). Kasi Bina Sosial 3). Kasubbag Perencanaan 4). Kasubbag Umum a. Melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi atau bidang tugas masing-masing; b. Menyiapkan bahan perencanaan; c. Menyampaikan laporan pelaksanaan; d. Mengusulkan langkah-langkah peningkatan kinerja Tim pelaksana dan pokmas tingkat dusun; 5. Staf Sekretariat Staf Bidang Kesejahteraan Sosial a. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan kegiatan; b. Membuat notulensi rapat; c. Menyiapkan dokumentasi kegiatan; d. Menyiapkan penjilidan dan pencetakan naskah beserta pendistribusiannya; e. Melaksanakan administrasi pertanggungjawaban keuangan. Jadwal waktu tim kerja selama dua belas bulan mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2014 dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal/rencana yang sudah ditentukan. Untuk lebih jelasnya mengenai

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA SDM DALAM PEMBINAAN PELAKU SARANA DISTRIBUSI ALKES PADA BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA OLEH :

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PADA BAGIAN TATA USAHA PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION JAWA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA APARATUR DALAM PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH PADA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN OLEH : PESERTA No. 33 / Diklatpim III

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS MISKIN KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 30 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN KECAMATAN WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5.A 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05.A TAHUN 2016ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH/MISKIN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI TRANSPORT DISTRIBUSI PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 174 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR Menimbang : a Mengingat TAHUN 2008 NOMOR 31 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 03.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 03.A TAHUN 2015ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS MISKIN KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN KANTOR KETAHANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA SUBSIDI HARGA TEBUS BERAS MISKIN KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R f T A H U N T E N T A N G P E T U N J U K T E K N I S P R O G R A M S U B S I D I B E R A S B A

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/61/KEP/429.011/2016 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang Mengingat BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan Pemerintahan yang baik (Good Governance) yang merupakan tuntutan masyarakat, mengharuskan pemerintah menyelenggarakan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA SKPD) OLEH SUBBAGIAN PERENCANAAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN SUMBER DAYA PERANGKAT DESA OLEH SEKSI TATA PEMERINTAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL OLEH : PESERTA NO : 13/DIKLAT PIM IV/VIII/2013

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA 1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2008 DI KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

1/11 PENDISTRIBUSIAN BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN VERIKASI DATA WARGA MISKIN DI KELURAHAN KEMBARAN KULON KECAMATAN PURBALINGGA

1/11 PENDISTRIBUSIAN BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN VERIKASI DATA WARGA MISKIN DI KELURAHAN KEMBARAN KULON KECAMATAN PURBALINGGA 1/11 PENDISTRIBUSIAN BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN VERIKASI DATA WARGA MISKIN DI KELURAHAN KEMBARAN KULON KECAMATAN PURBALINGGA Nama Diklat : Dikpim IV Angk XCI Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kelurahan

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KAMPUNG KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI 8.1 Mekanisme dan Prosedur Monitoring Berbagai upaya yang dilakukan melalui pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dapat dimaksimalkan bila

Lebih terperinci

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe - 2-3 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 72 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 32

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN GRESIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.130,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2018 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BALAI

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 28 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang membantu Rencana Kerja (RENJA) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Lamandau Tahun 2011.

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang membantu Rencana Kerja (RENJA) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Lamandau Tahun 2011. Rencana Kerja (RENJA) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu 2011 Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Tahun Anggaran 2011 Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG. 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG. 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung 214-218 BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN BUAHBATU KOTA BANDUNG 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung 2.1.1. Struktur Organisasi Kecamatan Buahbatu Kota Bandung Berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP) RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT OLEH SUB BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN KAPASITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 34 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 34 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATAA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2007 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PENANGGULANGAN KEBAKARAN, BENCANA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI LATIHAN KERJA PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI,TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA KELURAHAN DI

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGANN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT ORGANISASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KARANGANYAR BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Menetapkan : TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN SUBANG

Menetapkan : TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : 75 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BAB II RENCANA STRATEGIS GAMBARAN PELAYANAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH A. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri diatur dalam Peraturan daerah Kabupaten Wonogiri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci