10 Departemen Statistika FMIPA IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "10 Departemen Statistika FMIPA IPB"

Transkripsi

1 Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK35) 0 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Tabel Kontingensi Struktur peluang tabel kontingensi Perbandingan proporsi pada tabel kontingensi Odds ratio Review uji kebebasan khi-kuadrat Uji kebebasan untuk data ordinal Uji exact untuk contoh kecil Asosiasi dalam tabel tiga-arah An Introduction to Categorical Data Analysis ( nd Edition) Agresti (007) Jumat 7 Desember Sebagian bahasan mengenai tabel kontingensi sudah dipelajari mulai pertemuan kelima. Pada pertemuan ini, pembahasan tabel kontingensi akan diarahkan pada beberapa sub-pokok bahasan mencakup : struktur peluang, perbandingan proporsi, odds ratio, review uji kebebasan khi-kuadrat, uji kebebasan untuk data ordinal, uji exact untuk contoh kecil serta uji asosiasi dalam tabel tiga-arah. Untuk memulai pembahasan, perhatikan tabel yang merekam frekuensi contoh berdasarkan jenis kelamin dan perolehan IPK (<3.00 dan 3.00) berikut. Jenis Kelamin Kelompok IPK 3.00 <3.00 Total Putra 3 Putri Total Tabel di atas (selanjutnya disebut tabel sebaran IPK) disebut tabel kontingensi, yaitu sebuah tabel yang menampilkan frekuensi (counts) dari peubah respon dalam setiap sel. Tabel kontingensi yang menampilkan dua peubah kategorik sekaligus disebut tabel kontingensi dua-arah. sedangkan tabel kontingensi dengan I baris dan J kolom disebut tabel kontingensi I J, disingkat tabel I J. Tabel di atas adalah tabel. Struktur peluang untuk tabel kontingensi Peluang bersama, marginal dan bersyarat Misalkan sejumlah contoh diambil secara acak dari populasi tertentu dan diklasifikasikan berdasarkan peubah X dan Y. Peluang (X, Y) berada pada baris ke-i dan kolom ke-j adalah ij = P(X=i, Y=j). Maka, peluang { ij } membentuk peluang bersama (joint probability) dari X dan Y, dalam hal ini,. Peluang marginal adalah jumlah peluang i j ij bersama pada baris dan kolom tertentu. Peluang marginal untuk peubah baris dinyatakan dengan { i+ } dan untuk peubah kolom dinyatakan dengan { +j }. Pada banyak tabel kontingensi, satu peubah merupakan respon (Y) dan peubah lainnya adalah penjelas (X). Sebaran peluang Y untuk setiap taraf X disebut sebagai peluang bersyarat atau conditional probabilities.

2 Perhatikan kembali tabel sebaran IPK. Untuk sel (, ) proporsi bersama adalah p = /64 = 0.7. Jika kelompok IPK adalah respon dan jenis kelamin adalah peubah penjelas maka proporsi bersyarat dapat ditentukan sebagai berikut : Untuk putra, proporsi <3.00 adalah /3 = dan proporsi 3.00 adalah /3 = 0.656, sehingga sebaran proporsi bersyarat adalah (0.344, 0.656). Sedangkan untuk putri adalah (0.50, 0.750). Sensitivitas dan Spesifisitas Sensitivitas dan spesifisitas merupakan salah satu alat dalam diagnosa. Awalnya, kedua statistik ini digunakan untuk melakukan diagnosa kesehatan, namun pada perkembangannya juga digunakan dalam diagnosa model-model statistika. Perhatikan tabel berikut : Kondisi sebenarnya (S) Hasil pengujian (T) Positif (+) Negatif (-) Sakit (+) a b Sehat (-) c d Berdasarkan tabel di atas, dapat didefinisikan : Sensitivitas Spesifisitas peluang bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa seseorang positif terjangkit penyakit apabila faktanya orang tersebut memang terjangkit penyakit, atau ditulis : a sen P( T S ) a b peluang bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa seseorang tidak terjangkit penyakit apabila faktanya orang tersebut memang tidak terjangkit penyakit, atau ditulis : d spe P( T S ) c d Idealnya, alat uji atau model statistika mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Akan tetapi, ketika mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, kadangkala kita masih mempunyai beberapa kesalahan yaitu : Salah positif Salah negatif terjadi ketika hasil pengujian menyatakan positif terjangkit penyakit untuk orang yang sebenarnya tidak terjangkit penyakit. c F P( S T ) a c terjadi ketika hasil pengujian menyatakan tidak terjangkit penyakit untuk orang yang sebenarnya terjangkit penyakit. b F P( S T ) b d Dalam statistika, diagnosis model menggunakan sensitivitas dan spesifisitas umumnya digunakan dalam analisis regresi logistik biner. Kebebasan pada tabel kontingensi Dua peubah (X, Y) dalam tabel kontingensi dikatakan saling bebas secara statistika apabila distribusi peluang bersyarat dari Y adalah identik untuk setiap level X. Jika kedua / 9

