BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Metropolitan Mebidang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Metropolitan Mebidang"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Metropolitan Mebidang Kawasan Mebidang (Medan, Binjai dan Deli Serdang) saat ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan juga sebagai pintu gerbang keluar masuknya barang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, penyediaan fasilitas pendidikan tentunya lebih baik dibanding di daerah luar kawasan metropolitan. Secara resmi kawasan Mebidang telah ditetapkan oleh Gubenur Propinsi Sumatera Utara sebagai Mebidang Metropolitan Area (MMA) pada tahun Wilayah Mebidang terdiri dari 40 kecamatan yang meliputi 21 kecamatan di Kota Medan, 5 kecamatan di Kota Binjai dan 14 kecamatan (dari 33 kecamatan) di Kabupaten Deli Serdang. Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Mebidang Kabupaten/Kota Medan Binjai Deli Serdang Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan. Binjai Selatan,Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat Hamparan Perak, Labuhan Deli, Sunggal, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Pagar Merbau, Beringin, Pantai Labu, Patumbak, Deli Tua, Namo Rambe, dan Pancur Batu Sumber: Kawasan Metropolitan Indonesia

2 Menggunakan definisi Mebidang, daerah asal bersekolah dikelompoan menjadi dua yaitu dalam daerah dan luar daerah. Dalam daerah merupakan asal daerah mahasiswa bersekolah SMA atau sederajat yang berada pada kawasan Mebidang. Luar Daerah merupakan asal daerah mahasiswa bersekolah SMA atau sederajat yang berada pada kawasan di luar Mebidang. Konsep Mebidang penulis gunakan sebagai perbandingan potensi mahasiswa yang bersekolah SMA atau sederajat. Mebidang dipilih sebagai dasar pengelompoan karena kawasan metropolitan memberikan gambaran kemajuan kota di dalam kawasan tersebut di berbagai bidang. 2.2 Skala Pengukuran Kesesuaian antara macam data dengan metode analisis statistiknya didasarkan pada skala pengukuran datanya. Ada empat macam skala pengukuran yaitu: 1. Skala nominal Angka yang berfungsi hanya untuk membedakan, merupakan identitas/lambang/simbol, urutan tidak berlaku, operasi matematika juga tidak berlaku, misalnya jenis kelamin. 2. Skala ordinal Angka yang berfungsi sebagai nominal dan juga menunjuan urutan, misalnya tingkat kualitas. 3. Skala interval Angka yang selain berfungsi sebagai nominal dan ordinal juga menunjuan jarak yang sama, titik nol letaknya sembarang dan dipergunakan untuk rating misalnya kenaikan suhu. 4. Skala rasio Angka yang berfungsi sebagai nominal, ordinal dan interval. Skala rasio memiliki titik nol yang tidak sembarang misalnya tinggi badan. Skala pengukuran variabel, menggambarkan pemahaman terhadap data yang dimiliki. Skala pengukuran variabel dibagi menjadi katagorik (nominal,ordinal) dan numerik (rasio,interval)

3 2.3 Klasifikasi Data Data merupakan kumpulan angka atau huruf hasil dari penelitian terhadap sifat/karakteristik yang diteliti. Menurut Sudjana (2005) data menurut sumbernya terbagi dua jenis yaitu: a. Data intern adalah data yang diambil/diperoleh dari dalam suatu badan usaha atau dirinya sendiri, misalnya data hasil penjualan pegawai perusahaan A. b. Data ekstern adalah data yang diperoleh di luar suatu badan atau dirinya sendiri, misalnya data hasil penjualan perusahaan A digunakan perusahaan B maka perusahaan B menggunakan data ekstern. Data ekstern dibagi menjadi dua yaitu ekstern primer (data primer) dan data ekstern sekunder (data sekunder). Jika data itu diperoleh/dikumpulkan dan diolah oleh badan yang sama atau dirinya sendiri maka disebut data primer misalnya data hasil wawancara. Jika data yang diperoleh dari badan atau instansi lain disebut data sekunder misalnya data BPS. Menurut Sudjana (2005) berdasarkan bentuk/jenis data dibagi menjadi dua jenis yaitu: a. Data yang berbentuk bilangan disebut data kuantitatif atau numerik. Menurut nilainya, dikenal dua golongan data kuantitatif ialah: 1. Data dengan variabel diskrit (data diskrit) merupakan data hasil menghitung dan mebilang misalnya Kabupaten B sudah membangun 85 gedung sekolah. 2. Data dengan variabel kontinu (data kontinu) merupakan data hasil pengukuran misalnya tinggi badan seseorang 155 cm. b. Data yang berbentuk bukan bilangan disebut data kualitatif atau data katagorik, misalnya katagori mahasiswa berprestasi dan tidak berprestasi. Data katagorik merupakan data dimana variabel-variabelnya dapat dikelompoan menjadi beberapa kelompok atau katagori seperti jenis kelamin, agama yang dianut atau ras kulit dari responden. Menurut Bayo lawal (2003) data

4 katagorik muncul setiap kali variabel diukur pada skala yang hanya mengklasifikasikan responden ke dalam sejumlah kelompok. Dengan demikian, data katagorik dari hasil suatu pengamatan mengandung variabel-variabel yang berkatagorik. Dalam analisis statistik seringkali data numerik dirubah ke dalam data katagorik dengan cara dilakukan pengelompokan/pengklasifikasian. 2.4 Variabel (Peubah) Isi data pada umumnya bervariasi sehingga muncul istilah variabel. Oleh karena itu, variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Menurut Saefuddin, d (2009) variabel (peubah) menurut sifatnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. Variabel (peubah) kuantitatif adalah peubah yang sifatnya kontinu dan hasil pengukuran merupakan nilai pendekatan yang tergantung kepada ketelitian alat ukur yang digunakan. Nilai sebenarnya dari peubah tersebut sulit dinyatakan oleh nilai tunggal tertentu tetapi dalam bentuk selang nilai. Misalnya tinggi badan seseorang 160 cm. 2. Variabel (peubah) kualitatif adalah peubah yang nilai-nilainya ditetapkan menurut katagori tertentu dinamakan variabel (peubah) katagorik. Variabel (peubah) katagorik sifatnya terputus atau diskrit. Atribut pengamatan dalam hal ini dikelaskan kedalam katagori-katagori tertentu yang tidak saling tumpang tindih. Misalnya jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki. Variabel kuantitatif dikenal sebagai variabel numerik sedangkan variabel kualitatif dikenal sebagai variabel katagorik. Variabel katagorik pada umumnya berisi variabel yang berskala nominal dan ordinal. Menurut Bayo lawal (2003) ada dua jenis variabel katagorik yaitu variabel nominal dan ordinal. Variabel nominal adalah sekumpulan katagori yang saling lepas dan tidak memiliki urutan. Variabel ordinal adalah sekumpulan kategori yang memiliki urutan. Variabel numerik berisi variabel yang berskala interval dan rasio.