3 peubah merupakan respon, maka dua peubah dinyatakan saling babas apabila semua peluang bersama sama dengan perkalian dari peluang-peluang marginalnya. Ditulis : ij i j Perbandingan proporsi pada tabel Uji beda proporsi untuk i =,,..., I dan j =,,..., J Misalkan untuk pengamatan pada baris ke-i, i menyatakan peluang sukses dan i menyatakan peluang gagal untuk i=,. Sehingga beda proporsi membandingkan peluang sukses pada dua baris. Untuk data contoh, p p merupakan penduga bagi. Galat baku bagi p p adalah : SE p ( p ) p( p) n n sehingga, untuk contoh berukuran besar selang kepercayaan 00(α)% bagi (disebut selang kepercayaan Wald) adalah : ( p p ) z SE Perhatikan kembali tabel sebaran IPK. Anggaplah bahwa sukses adalah keberhasilan memperoleh IPK IPK 3.00, dan misalkan adalah peluang mahasiswa putra memperoleh IPK 3.00 dan adalah peluang mahasiswa putri memperoleh IPK 3.00, maka hipotesis nol bahwa = : p = /3 = p = 4/3 = p p = (0.344) 0.75(0.5) SE selang kepercayaan 95% bagi adalah (0.4), atau Sehingga hipotesis nol bahwa = diterima pada taraf nyata 5%. Risiko relatif Beda dua proporsi penting digunakan jika nilai kedua proporsi tersebut mendekati nilai 0 atau. Apabilai nilai kedua proporsi berada di tengah-tengah, risiko relatif (relative risk) lebih relevan. Risiko relatif adalah : risiko relatif = Untuk ilustrasi sebelumnya, risiko relatif contoh adalah 0.656/0.750 = / 9

4 Odds ratio Ukuran asosiasi lain yang dapat digunakan untuk tabel adalah odds ratio. Odds ratio biasanya muncul disebagian besar model yang melibatkan data kategorik. Untuk peluang sukses, nilai odds sukses adalah : odds = dengan odds Sebagai contoh, untuk = 0.60 mempunyai odds sukses sebesar 0.60/0.40 =.50. Ketika nilai odds =.50, sukses adalah,5 kali gagal. Ada dengan kata lain kita berharap ada 3 kali sukses untuk kali gagal. Pada tabel, odds sukses untuk baris ke- adalah odds = / ( ) dan untuk baris ke- adalah odds = / ( ). Rasio dua odds tersebut disebut odds ratio (), yang ditulis sebagai : odds / ( ) odds / ( ) Odds ratio merupakan bilangan non-negatif. Jika peubah X dan Y saling bebas, = sehingga odds = odds dan = odds /odds =. Jika kedua peubah dalam tabel merupakan peubah respon, maka odds ratio didefinisikan melalui peluang bersama : / / Untuk tabel sebaran IPK, odds sukses adalah odds = / =.9 untuk putra dan odds =.9 4/8 = 3 untuk putri. Sehingga odds ratio contoh adalah Inferensia odds ratio dan log odds ratio Sebaran penarikan contoh bagi odds ratio sangat tidak simetris (menjulur), karenanya inferensia statistika bagi odds ratio menggunakan log natural dari odds ratio, log. Kebebasan sepadan dengan = atau log = 0. Log odds ratio contoh, log mempunyai sebaran yang menghampiri normal dengan rataan log dan galat baku : SE n n n n Sehingga selang kepercayaan 00(α)% bagi log adalah : log z SE Untuk tabel sebaran IPK, log log(0.637) 0.45, sedangkan galat bakunya adalah : 4 / 9

5 SE ; sehingga selang kepercayaan 95% bagi log yang dapat 8 4 dibentuk adalah (0.305) atau (.0488, 0.468), atau ekuivalen dengan selang bagi : [exp(.0488), exp(0.468)] (0.350,.58) Hubungan odds ratio dengan risiko relatif Hubungan antara odds ratio dengan risiko relatif dituliskan dalam formula : / ( ) odds ratio = p p risiko relatif p p / ( p) p Perhatikan tabel sebaran IPK. Telah dihitung bahwa p = /3 = 0.656, p = 4/3 = dan risiko relatif = 0.875, sehingga : 0.50 odds ratio Uji kebebasan khi-kuadrat Uji khi-kuadrat Pearson dan statistik likelihood-ratio Untuk menguji kebebasan dua peubah dalam tabel I J, statistik uji khi-kuadrat dan likelihood-ratio adalah ( n ) ij ij Khi-kuadrat Pearson : X n ij ij Likelihood-ratio : G nij log Dalam hal ini X dan G mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (I)(J) dan adalah frekuensi harapan, yang dapat dihitung dengan rumus : np p n n n n n n n n i j i j ij i j Tiap sel pada tabel berikut menunjukkan frekuensi teramati (atas) dan frekuensi harapan (bawah) untuk tabel sebaran IPK. Sehingga dapat diperoleh : Jenis Kelamin Kelompok IPK 3.00 <3.00 Total Putra Putri Total (.5) ( 9.5) (4.5) (8 9.5) X ij 5 / 9