5 2.5 Distribusi Poisson Menurut Saefuddin, d (2009) apabilla rataan banyaknya sukses dalam selang pengamatan tersebut diketahui sebesar μμ, maka distribusi poisson yang menyatakan peluang diperolehnya sukses sebanyak xx pada selang tertentu adalah: pp(xx; μμ) = ee μμ μμ xx, xx = 0,1,2,, ; ee = 2,71828 (2.1) xx! Keterangan: μμ = rataan banyaknya sukses xx = banyaknya kejadian sukses ee = eksponensial Menurut Sudjana (2005) distribusi Poisson sering digunakan untuk menetukan peluang sebuah peristiwa yang dalam area kesempatan tertentu diharapkan terjadinya sangat jarang. Distribusi Poisson dapat dianggap sebagai pendekatan terhadap distribusi Binomial. Jika dalam hal distribusi binom, jumlah observasi nn cukup besar sedangkan peluang terjadinya peristiwa AA adalah pp sangat dekat kepada nol sedemikian sehingga λλ = nn. pp tetap, maka distribusi Binomial sangat baik didekati oleh distribusi Poisson. Pendekatan ini sering dilakukan jika nn 50 sedangkan nn. pp < 5 atau pp < 0,1 2.6 Model Pengambilan Sampel Menurut Stephen E. Fienberg (2007) dalam membentuk suatu tabel kontingensi harus berdasarkan cara pengambilan sampel untuk tiap sel yang terkandung. Sebagai asumsi distribusi frekuensi pengamatan dalam tiap sel tabel kontingensi maka digunakan suatu model pengambilan sampel. Ada tiga jenis model pengambilan sampel yang sering digunakan pada data klasifikasi silang yaitu:

6 1. Poisson: Kumpulan observasi mengikuti proses poisson, tiap sel pada klasifikasi silang diamati pada suatu interval waktu tertentu. Pengamatan sampel yang dilakukan untuk setiap sel dalam tabel ini tanpa diketahui lebih dulu banyaknya jumlah observasi yang akan diambil. 2. Multinomial: Jumlah sampel sebanyak nn telah ditentukan, kemudian setiap individu sampelnya diklasifikasikan ke dalam sel tabel kontingensi yang bersesuaian. 3. Product Multinomial: Setiap katagori pada variabel baris mengikuti pengambilan sampel multinomial dengan ukuran sampel xx ii+ dan klasifikasi setiap anggota pada sampel menurut katagori variabel kolom (peran baris dan kolom bertukar tempat). Pada penulisan skripsi ini data yang ada diperoleh melalui pengambilan sampel dengan model multinomial. 2.7 Tabel Kontingensi Menurut Razia Azen dan Cindy M. Walker (2011) ketika subyek atau objek diklasifikasikan secara simultan oleh dua atau lebih atribut, hasil pada klasifikasi silang dapat disusun dengan baik sebagai tabel hitung yang disebut tabel kontingensi. Tabel kontingensi digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel katagorik. Penggunaan tabel kontingensi yang akan dibahas pada penelitian ini penulis kelompoan menjadi dua yaitu tabel kontingensi dua dimensi dan tabel kontingensi tiga dimensi. 1. Tabel Kontingensi Dua Dimensi Menurut G. Tutz (2012), nilai sel nn iiii adalah nilai observasi dengan sel(ii, ) dengan nn AA = ii, nn BB =. Tabel kontingensi dua dimensi merupakan klasifikasi antar variabel 1 misal variabel observasi A yaitu nn AA sebagai baris dengan tingkat ii = 1,2,, II dan variabel 2 misal variabel observasi B yaitu

7 nn BB sebagai kolom dengan tingkat = 1,2,, JJ. Penyajian dalam daftar baris dan kolom tersebut biasa dikenal dengan tabel kontingensi dua dimensi. Jika data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi menurut variabel katagorik AA dan BB yang mempunyai dua baris dan dua kolom disebut tabel kontingensi 2 2. Data yang disusun dalam tabel katagorik II JJ sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel Kontingensi II JJ 1 2 JJ 1 nn 11 nn 12 nn 1JJ nn 1+ nn AA 2 nn 21 II nn II1 nn IIII nn II+ nn +1 nn +JJ Sumber: G. Tutz (2012) nn BB Keterangan: JJ nn +ii = =1 nn iiii, nn + = II ii=1 nn iiii nn +ii = jumlah marginal pada variabel baris nn + = jumlah marginal pada variabel kolom Subskrip + menyatakan penjumlahan pada indeks tersebut. 2. Tabel Kontingensi Tiga Dimensi Menurut G Tutz (2012), nilai sel nn iiiiii adalah nilai observasi dengan sel (ii,, ) dengan nn AA = ii, nn BB =, nn CC =. Tabel kontingensi tiga dimensi merupakan klasifikasi antar variabel 1 misal variabel observasi A yaitu nn AA sebagai baris dengan tingkat ii = 1,2,, II dan variabel 2 misal variabel observasi B yaitu nn BB sebagai kolom dengan tingkat = 1,2,, JJ dan variabel 3 misal variabel observasi C yaitu nn CC sebagai layer dengan tingkat = 1,2,, KK maka data tersebut dapat disusun dalam tabel kontingensi I J K sebagai berikut:

8 Tabel 2.3 Tabel Kontingensi II JJ KK nn CC nn AA nn BB 1 2 KK Jumlah 1 1 nn 111 nn 112 nn 11KK nn nn 121 nn 122 J nn 1JJ1 nn 1JJJJ nn 1JJ nn 211 nn 212 nn 21KK nn nn 221 nn 222 JJ nn 2JJ1 nn 2JJJJ nn 2JJJJ nn 2JJ + II 1 nn II11 nn II12 nn II1KK nn II1+ 2 nn II21 nn II22 JJ nn IIII1 nn IIIIII nn IIII + Sumber: G Tutz (2012) di mana JJ KK nn ii++ = nn iiiiii =1 =1 II KK nn + + = nn iiiiii ii=1 =1 II JJ nn ++ = nn iiiiii ii=1 =1 Keterangan: nn ii++ = jumlah marginal pada variabel baris nn + + = jumlah marginal pada variabel kolom nn ++ = jumlah marginal pada variabel layer Subskrip + menyatakan penjumlahan pada indeks tersebut.

9 2.8 Model Loglinier Menurut Razia Azen dan Cindy M. Walker (2011) model loglinier digunakan untuk memodelkan jumlah sel pada tabel kontingensi. Tujuan yang ingin dicapai pada model loglinier adalah mengestimasi parameter yang menjelaskan hubungan antar variabel kategori. Tidak adanya perbedaan antara variabel penjelas dengan variabel respon, sehingga model loglinier hanya dapat menggambarkan struktur interaksi antar variabelnya. Analisis log linier merupakan perluasan dari tabel kontingensi dua dimensi di mana hubungan bersyarat di antara dua atau lebih variabel kategori diskrit dianalisis dengan mengambil logaritma natural dari frekuensi sel pada tabel kontingensi. Model loglinier yang akan dibahas adalah model loglinier dua dimensi dan model loglinier tiga dimensi. 1. Model Loglinier Pada Tabel Kontingensi Dua Dimensi a. Model Loglinier Independen Andaikan probabilitas sel pada tabel kontingensi dua dimensi adalah ππ iiii dengan jumlah observasi nn dan nilai harapan mm iiii = nn. ππ iiii. Berdasarkan sifat independen maka mm iiii = nn. ππ ii+. ππ + dimana ππ ii+ adalah probabilitas dari variabel baris AA dan ππ + adalah probabilitas dari variabel kolom BB. Ketika praktek, ππ iiii tidak diketahui yang diamati adalah nn iiii, sehingga probabilitas harus ditaksir untuk mencari frekuensi harapan. Besarnya probabilitas dapat dihitung dengan ππ ii+ = nn ii+ nn estimasi nilai harapannya sebagai berikut: mm iiii = nn. ππ ii+. ππ + = (nn ii+)(nn + ) nn Keterangan : mm iiiiii = nilai harapan, ππ + = nn + nn, sehingga (2.2) JJ nn ii+ = =1 nn iiii = jumlah marginal pada variabel baris ke ii nn + = II ii=1 nn iiii nn = nn ++ = nn iiii = jumlah marginal pada variabel kolom ke II ii=1 JJ =1 = jumlah seluruh nilai observasi ke iiii

10 Setelah terbentuk tabel kontingensi dua dimensi, model loglinier akan menggambarkan pola hubungan antar variabel katagorik. Model independen logliniernya berdasarkan peluang yaitu: ll iiii = μμ + λλ AA BB ii + λλ (2.3) Keterangan: ii = 1,2,, II dan = 1,2,, JJ ll iiii = ln mm iiii = logaritma natural dari frekuensi harapan sel ke iiii μμ = parameter rataan umum λλ AA ii = parameter pengaruh utama variabel pertama (AA) pada katagori ke ii λλ BB = parameter pengaruh utama variabel kedua (BB) pada katagori ke b. Model Loglinier Lengkap Frekuensi harapan pada model loglinier lengkap sama dengan nilai observasinya mm iiii = nn iiii. Model umum disebut juga model saturated. Model lengkap pada dua dimensi sebagai berikut: ll iiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB AAAA + λλ iiii (2.4) Keterangan: ii = 1,2,, II dan = 1,2,, JJ ll iiii = ln mm iiii = logaritma natural dari frekuensi harapan sel ke iiii μμ = parameter rataan umum AA λλ ii = parameter pengaruh utama variabel pertama (AA) pada katagori ke ii BB λλ = parameter pengaruh utama variabel kedua (BB) pada katagori ke λλ AAAA iiii = parameter pengaruh interaksi variabel pertama (AA) katagori ke ii dengan variabel kedua (BB) katagori ke 2. Model Loglinier Pada Tabel Kontingensi Tiga Dimensi Model loglinier tiga dimensi merupakan pengembangan model loglinier dua dimensi. Semakin banyak dimensi pada tabel kontingensi maka semakin

11 banyak model loglinier yang dianalisis. Pada tabel tiga dimensi, model-model loglinier tersebut sebagai berikut: Tabel 2.4 Model-model Loglinier Tiga Dimensi Model a ll iiiiii = μμ + λλ ii AA + λλ BB + λλ CC Interpretasi Variabel saling independen Simbol Model (AA, BB, CC) Tipe Mutually Independent ll iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB +λλ CC + AAAA λλ iiii ll iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA AAAA iiii + λλ iiii ll iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA AAAA iiii + λλ iiii +λλ BBBB ll iiiiii = μμ + λλ ii AA + λλ BB +λλ CC + λλ iiii AAAA + λλ iiii AAAA AAAAAA CC independen terhadap AA dan BB BB dan CC independen dengan syarat AA Setiap dua variabel berhubungan dengan variabel ketiga Ketiga variabel berhubungan (AAAA, CC) (AAAA, AAAA) (AAAA, AAAA, BBBB) (AAAAAA) Jointly Independent Conditionally independent Homogeneous Association General Model +λλ BBBB + λλ iiiiii a Formula untuk model yang tidak tertulis memiliki kemiripan, misalnya untuk (XZ, Y), ll iiiiii = μμ + λλ ii AA + λλ BB +λλ CC + λλ iiii AAAA. Sumber: Agresti (2002) Pada tabel 2.4 model umum loglinier tiga dimensi yaitu: ll iiiiii = μμ + λλ AA BB ii + λλ +λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ AAAA iiii + λλ BBBB AAAAAA + λλ iiiiii (2.5) Keterangan: ii = 1,2,, II ; = 1,2,, JJ dan = 1,2,, KK ll iiiiii = ln mm iiiiii = logaritma natural dari frekuensi harapan sel ke iiiiii μμ λλ ii AA λλ BB = parameter rataan umum = parameter pengaruh utama variabel pertama (AA) pada katagori ke ii = parameter pengaruh utama variabel kedua (BB) pada katagori ke λλ CC = parameter pengaruh utama variabel ketiga (CC) pada katagori ke

12 λλ iiii AAAA = parameter pengaruh interaksi variabel pertama (AA) katagori ke ii dengan variabel kedua (BB) katagori ke λλ iiii AAAA = parameter pengaruh interaksi variabel pertama (AA) katagori ke ii dengan variabel ketiga (CC) katagori ke λλ BBBB = parameter pengaruh interaksi variabel kedua (BB) katagori ke dengan variabel ketiga (CC) katagori ke λλ AAAAAA iiiiii = parameter pengaruh interaksi variabel pertama (AA) katagori ke- ii variabel kedua (BB) katagori ke- dengan variabel ketiga (CC) katagori ke 2.9 Kendala Parameter Menurut Agresti (2002) perbedaan software menggunakan perbedaaan kendala. Menurut Bayo lawal (2003) penggunaan software menggunakan PROC GENMOD pada SPSS sehingga identifikasi kendala yaitu untuk hanya parameter pada katagori terakhir dari setiap variabel dan hubungan interaksinya yang diatur bernilai nol. Ini disebut means model atau μμ-model. Identifikasi kendala penting dilakukan agar tidak overparameterized. Menurut A. W. Vogelesang (1996) Metode yang lain untuk membatasi jumlah parameter pada model adalah ANOVA-model, yang mana jumlah parameter pada setiap pengaruh adalah nol. Pada ANOVA-model, rata-rata umum merupakan intercept sedangkan pada μμ-model rata-rata umum ditambah parameter pada setiap tingkat terakhir variabel merupakan intercept, ini artinya bahwa pengurangan tingkat terakhir pada setiap tingkat variabel. Pada penelitian ini menggunakan kendala μμ-model. Misalkan untuk model dua dimensi pada persamaan (2.4) maka estimasi adalah μμ = ln nn IIII = ll IIII λλ iiaa = ll iiii ll IIII λλ BB = ll IIII ll IIII λλ iiii AAAA = ll iiii ll iiii ll IIII + ll IIII Dengan kendala