6 4 8 G () log () log (4) log (8) log Untuk derajat bebas dan taraf nyata 5% diperoleh nilai tabel khi-kuadrat sebesar Sehingga berdasarkan uji X maupun G jenis kelamin dan IPK saling bebas. Sisaan dalam tabel kontingensi Untuk menguji kebebasan, dapat juga menggunakan sisaan sel pada tabel kontingensi dengan rumus : nij ij eij ( p )( p ) ij j Penyebut pada rumus di atas merupakan galat baku bagi nij ij. Sehingga eij merupakan sisaan terbakukan. Untuk tabel sebaran IPK, pada sel pertama diketahui n,.5, p 3 / dan p j 45 / , sehingga sisaan terbakukan untuk sel ini.5 adalah : e ( 0.5)( 0.69) Uji kebebasan untuk data ordinal Pola linier Ketika peubah (baris dan/atau kolom) yang diuji diukur dalam skala ordinal, uji kebebasan menggunakan uji X dan G, informasi urutan data diabaikan. Sebagai alternatif, dapat digunakan uji asosiasi pola (trend association). Untuk memeriksa adanya asosiasi pola, analisis sederhana memberikan peringkat atau skor kepada kategori dan mengukur derajat pola linier. Statistik uji yang digunakan sensitif terhadap arah pola linier (positif atau negatif) dengan mamanfaatkan korelasi data. Misalkan u u ui adalah adalah skor dan u iui pi adalah rata-rata skor untuk baris, sedangkan v v vj dan v ivi p j untuk kolom. Jumlah i, j ( ui u )( vi v ) pij merupakan kovarian X dan Y. Korelasi antara X dan Y merupakan kovarian dibagi dengan perkalian antara simpangan baku X dan Y, ditulis : r ( u u )( v v ) p i, j i j ij i ( ui u ) p i j ( v j v ) p j Untuk menguji H 0 : kedua peubah saling bebas lawan H : kedua peubah berkorelasi ( 0) digunakan statistik uji : Untuk n besar, M ( n ) r M menyebar khi-kuadrat dengan derajat bebas. 6 / 9

7 IPM Daerah tertinggal Ya Tidak Total 0 IPM < IPM < IPM < Total Pemilihan skor dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan peringkat-tengah (mid-rank). Menggunakan cara ini, pengamatan diberi skors sampai n. Perhatikan tabulasi data profil daerah yang menampilkan frekuensi (n) dan frekuensi harapan ( ) daerah berdasarkan IPM (indeks pembangunan manusia) dan status daerah tertinggal menurut KPDT di atas. Baris pertama, 0 IPM < 60, diberi skor (+3)/ = 7. Baris kedua, 60 IPM < 70, akan mempunyai skor (+3+(3+94))/ = 0.5, sedangkan baris ketiga akan mempunyai skor 30. Coba lanjutkan perhitungan, berapa nilai korelasi antara IPM dan status daerah tertinggal? PROC FREQ memberikan nilai r = dan M = 393 (0.499) = Fisher s exact test untuk contoh kecil pada tabel Selang kepercayaan dan pengujian yang dilakukan sejauh ini digunakan untuk contoh berukuran besar. Semakin besar ukuran contoh, maka X, G dan M akan menghampiri sebaran khi-kuadrat. Akan tetapi, jika ukuran contoh kecil, inferensia menggunakan sebaran exact lebih tepat dibandingkan dengan hampiran contoh-besar. Pada tabel, kebebasan dua peubah ditandai dengan =. Pada tabel ini, untuk jumlah baris dan kolom marginal tertentu, frekuensi pada sel pertama (n ) menentukan frekuensi pada ketiga sel lainnya. Ketika =, peluang untuk nilai n dinyatakan oleh n n n n n P( n) n n yang merupakan peluang hipergeometrik. Pada pengujian H 0 : peubah saling bebas = lawan H : >, p-value merupakan peluang hipergeometri sebelah kanan bahwa n lebih besar atau sama dengan frekuensi teramati. Sebagai contoh, seorang peramal mengaku dapat melihat benda yang diletakkan di dalam kotak tertutup. Untuk membuktikan klaim tersebut, dilakukan percobaan sederhana sebagai berikut : sepuluh bola, lima berwarna hitam dan lima berwarna putih, dimasukkan ke dalam sepuluh kotak sedemikian sehingga satu kotak hanya berisi satu bola. Kotak semuanya ditutup rapat. Selanjutnya, sepuluh kotak tersebut diacak posisinya sehingga tidak diketahui dengan pasti di kotak mana bola warna hitam dan putih tersebut berada. Lalu, peramal diminta untuk menebak warna bola dalam kesepuluhu kotak tersebut, kemudian satu-per-satu kotak dibuka sehingga warna bola dapat diketahui. Hasilnya adalah sebagai berikut : 7 / 9