13 λλ IIAA = λλ JJBB = 0,0 dan λλ iiii AAAA = λλ IIII AAAA = λλ IIII AAAA = 0,0 Dimana ll iiii = ln nn IIII ; ll iiii = ln nn iiii Menggunakan cara yang sama untuk ll IIII, ll IIII, ll iiii. Jika diketahui nilai harapan, model dapat ditaksir estimasinya dengan yaitu dengan substitusi ll iiii = ln mm iiii dimana ii = 1,2,, II ; = 1,2,, JJ. Model tiga dimensi pada persamaan (2.5) maka estimasi adalah μμ λλ iiaa λλ BB = ln nn IIIIII = ll IIIIII = ll iiiiii ll IIIIII = ll IIIIII ll IIIIII λλ iiii AAAA = ll iiii + ll iiii + ll IIII + + ll IIII + λλ iiii AAAA = ll ii+ ll ii+kk ll II+ + ll II+JJ λλ iiiiii AAAAAA = ll iiiiii ll iiiiii ll IIIIII + ll IIIIII Estimasi yang serupa untuk parameter λλ CC dan λλ BBBB. Dengan kendala λλ IIAA = λλ JJBB = λλ KKCC = 0,0 λλ iiii AAAA = λλ IIII AAAA = λλ BBBB = λλ JJJJ BBBB = λλ iiii AAAA = λλ IIII AAAA = 0,0 λλ iiiiii AAAAAA = λλ iiiiii AAAAAA = λλ IIIIII AAAAAA = 0,0 dimana ll iiiiii = ln nn iiiiii ; ll iiiiii = ln nn iiiiii KK ll iiii + = KK =1 ln nn iiiiii ; ll IIII + = =1 ln nn IIIIII ; ll IIII + = =1 ln nn IIIIII Menggunakan cara yang sama untuk ll iiiiii, ll IIIIII, ll IIII +, ll iiii +, ll ii+, ll ii+kk dimana ii = 1,2,, II ; = 1,2,, JJ. KK 2.10 Prinsip Hirarki Menurut Bayo lawal (2003) model loglinier menggunakan prinsip hierarki yaitu jika order pengaruh yang lebih tinggi ada dalam model maka order terendah juga ada dalam model. Menurut Razia Azen dan Cindy M.Walker (2011) pada tiga

14 variabel, jika ada interaksi dua arah yang masuk ke dalam model maka pengaruh utama pada variabel juga masuk ke dalam model. Misal mengikuti model loglinier secara hirarki jika ada mengandung dua interaksi yaitu satu untuk AA dan BB dan satu untuk AA dan CC, maka juga mengandung pengaruh utama semua tiga variabel: ll iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA AAAA iiii + λλ iiii (2.6) Jika ada salah satu dari pengaruh utama yang tidak masuk ke dalam model maka model tidak hirarki Statistik Cukup Minimal dan Fungsi Likelihood Setelah diperoleh model loglinier yang terbaik, maka selanjutnya melakukan estimasi parameter dari model loglinier tersebut. Estimasi suatu parameter dalam model loglinier berarti menaksir nilai harapan tiap sel pada tabel kontingensi. Misalkan terpilih model (AAAA, BBBB), maka untuk mendapatkan estimasi parameter μμ, λλ AA ii, λλ BB, λλ CC, λλ AAAA AAAA iiii, λλ iiii adalah dengan estimasi nilai mm iiiiii. Metode penaksiran yang digunakan adalah metode maksimum likelihood adalah prosedur untuk menemukan nilai estimasi dari satu atau lebih parameter yang memaksimumkan fungsi likelihood. Sebelum mendapatkan estimasi nilai harapan dari model loglinier dengan metode maksimum likelihood, terlebih dahulu dicari statistik cukup dari model loglinier. Menurut Agresti (2002), sebelum menentukan kecocokan model loglinier, hal pertama yang harus diperoleh adalah statistik cukup minimal. Statistik cukup adalah tabel marginal yang melambangkan model. Menurut Bayo lawal (2003), statistik cukup minimal adalah susunan penjumlahan yang berhubungan dengan pengaruh pada model loglinier. Peluang gabungan poisson pada {nn iiiiii } adalah ee mm nn iiiiii mm iiiiii iiiiii nn iiiiii! ii (2.7) dimana hasil kali menunjuan seluruh sel pada tabel. log likelihood dari mm yaitu:

15 LL(mm) = nn iiiiii ln(mm iiiiii ) mm iiiiii ii ii (2.8) Model umum loglinier tiga dimensi (AAAAAA) pada tabel 2.3, yaitu: ll iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ AAAA iiii + λλ BBBB AAAAAA + λλ iiiiii (2.9) Diketahui ll iiiiii = ln mm iiiiii pada persamaan (2.9), jika persamaan tersebut dirubah menjadi bentuk logaritma maka diperoleh mm iiiiii = exp μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ AAAA iiii + λλ BBBB + λλ AAAAAA iiiiii (2.10) Persamaan (2.10) disubstitusi ke persamaan log likelihood, yaitu: LL(mm) = nn iiiiii ii μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ AAAA iiii + λλ BBBB + λλ AAAAAA iiiiii exp μμ + + λλ AAAAAA iiiiii ii AA LL(mm) = nnμμ + nn ii++ λλ ii + nn + + λλ BB CC AAAA + nn ++ λλ + nn iiii + λλ iiii ii ii + nn ii+ λλ iiii AAAA + ii nn + λλ BBBB + nn iiiiii λλ AAAAAA iiiiii ii exp μμ + + λλ AAAAAA iiiiii. (2.11) ii Notasi λλ merupakan parameter-parameter dalam model yang menjelaskan respon dari masing-masing variabel. Pada persamaan (2.11), {nn ii++ }, {nn + + } dan {nn ++ } merupakan koefisien dari masing-masing parameter dan jika {nn ii++ }, {nn + + } dan {nn ++ } berdiri sendiri tanpa diikuti oleh parameter-parameter maka {nn ii++ }, {nn + + } dan {nn ++ } adalah statistik cukup. Beberapa statistik cukup sesuai model sebagai berikut: Tabel 2.5 Statistik Cukup Minimal pada Model Loglinier