8 Warna sebenarnya Hasil ramalan Hitam Putih Total Hitam 3 5 Putih 3 5 Total Berdasarkan tabel di atas, ada tiga hasil ramalan yang cocok, sehingga : !/ (3!)(!) 5!/ (!)(3!) P(3) !/ (5!)(5!) 5 Dengan perhitungan yang sama diperoleh P(4) dan P(5) Karenanya, klaim peramal tersebut sangat diragukan (p-value=0.5). Sementara untuk membuktikan klaimnya dengan tingkat kepercayaan 85%, peramal tersebut setidaknya harus mampu menemukan 4 bola hitam dan putih secara benar (p-value=0.03). Tabel berikut meringkas sebaran geometrik untuk percobaan meramal di atas. n Peluang p-value P-value dengan perhitungan seperti ini biasanya bersifat konservatif, dikarenakan tingkat galat yang sebenarnya lebih kecil daripada galat yang ditetapkan. Untuk itu, disarankan menggunakan mid p-value. Untuk kasus peramal di atas, saat n = 3, besarnya mid p-value = P(3)/ + P(4) + P(5) = (0.5/) = Seandainya n = 4, maka mid p-value = (0.03/) = Asosiasi pada tabel tiga arah Sebuah tabel tiga arah menampilkan frekuensi dari tiga peubah, misalnya X, Y dan Z. Sebagai contoh, tabel berikut merupakan tabel kontingensi, terdiri dari dua kolom, dua baris dan dua lapisan, yang merekam frekuensi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin (Z), aktivitas organisasi (X) dan tingkat IPK (Y). Kelompok IPK Jenis Kelamin Organisasi 3.00 <3.00 Total Putra Aktif 5 6 Tidak aktif Putri Aktif Tidak aktif 7 5 Total Misalkan kita ingin mempelajari pengaruh aktivitas organisasi terhadap IPK, maka dengan mengendalikan fakor jenis kelamin. Dengan demikian, tabel di atas akan terdiri dari sebuah tabel parsial antara aktivitas organisasi dan IPK untuk setiap taraf jenis kelamin (putra dan putri). Gabungan dua tabel parsial ini akan membentuk tabel kontingensi dua arah yang disebut sebagai tabel marginal. 8 / 9

9 Odds ratio bersyarat dan marginal Sepertihalnya asosiasi marginal, asosiasi bersyarat dapat dijelaskan dengan odds ratio. Odds ratio pada tabel parsial disebut odds ratio bersyarat. Perhatikan asosiasi bersyarat antara aktivitas organisasi dan IPK. Penduga bagi odds ratio bersyarat untuk tabel parsial pertama mahasiswa putra adalah : XY () (50) / (6) 3.5. Sedangkan untuk mahasiswa putri, penduga bagi odds ratio antara aktivitas organisasi dan IPK adalah XY () (7 5) / (73) Untuk tabel marginal antara aktivitas organisasi dan IPK (jenis kelamin diabaikan), (5 7)(0 5) / (6 7)( 3).364 diperoleh odds ratio marginal : Kebebasan bersyarat vs. Kebebasan marginal XY Jika X dan Y saling bebas untuk setiap tabel parsial, maka dapat dikatakan bahwa X dan Y bebas bersyarat untuk Z tertentu. Selanjutnya, semua odds ratio bersyarat antara X dan Y akan bernilai untuk setiap taraf Z. meskipun demikian, odds ratio marginal mungkin tidak sama dengan. Kehomogenan asosiasi Misalkan Z terdiri dari k taraf serta X dan Y merupakan peubah biner. Peubah X dan Y dikatakan memiliki asosiasi yang homogen apabila : XY () XY () XY ( k ) Note : Materi dikutip dari Agresti (007). Apabila ada materi yang belum dibahas dapat dilihat langsung pada halaman 54 CUIWW (Correct Us If We re Wrong) Prepared by : Nur Andi Setiabudi, S. Stat Edited by : Didin Saepudin 9 / 9

8 Departemen Statistika FMIPA IPB

8 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 8 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Korelasi Peringkat (Rank Correlation) Bag. Koefisien korelasi

Lebih terperinci

5 Departemen Statistika FMIPA IPB

5 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 5 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Uji Khi-Kuadrat Uji Kebebasan Uji Kehomogenen Uji Kebaikan

Lebih terperinci

2 Departemen Statistika FMIPA IPB

2 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Uji Dua Populasi Uji Mann-Whitney Uji beda proporsi contoh besar

Lebih terperinci

10+ Departemen Statistika FMIPA IPB

10+ Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Praktikum Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 10+ Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Analisis Nonparameterik dan Data Kategorik dengan dan Menggunakan

Lebih terperinci

6 Departemen Statistika FMIPA IPB

6 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 6 Departemen Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referensi Waktu Uji Kebaikan Suai Khi- Kuadrat untuk Sebaran Kontinu dan Uji

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK

ANALISIS DATA KATEGORIK ANALISIS DATA KATEGORIK HUBUNGAN ANTAR PEUBAH DALAM ANALISIS INGIN DIKETAHUI ATAU DIEVALUASI HUBUNGAN ATAU KETERKAITAN ANTAR PEUBAH Hubungan Antar Peubah Besarnya gaji Lama bekerja Hubungan Antar Peubah

Lebih terperinci

Skala pengukuran dan Ukuran Pemusatan. Ukuran Pemusatan

Skala pengukuran dan Ukuran Pemusatan. Ukuran Pemusatan Skala Pengukuran Nominal (dapat dikelompokkan, tidak punya urutan) Ordinal (dapat dikelompokkan, dapat diurutkan, jarak antar nilai tidak tetap sehingga tidak dapat dijumlahkan) Interval (dapat dikelompokkan,

Lebih terperinci

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Statistika, Vol. 16 No. 1, 29 39 Mei 2016 Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Annisa Lisa Nurjanah, Nusar Hajarisman, Teti Sofia Yanti Prodi Statistika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 12 Nonparametrik-Kategorik-Logistik

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 12 Nonparametrik-Kategorik-Logistik STK511 Analisis Statistika Pertemuan 12 Nonparametrik-Kategorik-Logistik 12. Pengantar Skala Pengukuran Data/Variabel Peubah Kategorik Categorical Numerik Numeric Nominal Ordinal Interval Ratio Hanya nama/lambang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN XI

STATISTIK PERTEMUAN XI STATISTIK PERTEMUAN XI Topik Bahasan: Analisis Ragam (ANOVA) Universitas Gunadarma 1. Pendahuluan Metode hipotesis dengan menggunakan distribusi z dan distribusi t efektif untuk uji hipotesis tentang perbedaan

Lebih terperinci

Uji Statistik yang Digunakan Untuk ANALISA BIVARIAT

Uji Statistik yang Digunakan Untuk ANALISA BIVARIAT 1 Uji Statistik yang Digunakan Untuk ANALISA BIVARIAT Variabel I Variabel II Jenis uji statistik yang digunakan Katagorik Katagorik - Kai kuadrat - Fisher Exact Katagorik Numerik - Uji T - ANOVA Numerik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Partai Politik

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Partai Politik 3 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Agustino (2009) menyebutkan terdapat tiga pendekatan teori yang sering digunakan oleh banyak ahli politik untuk memahami perilaku pemilih diantaranya pendekatan sosiologis,

Lebih terperinci

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik)

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik) UJI CHI SQUAR (Uji data kategorik) A. Pendahuluan Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasinya (belum diketahui sebaran

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 ANALISIS KORELASI OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 ANALISIS KORELASI II. ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Korelasi Pearson Koefisien Korelasi Moment Product Korelasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian hipotesis, metode klasifikasi berstruktur pohon, metode-metode statistika yang menjadi dasar pada metode QUEST, dan algoritme QUEST..1

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010

OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 ANALISIS KORELASI OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 ANALISIS KORELASI II. ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Korelasi Pearson Koefisien Korelasi Moment Product Korelasi

Lebih terperinci

HASIL. yang berlebihan. kotak garis (box-plot) yaitu, Bersubsidi. untuk KPR Bersubsidi. 2. Membangun. analisis. keseluruhan

HASIL. yang berlebihan. kotak garis (box-plot) yaitu, Bersubsidi. untuk KPR Bersubsidi. 2. Membangun. analisis. keseluruhan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekplorasi Seluruh Data KPR Bersubsidi Secara kesulurahan persentase macet pada data Kredit Pemilikan Rumah Bersubsidi dalam penelitian ini sebesar 6,05%. Gambar 3 menggambarkan perbandingan

Lebih terperinci

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. STATISTIKA Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. Statistika deskriptif: pencatatan dan peringkasan hasil

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 9 16 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keberhasilan itu sendiri adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

Lebih terperinci

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Salah satu persyaratan dalam mengestimasi persamaan regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan HASIL DAN PEMBAHASAN Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan Model regresi logistik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara peubah respon dan peubah penjelas pada data hasil pembangkitan.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA A. MATA KULIAH Nama Mata Kuliah Analisis Data Kategori Kode/sks : MAS 4232/3 Semester : IV Status (Wajib/Pilihan) : Wajib (W) Prasyarat : MAS

Lebih terperinci

STK 211 Metode statistika. Pengajar : Dr. Agus Mohamad Soleh, SSi, MT Dr.Ir. Muhammad Nur Aidi, MS

STK 211 Metode statistika. Pengajar : Dr. Agus Mohamad Soleh, SSi, MT Dr.Ir. Muhammad Nur Aidi, MS STK 211 Metode statistika Pengajar : Dr. Agus Mohamad Soleh, SSi, MT Dr.Ir. Muhammad Nur Aidi, MS http://www.stat.ipb.ac.id/ 2017 Pengantar Kode Matakuliah: STK211, 3(2-3) Standar Kompetensi: Setelah mengikuti

Lebih terperinci

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun pada Chandra Departement Store yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk No. 1 Tanjungkarang Bandarlampung.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