16 Model Statistik Cukup Minimal (AA, BB, CC) {nn ii++ }, {nn + + }, {nn ++ } (AAAA, CC) {nn iiii + }, {nn ++ } (AAAA, BBBB) {nn iiii + }. {nn + } (AAAA, AAAA, BBBB) {nn iiii + }, {nn ii+ }, {nn + } Sumber: Agresti (2002) Menurut Agresti (2002), nilai harapan pada suatu model merupakan penyelesaian menggunakan persamaan likelihood. Derivatif persamaan likelihood terhadap parameter-parameternya masing-masing disama dengankan nol sehingga diperoleh statistik cukup sama dengan nilai harapan. Misalkan untuk model (AAAA, BBBB). Log likehood persamaan (2.10) dengan λλ AAAA iiii = λλ AAAAAA iiiiii = 0. Derivatif persamaan log likelihood 1. Derifatif L(m) terhadap μμ L(m) μμ = nn eeeeee μμ + λλ ii AA + λλ BB + λλ CC + λλ iiii AAAA + λλ BBBB ii Karena ln mm iiiiii = μμ + λλ ii AA + λλ BB + λλ CC + λλ iiii AAAA + λλ BBBB exp μμ + λλ ii AA + λλ BB + λλ CC + λλ iiii AAAA + λλ BBBB = mm iiiiii diperoleh L(m) μμ = nn mm iiiiii ii 0 = nn mm iiiiii nn = mm iiiiii ii ii nn = mm +++ (2.12) 2. Derifatif L(m)terhadap λλ ii AA L(m) = nn ii++ eeeeee μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ BBBB λλ ii AA Karena ln mm iiiiii = μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA BBBB iiii + λλ exp μμ + λλ XX ii + λλ YY + λλ ZZ + λλ XXXX iiii + λλ YYYY = mm iiiiii

17 diperoleh L(m) = nn ii++ mm iiiiii λλ ii AA 0 = nn ii++ mm iiiiii nn ii++ = mm iiiiii nn ii++ = mm ii++ semua ii (2.13) Menggunakan cara yang sama untuk λλ BB. 3. Derifatif L(m)terhadap λλ iiii AAAA L(m) = nn ii+ eeeeee μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ BBBB λλ iiii AAAA Karena ln mm iiiiii = μμ + λλ ii AA + λλ BB + λλ CC + λλ iiii AAAA + λλ BBBB exp μμ + λλ AA ii + λλ BB + λλ CC + λλ AAAA iiii + λλ BBBB = mm iiiiii diperoleh L(m) = nn ii+ mm iiiiii λλ iiii AAAA 0 = nn ii+ mm iiiiii nn ii+ = mm iiiiii nn ii+ = mm ii+ semua ii dan (2.14) Menggunakan cara yang sama untuk λλ BBBB. Berdasarkan model (AAAA, BBBB) tersebut, terlihat nilai harapan mempunyai kesamaan dengan total marginal observasi data AAAA dan BBBB Estimasi Frekuensi Harapan Model Loglinier Tiga Dimensi

18 Menyelesaikan persamaan likelihood pada model (AAAA, BBBB) berdasarkan bentuk peluangnya yaitu: ππ iiiiii = ππ ii+ππ + ππ ++ untuk semua ii, dan (2.15) Bukti: Diketahui ππ(aaaa) = ππ(bb)ππ(aa BB) Jika AA dan BB bebas bersyarat CC berlaku, ππ(aaaaaa) = ππ(cc)ππ(aaaa CC) = ππ(cc)ππ(aa CC)ππ(BB CC) = ππ(cc) ππ(aaaa) ππ(bbbb) ππ(cc) ππ(cc) = ππ(aaaa)ππ(bbbb) ππ(cc) Dengan mengaitkan pada tabel kontingensi II JJ KK diperoleh: ππ iiiiii = ππ ii+ππ + ππ ++ untuk semua ii, dan mm iiiiii nn Nilai harapan multinomial pada nn observasi yaitu mm iiiiii = nn. ππ iiiiii atau ππ iiiiii = dimana mm iiiiii = mm ii+mm +. Persamaan likelihood pada (2.12), (2.13), dan mm ++ (2.14) menspesifikasi bahwa estimasi maksimum likelihood yaitu mm ii+ = nn ii+, mm + = nn + dan mm ++ = nn ++. Oleh karena estimasi maksimum likelihood pada persamaan parameter adalah persamaan yang sama pada estimasi maksimum likelihood pada parameter tersebut, mm iiiiii = mm ii+mm + mm ++ Keterangan : mm iiiiii = frekuensi harapan JJ = nn ii+. nn + nn ++ (2.16) nn ii+ = =1 nn iiiiii = jumlah marginal pada variabel baris ke ii dan layer ke nn + = nn ++ = II ii=1 nn iiiiii KK =1 nn iiiiii nn = nn +++ = nn iiiiii = jumlah marginal pada variabel kolom ke dan layer ke = jumlah marginal pada variabel layer ke II ii=1 JJ =1 KK =1 = jumlah seluruh nilai observasi ke iiiiii

19 Nilai estimasi harapan disesuaikan dengan model masing-masing Uji Kebaikan Khi Kuadrat (Chi Squared Goodness of Fit Tests) Menurut Saefuddin, d (2013) distribusi khi kuadrat digunakan sebagai uji kebaikan pengepasan (goodness of fit test). Statistik uji ini bertujuan menghitung jumlah kuadrat selisih antara nilai harapan dengan nilai observasi. Menurut S. Michael agar pengujian hipotesis dengan chi-kuadrat dapat digunakan dengan baik, maka hendaknya memenuhi asumsi sebagai berikut: 1. Random sampling tidak diperlukan, asalkan sampel tidak bias. Namun, yang terbaik cara untuk memastikan sampel tidak bias adalah pilihan acak. 2. Pengamatan bersifat independen. Asumsi penting untuk chi square adalah pengamatan yang independen. 3. Mutually exclusive baris dan kolom pada variabel katagorik yang termasuk dalam pengamatan. 4. Uji chi square tidak dapat dilakukan ketika katagori tumpang tindih atau tidak termasuk pada pengamatan. 5. Nilai harapan yang besar. Uji chi square untuk perkiraan yang terbaik ketika nilai harapan cukup besar dengan syarat tidak ada nilai harapan yang kurang dari 1 dan tidak lebih dari 20% dari nilai yang diharapkan kurang dari 5. Jika ditemukan data demikian maka dilakukan penggabungan katagori. Pada pengujian chi square dengan banyak katagori, bila terdapat lebih dari satu nilai harapan kurang dari 5 maka nilai-nilai harapan tersebut dapat digabungkan dengan konsekuensi jumlah kategori akan berkurang dan informasi yang diperoleh juga berkurang. Jika nilai observasi nn iiiiii dan nilai harapan mm iiiiii, statistik uji pearson chi square χχ 2 untuk tabel kontingensi tiga dimensi yaitu: II JJ KK χχ 2 = (nn iiiiii mm iiiiii ) 2 ii=1 =1 =1 mm iiiiii (2.17)