9 Departemen Statistika FMIPA IPB Supleme Resposi Pertemua ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351 9 Departeme Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasa Sub Pokok Bahasa Referesi Waktu Pegatar Aalisis utuk Data Respo Kategorik Data respo kategorik Sebara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampai dengan bulan mei tahun 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampai dengan bulan mei tahun 2014. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian dilakukan dengan mengambil data statistic penerimaan offer untuk okupasi high rise building dari bulan januari sampai dengan

Lebih terperinci

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 33 41 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini ada dua teknologi yang diusung oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi Indonesia yaitu teknologi Global System for Mobile communication (GSM) dan teknologi Code

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc Citra Fatimah Nur / 1306 100 065 Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc Outline 1 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 3 METODOLOGI PENELITIAN 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 KESIMPULAN Latar Belakang 1960-1970 1970-1980

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian dan Kegunaan Statistika

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian dan Kegunaan Statistika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian dan Kegunaan Statistika Statistik dapat berarti tiga hal. Pertama statistik bisa berarti kumpulan data. Ada buku bernama Buku Statistik Indonesia (Statistical Pocketbook

Lebih terperinci

HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ-

HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ- HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ- PENGERTIAN Hipotesis asosiatif adalah hipotesis yang menunjukkan dugaan adanya hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Contoh: Rumusan masalah:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Statistik non Parametrik Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran (distribution free) adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) Analisis Hubungan Jenis/tipe hubungan Ukuran Keterkaitan Skala pengukuran peubah Pemodelan Keterkaitan anang kurnia (anangk@apps.ipb.ac.id)

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK

ANALISIS DATA KATEGORIK ANALISIS DATA KATEGORIK 7.1 Uji Independensi Khi Kuadrat Adakalanya kita menjumpai data yang bersifat kategorikal. Yang dimaksud dengan kategorikal di sini adalah data terkelompokkan berdasarkan kategori

Lebih terperinci

Parametrik. Memerlukan asumsi sebaran (Normal) Non parametrik. Tidak memerlukan asumsi sebaran (Normal)

Parametrik. Memerlukan asumsi sebaran (Normal) Non parametrik. Tidak memerlukan asumsi sebaran (Normal) Video Parametrik Memerlukan asumsi sebaran (Normal) Pendekatannya adalah langsung menggunakan statistik penduga yang berkait langsung dengan parameter yang dimaksud Non parametrik Tidak memerlukan asumsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas Hasil analisis mengenai persentase responden berdasarkan peubah-peubah penjelas ditunjukkan pada Gambar 2. Usia responden

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang BAB II KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Survival Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang berhubungan dengan jangka waktu, dari awal pengamatan sampai suatu kejadian

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORI

ANALISIS DATA KATEGORI STK 11 Kuliah ke-14 &15 ANALISIS DATA KATEGORI 1.Uji Proporsi. Uji Khi-kuadrat Data Kategori Data berupa hasil pengukuran karakteristik/atribut individu yang bukan berupa numerik Misal: - preferensi konsumen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di 5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di bahas adalah sebagai berikut: A.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon. Rumus: T 2 = X X S X X

Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon. Rumus: T 2 = X X S X X LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon Rumus: T 2 = X X S X X Selanjutnya: F = n + n p 1 (n + n 2) P T akan terdistribusi

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Bagus Sartono

STK511 Analisis Statistika. Bagus Sartono STK511 Analisis Statistika Bagus Sartono Pokok Bahasan Pengenalan analisis dan deskripsi data Sebaran peluang peubah acak. Sebaran penarikan contoh Pendugaan parameter Pengujian hipotesis (t-test, one-way

Lebih terperinci

Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik

Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik Uji t dengan 2 kelompok Uji t Tidak Berpasangan Uji t dikembangkan oleh William Sealy Gosset. Dalam artikel publikasinya, ia menggunakan

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahsan. Statistika Deskriptif. Regresi Logistik Biner. Uji Independensi

Analisis dan Pembahsan. Statistika Deskriptif. Regresi Logistik Biner. Uji Independensi Analisis dan Pembahsan Statistika Deskriptif Regresi Logistik Biner Uji Independensi H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel prediktor dengan variabel respon H 1 : Ada hubungan antara variabel prediktor

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang 7 BAB TNAUAN PUSTAA 2.1. Pengertian Lanjut Usia Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

Lebih terperinci

Regresi Logistik Nominal dengan Fungsi Hubung CLOGLOG

Regresi Logistik Nominal dengan Fungsi Hubung CLOGLOG Regresi Logistik Nominal dengan Fungsi Hubung CLOGLOG Julio Adisantoso, G16109011/STK 11 Mei 2010 Ringkasan Regresi logistik merupakan suatu pendekatan pemodelan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas pengertian metode klasifikasi berstruktur pohon, konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma CHAID, keakuratan dan kesalahan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan data yang dikualifikasikan/dikelompokkan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Data Data merupakan kumpulan keterangan atau fakta yang diperoleh dari satu populasi atau lebih. Data yang baik, benar dan sesuai dengan model menentukan kualitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELETIAN

BAB III METODE PENELETIAN 35 BAB III METODE PENELETIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 6 Bandung yang beralamatkan di Jalan Soekarno Hatta (Riung Bandung) Kota Bandung, pada tes Uji Kompetensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teknik Respon Teracak Model Warner

TINJAUAN PUSTAKA Teknik Respon Teracak Model Warner TINJAUAN PUSTAKA Pada tahun 1965 Stanley Warner (Fox &Tracy, 1986) mempelopori teknik respon teracak untuk mengurangi respon bias ng disebabkan oleh responden ng berbohong, atau menjawab pertanan ng diberikan

Lebih terperinci

Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi Y = Variabel dependen ( variabel tak bebas ) X = Variabel independen ( variabel bebas ) Untuk mencari rum

Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi Y = Variabel dependen ( variabel tak bebas ) X = Variabel independen ( variabel bebas ) Untuk mencari rum MODUL REGRESI LINIER SEDERHANA Modul Praktikum Pendahuluan Di dalam analisa ekonomi dan bisnis, dalam mengolah data sering digunakan analisis regresi dan korelasi. Analisa regresi dan korelasi telah dikembangkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Jika hipotesis nol benar, maka statistik uji-w akan menyebar mengikuti sebaran normal baku. Hipotesis nol ditolak jika W > Z α/2 (Hosmer & Lemeshow 1989). Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Prosedur Pengumulan Data 3.. Sumber Data Data yang digunakan dalam enelitian ini meruakan data sekunder yang diambil dari Deartemen Keuangan, BAPEPAM, dan IAPI. Data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengunjungi kantor redaksi malangonline.com, Perumahan Pondok Mulia B124,

BAB III METODE PENELITIAN. mengunjungi kantor redaksi malangonline.com, Perumahan Pondok Mulia B124, BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini yaitu pada masyarakat di Kota Malang yang umumnya pernah mencari informasi dari situs berita. Selain itu peneliti juga mengunjungi

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menentukan desain penelitian maka hal tersebut sangatlah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menentukan desain penelitian maka hal tersebut sangatlah 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam menentukan desain penelitian maka hal tersebut sangatlah tergantung pada tujuan dari penelitian itu sendiri, mendesain berarti menyusun perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah dalam proses penyelidikan. Metode merupakan cara seseorang dalam melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE CHAID EXHAUSTIVE

BAB III METODE CHAID EXHAUSTIVE BAB III METODE CHAID EXHAUSTIVE 31 CHAID Exhaustive Metode CHAID Exhaustive dikemukakan oleh D Biggs et al (1991) yang merupakan evaluasi dari metode sebelumnya yaitu CHAID (Kass, 1980) untuk penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kuantitas ataupun kualitatif dari karakteristik tertentu yang berlainan. Dan hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate.

BAB 2 LANDASAN TEORI. kuantitas ataupun kualitatif dari karakteristik tertentu yang berlainan. Dan hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari seluruh hasil perhitungan. Maupun pengukuran kuantitas ataupun kualitatif dari karakteristik tertentu yang berlainan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistik Non Parametrik Penelitian di bidang ilmu sosial seringkali menjumpai kesulitan untuk memperoleh data kontinu yang menyebar mengikuti distribusi normal. Data penelitian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus BAB III PEMBAHASAN BAB III PEMBAHASAN Pada Bab III ini akan dibahas tentang prosedur pembentukan model Cox extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus kejadian bersama yaitu

Lebih terperinci

STATISTIKA 2 IT

STATISTIKA 2 IT STATISTIKA 2 IT-021259 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Regresi & Korelasi Linier Regresi? Korelasi? 1. Regresi Linier Sederhana Model regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan dalam peramalan

Lebih terperinci

Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah

Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.2 (2013) 32-37 ISSN 2302 934X Industrial Management Model Log Linier yang Terbaik untuk Analisis Data Kualitatif pada Tabel Kontingensi Tiga Arah Maryana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dengan berdasarkan tingkat eksplanasinya 54.

Lebih terperinci

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. : PEDOMAN ANALISIS DATA DENGAN SPSS Oleh : Stanislaus S. Uyanto, Ph.D. Edisi Pertama, 2006 Edisi Kedua, 2006 Edisi Ketiga Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2006, 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

MODEL MODEL LEBIH RUMIT

MODEL MODEL LEBIH RUMIT 08/0/06 MODEL MODEL LEBIH RUMIT Di susun oleh Nurul Hani Ulvatunnisa Kanthi Wulandari Sri Siska Wirdaniyati Kamal Adyasa Unib Sedya Pramuji 08/0/06 Model Polinom Berbagai Ordo Model Yang Melibatkan Transformasi

Lebih terperinci

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 49-58 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS PEMILIHAN MEREK TELEPON SELULER PADA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan sejak bulan Pebruari Nopember 01. Pengambilan data label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui

Lebih terperinci

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Pertemuan II Statistika Deskripsi dan Eksplorasi Septian Rahardiantoro - STK IPB 1 Misalkan diketahui data sebagai berikut Data 1 No Jenis Kelamin Tinggi Berat Agama 1