20 Statistika alternatif untuk menguji kebaikan pengepasan adalah uji likelihood ratio square GG 2 yaitu: II JJ KK GG 2 = 2 nn iiiiii llll nn iiiiii mm iiiiii ii=1 =1 =1 (2.18) Jika χχ hiiiiiiiiii > χχ αα;dddd atau GG hiiiiiiiiii > χχ αα;dddd maka tolak HH 0. HH 0 adalah hipotesis nol model yang ingin diuji. Taraf signifikansi (αα ) yang digunakan αα = 0,05. Nilai harapan dan derajat bebas disesuaikan dengan model yang diuji. Derajat bebas adalah banyaknya sel dalam tabel kontingensi dikurangi banyaknya parameter yang ditaksir dalam model. Tabel 2.6 Derajat Kebebasan Model Derajat Kebebasan (AA, BB, CC) IIIIII II JJ KK + 2 (AAAA, CC) (KK 1)(IIII 1) (AAAA, BB) (JJ 1)(IIII 1) (BBBB, AA) (II 1)(JJJJ 1) (AAAA, BBBB) JJ(II 1)(KK 1) (AAAA, BBBB) KK(II 1)(JJ 1) (AAAA, AAAA) II(JJ 1)(KK 1) (AAAA, AAAA, BBBB) (II 1)(JJ 1)(KK 1) (AAAAAA) 0 Sumber: Agresti (2002) Menurut Agresti (2002), nilai χχ 2 atau GG 2 yang besar menunjuan kesesuian yang rendah antara frekuensi pengamatan dengan frekuensi harapan atau model diuji kurang sesuai, dan sebaliknya. Menurut Saefuddin, d (2009) nilai χχ 2 atau GG 2 yang kecil menunjuan kesesuaian yang tinggi antara nilai observasi dengan nilai harapan, dan semakin besar nilai χχ 2 atau GG 2 menunjuan ketaksesuaian antara nilai observasi dengan nilai pengamatan yang berarti tertolaknya HH 0.

21 2.14 Uji Independensi Uji independensi adalah uji untuk melihat ada tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel katagorik suatu hasil observasi. Pada tabel tiga dimensi dengan peluang gabungan ππ iiiiii pada tiga variabel respon, hipotesis nol statistik independen adalah HH 0 : ππ iiiiii = ππ ii++ ππ + + ππ ++ untuk semua ii, dan ( tidak ada hubungan antara ketiga variabel) Statistik uji independensi yang digunakan adalah uji pearson chi square χχ 2 dan statistik alternatif yaitu uji likelihood ratio square GG 2. Menurut Kazmier (2005) independensi mengimplikasikan bahwa pengetahuan terhadap katagori yang menjadi dasar penggolongan observasi dalam hal satu variabel tidak ada dampaknya pada probabilitas masuknya variabel yang lain ke dalam salah satu dari beberapa katagori. Ketika tiga variabel terlibat, frekuensi yang diamati dimasuan ke dalam tabel klasifikasi tiga arah yaitu tabel kontingensi tiga dimensi II JJ KK, di mana II mengindikasi jumlah baris, JJ mengindikasi jumlah kolom, dan KK mengindikasi jumlah layer. Jika hipotesis nol tentang independensi ditolak untuk data-data tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa dua variabel tersebut saling terikat atau dependen dan hal ini berarti terdapat hubungan antar keduanya. Berdasarkan hipotesis tentang independensi dari ketiga variabel, nilai yang diharapkan yang terkait dengan setiap sel dalam tabel kontingensi harus proporsional dengan nilai total yang diamati termasuk dalam kolom, baris dan layer yang memuat sel tersebut, yang terkait dengan ukuran sampel total. Andaikan nn ii++ adalah nilai total marginal baris, nn + + adalah nilai total marginal kolom, nn ++ adalah nilai total marginal layer, rumus nilai yang diharapkan adalah: mm iiiiii = (nn ii++) nn + + (nn ++ ) nn 2 (2.19)

22 Uji independensi memiliki nilai yang sama dengan estimasi nilai harapan pada model loglinier mutually independent. Derajat kebebasan uji independen juga sama dengan model loglinier mutually independent IIIIII II JJ KK Uji Asosiasi Parsial Uji asosiasi parsial bertujuan untuk menguji hubungan ketergantungan antara dua variabel dalam setiap level variabel (conditional association). Hubungan ketergantungan beberapa variabel yang merupakan parsial dari suatu model lengkap. Misalkan ingin menguji parameter λλ iiii AAAA = 0 yang artinya menguji model hipotesisnya adalah sebagai berikut: H 0 : variabel satu dan variabel dua independen dalam setiap level variabel tiga (λλ iiii AAAA = 0) H 1 : HH 0 (λλ AAAA iiii 0) Parameter parameter dalam model loglinier akan diuji signifikansinya dengan selisih statistik uji likelihood ratio square (deviance). Pengujian ini memerlukan selisih statistik uji likelihood ratio square (deviance) sebagai berikut: a. Statisik likelihood ratio square berdasarkan model sederhana dinyatakan dengan simbol GG 2 (mm 1 ), dengan derajat bebas dddd 1. b. Statistik likelihood ratio berdasarkan model lengkap dinyatakan dengan simbol GG 2 (mm 0 ), dengan derajat bebas dddd 0. c. Selisih statistik likelihood ratio (deviance): GG 2 [(mm 1 ) (mm 0 )] = GG 2 (mm 1 ) GG 2 (mm 0 ), dengan derajat bebas dddd = dddd 1 dddd 0. d. Jika GG 2 2 (mm 1 mm 0 ) χχ (dddd,αα) maka model mm 1 ditolak. Kemudian analisis untuk model model sederhana yang lain terhadap model lengkapnya. Model yang diterima adalah model terbaik Interpretasi Parameter Model

23 Menurut Agresti (2002) interpretasi parameter model loglinier menggunakan efek order tertinggi. Interpretasi model yang menggunakan efek dua faktor di gambarkan dengan conditional odds ratio. Odds ratio pada tabel parsial sebagai conditional odds ratio. Misalkan untuk setiap tingkat pada variabel ZZ, conditional association antara XX dan YY menggunakan (II 1)(JJ 1) odds ratio, seperti θθ iiii () = ππ iiiiii ππ ii+1, +1, ππ ii, +1, ππ ii+1,,, 1 ii II 1, 1 JJ 1. (2.20) dengan cara yang sama, (II 1)(KK 1) odds ratio {θθ ii( ) } yang menggambarkan conditional association XXXX dan (JJ 1)(KK 1) odds ratio {θθ (ii) } yang menggambarkan conditional association YYYY. Model loglinier biasa menggunakan kendala pada conditional odds ratio, misalkan conditional association antara XX dan YY maka {θθ iiii () = 1, ii = 1,, II 1, = 1,, JJ 1, = 1,, KK}. Parameter dua faktor secara langsung berhubungan terhadap conditional odds ratio, yaitu ln θθ iiii () = llll mm iiiiii mm ii+1, +1, = λλ XXXX XXXX XXXX XXXX mm ii+1, mm iiii + λλ ii+1, +1 λλ ii, +1 λλ ii+1, 1, +1, θθ iiii () = exp λλ XXXX XXXX XXXX iiii + λλ ii+1, +1 λλ ii, +1 λλ XXXX ii+1, (2.21) Karena disisi kanan sama untuk semua adalah sama, dengan tidak adanya faktor ketiga sehingga ekivalen θθ iiii (1) = θθ iiii (2) = = θθ iiii (KK) untuk semua ii dan. Model loglinier menggunakan kendala sehingga jika tabel kontingensi 2 2 maka conditional odds ratio XXXX adalah exp (λλ XXXX 11 ) karena λλ XXXX 22 = λλ XXXX 12 = λλ XXXX 21 = 0. Jika XX dan YY independen pada setiap tabel parsial, maka XX dan YY dikatakan conditionally independent, dengan syarat ZZ. Semua conditional odds ratio antara XX dan YY bernilai 1. Conditionally independent XX dan YY, syarat ZZ, tidak berarti marginal independence XX dan YY. Hal tersebut berarti ketika odds ratio antara XX dan YY bernilai 1 untuk setiap tingkatan dari ZZ, marginal odds ratio mungkin berbeda dari 1.

24 ln θθ iiii () = ln mm iiiiii mm ii+1, +1, mm ii+1, mm 1, +1, ln θθ iiii () = ln mm iiiiii + ln mm ii+1, +1, ln mm ii+1, ln mm 1, +1, = 0 θθ iiii () = exp(0) = 1 (2.22) Bernilai satu juga untuk hubungan conditionally independent lainnya. Menurut Razia Azen dan Cindy M. Walker (2011) misal XX dan YY dikatakan conditionally independent, dengan syarat ZZ, marginal dan partial odds ratio pada XX dan ZZ akan sama dengan marginal dan partial odds ratio pada ZZ dan YY.

MODEL LOG LINEAR UNTUK TABEL KONTINGENSI TAK SEMPURNA BERDIMENSI TIGA

MODEL LOG LINEAR UNTUK TABEL KONTINGENSI TAK SEMPURNA BERDIMENSI TIGA MODEL LOG LINEAR UNTUK TABEL KONTINGENSI TAK SEMPURNA BERDIMENSI TIGA (Studi Kasus Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2008 Menurut Umur, Pendidikan dan Jenis Kelamin) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI WIWIN ARDIYANTI

SKRIPSI WIWIN ARDIYANTI MODEL LOGLINIER TIGA DIMENSI UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN JALUR MASUK, ASAL SEKOLAH DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) PADA MAHASISWA FMIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI WIWIN ARDIYANTI 100803057 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

MODEL LOG LINEAR MULTIVARIAT EMPAT DIMENSI (Studi Kasus : Akses Internet Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta )

MODEL LOG LINEAR MULTIVARIAT EMPAT DIMENSI (Studi Kasus : Akses Internet Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta ) MODEL LOG LINEAR MULTIVARIAT EMPAT DIMENSI (Studi Kasus : Akses Internet Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta ) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keberhasilan itu sendiri adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Pengertian Regresi Linier Pengertian Regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Tes Statistik Non Parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syaratsyaratnya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Tes Statistik Non Parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syaratsyaratnya BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 21 Statistik Non Parametrik Tes Statistik Non Parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syaratsyaratnya mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel

Lebih terperinci

PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL

PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL Jainal, Nur Salam, Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung

Lebih terperinci

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Statistika, Vol. 16 No. 1, 29 39 Mei 2016 Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Annisa Lisa Nurjanah, Nusar Hajarisman, Teti Sofia Yanti Prodi Statistika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang 7 BAB TNAUAN PUSTAA 2.1. Pengertian Lanjut Usia Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat di gunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

Kata Kunci-interaksi, NAPZA, penasun, regresi logistik ordinal.

Kata Kunci-interaksi, NAPZA, penasun, regresi logistik ordinal. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Pengguna Napza Suntik (Penasun) di Yayasan Bina Hati Surabaya Menggunakan Metode Regresi Logistik Ordinal I Dewa Ayu Ratih Weda Iswara, Purhadi, dan Nyoman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di 5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di bahas adalah sebagai berikut: A.

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

Oleh : Silvira Ayu Rosalia ( ) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

Oleh : Silvira Ayu Rosalia ( ) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Analisis Model Log Linier untuk Mengetahui Kecenderungan Perilaku Anak Jalanan Binaan di Surabaya (Kasus Khusus Yayasan Arek Lintang-ALIT) Oleh : Silvira Ayu Rosalia (1309 105

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Partai Politik

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Partai Politik 3 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Agustino (2009) menyebutkan terdapat tiga pendekatan teori yang sering digunakan oleh banyak ahli politik untuk memahami perilaku pemilih diantaranya pendekatan sosiologis,

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Data Data merupakan kumpulan keterangan atau fakta yang diperoleh dari satu populasi atau lebih. Data yang baik, benar dan sesuai dengan model menentukan kualitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB II METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisa data kuantitatif, dalam rangka melihat bagaimana hubungan antara Variabel

Lebih terperinci

Trigustina Simbolon, Gim Tarigan, Partano Siagian

Trigustina Simbolon, Gim Tarigan, Partano Siagian Saintia Matematika Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 223 232. ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) AKTIF DIKOTA MEDAN TAHUN 2012 Trigustina Simbolon, Gim Tarigan,

Lebih terperinci

10 Departemen Statistika FMIPA IPB

10 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK35) 0 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Tabel Kontingensi Struktur peluang tabel kontingensi Perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rancangan Percobaan Percobaan merupakan serangkaian kegiatan di mana setiap tahap dalam rangkaian benar-benar terdefinisikan; dilakukan untuk menemukan jawaban tentang permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode-metode

BAB II METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode-metode BAB II METODE PENELITIAN A..Bentuk Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. / e d i s i M a r e t 2 0 2 379 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dibuat oleh peneliti untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. yang dibuat oleh peneliti untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik maka dibutuhkan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana atau rancangan yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Definisi II.A.: Aljabar (Wahyudin, 989:) Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu,

Lebih terperinci

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik)

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik) UJI CHI SQUAR (Uji data kategorik) A. Pendahuluan Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasinya (belum diketahui sebaran

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU 3.1 Model Regresi Cox Proportional Hazard dengan Variabel Terikat oleh Waktu Model regresi Cox proportional hazard

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Statistik non Parametrik Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran (distribution free) adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan adalah lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan.manajemen merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori dan metode yang digunakan untuk mendukung analisis data. Teori dan metode itu diantaranya adalah rancangan faktorial, analisis regresi dan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi linear ganda mempersoalkan hubungan liniear antara satu peubah tak

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi linear ganda mempersoalkan hubungan liniear antara satu peubah tak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi linier berganda Regresi linear ganda mempersoalkan hubungan liniear antara satu peubah tak bebas dengan beberapa peubah bebas. Peubah tak bebas dapat berupa ukuran atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB LANDASAN TEORI.1 Analisis Regresi Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Variabel penjelas,

Lebih terperinci

Randy Toleka Ririhena, Nur Salam * dan Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat ABSTRACT

Randy Toleka Ririhena, Nur Salam * dan Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat ABSTRACT PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK NILAI RATA-RATA PADA DISTRIBUSI POISSON Randy Toleka Ririhena, Nur Salam * dan Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teori probabilitas dan statistika, distribusi Binomial adalah distribusi probabilitas diskrit jumlah keberhasilan dalam n percobaan ya/tidak(berhasil/gagal)