Lebih terperinci

Pengaruh brand image IM3terhadap keputusan pembelian simcard Gambar 7. Kerangka pemikiran

Pengaruh brand image IM3terhadap keputusan pembelian simcard Gambar 7. Kerangka pemikiran 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan memiliki strategi tertentu untuk memenangkan persaingan dalam pasar yang mereka hadapi. Perusahaan yang ketat dalam pasar operator seluler

Lebih terperinci

ABSTRAK METODE REGRESI LOGISTIK UNTUK MENGANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

ABSTRAK METODE REGRESI LOGISTIK UNTUK MENGANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER METODE REGRESI LOGISTIK UNTUK MENGANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER Astri Atti* ABSTRACT Coronary heart disease (CHD) is an anomaly that caused by constriction of artery. CHD is influenced

Lebih terperinci

Oleh : Amilia Firda Rahmana ( ) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D

Oleh : Amilia Firda Rahmana ( ) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D Analisis Pola Hubungan Besarnya Kerugian Negara Akibat Korupsi Dengan Demografi Koruptor di Jawa Timur Oleh : Amilia Firda Rahmana (1311 105 008) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D Seminar

Lebih terperinci

Prosedur Uji Chi-Square

Prosedur Uji Chi-Square Prosedur Uji Chi-Square Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Dalam statistik parametrik ukuran korelasi yang umum digunakan adalah korelasi Product Moment Pearson. Diantara korelasi nonparametrik yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG

ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGANTAR METODE STATISTIKA MODUL 3 ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG Oleh : Diana Nafkiyah 1314030028 Nilamsari Farah Millatina

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. / e d i s i M a r e t 2 0 2 379 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

Lebih terperinci

Hubungan antara variabel-variabel dalam contoh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yang disebut persamaan regresi.

Hubungan antara variabel-variabel dalam contoh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yang disebut persamaan regresi. KORELASI LINIER ANTARA 2 VARIABEL Korelasi Hubungan antara beberapa variabel Contoh 1. Apakah siswa yang pandai dalam matematika pandai pula dalam físika 2.Apakah tes masuk suatu sekolah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Pra Pemilu 2009 Karakteristik responden berdasarkan peubah demografi yang diamati terdapat pada Gambar 3 sampai Gambar 6. Pada Gambar 3 dapat diketahui

Lebih terperinci

Kegiatan Anak Usia Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran

Kegiatan Anak Usia Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran Kegiatan Anak Usia 10-15 Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran Rudi Salam Badan Pusat Statistik, Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta, Indonesia rudisalam@stis.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS NON-PARAMETRIK UJI KOEFESIEN KONTINGENSI. Oleh: M. Rondhi, SP, MP, Ph.D

ANALISIS NON-PARAMETRIK UJI KOEFESIEN KONTINGENSI. Oleh: M. Rondhi, SP, MP, Ph.D ANALISIS NON-PARAMETRIK UJI KOEFESIEN KONTINGENSI Oleh: M. Rondhi, SP, MP, Ph.D Analisis non-parametrik merupakan alat analisis yang digunakan jika data yang digunakan memiliki distribusi nominal atau

Lebih terperinci

STATISTIKA II IT

STATISTIKA II IT STATISTIKA II IT-011227 Ummu Kalsum UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Keterlambatan : KONTRAK KULIAH MOHON KETERLAMBATAN TIDAK LEBIH 15 MENIT Sanksi atau hukuman, sebagai contoh: Menguraikan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017 Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017 Generalized Ordinal Logistic

Lebih terperinci

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono Statistik Non-Parametrik Saptawati Bardosono Uji statistik non-parametrik: Chi-square test Fisher-test Kolmogorov-Smirnov McNemar test Korelasi rank Mann Whitney Wilcoxon Chi-squared test tabel 2X2 Pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola TINJAUAN PUSTAKA Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah salah satu metode analisis multivariat yan bertujuan untuk memisahkan beberapa kelompok data yan sudah terkelompokkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

Oleh : Silvira Ayu Rosalia ( ) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

Oleh : Silvira Ayu Rosalia ( ) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Analisis Model Log Linier untuk Mengetahui Kecenderungan Perilaku Anak Jalanan Binaan di Surabaya (Kasus Khusus Yayasan Arek Lintang-ALIT) Oleh : Silvira Ayu Rosalia (1309 105

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 3 Sebaran Peubah Acak

STK 511 Analisis statistika. Materi 3 Sebaran Peubah Acak STK 511 Analisis statistika Materi 3 Sebaran Peubah Acak 1 Konsep Peluang 2 Peluang Peluang dapat diartikan sebagai ukuran kemungkinan terjadinya suatu kejadian Untuk memahami peluang diperlukan pemahaman

Lebih terperinci

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Pertemuan II Statistika Deskripsi dan Eksplorasi Septian Rahardiantoro - STK IPB 1 Misalkan diketahui data sebagai berikut Data 1 No Jenis Kelamin Tinggi Berat Agama 1

Lebih terperinci