Lebih terperinci

Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah

Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.2 (2013) 32-37 ISSN 2302 934X Industrial Management Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah Maryana

Lebih terperinci

Gambar 1.1 BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 1.1 BAB II LANDASAN TEORI 9 Gambar 1.1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Probabilitas Dasar Andrei Kolgomorov (193-1987) meletaan landasan matematis teori peobabilitas dan teori acak. Dalam tulisaya, Kolgomorov menggunakan teori probabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Gambaran umum Fakultas MIPA USU Pendirian fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mulai dirintis sejak tahun 1959 melalui berbagai pembahasan dalam sidang pimpinan USU

Lebih terperinci

Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun)

Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun) Jurnal Gradien Vol. 11 No. 1 Januari 2015 : 1054-1060 Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun) Dian Agustina, Joko Purnomo Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

Rangkuman Suku Banyak

Rangkuman Suku Banyak Rangkuman Suku Banyak Oleh: Novi Hartini Pengertian Suku banyak Perhatikan bentuk aljabar dibawah ini i. Suku banyak xx 2 + 4xx + 9 berderajat 2, sebab pangkat tertinggi peubah x adalah 2 ii. Suku banyak

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radang paru paru adalah sebuah penyakit pada paru paru dimana pulmonary alveolus yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi cairan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI. Metode Kuadrat Terkecil Persamaan regresi linier yang biasa didefinisikan dengan menggunakan metode pendugaan parameter Ordinary Least Square (OLS), secara umum dapat dituliskan :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengguanakan data Kajian Dampak Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Kabupaten Kampar, Propinsi Riau, dengan rancangan studi potong

Lebih terperinci

(n n 11 ) (n n +1 n 11 ) ( n. n +1)

(n n 11 ) (n n +1 n 11 ) ( n. n +1) Uji Eksak Fisher Uji independensi untuk table kategorik 2 X 2 ber dasarkan distribusi pendekatan Chi-Kuadrat hanya cocok untuk ukuran sampel besar. Dengan demikian uji independensi tidak cocok untuk sampel-sampel

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus BAB III PEMBAHASAN BAB III PEMBAHASAN Pada Bab III ini akan dibahas tentang prosedur pembentukan model Cox extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus kejadian bersama yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, tujuannya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu dengan pendekatan korelasional sebab-akibat yakni untuk meneliti sejauh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan salah satu model regresi dengan variabel responnya tidak berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian dan Kegunaan Statistika

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian dan Kegunaan Statistika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian dan Kegunaan Statistika Statistik dapat berarti tiga hal. Pertama statistik bisa berarti kumpulan data. Ada buku bernama Buku Statistik Indonesia (Statistical Pocketbook

Lebih terperinci

Saintia Matematika ISSN: Vol. 02, No. 04 (2014), pp

Saintia Matematika ISSN: Vol. 02, No. 04 (2014), pp Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 04 (2014), pp. 313 321. SUATU KAJIAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS PEMBANTU JATI UTOMO BINJAI Nida Elhaq, Pasukat Sembiring, Djakaria Sebayang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. tingkatan eksplanasi, dan waktu (Sugiyono:2008:5).Jenis penelitian ini adalah

BAB II METODE PENELITIAN. tingkatan eksplanasi, dan waktu (Sugiyono:2008:5).Jenis penelitian ini adalah BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian secara umum dikelompokkan menurut bidang, tujuan, tingkatan eksplanasi, dan waktu (Sugiyono:2008:5).Jenis penelitian ini adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama atau kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

CHI SQUARE. Pengantar

CHI SQUARE. Pengantar BAB 1 CHI SQUARE CHI SQUARE Pengantar Dua buah gejala atau lebih pada kenyataannya sebenarnya hanya dapat diperbandingkan atau dihubungkan. Oleh karena itu untuk mengkaji keterkaitan antara dua buah gejala

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistik Non Parametrik Penelitian di bidang ilmu sosial seringkali menjumpai kesulitan untuk memperoleh data kontinu yang menyebar mengikuti distribusi normal. Data penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS KORELASI. Pertemuan 9. Teknik Analisis Korelasi_M. Jainuri, M.Pd 1

TEKNIK ANALISIS KORELASI. Pertemuan 9. Teknik Analisis Korelasi_M. Jainuri, M.Pd 1 TEKNIK ANALISIS KORELASI Pertemuan 9 1 Korelasi merupakan teknik pengukuran asosiasi/hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi adalah teknik dalam statistik bivariat/ multivariat yang digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 51 61. PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi kasus di desa Dolok Mariah Kabupaten Simalungun) Oktani Haloho, Pasukat

Lebih terperinci

5 Departemen Statistika FMIPA IPB

5 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 5 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Uji Khi-Kuadrat Uji Kebebasan Uji Kehomogenen Uji Kebaikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun pada Chandra Departement Store yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk No. 1 Tanjungkarang Bandarlampung.

Lebih terperinci

1. Sekumpulan angka untuk menerangkan sesuatu, baik angka yang belum tersusun maupun angka angka yang sudah tersusun dalam suatu daftar atau grafik.

1. Sekumpulan angka untuk menerangkan sesuatu, baik angka yang belum tersusun maupun angka angka yang sudah tersusun dalam suatu daftar atau grafik. 1. Sekumpulan angka untuk menerangkan sesuatu, baik angka yang belum tersusun maupun angka angka yang sudah tersusun dalam suatu daftar atau grafik. 3. Sekumpulan angka yang menjelaskan sifat-sifat data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA

Lebih terperinci

Penyelesaian : Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. 3 x

Penyelesaian : Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. 3 x Latihan : Tentukan persamaan garis a. Melalui (3, 0) dan (0, 6) b. Melalui (0, 1) dan (4, 0) c. y 3 x 9 3. Hubungan dua buah garis Letak dua buah garis y = m 1 x + c 1 dan y = m 2 x + c 2 dalam satu bidang

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LAMA STUDI, JALUR MASUK DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MENGGUNAKAN MODEL LOG LINIER

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LAMA STUDI, JALUR MASUK DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MENGGUNAKAN MODEL LOG LINIER ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LAMA STUDI, JALUR MASUK DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MENGGUNAKAN MODEL LOG LINIER (Studi Kasus: Lulusan Mahasiswa FSM UNDIP Periode Wisuda Tahun 2012/2013) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Regresi Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Galton melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka data jumlah responden dapat dikategorikan berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Max-Plus Himpunan bilangan riil (R) dengan diberikan opersai max dan plus dengan mengikuti definisi berikut : Definisi II.A.1: Didefinisikan εε dan ee 0, dan untuk himpunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik 1. Uji Klasifikasi Model Uji klasifikasi model dapat menunjukkan kekuatan atau ketepatan prediksi dari model regresi untuk mempredikasi tingkat nilai willingness

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Istilah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 49-58 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS PEMILIHAN MEREK TELEPON SELULER PADA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan.tidak meratanya distribusi pendapatan

Lebih terperinci